SlideShare a Scribd company logo
1 of 105
Download to read offline
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA

ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PROGRAM SWISH DENGAN

METODE KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 1 DI SMP

          NEGERI 1 BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

                   TAHUN AJARAN 2004/2005



                            SKRIPSI

            Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

                 Pada Universitas Negeri Semarang




                              Oleh

                      CANDRA ARIBOWO

                           1124000032



                FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

      JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

          PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

                              2005
MOTTO DAN PERSEMBAHAN


                                MOTTO




     Sing sapa rumangsa pinter dhewe sejatine dheweke bodho dhewe




  Aja sira sumelang marga ora dipaelu ilmumu, jalaran yen ana wolak-
waliking jaman, ngelmu kang sira darbeni iku bisa uga malah nguwasani
 donya iki, lamun iku pancen ngelmu kang murakabi manungsa sadonya



                           PERSEMBAHAN
                    Skripsi ini kupersembahan untuk :
Bapak dan ibuku tercinta, kakak-kakakku tersayang,           teman-teman
              di Komunitas Lithium dan Teknodik Production
                             PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang, pada :

     Hari       : Selasa

     Tanggal : 16 Agustus 2005

                                 Panitia Ujian :

                   Ketua                              Sekretaris



            Drs. Siswanto, M.M               Dra. Nurussa’adah, M.Si
             NIP. 130515769                        NIP. 131469642

                                                   Anggota Penguji :

              Pembimbing I                             Penguji I



            Drs. Budiyono, M.S                 Drs. Sukirman, M.Si
             NIP. 131693658                        NIP. 131570066

              Pembimbing II                           Penguji II



               Dra. Istyarini                  Drs. Budiyono, MS
             NIP. 131422592                        NIP. 131693658

                                                      Penguji III



                                                     Dra. Istyarini
                                                   NIP. 131422592

                                     SARI
Aribowo, Candra. 2005 ”Perbedaan Prestasi Belajar Huruf Jawa antara
Pembelajaran Menggunakan Program SWiSH dengan Metode Konvensional pada
Siswa Kelas VII Semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal Tahun
Ajaran 2004/2005”. Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing : I. Drs. Budiyono, M.S, II. Dra. Istyarini.
Kata Kunci : Prestasi Belajar, Huruf Jawa, SWiSH, Konvensional, Deskriptif
Kuantitatif

      Perkembangan ilmu dan teknologi komputer yang semakin pesat dewasa ini telah
membawa perubahan dalam segala lapisan masyarakat termasuk pula dalam dunia
persekolahan. Komputer tidak hanya digunakan sebagai alat untuk membantu
menyelesaikan pekerjaan kantor, tetapi telah digunakan pula sebagai media pembelajaran.
Salah satu pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran adalah pemanfaatan
program animasi SWiSH untuk pembelajaran huruf jawa. Dengan adanya sistem
pembelajaran seperti ini maka terjadi perubahan sistem pembelajaran konvensional
menjadi sistem pembelajaran yang interaktif, kreatif dan edukatif. Sistem pembelajaran
seperti ini memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan
masing-masing tanpa harus ada pendampingan dari guru. Siswa dapat berkembang sesuai
dengan kreatifitas, intelektual dan motivasi masing-masing.
      Namun, perkembangan teknologi komputer tersebut tidak diikuti dengan
berkembangnya prestasi belajar huruf jawa di sekolah. Di SMP Negeri 1 Brangsong
misalnya, prestasi belajar bahasa jawa selalu berada di bawah prestasi belajar mata
pelajaran lain. Salah satu yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar huruf jawa
adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis huruf
jawa. Bahkan tidak hanya siswa saja yang mengalami kesulitan tetapi hampir sebagian
besar orang Jawa kesulitan dalam membaca huruf Jawa. Oleh sebab itu dengan adanya
penemuan media baru yaitu program animasi SWiSH, diharapkan akan mempermudah
siswa ataupun yang lain dalam mempelajari huruf jawa secara mandiri sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
      Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan
program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP
Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005. Populasi yang diambil
adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005.
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Berdasarkan
teknik ini diambil kelas VIIE sebagai kelas kontrol dan kelas VIIF sebagai kelas
eksperimen. Setelah dilakukan matching group berdasarkan jenis kelamin, umur, IQ dan
Pre Test terdapat 44 siswa pada kelas kontrol dan 44 siswa pada kelas eksperimen.
      Berdasarkan hasil Post Test pada kelompok eksperimen diperoleh mean ( Χ )
sebesar 7.41, varians (s2) sebesar 1.7189 dan standar deviasi (s) sebesar 1.31, sedangkan
pada kelompok kontrol diperoleh mean ( Χ ) sebesar 6.57, varians (s2) sebesar 2.6864 dan
standar deviasi (s) sebesar 1.64. thitung sebesar 2.672, ttabel pada α = 5% dengan dk =
86 sebesar 1.66. Tampak bahwa thitung sebesar 2.672 > ttabel sebesar 1.66 yang berarti
bahwa Ho ditolak. Dengan penolakan Ho ini berarti ada perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dimana kelompok eksperimen lebih besar daripada
kelompok kontrol. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan prestasi belajar
huruf Jawa antara program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII
semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005 dapat diterima.
      Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi
belajar huruf Jawa antara program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas
VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005. Disarankan bagi
guru agar dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran dengan menggunakan
program SWiSH pada pokok bahasan yang lain. Disarankan pula bagi orangtua siswa dan
masyarakat untuk lebih membudayakan bahasa Jawa dengan baik dan benar dalam
pergaulan sehari-hari.




                                                     DAFTAR ISI

                                                                                                                    Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Persetujuan Pembimbing ................................................................................. ii
Pengesahan ...................................................................................................... iii

Pernyataan ....................................................................................................... iv

Motto dan Persembahan .................................................................................. v

Kata Pengantar ................................................................................................ vi

Sari .................................................................................................................. viii

Daftar Isi ......................................................................................................... x

Daftar Lampiran .............................................................................................. xiii

Daftar Tabel, Bagan Dan Gambar .................................................................... xiv



BAB I         PENDAHULUAN ........................................................................... 1

              A. Latar Belakang ............................................................................ 1

              B. Penegasan Istilah ......................................................................... 6

              C. Pembatasan Masalah ................................................................... 8

              D. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

              E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

              F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

              G. Sistematika Skripsi ...................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11

              A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Jawa ............................................ 11

                   1. Pengertian Belajar ................................................................. 11

                   2. Teori Belajar ......................................................................... 12

                   3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ........................... 15

                   4. Pembelajaran Bahasa Jawa .................................................... 20
B. Media Pembelajaran .................................................................... 22

               1. Pengertian ............................................................................. 22

               2. Jenis-Jenis Media .................................................................. 23

          C. Program Animasi SWiSH ............................................................ 25

          D. Kerangka Berpikir ....................................................................... 30

          E. Hipotesis ..................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32

          A. Rancangan Penelitian .................................................................. 32

          B. Populasi dan Sampel ................................................................... 35

               1. Populasi ................................................................................. 35

               2. Sampel .................................................................................. 35

          C. Variabel Penelitian ...................................................................... 36

               1. Variabel Terikat .................................................................... 36

               2. Variabel Bebas ...................................................................... 36

          D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 40

               1. Metode Dokumentasi ............................................................. 40

               2. Metode Tes ............................................................................ 41

          E. Uji Coba Instrumen ..................................................................... 43

               1. Uji Validitas .......................................................................... 43

               2. Reliabilitas Soal .................................................................... 46

               3. Daya Pembeda Soal ............................................................... 47

               4. Tingkat Kesukaran Soal ......................................................... 48

          F. Langkah Eksperimen ................................................................... 49
1. Pemilihan Kelas .................................................................... 49

                  2. Pelaksanaan Treatment (perlakuan) ....................................... 49

                  3. Penilaian ............................................................................... 51

             G. Analisis Data ............................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 56

             A. Hasil Penelitian ........................................................................... 56

                  1. Hasil Pembuatan Media Interaktif Bahasa Jawa dengan

                       SWiSH .................................................................................. 56

                  2. Deskripsi Kondisi Awal ......................................................... 59

                  3. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 65

                  4. Deskripsi Hasil Nilai Pos Test ............................................... 69

             B. Pembahasan ................................................................................ 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 76

             A. Simpulan ..................................................................................... 76

             B. Saran ........................................................................................... 76

Daftar Pustaka ................................................................................................. 77

Lampiran ......................................................................................................... 79




                                              DAFTAR LAMPIRAN

                                                                                                                  Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 79

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 80
Lampiran 3. Kisi-Kisi Uji Coba Soal Membaca dan Menulis Tulisan Jawa .. 81

Lampiran 4. Soal Tes Uji Coba .................................................................... 82

Lampiran 5. Hasil Analisis Uji Coba Soal .................................................... 83

Lampiran 6. Daftar Umur Siswa Kelas Eksperimen ..................................... 91

Lampiran 7. Daftar Umur Siswa Kelas Kontrol ............................................ 92

Lampiran 8. Daftar Jenis Kelamin Siswa Kelas Eksperimen ........................ 93

Lampiran 9. Daftar Jenis Kelamin Siswa Kelas Kontrol ............................... 94

Lampiran 10. Data Hasil Matching Umur dan Jenis Kelamin Siswa ............. 95

Lampiran 11. Data Hasil Matching Intelegency Question ............................. 96

Lampiran 12. Data Hasil Matching Nilai Pre Test ........................................ 101

Lampiran 13. Rencana Pembelajaran ........................................................... 106

Lampiran 14. Satuan Pelajaran ..................................................................... 119

Lampiran 15. Kisi-Kisi Soal Test Hasil Belajar ............................................ 128

Lampiran 16. Soal Test Hasil Belajar ........................................................... 129

Lampiran 17. Hasil Analisis Nilai Post Test ................................................. 130

Lampiran 18. Spesifikasi Program Animasi SWiSH v2.0 ............................. 135




                                                  DAFTAR

                                 TABEL, BAGAN DAN GAMBAR

                                                                                                      Halaman

Daftar Tabel
Tabel 1.      Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Bahasa Jawa dengan Mata

              Pelajaran Lain ................................................................................ 3

Tabel 2.      Pola Eksperimen ............................................................................ 33

Tabel 3.      Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Media Animasi SWiSH

              dan Pembelajaran Konvensional ..................................................... 37

Tabel 4.      Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Penelitian .............. 59

Tabel 5.      Distribusi Frekuensi Umur Responden Penelitian ........................... 60

Tabel 6.      Deskripsi Hasil Nilai Intelegency Question (IQ) ............................. 60

Tabel 7.      Hasil Uji Normalitas Data IQ ......................................................... 61

Tabel 8.      Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data IQ ...................................... 61

Tabel 9.      Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data IQ ................................... 62

Tabel 10. Deskripsi Hasil Nilai Pretest ........................................................... 63

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Pretest ................................................... 63

Tabel 12. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest ................................ 64

Tabel 13. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Pretest ............................ 64

Tabel 14. Deskripsi Hasil Nilai Postest .......................................................... 69

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Data Postest .................................................. 69

Tabel 16. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest ............................... 70

Tabel 17. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Postest ............................ 70

Daftar Bagan

Bagan 1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 31

Bagan 2. Hubungan Antara Variabel Bebas Dan Variabel Terikat ................... 37

Bagan 3. Pengaruh Variabel Intervening ......................................................... 39
Daftar Gambar

Gambar 1. Tampilan Pada Saat Pembuatan Media ......................................... 56

Gambar 2. Tampilan Pertama Hasil Pembuatan Media Pembelajaran ............. 57

Gambar 3. Hasil Animasi Materi Aksara Jawa ............................................... 57

Gambar 4. Hasil Animasi Materi Sandhangan ................................................ 58

Gambar 5. Hasil Animasi Materi Pasangan .................................................... 58




                                                BAB I

                                        PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah dan

masyarakat. Suatu negara yang tertinggal mutu pendidikannya, maka pembangunan di

negara tersebut akan terhambat pula. Hal ini dapat dimengerti, karena pendidikan

berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan.

       Pendidikan di Indonesia dapat diperoleh melalui jalur formal, informal dan

nonformal. Pendidikan formal di Indonesia berlangsung sejak pendidikan dasar

hingga perguruan tinggi. Peningkatan mutu pendidikan harus dimulai sejak

pendidikan dasar, sebab pendidikan dasar merupakan fondasi untuk kelanjutan

pendidikan berikutnya. Di Indonesia, pendidikan dasar dilaksanakan selama 9 tahun

terdiri atas Sekolah Dasar atau yang sederajat   ( 6 tahun ) dan Sekolah Menengah

Pertama atau yang sederajat ( 3 tahun ).

       Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar

yang lebih baik adalah penggunaan media pembelajaran ke dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang

dengan penggunaan media yang memadai. Penggunaan media dalam pembelajaran

sangat dibutuhkan karena berinteraksi dengan sumber belajar atau media instruksional

dapat mengarah pada tercapainya hasil belajar yang optimal.

       Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pemberi kepada penerima

pesan. Sedangkan menurut AECT, media adalah segala bentuk dan saluran yang

digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Briggs ( 1970 ) memberi

batasan media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

merangsang siswa untuk belajar.
Inti dari penggunaan media adalah sebagai sarana atau alat untuk

menyampaikan informasi atau pesan antara pemberi kepada penerima. Dengan

menggunakan media yang tepat, maksud dari informasi maupun pesan yang

disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dengan jelas oleh penerima pesan.

Begitu juga ketika media digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Informasi

yang disampaikan guru sebagai penyampai pesan di kelas, dapat diterima dengan

jelas oleh siswa sebagai penerima pesan di kelas.

       Pemanfaatan media yang baik serta memadai, diharapkan dapat merangsang

fikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik dan menggairahkan. Verbalisme mungkin saja akan muncul

ketika pembelajaran tanpa menggunakan media. Namun, dengan menggunakan media

unsur verbalisme dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Dengan mengurangi atau

menghilangkan unsur verbalisme, maka siswa akan diberikan pengertian dan konsep

yang sebenarnya secara realitis dan teliti, serta memberi pengalaman menyeluruh

yang pada akhirnya memberi pengertian yang konkret.

       Pemanfaatan media dalam pembelajaran memang sudah sejak lama

digunakan, tetapi seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, media

pembelajaran itu pasti mengalami perkembangan pula. Salah satu penyebab

terjadinya perkembangan itu karena masing-masing media pembelajaran mempunyai

kelemahan.    Kelemahan     tersebut   menyebabkan    pentingnya   penemuan   dan

pemanfaatan media baru guna menyempurnakan media yang lama dan juga untuk

menunjang proses pembelajaran di masa sekarang.
Salah satu hasil dari pesatnya perkembangan teknologi sekarang ini adalah

dengan lahirnya komputer.        Komputer telah menjadi bagian dari hidup manusia.

Berbagai disiplin ilmu telah memanfaatkan komputer sebagai media termasuk pula

dalam dunia pendidikan dan pembelajaran.          Bermacam program komputer untuk

pembelajaran telah ditawarkan, misalnya program Power Point, Flash, SWiSH dan

sebagainya.

       Pesatnya perkembangan teknologi komputer ternyata tidak diikuti dengan

pesatnya perkembangan prestasi belajar bahasa jawa. Hal ini dapat dilihat di SMP

Negeri 1 Brangsong. Dua tahun terakhir ini nilai rata-rata bahasa Jawa selalu berada

di bawah nilai rata-rata mata pelajaran lain. Rendahnya nilai bahasa jawa tersebut

dapat kita lihat pada tabel 1.


           Tabel 1. Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Bahasa Jawa
                           dengan Mata Pelajaran Lain

                                          Mata Pelajaran
      Tahun Ajaran
                         Bhs. Jawa     Bhs. Ind       IPA       PPKn
       2002 / 2003          6.30         6.46         6.63      6.97
       2003 / 2004          6.39         7.29         7.28      6.98

           Sumber : Administrasi Kurikulum SMP Negeri 1 Brangsong.

       Salah satu penyebab rendahnya nilai bahasa jawa dibandingkan dengan mata

pelajaran lain adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca

dan menulis huruf Jawa. Bahkan bukan hanya siswa saja yang mengalami kesulitan

membaca dan menulis huruf Jawa, akan tetapi hampir semua orang Jawa mengalami

kesulitan membaca dan menulis huruf Jawa. Akibatnya berkembang rumor yang
menyatakan orang Jawa sendiri tidak dapat membaca dan menulis huruf Jawa, apalagi

orang lain (Supriyono, 2004)

       Salah satu penyebab sulitnya membaca dan menulis huruf Jawa adalah

pembelajaran di sekolah yang kurang efektif dari guru, sebab guru dalam memberikan

pelajaran jarang menggunakan media sebagai sarana untuk memperjelas pelajaran.

       Sebagai alasan mereka memberikan pelajaran Bahasa Jawa secara cepat dan

tidak menggunakan media adalah sedikitnya alokasi waktu yang tersedia. Setiap

minggu hanya dua jam pelajaran, padahal materi yang termuat sangat padat. Apabila

dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia misalnya, alokasi

waktu untuk mata pelajaran bahasa Jawa sangat tidak seimbang. Akibatnya guru

mengajarkan dengan cepat agar target dalam program semester terpenuhi. Kondisi ini

menyebabkan nilai bahasa Jawa lebih rendah dari pada mata pelajaran lainnya.

       Selain itu pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa memang masih dianggap

remeh oleh guru (Supriyono, 2004). Sebagian besar guru hanya menganggap penting

mata pelajaran tertentu, sedangkan Bahasa Jawa kurang diperhatikan. Hal ini

menyebabkan siswa kesulitan dalam membaca dan menulis huruf Jawa, yang

mempengaruhi pula terhadap rendahnya prestasi belajar siswa.

       Selain dalam pendidikan formal, dalam pendidikan keluarga (informal) pun

bahasa Jawa kurang dibiasakan dalam pergaulan sehari-hari apalagi huruf Jawa. Sejak

anak-anak masih kecil, orangtua lebih membiasakan bahasa Indonesia kepada anak-

anaknya daripada bahasa Jawa dan huruf Jawa, sehingga anak-anak lebih terbiasa

dengan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa. Akibatnya ketika anak-anak beranjak

dewasa ia tidak dapat membaca huruf Jawa dan berbahasa Jawa dengan baik dan
benar. Bahkan ada pula orangtua yang rela putra-putrinya ikut kursus bahasa Inggris

dengan harapan setelah mengikuti kursus tersebut putra-putrinya dapat berbahasa

Inggris dengan baik dan lancar. Sehingga mereka lebih pandai membaca tulisan

Inggris daripada membaca tulisan berhuruf Jawa.

       Dalam     pendidikan   non   formal   yaitu   dalam   masyarakat,   kebiasaan

menggunakan huruf jawa pun dirasakan sangat kurang. Dalam pergaulan

bermasyarakat, orang-orang lebih banyak menggunakan huruf latin dan bahasa

Indonesia. Walaupun menggunakan bahasa Jawa, itu tidak sesering dalam

menggunakan bahasa Indonesia. Misalnya di perkantoran, toko, mall dan tempat-

tempat umum lainnya lebih banyak menggunakan huruf latin dan bahasa Indonesia

daripada menggunakan huruf Jawa.

       Suatu media baru yang menarik siswa dan dapat digunakan untuk

pembelajaran huruf Jawa adalah dengan memanfaatkan program animasi SWiSH.

Program animasi SWiSH merupakan sebuah program aplikasi pembuat animasi

mandiri yang mampu menjalankan file animasi .swf tanpa menjalankan player

eksternal atau browser. SWiSH begitu intuitif dan sangat mudah digunakan untuk

pembuat animasi, web secara professional maupun amatir. Bahkan dapat dikatakan

program ini cukup mudah digunakan oleh seorang anak kecil sekalipun. ( Andreas

AS, 2002 : 1 )

       Bertolak dari kenyataan dan masalah tersebut, guna peningkatan prestasi

belajar siswa dalam hal membaca dan menulis huruf Jawa, peneliti merasa perlu

mengadakan penelitian tentang perbedaan prestasi belajar huruf jawa antara

pembelajaran menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada
siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun

   ajaran 2004/2005.



B. Penegasan Istilah

          Untuk menghindari kemungkinan salah tafsir, mewujudkan kesatuan berpikir

   dan membatasi masalah, maka perlu diperjelas dan ditegaskan istilah yang digunakan

   sebagai berikut :

   1. Prestasi Belajar

              Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

      dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

      angka nilai yang diberikan oleh guru. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:700).

              Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai tes atau angka nilai

      sebagai wujud pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa setelah

      mengikuti pembelajaran huruf Jawa.



   2. Huruf Jawa

              Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad

      yang melambangkan bunyi bahasa. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 362)

              Huruf Jawa adalah tanda aksara dalam tata tulis jawa yang merupakan

      anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa jawa.

   3. SWiSH

              SWiSH adalah sebuah program aplikasi pembuat animasi mandiri yang

      mampu menjalankan file animasi .swf tanpa menjalankan player eksternal atau

      browser. ( Andreas AS, 2002 : 1 )
Penelitian ini menggunakan program animasi SWiSH sebagai media

     pembelajaran dalam penyampaian materi huruf Jawa kepada siswa kelas VII

     semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran

     2004/2005.

  4. Metode Konvensional

             Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

     maksud. Dalam bidang ilmu pengetahuan metode diartikan sebagai cara kerja

     yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai

     tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:652).

             Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konvensional artinya tradisional,

     yaitu sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada

     norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun.

             Metode konvensional dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan

     guru yaitu dengan cara berceramah di depan kelas sedangkan siswa hanya

     mendengarkan ceramah dari guru.

  5. Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal

             Merupakan tempat melakukan penelitian untuk mendapatkan data-data

     penelitian.



C. Pembatasan Masalah

         Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti, maka dalam

  penelitian ini peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut:

  1. Materi yang diberikan hanya pada materi huruf jawa, yaitu huruf jawa legena,

     pasangan, dan sandhangan.
2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong

      Kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005 dengan rincian seluruh siswa kelas VII

      semester 1 SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal sebagai populasi

      sekaligus sampel



D. Rumusan Masalah

          Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dapat

   dirumuskan sebagai berikut :

          ”Apakah ada perbedaan prestasi belajar huruf Jawa antara pembelajaran

   menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII

   semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005?”



E. Tujuan Penelitian

          Tiada kegiatan yang tanpa tujuan, begitu juga dengan penelitian ini. Adapun

   tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

   prestasi belajar huruf Jawa antara pembelajaran menggunakan program SWiSH

   dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1

   Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005



F. Manfaat Penelitian

   1. Manfaat Teoritis

             Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat

      menambah wacana baru tentang pemanfaatan media pembelajaran yang

      bermanfaat dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama khususnya

      dan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya.
2. Manfaat Praktis

              Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat

      memberikan masukan kepada Kepala Sekolah ( khususnya para guru ) untuk

      dapat   memanfaatkan       media     pembelajaran     baru    yang    seiring    dengan

      perkembangan teknologi dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tujuan

      dari kegiatan pembelajaran di kelas dapat tercapai dengan baik.



G. Sistematika Skripsi

        Sistematika skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu :

   1. Bagian Awal

              Bagian awal berisi halaman judul, sari, pengesahan, motto dan

      persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan lampiran

   2. Bagian Isi

      Bagian isi dari skripsi ini berisi tentang :

              Bab I pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah, penegasan

      istilah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

      penelitian dan sistematika skripsi

              Bab II landasan teori, membahas tentang hakekat pembelajaran bahasa

      jawa, media pembelajaran, program animasi SWiSH, kerangka berpikir dan

      hipotesis.

              Bab III metode penelitian, membahas tentang rancangan penelitian,

      populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji coba

      instrumen, langkah eksperimen dan analisis data.
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil penelitian

      dan pembahasan.

              Bab V simpulan dan saran, berisi tentang simpulan dan saran.

   3. Bagian Akhir, terdiri atas :

      a. Daftar Pustaka

      b. Lampiran-lampiran




                                       BAB II

                                 LANDASAN TEORI



A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Jawa

   1. Pengertian Belajar

              Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama

      hidupnya. Belajar pada umumnya dilakukan seseorang sejak mereka ada di dunia

      ini. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan istilah belajar dengan beberapa uraian

      yang tidak sama. Untuk dapat memahami dan mempunyai gambaran yang luas,

      berikut ini diberikan beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli :
a). Whittaker (dalam Sumanto, 1997:57) belajar adalah proses tingkah laku yang

   ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

b). Kimble (dalam Hergenan, 1982:3) belajar adalah perubahan relatif permanen

   dalam potensi bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang

   diperkuat.

c). Winkel (dalam Nasution, 2000:131) belajar adalah aktivitas mental atau

   psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

   menghasilkan     perubahan-perubahan     dalam    pengetahuan,   pemahaman,

   ketrampilan, nilai dan sikap.

d). Sdaffer (dalam Nasution, 2000:131) belajar merupakan perubahan tingkah

   laku yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktik.

       Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang baru sebagai pengalaman individu itu sendiri.

       Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar

dapat berupa ketrampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan. Belajar

merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan disengaja, artinya seseorang

yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia

mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada dirinya sebagai akibat dari

kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya tersebut.

       Dalam penelitian ini, siswa dihadapkan pada sebuah PC (Personal

Computer), yang didalamnya telah diisi (instal) program animasi SWiSH.

Program animasi ini digunakan untuk menyampaikan materi huruf jawa. Secara

sadar siswa melihat, membaca, menirukan dan menulis materi yang disampaikan
sesuai dengan petunjuk yang telah disusun dalam paket pembelajaran. Setelah

   selesai maka akan terlihat bahwa secara sadar telah terjadi perubahan pada diri

   siswa dalam hal membaca dan menulis huruf jawa.

2. Teori Belajar

          Dalam menjelaskan persoalan proses belajar yang dilakukan oleh individu,

   sangat terkait erat dengan teori belajar. Teori Belajar yang dikemukakan oleh

   beberapa ahli psikologi itu melandasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh

   individu, dan akan mempengaruhi hasil belajar individu tersebut.

          Dari beberapa ahli yang telah mengemukan pendapatnya tentang belajar

   itu, dapat dikelompokkan sebagai berikut :

   a. Teori Behavioristik (Muhibin Syah, 1997:105)

       1) Connectionism (Thorndike)

       2) Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)

       3) Contiguous Conditioning (Guthrie)

       4) Descriptive Behaviorism (Skinner)

   b. Teori Kognitif (Muhibin Syah, 1997:11)

       1) Teori Gestalt (Koffka, Kohler, Wertheimer)

       2) Teori Medan (Lewin)

       3) Teori Organisme (Wheeler)

          Dari sekian banyak teori belajar yang ada, Teori Skinner (Descriptive

   Behaviorism) dewasa ini sangat besar pengaruhnya, terutama di dalam dunia

   pendidikan khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran.

   Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun

   berdasar atas teori Skinner.
Teori Skinner digunakan sebagai dasar, karena teori Skinner memikirkan

tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons. Skinner

membedakan adanya dua macam respons, yaitu: (1) respondent response

(reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang

tertentu dan (2) operant response (instrument response), respons yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.

       Teori Skinner ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa

dalam proses pembelajaran. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah

tingkah-laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa

sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut menjadi adat

kebiasaan, maka setiap ada perubahan tingkah laku positif kearah tujuan yang

dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa pemberitahuan

bahwa tingkah laku tersebut telah betul.

       Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah

tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang

terkenal yang dihasilkan teori ini ialah teaching machine dan programmed

instruction.

       Penggunaan program animasi SWiSH merupakan salah satu bentuk

pengaruh dari teori belajar Skinner. Program animasi SWiSH digunakan untuk

menyusun sebuah paket pembelajaran interaktif dengan komputer sebagai

sarananya. Paket pembelajaran tersebut telah disusun sedemikian interaktifnya

sehingga siswa dapat belajar sendiri materi yang disampaikan. Siswa dapat belajar

sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. Jika siswa ingin belajar membaca,
maka siswa akan dibimbing cara membaca yang baik dengan bimbingan suara

   (sound) tutor yang sudah terprogram. Jika siswa ingin belajar menulis, maka

   siswa juga akan dibimbing cara menulis yang baik dengan bimbingan suara

   (sound) tutor terprogram. Kesemuanya itu disusun dalam bentuk tombol-tombol

   ataupun ikon-ikon, sehingga siswa bebas untuk memilih materi mana yang akan

   dipelajarinya terlebih dahulu.

          Paket pembelajaran ini juga dilengkapi dengan evaluasi untuk mengukur

   tingkat keberhasilan siswa. Evaluasi ini dilengkapi pula dengan penguatan, artinya

   ketika siswa menjawab benar maka akan muncul tulisan ataupun suara (sound)

   yang menyatakan benar, begitu juga sebaliknya jika salah maka akan muncul

   tulisan ataupun suara (sound) yang menyatakan salah.

          Keunggulan program ini adalah bentuk–bentuk animasi yang menarik,

   sehingga siswa tidak bosan ketika dia sedang belajar, sehingga materi akan lebih

   cepat tertangkap dan harapannya akan terjadi perubahan tingkah laku yang positif

   kearah yang diinginkan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

          Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil

   belajar siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut

   Suryabrata   (1989:142),    faktor-faktor   yang   mempengaruhi    hasil   belajar

   digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar dan faktor

   instrumen.
Faktor yang pertama yaitu faktor dari dalam. Faktor dari dalam yaitu

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang

sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi :

a. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra.

   Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak

   yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak

   yang tidak kekurangan gizi, kondisi panca indra yang baik akan memudahkan

   anak dalam proses belajar.

b. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat

   mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat,

   motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

   1) Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa.

       Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar

       yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin

       individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan

       lambat dan mengalami kesulitan belajar.

   2) Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan

       belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang

       dibawa sejak lahir.

   3) Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat

       belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan

       cepat.
4) Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah

       sama. Adapun pengertian motivasi belajar itu menurut Nasution

       (2000:146) adalah ”Sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar

       terwujud”. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

       cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi

       lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru

       membelajarkan siswa. Nasution (2000:146).

   5) Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan

       kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa

       yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan,

       kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.

   6) Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek

       pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa.

       Faktor yang kedua yaitu faktor dari luar. Faktor dari luar yaitu faktor-

faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Faktor-faktor ini meliputi :

a. Lingkungan alami

           Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses

   belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-

   alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.

   1). Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara terlalu

       lembab atau kering kurang membantu siswa dalam belajar. Keadaan udara
yang cukup nyaman di lingkungan belajar siswa akan membantu siswa

      untuk belajar dengan lebih baik.

   2). Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian

      waktu siswa untuk belajar dalam satu hari.

   3). Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan berbeda

      bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu siswa

      untuk lebih nyaman dalam belajar.

   4). Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung

      sekolah yang efektif untuk belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

      letaknya jauh dari tempat-tempat keramaian (pasar, gedung bioskop, bar,

      pabrik dan lain-lain), tidak menghadap ke jalan raya, tidak dekat dengan

      sungai, dan sebagainya yang membahayakan keselamatan siswa.

   5). Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (seperti

      transparansi) ataupun perangkat keras (misalnya OHP).

b. Lingkungan sosial

          Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik

   manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran

   orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas

   belajar. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat

   dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) lingkungan sosial siswa di rumah yang

   meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, kakak atau adik

   serta anggota keluarga lainnya, (2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu:

   teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya,
dan (3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota

   masyarakat (Mustaqim, 1990:68)

       Faktor yang ketiga yaitu faktor instrumental. Faktor instrumental adalah

faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang

diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur program, sarana

dan prasarana, serta guru.

       Faktor   instrumen    yang   berkaitan   dengan   sarana   dan   prasarana

pembelajaran adalah media pembelajaran. Dengan menggunakan media

pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.

Karena media pembelajaran dapat menimbulkan kegairahan belajar,

memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan serta memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri

menurut kemampuan dan minatnya.

       Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan

bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar-belakang

lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan

media pembelajaran yaitu dengan kemampuannya dalam memberikan perangsang

yang sama, mempersamakan pengalaman, menimbulkan persepsi yang sama

       Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sarana dan prasarana

sekolah pun semakin berkembang. Komputer sebagai sarana dan prasarana

sekolah juga dirasa sangat penting. Komputer tidak hanya digunakan sebagai alat
bantu kerja, misalnya untuk mengetik laporan-laporan dan data-data sekolah.

   Tetapi digunakan pula sebagai alat bantu mengajar sehingga berfungsi sebagai

   media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran komputer dilengkapi pula

   dengan program-program untuk pembelajaran. Salah satu program yang

   digunakan adalah program animasi SWiSH. Program animasi SWiSH ini dapat

   digunakan dalam pembelajaran huruf jawa.

4. Pembelajaran Huruf Jawa

          Kelas VII adalah tingkat pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

   Mata pelajaran yang diberikan sangat beragam, salah satunya adalah mata

   pelajaran bahasa Jawa. Bahasa Jawa termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal

   karena termasuk dalam pelajaran bahasa daerah dimana tiap-tiap daerah itu

   memiliki bahasa yang berbeda-beda. Materi bahasa Jawa di kelas VII SMP

   meliputi wacana (cerita berbahasa Jawa), macam-macam tembung, macam-

   macam ukara, Parikan, Sanepa, Seselan, Cangkriman, Wayang, Paribasan dan

   Aksara Jawa (Huruf Jawa). Dari sekian banyak materi tersebut, peneliti hanya

   mengambil huruf Jawa sebagai bahan penelitian.

          Huruf Jawa ada sejak zaman dahulu yang dikenalkan pertama kali oleh Aji

   Saka yang berkelana ke Negara-negara Asia. Pada mulanya tulisan Jawa ini untuk

   mengenang sahabatnya yang bertengkar karena mempertahankan kebenarannya.

          Sudharto (1999:29) menjelaskan bahwa pada saat bepergian Aji Saka

   berpesan kepada sahabatnya yang bernama Dora untuk menjaga pusaka yang

   ditinggalkannya. Tidak satupun orang boleh mengambilnya selain Aji Saka
sendiri. Akan tetapi saat akan bertengkar dengan Dewata Cengkar, Aji Saka

memerintahkan sahabatnya Sembada untuk mengambil pusaka itu.

       Kedua sahabat itu saling mempertahankan kebenarannya, hingga tetes

darah terakhir. Dora dan Sembada meninggal dunia bersama-sama karena saling

membunuh. Saat Aji Saka kembali mereka terlanjur telah mati. Untuk mengenang

mereka ditulisnya huruf Jawa, ha na ca ra ka yang berarti ada utusan, da ta sa wa

la yang berarti saling berselisih pendapat, pa da ja ya nya yang berarti sama-sama

sakti, ma ga ba ta nga yang berarti sama-sama meninggal dunia.

       Huruf Jawa itu hingga kini tetap digunakan untuk pelajaran di sekolah-

sekolah. Dalam pembelajaran menulis huruf Jawa dikenal ada Aksara Jawa,

Pasangan dan Sandhangan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

a). Aksara Jawa



            ha         na           ca           ra          ka



            da         ta           sa          wa            la



            pa        dha           ja          ya           nya



            ma         ga           ba          tha          nga


b). Pasangan

       ha             na             ca               ra           ka
da            ta              sa          wa          la




             pa           dha              ja          ya         nya



            ma              ga            ba          tha         nga



      c). Sandhangan




             cecak      layar           pangkon       pepet      suku




             taling     taling tarung       wignyan    wulu



B. Media Pembelajaran

   1. Pengertian

             Media pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pendidikan.

      Maka dari itu media pembelajaran merupakan faktor penting yang menentukan

      keberhasilan pendidikan. Hamalik (1994:12) mendefinikan media pembelajaran

      adalah ”alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

      mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

      pendidikan dan pengajaran di sekolah”.
Media yang digunakan dalam pembelajaran ada bermacam-macam, mulai

   dari media yang sederhana hingga media yang rumit dan modern. Sebagai alat

   bantu dalam mengajar, Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar

   siswa dalam pembelajaran yang akan menyebabkan hasil belajar yang tinggi pula.

2. Jenis-Jenis Media

          Media yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar dan mengajar ada

   bermacam-macam. Sudjana (1997:3) menjelaskan, bahwa media pembelajaran

   meliputi (1) media grafis yang terdiri atas: gambar, foto, grafik, bagan, poster,

   diagram, komik, dan lain-lain (2) media tiga dimensi yang terdiri atas: media

   model penampang, model susun, model kerja, mock-up, diorama, (3) media

   proyeksi seperti: slide, film strip, film, OHP, dan (4) penggunaan lingkungan.

          Sejalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka media

   pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran juga bervariasi dan semakin

   canggih. Menurut Sudjana (1997:8) pada mulanya konsep keterbacaan (literacy)

   hanya digunakan dalam konteks verbal yakni membaca dan menulis. Akan tetapi

   mulai tahun 1960-an muncul konsep keterbacaan visual yang kemudian disusul

   dengan audio dan dilengkapi dengan audio-visual.

          Yang termasuk media visual adalah gambar, grafik, poster dan lain-lain.

   Sedangkan media audio meliputi: tape recorder dan radio. Televisi, VCD, video,

   DVD, dan slide suara.

          Gafur(1989:4) mengklasifikasikan media sebagai berikut :

                                       Media
        Kelompok Media                                Alat Bantu Pengajaran
                                   instruksional
                                - Audio tape         - Telepon
    I. Audio (suara)
                                  (caseette)         - Intercom
II. Bahan Cetak            - Programed text      Hand-out
         (termasuk gambar /      - Manual              Papan tulis
          foto)                  - Modul               Chart, grafik
                                 - Slide, film strip   - slides
      III. Gambar mati yang
                                   (bisa disertai      - transparencies
           diproyeksikan
                                    narasi)            - film strip
                                 - Lembaran Kerja
      IV. Audio Cetak              disertai tape
                                                       -
          (kombinasi I dan II)   - Peta/diagram
                                   disertai narasi
      V. Audio-visual yang       - Film strip-narasi
                                                       -
        diproyeksikan            - Sound-slide
      VI. Gambar bergerak        - Film tanpa suara    - Film tanpa suara
      VII. Gambar /              - Film bersuara       - Film bersuara
          Film bersuara          - Video-tape          - Video, tape
                                 - Benda
                                                       - Specimen
                                    senyatanya
      VIII. Objek / benda                              - Model / tiruan
                                 - Model / tiruan
                                                         benda
                                    benda
      IX. Hubungan antar
                                                       - Permainan
          pribadi dan
                                 -                     - Simulasi
          pengalaman langsung
                                                       - Kelompok diskusi
          ( guru, teman)
                                 Computer
      X. Komputer                Analysts
                                 Instruction

            Berdasarkan klasifikasi Gafur tersebut, maka pemanfaatan program

     animasi SWiSH dalam pembelajaran huruf Jawa ini termasuk dalam media

     komputer, karena menggunakan komputer sebagai sarananya.



C. Program Animasi SWiSH

         Multimedia interaktif dengan Animasi Komputer untuk Pembelajaran

  diantaranya media audio-visual untuk keperluan pembelajaran mulai ditekuni para

  pengajar sejak tahun 1920-an, ketika teknologi film mulai berkembang pesat

  (Microsoft Corporation,1999:a). Stimulus visual yang menyertai suara menjadikan

  pembelajaran konsep-konsep menjadi terjelaskan secara konkrit.
Komputer sebagai alat Bantu pembelajaran telah lama pula dikenal dan

dikembangkan. Istilah-istilah CAI (Computer-aided Instruction), CBL (Computer-

based Learning), CBT (Computer-based Training) telah menjadi bagian dari kosa

kata para ahli teknologi pembelajaran sejak tahun 1980-an.

       Perkembangan     teknologi   komputer    yang   memungkinkan     penayangan

informasi grafik, suara dan gambar, selain teks, memungkinkan dibuat media

audiovisual yang bersifat interaktif. Multimedia adalah istilah yang diberikan pada

teknik penyajian informasi yang menggabungkan informasi berupa teks, grafik, citra,

suara, gambar, maupun video.

       Sekarang banyak program-progarm alternatif untuk pembuatan animasi Flash

selain program animasi dan multimedia dari Macromedia sendiri. Jika kita ingin

membuat sebuah animasi Flash yang luar biasa yang sangat dinamis tanpa

menggunakan Flash, kita dapat menggunakan SWiSH. SWiSH merupakan suatu

pilihan yang tepat, begitu mudah digunakan. Kita dapat membuat animasi-animasi

kompleks dengan teks, image, grafik, dan suara dalam waktu singkat. SWiSH

memiliki 150 lebih efek-efek di dalamnya yang siap digunakan seperti efek Explode,

Vortex, 3D Spin, Snake,             dan masih banyak lagi lainnya. Program aplikasi

SWiSH sekarang memiliki tool untuk membuat garis, bujursangkar, elips, kurva

Bezier, alur pergerakan (motion path), sprite, dan tombol rollover yang semuanya ada

dalam sebuah antarmuka yang mudah digunakan.

       SWiSH adalah program animasi yang berbasiskan orientasi objek yang dapat

membuat animasi objek vector dan bitmap sehingga ukuran filenya kecil. Program

aplikasi SWiSH dapat membuat efek-efek secara dramastis. Sejak SWiSH dibuat
pertama kalinya, SWiSH v2.0 di-upgrade secara besar-besaran. Ada ratusan fitur-fitur

baru untuk digunakan dalam membuat animasi. Program aplikasi SWiSH merupakan

suatu pilihan alternatif program pembuat animasi Flash yang sangat baik

dibandingkan dengan program-program pembuat animasi Flash lainnya yang

dirasakan begitu sulit dipelajari dan kompleks serta lebih mahal harganya.

       Program aplikasi SWiSH sangat mudah dipelajari dan memiliki antarmuka

yang mirip dengan antarmuka Macromedia Flash. Impian kita untuk membangun

situs yang dinamis dengan berbagai macam animasi akan terwujud dalam sekejap

karena kemudahannya. Pengguna SWiSH perlu mempelajari konsep-konsep animasi

dan terminologi dari perangkat lunak ini serta mengembangkan kreativitas untuk

menghasilkan animasi yang menarik.

       Kemampuan SWiSH yang dapat mengekspor file ke format file .swf

(Macromedia Flash) membuat animasi ini dapat dijalankan pada semua komputer

yang memiliki program Flash player. Animasi-animasi SWiSH juga dapat

dimasukkan ke dalam halaman web atau diimpor ke dalam Flash. Hasil animasi

SWiSH juga dapat dikirim melalui sebauh e-mail, disatukan dalam sebuah presentasi

Microsoft PowerPoint, atau dimasukkan ke dalam sebuah dokumen Microsoft Word.

Kita juga dapat mengekspor hasil kerja kita ke dalam format file .avi untuk membuat

sebuah movie yang dapat dijalankan di atas sistem operasi Windows.

       SWiSH sangat cocok untuk para perancang halaman web, animator, komputer

grafis, pelajar, mahasiswa, dosen, penggemar animasi (hobiis), rumah-rumah

produksi untuk pembuatan judul film (titling), pembuatan teks terjemahan, teks

musik, pembuatan credit dan bumper pada Video/Sinetron/VCD, serta tempat-tempat

kursus komputer grafis dan animasi.
SWiSH juga cocok digunakan untuk penyampaian materi presentasi, materi

kuliah, ataupun materi pembelajaran yang membutuhkan tampilan animasi gambar

dan tulisan yang menarik. Karena itu SWiSH cocok juga digunakan untuk media

pembelajaran membaca dan menulis huruf jawa.

       SWiSH tidak menuntut kebutuhan dasar yang terlalu tinggi, kebutuhan dasar

tersebut adalah :

1. Perangkat keras utama (Hardware)

   a). Prosesor           : Pentium® 100 ke atas

   b). Memori RAM         : 32MB (64MB dianjurkan)

   c). Hard Disk          : minimal 160MB

   d). CD-ROM             : minimal 2X

   e). Monitor            : SVGA 800x600 pixel dengan 256 warna

   f). Mouse              : alat penunjuk dan pembuatan objek animasi

   g). Kartu suara        : untuk output musik dan suara



2. Perangkat lunak (Software)

   a). Sistem Operasi     : Windows 95/98/ME/NT4/2000/XP

   b). Perangkat Lunak : SWiSH,         SWiSH tidak dibutuhkan Macromedia Flash

       terinstal pada sistem komputer

       Untuk menjadikan animasi lebih baik diperlukan kebutuhan tambahan, yaitu :

1. Perangkat Keras Tambahan (Hardware)

   a). Tablet/digitizer   : untuk membuat skets objek gambar

   b). Scanner            : untuk mengambil citra data gambar

   c). Camera Digital     : untuk mengambil gambar image
d). Microphone       : untuk penambahan karakter suara

2. Ketrampilan (Skill dan Brainware)

    a). Imaginasi        : membuat jalan cerita dan konsep animasi

    b). Kreativitas      : menuangkan imajinasi ke dalam stage

    c). Sketsa           : untuk membuat berbagai objek animasi

    d). Sense of Music   : untuk menghidupkan projek animasi

         Untuk dapat menggunakan program animasi SWiSH dengan baik, perlu

diketahui karakteristik dari program ini. Adapun kelebihan dari program animasi

SWiSH adalah : (1). Mudah digunakan dalam membuat animasi-animasi teks yang

kompleks, animasi image, grafik dan suara dalam waktu singkat; (2). Sangat mudah

dipelajari dan memiliki antarmuka yang mirip dengan antarmuka Macromedia Flash;

(3). Dapat mengekspor file ke format file.swf (Macromedia Flash) dan format file.avi;

(4). Animasi-animasi SWiSH dapat dimasukkan ke dalam halaman web atau diimpor

ke dalam Flash; (5). Hasil animasi SWiSH dapat dikirim melalui sebuah e-mail,

disatukan dalam sebuah presentasi Microsoft PowerPoint, atau dimasukkan ke dalam

sebuah dokumen Microsoft Word; (6). Dalam proses pembelajaran, siswa dapat

belajar secara mandiri karena konsep pelajaran telah disajikan secara kongkret dan

jelas.

         Sedangkan kelemahan dari program animasi SWiSH adalah : (1). Memerlukan

program Macromedia Flash Player terinstal, jika ingin mengaktifkan ikon tes player;

(2). Perlu mempelajari konsep-konsep animasi dan terminologi dari perangkat lunak

ini serta mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan animasi yang menarik; (3).
Dalam proses pembelajaran, kurang adanya interaksi antara guru dengan siswa karena

   siswa lebih banyak berinteraksi dengan komputer.

          Program animasi SWiSH tidak dapat lepas dari metode konvensional, karena

   itu perlu diketahui pula karakteristik dari metode konvensional. Adapun kelebihan

   dari metode konvensional adalah : (1). Lebih efektif digunakan untuk materi yang

   tidak rumit tetapi membutuhkan ekspresi wajah. Misalnya materi cerita; (2). Sebagai

   metode dasar (basic), maksudnya bahwa semua metode dalam pembelajaran pasti ada

   unsur-unsur konvensional didalamnya. Misalnya ceramah sebagai pembuka pelajaran.

          Adapun kelemahan dari metode konvensional adalah : (1). Konsep yang

   disajikan kemungkinan masih bersifat verbalisme, masih abstrak belum kongkret; (2).

   Siswa pasif, penekanan lebih banyak pada guru pada kegiatan pembelajaran.

D. Kerangka Berpikir

          Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar

   yang lebih baik adalah penggunaan media pembelajaran ke dalam kegiatan

   pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang

   dengan penggunaan media yang memadai. Karena berinteraksi dengan sumber belajar

   atau media pembelajaran dapat mengarah pada tercapainya hasil belajar yang optimal.

          Media pembelajaran dapat memberikan pengertian dan konsep yang

   sebenarnya secara realitis dan teliti, serta memberi pengalaman menyeluruh yang

   pada akhirnya memberi pengertian yang konkret, sehingga pemahaman siswa

   terhadap materi yang disampaikan guru tidak lagi bersifat verbalistik.

          Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran selalu

   mengalami perkembangan pula. Hal itu disebabkan karena setiap media pembelajaran

   mempunyai kelemahan. Oleh sebab itu, perlu diadakan penemuan media baru dan
pemanfaatan media yang baru guna meningkatkan proses pembelajaran yang lebih

   efektif dan efisien.

           Suatu media baru yang menarik siswa dan dapat digunakan untuk

   pembelajaran membaca dan menulis huruf Jawa adalah program animasi SWiSH.

   Dengan menggunakan program animasi SWiSH, siswa menjadi lebih mudah dalam

   mempelajari huruf Jawa, karena materi tersebut disajikan dalam format animasi

   dengan disertai suara dan gambar yang menarik. Setelah mempelajari materi ini siswa

   dengan mudah mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan huruf jawa. Dengan

   mudahnya siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan huruf jawa, maka

   prestasinya akan meningkat. Kerangka berpikir ini dapat dilihat pada bagan 1.

       materi
    (Huruf Jawa)

                 penemuan media baru
               (Program Animasi Swish)

                                       materi menjadi
                                       konkret dan realistis

                                                               prestasi siswa
                                                               meningkat


                               Bagan 1. Kerangka berpikir


E. Hipotesis

           Berdasarkan landasan teori maka hipotesis penelitian ini adalah ”ada

   perbedaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan program

   SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri

   1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005”.
BAB III

                               METODE PENELITIAN



        Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya (Arikunto, 2002 : 136).

        Adapun metode dalam penelitian ini mencakup tentang rancangan penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji coba instrumen

(validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda), langkah eksperimen dan analisis

data.



A. Rancangan Penelitian

           Rancangan penelitian adalah sebuah titik tolak pemikiran yang akan berguna

   untuk mengumpulkan data yang bermanfaat terhadap penelitian, kemudian untuk

   dianalisis dan mencari peranannya yang dapat digunakan sebagai pedoman yang

   diharapkan. Dalam rancangan penelitian diawali dengan menentukan sumber data.

   Dari sumber data baru kemudian menyusun instrumen, mengingat kegunaan

   instrumen adalah untuk mengumpulkan data. Dari pengumpulan data yang

   diharapkan, hasilnya kemudian untuk menarik kesimpulan.

           Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan logika hipotetika

   verifikatif. Dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian
melakukan verifikasi data empiris dan menguji hipotesis berdasarkan data empiris

serta menarik kesimpulan atas dasar hasil pengujian hipotesis. Untuk itu peran

statistika sangat diperlukan (Sudjana, 1989 : 195). Dalam penelitian ini digunakan

metode penelitian kuantitatif dengan analisis statistik.

       Rancangan penelitian dibedakan menjadi beberapa model diantaranya :

penelitian kasus (case studies), penelitian causal komparatif, penelitian korelasi,

penelitian histories, dan penelitian fisiologis. Dari beberapa model penelitian tersebut

penelitian yang digunakan adalah model causal komparatif. Dipilihnya penelitian

kausal komparatif sebagai berikut : akan dapat menemukan persamaan-persamaan

dan perbedaan-perbedaan tentang suatu faktor yaitu ingin membandingkan dua

peristiwa dengan melihat penyebabnya serta ingin mengetahui kemungkinan-

kemungkinan akibat dari suatu kejadian yang tidak dilakukan dengan suatu

eksperimen (Arikunto, 2002 : 75).

       Eksperimen adalah suatu cara untuk menyelidiki kemungkinan saling

berhubungan sebab akibat (bersifat kausal) dengan cara mengenakan kepada satu atau

lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. (Nasir, 1985 : 16).

       Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.

Adapun rancangan atau pola eksperimen dapat dilihat pada      tabel 2.

                             Tabel 2. Pola Eksperimen

       Group             Nilai Pre-test        Treatment      Hasil Post Test
    Eksperimen                 C                   Xe                Ye
      Kontrol                  K                   Xk                Yk



       Keterangan :
C =     nilai hasil pre test kelompok eksperimen

         K =     nilai hasil pretest kelompok kontrol

         Xe =    pembelajaran menggunakan media animasi Swish

         Xk =    pembelajaran menggunakan metode konvensional

         Ye =    hasil post test kelompok eksperimen

         Yk =    hasil post test kelompok kontrol

         Menurut pola tersebut terapannya dalam penelitian ini sebagai berikut :

   1. Memilih 2 kelas yang homogen dari segi kemampuan, untuk itu dilakukan

      pengukuran dahulu dengan kriteria tertentu, sehingga kemampuan kedua kelas itu

      mendekati kesamaan.

   2. Dari dua kelas tersebut, satu kelas ditetapkan sebagai kelompok eksperimen

      (kelas A), dan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol (kelas B).

   3. Kelas A diberi pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH, sedangkan

      kelas B diberi pembelajaran dengan metode konvensional.

   4. Setelah empat kali pertemuan, diadakan tes kemampuan, kemudian hasilnya

      diukur untuk mengetahui hubungan keduanya. Pembelajaran mana yang lebih

      tinggi daya serapnya.

   5. Apabila rata-rata kelompok eksperimen menunjukkan hasil lebih tinggi dan

      berbeda secara nyata dari hasil yang diperoleh kelompok kontrol, maka dapat

      disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH lebih

      efektif dan mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dibandingkan

      dengan pembelajaran konvensional.



B. Populasi dan Sampel

   1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002 : 108).

      Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki (Hadi, 2000 :

      220). Lebih lanjut dikemukakan, bahwa populasi dibatasi sejumlah penduduk atau

      individu yang paling sedikit mempunyai sifat-sifat yang sama.

              Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Semester 1

      SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005.

   2. Sampel

              Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Arikunto, 2002

      : 109). Sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel (Sudjana, 2000 : 7).

              Jadi dari pengertian di atas, sampel merupakan bagian atau unit kecil dari

      populasi dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

      siswa kelas VIIE dan kelas VIIF, penentuan kelas ini ditentukan menggunakan

      teknik cluster random sampling. Dalam penelitian ini digunakan studi sampel

      maksudnya sampel berjumlah 2 kelas, yaitu kelas eksperimen 44 siswa dan

      kelompok kontrol 44 siswa. Setelah dimatching sesuai dengan nilai pre-test, maka

      kelompok eksperimen sejumlah 44 siswa dan kelompok kontrol 44 siswa.

              Matching adalah kata lain dari memadukan atau menyatukan nilai atau

      kondisi yang hampir sama, antara lain mempunyai nilai yang hampir sama,

      tingkat kelas yang sama, usia atau tingkat psikologis yang sama.

C. Variabel Penelitian

          Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan konsep

   adalah sesuatu yang hendak diteliti. Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi

   objek pengamatan dalam penelitian. (Sumadi Suryabrata,          1983 : 72). Menurut

   Suharsimi variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. (Suharsimi, 2002 : 94).
Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang

keberadaannya tidak tergantung (independent) pada variabel lain, sedangkan variabel

terikat adalah variabel yang keberadannya tergantung (dependent) pada variabel lain

(M. Nasir, 1983 : 150). Secara kontekstual variabel yang terdapat dalam penelitian ini

adalah :

1. Variabel terikat

            Variabel terikat adalah variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel

   bebas (Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 12). Variabel terikat adalah akibat atau

   variabel tidak bebas. (Suharsimi, 2002 : 97). Variabel terikat dalam penelitian ini

   yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran huruf Jawa.

2. Variabel bebas

            Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan

   suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain (Sudjana dan Ibrahim, 1989 :

   12). Menurut Suharsimi (2002 : 97) variabel bebas adalah variabel yang

   mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

   menggunakan media animasi SWiSH dalam mata pelajaran bahasa jawa dengan

   topik membaca dan menulis huruf Jawa.

            Antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dibuat bagan seperti

   bagan 2.

           Pembelajaran                             Hasil belajar
           Menggunakan media                        membaca dan
           Animasi SWiSH                            menulis huruf Jawa

              Variabel bebas                           Variabel terikat
Bagan 2. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

       Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar membaca dan menulis huruf

jawa antara SWiSH dan metode konvensional, maka dibuat tabel 3. sebagai berikut :


Tabel 3. Perbedaan pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH dan
         pembelajaran konvensional


                                                                 Hasil
             Metode             Variabel        Kelompok
                                                                Belajar
                                 Bebas
             SWiSH                             Eksperimen          X
                             (independent)
                                Terikat
          Konvensional                           Kontrol           Y
                              (dependent)


       Selain variabel di atas masih terdapat variabel yang lain. Sutrisno Hadi (1990 :

437) menjelaskan bahwa variabel adalah semua keadaan, faktor-faktor, perlakuan

atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, sehingga dalam suatu

eksperimen dibedakan dua macam variabel, yaitu variabel eksperimen dan variabel

non eksperimen.

a. Variabel eksperimen disebut juga treatment variabel

          Variabel ekperimen adalah kondisi yang hendak diselidiki pengaruhnya

   terhadap suatu gejala (Sutrisno Hadi, 1990 : 437). Sebagai variabel eksperimen

   dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan program animasi SWiSH.

b. Variabel non eksperimen

           Variabel non ekperimental meliputi variabel kontrol dan variabel

   intervening (antara). Variabel kontrol adalah variabel yang dikontrol baik dengan

   jalan match atau penyeimbangan maupun dengan mempertahankan kondisi-

   kondisi tertentu yang seimbang. Penyeimbangan yang dimaksud adalah
penyeimbangan faktor tertentu antara group eksperimen dan group kontrol,

kecuali variabel treatment. (Sutrisno Hadi, 1990 : 437).

       Cara menyeimbangkan variabel disesuaikan dengan pola eksperimen yang

dipilih. Karena pola eksperimen yang dipilih adalah pola randomized control-

group pretest-postest design maka dalam penyeimbangan dilaksanakan secara

kelompok atau group matching.

       Adapun variabel kontrol yang perlu diseimbangkan adalah :

a). Jenis kelamin siswa

           Jenis kelamin siswa diasumsikan berpengaruh terhadap penguasaan

   materi huruf jawa, maka perlu diseimbangkan.

b). Umur siswa

           Umur siswa dapat dijadikan sebagai gambaran umum tentang tingkat

   kematangan siswa, maka dari itu juga perlu diseimbanagkan

c). Intelegency Question (IQ)

           Intelegency Question (IQ) dapat dijadikan gambaran umum tentang

   tingkat kecerdasan siswa, maka perlu diseimbangkan.

d). Nilai Pretest

           Skor awal siswa yang berupa skor pretest dari masing-masing kelas

   diurutkan dari nilai tertinggi hingga terendah, kemudian diambil secara

   berpasangan. Siswa yang skornya tidak mendapat pasangan tidak diambil.

   Pengambilan siswa dari kelompok pasangan berlebih dilakukan secara acak.

       Variabel non eksperimen yang kedua adalah variabel antara atau

intervening variable. Suatu variabel disebut variabel antara apabila, dengan
masuknya variabel tersebut, hubungan statistik yang semula tampak antara dua

variabel kemudian menjadi lemah atau bahkan lenyap. (S. Margono, 2003 : 146).

Pengaruh variabel intervening dapat dilihat pada bagan 3.

                                       B
                                 Variabel Antara



                   A                                  C
           Variabel Pengaruh                Variabel Terpengaruh

                     Bagan 3. Pengaruh Variabel Intervening

Keterangan :
 Garis putus berarti mungkin berhubungan langsung mungkin tidak. Untuk
 dapat menentukan bahwa diantara tiga variabel terdapat variabel antara
 diperlukan tiga hubungan tidak simetris, yakni A dan B, B dan C, A dan C.
 (S. Margono, 2003 : 147).
       Adapun variabel intervening dalam penelitian ini adalah :

a). Guru

            Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran huruf jawa ini

   dilaksanakan sendiri oleh peneliti baik di kelas kontrol maupun di kelas

   eksperimen.

b). Sarana dan fasilitas pendidikan

            Penelitian ini menggunakan sarana komputer. Untuk menggunakan

   komputer sebagai media pembelajaran diperlukan pengetahuan dasar

   pengoperasian komputer.

c). Situasi kelas

            SMP Negeri 1 Brangsong sebagai tempat penelitian berada di pinggir

   jalan raya Kendal-Semarang, sehingga suara bising lalu lintas kendaraan yang

   lewat sering terdengar.
D. Metode Pengumpulan Data

           Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan dua metode yaitu

  metode dokumentasi sebagai metode pendukung dan metode tes sebagai metode

  pokok.

  1. Metode dokumentasi

              Dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan

     keterangan-keterangan (Purwadarminta, 1983 : 256). Maka, dokumentasi

     digunakan untuk memperoleh keterangan berupa catatan penting atau dokumen

     penting yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti dari lembaga

     yang berperan dalam masalah tersebut. Metode ini digunakan untuk memperoleh

     daftar nama siswa, nilai tes bahasa Jawa (nilai ulangan), usia siswa, dan tingkat

     kecerdasan siswa (IQ).

              Dokumen yang berupa daftar nama siswa, nilai hasil ulangan siswa pada

     mata pelajaran bahasa Jawa, usia siswa dan tingkat kecerdasan siswa (IQ)

     digunakan untuk kepentingan analisa kemampuan dasar dan untuk menyamakan

     kondisi awal siswa di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

  2. Metode tes

              Metode tes adalah serentetan pertanyaan latihan yang digunakan untuk

     mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi dan kemampuan yang dimiliki

     oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2002 : 127). Metode tes

     digunakan untuk memperoleh data tentang pencapaian hasil belajar kognitif siswa

     sehingga dapat mengetahui tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai oleh siswa setelah menempuh proses belajar mengajar, yaitu pada mata

pelajaran bahasa Jawa pokok bahasan huruf Jawa.

a). Jenis Instrumen yang digunakan

          Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

   peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

   hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

   lebih mudah diolah (Arikunto, 2002 : 136)

          Dalam metode tes ini, instrumen yang digunakan adalah soal-soal tes.

   Agar instrumen dapat digunakan sebagaimana mestinya, perlu langkah-

   langkah dalam pembuatannya. Sedangkan langkah-langkah penyusunan

   instrumen tersebut adalah :

   1). Tahap persiapan, meliputi pembatasan materi yang akan diujikan yaitu

       pokok bahasan huruf Jawa, menentukan alokasi waktu, membuat kisi-kisi

       soal, membuat soal sesuai dengan kisi-kisi.

   2). Tahap pelaksanaan

   3). Tahap analisis

b). Konstruksi alat pengumpul data

          Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengambil data berupa nilai

   hasil belajar siswa. Tes dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran yang

   diberikan sehingga ruang lingkup materi evaluasi dibatasi pada materi yang

   telah diajarkan. Penilaian diberikan dengan simbol numerik basis sepuluh

   (angka 1 – 10).
Soal tes yang dipergunakan untuk memperoleh data dari kelompok

              eksperimen dan kelompok kontrol yaitu tes isian. Tes tidak standart buatan

              guru dengan bantuan kisi-kisi yang disesuaikan dengan kurikulum Sekolah

              Menengah Pertama tahun 2004, suplemen GBPP Sekolah Menengah Pertama

              2004 dengan berorientasi pada kurikulum berbasis kompetensi dan silabus

              mata pelajaran Bahasa Jawa Sekolah Menengah Pertama kelas VII semester 1

              Kabupaten Kendal.



E. Uji Coba Instrumen

              Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas instrumen

   sehingga dapat mengungkap data yang benar-benar dibutuhkan. Suatu tes dikatakan

   baik apabila pada tes itu benar-benar memenuhi beberapa syarat, yaitu valid dan

   reliabel. Jika tes memenuhi kedua syarat itu, maka tes tersebut akan konsisten atau

   ajeg bila digunakan pada lain waktu.

              Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang

   diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

   variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2002 : 145). Sedang suatu tes dikatakan

   reliabel / taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

   tetap (Arikunto, 1997 : 87). Dalam penelitian ini menggunakan validitas butir soal,

   sedangkan reliabilitasnya menggunakan rumus K-R 20.

              Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas VIIB SMP Negeri 1 Brangsong,

   sedangkan penelitian diadakan di kelas VIIE dan kelas VIIF. Hal ini dimaksudkan

   untuk menjaga kerahasiaan soal, sehingga hasil tes siswa tidak terpengaruh oleh hasil

   try out.
Uji instrumen yang dimaksud adalah validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan

tingkat kesukaran. Masing-masing uji instrumen tersebut dijelaskan sebagian berikut :

1. Uji Validitas

           Validitas merupakan ketepatan atau kejituan alat pengukur serta ketelitian,

   kesamaan atau ketepatan pengukuran apa yang sebenarnya diukur. Validitas

   terdiri atas tiga hal yaitu validitas keseluruhan soal, validitas item dan validitas

   faktor (Arikunto, 1997 : 65).

   a). Validitas logis dan validitas empiris

              Arikunto (2002 : 145) Validitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu

       validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis yaitu validitas yang

       diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga

       menurut logika akan dicapai suatu tingkat yang dikehendaki. Validitas logis

       diperoleh sejak penyusunan instrumen yang sesuai dengan materi dan

       kurikulum sekolah. Sedangkan validitas empiris yaitu menguji instrumen yang

       sudah disusun melalui pengalaman. Validitas empiris diperoleh dengan

       mencobakan instrumen sehingga dihasilkan validitas item.

   b). Validitas faktor

              Validitas faktor yaitu butir-butir soal dalam faktor dikatakan valid

       apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap soal-soal secara

       keseluruhan, yakni jumlah skor untuk butir-butir faktor tersebut menunjukkan

       adanya kesejajaran dengan skor total. (Arikunto, 1997 : 80).

              Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, tinggi

       rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul

       tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
c). Validitas butir soal/validitas item

           Validitas item adalah sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai

   dukungan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain sebuah item

   memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran

   dengan skor total. (Arikunto, 1997 : 72). Validitas butir soal (validitas item),

   merupakan validitas yang digunakan peneliti jika ingin mengetahui validitas

   soal tes.

           Untuk mengetahui validitas tiap-tiap item tes digunakan rumus

   Korelasi Point Biserial sebagai berikut :


                                            M p − Mt   p
                                  rpbsi =
                                               St      q

   Keterangan :

     rpbsi = Koefisien korelasi antara x dan y

     Mp    = Mean skor dari subjek yang menjawab betul item yang

               dicari korelasinya dengan tes

     Mt    = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

     St    = Standart deviasi skor total

     p     = porposi subjek yang menjawab betul item tersebut

     q     = 1–p

           Setelah diperoleh harga rpbsi dikonsultasikan dengan harga r product

   moment. Dengan taraf signifikansi tertentu, jika harga rpbsi > rtabel maka item

   soal tersebut dikatakan valid. Sedang item soal yang tidak valid tidak

   digunakan dalam penelitian. (Suharman, 1990 : 163).
Berdasarkan     hasil analisis    uji   coba   soal,   maka   harga    rpbis

         dikonsultasikan dengan harga r product moment pada N=34 dan taraf

         signifikansi 5%. Bila harga rpbis > rtabel maka tes tersebut valid. Dari hasil uji

         coba soal tersebut terdapat delapan soal yang tidak dipakai, yaitu nomor 1, 4,

         6,16, 21, 26 karena tidak valid dan nomor 15, 19 karena memiliki daya

         pembeda yang jelek dan tingkat kesukaran yang sukar.

2. Reliabilitas Soal

            Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya

   untuk dapat digunakan sebagaimana alat pengumpul data karena instrumen

   tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002 : 154).

            Peneliti menggunakan rumus K—R 20 karena instrumen mempunyai skor

   1 dan 0. Rumus K—R 20 sebagai berikut :


                                          k  S 2 − Σpq 
                                   r11 =               
                                          k − 1  S 2   

   Keterangan :

     r11    = reliabilitas instrumen

     k      = banyak item

     S2     = varians total (standart deviasi dari tes)

     p      = proporsi subjek yang menjawab benar

     q      = proporsi subjek yang menjawab salah ( q = 1-p )

     Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga rtabel product

   moment dengan taraf nyata 5%. Instrumen dikatakan reliabel jika r11 > rtabel

   (Arikunto, 2002 : 164).

          Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen (r11) diperoleh harga

   r11 = 0.8637 dengan rtabel = 0.339 sehingga r11 lebih besar dari rtabel maka dapat

   disimpulkan bahwa instrumrn penelitian ini reliabel.

3. Daya Pembeda Soal

          Menganalisa daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi

   kesanggupan tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori

   lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya.

          Rumus yang peneliti gunakan untuk menghitung daya pembeda soal

   adalah sebagai berikut :


                                              JB A − JBB
                                       DP =
                                                  JS A

   Keterangan :

    DP = Daya Pembeda

    JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas

    JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah

    JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas

   Klasifikasi daya pembeda soal :

    DP ≤ 0,00 adalah sangat jelek

    0,00 < DP ≤ 0,20 adalah jelek

    0,20 < DP ≤ 0,40 adalah cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 adalah baik

     0,70 < DP ≤ 1,00 adalah sangat baik

     (Suharman, 1990 : 113).

          Pada perhitungan daya pembeda soal, diperoleh 5 butir soal yaitu nomor 2,

   8, 23, 26, dan 27 merupakan kriteria baik, sedang soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 9, 10,

   11, 12, 13, 14, 17,18, 20, 22, 24, 25, 28, 29 dan 30 mempunyai kriteria cukup.

   Soal nomor 4, 15, 16, 19 dan 21 mempunyai kriteria jelek. Untuk soal yang

   mempunyai kriteria jelek perlu diadakan perbaikan agar dapat digunakan sebagai

   alat pengumpul data.

4. Tingkat Kesukaran Soal

          Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari

   kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah,

   sedang dan sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran tes digunakan rumus

   sebagai berikut :


                                           JB A + JBB
                                    IK =
                                           JS A + JS B

   Keterangan :

     IK   = Indeks kesukaran

     JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas

     JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah

     JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas

     JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah

   Selanjutnya indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut :
IK = 0,00 adalah soal sangat sukar

       0,00 < IK ≤ 0,30 adalah soal sukar

       0,30 < IK ≤ 0,70 adalah soal sedang

       0,70 < IK ≤ 1,00 adalah soal mudah

       IK = 1,00 adalah soal terlalu mudah

       (Suharman, 1990 : 112)

            Pada perhitungan tingkat kesukaran soal didapat 4 butir soal yakni nomor

     1, 16, 17, dan 24 merupakan kriteria mudah. Sedangkan yang termasuk kriteria

     sedang sejumlah 16 butir soal yaitu nomor 2, 3, 4, 6, 7, 8, 18, 20, 22, 23, 25, 26,

     27, 28, 29 dan 30. Untuk soal nomor 5, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 19 dan 21

     termasuk kriteria sukar.



F. Langkah Eksperimen

         Pembelajaran dalam penelitian ini, materi pengajarannya disampaikan oleh

  peneliti, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Hal ini dimaksudkan

  agar materi yang tersaji dan media yang digunakan sesuai dengan apa yang

  dikehendaki peneliti, khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan program

  animasi SWiSH.

         Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut :

  1. Pemilihan kelas

            Sesuai dengan keadaan SMP Negeri 1 Brangsong kelas VII yang terdiri

     dari 7 kelas, peneliti mengambil dua kelas yang dipilih secara acak atau random

     dengan teknik cluster random sampling, kemudian untuk menentukan kelompok

     eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan teknik undian.

  2. Pelaksanaan treatment (perlakuan)
Dalam pembelajaran telah disiapkan media animasi SWiSH yang

dibutuhkan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disajikan. Urutan

pelaksanaan kegiatan dalam pembelajaran terurai sebagai berikut :

a. Pada kelas eksperimen

   ─ Pertemuan / KBM I

       Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa,

       memberikan informasi kepada siswa bahwa pelajaran bahasa jawa pada

       pertemuan ini disampaikan dengan menggunakan media animasi SWiSH.

       Peneliti juga memberikan informasi bagaimana cara memanfaatkan media

       animasi SWiSH tersebut. Peneliti mengadakan apersepsi dilanjutkan

       materi inti, pokok bahasan aksara jawa. Kemudian diakhiri dengan

       evaluasi.

   ─ Pertemuan / KBM II

       Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa

       menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok

       bahasan sandhangan swara, pembelajaran ditutup dengan evaluasi.

   ─ Pertemuan / KBM III

       Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa

       menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok

       bahasan sandhangan panyigeg wanda dan wyanjana, pembelajaran ditutup

       dengan evaluasi.

   ─ Pertemuan / KBM IV
Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa

          menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok

          bahasan pasangan, pembelajaran ditutup dengan evaluasi.

               Pertemuan ini merupakan pertemuan yang terakhir dari pokok bahasan

      membaca dan menulis huruf jawa. Siswa diberikan tugas mengerjakan tes

      sumatif berbentuk soal isian.

   b. Pada kelas kontrol

               Pada prinsipnya proses pembelajaran kelas kontrol sama dengan

      pembelajaran kelas eksperimen, yang membedakan adalah penggunaan media

      animasi SWiSH. Pada kelas kontrol tidak menggunakan media animasi

      SWiSH tetapi konvensional yaitu ceramah. Pada awal pembelajaran kelas

      kontrol diberikan apersepsi, kemudian pada akhir pembelajaran diadakan

      evaluasi. Pemberian tes sumatif untuk kelompok kontrol diberikan pada

      pertemuan ke empat, untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pokok

      bahasan membaca dan menulis huruf jawa.

3. Penilaian

          Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauhmana proses kegiatan belajar

   mengajar yang dilakukan berhasil mencapai tujuan. Norma penilaian yang dicapai

   adalah pengolahan skor tanpa denda, sebagai berikut :


                                        S=R

   Keterangan :

      S = skor yang diperoleh

      R = jawaban yang betul
(Arikunto , 1997 : 169)

G. Analisis Data

          Analisis data sangat menentukan dalam suatu penelitian karena analisis data

   berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan melalui

   tahap-tahap berikut :

   a. Tahap awal

              Pada tahap awal data yang dianalisis adalah nilai ulangan bahasa jawa

      semester 1 tahun pelajaran 2004/2005. Analisis yang dilakukan adalah sebagai

      berikut :

      1). Uji normalitas

                   Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data yang akan

          dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah

          Lilliefors, untuk pengujian hipotesis nol (data berdistribusi normal) kita

          tempuh prosedur berikut :

          a). Pengamat x1, x2, … xn dijadikan bilangan baku z1, z2, … zn dengan
                                      x −x
              menggunakan rumus Z1 = 1       dimana x = rata-rata dan       s =
                                        s
                                           Σ( X 1 − X )
                                                      2

              simpangan baku sampel. s =
                                               n −1
          b). Untuk tiap bilangan baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku,

              kemudian dihitung peluang F(z1) = P(z ≤ z1).

          c). Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …zn yang lebih kecil atau sama

              dengan z1. Jika proporsi ini dinyatakan        oleh S(z1), maka S(z1) =

              banyaknyaz1 , z 2 ,.....z n yang ≤ z1
                               n

          d). Hitung selisih F(z1) – S(z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e). Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

           tersebut. Harga terbesar = Lo.

           Koefisien pengujian adalah data berdistribusi normal jika Lo ≤ L kritik

           dengan n = 44 dan taraf nyata 5%.

           (Sudjana, 2002 : 466).

   2). Uji kesamaan dua varians

               Setelah diketahui kedua kelompok berdistribusi normal kemudian

       dilakukan uji F untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai

       varians yang sama.

       Ketentuan :                          Dimana :

       Ho : σ12 = σ22                       σ12 = Eksperimen

       Ha : σ12 ≠ σ22                       σ22 = Kontrol

       Rumus yang digunakan :

                                        Varian terbesar
                                F=
                                        Varian terkecil

       Kriteria pengujiannya adalah kedua kelompok mempunyai varians yang sama

       jika dengan taraf nyata 5% Fhitung ≤ F1/2α (nb-1) (nk-1). (Sudjana, 2002 : 250).

b. Uji tahap akhir

           Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians maka

   langkah selanjutnya adalah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Pasangan

   hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah :

                                        Ho : µ1 = µ2

                                        Ha : µ1 ≠ µ2

   Dimana :

       µ1 = rata-rata kelompok eksperimen
µ2 = rata-rata kelompok kontrol

Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan uji t, yaitu :

1). Varians kedua kelompok sama

   Apabila varians kedua kelompok sama maka rumus yang digunakan adalah

   sebagai berikut :

                                              x1 − x 2
                                     t=
                                               1   2
                                          s      +
                                               n1 n 2

              dengan

                                  (n1 − 1)s1 2 + (n2 − 1)s 2 2
                            s=
                                          n1 + n 2 − 2

   Keterangan :

       x1 = rata-rata kelompok eksperimen

       x 2 = rata-rata kelompok kontrol

   Kriteria pengujian adalah Ho diterima jika –t         (1-1/2α)   <t<t    (1-1/2α)   dengan dk =

   n1 + n2 – 2 peluang (1-1/2α) serta taraf nyata 5%.

   (Sudjana, 2002 : 239).

2). Varians kedua kelompok berbeda

   Jika varians kedua kelompok berbeda maka rumus yang digunakan adalah :

                                              x1 − x 2
                                  t1 =
                                                2        2
                                              s1  s
                                                 + 2
                                              n1   n2

                                                                  w1t1 + w2 t 2
   Kriteria pengujiannya adalah tolah Ho apabila t 1 ≥
                                                                   w1 + w2
                                                              2                   2
                                                             s1         s
   Dan diterima Ho jika sebaliknya. Dengan w1 =                 dan w2 = 2
                                                             n1          n2
t1 = t (1−α ).(n1 −1) dan t 2 = t (1−α ).(n2 −1)

(Sudjana, 2002 : 243).




                                            BAB IV

              HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

   1. Hasil Pembuatan Media Interaktif Bahasa Jawa dengan SWiSH

             Media interaktif bahasa Jawa ini dibuat dengan program SWiSH dengan
      materi huruf Jawa. Tampilan materi dibuat dalam bentuk animasi gerak untuk
      mengenalkan macam-macam huruf Jawa beserta cara membacanya. Berikut ini
      beberapa bentuk tampilan dari media pembelajaran interaktif menggunakan
      SWiSH.




                   Gambar 1. Tampilan pada Saat Pembuatan Media
Gambar 2. Tampilan Pertama Hasil Pembuatan Media Pembelajaran




         Gambar 3. Hasil Animasi Materi Aksara Jawa
Gambar 4. Hasil Animasi Materi Sandhangan




 Gambar 5. Hasil Animasi Materi Pasangan
2. Deskripsi Kondisi Awal

          Data kondisi awal siswa dapat dilihat dari hasil matching yang meliputi

   jenis kelamin, umur siswa, inteligensi question (IQ), dan hasil pre test. Analisis

   matching terhadap jenis kelamin dan umur siswa digunakan uji chi kuadrat,

   sedangkan untuk data inteligensi question (IQ) dan data pre test digunakan uji t.

   a. Jenis Kelamin Siswa

                 Data tentang jenis kelamin responden penelitian dapat dilihat pada

      tabel 4.

               Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Penelitian

                                              Jenis Kelamin
                                                                      Total
                                        Perempuan       Laki-laki
                                   f        22             22          44
                      Eksperimen
                                   %      50.0%          50.0%       100.0%
       Kelompok
                                   f        22             22          44
                        Kontrol
                                   %      50.0%          50.0%       100.0%
                                   f        44             44          88
       Total
                                   %      50.0%          50.0%       100.0%

                 Berdasarkan tabel 4, tampak bahwa siswa perempuan dari kedua

      kelompok sama yaitu 22 orang, demikian juga untuk siswa laki-laki yaitu

      sebanyak 22 orang. Dari hasil uji chi kuadrat diperoleh χ2 hitung = 0.000 dengan

      probabilitas 1.000 > 0.05, yang berarti Ho diterima. Dengan diterimanya Ho

      menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai kondisi yang sama ditinjau

      dari jumlah jenis kelaminnya.




   b. Umur Siswa

                 Data umur siswa dari kedua kelompok dapat dilihat pada       tabel 5.
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA
PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA

More Related Content

What's hot

I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fkI%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fkMomonea Amrie
 
50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimiagusty_21
 
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236Momonea Amrie
 
Pra laporan rustina
Pra laporan rustinaPra laporan rustina
Pra laporan rustinayusarch
 
Materi 1-satu-rev-mercure-harmoni-28-nov-2017-rev-p
Materi 1-satu-rev-mercure-harmoni-28-nov-2017-rev-pMateri 1-satu-rev-mercure-harmoni-28-nov-2017-rev-p
Materi 1-satu-rev-mercure-harmoni-28-nov-2017-rev-pDiany Astuti
 
Materi sosialisasi penyamaan_profesi_dos
Materi sosialisasi penyamaan_profesi_dosMateri sosialisasi penyamaan_profesi_dos
Materi sosialisasi penyamaan_profesi_doswandi rusfiandi
 
KTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWKTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWICHSAN
 
Hasil Rembuknas - Kom I Sub B - Pengadaan Buku Kurikulum 2013
Hasil Rembuknas - Kom I Sub B - Pengadaan Buku Kurikulum 2013Hasil Rembuknas - Kom I Sub B - Pengadaan Buku Kurikulum 2013
Hasil Rembuknas - Kom I Sub B - Pengadaan Buku Kurikulum 2013Kreshna Aditya
 
Modul pn p sains bm thn 4
Modul pn p sains bm thn 4Modul pn p sains bm thn 4
Modul pn p sains bm thn 4Imo Mohd
 
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarnoKelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarnoIlham W'ie
 
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR  BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR  BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...SDN 1 JUGLANGAN
 
Modul PDP SAINS (VERSI BM ) TAHUN 4
Modul PDP SAINS (VERSI BM ) TAHUN 4Modul PDP SAINS (VERSI BM ) TAHUN 4
Modul PDP SAINS (VERSI BM ) TAHUN 4FREE FILE DOWNLOAD
 
Pengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranPengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranrsd kol abundjani
 

What's hot (20)

I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fkI%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
 
50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia
 
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
 
33043552
3304355233043552
33043552
 
Fatri nikendari
Fatri nikendariFatri nikendari
Fatri nikendari
 
Pra laporan rustina
Pra laporan rustinaPra laporan rustina
Pra laporan rustina
 
Pkm-p
Pkm-pPkm-p
Pkm-p
 
25.3.instrumen
25.3.instrumen 25.3.instrumen
25.3.instrumen
 
Materi 1-satu-rev-mercure-harmoni-28-nov-2017-rev-p
Materi 1-satu-rev-mercure-harmoni-28-nov-2017-rev-pMateri 1-satu-rev-mercure-harmoni-28-nov-2017-rev-p
Materi 1-satu-rev-mercure-harmoni-28-nov-2017-rev-p
 
Materi sosialisasi penyamaan_profesi_dos
Materi sosialisasi penyamaan_profesi_dosMateri sosialisasi penyamaan_profesi_dos
Materi sosialisasi penyamaan_profesi_dos
 
KTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWKTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAW
 
Hasil Rembuknas - Kom I Sub B - Pengadaan Buku Kurikulum 2013
Hasil Rembuknas - Kom I Sub B - Pengadaan Buku Kurikulum 2013Hasil Rembuknas - Kom I Sub B - Pengadaan Buku Kurikulum 2013
Hasil Rembuknas - Kom I Sub B - Pengadaan Buku Kurikulum 2013
 
Modul pn p sains bm thn 4
Modul pn p sains bm thn 4Modul pn p sains bm thn 4
Modul pn p sains bm thn 4
 
Meningkatkan hasil belajar apresiasi puisi
Meningkatkan hasil belajar apresiasi puisiMeningkatkan hasil belajar apresiasi puisi
Meningkatkan hasil belajar apresiasi puisi
 
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarnoKelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
 
Ptk otomotif
Ptk otomotifPtk otomotif
Ptk otomotif
 
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR  BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR  BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...
 
Konsep
KonsepKonsep
Konsep
 
Modul PDP SAINS (VERSI BM ) TAHUN 4
Modul PDP SAINS (VERSI BM ) TAHUN 4Modul PDP SAINS (VERSI BM ) TAHUN 4
Modul PDP SAINS (VERSI BM ) TAHUN 4
 
Pengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranPengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaran
 

Similar to PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA

Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Operator Warnet Vast Raha
 
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...MochamadUcuSudarsono
 
Kelas ix smp ipa_dewi ganawati
Kelas ix smp ipa_dewi ganawatiKelas ix smp ipa_dewi ganawati
Kelas ix smp ipa_dewi ganawatiPamela Sandhya
 
Pengaruh keikutsertaan Siswa Dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap ...
Pengaruh keikutsertaan Siswa Dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap ...Pengaruh keikutsertaan Siswa Dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap ...
Pengaruh keikutsertaan Siswa Dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap ...Dendhy Nugraha
 
SKRIPSI EKA NUR JANNAH_NIM 07108248007.pdf
SKRIPSI EKA NUR JANNAH_NIM 07108248007.pdfSKRIPSI EKA NUR JANNAH_NIM 07108248007.pdf
SKRIPSI EKA NUR JANNAH_NIM 07108248007.pdfEvyFitriaCahyaN
 
Proposal ptk 1 erma
Proposal ptk 1 ermaProposal ptk 1 erma
Proposal ptk 1 ermayultaerma
 
Konsep kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013Konsep kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013rizkiyolanda
 
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...tepungbumbu
 

Similar to PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA (20)

Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
 
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
 
Proposal ptk new
Proposal ptk newProposal ptk new
Proposal ptk new
 
proposal PTK
proposal PTKproposal PTK
proposal PTK
 
Proposal ptk br
Proposal ptk brProposal ptk br
Proposal ptk br
 
4101409015
41014090154101409015
4101409015
 
Ptk1
Ptk1Ptk1
Ptk1
 
Proposal ptk br
Proposal ptk brProposal ptk br
Proposal ptk br
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Kelas ix smp ipa_dewi ganawati
Kelas ix smp ipa_dewi ganawatiKelas ix smp ipa_dewi ganawati
Kelas ix smp ipa_dewi ganawati
 
RPS Microteaching_2023.docx
RPS Microteaching_2023.docxRPS Microteaching_2023.docx
RPS Microteaching_2023.docx
 
Pengaruh keikutsertaan Siswa Dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap ...
Pengaruh keikutsertaan Siswa Dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap ...Pengaruh keikutsertaan Siswa Dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap ...
Pengaruh keikutsertaan Siswa Dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap ...
 
Ptk fitri
Ptk fitriPtk fitri
Ptk fitri
 
SKRIPSI EKA NUR JANNAH_NIM 07108248007.pdf
SKRIPSI EKA NUR JANNAH_NIM 07108248007.pdfSKRIPSI EKA NUR JANNAH_NIM 07108248007.pdf
SKRIPSI EKA NUR JANNAH_NIM 07108248007.pdf
 
jarimatika-workshop
jarimatika-workshopjarimatika-workshop
jarimatika-workshop
 
Proposal ptk 1 erma
Proposal ptk 1 ermaProposal ptk 1 erma
Proposal ptk 1 erma
 
Konsep kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013Konsep kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013
 
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
PBL.pdf
PBL.pdfPBL.pdf
PBL.pdf
 

PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA

  • 1. PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR HURUF JAWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PROGRAM SWISH DENGAN METODE KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 1 DI SMP NEGERI 1 BRANGSONG KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 2004/2005 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang Oleh CANDRA ARIBOWO 1124000032 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2005
  • 2. MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sing sapa rumangsa pinter dhewe sejatine dheweke bodho dhewe Aja sira sumelang marga ora dipaelu ilmumu, jalaran yen ana wolak- waliking jaman, ngelmu kang sira darbeni iku bisa uga malah nguwasani donya iki, lamun iku pancen ngelmu kang murakabi manungsa sadonya PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahan untuk : Bapak dan ibuku tercinta, kakak-kakakku tersayang, teman-teman di Komunitas Lithium dan Teknodik Production PENGESAHAN
  • 3. Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, pada : Hari : Selasa Tanggal : 16 Agustus 2005 Panitia Ujian : Ketua Sekretaris Drs. Siswanto, M.M Dra. Nurussa’adah, M.Si NIP. 130515769 NIP. 131469642 Anggota Penguji : Pembimbing I Penguji I Drs. Budiyono, M.S Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131693658 NIP. 131570066 Pembimbing II Penguji II Dra. Istyarini Drs. Budiyono, MS NIP. 131422592 NIP. 131693658 Penguji III Dra. Istyarini NIP. 131422592 SARI
  • 4. Aribowo, Candra. 2005 ”Perbedaan Prestasi Belajar Huruf Jawa antara Pembelajaran Menggunakan Program SWiSH dengan Metode Konvensional pada Siswa Kelas VII Semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2004/2005”. Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : I. Drs. Budiyono, M.S, II. Dra. Istyarini. Kata Kunci : Prestasi Belajar, Huruf Jawa, SWiSH, Konvensional, Deskriptif Kuantitatif Perkembangan ilmu dan teknologi komputer yang semakin pesat dewasa ini telah membawa perubahan dalam segala lapisan masyarakat termasuk pula dalam dunia persekolahan. Komputer tidak hanya digunakan sebagai alat untuk membantu menyelesaikan pekerjaan kantor, tetapi telah digunakan pula sebagai media pembelajaran. Salah satu pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran adalah pemanfaatan program animasi SWiSH untuk pembelajaran huruf jawa. Dengan adanya sistem pembelajaran seperti ini maka terjadi perubahan sistem pembelajaran konvensional menjadi sistem pembelajaran yang interaktif, kreatif dan edukatif. Sistem pembelajaran seperti ini memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan masing-masing tanpa harus ada pendampingan dari guru. Siswa dapat berkembang sesuai dengan kreatifitas, intelektual dan motivasi masing-masing. Namun, perkembangan teknologi komputer tersebut tidak diikuti dengan berkembangnya prestasi belajar huruf jawa di sekolah. Di SMP Negeri 1 Brangsong misalnya, prestasi belajar bahasa jawa selalu berada di bawah prestasi belajar mata pelajaran lain. Salah satu yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar huruf jawa adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis huruf jawa. Bahkan tidak hanya siswa saja yang mengalami kesulitan tetapi hampir sebagian besar orang Jawa kesulitan dalam membaca huruf Jawa. Oleh sebab itu dengan adanya penemuan media baru yaitu program animasi SWiSH, diharapkan akan mempermudah siswa ataupun yang lain dalam mempelajari huruf jawa secara mandiri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005. Populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005. pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Berdasarkan teknik ini diambil kelas VIIE sebagai kelas kontrol dan kelas VIIF sebagai kelas eksperimen. Setelah dilakukan matching group berdasarkan jenis kelamin, umur, IQ dan Pre Test terdapat 44 siswa pada kelas kontrol dan 44 siswa pada kelas eksperimen. Berdasarkan hasil Post Test pada kelompok eksperimen diperoleh mean ( Χ ) sebesar 7.41, varians (s2) sebesar 1.7189 dan standar deviasi (s) sebesar 1.31, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh mean ( Χ ) sebesar 6.57, varians (s2) sebesar 2.6864 dan standar deviasi (s) sebesar 1.64. thitung sebesar 2.672, ttabel pada α = 5% dengan dk = 86 sebesar 1.66. Tampak bahwa thitung sebesar 2.672 > ttabel sebesar 1.66 yang berarti bahwa Ho ditolak. Dengan penolakan Ho ini berarti ada perbedaan antara kelompok
  • 5. eksperimen dan kelompok kontrol dimana kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan prestasi belajar huruf Jawa antara program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005 dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar huruf Jawa antara program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong tahun ajaran 2004/2005. Disarankan bagi guru agar dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran dengan menggunakan program SWiSH pada pokok bahasan yang lain. Disarankan pula bagi orangtua siswa dan masyarakat untuk lebih membudayakan bahasa Jawa dengan baik dan benar dalam pergaulan sehari-hari. DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ................................................................................................. i Persetujuan Pembimbing ................................................................................. ii
  • 6. Pengesahan ...................................................................................................... iii Pernyataan ....................................................................................................... iv Motto dan Persembahan .................................................................................. v Kata Pengantar ................................................................................................ vi Sari .................................................................................................................. viii Daftar Isi ......................................................................................................... x Daftar Lampiran .............................................................................................. xiii Daftar Tabel, Bagan Dan Gambar .................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Penegasan Istilah ......................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................... 8 D. Rumusan Masalah ....................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9 F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9 G. Sistematika Skripsi ...................................................................... 9 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11 A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Jawa ............................................ 11 1. Pengertian Belajar ................................................................. 11 2. Teori Belajar ......................................................................... 12 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ........................... 15 4. Pembelajaran Bahasa Jawa .................................................... 20
  • 7. B. Media Pembelajaran .................................................................... 22 1. Pengertian ............................................................................. 22 2. Jenis-Jenis Media .................................................................. 23 C. Program Animasi SWiSH ............................................................ 25 D. Kerangka Berpikir ....................................................................... 30 E. Hipotesis ..................................................................................... 31 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32 A. Rancangan Penelitian .................................................................. 32 B. Populasi dan Sampel ................................................................... 35 1. Populasi ................................................................................. 35 2. Sampel .................................................................................. 35 C. Variabel Penelitian ...................................................................... 36 1. Variabel Terikat .................................................................... 36 2. Variabel Bebas ...................................................................... 36 D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 40 1. Metode Dokumentasi ............................................................. 40 2. Metode Tes ............................................................................ 41 E. Uji Coba Instrumen ..................................................................... 43 1. Uji Validitas .......................................................................... 43 2. Reliabilitas Soal .................................................................... 46 3. Daya Pembeda Soal ............................................................... 47 4. Tingkat Kesukaran Soal ......................................................... 48 F. Langkah Eksperimen ................................................................... 49
  • 8. 1. Pemilihan Kelas .................................................................... 49 2. Pelaksanaan Treatment (perlakuan) ....................................... 49 3. Penilaian ............................................................................... 51 G. Analisis Data ............................................................................... 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 56 A. Hasil Penelitian ........................................................................... 56 1. Hasil Pembuatan Media Interaktif Bahasa Jawa dengan SWiSH .................................................................................. 56 2. Deskripsi Kondisi Awal ......................................................... 59 3. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 65 4. Deskripsi Hasil Nilai Pos Test ............................................... 69 B. Pembahasan ................................................................................ 71 BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 76 A. Simpulan ..................................................................................... 76 B. Saran ........................................................................................... 76 Daftar Pustaka ................................................................................................. 77 Lampiran ......................................................................................................... 79 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 79 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 80
  • 9. Lampiran 3. Kisi-Kisi Uji Coba Soal Membaca dan Menulis Tulisan Jawa .. 81 Lampiran 4. Soal Tes Uji Coba .................................................................... 82 Lampiran 5. Hasil Analisis Uji Coba Soal .................................................... 83 Lampiran 6. Daftar Umur Siswa Kelas Eksperimen ..................................... 91 Lampiran 7. Daftar Umur Siswa Kelas Kontrol ............................................ 92 Lampiran 8. Daftar Jenis Kelamin Siswa Kelas Eksperimen ........................ 93 Lampiran 9. Daftar Jenis Kelamin Siswa Kelas Kontrol ............................... 94 Lampiran 10. Data Hasil Matching Umur dan Jenis Kelamin Siswa ............. 95 Lampiran 11. Data Hasil Matching Intelegency Question ............................. 96 Lampiran 12. Data Hasil Matching Nilai Pre Test ........................................ 101 Lampiran 13. Rencana Pembelajaran ........................................................... 106 Lampiran 14. Satuan Pelajaran ..................................................................... 119 Lampiran 15. Kisi-Kisi Soal Test Hasil Belajar ............................................ 128 Lampiran 16. Soal Test Hasil Belajar ........................................................... 129 Lampiran 17. Hasil Analisis Nilai Post Test ................................................. 130 Lampiran 18. Spesifikasi Program Animasi SWiSH v2.0 ............................. 135 DAFTAR TABEL, BAGAN DAN GAMBAR Halaman Daftar Tabel
  • 10. Tabel 1. Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Bahasa Jawa dengan Mata Pelajaran Lain ................................................................................ 3 Tabel 2. Pola Eksperimen ............................................................................ 33 Tabel 3. Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Media Animasi SWiSH dan Pembelajaran Konvensional ..................................................... 37 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Penelitian .............. 59 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Umur Responden Penelitian ........................... 60 Tabel 6. Deskripsi Hasil Nilai Intelegency Question (IQ) ............................. 60 Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data IQ ......................................................... 61 Tabel 8. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data IQ ...................................... 61 Tabel 9. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data IQ ................................... 62 Tabel 10. Deskripsi Hasil Nilai Pretest ........................................................... 63 Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Pretest ................................................... 63 Tabel 12. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest ................................ 64 Tabel 13. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Pretest ............................ 64 Tabel 14. Deskripsi Hasil Nilai Postest .......................................................... 69 Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Data Postest .................................................. 69 Tabel 16. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest ............................... 70 Tabel 17. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Postest ............................ 70 Daftar Bagan Bagan 1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 31 Bagan 2. Hubungan Antara Variabel Bebas Dan Variabel Terikat ................... 37 Bagan 3. Pengaruh Variabel Intervening ......................................................... 39
  • 11. Daftar Gambar Gambar 1. Tampilan Pada Saat Pembuatan Media ......................................... 56 Gambar 2. Tampilan Pertama Hasil Pembuatan Media Pembelajaran ............. 57 Gambar 3. Hasil Animasi Materi Aksara Jawa ............................................... 57 Gambar 4. Hasil Animasi Materi Sandhangan ................................................ 58 Gambar 5. Hasil Animasi Materi Pasangan .................................................... 58 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
  • 12. Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Suatu negara yang tertinggal mutu pendidikannya, maka pembangunan di negara tersebut akan terhambat pula. Hal ini dapat dimengerti, karena pendidikan berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan. Pendidikan di Indonesia dapat diperoleh melalui jalur formal, informal dan nonformal. Pendidikan formal di Indonesia berlangsung sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Peningkatan mutu pendidikan harus dimulai sejak pendidikan dasar, sebab pendidikan dasar merupakan fondasi untuk kelanjutan pendidikan berikutnya. Di Indonesia, pendidikan dasar dilaksanakan selama 9 tahun terdiri atas Sekolah Dasar atau yang sederajat ( 6 tahun ) dan Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat ( 3 tahun ). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar yang lebih baik adalah penggunaan media pembelajaran ke dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang dengan penggunaan media yang memadai. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat dibutuhkan karena berinteraksi dengan sumber belajar atau media instruksional dapat mengarah pada tercapainya hasil belajar yang optimal. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pemberi kepada penerima pesan. Sedangkan menurut AECT, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Briggs ( 1970 ) memberi batasan media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
  • 13. Inti dari penggunaan media adalah sebagai sarana atau alat untuk menyampaikan informasi atau pesan antara pemberi kepada penerima. Dengan menggunakan media yang tepat, maksud dari informasi maupun pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dengan jelas oleh penerima pesan. Begitu juga ketika media digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Informasi yang disampaikan guru sebagai penyampai pesan di kelas, dapat diterima dengan jelas oleh siswa sebagai penerima pesan di kelas. Pemanfaatan media yang baik serta memadai, diharapkan dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menggairahkan. Verbalisme mungkin saja akan muncul ketika pembelajaran tanpa menggunakan media. Namun, dengan menggunakan media unsur verbalisme dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Dengan mengurangi atau menghilangkan unsur verbalisme, maka siswa akan diberikan pengertian dan konsep yang sebenarnya secara realitis dan teliti, serta memberi pengalaman menyeluruh yang pada akhirnya memberi pengertian yang konkret. Pemanfaatan media dalam pembelajaran memang sudah sejak lama digunakan, tetapi seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran itu pasti mengalami perkembangan pula. Salah satu penyebab terjadinya perkembangan itu karena masing-masing media pembelajaran mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut menyebabkan pentingnya penemuan dan pemanfaatan media baru guna menyempurnakan media yang lama dan juga untuk menunjang proses pembelajaran di masa sekarang.
  • 14. Salah satu hasil dari pesatnya perkembangan teknologi sekarang ini adalah dengan lahirnya komputer. Komputer telah menjadi bagian dari hidup manusia. Berbagai disiplin ilmu telah memanfaatkan komputer sebagai media termasuk pula dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Bermacam program komputer untuk pembelajaran telah ditawarkan, misalnya program Power Point, Flash, SWiSH dan sebagainya. Pesatnya perkembangan teknologi komputer ternyata tidak diikuti dengan pesatnya perkembangan prestasi belajar bahasa jawa. Hal ini dapat dilihat di SMP Negeri 1 Brangsong. Dua tahun terakhir ini nilai rata-rata bahasa Jawa selalu berada di bawah nilai rata-rata mata pelajaran lain. Rendahnya nilai bahasa jawa tersebut dapat kita lihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Hasil Prestasi Belajar Bahasa Jawa dengan Mata Pelajaran Lain Mata Pelajaran Tahun Ajaran Bhs. Jawa Bhs. Ind IPA PPKn 2002 / 2003 6.30 6.46 6.63 6.97 2003 / 2004 6.39 7.29 7.28 6.98 Sumber : Administrasi Kurikulum SMP Negeri 1 Brangsong. Salah satu penyebab rendahnya nilai bahasa jawa dibandingkan dengan mata pelajaran lain adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis huruf Jawa. Bahkan bukan hanya siswa saja yang mengalami kesulitan membaca dan menulis huruf Jawa, akan tetapi hampir semua orang Jawa mengalami kesulitan membaca dan menulis huruf Jawa. Akibatnya berkembang rumor yang
  • 15. menyatakan orang Jawa sendiri tidak dapat membaca dan menulis huruf Jawa, apalagi orang lain (Supriyono, 2004) Salah satu penyebab sulitnya membaca dan menulis huruf Jawa adalah pembelajaran di sekolah yang kurang efektif dari guru, sebab guru dalam memberikan pelajaran jarang menggunakan media sebagai sarana untuk memperjelas pelajaran. Sebagai alasan mereka memberikan pelajaran Bahasa Jawa secara cepat dan tidak menggunakan media adalah sedikitnya alokasi waktu yang tersedia. Setiap minggu hanya dua jam pelajaran, padahal materi yang termuat sangat padat. Apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia misalnya, alokasi waktu untuk mata pelajaran bahasa Jawa sangat tidak seimbang. Akibatnya guru mengajarkan dengan cepat agar target dalam program semester terpenuhi. Kondisi ini menyebabkan nilai bahasa Jawa lebih rendah dari pada mata pelajaran lainnya. Selain itu pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa memang masih dianggap remeh oleh guru (Supriyono, 2004). Sebagian besar guru hanya menganggap penting mata pelajaran tertentu, sedangkan Bahasa Jawa kurang diperhatikan. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam membaca dan menulis huruf Jawa, yang mempengaruhi pula terhadap rendahnya prestasi belajar siswa. Selain dalam pendidikan formal, dalam pendidikan keluarga (informal) pun bahasa Jawa kurang dibiasakan dalam pergaulan sehari-hari apalagi huruf Jawa. Sejak anak-anak masih kecil, orangtua lebih membiasakan bahasa Indonesia kepada anak- anaknya daripada bahasa Jawa dan huruf Jawa, sehingga anak-anak lebih terbiasa dengan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa. Akibatnya ketika anak-anak beranjak dewasa ia tidak dapat membaca huruf Jawa dan berbahasa Jawa dengan baik dan
  • 16. benar. Bahkan ada pula orangtua yang rela putra-putrinya ikut kursus bahasa Inggris dengan harapan setelah mengikuti kursus tersebut putra-putrinya dapat berbahasa Inggris dengan baik dan lancar. Sehingga mereka lebih pandai membaca tulisan Inggris daripada membaca tulisan berhuruf Jawa. Dalam pendidikan non formal yaitu dalam masyarakat, kebiasaan menggunakan huruf jawa pun dirasakan sangat kurang. Dalam pergaulan bermasyarakat, orang-orang lebih banyak menggunakan huruf latin dan bahasa Indonesia. Walaupun menggunakan bahasa Jawa, itu tidak sesering dalam menggunakan bahasa Indonesia. Misalnya di perkantoran, toko, mall dan tempat- tempat umum lainnya lebih banyak menggunakan huruf latin dan bahasa Indonesia daripada menggunakan huruf Jawa. Suatu media baru yang menarik siswa dan dapat digunakan untuk pembelajaran huruf Jawa adalah dengan memanfaatkan program animasi SWiSH. Program animasi SWiSH merupakan sebuah program aplikasi pembuat animasi mandiri yang mampu menjalankan file animasi .swf tanpa menjalankan player eksternal atau browser. SWiSH begitu intuitif dan sangat mudah digunakan untuk pembuat animasi, web secara professional maupun amatir. Bahkan dapat dikatakan program ini cukup mudah digunakan oleh seorang anak kecil sekalipun. ( Andreas AS, 2002 : 1 ) Bertolak dari kenyataan dan masalah tersebut, guna peningkatan prestasi belajar siswa dalam hal membaca dan menulis huruf Jawa, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tentang perbedaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada
  • 17. siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kemungkinan salah tafsir, mewujudkan kesatuan berpikir dan membatasi masalah, maka perlu diperjelas dan ditegaskan istilah yang digunakan sebagai berikut : 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:700). Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai tes atau angka nilai sebagai wujud pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran huruf Jawa. 2. Huruf Jawa Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 362) Huruf Jawa adalah tanda aksara dalam tata tulis jawa yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa jawa. 3. SWiSH SWiSH adalah sebuah program aplikasi pembuat animasi mandiri yang mampu menjalankan file animasi .swf tanpa menjalankan player eksternal atau browser. ( Andreas AS, 2002 : 1 )
  • 18. Penelitian ini menggunakan program animasi SWiSH sebagai media pembelajaran dalam penyampaian materi huruf Jawa kepada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005. 4. Metode Konvensional Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Dalam bidang ilmu pengetahuan metode diartikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:652). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konvensional artinya tradisional, yaitu sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Metode konvensional dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan guru yaitu dengan cara berceramah di depan kelas sedangkan siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru. 5. Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal Merupakan tempat melakukan penelitian untuk mendapatkan data-data penelitian. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut: 1. Materi yang diberikan hanya pada materi huruf jawa, yaitu huruf jawa legena, pasangan, dan sandhangan.
  • 19. 2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005 dengan rincian seluruh siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal sebagai populasi sekaligus sampel D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut : ”Apakah ada perbedaan prestasi belajar huruf Jawa antara pembelajaran menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005?” E. Tujuan Penelitian Tiada kegiatan yang tanpa tujuan, begitu juga dengan penelitian ini. Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar huruf Jawa antara pembelajaran menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah wacana baru tentang pemanfaatan media pembelajaran yang bermanfaat dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama khususnya dan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya.
  • 20. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada Kepala Sekolah ( khususnya para guru ) untuk dapat memanfaatkan media pembelajaran baru yang seiring dengan perkembangan teknologi dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tujuan dari kegiatan pembelajaran di kelas dapat tercapai dengan baik. G. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Bagian Awal Bagian awal berisi halaman judul, sari, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan lampiran 2. Bagian Isi Bagian isi dari skripsi ini berisi tentang : Bab I pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi Bab II landasan teori, membahas tentang hakekat pembelajaran bahasa jawa, media pembelajaran, program animasi SWiSH, kerangka berpikir dan hipotesis. Bab III metode penelitian, membahas tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji coba instrumen, langkah eksperimen dan analisis data.
  • 21. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bab V simpulan dan saran, berisi tentang simpulan dan saran. 3. Bagian Akhir, terdiri atas : a. Daftar Pustaka b. Lampiran-lampiran BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Jawa 1. Pengertian Belajar Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama hidupnya. Belajar pada umumnya dilakukan seseorang sejak mereka ada di dunia ini. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan istilah belajar dengan beberapa uraian yang tidak sama. Untuk dapat memahami dan mempunyai gambaran yang luas, berikut ini diberikan beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli :
  • 22. a). Whittaker (dalam Sumanto, 1997:57) belajar adalah proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. b). Kimble (dalam Hergenan, 1982:3) belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat. c). Winkel (dalam Nasution, 2000:131) belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. d). Sdaffer (dalam Nasution, 2000:131) belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktik. Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai pengalaman individu itu sendiri. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa ketrampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan. Belajar merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan disengaja, artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada dirinya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya tersebut. Dalam penelitian ini, siswa dihadapkan pada sebuah PC (Personal Computer), yang didalamnya telah diisi (instal) program animasi SWiSH. Program animasi ini digunakan untuk menyampaikan materi huruf jawa. Secara sadar siswa melihat, membaca, menirukan dan menulis materi yang disampaikan
  • 23. sesuai dengan petunjuk yang telah disusun dalam paket pembelajaran. Setelah selesai maka akan terlihat bahwa secara sadar telah terjadi perubahan pada diri siswa dalam hal membaca dan menulis huruf jawa. 2. Teori Belajar Dalam menjelaskan persoalan proses belajar yang dilakukan oleh individu, sangat terkait erat dengan teori belajar. Teori Belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi itu melandasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu, dan akan mempengaruhi hasil belajar individu tersebut. Dari beberapa ahli yang telah mengemukan pendapatnya tentang belajar itu, dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Teori Behavioristik (Muhibin Syah, 1997:105) 1) Connectionism (Thorndike) 2) Classical Conditioning (Pavlov dan Watson) 3) Contiguous Conditioning (Guthrie) 4) Descriptive Behaviorism (Skinner) b. Teori Kognitif (Muhibin Syah, 1997:11) 1) Teori Gestalt (Koffka, Kohler, Wertheimer) 2) Teori Medan (Lewin) 3) Teori Organisme (Wheeler) Dari sekian banyak teori belajar yang ada, Teori Skinner (Descriptive Behaviorism) dewasa ini sangat besar pengaruhnya, terutama di dalam dunia pendidikan khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran. Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun berdasar atas teori Skinner.
  • 24. Teori Skinner digunakan sebagai dasar, karena teori Skinner memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons. Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu: (1) respondent response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu dan (2) operant response (instrument response), respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Teori Skinner ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut menjadi adat kebiasaan, maka setiap ada perubahan tingkah laku positif kearah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah betul. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang terkenal yang dihasilkan teori ini ialah teaching machine dan programmed instruction. Penggunaan program animasi SWiSH merupakan salah satu bentuk pengaruh dari teori belajar Skinner. Program animasi SWiSH digunakan untuk menyusun sebuah paket pembelajaran interaktif dengan komputer sebagai sarananya. Paket pembelajaran tersebut telah disusun sedemikian interaktifnya sehingga siswa dapat belajar sendiri materi yang disampaikan. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. Jika siswa ingin belajar membaca,
  • 25. maka siswa akan dibimbing cara membaca yang baik dengan bimbingan suara (sound) tutor yang sudah terprogram. Jika siswa ingin belajar menulis, maka siswa juga akan dibimbing cara menulis yang baik dengan bimbingan suara (sound) tutor terprogram. Kesemuanya itu disusun dalam bentuk tombol-tombol ataupun ikon-ikon, sehingga siswa bebas untuk memilih materi mana yang akan dipelajarinya terlebih dahulu. Paket pembelajaran ini juga dilengkapi dengan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Evaluasi ini dilengkapi pula dengan penguatan, artinya ketika siswa menjawab benar maka akan muncul tulisan ataupun suara (sound) yang menyatakan benar, begitu juga sebaliknya jika salah maka akan muncul tulisan ataupun suara (sound) yang menyatakan salah. Keunggulan program ini adalah bentuk–bentuk animasi yang menarik, sehingga siswa tidak bosan ketika dia sedang belajar, sehingga materi akan lebih cepat tertangkap dan harapannya akan terjadi perubahan tingkah laku yang positif kearah yang diinginkan. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar dan faktor instrumen.
  • 26. Faktor yang pertama yaitu faktor dari dalam. Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi : a. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses belajar. b. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. 1) Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa. Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar. 2) Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang dibawa sejak lahir. 3) Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.
  • 27. 4) Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Adapun pengertian motivasi belajar itu menurut Nasution (2000:146) adalah ”Sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terwujud”. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru membelajarkan siswa. Nasution (2000:146). 5) Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain. 6) Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa. Faktor yang kedua yaitu faktor dari luar. Faktor dari luar yaitu faktor- faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi : a. Lingkungan alami Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat- alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran. 1). Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara terlalu lembab atau kering kurang membantu siswa dalam belajar. Keadaan udara
  • 28. yang cukup nyaman di lingkungan belajar siswa akan membantu siswa untuk belajar dengan lebih baik. 2). Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian waktu siswa untuk belajar dalam satu hari. 3). Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan berbeda bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu siswa untuk lebih nyaman dalam belajar. 4). Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung sekolah yang efektif untuk belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: letaknya jauh dari tempat-tempat keramaian (pasar, gedung bioskop, bar, pabrik dan lain-lain), tidak menghadap ke jalan raya, tidak dekat dengan sungai, dan sebagainya yang membahayakan keselamatan siswa. 5). Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (seperti transparansi) ataupun perangkat keras (misalnya OHP). b. Lingkungan sosial Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, kakak atau adik serta anggota keluarga lainnya, (2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu: teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya,
  • 29. dan (3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat (Mustaqim, 1990:68) Faktor yang ketiga yaitu faktor instrumental. Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana, serta guru. Faktor instrumen yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pembelajaran adalah media pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Karena media pembelajaran dapat menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan serta memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar-belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran yaitu dengan kemampuannya dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, menimbulkan persepsi yang sama Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sarana dan prasarana sekolah pun semakin berkembang. Komputer sebagai sarana dan prasarana sekolah juga dirasa sangat penting. Komputer tidak hanya digunakan sebagai alat
  • 30. bantu kerja, misalnya untuk mengetik laporan-laporan dan data-data sekolah. Tetapi digunakan pula sebagai alat bantu mengajar sehingga berfungsi sebagai media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran komputer dilengkapi pula dengan program-program untuk pembelajaran. Salah satu program yang digunakan adalah program animasi SWiSH. Program animasi SWiSH ini dapat digunakan dalam pembelajaran huruf jawa. 4. Pembelajaran Huruf Jawa Kelas VII adalah tingkat pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mata pelajaran yang diberikan sangat beragam, salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Jawa. Bahasa Jawa termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal karena termasuk dalam pelajaran bahasa daerah dimana tiap-tiap daerah itu memiliki bahasa yang berbeda-beda. Materi bahasa Jawa di kelas VII SMP meliputi wacana (cerita berbahasa Jawa), macam-macam tembung, macam- macam ukara, Parikan, Sanepa, Seselan, Cangkriman, Wayang, Paribasan dan Aksara Jawa (Huruf Jawa). Dari sekian banyak materi tersebut, peneliti hanya mengambil huruf Jawa sebagai bahan penelitian. Huruf Jawa ada sejak zaman dahulu yang dikenalkan pertama kali oleh Aji Saka yang berkelana ke Negara-negara Asia. Pada mulanya tulisan Jawa ini untuk mengenang sahabatnya yang bertengkar karena mempertahankan kebenarannya. Sudharto (1999:29) menjelaskan bahwa pada saat bepergian Aji Saka berpesan kepada sahabatnya yang bernama Dora untuk menjaga pusaka yang ditinggalkannya. Tidak satupun orang boleh mengambilnya selain Aji Saka
  • 31. sendiri. Akan tetapi saat akan bertengkar dengan Dewata Cengkar, Aji Saka memerintahkan sahabatnya Sembada untuk mengambil pusaka itu. Kedua sahabat itu saling mempertahankan kebenarannya, hingga tetes darah terakhir. Dora dan Sembada meninggal dunia bersama-sama karena saling membunuh. Saat Aji Saka kembali mereka terlanjur telah mati. Untuk mengenang mereka ditulisnya huruf Jawa, ha na ca ra ka yang berarti ada utusan, da ta sa wa la yang berarti saling berselisih pendapat, pa da ja ya nya yang berarti sama-sama sakti, ma ga ba ta nga yang berarti sama-sama meninggal dunia. Huruf Jawa itu hingga kini tetap digunakan untuk pelajaran di sekolah- sekolah. Dalam pembelajaran menulis huruf Jawa dikenal ada Aksara Jawa, Pasangan dan Sandhangan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : a). Aksara Jawa ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga b). Pasangan ha na ca ra ka
  • 32. da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga c). Sandhangan cecak layar pangkon pepet suku taling taling tarung wignyan wulu B. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pendidikan. Maka dari itu media pembelajaran merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan pendidikan. Hamalik (1994:12) mendefinikan media pembelajaran adalah ”alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.
  • 33. Media yang digunakan dalam pembelajaran ada bermacam-macam, mulai dari media yang sederhana hingga media yang rumit dan modern. Sebagai alat bantu dalam mengajar, Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang akan menyebabkan hasil belajar yang tinggi pula. 2. Jenis-Jenis Media Media yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar dan mengajar ada bermacam-macam. Sudjana (1997:3) menjelaskan, bahwa media pembelajaran meliputi (1) media grafis yang terdiri atas: gambar, foto, grafik, bagan, poster, diagram, komik, dan lain-lain (2) media tiga dimensi yang terdiri atas: media model penampang, model susun, model kerja, mock-up, diorama, (3) media proyeksi seperti: slide, film strip, film, OHP, dan (4) penggunaan lingkungan. Sejalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran juga bervariasi dan semakin canggih. Menurut Sudjana (1997:8) pada mulanya konsep keterbacaan (literacy) hanya digunakan dalam konteks verbal yakni membaca dan menulis. Akan tetapi mulai tahun 1960-an muncul konsep keterbacaan visual yang kemudian disusul dengan audio dan dilengkapi dengan audio-visual. Yang termasuk media visual adalah gambar, grafik, poster dan lain-lain. Sedangkan media audio meliputi: tape recorder dan radio. Televisi, VCD, video, DVD, dan slide suara. Gafur(1989:4) mengklasifikasikan media sebagai berikut : Media Kelompok Media Alat Bantu Pengajaran instruksional - Audio tape - Telepon I. Audio (suara) (caseette) - Intercom
  • 34. II. Bahan Cetak - Programed text Hand-out (termasuk gambar / - Manual Papan tulis foto) - Modul Chart, grafik - Slide, film strip - slides III. Gambar mati yang (bisa disertai - transparencies diproyeksikan narasi) - film strip - Lembaran Kerja IV. Audio Cetak disertai tape - (kombinasi I dan II) - Peta/diagram disertai narasi V. Audio-visual yang - Film strip-narasi - diproyeksikan - Sound-slide VI. Gambar bergerak - Film tanpa suara - Film tanpa suara VII. Gambar / - Film bersuara - Film bersuara Film bersuara - Video-tape - Video, tape - Benda - Specimen senyatanya VIII. Objek / benda - Model / tiruan - Model / tiruan benda benda IX. Hubungan antar - Permainan pribadi dan - - Simulasi pengalaman langsung - Kelompok diskusi ( guru, teman) Computer X. Komputer Analysts Instruction Berdasarkan klasifikasi Gafur tersebut, maka pemanfaatan program animasi SWiSH dalam pembelajaran huruf Jawa ini termasuk dalam media komputer, karena menggunakan komputer sebagai sarananya. C. Program Animasi SWiSH Multimedia interaktif dengan Animasi Komputer untuk Pembelajaran diantaranya media audio-visual untuk keperluan pembelajaran mulai ditekuni para pengajar sejak tahun 1920-an, ketika teknologi film mulai berkembang pesat (Microsoft Corporation,1999:a). Stimulus visual yang menyertai suara menjadikan pembelajaran konsep-konsep menjadi terjelaskan secara konkrit.
  • 35. Komputer sebagai alat Bantu pembelajaran telah lama pula dikenal dan dikembangkan. Istilah-istilah CAI (Computer-aided Instruction), CBL (Computer- based Learning), CBT (Computer-based Training) telah menjadi bagian dari kosa kata para ahli teknologi pembelajaran sejak tahun 1980-an. Perkembangan teknologi komputer yang memungkinkan penayangan informasi grafik, suara dan gambar, selain teks, memungkinkan dibuat media audiovisual yang bersifat interaktif. Multimedia adalah istilah yang diberikan pada teknik penyajian informasi yang menggabungkan informasi berupa teks, grafik, citra, suara, gambar, maupun video. Sekarang banyak program-progarm alternatif untuk pembuatan animasi Flash selain program animasi dan multimedia dari Macromedia sendiri. Jika kita ingin membuat sebuah animasi Flash yang luar biasa yang sangat dinamis tanpa menggunakan Flash, kita dapat menggunakan SWiSH. SWiSH merupakan suatu pilihan yang tepat, begitu mudah digunakan. Kita dapat membuat animasi-animasi kompleks dengan teks, image, grafik, dan suara dalam waktu singkat. SWiSH memiliki 150 lebih efek-efek di dalamnya yang siap digunakan seperti efek Explode, Vortex, 3D Spin, Snake, dan masih banyak lagi lainnya. Program aplikasi SWiSH sekarang memiliki tool untuk membuat garis, bujursangkar, elips, kurva Bezier, alur pergerakan (motion path), sprite, dan tombol rollover yang semuanya ada dalam sebuah antarmuka yang mudah digunakan. SWiSH adalah program animasi yang berbasiskan orientasi objek yang dapat membuat animasi objek vector dan bitmap sehingga ukuran filenya kecil. Program aplikasi SWiSH dapat membuat efek-efek secara dramastis. Sejak SWiSH dibuat
  • 36. pertama kalinya, SWiSH v2.0 di-upgrade secara besar-besaran. Ada ratusan fitur-fitur baru untuk digunakan dalam membuat animasi. Program aplikasi SWiSH merupakan suatu pilihan alternatif program pembuat animasi Flash yang sangat baik dibandingkan dengan program-program pembuat animasi Flash lainnya yang dirasakan begitu sulit dipelajari dan kompleks serta lebih mahal harganya. Program aplikasi SWiSH sangat mudah dipelajari dan memiliki antarmuka yang mirip dengan antarmuka Macromedia Flash. Impian kita untuk membangun situs yang dinamis dengan berbagai macam animasi akan terwujud dalam sekejap karena kemudahannya. Pengguna SWiSH perlu mempelajari konsep-konsep animasi dan terminologi dari perangkat lunak ini serta mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan animasi yang menarik. Kemampuan SWiSH yang dapat mengekspor file ke format file .swf (Macromedia Flash) membuat animasi ini dapat dijalankan pada semua komputer yang memiliki program Flash player. Animasi-animasi SWiSH juga dapat dimasukkan ke dalam halaman web atau diimpor ke dalam Flash. Hasil animasi SWiSH juga dapat dikirim melalui sebauh e-mail, disatukan dalam sebuah presentasi Microsoft PowerPoint, atau dimasukkan ke dalam sebuah dokumen Microsoft Word. Kita juga dapat mengekspor hasil kerja kita ke dalam format file .avi untuk membuat sebuah movie yang dapat dijalankan di atas sistem operasi Windows. SWiSH sangat cocok untuk para perancang halaman web, animator, komputer grafis, pelajar, mahasiswa, dosen, penggemar animasi (hobiis), rumah-rumah produksi untuk pembuatan judul film (titling), pembuatan teks terjemahan, teks musik, pembuatan credit dan bumper pada Video/Sinetron/VCD, serta tempat-tempat kursus komputer grafis dan animasi.
  • 37. SWiSH juga cocok digunakan untuk penyampaian materi presentasi, materi kuliah, ataupun materi pembelajaran yang membutuhkan tampilan animasi gambar dan tulisan yang menarik. Karena itu SWiSH cocok juga digunakan untuk media pembelajaran membaca dan menulis huruf jawa. SWiSH tidak menuntut kebutuhan dasar yang terlalu tinggi, kebutuhan dasar tersebut adalah : 1. Perangkat keras utama (Hardware) a). Prosesor : Pentium® 100 ke atas b). Memori RAM : 32MB (64MB dianjurkan) c). Hard Disk : minimal 160MB d). CD-ROM : minimal 2X e). Monitor : SVGA 800x600 pixel dengan 256 warna f). Mouse : alat penunjuk dan pembuatan objek animasi g). Kartu suara : untuk output musik dan suara 2. Perangkat lunak (Software) a). Sistem Operasi : Windows 95/98/ME/NT4/2000/XP b). Perangkat Lunak : SWiSH, SWiSH tidak dibutuhkan Macromedia Flash terinstal pada sistem komputer Untuk menjadikan animasi lebih baik diperlukan kebutuhan tambahan, yaitu : 1. Perangkat Keras Tambahan (Hardware) a). Tablet/digitizer : untuk membuat skets objek gambar b). Scanner : untuk mengambil citra data gambar c). Camera Digital : untuk mengambil gambar image
  • 38. d). Microphone : untuk penambahan karakter suara 2. Ketrampilan (Skill dan Brainware) a). Imaginasi : membuat jalan cerita dan konsep animasi b). Kreativitas : menuangkan imajinasi ke dalam stage c). Sketsa : untuk membuat berbagai objek animasi d). Sense of Music : untuk menghidupkan projek animasi Untuk dapat menggunakan program animasi SWiSH dengan baik, perlu diketahui karakteristik dari program ini. Adapun kelebihan dari program animasi SWiSH adalah : (1). Mudah digunakan dalam membuat animasi-animasi teks yang kompleks, animasi image, grafik dan suara dalam waktu singkat; (2). Sangat mudah dipelajari dan memiliki antarmuka yang mirip dengan antarmuka Macromedia Flash; (3). Dapat mengekspor file ke format file.swf (Macromedia Flash) dan format file.avi; (4). Animasi-animasi SWiSH dapat dimasukkan ke dalam halaman web atau diimpor ke dalam Flash; (5). Hasil animasi SWiSH dapat dikirim melalui sebuah e-mail, disatukan dalam sebuah presentasi Microsoft PowerPoint, atau dimasukkan ke dalam sebuah dokumen Microsoft Word; (6). Dalam proses pembelajaran, siswa dapat belajar secara mandiri karena konsep pelajaran telah disajikan secara kongkret dan jelas. Sedangkan kelemahan dari program animasi SWiSH adalah : (1). Memerlukan program Macromedia Flash Player terinstal, jika ingin mengaktifkan ikon tes player; (2). Perlu mempelajari konsep-konsep animasi dan terminologi dari perangkat lunak ini serta mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan animasi yang menarik; (3).
  • 39. Dalam proses pembelajaran, kurang adanya interaksi antara guru dengan siswa karena siswa lebih banyak berinteraksi dengan komputer. Program animasi SWiSH tidak dapat lepas dari metode konvensional, karena itu perlu diketahui pula karakteristik dari metode konvensional. Adapun kelebihan dari metode konvensional adalah : (1). Lebih efektif digunakan untuk materi yang tidak rumit tetapi membutuhkan ekspresi wajah. Misalnya materi cerita; (2). Sebagai metode dasar (basic), maksudnya bahwa semua metode dalam pembelajaran pasti ada unsur-unsur konvensional didalamnya. Misalnya ceramah sebagai pembuka pelajaran. Adapun kelemahan dari metode konvensional adalah : (1). Konsep yang disajikan kemungkinan masih bersifat verbalisme, masih abstrak belum kongkret; (2). Siswa pasif, penekanan lebih banyak pada guru pada kegiatan pembelajaran. D. Kerangka Berpikir Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar yang lebih baik adalah penggunaan media pembelajaran ke dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang dengan penggunaan media yang memadai. Karena berinteraksi dengan sumber belajar atau media pembelajaran dapat mengarah pada tercapainya hasil belajar yang optimal. Media pembelajaran dapat memberikan pengertian dan konsep yang sebenarnya secara realitis dan teliti, serta memberi pengalaman menyeluruh yang pada akhirnya memberi pengertian yang konkret, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru tidak lagi bersifat verbalistik. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, media pembelajaran selalu mengalami perkembangan pula. Hal itu disebabkan karena setiap media pembelajaran mempunyai kelemahan. Oleh sebab itu, perlu diadakan penemuan media baru dan
  • 40. pemanfaatan media yang baru guna meningkatkan proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Suatu media baru yang menarik siswa dan dapat digunakan untuk pembelajaran membaca dan menulis huruf Jawa adalah program animasi SWiSH. Dengan menggunakan program animasi SWiSH, siswa menjadi lebih mudah dalam mempelajari huruf Jawa, karena materi tersebut disajikan dalam format animasi dengan disertai suara dan gambar yang menarik. Setelah mempelajari materi ini siswa dengan mudah mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan huruf jawa. Dengan mudahnya siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan huruf jawa, maka prestasinya akan meningkat. Kerangka berpikir ini dapat dilihat pada bagan 1. materi (Huruf Jawa) penemuan media baru (Program Animasi Swish) materi menjadi konkret dan realistis prestasi siswa meningkat Bagan 1. Kerangka berpikir E. Hipotesis Berdasarkan landasan teori maka hipotesis penelitian ini adalah ”ada perbedaan prestasi belajar huruf jawa antara pembelajaran menggunakan program SWiSH dengan metode konvensional pada siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri 1 Brangsong kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005”.
  • 41. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002 : 136). Adapun metode dalam penelitian ini mencakup tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji coba instrumen (validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda), langkah eksperimen dan analisis data. A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah sebuah titik tolak pemikiran yang akan berguna untuk mengumpulkan data yang bermanfaat terhadap penelitian, kemudian untuk dianalisis dan mencari peranannya yang dapat digunakan sebagai pedoman yang diharapkan. Dalam rancangan penelitian diawali dengan menentukan sumber data. Dari sumber data baru kemudian menyusun instrumen, mengingat kegunaan instrumen adalah untuk mengumpulkan data. Dari pengumpulan data yang diharapkan, hasilnya kemudian untuk menarik kesimpulan. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan logika hipotetika verifikatif. Dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian
  • 42. melakukan verifikasi data empiris dan menguji hipotesis berdasarkan data empiris serta menarik kesimpulan atas dasar hasil pengujian hipotesis. Untuk itu peran statistika sangat diperlukan (Sudjana, 1989 : 195). Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kuantitatif dengan analisis statistik. Rancangan penelitian dibedakan menjadi beberapa model diantaranya : penelitian kasus (case studies), penelitian causal komparatif, penelitian korelasi, penelitian histories, dan penelitian fisiologis. Dari beberapa model penelitian tersebut penelitian yang digunakan adalah model causal komparatif. Dipilihnya penelitian kausal komparatif sebagai berikut : akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang suatu faktor yaitu ingin membandingkan dua peristiwa dengan melihat penyebabnya serta ingin mengetahui kemungkinan- kemungkinan akibat dari suatu kejadian yang tidak dilakukan dengan suatu eksperimen (Arikunto, 2002 : 75). Eksperimen adalah suatu cara untuk menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebab akibat (bersifat kausal) dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. (Nasir, 1985 : 16). Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Adapun rancangan atau pola eksperimen dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pola Eksperimen Group Nilai Pre-test Treatment Hasil Post Test Eksperimen C Xe Ye Kontrol K Xk Yk Keterangan :
  • 43. C = nilai hasil pre test kelompok eksperimen K = nilai hasil pretest kelompok kontrol Xe = pembelajaran menggunakan media animasi Swish Xk = pembelajaran menggunakan metode konvensional Ye = hasil post test kelompok eksperimen Yk = hasil post test kelompok kontrol Menurut pola tersebut terapannya dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Memilih 2 kelas yang homogen dari segi kemampuan, untuk itu dilakukan pengukuran dahulu dengan kriteria tertentu, sehingga kemampuan kedua kelas itu mendekati kesamaan. 2. Dari dua kelas tersebut, satu kelas ditetapkan sebagai kelompok eksperimen (kelas A), dan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol (kelas B). 3. Kelas A diberi pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH, sedangkan kelas B diberi pembelajaran dengan metode konvensional. 4. Setelah empat kali pertemuan, diadakan tes kemampuan, kemudian hasilnya diukur untuk mengetahui hubungan keduanya. Pembelajaran mana yang lebih tinggi daya serapnya. 5. Apabila rata-rata kelompok eksperimen menunjukkan hasil lebih tinggi dan berbeda secara nyata dari hasil yang diperoleh kelompok kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH lebih efektif dan mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
  • 44. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002 : 108). Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki (Hadi, 2000 : 220). Lebih lanjut dikemukakan, bahwa populasi dibatasi sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat-sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Brangsong Kabupaten Kendal tahun ajaran 2004/2005. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Arikunto, 2002 : 109). Sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel (Sudjana, 2000 : 7). Jadi dari pengertian di atas, sampel merupakan bagian atau unit kecil dari populasi dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIE dan kelas VIIF, penentuan kelas ini ditentukan menggunakan teknik cluster random sampling. Dalam penelitian ini digunakan studi sampel maksudnya sampel berjumlah 2 kelas, yaitu kelas eksperimen 44 siswa dan kelompok kontrol 44 siswa. Setelah dimatching sesuai dengan nilai pre-test, maka kelompok eksperimen sejumlah 44 siswa dan kelompok kontrol 44 siswa. Matching adalah kata lain dari memadukan atau menyatukan nilai atau kondisi yang hampir sama, antara lain mempunyai nilai yang hampir sama, tingkat kelas yang sama, usia atau tingkat psikologis yang sama. C. Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan konsep adalah sesuatu yang hendak diteliti. Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian. (Sumadi Suryabrata, 1983 : 72). Menurut Suharsimi variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. (Suharsimi, 2002 : 94).
  • 45. Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya tidak tergantung (independent) pada variabel lain, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang keberadannya tergantung (dependent) pada variabel lain (M. Nasir, 1983 : 150). Secara kontekstual variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas (Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 12). Variabel terikat adalah akibat atau variabel tidak bebas. (Suharsimi, 2002 : 97). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran huruf Jawa. 2. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain (Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 12). Menurut Suharsimi (2002 : 97) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH dalam mata pelajaran bahasa jawa dengan topik membaca dan menulis huruf Jawa. Antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dibuat bagan seperti bagan 2. Pembelajaran Hasil belajar Menggunakan media membaca dan Animasi SWiSH menulis huruf Jawa Variabel bebas Variabel terikat
  • 46. Bagan 2. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar membaca dan menulis huruf jawa antara SWiSH dan metode konvensional, maka dibuat tabel 3. sebagai berikut : Tabel 3. Perbedaan pembelajaran menggunakan media animasi SWiSH dan pembelajaran konvensional Hasil Metode Variabel Kelompok Belajar Bebas SWiSH Eksperimen X (independent) Terikat Konvensional Kontrol Y (dependent) Selain variabel di atas masih terdapat variabel yang lain. Sutrisno Hadi (1990 : 437) menjelaskan bahwa variabel adalah semua keadaan, faktor-faktor, perlakuan atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, sehingga dalam suatu eksperimen dibedakan dua macam variabel, yaitu variabel eksperimen dan variabel non eksperimen. a. Variabel eksperimen disebut juga treatment variabel Variabel ekperimen adalah kondisi yang hendak diselidiki pengaruhnya terhadap suatu gejala (Sutrisno Hadi, 1990 : 437). Sebagai variabel eksperimen dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan program animasi SWiSH. b. Variabel non eksperimen Variabel non ekperimental meliputi variabel kontrol dan variabel intervening (antara). Variabel kontrol adalah variabel yang dikontrol baik dengan jalan match atau penyeimbangan maupun dengan mempertahankan kondisi- kondisi tertentu yang seimbang. Penyeimbangan yang dimaksud adalah
  • 47. penyeimbangan faktor tertentu antara group eksperimen dan group kontrol, kecuali variabel treatment. (Sutrisno Hadi, 1990 : 437). Cara menyeimbangkan variabel disesuaikan dengan pola eksperimen yang dipilih. Karena pola eksperimen yang dipilih adalah pola randomized control- group pretest-postest design maka dalam penyeimbangan dilaksanakan secara kelompok atau group matching. Adapun variabel kontrol yang perlu diseimbangkan adalah : a). Jenis kelamin siswa Jenis kelamin siswa diasumsikan berpengaruh terhadap penguasaan materi huruf jawa, maka perlu diseimbangkan. b). Umur siswa Umur siswa dapat dijadikan sebagai gambaran umum tentang tingkat kematangan siswa, maka dari itu juga perlu diseimbanagkan c). Intelegency Question (IQ) Intelegency Question (IQ) dapat dijadikan gambaran umum tentang tingkat kecerdasan siswa, maka perlu diseimbangkan. d). Nilai Pretest Skor awal siswa yang berupa skor pretest dari masing-masing kelas diurutkan dari nilai tertinggi hingga terendah, kemudian diambil secara berpasangan. Siswa yang skornya tidak mendapat pasangan tidak diambil. Pengambilan siswa dari kelompok pasangan berlebih dilakukan secara acak. Variabel non eksperimen yang kedua adalah variabel antara atau intervening variable. Suatu variabel disebut variabel antara apabila, dengan
  • 48. masuknya variabel tersebut, hubungan statistik yang semula tampak antara dua variabel kemudian menjadi lemah atau bahkan lenyap. (S. Margono, 2003 : 146). Pengaruh variabel intervening dapat dilihat pada bagan 3. B Variabel Antara A C Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh Bagan 3. Pengaruh Variabel Intervening Keterangan : Garis putus berarti mungkin berhubungan langsung mungkin tidak. Untuk dapat menentukan bahwa diantara tiga variabel terdapat variabel antara diperlukan tiga hubungan tidak simetris, yakni A dan B, B dan C, A dan C. (S. Margono, 2003 : 147). Adapun variabel intervening dalam penelitian ini adalah : a). Guru Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran huruf jawa ini dilaksanakan sendiri oleh peneliti baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. b). Sarana dan fasilitas pendidikan Penelitian ini menggunakan sarana komputer. Untuk menggunakan komputer sebagai media pembelajaran diperlukan pengetahuan dasar pengoperasian komputer. c). Situasi kelas SMP Negeri 1 Brangsong sebagai tempat penelitian berada di pinggir jalan raya Kendal-Semarang, sehingga suara bising lalu lintas kendaraan yang lewat sering terdengar.
  • 49. D. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan dua metode yaitu metode dokumentasi sebagai metode pendukung dan metode tes sebagai metode pokok. 1. Metode dokumentasi Dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan (Purwadarminta, 1983 : 256). Maka, dokumentasi digunakan untuk memperoleh keterangan berupa catatan penting atau dokumen penting yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti dari lembaga yang berperan dalam masalah tersebut. Metode ini digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa, nilai tes bahasa Jawa (nilai ulangan), usia siswa, dan tingkat kecerdasan siswa (IQ). Dokumen yang berupa daftar nama siswa, nilai hasil ulangan siswa pada mata pelajaran bahasa Jawa, usia siswa dan tingkat kecerdasan siswa (IQ) digunakan untuk kepentingan analisa kemampuan dasar dan untuk menyamakan kondisi awal siswa di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2. Metode tes Metode tes adalah serentetan pertanyaan latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi dan kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2002 : 127). Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang pencapaian hasil belajar kognitif siswa sehingga dapat mengetahui tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
  • 50. dicapai oleh siswa setelah menempuh proses belajar mengajar, yaitu pada mata pelajaran bahasa Jawa pokok bahasan huruf Jawa. a). Jenis Instrumen yang digunakan Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002 : 136) Dalam metode tes ini, instrumen yang digunakan adalah soal-soal tes. Agar instrumen dapat digunakan sebagaimana mestinya, perlu langkah- langkah dalam pembuatannya. Sedangkan langkah-langkah penyusunan instrumen tersebut adalah : 1). Tahap persiapan, meliputi pembatasan materi yang akan diujikan yaitu pokok bahasan huruf Jawa, menentukan alokasi waktu, membuat kisi-kisi soal, membuat soal sesuai dengan kisi-kisi. 2). Tahap pelaksanaan 3). Tahap analisis b). Konstruksi alat pengumpul data Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengambil data berupa nilai hasil belajar siswa. Tes dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran yang diberikan sehingga ruang lingkup materi evaluasi dibatasi pada materi yang telah diajarkan. Penilaian diberikan dengan simbol numerik basis sepuluh (angka 1 – 10).
  • 51. Soal tes yang dipergunakan untuk memperoleh data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu tes isian. Tes tidak standart buatan guru dengan bantuan kisi-kisi yang disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Menengah Pertama tahun 2004, suplemen GBPP Sekolah Menengah Pertama 2004 dengan berorientasi pada kurikulum berbasis kompetensi dan silabus mata pelajaran Bahasa Jawa Sekolah Menengah Pertama kelas VII semester 1 Kabupaten Kendal. E. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas instrumen sehingga dapat mengungkap data yang benar-benar dibutuhkan. Suatu tes dikatakan baik apabila pada tes itu benar-benar memenuhi beberapa syarat, yaitu valid dan reliabel. Jika tes memenuhi kedua syarat itu, maka tes tersebut akan konsisten atau ajeg bila digunakan pada lain waktu. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2002 : 145). Sedang suatu tes dikatakan reliabel / taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 1997 : 87). Dalam penelitian ini menggunakan validitas butir soal, sedangkan reliabilitasnya menggunakan rumus K-R 20. Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas VIIB SMP Negeri 1 Brangsong, sedangkan penelitian diadakan di kelas VIIE dan kelas VIIF. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan soal, sehingga hasil tes siswa tidak terpengaruh oleh hasil try out.
  • 52. Uji instrumen yang dimaksud adalah validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Masing-masing uji instrumen tersebut dijelaskan sebagian berikut : 1. Uji Validitas Validitas merupakan ketepatan atau kejituan alat pengukur serta ketelitian, kesamaan atau ketepatan pengukuran apa yang sebenarnya diukur. Validitas terdiri atas tiga hal yaitu validitas keseluruhan soal, validitas item dan validitas faktor (Arikunto, 1997 : 65). a). Validitas logis dan validitas empiris Arikunto (2002 : 145) Validitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis yaitu validitas yang diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat yang dikehendaki. Validitas logis diperoleh sejak penyusunan instrumen yang sesuai dengan materi dan kurikulum sekolah. Sedangkan validitas empiris yaitu menguji instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Validitas empiris diperoleh dengan mencobakan instrumen sehingga dihasilkan validitas item. b). Validitas faktor Validitas faktor yaitu butir-butir soal dalam faktor dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap soal-soal secara keseluruhan, yakni jumlah skor untuk butir-butir faktor tersebut menunjukkan adanya kesejajaran dengan skor total. (Arikunto, 1997 : 80). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
  • 53. c). Validitas butir soal/validitas item Validitas item adalah sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. (Arikunto, 1997 : 72). Validitas butir soal (validitas item), merupakan validitas yang digunakan peneliti jika ingin mengetahui validitas soal tes. Untuk mengetahui validitas tiap-tiap item tes digunakan rumus Korelasi Point Biserial sebagai berikut : M p − Mt p rpbsi = St q Keterangan : rpbsi = Koefisien korelasi antara x dan y Mp = Mean skor dari subjek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes Mt = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes) St = Standart deviasi skor total p = porposi subjek yang menjawab betul item tersebut q = 1–p Setelah diperoleh harga rpbsi dikonsultasikan dengan harga r product moment. Dengan taraf signifikansi tertentu, jika harga rpbsi > rtabel maka item soal tersebut dikatakan valid. Sedang item soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. (Suharman, 1990 : 163).
  • 54. Berdasarkan hasil analisis uji coba soal, maka harga rpbis dikonsultasikan dengan harga r product moment pada N=34 dan taraf signifikansi 5%. Bila harga rpbis > rtabel maka tes tersebut valid. Dari hasil uji coba soal tersebut terdapat delapan soal yang tidak dipakai, yaitu nomor 1, 4, 6,16, 21, 26 karena tidak valid dan nomor 15, 19 karena memiliki daya pembeda yang jelek dan tingkat kesukaran yang sukar. 2. Reliabilitas Soal Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagaimana alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002 : 154). Peneliti menggunakan rumus K—R 20 karena instrumen mempunyai skor 1 dan 0. Rumus K—R 20 sebagai berikut :  k  S 2 − Σpq  r11 =     k − 1  S 2  Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen k = banyak item S2 = varians total (standart deviasi dari tes) p = proporsi subjek yang menjawab benar q = proporsi subjek yang menjawab salah ( q = 1-p ) Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
  • 55. Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga rtabel product moment dengan taraf nyata 5%. Instrumen dikatakan reliabel jika r11 > rtabel (Arikunto, 2002 : 164). Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen (r11) diperoleh harga r11 = 0.8637 dengan rtabel = 0.339 sehingga r11 lebih besar dari rtabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumrn penelitian ini reliabel. 3. Daya Pembeda Soal Menganalisa daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya. Rumus yang peneliti gunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut : JB A − JBB DP = JS A Keterangan : DP = Daya Pembeda JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas Klasifikasi daya pembeda soal : DP ≤ 0,00 adalah sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 adalah jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 adalah cukup
  • 56. 0,40 < DP ≤ 0,70 adalah baik 0,70 < DP ≤ 1,00 adalah sangat baik (Suharman, 1990 : 113). Pada perhitungan daya pembeda soal, diperoleh 5 butir soal yaitu nomor 2, 8, 23, 26, dan 27 merupakan kriteria baik, sedang soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17,18, 20, 22, 24, 25, 28, 29 dan 30 mempunyai kriteria cukup. Soal nomor 4, 15, 16, 19 dan 21 mempunyai kriteria jelek. Untuk soal yang mempunyai kriteria jelek perlu diadakan perbaikan agar dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. 4. Tingkat Kesukaran Soal Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran tes digunakan rumus sebagai berikut : JB A + JBB IK = JS A + JS B Keterangan : IK = Indeks kesukaran JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah Selanjutnya indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut :
  • 57. IK = 0,00 adalah soal sangat sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 adalah soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 adalah soal sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 adalah soal mudah IK = 1,00 adalah soal terlalu mudah (Suharman, 1990 : 112) Pada perhitungan tingkat kesukaran soal didapat 4 butir soal yakni nomor 1, 16, 17, dan 24 merupakan kriteria mudah. Sedangkan yang termasuk kriteria sedang sejumlah 16 butir soal yaitu nomor 2, 3, 4, 6, 7, 8, 18, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29 dan 30. Untuk soal nomor 5, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 19 dan 21 termasuk kriteria sukar. F. Langkah Eksperimen Pembelajaran dalam penelitian ini, materi pengajarannya disampaikan oleh peneliti, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Hal ini dimaksudkan agar materi yang tersaji dan media yang digunakan sesuai dengan apa yang dikehendaki peneliti, khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan program animasi SWiSH. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut : 1. Pemilihan kelas Sesuai dengan keadaan SMP Negeri 1 Brangsong kelas VII yang terdiri dari 7 kelas, peneliti mengambil dua kelas yang dipilih secara acak atau random dengan teknik cluster random sampling, kemudian untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan teknik undian. 2. Pelaksanaan treatment (perlakuan)
  • 58. Dalam pembelajaran telah disiapkan media animasi SWiSH yang dibutuhkan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disajikan. Urutan pelaksanaan kegiatan dalam pembelajaran terurai sebagai berikut : a. Pada kelas eksperimen ─ Pertemuan / KBM I Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa, memberikan informasi kepada siswa bahwa pelajaran bahasa jawa pada pertemuan ini disampaikan dengan menggunakan media animasi SWiSH. Peneliti juga memberikan informasi bagaimana cara memanfaatkan media animasi SWiSH tersebut. Peneliti mengadakan apersepsi dilanjutkan materi inti, pokok bahasan aksara jawa. Kemudian diakhiri dengan evaluasi. ─ Pertemuan / KBM II Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok bahasan sandhangan swara, pembelajaran ditutup dengan evaluasi. ─ Pertemuan / KBM III Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok bahasan sandhangan panyigeg wanda dan wyanjana, pembelajaran ditutup dengan evaluasi. ─ Pertemuan / KBM IV
  • 59. Peneliti yang berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa menyampaikan apersepsi yang berhubungan dengan materi inti, pokok bahasan pasangan, pembelajaran ditutup dengan evaluasi. Pertemuan ini merupakan pertemuan yang terakhir dari pokok bahasan membaca dan menulis huruf jawa. Siswa diberikan tugas mengerjakan tes sumatif berbentuk soal isian. b. Pada kelas kontrol Pada prinsipnya proses pembelajaran kelas kontrol sama dengan pembelajaran kelas eksperimen, yang membedakan adalah penggunaan media animasi SWiSH. Pada kelas kontrol tidak menggunakan media animasi SWiSH tetapi konvensional yaitu ceramah. Pada awal pembelajaran kelas kontrol diberikan apersepsi, kemudian pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Pemberian tes sumatif untuk kelompok kontrol diberikan pada pertemuan ke empat, untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pokok bahasan membaca dan menulis huruf jawa. 3. Penilaian Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauhmana proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan berhasil mencapai tujuan. Norma penilaian yang dicapai adalah pengolahan skor tanpa denda, sebagai berikut : S=R Keterangan : S = skor yang diperoleh R = jawaban yang betul
  • 60. (Arikunto , 1997 : 169) G. Analisis Data Analisis data sangat menentukan dalam suatu penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap berikut : a. Tahap awal Pada tahap awal data yang dianalisis adalah nilai ulangan bahasa jawa semester 1 tahun pelajaran 2004/2005. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1). Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah Lilliefors, untuk pengujian hipotesis nol (data berdistribusi normal) kita tempuh prosedur berikut : a). Pengamat x1, x2, … xn dijadikan bilangan baku z1, z2, … zn dengan x −x menggunakan rumus Z1 = 1 dimana x = rata-rata dan s = s Σ( X 1 − X ) 2 simpangan baku sampel. s = n −1 b). Untuk tiap bilangan baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(z1) = P(z ≤ z1). c). Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …zn yang lebih kecil atau sama dengan z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z1), maka S(z1) = banyaknyaz1 , z 2 ,.....z n yang ≤ z1 n d). Hitung selisih F(z1) – S(z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.
  • 61. e). Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Harga terbesar = Lo. Koefisien pengujian adalah data berdistribusi normal jika Lo ≤ L kritik dengan n = 44 dan taraf nyata 5%. (Sudjana, 2002 : 466). 2). Uji kesamaan dua varians Setelah diketahui kedua kelompok berdistribusi normal kemudian dilakukan uji F untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama. Ketentuan : Dimana : Ho : σ12 = σ22 σ12 = Eksperimen Ha : σ12 ≠ σ22 σ22 = Kontrol Rumus yang digunakan : Varian terbesar F= Varian terkecil Kriteria pengujiannya adalah kedua kelompok mempunyai varians yang sama jika dengan taraf nyata 5% Fhitung ≤ F1/2α (nb-1) (nk-1). (Sudjana, 2002 : 250). b. Uji tahap akhir Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians maka langkah selanjutnya adalah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah : Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2 Dimana : µ1 = rata-rata kelompok eksperimen
  • 62. µ2 = rata-rata kelompok kontrol Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan uji t, yaitu : 1). Varians kedua kelompok sama Apabila varians kedua kelompok sama maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : x1 − x 2 t= 1 2 s + n1 n 2 dengan (n1 − 1)s1 2 + (n2 − 1)s 2 2 s= n1 + n 2 − 2 Keterangan : x1 = rata-rata kelompok eksperimen x 2 = rata-rata kelompok kontrol Kriteria pengujian adalah Ho diterima jika –t (1-1/2α) <t<t (1-1/2α) dengan dk = n1 + n2 – 2 peluang (1-1/2α) serta taraf nyata 5%. (Sudjana, 2002 : 239). 2). Varians kedua kelompok berbeda Jika varians kedua kelompok berbeda maka rumus yang digunakan adalah : x1 − x 2 t1 = 2 2 s1 s + 2 n1 n2 w1t1 + w2 t 2 Kriteria pengujiannya adalah tolah Ho apabila t 1 ≥ w1 + w2 2 2 s1 s Dan diterima Ho jika sebaliknya. Dengan w1 = dan w2 = 2 n1 n2
  • 63. t1 = t (1−α ).(n1 −1) dan t 2 = t (1−α ).(n2 −1) (Sudjana, 2002 : 243). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  • 64. Hasil Penelitian 1. Hasil Pembuatan Media Interaktif Bahasa Jawa dengan SWiSH Media interaktif bahasa Jawa ini dibuat dengan program SWiSH dengan materi huruf Jawa. Tampilan materi dibuat dalam bentuk animasi gerak untuk mengenalkan macam-macam huruf Jawa beserta cara membacanya. Berikut ini beberapa bentuk tampilan dari media pembelajaran interaktif menggunakan SWiSH. Gambar 1. Tampilan pada Saat Pembuatan Media
  • 65. Gambar 2. Tampilan Pertama Hasil Pembuatan Media Pembelajaran Gambar 3. Hasil Animasi Materi Aksara Jawa
  • 66. Gambar 4. Hasil Animasi Materi Sandhangan Gambar 5. Hasil Animasi Materi Pasangan
  • 67. 2. Deskripsi Kondisi Awal Data kondisi awal siswa dapat dilihat dari hasil matching yang meliputi jenis kelamin, umur siswa, inteligensi question (IQ), dan hasil pre test. Analisis matching terhadap jenis kelamin dan umur siswa digunakan uji chi kuadrat, sedangkan untuk data inteligensi question (IQ) dan data pre test digunakan uji t. a. Jenis Kelamin Siswa Data tentang jenis kelamin responden penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Penelitian Jenis Kelamin Total Perempuan Laki-laki f 22 22 44 Eksperimen % 50.0% 50.0% 100.0% Kelompok f 22 22 44 Kontrol % 50.0% 50.0% 100.0% f 44 44 88 Total % 50.0% 50.0% 100.0% Berdasarkan tabel 4, tampak bahwa siswa perempuan dari kedua kelompok sama yaitu 22 orang, demikian juga untuk siswa laki-laki yaitu sebanyak 22 orang. Dari hasil uji chi kuadrat diperoleh χ2 hitung = 0.000 dengan probabilitas 1.000 > 0.05, yang berarti Ho diterima. Dengan diterimanya Ho menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai kondisi yang sama ditinjau dari jumlah jenis kelaminnya. b. Umur Siswa Data umur siswa dari kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 5.