SlideShare a Scribd company logo
1 of 108
Download to read offline
i

         PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR
     TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU
    DI KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN
SEBAGAI DASAR PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
           TENTANG SERTIFIKASI GURU




                        TESIS

          Untuk memenuhi sebagian persyaratan
           Untuk mencapai derajad Sarjana S-2
  Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan




                         Oleh
                    SUDARMAN
                    NIM 05370056



      PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
               2007
ii

           HALAMAN PERSETUJUAN


Judul          :   Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap
                   Program Sertifikasi Guru di Kecamatan
                   Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar
                   Penguatan Program Pemerintah Tentang
                   Sertifikasi Guru.
Nama Mahasiswa :   SUDARMAN
NIM            :   05370056




                    Telah disetujui Oleh :

                     Pembimbing Utama




             Dr. Arif Budi Wurianto, Drs,M.Si.

                   Pembimbing Pendamping




             Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd.


                              ii
iii

                                  TESIS

                       Dipersiapkan dan disusun oleh
                              SUDARMAN
                             NIM : 05370056
                Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
                      Pada tanggal 30 September 2007



                SUSUNAN DEWAN PENGUJI
        Pembimbing Utama                         Anggota Dewan Penguji,




 Dr. ARIF BUDI WURIANTO, M.Si.              Dr. DWI PRIYO UTOMO, M.Pd.
      Pembimbing Pendamping,




Dra. SITI FATIMAH SUNARYO, M.Pd.                 Drs. HARTONO, M.Pd.




            Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
             untuk mencapai derajat gelar Magister Pendidikan
                          Tanggal 30 September 2007




                   Dr. H. ACHMAD HABIB, MA
                       Direktur Program Pasca Sarjana

                                      iii
iv

                             PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.




                                                  Malang, 30 September 2007




                                                  SUDARMAN
                                                  NIM. 05370056




                                         iv
v




                         MOTTO


” Bacalah atas nama Tuhanmu, gunakan hidupmu untuk terus membaca,
     karena membaca adalah kunci dari segala kesuksesan hidup”




                                v
vi

                         HALAMAN PERSEMBAHAN


Tesis ini kupersembahkan untuk :

1. Istriku tercinta TIK SOEHINDRARTI EH, yang telah memberikan dukungan

   untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjanaku.

2. Anakku tercinta TYAR JATU ALMIRA dan ABHITAH NOVIAR JANITRA

   yang telah ikut memberikan inspirasi dalam menyelesaikan kuliah.




                                       vi
vii

                              KATA PENGANTAR



     Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang

berjudul ”Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di

Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah

Tentang Sertifikasi Guru” dengan lancar.

     Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara

moral maupun secara material yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada yang terhormat Bapak/Ibu :

1. Drs. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku rektor Universitas Muhammadiyah

   Malang

2. Dr. H. Achmad Habib, MA, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas

   Muhammadiyah Malang

3. Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Kebijakan dan

   Pengembangan Pendidikan Program Pasca Sarjana UMM Malang

4. Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, sebagai dosen pembimbing Utama

5. Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd, sebagai pembimbing pendamping

6. Drs. Suwito, sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan

7. Seluruh Kepala Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan


                                      vii
viii

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat

   disebutkan satu persatu.

     Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan dan sudah barang tentu masih      terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan yang disebabkan oleh dangkalnya pengetahuan penulis dan keterbatasan

waktu. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan.

     Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama para

pemerhati di bidang kebijakan dan pengembangan pendidikan.




                                                Malang,      September 2007

                                                    Penulis




                                    viii
ix

                                                   DAFTAR ISI


                                                                                                             Hal.
HALAMAN JUDUL ..................................................................................              i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................                      ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................                       iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................                       iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................               v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................                         vi

KATA PENGANTAR ................................................................................              vii

DAFTAR ISI ...............................................................................................    ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................         xii

ABSTRAK ..................................................................................................   xiii

BAB I.           PENDAHULUAN

                 A. Latar Belakang …………………………………………...                                                        1

                 B. Fokus Penelitian …………………………………………                                                         8

                 C. Tujuan Penelitian ………………………………………..                                                       9

                 D. Manfaat Penelitian ………………………………………                                                        9

                      1. Manfaat Teoritis …………………………………….                                                     9

                      2. Manfaat Praktis ……………………………………..                                                    10

                 E. Penegasan Istilah ………………………………………...                                                     10




                                                          ix
x

BAB II.    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

           A. Kajian Pustaka ………………………………………….                                           11

               1. Penelitian Terdahulu ………………………………..                                    11

               2. Kebijakan Pemerintah ………………………………                                      11

           B. Landasan Teori ………………………………………….                                           13

               1. Konsep Persepsi ……………………………………                                         13

               2. Konsep Guru dan Peranannya ……………………..                                  19

               3. Profesi Guru........................ ………………………..                       23

               4. Sertifikasi Guru ……………………………………..                                      28

BAB III.   METODE PENELITIAN

           A. Rangcangan Penelitian …………………………………..                                      41

           B. Lokasi Penelitian dan Informan Penelitian ......................           41

           C. Teknik Penelitian ………………………………………..                                        42

               1. Teknik Pengumpulan Data ………………………….                                    42

               2. Teknik Pengolahan Data ……………………………                                     43

BAB IV.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

           A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan …….                            47

           B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan
              Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ………….................                   50

           C. Tanggapan Negatif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan
              Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ........………………..                        64

           D. Temuan-Temuan Penelitian................................................   69


                                               x
xi

BAB V.    PENUTUP

         A. Kesimpulan .......................................................................        72

         B. Saran .................................................................................   73

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………                                                                   75

LAMPIRAN………………………………………………………………                                                                      77




                                                        xi
xii

                                   DAFTAR TABEL



                                                                                  Hal.

Tabel 1. Daftar Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia..............           7

Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan …………………………..                             47

Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan ............            48

Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga.................................   49




                                               xii
xiii

                                     ABSTRACT


Sudarman. 2007. The Elementary Teacher Perception on Teacher’s Certification in
          Jiwan Sub district Madiun Regency the Strengthen Base of Government
          Policy on Teacher’s Certification. The Education Development and Policy
          Study Program. Post Graduate Program UMM Malang. Advisor (I) Dr.
          Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M,Pd.

           This study aims at sharing informations both positive and negative
opinions of the Elementary Teacher in Jiwan Sub district on teacher’s certification
program and to get some findings which can explain the Elementary teacher’s
perception in Jiwan Sub district about teacher’s certification.

            This study is designed and analyzed with qualitative method or
pospositivistic based on pospositivism philosophy. There are three kinds of data
collection held to support to each other, those are observation, questionnaire and
further interview of some respondents. The data analyzing of the study uses
Interactive Model of Miles and Huberman started by collecting, reducing, presenting
and verifying data.

            Positive respond from the teachers of Elementary School in Jiwan
subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 as a
basic of law to increase teachers quality, (2) Undergraduate Degree? Four – year
diploma prgram as the academic qualification is appropriate with nowadays period
and the progress of knowledge and technology, (3) Four of basic competence has to
be owned by teacher, (4) Portfolio model certification is good for teacher, (5)
Teachers conviction of professions subsidy.

            Negative respond from the teachers of Elementary School in Jiwan
subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 seems
hard to be realized, (2) Teacher should not has an academic qualification of
Undergraduate Degree / Four – year diploma, (3) Lack of socialization on portfolio
model certification, (4) Hard to get subsidy for profession.

            Result of the research which are connect to the teachers certificaton are (1)
It needs much effort to get minimal score of governments requirement, (2) Deceit on
collecting documents, (3) Innappropriate in choosing participants of portfolio
certification.




                                          xiii
xiv

                                    ABSTRAKSI


Sudarman, 2007. Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi
      Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan
      Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Program Studi Kebijakan
      dan Pengembangan Pendidikan, Program Pasca Sarjana UMM Malang.
      Pembimbing (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah,
      M.Pd.

        Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tanggapan
positif dan tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap
program sertifikasi guru dan memperoleh temuan-temuan yang dapat menjelaskan
persepsi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi guru.

        Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif atau postpositivistik
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Pengumpulan data dilakukan
dengan tiga cara yang saling mendukung yaitu observasi, kuisioner dan wawancara
yang mendalam dengan sejumlah informan. Pengolahan data pada penelitian ini
menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman dimulai dari pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

          Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap
program sertifikasi guru adalah (1) UU No.14 Tahun 2005 merupakan landasan
hukum dalam meningkatkan kualitas guru, (2) kualifikasi akademik Sarjana/D IV
bagi guru sudah sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, (3) Guru wajib memiliki empat kompetensi dasar, (4) sertifikasi model
portofolio sangat menguntungkan bagi guru, (5) tunjangan profesi diyakini guru akan
dapat terealisasi.

          Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap
program sertifikasi guru adalah (1) UU No. 14 Tahun 2005 hanya merupakan janji
yang sulit untuk terealisasi, (2) guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/ D IV, (3)
sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi, (4) tunjangan profesi guru tidak akan
dapat terealisasi.

         Temuan-temuan dalam penelitian yang terkait dengan sertifikasi guru adalah
(1) Guru kurang yakin dapat mencapai skor minimal yang ditetapkan oleh
pemerintah, (2) masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam melengkapi
dokumen, (3) penentuan peserta sertifikasi portofolio masih belum sesuai dengan
aturan yang berlaku.

.
                                           xiv
1

                                    BAB I

                              PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

          Pendidikan mempunyai peranan         yang sangat strategis dalam

   pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian di banyak negara menunjukkan

   kuatnya hubungan antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa-

   bangsa tersebut yang ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial

   budaya. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

   yang merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

          Menyadari peran strategis pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia

   senantiasa mendukung ide yang menempatkan sektor pendidikan, khususnya

   pendidikan dasar, sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Bahkan

   dalam masa krisis ekonomi sekalipun, pendidikan tetap mendapatkan

   perhatian meskipun fokusnya dibatasi pada upaya penanggulangan dampak

   krisis ekonomi terhadap pendidikan.

                Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap

   peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang

   harus diperhatikan yaitu : (1) sarana gedung, (2) buku yang memadai dan

   berkualitas serta (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa,

   2005 : 3).

          Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung

   dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan

                                         1
2

kehidupan setiap individu.        Jika di bidang-bidang lain seperti ekonomi,

pertanian dan perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi

kepentingan    manusia,     maka    pendidikan      berurusan   langsung     dengan

pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan

dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar

terhadap    kemajuan      suatu    bangsa   dan     merupakan     wahana     dalam

menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak

bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan suatu

bangsa yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian

dan kreatifitas.

        Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang lebih demokratis, transparan dan menjujung tinggi

hak azasi manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Hanya melalui

pendidikan yang benar bangsa ini dapat membebaskan diri dari krisis

multidimensi yang berkepanjangan. Pendidikan yang berkualitas juga dapat

membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterpurukan hidup.

        Pendidikan yang benar dan berkualitas adalah pendidikan yang dapat

mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, dapat

membangkitkan       generasi       muda     untuk      menggali    potensi      dan

mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan bangsa

(Mulyasa : 2005).

        Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pendidikan nasional
3

bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa.

       Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menetapkan tiga

rencana strategis yaitu (1) perluasan dan peningkatan akses, (2) peningkatan

mutu, relevansi dan daya saing serta (3) peningkatan tata kelola pendidikan,

transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pendidikan.

       Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam rangka

pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru.        Guru merupakan

komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam membentuk wajah

pendidikan di Indonesia.    Ujung tombak dari semua kebijakan pendidikan

adalah guru. Gurulah yang akan membentuk watak dan jiwa bangsa, sehingga

baik dan buruknya bangsa ini sangat tergantung pada guru.         Banyaknya

kejahatan, pencurian, kerusuhan, pengangguran disebabkan oleh guru yang

salah dalam menerapkan pendidikan.      Demikian juga bangsa yang malas,

kurang kreatif, kurang berani mengambil resiko, kurang inovatif, culas,

berjiwa korup, sering meyalahkan orang lain, semua itu sangat ditentukan oleh

peran guru.

       Karena peran guru yang begitu besar, maka diperlukan guru yang

profesional, kreatif, inovatif, mempunyai kemauan yang tinggi untuk terus
4

belajar, melek terhadap teknologi informasi, sehingga mampu mengikuti

perkembangan zaman.

       Tuntutan profesionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai

kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai

organisasi guru yang ada, di samping tuntutan perbaikan taraf hidup guru.

Mereka berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di

Indonesia, diperlukan seorang guru yang profesional dalam mendidik siswa-

siswinya di sekolah.

       Sejalan dengan tuntutan profesionalisme guru itulah, maka pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut guru diposisikan

sebagai suatu profesi sebagaimana profesi dokter, hakim, jaksa, akuntan dan

profesi-profesi lain yang akan mendapat penghargaan sepadan sesuai dengan

profesinya masing-masing.

       Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 : pasal 1).

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada

jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU

No. 14/2005 : pasal 2).       Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
5

profesional seperti yang dimaksudkan di atas dibuktikan dengan sertifikasi

pendidik (UU No. 14/2005 : pasal 2).

       Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak

bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh

orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang

pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip

(1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki

komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan

akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan

sesuai dengan bidang tugasnya, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan

sesuai dengan bidang tugasnya, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan

tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai

dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8)

memiliki   jaminan   perlindungan      hukum   dalam    melaksanakan      tugas

keprofesionalan dan (9) memilik organisasi profesi yang mempunyai

kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesi guru.

       Sebagai   profesi   guru   wajib   memiliki     kualifikasi   akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.               Kualifikasi

akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai

pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang

dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
6

kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi.

       Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi

yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program

pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh

pemerintah.      Syarat dan materi sertifikasi ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah Tentang Guru yang saat ini masih menunggu verifikasi         dan

pengesahan dari pemerintah.

       Karena Peraturan Pemerintah Tentang Guru belum selesai dan

program sertifikasi guru sudah dicanangkan sejak tahun 2006, maka

pelaksanaan sertifikasi guru kemungkinan menggunakan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ).

Menurut Mendiknas, sertifikasi guru pada APBN 2006 disediakan anggaran

sebesar 35,8 miliar untuk mensertifikasi 20.000 guru, sedangkan pada APBN

2007 disediakan anggaran sebesar 380,9 miliar untuk mensertifikasi 190.450

guru (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ).          Pelaksanaan

sertifikasi akan mendahulukan 20.000 guru yang berasal dari kuota tahun 2006

yaitu 14.000 guru Sekolah Dasar (SD) dan 6.000 guru Sekolah Menengah

Pertama (SMP).

       Menurut data dari Depdiknas tahun 2007 jumlah guru di Indonesia

sebanyak 2.224.721 orang guru dengan kualifikasi pendidikan seperti terlihat

dalam Tabel 1.
7

                                  Tabel 1.
               Data Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia

                                           Kualifikasi Pendidikan
 No     Jenjang        Jumlah
                                     S1       D3         D2       D1
 1.   TK                 137.069     5.318          -     7.539 124.143
 2.   SLB                  8.304     3.886       467          -   3.951
 3.   SD               1.234.927   103.116 26.798 495.700 609.189
 4.   SMP                466.748   197.621 117.154 999.557 52.416
 5.   SMA                230.114   168.167 55.043         4.349   2.531
 6.   SMK                147.559    95.161 44.533         2.641   5.297
      Jumlah           2.224.721   573.269 243.995 609.786 797.527
                                         Sumber : Depdiknas 2007

       Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah guru Sekolah

Dasar menduduki peringkat pertama diantara jenjang pendidikan lainnya.

Dari 1.234.927 orang guru SD, hanya 103.116 (8,35 %) orang                yang

berpendidikan Sarjana dan sebanyak 609.189 (49,33 %) orang guru yang

berpendidikan D1.      Karena jumlahnya yang cukup banyak dan rata-rata

tingkat pendidikan guru rendah, maka guru SD mengahadapi permasalahan

yang sangat komplek.

       Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang

tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri

fisik yang khas pada masing-masing rangsangan (Winkel 1996 : 249).

Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan

kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulus) dan perbedaan antara

rangsangan-rangsangan yang ada.       Persepsi termasuk ranah psikomotorik

menurut klasifikasi Simpson, dengan kemampuan internal individu yaitu

menafsirkan suatu rangsangan, kepekaan terhadap suatu rangsangan dan

kemampuan untuk membedakan suatu rangsangan.
8

           Kepekaan,    penafsiran   dan    kemampuan       membedakan   terhadap

   rangsang yang berupa informasi tentang aturan dan perundang-undangan

   sangat diperlukan oleh guru, sehingga pada saat guru melaksanakan dan

   menjalani aturan tersebut benar-benar paham sesuai dengan aturan yang

   dikehendaki. Bearangkat dari situasi itulah maka persepsi terhadap program

   sertifikasi guru sangat penting bagi setiap guru.

           Di lain pihak belum semua guru di setiap jenjang pendidikan

   memahami       terhadap    sertifikasi guru.        Bagaimana aturan main dan

   persyaratan sertifikasi guru, peraturan-peraturan yang melandasi sertifikasi

   guru, Lembaga penyelenggara sertifikasi guru, belum banyak dimengerti oleh

   guru.   Apalagi guru-guru yang berada di daerah terpencil yang belum

   terjangkau oleh arus informasi dan komunikasi.

           Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka penulis ingin melakukan

   penelitian yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program

   Sertifikasi Guru Di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar

   Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru”


B. Fokus Penelitian

           Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek bersifat

   holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), oleh karena itu perlu

   ditetapkan suatu fokus.       Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif

   merupakan batasan masalah.        Dalam penelitian ini yang menjadi fokus

   penelitian adalah sebagai berikut :
9

   1. Bagaimanakah tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

      terhadap program sertifikasi ?

   2. Bagaimanakah tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

      terhadap program sertifikasi ?

   3. Temuan-temuan apakah yang dapat menjelaskan tanggapan positif dan

      negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program

      sertifikasi ?


C. Tujuan Penelitian

   Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang :

   1. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap

      program sertifikasi.

   2. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap

      program sertifikasi.

   3. Temuan-temuan yang dapat menjelaskan tanggapan positi dan negatif

      guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

   a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu

       pengetahuan terutama di bidang pengembangan kebijakan pendidikan.

   b. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat diajdikan referensi dalam penelitian

       lanjutan di bidang pengembangan kebijakan pendidikan
10

2. Manfaat Praktis

   a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka

      pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten

      Madiun.

   b. Bagi Dinas Pendidikan dan para pengambil kebijakan, penelitian ini dapat

      dijadikan cermin tentang pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di

      Kabupatren Madiun


E. Penegasan Istilah

1. Persepsi

   Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi

   yang ditujukan terhadap suatu obyek yang berupa program sertifikasi guru dan

   dinyatakan secara verbal.


2. Tanggapan Positif

   Tanggapan positif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada

   suatu keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung

   menerima obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya sesuai dengan

   pribadinya.


3. Tanggapan Negatif

   Tanggapan negatif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menunjukkan

   pada keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung

   menolak obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya karena tidak

   sesuai dengan pribadinya.
11

                                    BAB II

               KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI



A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

          Penelitian yang membahas tentang persepsi guru terhadap pelaksanaan

   program sertifikasi belum banyak dilakukan oleh para peneliti, hal ini

   disebabkan sertifikasi guru baru akan dilaksanakan oleh pemerintah di seluruh

   Indonesia setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru.

          Hasil penelitian yang agak relevan yaitu Basri ( 2002 ) menyatakan

   bahwa pada umumnya belum ada kesamaan persepsi guru SMK Negeri di

   Kotamadya Banjarmasin terhadap implementasi Pendidikan Sistem Ganda

   (PSG). Demikian juga dengan Hendarman (2003) menyimpulkan dalam

   penelitiannya yang berjudul Persepsi Guru dan Institusi Pasangan Tentang

   Kendala-Kendala Implementasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

   Kelompok Pariwisata bahwa antara guru dan institusi pasangan mempunyai

   persepsi yang berbeda terhadap implementasi kurikulum.


2. Kebijakan Pemerintah

          Kebijakan pemerintah yang mendasari Sertifikasi Guru adalah

   Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.             Di dalam

   pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

   kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

   kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

                                        11
12

       Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi

persyaratan (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 11). Sertifikasi pendidik diperoleh

melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan

tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang

terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.        Beban belajar pendidikan

profesi untuk guru pada satuan pendidikaan TK dan SD atau yang sederajat

adalah 18 sampai 20 satuan kredit semester.           Sedangkan untuk satuan

pendidikan setingkat SMP dan SMA atau yang sederajat adalah 30 sampai 40

satuan kredit semester.

       Muatan     pendidikan    profesi   meliputi     kompetensi   pedagogik,

kepribadian, sosial dan profesional. Bobot muatan kompetensi disesuaikan

dengan latar belakang pendidikan yaitu untuk lulusan program sarjana (S1)

atai diploma empat (D-IV) kependidikan dititik beratkan pada penguatan

kompetensi profesional. Sedangkan untuk lulusan sarjana (S1) atau diploma

empat (D-IV) non-kependididkan dititik beratkan pengembangan kompetensi

pedagogik. Program sertifikasi profesi diakhiri dengan uji sertifikasi pendidik

yaitu melalui ujian tertulis dan ujian kinerja.      Ujian kinerja dilaksanakan

secara holistik yang mencakup ujian kompetensi pedagogik, kepribadian,

sosial dan profesional. Sertifikat pendidik dianggap sah setelah mendapatkan

nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasional
13

B. Landasan Teori

1. Konsep Persepsi

a. Pengertian Persepsi


          Persepsi dalam Psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat

   psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan

   memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya. Menurut Scheerer

   persepsi adalah representasi phenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari

   pengorganisasian dari objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan

   proksinal. Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang

   mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan

   ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak

   terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (proses

   psikologis).


          Persepsi    merupakan          suatu    proses    dimana      seseorang

   mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkannya, mengalami, dan

   mengelola pertanda atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya

   (Hammer dan Morgan dalam Ibrahim, 1983 : 33). Sedangkan menurut Abizar

   (1988 : 18) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana

   seseorang individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi stimulus dari

   lingkungannya.    Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap

   suatu obyek atau permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi

   persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya.
14

         Persepsi, menurut Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang

objek,      peristiwa,   atau   hubungan-hubungan   yang   diperoleh   dengan

menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.

         Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang

petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang

relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang

terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal

tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi

adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus

dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa

persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang

individu.

         Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan

khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja

stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai

proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan

bantuan indera (Chaplin, 1989: 358)

         Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap

stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk

ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui

proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard,

1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs),

pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang
15

   telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan

   membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku

   orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).


b. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

          Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan

   yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap

   selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu

   juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang

   memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan

   tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure

   terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang

   berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang

   bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara

   menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini,

   pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting.

          Bagaimana seseorang      melakukan persepsi serta bagaimana suatu

   rangsangan dipersepsi banyak faktor yang mempengaruhinya. Suatu stimulus

   yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang lain yang berbeda juga.

          Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi suatu persepsi

   seseorang yaitu (1) faktor ciri khas dari obyek stimulus (2) faktor-faktor

   pribadi (3) faktor pengaruh kelompok dan (4) faktor perbedaan latar belakang.
16

       Faktor dari obyek stimulus terdiri dari (1) nilai dari stimulus (2) arti

emosional orang yang bersangkutan (3) familiaritas dan (4) intensitas yang

berhubungan dengan derajad kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut.

       Termasuk di dalam faktor pribadi yaitu ciri khas individu seperti taraf

kecerdasan, minat, emosional dan sebagainya.        Respon orang lain dapat

memberi kearah suatu tingkah laku konform.             Studi Flamen (1961)

menemukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok yang berpengaruh dapat

menyebabkan perubahan persepsi pada anggota. Perbedaan latar belakang

seseorang juga sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap suatu

stimulus.

       Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

1). Faktor-Faktor Fungsional

            Faktor-faktor fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal

   atau perseptor, karena merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu

   yang mengadakan persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan

   hal-hal lainnya.    Berarti persepsi bersifat selektif secara fungsional

   sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi

   biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan

   persepsi.

            Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan,

   kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi

   yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi

   karakteristik orang menentukan respon atau stimulus.
17

   2). Faktor-Faktor Struktural

              Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat

      stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.

      Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersepsikan sesuatu,

      maka kita akan mempersepsikan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita

      ingin memahami sutau peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor

      yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan.

              Sebagai contoh dalam memahami seseorang kita harus melihat

      masalah-masalah yang dihadapinya, konteksnya maupun lingkungan sosial

      budayanya.      Dalam mengorganisasi sesuatu, kita harus melihat

      konteksnya. Walaupun stimulus yang kita terima tidak lengkap, kita akan

      mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus

      yang kita persepsi.

              Oleh   karena   manusia   selalu   memandang     stimulus   dalam

      konteksnya, maka manusia akan mencari struktur pada rangkaian stimulus

      yang diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau

      persamaan, sehingga dari prinsip ini berarti obyek atau peristiwa yang

      berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain,

      cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.


c. Bentuk-Bentuk Persepsi

          Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu

   evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal,

   sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan
18

penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika

stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup

proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang

bersangkutan.

       Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia

sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh

stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus yang

akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan

bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi

yaitu yang bersifat positif dan negatif.



1). Persepsi Positif

            Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu

    obyek    dan   menuju     pada   suatu   keadaan   dimana   subyek   yang

    mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai

    dengan pribadinya.


2). Persepsi Negatif

            Yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjuk

    pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung menolak

    obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.
19

2. Konsep Guru dan Peranannya

a. Pengertian Guru

          Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan

   ilmu pengetahuan kepada anak didik (Anwar Q & Sagala S, 2004 : 120).

   Karena tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan

   keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi

   akan urgensinya guru bagi anak didik.

          Menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

   Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

   mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

   peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

   pendidikan dasar dan pendidikan menengah.


b. Peran Guru

          Menurut Manan dalam Mulyasa (2005) sedikitnya ada 19 peran guru

   yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu,

   model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit

   pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,

   emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator.

          Sedangkan menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang

   Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar,

   pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik.
20

1). Guru Sebagai Pendidik

          Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan

   identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu

   guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup

   tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

          Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta

   berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.

   Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses

   pembelajaran di sekolah.

          Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara

   mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi,

   serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.

2). Guru Sebagai Pengajar

          Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang

   berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,

   membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.

   Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi,

   sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal

   yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman.

          Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang

   bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang

   bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena

   perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif
21

   murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa

   batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar

   yang setiap saat hadir di hadapan kita.

          Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi

   dan ilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru

   sebagai pengajar. Masihkah guru diperlukan mengajar di depan kelas

   seorang diri , menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk

   itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional,

   sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan

   sepanjang hayat.

3). Guru Sebagai Pembimbing

          Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing

   perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang

   bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan

   secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus

   ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya

   sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

          Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru

   harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik.

   Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang

   direncanakan dan dilaksanakannya.
22

4). Guru Sebagai Pengarah

           Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi

   orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik

   dalam    memecahkan       permasalahan-permasalahan      yang     dihadapi,

   mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan

   menemukan jati dirinya.

           Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam

   mengembangkan      potensi    dirinya,   sehingga   peserta   didik    dapat

   membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan

   nyata di masyarakat.

5). Guru Sebagai Pelatih

           Proses   pendidikan   dan    pembelajaran    memerlukan       latihan

   ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru

   untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam

   pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing

   peserta didik.

           Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan

   kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan

   perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru

   harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap

   hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
23

   6). Guru Sebagai Penilai

                Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling

      kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta

      variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks

      yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.

      Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan

      proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan

      tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik.

                Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-

      prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik

      apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang

      jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak

      lanjut.

                Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu

      memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus

      memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis

      masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara

      menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas,

      reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.


3. Profesi Guru

a. Pengertian Profesi

          Pengertian profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka

   (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu
24

mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut

merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sahertian, 1994 : 26)

       Pengertian profesi menurut Hornby dalam Roestiyah (1982 : 176)

“accuption is one reguiring, advanced educational and special training “

Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan

khusus. Sutisna (1983 : 302) mengemukakan bahwa profesi adalah suatu

pekerjaan yang meminta pendidikan tertentu dalam liberal arts atau science

dan biasanya meliputi pekerjaan mental, seperti : mengajar, pekerja Sosial,

pengarang dan seterusnya terutama kedokteran, hukum / teologi.

       Sejalan dengan itu, Ornstein dan Levine dalam Soetjipto dan Kosasi.

(1999:15) menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang mengandung

pengertian ; 1) melayani masyarakat, merupakan karier yang akan

dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan), 2) memerlukan

bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak

setiap orang dapat melakukannya) 3) menggunakan hasil penelitian dan

aplikasi dari teori ke praktek (teori baru di kembangkan dari hasil penelitian)

4) memerlukan latihan khusus dengan waktu yang panjang, 5) terkendali

berdasarkan lisensi baku dan/atau mempunyai persyaratan masuk (untuk

menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau persyaratan khusus

yang ditentukan untuk dapat mendudukinya), 6) otonomi dalam membuat

keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau adanya persyaratan

tertentu (tidak teratur orang lain), 7) menerima tanggung jawab terhadap

keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan
25

dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa

yang diputuskannya, tidak pindah ke atasan atau instansi yang lebih tinggi).

Mempunyai sekumpulan untuk kerja yang baku, 8) mempunyai komitmen

terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan

diberikan, 9) menggunakan administrator untuk memindahkan profesinya;

relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya: dokter memakai tenaga

administrator untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar

terhadap pekerjaan dokter itu sendiri), 10) mempunyai organisasi yang diatur

oleh anggota profesi sendiri, 11) mempunyai profesi dan atau kelompok elit

untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan, 12) mempunyai kode etik

untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyaksikan yang

berhubungan dengan layanan yang diberikan, 13) mempunyai kadar

kepercayaan yang tinggi dari publik kepercayaan diri setiap anggotanya

(anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien

yang dilayani). 14) mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila di

banding dengan jabatan lainnya).

       Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dari pekerjaan yang

menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan

tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja dilingkungannya,

dan ketrampilan kerja sebagai warisan orang tua atau pendahulunya). Seorang

pekerja profesional perlu dibedakan dari: pertama, seorang teknisi, kedua

(pekerja profesional dan teknisi) dapat saa tampil dengan unjuk kerja yang

sama (misalnya: menguasai tehnik kerja sama, menguasai prosedur yang
26

   sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknik dalam bidang kerjanya),

   tetapi seorang yang profesional dituntut menguasai visi yang mendasari

   ketrampilan yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan

   memiliki pola yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu

   karyanya ( Joni: 1980:6)

            Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

   seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

   keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma

   tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No. 14/2005).


b. Profesi Guru

            Guru sebagai profesi, bukan lagi dianggap sebagai pekerjaan biasa,

   tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan keahlian tertentu

   yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang.

            Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-

   Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1.

   Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

   pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

   pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik

   merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

   proses    pembelajaran,    melakukan   pembimbingan   dan   pelatihan   serta

   melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi

   pendidik pada perguruan tinggi.
27

          Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

   pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

   utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

   mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

   formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai

   tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.


c. Syarat – Syarat Menjadi Guru Profesional

          Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan gampang, seperti yang

   dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan

   menyampaikannya kepada peserta didik, hal ini belum cukup untuk dikatakan

   sebagi guru yang memiliki pekerjaan profesional.        Guru harus memiliki

   berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya dan

   menjaga kode etik guru.

          Menurut Oemar Hamalik dalam Yamin (2006 : 7) guru profesional

   harus memiliki persyaratan yang meliputi (1) memiliki bakat sebagai guru, (2)

   memiliki keahlian sebagai guru, (3) memiliki keahlian yang baik dan

   terintegrasi, (4) memiliki mental yang sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki

   pengalaman dan pengetahuan yang luas, (7) berjiwa Pancasila, (8) merupakan

   warga negara yang baik.

          Sedangkan menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

   dan Dosen pasal 7, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang

   dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : (1) memiliki bakat, minat,

   panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan
28

   mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, (3) memiliki

   kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas,

   (4) memilik kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5)

   memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6)

   memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7)

   memiliki   kesempatan     untuk   mengembangkan      keprofesionalan   secara

   berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan

   perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9)

   memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal

   yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.


4. Sertifikasi Guru

a. Pengertian Sertifikasi

          Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan

   mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang

   diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif.      Setiap usaha peningkatan

   mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metode-

   metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti jika

   melibatkan guru. Artinya titik total pembangunan pendidikan tergantung dari

   bagaimana membangun mutu guru ke arah yang profesional.

          Dalam kenyataannya mutu guru di Indonesia sangat beragam dan rata-

   rata masih di bawah standar yang telah ditentukan. Banyak guru yang belum

   memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan belum mempunyai kompetensi

   yang telah disyaratkan.
29

       Sertitifikasi adalah pemberian sertifikat kompetensi atau surat

keterangan sebagai pengakuan terhadap kemampuan seseorang dalam

melakukan suatu pekerjaan setelah lulus uji kompetensi. Sertifikasi berasal

dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi

kompetensi seseorang untuk memangku sesuatu jabatan profesional.

Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar

dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang

diterangkan dalam sertifikat kompetensi tersebut (depdiknas, 2003).

       Dalam Undang Undang No. 14/2005 pasal 2, disebutkan bahwa

pengakuan guru sebagai tenaga yang profesional dibuktikan dengan sertifikasi

pendidik.   Selanjutnya pasal 11 menjelaskan bahwa sertifikasi pendidik

diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik

diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan

tenaga kependidikan yang terakreditasi.

       Menurut Samani (2006 : 8) sertifikat pendidik adalah bukti formal

dari pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimum dan

penguasaan kompetensi minimal sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto

dan   Tutik (2007 : 9) Sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang

diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi

sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi

pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen

pembelajaran.
30

          Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemeberian

   pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan

   pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji

   kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007 :

   34).

          Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sertifikasi pendidik adalah

   suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh

   seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan

   pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi

   yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi.


b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

          Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007 : 35) mengungkapkan bahwa

   tujuan sertifikasi guru adalah (1) melindungi profesi pendidik dan tenaga

   kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak

   kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3)

   membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan

   menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap

   pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi

   pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka

   meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.

          Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan

   bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam

   melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2)           meningkatkan
31

   profesionalisme guru, (3) meningkatkan proses dan hasil pendidikan, (4)

   mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.

          Manfaat sertifikasi pendidik dan kependidikan menurut Mulyasa

   (2007: 35) yaitu untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan

   dalam rangka pengembangan kompetensi, pengembangan karir              tenaga

   kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihan yang

   lebih bermutu.


c. Kerangka Sertifikasi

          Sertifikasi guru merupakan         amanat Undang-Undang Republik

   Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

   Sertifikasi dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan

   sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi

   panel, lokakarya dan simposium (UU RI No. 20/2003 pasal 61).       Sertifikat

   kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan

   setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan

   yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

          Sertifikasi guru dikenakan terhadap calon guru lulusan         LPTK,

   maupun yang berasal dari perguruan tinggi nonkependidikan bidang ilmu

   tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi. Bagi lulusan dari perguruan

   tinggi nonkependidikaan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan

   mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK.
32

        Kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru baik lulusan sarjana

kependidikan maupun lulusan sarjana nonkependidikan, menurut Mulyasa

(2007: 40) dapat dijelaskan sebagai berikut :

        Pertama, lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami

pembentukan kompetensi menmgajar, sehingga mereka hanya memerlukan uji

kompetensi yang dilaksanakan oleh pendidikan tinggi yang memeliki Program

Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) terakreditasi dan ditunjuk oleh

Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.

        Kedua, lulusan program sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu

mengikuti proses pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi

yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara

tersetruktur.   Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi

mengajar, baru mengikuti sertifikasi.

        Ketiga, penyelenggara program Pembentukan Kompetensi Mengajar

dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan

untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi

kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang

ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas.

        Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik

yang berasal dari lulusan program sarjana pendidikan maupun sarjana

nonkependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang

bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang

profesi guru pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
33

          Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah

   melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu sebagai bentuk kegiatan

   penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu

   pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Disamping itu uji

   kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya

   sebagai guru dalam jangka waktu tertentu.


d. Standar Kompetensi Guru dalam Sertifikasi

          Menurut Broke and Stone dalam Mulyasa (2007 : 25) kompetensi

   guru sebagai .. descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to

   be entirely meaningful (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif

   tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti).

          Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang               Guru dan Dosen,

   dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan

   dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen

   dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

          Sedangkan menurut Mulyasa (2007             : 26) menyatakan bahwa

   kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh

   melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan

   perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam

   pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.

          Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi guru merupakan

   gambaran tentang kemampuan guru yang mencakup pengetahuan, ketrampilan
34

dan perilaku guru yang harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara

profesional.

       Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UUGD No. 14

/2005 : pasal 10 ). Empat kompetensi guru seperti yang diamanatkan dalam

Undang-Undang tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dikusai

oleh guru. Dengan kompetensi tersebut diharapkan guru dapat melaksanakan

tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesioanal yaitu sebagai agen

pembelajaran.

       Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan

dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

       Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan

berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka,

kritis dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi.

       Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian

dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta

didik, dan masyarakat sekitar.

       Kompetensi     profesional      yaitu   kemampuan    penguasaan   materi

pembelajaran    secara   luas    dan     mendalam    yang    memungkinkannya
35

   membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

   dalam standar nasional pendidikan.

              Keempat standar kompetensi guru tersebut dijabarkan dalam bentuk

   kisi-kisi standar kompetensi guru dalam sertifikasi seperti terdapat dalam

   Lampiran.


e. Sertifikasi Guru dengan Portofolio

              Guru dalam jabatan atau guru yang sudah memiliki pengalaman

   mengajar proses sertifikasi guru dilakukan dengan berlandaskan pada

   Permendiknas No. 18 Tahun 2007.           Uji kompetensi untuk memperoleh

   sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Portofolio

   adalah      bukti   fisik   (dokumen)   yang   menggambarkan      pengalaman

   berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru

   dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman,

   karya dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai

   agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan

   sosial).

              Dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru

   dalam jabatan komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2)

   pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan

   pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi

   akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum

   ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, serta

   (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
36

       Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah

dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelas ( S1,

S2 atau S3 ) maupun non gelas ( D4 atau Post Graduate diploma ), baik di

dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini

berupa ijazah atau sertifikat diploma.

       Pendidikan dan Pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan

pendidik dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan

kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidikan, baik pada tingkat

kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, nasional, maupun internasional. Bukti

fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari

lembaga penyelnggara diklat.

       Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan

tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat

tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari Pemerintah, dan/atau

kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen

ini dapat berupa surat keputusan / surat keterangan yang sah dari lembaga

yang berwenang.

       Perencanaan Pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran

yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan

pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan / kompetensi,

pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber / media

pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik
37

dari sub komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran ( RP / RPP

/ SP ) yang diketahui / disahkan oleh atasan.

       Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola

pembelajaran di kelas. Kegiatan ini mencakup tahapan pra pembelajaran (

pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi ), kegiatan inti ( penguasaan materi,

strategi pembelajaran, pemanfaatan media / sumber belajar, evaluasi,

penggunaan bahasa), dan penutup ( refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut ).

Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala

sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola

oleh guru.

       Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap

kompetensi kepribadian dansosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan

menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,

keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik

dan saran, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama dengan

menggunakan format penilaian.

       Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang

terkait dengan bidang keahliannya          yang mendapat pengakuan dari

lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,

provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan

karya akademik ( juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang

pendidikan atau non kependidikan ), dan pembimbingan teman sejawat

dan/atau siswa ( instruktur, guru inti, tutor atau pembimbing ). Bukti fisik
38

yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat

yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.

       Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan

adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.

Komponen      ini   meliputi   buku    yang    dipublikasikan    pada   tingkat

kabupaten/kota, propinsi atau nasional; artiket yang dimuat dalam media

jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi dan internasional

menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal

( Kabupaten / Kota ) yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1

(satu) semester ; media / ata pembelajaran dalam bidangnya; laporan

penelitian tindakan kelas ( individu / kelompok ); dan karya seni (patung,

rupa, tari, lukis, sastra, dll). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat

keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.

       Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan

ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan,

kabupaten / kota, provinsi, nasional atau internasional; baik sebagai

pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dimapirkan berupa

makalah dan sertifikat / piagam bagi nara sumber, dan sertifikat / piagam bagi

peserta.

       Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu

pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota di

suatu organisasi kependidikan dan sosial. Pengurus organisasi di bidang

kependidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
39

ketua jurusan, kepala lab, kelapa bengkel, kepala studio, ketua asosiasi guru

bidang studi, asosiasi profesi, dan pembina kegiatan ekstra kurikuler

(pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja – KIR). Sedangkan

pengurus di bidang sosial anatara lain menjabat ketua RW, Ketua RT, Ketua

LMD, dan pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah

surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.

       Penghargaan     yang    relevan       dengan   bidang   pendidikan   yaitu

penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik

dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu,

hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam

bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional,

maupun internasional.       Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotocopy

sertifikat, piagam, atau surat keterangan.

       Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam

jabatan) untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan

perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara

lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,

pengalaman     mengajar,    perencanaan        dan    pelaksanaan   pembelajaran.

Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui

dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai

antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,

pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan

prestasi akademik.
40

           Portofolio juga berfungsi sebagai : (1) wahana guru untuk

   menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kinerjanya yang meliputi

   produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan

   pendukung, (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat

   kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang

   telah ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti

   sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum) dan (4) dasar

   memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan

   kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan

   guru.


f. Mekanisme Pengujian Sertifikasi

           Pengujian sertifikasi terutama pengujian dengan portofolio dilakukan

   dengan dua tahapan, yaitu harus menempuh tes tertulis dan tes kinerja yang

   dipadukan dengan self appraisal, portofolio dan dilengkapi dengan peer

   appraisal. Adapun materi tes tertulis dan tes kinerja, portofolio dan peer

   appraisal didasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sesuai dengan

   tuntutan minimal sebagai agen pembelajaran.

           Menurut Trianto dan Tutik (2007 : 83), mekanisme pengujian

   sertifikasi guru mengikuti tiga alur yaitu : (1) para guru harus memenuhi

   persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dan baru menempuh ujian tulis;

   (2) jika lulus dalam ujian tertulis, guru diwajibkan mengikuti uji kinerja; (3)

   guru wajib mencatat dan mengumpulkan semua aktivitas yang dilakukan baik

   saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran dalam bentuk portofolio.
41

                                     BAB III

                            METODE PENELITIAN



A. Rangcangan Penelitian

          Penelitian ini pada dasarnya akan memberikan penjelasan tentang

   persepsi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi

   melalui kegiatan analisis secara kualitatif.

          Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas

   dipandang sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan dengan

   menggunakan pola pikir yang induktif.          Fokus penelitian kualitatif belum

   begitu jelas dan akan berkembang pada waktu penelitian berlangsung.

   Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat interaktif dengan

   sumber data supaya memperoleh makna.

          Metode Penelitian kualitatif juga dinamakan metode postpositivistik

   karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan juga dinamakan metode

   artistik karena bersifat seni, serta dinamakan metode alamiah atau natural

   setting (Sugiyono, 2006 : 8).


B. Lokasi dan Informan Penelitian

          Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan

   Kabupaten Madiun tahun 2007.

          Informan dalam penelelitian kualitatif merupakan nara sumber atau

   partisipan yang menjadi teman dan guru dalam penelitian. Informan dalam

   penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten

                                           41
42

   Madiun. Jumlah dan penentuan informan dilakukan dengan teknik Snowball

   sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya

   jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar seperti bola salju yang

   menggelinding


C. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

          Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

   dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2006 : 253) pengumpulan data dapat

   dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.

          Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada

   setting alamiah (natural setting), pada laboratorium (eksperimen), pada suatu

   seminar, di rumah dan dapat juga pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber

   data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber

   skunder. Sedangkan ditinjau dari cara pengambilan data, pengumpulan data

   dapat dilakukan dengan cara Observasi, interview, kuisioner dan dokumentasi.

          Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada setting alamiah

   dengan sumber data primer dan dengan cara kuisioner, dokumentasi, dan

   wawancara.

a. Teknik Angket (kuesioner)

          Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi guru

   terhadap program sertifikasi guru. Angket ini digunakan untuk memperoleh

   data bagaimana persepsi guru terhadap program sertifikasi yang akan
43

   dilaksanakan oleh pemerintah. Daftar pertanyaan yang ada dalam angket

   bersifat terbuka dan dapat diisi sesuai dengan pendapat informan penelitian.


b. Teknik Dokumentasi

          Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

   dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.

   Dokumen     yang    berbentuk    tulisan   berupa   catatan   harian,   cerita,

   biografi,monografi, peraturan dan kebijakan.

          Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk dokumen

   tulisan yang berupa monografi, peraturan dan kebijakan pemerintah.


c. Teknik Wawancara

          Teknik pengumpulan data dengan wawancara dimaksudkan untuk

   mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan.             Wawancara

   digunakan untuk memperoleh data yang lebih valid dari informan dan

   memperkuat data yang sudah diperoleh dari hasil angket dan dokumentasi.

          Wawancara terhadap informan dilakukan dengan semiterstruktur

   (semistructure interview), dimana dalam pelaksanaan wawancara dilakukan

   secara terbuka, bebas tetapi masih berpedoman pada pedoman wawancara

   yang sudah disiapkan.


2. Teknik Pengolahan Data

          Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

   dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

   (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
44

Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data

tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif

(walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik pengolahan data

yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering

mengalami kesulitan dalam melakukan pengolahan data.

       Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Pengolahan data telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,

sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian. Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data lebih difokuskan

selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

       Model pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman yaitu analisis data

dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu.     Aktivitas dalam analisis data

meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data

seperti dilukiskan pada Gambar 1.

           Data Collection                           Data Disply



         Data Reduction

                                                Verifying

                               Gambar 1.
         Pengolahan data Model Interactive ( Miles and Huberman )
45

a. Data Collection (Pengumpulan Data)

          Data dikumpulkan dengan berbagai teknik pengumpulan data

   (Triangulasi), yaitu merupakan penggabungan dari berbagai macam teknik

   pengumpulan data baik wawancara, observasi maupun dengan menggunakan

   angket. Semakin banyak data yang terkumpul, maka hasil penelitian yang

   didapat semakin bagus.


b. Data Reduction (Reduksi Data)

          Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

   maka data perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kemudian data dirangkum,

   dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari

   tema serta polanya.

          Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

   dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

   dan mencari data berikutnya jika diperlukan. Data-data yang tidak terpakai

   dibuang, sehingga peneliti lebih fokus pada data yang telah tereduksi.

          Dalam penelitian ini data-data yang tereduksi adalah data-data yang

   ada kaitannya dengan tujuan penelitian yaitu persepsi positif dan persepsi

   negatif guru terhadap sertifikasi guru serta temuan-temuan di lapangan yang

   ada kaitanya dengan sertifikasi guru. Data yang tidak ada kaitannya dengan

   persepsi positif dan persepsi negatif guru terhadap sertifikasi guru dibuang.

          Karena reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang

   memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan, maka

   reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman atau orang
46

   lain yang dipandang ahli, misalnya Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Kepala

   Dinas Pendidikan atau para Pengawas pada Dinas Pendidikan Kabupaten

   Madiun. Dari hasil diskusi akan diperoleh data yang benar-benar penting dan

   sesuai dengan tujuan.


c. Data display (Penyajian Data)

          Setelah   data    direduksi,   maka   langkah   selanjutnya   adalah

   mendispaykan data. Display data dapat dalam bentuk tabel, grafik, chard dan

   sejenisnya. Melalui penyajian data dalam bentuk display, maka data dapat

   terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah

   dipahami.

          Display data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian

   singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart. Penyajian data dengan

   menggunakan teks yang bersifat naratif.


d. Verifying (Verifikasi)

          Langkah berikutnya dalam analisis data adalah verifikasi yaitu

   memverifikasi data dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil harus

   didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang

   dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

          Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian

   yang telah dirumuskan sejak awal dan dapat berkembang sesuai dengan

   kondisi yang berada di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh juga dapat

   berupa temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
47

                                  BAB IV

               HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA



A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan

         Kecamatan Jiwan merupakan salah satu bagian dari lima belas

  kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun. Kecamatan Jiwan terletak di

  sebelah barat daya wilayah Kabupaten Madiun. Batas wilayah Kecamatan

  Jiwan yaitu sebelah timur Kota Madiun, sebelah barat dan selatan berbatasan

  dengan Kabupaten Magetan dan disebelah utara berbatasan dengan

  Kecamatan Sawahan.

         Perkembangan pendidikan di Kecamatan Jiwan ditinjau dari kuantitas

  menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Data jumlah sekolah di

  Kecamatan Jiwan dapat di lihat pada Tabel 2.

                                    Tabel 2.
                        Data Sekolah di Kecamatan Jiwan


         No.                Jenis Sekolah                 Jumlah

          1.     Sekolah Dasar (SD)                         28
          2.     Sekolah Menengah Pertama (SMP)              2
          3.     Sekolah Menengah Atas (SMA)                 1
          4.     Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)             2
          5.     Sekolah Luas Biasa (SLB)                    1
          6.     Madrasah Tsanawiyah                         1
                        Jumlah sekolah                      35




                                      47
48

       Melihat jumlah sekolah yang ada di Kecamatan Jiwan sebenarnya

sudah sangat memadai, tetapi masyarakat Jiwan lebih banyak mengacu pada

perkembangan pendidikan yang ada di Kota Madiun.        Masyarakat lebih

banyak menyekolahkan anaknya di Kota Madiun, bahkan sejak Sekolah Dasar

mereka menyekolahkan anaknya di kota. Apalagi sejak pendidikan di Kota

Madiun memberlakukan kuota anak luar kota yang bisa masuk hanya 10

persen, maka sebagian besar anak-anak Jiwan sejak Sekolah Dasar sudah

sekolah di kota.

       Penyebaran Sekolah Dasar hampir merata di semua desa di Kecamatan

Jiwan. Data Penyebaran Sekolah Dasar berdasarkan wilayah seperti terlihat

pada Tabel 4.

                                 Tabel 3.
             Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

                                                        Jumlah
                                           Jumlah
       No.             Nama Desa                         Guru
                                             SD
        1.      Jiwan                         2          23
        2.      Sukolilo                      2          19
        3.      Kwangsen                      2          15
        4.      Bibrik                        2          16
        5.      Teguhan                       3          24
        6.      Grobogan                      2          16
        7.      Klegen Serut                  2          12
        8.      Ngetrep                       1           9
        9.      Wayut                         2          18
       10.      Sambirejo                     2          19
       11.      Kincang                       3          29
       12.      Bedoho                        1           7
       13.      Bukur                         2          18
       14.      Metesih                       2          18
                   Jumlah sekolah            28          243
49

            Potensi tenaga kependidikan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

     seperti terlihat pada Tabel 4.

                                             Tabel 4.
                         Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga

                                       Jenis Guru




                                                                                  Kepala Sekolah
                                                                    Jumlah Guru




                                                                                                   Penjaga
No.       Nama Sekolah




                                                        Olah Raga
                                       Kristen
                                       Agama

                                       Agama
                                Umum

 1     Wayut 01                  7      Islam
                                        1                            8                 1
 2     Wayut 03                  7      1                  1         9                 0             2
 3     Jiwan 01                 10      1                  1        12                 1             1
 4     Jiwan 02                  7      1       1          1        10                 1
 5     Sukolilo 01               8      1       1          1        11                 1             1
 6     Sukolilo 03               7      1                  1         9                 1
 7     Kincang 01                8      2                  1        11                 1             1
 8     Kincang 02                6      1       1          1         9                 1             1
 9     Kincang 03                7      1                  1         9                 1
10     Metesih 01                8      1                  1        10                 1             1
11     Metesih 03                6      1                  1         8                 1             1
12     Teguhan 01                6      1                  1         8                 1             1
13     Teguhan 02                7      1                  1         9                 1             1
14     Teguhan 03                6      1                  1         8                 1
15     Kwangsen 01               6      1                            7                 1
16     Kwangsen 02               6      1                  1         8                 1
17     Ngetrep                   6      2                            8                 1             1
18     Grobogan 01               5      1                  1         7                 1             1
19     Grobogan 02               6      2                  1         9                 0
20     Sambirejo 01              7      1                  1         9                 1
21     Sambirejo 02              8      1                  1        10                 1
22     Bukur 01                  6      2                  1         9                 1
23     Bukur 02                  6      2                  1         9                 1             1
24     Klagenserut 01            8      3                  1        12                 1             1
25     Klegenserut 02            0      0                  1         1                 0
26     Bibrik 01                 6      1                            7                 1
27     Bibrik 02                 6      2                  1         9                 1
28     Bedoho                    6      1                            8                 1             1

                               182      35      3       23          243            25              15
           Jumlah
50

B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap
   Program Sertifikasi Guru


          Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dibentuk dan

   dikeluarkan dengan berbagai pertimbangan yaitu (1) dalam rangka upaya

   mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia

   Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu

   pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju,

   adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

   Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) untuk menjamin perluasan dan

   pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan

   yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan

   sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu

   dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara terencana, terarah

   dan berkesinambungan; (3) bahwa guru mempunyai fungsi, peran, dan

   kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang

   pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.

          Pemberlakuan UU No. 14 Tahun 2005 merupakan komitmen

   pemerintah dalam rangka mengangkat martabat profesi guru yang sekarang

   berada di titik nadir yang ”hidup segan matipun tak mau”. Profesi guru akan

   diposisikan sebagai sutau profesi sebagaimana halnya profesi dokter,

   pengacara, akuntan. Tanggapan positif guru terhadap pemebrlakuan Undang-

   Undang Guru dan Dosen sebagai berikut :
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU
PERSEPSI GURU

More Related Content

What's hot

PGSD UMS a510070034 cover proposal ptk catatan terbimbing
PGSD UMS a510070034 cover proposal ptk catatan terbimbingPGSD UMS a510070034 cover proposal ptk catatan terbimbing
PGSD UMS a510070034 cover proposal ptk catatan terbimbingPrapto Ari Perwira
 
Pengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranPengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranrsd kol abundjani
 
Fisika kls-2-setya-n
Fisika kls-2-setya-nFisika kls-2-setya-n
Fisika kls-2-setya-nIlham W'ie
 
BSE Fisika Mudah dan Sederhana SMA Kelas XI Sarwono
BSE Fisika Mudah dan Sederhana SMA Kelas XI Sarwono BSE Fisika Mudah dan Sederhana SMA Kelas XI Sarwono
BSE Fisika Mudah dan Sederhana SMA Kelas XI Sarwono Murid Mengajar
 
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwonoBuku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwonoArif Wicaksono
 
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI SuwarnoBuku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI SuwarnoRian Maulana
 
Bab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakaBab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakairwanza
 
10670022 bab i-iv-atau-v_daftar-pustaka
10670022 bab i-iv-atau-v_daftar-pustaka10670022 bab i-iv-atau-v_daftar-pustaka
10670022 bab i-iv-atau-v_daftar-pustakaSidraa Adion
 
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapPengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapyogieardhensa
 
fisika kelas x sma/ma
fisika kelas x sma/mafisika kelas x sma/ma
fisika kelas x sma/mamahboeba
 

What's hot (17)

PGSD UMS a510070034 cover proposal ptk catatan terbimbing
PGSD UMS a510070034 cover proposal ptk catatan terbimbingPGSD UMS a510070034 cover proposal ptk catatan terbimbing
PGSD UMS a510070034 cover proposal ptk catatan terbimbing
 
Pengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranPengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaran
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Alat peraga
Alat peragaAlat peraga
Alat peraga
 
Tesis media 5
Tesis media 5Tesis media 5
Tesis media 5
 
Fisika kls-2-setya-n
Fisika kls-2-setya-nFisika kls-2-setya-n
Fisika kls-2-setya-n
 
BSE Fisika Mudah dan Sederhana SMA Kelas XI Sarwono
BSE Fisika Mudah dan Sederhana SMA Kelas XI Sarwono BSE Fisika Mudah dan Sederhana SMA Kelas XI Sarwono
BSE Fisika Mudah dan Sederhana SMA Kelas XI Sarwono
 
Fis 13-fluida-statis
Fis 13-fluida-statisFis 13-fluida-statis
Fis 13-fluida-statis
 
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwonoBuku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
Buku Fisika Kelas 2 sma_fisika_sarwono
 
1
11
1
 
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI SuwarnoBuku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
 
Bab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakaBab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustaka
 
10670022 bab i-iv-atau-v_daftar-pustaka
10670022 bab i-iv-atau-v_daftar-pustaka10670022 bab i-iv-atau-v_daftar-pustaka
10670022 bab i-iv-atau-v_daftar-pustaka
 
Fisika XI SMA/MAN
Fisika XI SMA/MANFisika XI SMA/MAN
Fisika XI SMA/MAN
 
BSE SMA Kelas XI IPA
BSE SMA Kelas XI IPABSE SMA Kelas XI IPA
BSE SMA Kelas XI IPA
 
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapPengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
 
fisika kelas x sma/ma
fisika kelas x sma/mafisika kelas x sma/ma
fisika kelas x sma/ma
 

Similar to PERSEPSI GURU

Tesis ajuan
Tesis ajuanTesis ajuan
Tesis ajuansukmaidi
 
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiMukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiToto Dwiarso
 
Juknis Perangkat Pembelajaran
Juknis Perangkat PembelajaranJuknis Perangkat Pembelajaran
Juknis Perangkat PembelajaranSuaidin -Dompu
 
Skripsi Syahrul Ramadhan.pdf
Skripsi Syahrul Ramadhan.pdfSkripsi Syahrul Ramadhan.pdf
Skripsi Syahrul Ramadhan.pdfSyahrul Ramadhan
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamyogieardhensa
 
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-nPerpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-nOperator Warnet Vast Raha
 
Laporan Ppl Fkip Unram 2007
Laporan Ppl Fkip Unram 2007Laporan Ppl Fkip Unram 2007
Laporan Ppl Fkip Unram 2007UNRAM
 
57525928 membaca-kkg-1
57525928 membaca-kkg-157525928 membaca-kkg-1
57525928 membaca-kkg-1Thariq91
 
Kbk sd 05. pengetahuan alam
Kbk sd 05. pengetahuan alamKbk sd 05. pengetahuan alam
Kbk sd 05. pengetahuan alamJasmin Jasin
 
Analisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongAnalisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongyogieardhensa
 
Analisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiAnalisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiyogieardhensa
 
Pedoman penulisan skripsi pgmi STKIP Nurul Huda
Pedoman penulisan skripsi pgmi STKIP Nurul HudaPedoman penulisan skripsi pgmi STKIP Nurul Huda
Pedoman penulisan skripsi pgmi STKIP Nurul HudaNesi Anti Andini
 

Similar to PERSEPSI GURU (20)

Tesis ajuan
Tesis ajuanTesis ajuan
Tesis ajuan
 
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiMukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
 
Inkuri baru
Inkuri baruInkuri baru
Inkuri baru
 
Eko sri darminto
Eko sri darmintoEko sri darminto
Eko sri darminto
 
Juknis Perangkat Pembelajaran
Juknis Perangkat PembelajaranJuknis Perangkat Pembelajaran
Juknis Perangkat Pembelajaran
 
16507994
1650799416507994
16507994
 
Skripsi Syahrul Ramadhan.pdf
Skripsi Syahrul Ramadhan.pdfSkripsi Syahrul Ramadhan.pdf
Skripsi Syahrul Ramadhan.pdf
 
Bagian i
Bagian iBagian i
Bagian i
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp saham
 
Kelas 10 fisika
Kelas 10 fisikaKelas 10 fisika
Kelas 10 fisika
 
Fisika XI SMA/MA
Fisika XI SMA/MAFisika XI SMA/MA
Fisika XI SMA/MA
 
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-nPerpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
 
Laporan Ppl Fkip Unram 2007
Laporan Ppl Fkip Unram 2007Laporan Ppl Fkip Unram 2007
Laporan Ppl Fkip Unram 2007
 
57525928 membaca-kkg-1
57525928 membaca-kkg-157525928 membaca-kkg-1
57525928 membaca-kkg-1
 
Pembelajaran Membaca
Pembelajaran MembacaPembelajaran Membaca
Pembelajaran Membaca
 
Kbk sd 05. pengetahuan alam
Kbk sd 05. pengetahuan alamKbk sd 05. pengetahuan alam
Kbk sd 05. pengetahuan alam
 
Analisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongAnalisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potong
 
Analisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasiAnalisis hubungan set kesempatan investasi
Analisis hubungan set kesempatan investasi
 
Pedoman penulisan skripsi pgmi STKIP Nurul Huda
Pedoman penulisan skripsi pgmi STKIP Nurul HudaPedoman penulisan skripsi pgmi STKIP Nurul Huda
Pedoman penulisan skripsi pgmi STKIP Nurul Huda
 
1. COVER.pdf
1. COVER.pdf1. COVER.pdf
1. COVER.pdf
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

PERSEPSI GURU

  • 1. i PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN SEBAGAI DASAR PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG SERTIFIKASI GURU TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajad Sarjana S-2 Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Oleh SUDARMAN NIM 05370056 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2007
  • 2. ii HALAMAN PERSETUJUAN Judul : Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Nama Mahasiswa : SUDARMAN NIM : 05370056 Telah disetujui Oleh : Pembimbing Utama Dr. Arif Budi Wurianto, Drs,M.Si. Pembimbing Pendamping Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd. ii
  • 3. iii TESIS Dipersiapkan dan disusun oleh SUDARMAN NIM : 05370056 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 30 September 2007 SUSUNAN DEWAN PENGUJI Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji, Dr. ARIF BUDI WURIANTO, M.Si. Dr. DWI PRIYO UTOMO, M.Pd. Pembimbing Pendamping, Dra. SITI FATIMAH SUNARYO, M.Pd. Drs. HARTONO, M.Pd. Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat gelar Magister Pendidikan Tanggal 30 September 2007 Dr. H. ACHMAD HABIB, MA Direktur Program Pasca Sarjana iii
  • 4. iv PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Malang, 30 September 2007 SUDARMAN NIM. 05370056 iv
  • 5. v MOTTO ” Bacalah atas nama Tuhanmu, gunakan hidupmu untuk terus membaca, karena membaca adalah kunci dari segala kesuksesan hidup” v
  • 6. vi HALAMAN PERSEMBAHAN Tesis ini kupersembahkan untuk : 1. Istriku tercinta TIK SOEHINDRARTI EH, yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjanaku. 2. Anakku tercinta TYAR JATU ALMIRA dan ABHITAH NOVIAR JANITRA yang telah ikut memberikan inspirasi dalam menyelesaikan kuliah. vi
  • 7. vii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul ”Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru” dengan lancar. Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara moral maupun secara material yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak/Ibu : 1. Drs. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang 2. Dr. H. Achmad Habib, MA, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang 3. Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Program Pasca Sarjana UMM Malang 4. Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, sebagai dosen pembimbing Utama 5. Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd, sebagai pembimbing pendamping 6. Drs. Suwito, sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan 7. Seluruh Kepala Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan vii
  • 8. viii 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan sudah barang tentu masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh dangkalnya pengetahuan penulis dan keterbatasan waktu. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama para pemerhati di bidang kebijakan dan pengembangan pendidikan. Malang, September 2007 Penulis viii
  • 9. ix DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi KATA PENGANTAR ................................................................................ vii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii ABSTRAK .................................................................................................. xiii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………... 1 B. Fokus Penelitian ………………………………………… 8 C. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 9 D. Manfaat Penelitian ……………………………………… 9 1. Manfaat Teoritis ……………………………………. 9 2. Manfaat Praktis …………………………………….. 10 E. Penegasan Istilah ………………………………………... 10 ix
  • 10. x BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka …………………………………………. 11 1. Penelitian Terdahulu ……………………………….. 11 2. Kebijakan Pemerintah ……………………………… 11 B. Landasan Teori …………………………………………. 13 1. Konsep Persepsi …………………………………… 13 2. Konsep Guru dan Peranannya …………………….. 19 3. Profesi Guru........................ ……………………….. 23 4. Sertifikasi Guru …………………………………….. 28 BAB III. METODE PENELITIAN A. Rangcangan Penelitian ………………………………….. 41 B. Lokasi Penelitian dan Informan Penelitian ...................... 41 C. Teknik Penelitian ……………………………………….. 42 1. Teknik Pengumpulan Data …………………………. 42 2. Teknik Pengolahan Data …………………………… 43 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan ……. 47 B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi …………................. 50 C. Tanggapan Negatif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ........……………….. 64 D. Temuan-Temuan Penelitian................................................ 69 x
  • 11. xi BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 72 B. Saran ................................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 75 LAMPIRAN……………………………………………………………… 77 xi
  • 12. xii DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1. Daftar Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia.............. 7 Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan ………………………….. 47 Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan ............ 48 Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga................................. 49 xii
  • 13. xiii ABSTRACT Sudarman. 2007. The Elementary Teacher Perception on Teacher’s Certification in Jiwan Sub district Madiun Regency the Strengthen Base of Government Policy on Teacher’s Certification. The Education Development and Policy Study Program. Post Graduate Program UMM Malang. Advisor (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M,Pd. This study aims at sharing informations both positive and negative opinions of the Elementary Teacher in Jiwan Sub district on teacher’s certification program and to get some findings which can explain the Elementary teacher’s perception in Jiwan Sub district about teacher’s certification. This study is designed and analyzed with qualitative method or pospositivistic based on pospositivism philosophy. There are three kinds of data collection held to support to each other, those are observation, questionnaire and further interview of some respondents. The data analyzing of the study uses Interactive Model of Miles and Huberman started by collecting, reducing, presenting and verifying data. Positive respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 as a basic of law to increase teachers quality, (2) Undergraduate Degree? Four – year diploma prgram as the academic qualification is appropriate with nowadays period and the progress of knowledge and technology, (3) Four of basic competence has to be owned by teacher, (4) Portfolio model certification is good for teacher, (5) Teachers conviction of professions subsidy. Negative respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 seems hard to be realized, (2) Teacher should not has an academic qualification of Undergraduate Degree / Four – year diploma, (3) Lack of socialization on portfolio model certification, (4) Hard to get subsidy for profession. Result of the research which are connect to the teachers certificaton are (1) It needs much effort to get minimal score of governments requirement, (2) Deceit on collecting documents, (3) Innappropriate in choosing participants of portfolio certification. xiii
  • 14. xiv ABSTRAKSI Sudarman, 2007. Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Program Pasca Sarjana UMM Malang. Pembimbing (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tanggapan positif dan tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru dan memperoleh temuan-temuan yang dapat menjelaskan persepsi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi guru. Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif atau postpositivistik yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yang saling mendukung yaitu observasi, kuisioner dan wawancara yang mendalam dengan sejumlah informan. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No.14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum dalam meningkatkan kualitas guru, (2) kualifikasi akademik Sarjana/D IV bagi guru sudah sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) Guru wajib memiliki empat kompetensi dasar, (4) sertifikasi model portofolio sangat menguntungkan bagi guru, (5) tunjangan profesi diyakini guru akan dapat terealisasi. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No. 14 Tahun 2005 hanya merupakan janji yang sulit untuk terealisasi, (2) guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/ D IV, (3) sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi, (4) tunjangan profesi guru tidak akan dapat terealisasi. Temuan-temuan dalam penelitian yang terkait dengan sertifikasi guru adalah (1) Guru kurang yakin dapat mencapai skor minimal yang ditetapkan oleh pemerintah, (2) masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam melengkapi dokumen, (3) penentuan peserta sertifikasi portofolio masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku. . xiv
  • 15. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian di banyak negara menunjukkan kuatnya hubungan antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa- bangsa tersebut yang ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial budaya. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Menyadari peran strategis pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia senantiasa mendukung ide yang menempatkan sektor pendidikan, khususnya pendidikan dasar, sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Bahkan dalam masa krisis ekonomi sekalipun, pendidikan tetap mendapatkan perhatian meskipun fokusnya dibatasi pada upaya penanggulangan dampak krisis ekonomi terhadap pendidikan. Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan yaitu : (1) sarana gedung, (2) buku yang memadai dan berkualitas serta (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa, 2005 : 3). Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan 1
  • 16. 2 kehidupan setiap individu. Jika di bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian dan perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, maka pendidikan berurusan langsung dengan pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan suatu bangsa yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian dan kreatifitas. Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lebih demokratis, transparan dan menjujung tinggi hak azasi manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Hanya melalui pendidikan yang benar bangsa ini dapat membebaskan diri dari krisis multidimensi yang berkepanjangan. Pendidikan yang berkualitas juga dapat membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterpurukan hidup. Pendidikan yang benar dan berkualitas adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, dapat membangkitkan generasi muda untuk menggali potensi dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan bangsa (Mulyasa : 2005). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pendidikan nasional
  • 17. 3 bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menetapkan tiga rencana strategis yaitu (1) perluasan dan peningkatan akses, (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta (3) peningkatan tata kelola pendidikan, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pendidikan. Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam membentuk wajah pendidikan di Indonesia. Ujung tombak dari semua kebijakan pendidikan adalah guru. Gurulah yang akan membentuk watak dan jiwa bangsa, sehingga baik dan buruknya bangsa ini sangat tergantung pada guru. Banyaknya kejahatan, pencurian, kerusuhan, pengangguran disebabkan oleh guru yang salah dalam menerapkan pendidikan. Demikian juga bangsa yang malas, kurang kreatif, kurang berani mengambil resiko, kurang inovatif, culas, berjiwa korup, sering meyalahkan orang lain, semua itu sangat ditentukan oleh peran guru. Karena peran guru yang begitu besar, maka diperlukan guru yang profesional, kreatif, inovatif, mempunyai kemauan yang tinggi untuk terus
  • 18. 4 belajar, melek terhadap teknologi informasi, sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. Tuntutan profesionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai organisasi guru yang ada, di samping tuntutan perbaikan taraf hidup guru. Mereka berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia, diperlukan seorang guru yang profesional dalam mendidik siswa- siswinya di sekolah. Sejalan dengan tuntutan profesionalisme guru itulah, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut guru diposisikan sebagai suatu profesi sebagaimana profesi dokter, hakim, jaksa, akuntan dan profesi-profesi lain yang akan mendapat penghargaan sepadan sesuai dengan profesinya masing-masing. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 : pasal 1). Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 14/2005 : pasal 2). Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
  • 19. 5 profesional seperti yang dimaksudkan di atas dibuktikan dengan sertifikasi pendidik (UU No. 14/2005 : pasal 2). Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9) memilik organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesi guru. Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
  • 20. 6 kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Syarat dan materi sertifikasi ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Tentang Guru yang saat ini masih menunggu verifikasi dan pengesahan dari pemerintah. Karena Peraturan Pemerintah Tentang Guru belum selesai dan program sertifikasi guru sudah dicanangkan sejak tahun 2006, maka pelaksanaan sertifikasi guru kemungkinan menggunakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ). Menurut Mendiknas, sertifikasi guru pada APBN 2006 disediakan anggaran sebesar 35,8 miliar untuk mensertifikasi 20.000 guru, sedangkan pada APBN 2007 disediakan anggaran sebesar 380,9 miliar untuk mensertifikasi 190.450 guru (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ). Pelaksanaan sertifikasi akan mendahulukan 20.000 guru yang berasal dari kuota tahun 2006 yaitu 14.000 guru Sekolah Dasar (SD) dan 6.000 guru Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut data dari Depdiknas tahun 2007 jumlah guru di Indonesia sebanyak 2.224.721 orang guru dengan kualifikasi pendidikan seperti terlihat dalam Tabel 1.
  • 21. 7 Tabel 1. Data Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia Kualifikasi Pendidikan No Jenjang Jumlah S1 D3 D2 D1 1. TK 137.069 5.318 - 7.539 124.143 2. SLB 8.304 3.886 467 - 3.951 3. SD 1.234.927 103.116 26.798 495.700 609.189 4. SMP 466.748 197.621 117.154 999.557 52.416 5. SMA 230.114 168.167 55.043 4.349 2.531 6. SMK 147.559 95.161 44.533 2.641 5.297 Jumlah 2.224.721 573.269 243.995 609.786 797.527 Sumber : Depdiknas 2007 Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah guru Sekolah Dasar menduduki peringkat pertama diantara jenjang pendidikan lainnya. Dari 1.234.927 orang guru SD, hanya 103.116 (8,35 %) orang yang berpendidikan Sarjana dan sebanyak 609.189 (49,33 %) orang guru yang berpendidikan D1. Karena jumlahnya yang cukup banyak dan rata-rata tingkat pendidikan guru rendah, maka guru SD mengahadapi permasalahan yang sangat komplek. Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan (Winkel 1996 : 249). Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulus) dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada. Persepsi termasuk ranah psikomotorik menurut klasifikasi Simpson, dengan kemampuan internal individu yaitu menafsirkan suatu rangsangan, kepekaan terhadap suatu rangsangan dan kemampuan untuk membedakan suatu rangsangan.
  • 22. 8 Kepekaan, penafsiran dan kemampuan membedakan terhadap rangsang yang berupa informasi tentang aturan dan perundang-undangan sangat diperlukan oleh guru, sehingga pada saat guru melaksanakan dan menjalani aturan tersebut benar-benar paham sesuai dengan aturan yang dikehendaki. Bearangkat dari situasi itulah maka persepsi terhadap program sertifikasi guru sangat penting bagi setiap guru. Di lain pihak belum semua guru di setiap jenjang pendidikan memahami terhadap sertifikasi guru. Bagaimana aturan main dan persyaratan sertifikasi guru, peraturan-peraturan yang melandasi sertifikasi guru, Lembaga penyelenggara sertifikasi guru, belum banyak dimengerti oleh guru. Apalagi guru-guru yang berada di daerah terpencil yang belum terjangkau oleh arus informasi dan komunikasi. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru Di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru” B. Fokus Penelitian Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), oleh karena itu perlu ditetapkan suatu fokus. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batasan masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :
  • 23. 9 1. Bagaimanakah tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi ? 2. Bagaimanakah tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi ? 3. Temuan-temuan apakah yang dapat menjelaskan tanggapan positif dan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi ? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang : 1. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi. 2. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi. 3. Temuan-temuan yang dapat menjelaskan tanggapan positi dan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pengembangan kebijakan pendidikan. b. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat diajdikan referensi dalam penelitian lanjutan di bidang pengembangan kebijakan pendidikan
  • 24. 10 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. b. Bagi Dinas Pendidikan dan para pengambil kebijakan, penelitian ini dapat dijadikan cermin tentang pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupatren Madiun E. Penegasan Istilah 1. Persepsi Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek yang berupa program sertifikasi guru dan dinyatakan secara verbal. 2. Tanggapan Positif Tanggapan positif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung menerima obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya sesuai dengan pribadinya. 3. Tanggapan Negatif Tanggapan negatif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menunjukkan pada keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung menolak obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya karena tidak sesuai dengan pribadinya.
  • 25. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas tentang persepsi guru terhadap pelaksanaan program sertifikasi belum banyak dilakukan oleh para peneliti, hal ini disebabkan sertifikasi guru baru akan dilaksanakan oleh pemerintah di seluruh Indonesia setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru. Hasil penelitian yang agak relevan yaitu Basri ( 2002 ) menyatakan bahwa pada umumnya belum ada kesamaan persepsi guru SMK Negeri di Kotamadya Banjarmasin terhadap implementasi Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Demikian juga dengan Hendarman (2003) menyimpulkan dalam penelitiannya yang berjudul Persepsi Guru dan Institusi Pasangan Tentang Kendala-Kendala Implementasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Pariwisata bahwa antara guru dan institusi pasangan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap implementasi kurikulum. 2. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah yang mendasari Sertifikasi Guru adalah Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Di dalam pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 11
  • 26. 12 Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 11). Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Beban belajar pendidikan profesi untuk guru pada satuan pendidikaan TK dan SD atau yang sederajat adalah 18 sampai 20 satuan kredit semester. Sedangkan untuk satuan pendidikan setingkat SMP dan SMA atau yang sederajat adalah 30 sampai 40 satuan kredit semester. Muatan pendidikan profesi meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Bobot muatan kompetensi disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yaitu untuk lulusan program sarjana (S1) atai diploma empat (D-IV) kependidikan dititik beratkan pada penguatan kompetensi profesional. Sedangkan untuk lulusan sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) non-kependididkan dititik beratkan pengembangan kompetensi pedagogik. Program sertifikasi profesi diakhiri dengan uji sertifikasi pendidik yaitu melalui ujian tertulis dan ujian kinerja. Ujian kinerja dilaksanakan secara holistik yang mencakup ujian kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Sertifikat pendidik dianggap sah setelah mendapatkan nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasional
  • 27. 13 B. Landasan Teori 1. Konsep Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi dalam Psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya. Menurut Scheerer persepsi adalah representasi phenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari pengorganisasian dari objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan proksinal. Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (proses psikologis). Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkannya, mengalami, dan mengelola pertanda atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya (Hammer dan Morgan dalam Ibrahim, 1983 : 33). Sedangkan menurut Abizar (1988 : 18) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana seseorang individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi stimulus dari lingkungannya. Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap suatu obyek atau permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya.
  • 28. 14 Persepsi, menurut Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang
  • 29. 15 telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54). b. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting. Bagaimana seseorang melakukan persepsi serta bagaimana suatu rangsangan dipersepsi banyak faktor yang mempengaruhinya. Suatu stimulus yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang lain yang berbeda juga. Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi suatu persepsi seseorang yaitu (1) faktor ciri khas dari obyek stimulus (2) faktor-faktor pribadi (3) faktor pengaruh kelompok dan (4) faktor perbedaan latar belakang.
  • 30. 16 Faktor dari obyek stimulus terdiri dari (1) nilai dari stimulus (2) arti emosional orang yang bersangkutan (3) familiaritas dan (4) intensitas yang berhubungan dengan derajad kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut. Termasuk di dalam faktor pribadi yaitu ciri khas individu seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan sebagainya. Respon orang lain dapat memberi kearah suatu tingkah laku konform. Studi Flamen (1961) menemukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok yang berpengaruh dapat menyebabkan perubahan persepsi pada anggota. Perbedaan latar belakang seseorang juga sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap suatu stimulus. Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu : 1). Faktor-Faktor Fungsional Faktor-faktor fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal atau perseptor, karena merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu yang mengadakan persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainnya. Berarti persepsi bersifat selektif secara fungsional sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi karakteristik orang menentukan respon atau stimulus.
  • 31. 17 2). Faktor-Faktor Struktural Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersepsikan sesuatu, maka kita akan mempersepsikan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita ingin memahami sutau peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan. Sebagai contoh dalam memahami seseorang kita harus melihat masalah-masalah yang dihadapinya, konteksnya maupun lingkungan sosial budayanya. Dalam mengorganisasi sesuatu, kita harus melihat konteksnya. Walaupun stimulus yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus yang kita persepsi. Oleh karena manusia selalu memandang stimulus dalam konteksnya, maka manusia akan mencari struktur pada rangkaian stimulus yang diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan, sehingga dari prinsip ini berarti obyek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. c. Bentuk-Bentuk Persepsi Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal, sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan
  • 32. 18 penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus yang akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif. 1). Persepsi Positif Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. 2). Persepsi Negatif Yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjuk pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.
  • 33. 19 2. Konsep Guru dan Peranannya a. Pengertian Guru Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Anwar Q & Sagala S, 2004 : 120). Karena tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi akan urgensinya guru bagi anak didik. Menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. b. Peran Guru Menurut Manan dalam Mulyasa (2005) sedikitnya ada 19 peran guru yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator. Sedangkan menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik.
  • 34. 20 1). Guru Sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. 2). Guru Sebagai Pengajar Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman. Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif
  • 35. 21 murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita. Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru sebagai pengajar. Masihkah guru diperlukan mengajar di depan kelas seorang diri , menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional, sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan sepanjang hayat. 3). Guru Sebagai Pembimbing Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
  • 36. 22 4). Guru Sebagai Pengarah Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya. Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. 5). Guru Sebagai Pelatih Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
  • 37. 23 6). Guru Sebagai Penilai Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip- prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal. 3. Profesi Guru a. Pengertian Profesi Pengertian profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu
  • 38. 24 mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sahertian, 1994 : 26) Pengertian profesi menurut Hornby dalam Roestiyah (1982 : 176) “accuption is one reguiring, advanced educational and special training “ Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan khusus. Sutisna (1983 : 302) mengemukakan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang meminta pendidikan tertentu dalam liberal arts atau science dan biasanya meliputi pekerjaan mental, seperti : mengajar, pekerja Sosial, pengarang dan seterusnya terutama kedokteran, hukum / teologi. Sejalan dengan itu, Ornstein dan Levine dalam Soetjipto dan Kosasi. (1999:15) menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang mengandung pengertian ; 1) melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan), 2) memerlukan bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya) 3) menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru di kembangkan dari hasil penelitian) 4) memerlukan latihan khusus dengan waktu yang panjang, 5) terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya), 6) otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau adanya persyaratan tertentu (tidak teratur orang lain), 7) menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan
  • 39. 25 dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak pindah ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan untuk kerja yang baku, 8) mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan, 9) menggunakan administrator untuk memindahkan profesinya; relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya: dokter memakai tenaga administrator untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter itu sendiri), 10) mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri, 11) mempunyai profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan, 12) mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyaksikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan, 13) mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik kepercayaan diri setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien yang dilayani). 14) mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila di banding dengan jabatan lainnya). Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dari pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja dilingkungannya, dan ketrampilan kerja sebagai warisan orang tua atau pendahulunya). Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari: pertama, seorang teknisi, kedua (pekerja profesional dan teknisi) dapat saa tampil dengan unjuk kerja yang sama (misalnya: menguasai tehnik kerja sama, menguasai prosedur yang
  • 40. 26 sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknik dalam bidang kerjanya), tetapi seorang yang profesional dituntut menguasai visi yang mendasari ketrampilan yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki pola yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya ( Joni: 1980:6) Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No. 14/2005). b. Profesi Guru Guru sebagai profesi, bukan lagi dianggap sebagai pekerjaan biasa, tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan keahlian tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang. Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
  • 41. 27 Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. c. Syarat – Syarat Menjadi Guru Profesional Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada peserta didik, hal ini belum cukup untuk dikatakan sebagi guru yang memiliki pekerjaan profesional. Guru harus memiliki berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya dan menjaga kode etik guru. Menurut Oemar Hamalik dalam Yamin (2006 : 7) guru profesional harus memiliki persyaratan yang meliputi (1) memiliki bakat sebagai guru, (2) memiliki keahlian sebagai guru, (3) memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi, (4) memiliki mental yang sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, (7) berjiwa Pancasila, (8) merupakan warga negara yang baik. Sedangkan menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan
  • 42. 28 mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4) memilik kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 4. Sertifikasi Guru a. Pengertian Sertifikasi Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif. Setiap usaha peningkatan mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metode- metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti jika melibatkan guru. Artinya titik total pembangunan pendidikan tergantung dari bagaimana membangun mutu guru ke arah yang profesional. Dalam kenyataannya mutu guru di Indonesia sangat beragam dan rata- rata masih di bawah standar yang telah ditentukan. Banyak guru yang belum memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan belum mempunyai kompetensi yang telah disyaratkan.
  • 43. 29 Sertitifikasi adalah pemberian sertifikat kompetensi atau surat keterangan sebagai pengakuan terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan setelah lulus uji kompetensi. Sertifikasi berasal dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi kompetensi seseorang untuk memangku sesuatu jabatan profesional. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang diterangkan dalam sertifikat kompetensi tersebut (depdiknas, 2003). Dalam Undang Undang No. 14/2005 pasal 2, disebutkan bahwa pengakuan guru sebagai tenaga yang profesional dibuktikan dengan sertifikasi pendidik. Selanjutnya pasal 11 menjelaskan bahwa sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Menurut Samani (2006 : 8) sertifikat pendidik adalah bukti formal dari pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimum dan penguasaan kompetensi minimal sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto dan Tutik (2007 : 9) Sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen pembelajaran.
  • 44. 30 Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemeberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007 : 34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sertifikasi pendidik adalah suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi. b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007 : 35) mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2) meningkatkan
  • 45. 31 profesionalisme guru, (3) meningkatkan proses dan hasil pendidikan, (4) mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Manfaat sertifikasi pendidik dan kependidikan menurut Mulyasa (2007: 35) yaitu untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan dalam rangka pengembangan kompetensi, pengembangan karir tenaga kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihan yang lebih bermutu. c. Kerangka Sertifikasi Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sertifikasi dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan simposium (UU RI No. 20/2003 pasal 61). Sertifikat kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Sertifikasi guru dikenakan terhadap calon guru lulusan LPTK, maupun yang berasal dari perguruan tinggi nonkependidikan bidang ilmu tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi. Bagi lulusan dari perguruan tinggi nonkependidikaan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK.
  • 46. 32 Kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru baik lulusan sarjana kependidikan maupun lulusan sarjana nonkependidikan, menurut Mulyasa (2007: 40) dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukan kompetensi menmgajar, sehingga mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh pendidikan tinggi yang memeliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Kedua, lulusan program sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara tersetruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi mengajar, baru mengikuti sertifikasi. Ketiga, penyelenggara program Pembentukan Kompetensi Mengajar dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas. Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik yang berasal dari lulusan program sarjana pendidikan maupun sarjana nonkependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang profesi guru pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
  • 47. 33 Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu sebagai bentuk kegiatan penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Disamping itu uji kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu. d. Standar Kompetensi Guru dalam Sertifikasi Menurut Broke and Stone dalam Mulyasa (2007 : 25) kompetensi guru sebagai .. descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti). Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan menurut Mulyasa (2007 : 26) menyatakan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi guru merupakan gambaran tentang kemampuan guru yang mencakup pengetahuan, ketrampilan
  • 48. 34 dan perilaku guru yang harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara profesional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UUGD No. 14 /2005 : pasal 10 ). Empat kompetensi guru seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dikusai oleh guru. Dengan kompetensi tersebut diharapkan guru dapat melaksanakan tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesioanal yaitu sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka, kritis dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
  • 49. 35 membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Keempat standar kompetensi guru tersebut dijabarkan dalam bentuk kisi-kisi standar kompetensi guru dalam sertifikasi seperti terdapat dalam Lampiran. e. Sertifikasi Guru dengan Portofolio Guru dalam jabatan atau guru yang sudah memiliki pengalaman mengajar proses sertifikasi guru dilakukan dengan berlandaskan pada Permendiknas No. 18 Tahun 2007. Uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial). Dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, serta (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
  • 50. 36 Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelas ( S1, S2 atau S3 ) maupun non gelas ( D4 atau Post Graduate diploma ), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini berupa ijazah atau sertifikat diploma. Pendidikan dan Pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidik dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidikan, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelnggara diklat. Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari Pemerintah, dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan / surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. Perencanaan Pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan / kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber / media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik
  • 51. 37 dari sub komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran ( RP / RPP / SP ) yang diketahui / disahkan oleh atasan. Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Kegiatan ini mencakup tahapan pra pembelajaran ( pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi ), kegiatan inti ( penguasaan materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media / sumber belajar, evaluasi, penggunaan bahasa), dan penutup ( refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut ). Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola oleh guru. Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dansosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama dengan menggunakan format penilaian. Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik ( juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau non kependidikan ), dan pembimbingan teman sejawat dan/atau siswa ( instruktur, guru inti, tutor atau pembimbing ). Bukti fisik
  • 52. 38 yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara. Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, propinsi atau nasional; artiket yang dimuat dalam media jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi dan internasional menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal ( Kabupaten / Kota ) yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1 (satu) semester ; media / ata pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan kelas ( individu / kelompok ); dan karya seni (patung, rupa, tari, lukis, sastra, dll). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut. Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan, kabupaten / kota, provinsi, nasional atau internasional; baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dimapirkan berupa makalah dan sertifikat / piagam bagi nara sumber, dan sertifikat / piagam bagi peserta. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota di suatu organisasi kependidikan dan sosial. Pengurus organisasi di bidang kependidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
  • 53. 39 ketua jurusan, kepala lab, kelapa bengkel, kepala studio, ketua asosiasi guru bidang studi, asosiasi profesi, dan pembina kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja – KIR). Sedangkan pengurus di bidang sosial anatara lain menjabat ketua RW, Ketua RT, Ketua LMD, dan pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotocopy sertifikat, piagam, atau surat keterangan. Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam jabatan) untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan prestasi akademik.
  • 54. 40 Portofolio juga berfungsi sebagai : (1) wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kinerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung, (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum) dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru. f. Mekanisme Pengujian Sertifikasi Pengujian sertifikasi terutama pengujian dengan portofolio dilakukan dengan dua tahapan, yaitu harus menempuh tes tertulis dan tes kinerja yang dipadukan dengan self appraisal, portofolio dan dilengkapi dengan peer appraisal. Adapun materi tes tertulis dan tes kinerja, portofolio dan peer appraisal didasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sesuai dengan tuntutan minimal sebagai agen pembelajaran. Menurut Trianto dan Tutik (2007 : 83), mekanisme pengujian sertifikasi guru mengikuti tiga alur yaitu : (1) para guru harus memenuhi persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dan baru menempuh ujian tulis; (2) jika lulus dalam ujian tertulis, guru diwajibkan mengikuti uji kinerja; (3) guru wajib mencatat dan mengumpulkan semua aktivitas yang dilakukan baik saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran dalam bentuk portofolio.
  • 55. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rangcangan Penelitian Penelitian ini pada dasarnya akan memberikan penjelasan tentang persepsi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi melalui kegiatan analisis secara kualitatif. Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas dipandang sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan dengan menggunakan pola pikir yang induktif. Fokus penelitian kualitatif belum begitu jelas dan akan berkembang pada waktu penelitian berlangsung. Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat interaktif dengan sumber data supaya memperoleh makna. Metode Penelitian kualitatif juga dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan juga dinamakan metode artistik karena bersifat seni, serta dinamakan metode alamiah atau natural setting (Sugiyono, 2006 : 8). B. Lokasi dan Informan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun tahun 2007. Informan dalam penelelitian kualitatif merupakan nara sumber atau partisipan yang menjadi teman dan guru dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten 41
  • 56. 42 Madiun. Jumlah dan penentuan informan dilakukan dengan teknik Snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar seperti bola salju yang menggelinding C. Teknik Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2006 : 253) pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium (eksperimen), pada suatu seminar, di rumah dan dapat juga pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber skunder. Sedangkan ditinjau dari cara pengambilan data, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara Observasi, interview, kuisioner dan dokumentasi. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada setting alamiah dengan sumber data primer dan dengan cara kuisioner, dokumentasi, dan wawancara. a. Teknik Angket (kuesioner) Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi guru terhadap program sertifikasi guru. Angket ini digunakan untuk memperoleh data bagaimana persepsi guru terhadap program sertifikasi yang akan
  • 57. 43 dilaksanakan oleh pemerintah. Daftar pertanyaan yang ada dalam angket bersifat terbuka dan dapat diisi sesuai dengan pendapat informan penelitian. b. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan berupa catatan harian, cerita, biografi,monografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk dokumen tulisan yang berupa monografi, peraturan dan kebijakan pemerintah. c. Teknik Wawancara Teknik pengumpulan data dengan wawancara dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan. Wawancara digunakan untuk memperoleh data yang lebih valid dari informan dan memperkuat data yang sudah diperoleh dari hasil angket dan dokumentasi. Wawancara terhadap informan dilakukan dengan semiterstruktur (semistructure interview), dimana dalam pelaksanaan wawancara dilakukan secara terbuka, bebas tetapi masih berpedoman pada pedoman wawancara yang sudah disiapkan. 2. Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
  • 58. 44 Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik pengolahan data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Pengolahan data telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Model pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman yaitu analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data seperti dilukiskan pada Gambar 1. Data Collection Data Disply Data Reduction Verifying Gambar 1. Pengolahan data Model Interactive ( Miles and Huberman )
  • 59. 45 a. Data Collection (Pengumpulan Data) Data dikumpulkan dengan berbagai teknik pengumpulan data (Triangulasi), yaitu merupakan penggabungan dari berbagai macam teknik pengumpulan data baik wawancara, observasi maupun dengan menggunakan angket. Semakin banyak data yang terkumpul, maka hasil penelitian yang didapat semakin bagus. b. Data Reduction (Reduksi Data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka data perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kemudian data dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema serta polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari data berikutnya jika diperlukan. Data-data yang tidak terpakai dibuang, sehingga peneliti lebih fokus pada data yang telah tereduksi. Dalam penelitian ini data-data yang tereduksi adalah data-data yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian yaitu persepsi positif dan persepsi negatif guru terhadap sertifikasi guru serta temuan-temuan di lapangan yang ada kaitanya dengan sertifikasi guru. Data yang tidak ada kaitannya dengan persepsi positif dan persepsi negatif guru terhadap sertifikasi guru dibuang. Karena reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan, maka reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman atau orang
  • 60. 46 lain yang dipandang ahli, misalnya Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Pendidikan atau para Pengawas pada Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun. Dari hasil diskusi akan diperoleh data yang benar-benar penting dan sesuai dengan tujuan. c. Data display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendispaykan data. Display data dapat dalam bentuk tabel, grafik, chard dan sejenisnya. Melalui penyajian data dalam bentuk display, maka data dapat terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Display data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart. Penyajian data dengan menggunakan teks yang bersifat naratif. d. Verifying (Verifikasi) Langkah berikutnya dalam analisis data adalah verifikasi yaitu memverifikasi data dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil harus didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian yang telah dirumuskan sejak awal dan dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang berada di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh juga dapat berupa temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
  • 61. 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan Kecamatan Jiwan merupakan salah satu bagian dari lima belas kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun. Kecamatan Jiwan terletak di sebelah barat daya wilayah Kabupaten Madiun. Batas wilayah Kecamatan Jiwan yaitu sebelah timur Kota Madiun, sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan disebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sawahan. Perkembangan pendidikan di Kecamatan Jiwan ditinjau dari kuantitas menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Data jumlah sekolah di Kecamatan Jiwan dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan No. Jenis Sekolah Jumlah 1. Sekolah Dasar (SD) 28 2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 5. Sekolah Luas Biasa (SLB) 1 6. Madrasah Tsanawiyah 1 Jumlah sekolah 35 47
  • 62. 48 Melihat jumlah sekolah yang ada di Kecamatan Jiwan sebenarnya sudah sangat memadai, tetapi masyarakat Jiwan lebih banyak mengacu pada perkembangan pendidikan yang ada di Kota Madiun. Masyarakat lebih banyak menyekolahkan anaknya di Kota Madiun, bahkan sejak Sekolah Dasar mereka menyekolahkan anaknya di kota. Apalagi sejak pendidikan di Kota Madiun memberlakukan kuota anak luar kota yang bisa masuk hanya 10 persen, maka sebagian besar anak-anak Jiwan sejak Sekolah Dasar sudah sekolah di kota. Penyebaran Sekolah Dasar hampir merata di semua desa di Kecamatan Jiwan. Data Penyebaran Sekolah Dasar berdasarkan wilayah seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Jumlah Jumlah No. Nama Desa Guru SD 1. Jiwan 2 23 2. Sukolilo 2 19 3. Kwangsen 2 15 4. Bibrik 2 16 5. Teguhan 3 24 6. Grobogan 2 16 7. Klegen Serut 2 12 8. Ngetrep 1 9 9. Wayut 2 18 10. Sambirejo 2 19 11. Kincang 3 29 12. Bedoho 1 7 13. Bukur 2 18 14. Metesih 2 18 Jumlah sekolah 28 243
  • 63. 49 Potensi tenaga kependidikan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga Jenis Guru Kepala Sekolah Jumlah Guru Penjaga No. Nama Sekolah Olah Raga Kristen Agama Agama Umum 1 Wayut 01 7 Islam 1 8 1 2 Wayut 03 7 1 1 9 0 2 3 Jiwan 01 10 1 1 12 1 1 4 Jiwan 02 7 1 1 1 10 1 5 Sukolilo 01 8 1 1 1 11 1 1 6 Sukolilo 03 7 1 1 9 1 7 Kincang 01 8 2 1 11 1 1 8 Kincang 02 6 1 1 1 9 1 1 9 Kincang 03 7 1 1 9 1 10 Metesih 01 8 1 1 10 1 1 11 Metesih 03 6 1 1 8 1 1 12 Teguhan 01 6 1 1 8 1 1 13 Teguhan 02 7 1 1 9 1 1 14 Teguhan 03 6 1 1 8 1 15 Kwangsen 01 6 1 7 1 16 Kwangsen 02 6 1 1 8 1 17 Ngetrep 6 2 8 1 1 18 Grobogan 01 5 1 1 7 1 1 19 Grobogan 02 6 2 1 9 0 20 Sambirejo 01 7 1 1 9 1 21 Sambirejo 02 8 1 1 10 1 22 Bukur 01 6 2 1 9 1 23 Bukur 02 6 2 1 9 1 1 24 Klagenserut 01 8 3 1 12 1 1 25 Klegenserut 02 0 0 1 1 0 26 Bibrik 01 6 1 7 1 27 Bibrik 02 6 2 1 9 1 28 Bedoho 6 1 8 1 1 182 35 3 23 243 25 15 Jumlah
  • 64. 50 B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi Guru Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dibentuk dan dikeluarkan dengan berbagai pertimbangan yaitu (1) dalam rangka upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara terencana, terarah dan berkesinambungan; (3) bahwa guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Pemberlakuan UU No. 14 Tahun 2005 merupakan komitmen pemerintah dalam rangka mengangkat martabat profesi guru yang sekarang berada di titik nadir yang ”hidup segan matipun tak mau”. Profesi guru akan diposisikan sebagai sutau profesi sebagaimana halnya profesi dokter, pengacara, akuntan. Tanggapan positif guru terhadap pemebrlakuan Undang- Undang Guru dan Dosen sebagai berikut :