Suatu integrasi dari prinsip teori-teori inovasi dikemukakan oleh Edwin Locke yang meliputi 6 langkah : Needs, Valiees, Goals, Performance, Rewards, Satisfaction
1. mengintegrasikan teori-teori motivasi
Mengintegrasikan Teori-teori Motivasi
Suatu integrasi dari prinsip teori-teori inovasi dikemukakan oleh Edwin Locke yang meliputi 6
langkah :
Kebutuhan Nilai-nilai Tujuan-Tujuan Kinerja Imbalan Kepuasan
Fisiologis Uang Promosi Prestasi Peningkatan Persepsi
Rasa aman Prestasi Bonus jangka gaji terhadap
Social Kekuasaan Penialaian pendek Promosi pemenuhan
Harga diri Afiliasi kerja Prestasi Bahagia kebutuhan
Aktualisasi jamgka Tunjangan dan
diri panjang Imbalan kesamaan
Kerja
Rangkaian Muncul Kebutuhan Baru
1. “Needs”
Orang bekerja pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan. Pada kotak I sesuai dengan Teori
Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) dan Teori Clyton Alderfer (Teori ERG).
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) Kebutuhan fisiologikal (physiological needs)
merupakan kebutuhan utama seperti : rasa lapar, haus, istirahat tempat tinggal, pakaian
dan yang dapat dipuaskan secara ekonomis seperti karyawan digaji dan digubakan untuk
memenui kebutuhan dasar atau fisiologis mereka.
(2) Kebutuhan rasa aman (security and safety needs)
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi muncul kebutuhan keamanan dan keselamatan
terutama yang berkaitan dengan keamanan akan pekerjaan. Tidak dalam arti fisik semata,
Azza Aunillah/ MBI-2B/ 2012 Page 1
2. mengintegrasikan teori-teori motivasi
akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual. Misal: tidak khawatir terkena PHK,
mendapatkan penghasilan tetap.
(3) Kebutuhan social dan kasih sayang (belongingness and love needs)
pada level ini kebutuhan berupa hubungan social baik didalam maupun diluar organisasi.
Missal: rasa kasih saying, kepemilikan, penermaan, persahabatan.
(4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
Yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status. Missal: faktor
penghargaan internan dan eksternal.
(5) Aktualisasi diri (self actualization)
Dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Missal: pertumbuhan, pencapaian potensiseseorang, dan pemenuhan diri sendiri.
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer
merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi). Berkaitan dengan memenuhi kebutuhan dasar.
R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain). Kebutuhan yang
berfokus pada pengembangan hubungan interpersonal. Dorongan akan kebutuhan sosial dan
status memerlukan interaksi dengan orang lain.
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).
Jika makna tiga istilah tersebut diperhaikan lebih lanjut maka akan tampak dua hal penting.
Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan
oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki
pertama dan kedua dalam teori Maslow. “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan
ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama
dengan “self actualization” menurut Maslow.
Azza Aunillah/ MBI-2B/ 2012 Page 2
3. mengintegrasikan teori-teori motivasi
2. “Valiees”
Ketidaknyamanan atau tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tidak selalalu memotivasi
seseorang untuk bertindak, nilai-nilai yang secara sadar diinginkan oleh seseorang
menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Nilai-nilai memotivasi suatu tindakan, sebagai
contoh: Nilai Uang menyebabkan suatu tindakan, Uang yang diterima digunakan untuk
memenuhi kebutuhannya. Nilai dari motivasi prestasi , menyebabkan orang dengan
kebutuhan prestasi tinggi bekerja keras untuk menyelesaikan tugas. Nilai Kekuasaan
menyebabkan suatu tindakan, Kekuasaan yang dimiliki dapat dipergunakan untuk mengatur
dan memerintah bawahannya. Nilai dari motivasi Afiliasi, seseorang ingin bertemu dengan
orang lain.
Pada kotak II ini sesuai dengan Teori Herzberg (Teori Dua Faktor) serta Teori Mc Clelland
(Teori Motivasi Berprestasi)
Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu
faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong
berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan
yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya
ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan
seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan
pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara
lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya,
hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan
sistem imbalan yang berlaku.
Azza Aunillah/ MBI-2B/ 2012 Page 3
4. mengintegrasikan teori-teori motivasi
Teori Mc Clelland (Teori Motivasi Berprestasi)
David Mc Clelland dan kawan-kawan merumuskan suatu teori motivasi manusia (Teori
Motivasi Berprestasi) berdasarkan test Thematic Apperceptive Test (TAT). Berdasarkan
bagaimana orang-orang mendeskripsikan gambar, maka terdapat tiga kebutuhan yaitu:
“Need for Achievment” (dorongan untuk mencapai keberhasilan mencapai
kesempurnaan, berbuat yang terbaik.
“Need for Power” (dorongan untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain, dimana
orang melakukan dalam suatu cara yang tidak dilakukan oleh orang lain).
“Need for Affiliation” (dorongan untuk mengelola hubungan pribadi, bersahabat, hidup
harmonis dengan orang lain).
Menurut Mc Clelland kebutuhan afiliasi membantu seseorang untuk toleran, menghargai
orang lain, menjalin hubungan baik dan kerja sama.
3. “Goals”
Tujuan-tujuan adalah aplikasi dari nilai-nilai untuk situasi spesifik. Misal seseorang bekerja
melakukan promosi untuk mendapatkan gaji, bonus serta ingin mendapatkan penilaian kerja
yang bagus.
Dalam Teori penetapan tujuan (goal setting theory), Edwin Locke mengemukakan bahwa
dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
Penetapan tujuan seperti halnya individu, kita menetapkan tujuan dan kemudian bekerja
untuk menyelesaikan tujuan tersebut. Orientasi terhadap tujuan menentukan perilaku kita.
Seseorang akan memiliki motivasi yang inggi jika ia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga
muncullah apa yang disebut dengan Goal-Setting.
Azza Aunillah/ MBI-2B/ 2012 Page 4
5. mengintegrasikan teori-teori motivasi
Seperti pada teori expectancy, seseorang yakin bahwa tingkah laku tertentu akan mengarah
pada kinerja dan imbalan level tertentu merupakan suatu pengaruh motivasional yang
penting. Teori expectancy ini mengatakan bahwa seorang karyawan dimotivasi untuk
menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan mengantar ke suatu
penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran
organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan
tujuan pribadi karyawan tersebut.
4. “Performance”
Kebutuhan seseorang merupakan serangkaian tindakan yang dipilih untuk mencapai tujuan-
tujuan bernilai yang akan memenuhi kebutuhan tertentu. Sebagai contoh: jika kinerja seorang
karyawan baik maka karyawan tersebut berhak mendapatkan pengakuan terhadap prestasinya
misal untuk prestasi jangka pendek karyawan tersebut mendapat penghargaan bulanan
sebagai karyawan terdisiplin dalam periode bulan tersebut, untuk prestasi jangka panjangnya
karyawan tersebut naik pangkat.
Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi/ Achievment)
Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan,
menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-
ACH tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingka tkebebasan
yang tinggi. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan
dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi
antara lain bersedia menerima resiko yang relative tinggi, keinginan untuk mendapatkan
umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan
masalah.
n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan akan berusaha mencapai
prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan
kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya
sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut, tentunya imbalan yang paling
memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.
Azza Aunillah/ MBI-2B/ 2012 Page 5
6. mengintegrasikan teori-teori motivasi
Sebab-sebab seseorang memiliki n-ACH yang tinggi diantaranya adalah pujian dan imbalan
akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan
untuk menghadapi tantangan.
5. “Rewards”
Orang mengharapkan untuk pengalaman reward dan punishment sebagai hasil kinerja
mereka. Orang berharap mendapat reward seperti peningkatan gaji, Promosi, Tunjangan,
Bonus, Imbalan kerja, untuk memenuhi kebutuhan dan kebahagiaan.
Menurut Teori Reinforcement: "sesuatu yang menyenangkan akan selalu diulang, sesuatu
yang tidak menyenangkan akan dihindari". Perbuatan yang menurut kita baik perlu kita
beri reward (hadiah, pujian, penghargaan, dll) dan sesuatu yang menurut kita salah harus
diberi punishment agar tidak diulang lagi suatu saat nanti, karena sesuatu yang menurut
mereka menyenangkan akan mereka ulangi tapi sesuatu yang menurut mereka tidak enak
akan selalu dihindari.
Teori Equity, teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh
keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat
tukaran imbalan dari organisasi. Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia
terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan
organisasi dengan imbalan yang diterima.
6. “Satisfaction”
Seseorang mengharap dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu dengan kinerja yang
baik.
Teori Equty sering disebut teori keadilan dengan memfokuskan pada perbandingan relative
antara input dan hasil dari individu lainnya. Jika tingkat rasio perbandingan seseorang
menunjukan keseimbangan dengan rasio orang lain, maka ia akan merasa puas. Sebaliknya
jika terdapat adanya ketidakadilan, orang akan merasa tidak puas, prinsip teori ini adalah
seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan
(equity).
Azza Aunillah/ MBI-2B/ 2012 Page 6
7. mengintegrasikan teori-teori motivasi
Perasaan equity dan in-equity atas suatu situasi, diperoleh dengan cara membandingkan
dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor rmaupun di tempat lain. Keadilan
merupakan suatu keadaan yang muncul dalam pikiran seseorang jika ia merasa bahwa antara
ratio usaha dan imbalan adalah seimbang.
Teori ini juga mengemukakan bahwa individu tidak hanya memperhatikan jumlah total
outcomes yang diterima atas usaha mereka tetapi juga memperhatikan jumlah yang diterima
oleh orang lain. Atas dasar inputs seseorang seperti halnya usaha atau effort, pengalaman,
pendidikan, dan kemampuan seseorang akan membandingkan outcomes seperti halnya
tingkat upah atau gaji, pengakuan, dan faktor-faktor lain. Apabila terjadi ketidakseimbangan
rasio outcomes –inputs dengan orang lain, maka timbul suatu ketegangan. Dan ketegangan
ini merupakan dasar dari motivasi.
Azza Aunillah/ MBI-2B/ 2012 Page 7