2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pendidikan Hukum di
Indonesia”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
SHI FIA Universitas wiraraja sumenep.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
SUMENEP, desember
2012
penyusun
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. latar belakang…………………………………………………………………………………..
B. rumusan masalah……………………………………………………………………………….
D. tujuan…………………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. dunia pendidikan di Indonesia………………………………………………………………
B. interaksi antara guru dan siswa……………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. kesimpulan…………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat pendidikannya masi
rendah dibandingkan dengan Negara lain yang lebih maju . hal ini jelas karena
memang Indonesia merupakan Negara berkembang yang kinerja kependidikannya
masih sangat kurang terutama di daerah – daerah pinggiran . ini yang membuat
penulis memilih judul pendidikan hokum di Indonesia .
Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas selama ini seringkali satu arah
dimana siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru. Oleh karenanya, siswa
lebih dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi dengan guru atau antar siswa.
Prosentase kemampuan siswa dalam memahami dan mengingat materi apa yang telah
dipelajari sebelumnya hanya 5% jika mereka sekadar mendengarkan penjelasan guru.
Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara guru
dengan siswa terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model-model
pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai peran
ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa. Peran
dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru sebagai orang tua, dan guru sebagai
sejawat belajar.
Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara guru
dengan siswa terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model-model
pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai peran
ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa. Peran
dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru sebagai orang tua, dan guru sebagai
sejawat belajar.
1.2 Rumusan masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang pendidikan hokum di Indonesia, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendidikan hokum di Indonesia ?
2. Bagaimana kaitan soft skill dan hard skill pada pendidikan ?
5. 1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas SHI FIA dan
menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penulis dan pembaca tentang pendidikan hokum di indonesia dan untuk membuat kita
lebih memahami islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Dunia Pendidikan di Indonesia
Dinamika perkembangan pendidikan hokum di Indonesia selalu menarik untuk
diperbincangkan. Mulai dari paradigm hokum yang dipakai dari era ke era, system hokum
yang dipergunakan, hingga arah reformasi yang dituju, selalu mengundang kritik. Seiring
berjalannya waktu , makin kompleks masalah yang ada. Reformasi hokum pun tidak berdiri
sendiri, tetapi erat dengan dunia politik, ekonomi dan persoalan lainnya sehingga revaluasi
petut ditelusuri dari dasar pemikiran hokum pada tataran pendidikannya.
Pndidikan hokum merupakan aktivitas multidimensional yang membentuk dasar kebutuhan
intelektual, utamanya dalam menganalisis sejumlah problem social dan menciptakan
sebuah konsep hokum yang berargumentasi kuat untuk menyelesaikan prolem praaktis
keseharian, di sisi lain pendidikan tinggi hokum di Indonesia harus menghadapi kenyataan
bahwa eksistensinya sebagai tempat menimba ilmu hokum tidak lagi menjadi pilihan utama.
Pendidikan hokum di Indonesia dipercayai telah mengalami beberapa kali reformasi sejak
pertama kali diperkenalkan pada masa pendudukan colonial belanda. Awalnya pendidikan
hokum hanyalah pendidikan menengah setingkat sekolah , lalu pendidikan hokum di
Indonesia ditingkatkan menjadai pendidikan tinggi yang setara dengan universitas.
Ternyata tujuan pendidikan hokum tidak otonom. Tujuan pendidikan hokum di Indonesia
sangat bergantung pada apa yang dikehendaki suatu pemrintahan ataupun kondisi spesifik
yang berlaku di Indonesia.namun demikian jika dilihat dari lulusan yang dihasilkan oleh
sarjana fakultas hokum tidak berpengaruh secara signifikan. Evaluasi penyelenggaraan
6. pendidikan hokum di Indonesia menunjukkan beberapa kelemahan yang sangat
berpengaruh pada lulusan sarjana fakultas hokum.
Ada dua jenis pendidikan hokum di Indonesia, yaitu pendidikan hokum yang bersifat
akademis dan pendidikan hokum yang bersifat profesi.
Tujuan pendidikan hokum perlu di3valuasi mengingat reformasi pendidikan hokum yang
dilakukan di Indonesia tidak lepas dari apa yang dikehendaki suatu pemerintahan dan
kondisi tertentu. Sejak diperkenalkannya pendidikan hokum di Indonesia paling tidak
terdapat empat masa pemerintahan , yakni pemerintahan colonial, pemerintahan soekarno,
pemerintahan soeharto, dan penelitian pasca soeharto.
Mengembangkan interaksi guru dan siswa yang baik
Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa
terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model-model pembelajaran sehingga siswa
dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai peran ganda dan sangat strategis dalam
kaitannya dengan kebutuhan siswa. Peran dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru
sebagai orang tua, dan guru sebagai sejawat belajar.
Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa
terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model-model pembelajaran sehingga siswa
dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai peran ganda dan sangat strategis dalam
kaitannya dengan kebutuhan siswa. Peran dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru
sebagai orang tua, dan guru sebagai sejawat belajar.
1. Guru sebagai guru.
Pekerjaan utama guru adalah mengajar dan mendidik siswa siswa, yang berusaha agar semua
siswanya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan dengan baik.
2. Guru sebagai orang tua.
Tempat mencurahkan segala perasaan siswa, tempat mengadu siswa ketika mengalami
gangguan. Siswa merasa aman dan nyaman ketika dekat dengan guru, bahkan merasa rindu
jika tidak bertemu guru. Interaksi guru dan siswa bagaikan hubungan orang tua dan anak,
hangat, akrab, harmonis, dan tulus.
3. Guru sebagai teman.
Sebagai pasangan untuk berbagai pengalaman dan beradu argumentasi dalam diskusi secara
informal. Guru tidak merasa direndahkan jika siswa tidak sependapat, atau memang pendapat
siswa yang benar, dan menerima saran siswa murid yang masuk akal. Hubungan guru dan
siswa mengutamakan nilai-nilai demokratis dalam proses pembelajaran.
7. Peran guru sebagai guru lebih dominan dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam
proses pembelajaran sehebat apapun perangkat pembelajaran dibuat oleh guru dan
kompetensi guru yang baik tanpa interaksi antara guru dan siswa yang harmonis maka tujuan
pembelajaran tidak dapat tercapai optimal. Guru harus mampu menguasahi pola interaksi dan
tehnik komonikasi yang baik dalam proses pembelajaran. Interaksi dalam pembelajaran lebih
dikenal dengan istilah interaksi edukatif. interaksi edukatif secara spesifik merupakan proses
atau interaksi belajarmengajar itu, memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan
bentuk interaksi lain. ciri-ciri interaksi belajar mengajar tersebut yaitu:
1. Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan,
yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud
interaksi belajar-mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat
perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang terencana..
Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya
prosedur atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain
yang berbeda pula. Sebagai contoh misalnya tujuan pembelajaran agar siswa dapat
menunjukkan Kota Banjarmasin, tentu kegiatannya tidak cocok kalau disuruh membaca
dalam hati, dan begitu seterusnya.
3. Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan.
Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponenkomponen yang lain,
apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan
disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar-mengajar.
4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa.
Sebagai konsekuensi bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat
mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajarmengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik
secara fisik maupun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep KTSP. Jadi tidak
ada gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya pasif
saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
5. Dalam interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
Dalam peranannya sebagai pembimbing ini guru harus berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai
mediator dalam segala situasi proses belajar-mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh
8. yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (“akan lebih baik
bersama siswa”) sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi belajar-mengajar.
6. Di dalam interaksi belajar-mengajar membutuhkan disiplin.
Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara
sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme konkrit dari ketaatan pada ketentuan
atau tata tertib ini akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jagi langkah-langkah yang
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur,
berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi salah-satu ciri yang tidak bisa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah tercapai.
Peran guru sebagai orang tua dilakukan di lingkungan sekolah lebih bersifat hubungan
emosional dan penyeteraan perasaan guru dan siswa. Siswa akan merasa aman dan nyaman di
lingkungan sekolah. Interaksi lebih berdasarkan kasih sayang dan saling pengertian oleh
karenanya keterbukaan siswa dalam hal permasalahan pribadi maupun masalah yang
berhubungan dengan pembelajaran dapat terungkap. Dalam hal ini guru harus tahu betul
karakteristik siswa untuk menentukan sikap yang berkaitan dengan kebijakan pembelajaran.
Hal yang harus diperhatikan guru berkenaan dengan karakteristik siswa antara lain :
1. Setiap siswa memiliki pengalaman dan potensi belajar yang berbeda.
2. Setiap siswa memiliki tendensi untukmenentukan kehidupanya sendiri.
3. Siswa lebih memberikan perhatian pada hal-hal menarik bagi dia dan menjadi
kebutuhannya.
4. Siswa lebih menyenangi hal-hal yang bersifat kongkrit dan praktis.
5. Siswa lebih suka menerima saran-saran daripada diceramahi.
6. Siswa lebih menyukai pemberian penghargaan (reward) dari pada hukuman ( punishment )
Jika dalam menyelesaikan masalah siswa baik dalam proses pembelajaran maupun masalah
individual siswa dirasakan kurang optimal hasilnya maka guru bisa menggunakan
pendekatannya sebagai teman. Peran guru sebagai teman bisa dilakukan di lingkungan
sekolah maupun luar lingkungan sekolah. Dalam peran ini guru akan mudah memasukkan
nilai-nilai hidup maupun pranata-pranata sekolah dalam menangani permasalahan siswa.
9. Dalam berperan sebagai orang tua dan sebagai sahabat seorang guru dalam proses
pembelajaran dan berinterakdi harus memperhatikan hal-hal dibawah ini:
1. Mendengarkan dan tidak mendominasi.
Karena siswa merupakan pelaku utama dalam pembelajaran, maka guru harus memberi
kesempatan agar siswa dapat aktif. Upaya pengalihan peran dari fasilitator kepada siswa bisa
dilakukan sedikit demi sedikit.
2. Bersikap sabar.
Aspek utama pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Jika
guru kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil alih proses itu, maka
hal ini sama dengan guru telah merampas kesempatan belajar siswa.
3. Menghargai dan rendah hati.
berupaya menghargai siswa dengan menunjukan minat yang sungguh-sungguh pada
pengetahuan dan pengalaman mereka
4. Mau belajar.
Seorang guru tidak akan dapat bekerja sama dengan siswa apabila dia tidak ingin memahami
atau belajar tentang mereka.
5. Bersikap sederajat.
Guru perlu mengembangkan sikap kesederajatan agar bisa diterima sebagai teman atau mitra
kerja oleh siswanya
6. Bersikap akrab dan melebur.
Hubungan dengan siswa sebaiknya dilakukan dalam suasana akrab, santai, bersifat dari hati
ke hati (interpersonal realtionship), sehingga siswa tidak merasa kaku dan sungkan dalam
berhubungan dengan guru.
7. Tidak berusaha menceramahi.
Siswa memiliki pengalaman, pendirian, dan keyakinan tersendiri. Oleh karena itu, guru tidak
perlu menunjukkan diri sebagai orang yang serba tahu, tetapi berusaha untuk saling berbagai
pengalaman dengan siswanya, sehingga diperoleh pemahaman yang kaya diantara keduanya.
8. Berwibawa.
10. Meskipun pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang akrab dan santai, seorang
fasilitator sebaiknya tetap dapat menunjukan kesungguhan di dalam bekerja dengan
siswanya, sehingga siswa akan tetap menghargainya.
9. Tidak memihak dan mengkritik.
Di tengah kelompok siswa seringkali terjadi pertentangan pendapat. Dalam hal ini,
diupayakan guru bersikap netral dan berusaha memfasilitasi komunikasi di antara pihakpihak yang berbeda pendapat, untuk mencari kesepakatan dan jalan keluarnya.
10. Bersikap terbuka.
Biasanya siswa akan lebih terbuka apabila telah tumbuh kepercayaan kepada guru yang
bersangkutan. Oleh karena itu, guru juga jangan segan untuk berterus terang bila merasa
kurang mengetahui sesuatu, agar siswa memahami bahwa semua orang selalu masih perlu
belajar
11. Bersikap positif.
Guru mengajak siswa untuk mamahami keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-potensi
yang ada, bukan sebaliknya mengeluhkan keburukan-keburukannya. Perlu diingat, potensi
terbesar setiap siswa adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk merubah keadaan
Interaksi guru dan siswa penting dalam proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas selama ini seringkali satu arah dimana siswa
hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru. Oleh karenanya, siswa lebih dilibatkan secara
aktif untuk berinteraksi dengan guru atau antar siswa. Prosentase kemampuan siswa dalam
memahami dan mengingat materi apa yang telah dipelajari sebelumnya hanya 5% jika mereka
sekadar mendengarkan penjelasan guru.
Demikian disampaikan trainer dari TU/e University , Harry van de Wouw, dalam Workshop
“Teaching and Learning in for Vocational High School (SMK) Teachers”, di Kampus Terpadu,
Sabtu (27/8). Kegiatan ini diikuti oleh 15 guru SMK Muhammadiyah Bambanglipuro dan SMK
Muhammadiyah 1 Bantul.
Menurutnya, hubungan yang saat ini terjadi antara guru dan siswa seringkali satu arah dimana
siswa hanya sekadar mendengarkan apa yang disampaikan guru. “Jika dilihat dari piramida
pembelajaran, siswa akan mudah lupa dengan apa yang dipelajari sebelumnya ketika mereka
hanya mendengarkan penjelasan guru karena prosentasenya hanya sekitar 5%,”urai Harry.
Ia menambahkan, siswa akan mampu mengingat dan memahami materi lebih dalam dan lama
jika mereka mampu menjelaskan isi materi kepada orang lain. “Pemahaman dan daya ingat
siswa dalam menjelaskan isi materi kepada orang lain mencapai 90%,” imbuh Harry
11. Interaksi juga menjadi poin penting dalam kegiatan belajar mengajar karena tak hanya siswa saja
yang mendapatkan manfaat, namun juga para guru juga memperoleh umpan balik (feedback)
apakah materi yang disampaikan dapat diterima murid dengan baik. “Untuk itu, mendengar
pengalaman para siswa dapat diaplikasikan dalam metode pembelajaran sebelum guru masuk ke
dalam penjelasan teori dan setelah perkenalan,” jelasnya.
Untuk itu, Harry memaparkan, ketika merancang dan melakukan revisi materi pembelajaran
yang akan disampaikan kepada para siswa, guru sebaiknya selalu memulai dengan merancang
hasil akhir (outcome) apa yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar itu. Seorang guru
hanya bisa memilih isi materi dan tugas pembelajaran setelah ia menyadari benar apa yang
dibutuhkan oleh siswanya dalam memahami keseluruhan materi yang disampaikan.
“Namun, dalam prakteknya para guru sering memulai dengan materi atau tugas dan berlari
dengan cepat pada hasil akhir pembelajaran setelahnya. Akibatnya materi dan hasil
pembelajaran pun menjadi tak lagi cocok dengan tingkat pembelajaran secara keseluruhan
Jangan menganggap bahwa semua siswa menyukai isi materi yang akan disampaikan seketika
itu juga,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ia menguraikan empat karakteristik siswa yang terdiri dari siswa yang termotivasi
oleh profesi, balasan, sosial, dan siswa yang memang memiliki minat besar dalam bidangnya.
“Sayangnya, karakteristik siswa terakhir ini bisa dibilang jumlahnya sedikit dan menjadi
minoritas diantara karakteristik yang lain. Oleh karenanya, pada awal studi tersebut, para siswa
perlu didorong dan diberikan semangat untuk mempelajari materi yang diberikan,” urai Harry.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan hokum di Indonesia sejak awal diperkenalkan oleh belanda telah mengalami
banyak perubahan , hal ini menunjukkan bahwa pendidikan hokum di Indonesia masih
kurang bisa dikatakan berhasill
Pentingnya soft skill dan hard skill penting disini untuk bisa diajarkan dan dimiliki oleh setiap
komponen – komponen pendidikan hukum di Indonesia, terutama oleh siswa / mahasiswa
serta guru/ dosen pendidik .
12. Interaksi dalam dunia pendidikan khususnya untuk guru dan siswa juga sangatlah penting
agar dinamika pendidikan berjalan dengan baik.