MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Personal Identity by Muhammad Al Ghifari
1. Muhammad Al Ghifari
180410120038
Sastra Inggris Kelas B
Reading – Personal Identity
Ketika teman atau orang lain berpendapat mengenai sifat yang saya miliki seringkali saya
merasa takjub dengan perbandingan antara pendapat mereka dan konstruksi diri saya sendiri
yang sedang saya buat. Sebagai contoh ketika teman saya yang bernama Rizki berpendapat
tentang lima sifat saya, ini lah yang dia tulis.
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat menyukai musik.
Suka memberi tumpangan.
Pendiam.
Suka mengobrol.
(Poin terakhir saya lupa)
Pada intinya, kelima sifat yang teman saya utarakan mengenai diri saya mungkin tidak
sepenuhnya dapat berterima dengan citra yang sedang saya bangun. Di sisi lain, ada beberapa
sifat yang kemungkinan besar justru baru akan saya gunakan sebagai pelengkap proses
pencitraan diri saya.
Kemudian, apa pengaruhnya pandangan orang lain mengenai sifat yang saya miliki bagi
diri saya sendiri?
Dalam Personal Identity yang ditulis oleh Harold W. Noonan, ia mengutip satu kalimat
tentang kemurnian identitas seorang individu.
…A respectable view about problems of identity in general is that there aren’t any: any
genuine philosophical puzzles can be rephrased so that the language of identity drops out (Lewis
1986)…
Ketika argumen ini dikaitkan dengan perbandingan antara pandangan seorang teman
tentang sifat saya dan sifat yang saya miliki sendiri, muncul sebuah kenyataan bahwa tidak ada
yang benar dan salah antara keduanya. Ketika teman saya berkata bahwa saya adalah orang yang
suka memberi tumpangan atau orang yang pendiam mungkin ia saat itu ‘membatasi’ dirinya
sendiri dalam hal berpendapat mengenai sifat saya sehingga ketika ditanya tentang apa yang dia
ketahui tentang sifat saya, yang malah muncul adalah pendapat dia yang tadi itu. Mungkin dia
tidak tahu bahwa saya yang menurutnya pendiam ternyata adalah saya yang sedang bersikap
ketika sedang ada masalah di hari itu atau dia tidak tahu bahwa saya yang menurutnya suka
memberi tumpangan adalah saya yang memang tahu bagaimana cara beretika ketika membawa
kendaraan ke kampus, belum tentu mutlak karena saya suka memberi tumpangan. Tetapi lagilagi, tidak ada benar-salah atau murni-tidaknya sifat saya ketika dibandingkan dengan pandangan
orang lain.
Lantas, apa yang saya lakukan dalam menyikapi ‘persilangan’ antara persepsi orang dan
konstruksi diri ini? Dalam menyikapi hal ini saya lebih memilih untuk bernegosiasi dengan
keadaan sekitar, atau dalam kata lain menyesuaikan diri saya dengan pendapat-pendapat orang
2. lain mengenai diri saya dan kondisi yang ada. Sebagai contoh, saat teman-teman saya berkata
bahwa saya adalah orang yang terkesan santai atau easy-going saya akan lebih memilih
mempertahankan sifat santai atau easy-going yang mereka katakana kepada diri saya itu sebagai
pelengkap citra diri yang sedang saya bangun di hadapan mereka. Berbeda ketika teman saya
berkata bahwa saya adalah seorang pendiam. Sebaliknya, saya akan berusaha sekerasnya untuk
mematahkan persepsi itu dengan cara bertingkah yang sebaliknya. Karena pendapat orang lain
secara langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi citra diri yang dibangun, tentu
antisipasi-antisipasi seperti itu lah yang saya lakukan. Kesimpulannya, saya akan memilah mana
persepsi-persepsi orang yang menurut saya layak untuk dipertahankan dan yang tidak.
…The problem of personal identity over time is the problem of giving an account of the
logically necessary and sufficient conditions for a person identified at one time being the same
person as a person identified at another…
Ketika para ahli filsafat di zaman dahulu mengatakan demikian, saya justru memandang
penentuan personal identity individu hanya lah sesederhana bagaimana individu tersebut
mempelajari dampak dan kemungkinan yang dapat ditimbulkan oleh paradigma orang lain yang
tumbuh menjadi persepsi baru tentang individu tersebut. Karena memang jelas tidak ada ‘label’
yang benar atau salah untuk menyatakan sifat satu individu. Sama seperti contoh tentang diri
saya yang telah saya paparkan di atas. Bisa jadi hanya karena satu tetes warna kuning sehingga
orang melihat warna biru menjadi warna hijau. Bisa jadi hanya karena satu perbuatan, pandangan
orang tentang diri kita akan berubah selamanya
Maka, langkah jitu yang masing-masing individu harus lakukan menurut saya adalah
dengan menjadi jelas mengenai siapa diri kita dan apa yang kita percayai. Ini adalah tujuan dari
kesadaran untuk mengenal diri sendiri dan bagaimana dalam bersikap atau bernegosiasi di
hadapan orang lain. Kepribadian dan karakter satu individu membuat seseorang menjadi unik,
dan seharusnya kita menghargai hal itu. Fokuskan pada hal-hal positif yang sedang kita
konstruksikan untuk membangun citra diri yang berterima bagi diri kita sendiri dan orang lain.