SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
HOMOMORFISMA
Yus Mochamad Cholily
Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang
email:ymcholily@gmail.com
May 19, 2013
1
Daftar Isi
1 Tujuan 3
2 Homomorfisma 3
3 Sifat-sifat Homomorfisma 5
4 Latihan 7
2
1 Tujuan
Fungsi merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam mempelajari Matematika.
Salah satu fungsi penting yang menjadi kajian kali ini dikenal dengan nama homomor-
fisma. Dengan mempelajari materi pada modul ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. menuliskan definisi homomorfisma,
2. menjelaskan pengertian homomorfisma,
3. memberikan contoh homomorfisma yang tidak sama dengan contoh di modul ini,
4. menuliskan definisi isomorfisma,
5. menjelaskan pengertian isomorfisma,
6. memberikan contoh isomorfisma yang tidak sama dengan contoh di modul ini,
7. menjelaskan pengertian kernel,
8. menentukan kernel suatu homomorfisma,
9. membuktikan teorema-teorema tentang homomorfisma.
2 Homomorfisma
Kajian dalam sub bab ini difokuskan pada pembahasan tentang homomorfisma yaitu
salah satu jenis fungsi yang mempunyai sifat mengawetkan operasi di dalam grupnya.
Definisi 1. Misal (G, ∗) dan (H, ◦) merupakan dua buah grup. Sebuah fungsi
φ : G → H
disebut homomorfisma jika berlaku
φ(x ∗ y) = φ(x) ◦ φ(y),
untuk semua x, y di G.
Sifat φ(x∗y) = φ(x)◦φ(y), dinamakan mengawetkan operasi artinya peta hasil operasi
x∗y ∈ G sama dengan hasil operasi peta-petanya di H yaitu φ(x)◦φ(y). Untuk mendalami
hal ini perhatikan kembali contoh-contoh berikut ini.
Contoh 1. Misal G adalah sebarang grup dan g ∈ G serta grup bilangan bulat (Z, +).
Didefinisikan suatu fungsi
φ : Z → G
3
dengan
φ(n) = gn
setiap n ∈ Z. Fungsi φ ini merupakan homomorfisma karena setiap m, n di Z berlaku:
φ(m + n) = gm+n
= gm
gn
= φ(m)φ(n).
Contoh 2. Misal G adalah himpunan matriks 2 × 2 dengan determinan tidak nol dan
R∗
himpunan bilangan riil tidak nol. Didefinisikan sebuah fungsi α : G → R∗
dengan
α(A) = |A| untuk setiap A ∈ G. Sifat determinan menunjukkan bahwa |AB| = |A||B|,
hal ini berarti fungsi α ini merupakan homomorfisma.
Contoh 3. Perhatikan grup pada (Z4, +) dan grup ( i , ·) dengan i = {1, −1, i, −i}
serta i2
= −1. Didefinisikan fungsi β : Z4 → i dengan β(n) = in
untuk setiap n ∈ Z4.
Dengan memperhatikan sifat β(m + n) = im+n
= im
· in
= β(m) · β(n) maka β merupakan
homomorfisma.
Jika dikaji lebih dalam Contoh 3 lebih spesifik dibanding Contoh 1 maupun Contoh
2 hal ini dikarenakan contoh yang ketiga mempunyai sifat satu-satu dan pada. Homo-
morfisma yang semacam ini dinamakan isomorfisma seperti diungkapkan dalam definisi
berikut ini.
Definisi 2. Misal (G, ∗) dan (H, ◦) dua buah grup. Sebuah fungsi φ : G → H disebut
isomorfisma jika dan hanya jika φ merupakan homomorfisma dan bersifat satu-satu
pada. Grup G dan H disebut isomorfik, dinotasikan dengan G ∼= H.
Selain Contoh 3 di atas perhatikan contoh-contoh berikut ini yang merupakan isomor-
fisma.
Contoh 4. Perhatikan grup (Z, +) dan fungsi τ : Z → Z dengan τ(n) = 2n. Selidiki
apakah fungsi τ merupakan isomorfisma atau bukan.
Ambil m, n di Z. Menurut definisi:
τ(m + n) = 2(m + n) = 2m + 2n = τ(m) + τ(n).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa τ merupakan homomorfisma. Selanjutnya dapat di-
simpulkan juga bahwa τ merupakan fungsi satu-satu karena:
τ(m) = τ(n) berakibat m = n.
Pada sisi lain jika diambil 3 ∈ Z tidak n ∈ Z sehingga 2n = 3. Hal ini mengatakan bahwa
τ bukan fungsi pada. Dari ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa τ bukan suatu
isomorfisma.
4
Contoh 5. Perhatikan dua buah grup (R, +) dan (R+
, ·). Selanjutnya didefinisikan fungsi
ϕ : R → R+
dengan ϕ(x) = 2x
.
Untuk menunjukkan fungsi pada Contoh 3 suatu isomorfisma harus ditunjukkan tiga
hal yaitu i) homomorfisma, ii) bersifat satu-satu, dan iii) bersifat pada. Ambil x, y di R.
Dari definisi fungsi diperoleh hubungan
ϕ(x + y) = 2x+y
= 2x
· 2y
= ϕ(x) · ϕ(y).
Hal ini menunjukkan bahwa ϕ merupakan homomorfisma. Selanjutnya dimisalkan bahwa
ϕ(x) = ϕ(y) maka 2x
= 2y
yang berakibat x = y. Hal ini berarti ϕ merupakan fungsi
satu-satu. Tinggal membuktikan ϕ fungsi pada. Ambil y ∈ R+
dan pilih x = log2(y).
Dengan demikian ϕ(x) = 2x
= y dan ini berarti ϕ merupakan fungsi pada. Dari ketiga
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi ϕ merupakan isomorfisma.
Definisi 3. Misal φ : G → H suatu homomorfisma. Kernel dari φ dinotasikan dengan
Ker(φ) adalah himpunan:
Ker(φ) = {x ∈ G : φ(x) = iH},
dengan iH merupakan identitas H.
Contoh 6. Perhatikan kembali Contoh 1-5, diperoleh kernel masing-masing fungsi adalah
Ker(φ) = {n ∈ Z : gn
= iG}, Ker(α) = {A ∈ G : |A| = 1}, Ker(β) = {[0]}, Ker(τ) = {0},
Ker(ϕ) = {0}.
3 Sifat-sifat Homomorfisma
Pada pokok bahasan ini akan dikaji tentang sifat-sifat berkenaan dengan homomor-
fisma/isomorfisma. Untuk pembahasan selanjutnya penulisan operasi pada masing-masing
grup sudah dianggap tahu dan tidak dituliskan lagi.
Teorema 1. Misal G, H dua buah grup dan φ : G → H sebuah homomorfisma. Hal
berikut ini benar.
a. Jika iG, iH masing-masing identitas di G dan H maka φ(iG) = iH,
b. Untuk sebarang g ∈ G maka φ(g−1
) = (φ(g))−1
,
c. Jika A subgrup dari G maka φ(A) subgrup dari H.
d. Jika B subgrup dari H maka φ−1
(B) merupakan subgrup dari G
e. Kernel dari φ merupakan subgrup dari G.
5
f. Sebarang x ∈ Ker(φ) dan g ∈ G maka gxg−1
∈ Ker(φ).
Bukti. Pembuktian akan diberikan untuk bagian [a.] dan [b.] saja dan yang lainnya
ditinggalkan sebagai latihan.
a. Ingat kembali sifat identitas yaitu iG = iGiG. Karena φ homomorfisma maka φ(iG) =
φ(iG)φ(iG). Hal ini hanya bisa terjadi untuk φ(iG) = iH.
b. Telah diketahui bahwa iG = gg−1
. Karena φ homomorfisma maka φ(iG) = φ(g)φ(g−1
).
Dari bagian [a.] didapat iH = φ(g)φ(g−1
). Dari persamaan terakhir ini diperoleh
φ(g−1
) = (φ(g))−1
.
Teorema 2. Misal G, H dua buah grup dan φ : G → H suatu isomorfisma. Pernyataan
berikut bernilai benar:
a. φ−1
: H → G merupakan sebuah isomorfisma.
b. |G| = |H|.
c. Jika G grup abelian maka H juga grup abelian.
d. Jika G grup siklis maka H juga grup siklis.
e. Jika G memiliki subgrup beroder n maka H juga memiliki subgrup yang berorder n
juga.
Bukti. Pernyataan [a.] dan [b.] bernilai benar sebagai konsekuensi logis dari φ isomor-
fisma (homomorfisma yang satu-satu dan pada).
Untuk membuktian bagian [c.] ambil h1, h2 di H. Karena φ bersifat onto maka ada g1, g2
di G sehingga φ(g1) = h1 dan φ(g2) = h2. Dari hubungan ini
h1h2 = φ(g1)φ(g2) = φ(g1g2) = φ(g2g1) = φ(g2)φ(g1) = h2h1.
Untuk membuktikan bagian [d.] perlu diingat kembali bahwa G = g suatu g ∈ G. Se-
lanjutnya tunjukkan bahwa H = φ(g) . Selanjutnya dimanfaatkan sifat isomorfismanya.
Bagian [e.] dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan [d.]. Pembuktian yang yang
lengkap ditinggalkan sebagai latihan.
Salah satu ciri grup siklis adalah adanya unsur pembangkit. Berikut ini diberikan
beberapa sifat berkenaan dengan grup siklis.
Teorema 3. Grup siklis berorder takhingga isomorfik dengan Z.
6
Bukti. Misal G = g dengan g ∈ G. Ide dasar dari pembuktian ini adalah dibentuknya
fungsi φ : Z → G dengan φ(n) = gn
. Selanjutnya harus ditunjukkan bahwa φ merupakan
isomorfisma. Ditinggalkan untuk latihan
Untuk grup yang unsurnya berhingga, isomorfismanya disampaikan dalam teorema
berikut ini.
Teorema 4. Jika G grup siklis beroder n maka G isomorfik dengan Zn
Ide bukti Teorema 4 yaitu dengan membentuk fungsi dengan domain Zn dan kodomain
G selanjutnya tunjukkan fungsi yang dibentuk tersebut merupakan isomorfisma. Lebih
spesifik jika grup berhingga dengan ordernya merupakan bilangan prima dinyatakan dalam
teorema akibat berikut ini.
Teorema akibat 1. Jika G grup beroder p dengan p merupakan bilangan prima maka G
isomorfik dengan Zp.
Untuk membuktikan Teorema Akibat 1 gunakan sifat sebarang unsur g ∈ G yang
bukan identitas merupakan pembangkit dari G. Selanjutnya gunakan Teorema 4.
Teorema 5. Isomorfisma grup merupakan relasi ekivalen pada kelas semua grup.
Perlu diingat kembali bahwa suatu relasi dikatakan relasi ekivalen jika bersifat refleksif,
simetris dan transitif. Dengan menunjukkan ketiga sifat tersebut pada isomorfisma grup
berarti telah membuktikan Teorema 5.
4 Latihan
1. Selidiki apakah untuk Z isomorfik dengan 3Z.
2. Untuk n = 0 selidiki apakah Z isomorfik dengan nZ.
3. Didefinisikan himpunan G = R − {−1} dengan operasinya a ∗ b = a + b + ab.
Tunjukkan apakah (G, ∗) merupakan grup apa bukan. Selanjutnya, jika merupakan
grup selidiki apakah isomorfik dengan grup bilangan riil yang tidak nol dengan
operasi perkalian.
4. Didefinisikan fungsi α : R∗
→ M∗
2(R) dengan α(a) =
1 0
0 a
, Selidiki apakah
fungsi α tersebut merupakan isomorfisma atau bukan. Jika ya tentukan kernel-nya.
7

More Related Content

What's hot

Sistem aksiomatik geometri
Sistem aksiomatik geometriSistem aksiomatik geometri
Sistem aksiomatik geometriHapizahFKIP
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Rpp Teorema Pythagoras K-13
Rpp Teorema Pythagoras K-13Rpp Teorema Pythagoras K-13
Rpp Teorema Pythagoras K-13tolaoke
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
RPP Matematika Kelas VII Operasi Bentuk Aljabar
RPP Matematika Kelas VII Operasi Bentuk AljabarRPP Matematika Kelas VII Operasi Bentuk Aljabar
RPP Matematika Kelas VII Operasi Bentuk AljabarDuano Nusantara
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriNia Matus
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum Rossi Fauzi
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 05
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 05Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 05
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 05KuliahKita
 
Lks TEOREMA PYTHAGORAS
Lks TEOREMA PYTHAGORASLks TEOREMA PYTHAGORAS
Lks TEOREMA PYTHAGORASElga Dion
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grupchikarahayu
 
Grup simetri dan grup siklik
Grup simetri dan grup siklikGrup simetri dan grup siklik
Grup simetri dan grup siklikSholiha Nurwulan
 
8.3.12 rpp statistika (fitriyah)
8.3.12 rpp statistika (fitriyah)8.3.12 rpp statistika (fitriyah)
8.3.12 rpp statistika (fitriyah)Fitriyah Pipit
 

What's hot (20)

Sistem aksiomatik geometri
Sistem aksiomatik geometriSistem aksiomatik geometri
Sistem aksiomatik geometri
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Rpp Teorema Pythagoras K-13
Rpp Teorema Pythagoras K-13Rpp Teorema Pythagoras K-13
Rpp Teorema Pythagoras K-13
 
Rpp fungsi linear
Rpp fungsi linearRpp fungsi linear
Rpp fungsi linear
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
RPP Matematika Kelas VII Operasi Bentuk Aljabar
RPP Matematika Kelas VII Operasi Bentuk AljabarRPP Matematika Kelas VII Operasi Bentuk Aljabar
RPP Matematika Kelas VII Operasi Bentuk Aljabar
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 05
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 05Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 05
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 05
 
Lks TEOREMA PYTHAGORAS
Lks TEOREMA PYTHAGORASLks TEOREMA PYTHAGORAS
Lks TEOREMA PYTHAGORAS
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Koset
KosetKoset
Koset
 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grup
 
Grup simetri dan grup siklik
Grup simetri dan grup siklikGrup simetri dan grup siklik
Grup simetri dan grup siklik
 
8.3.12 rpp statistika (fitriyah)
8.3.12 rpp statistika (fitriyah)8.3.12 rpp statistika (fitriyah)
8.3.12 rpp statistika (fitriyah)
 
pewarnaan graf
pewarnaan grafpewarnaan graf
pewarnaan graf
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 

Similar to HOMOMORFISMA

Isomorfisma dan homomorfisma
Isomorfisma dan homomorfismaIsomorfisma dan homomorfisma
Isomorfisma dan homomorfismanazihah zuhrotun
 
Teorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasarTeorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasarCholid2
 
Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers
Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers
Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers Joey Leomanz B
 
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit FungsiBentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit FungsiReza Ferial Ashadi
 
Fancy Page with LaTeX
Fancy Page with LaTeX Fancy Page with LaTeX
Fancy Page with LaTeX Hirwanto Iwan
 
BAB 1 FUNGSI INVERS DAN KOMPOSISI FUNGSI.pptx
BAB 1 FUNGSI INVERS DAN KOMPOSISI FUNGSI.pptxBAB 1 FUNGSI INVERS DAN KOMPOSISI FUNGSI.pptx
BAB 1 FUNGSI INVERS DAN KOMPOSISI FUNGSI.pptxUmiLestari24
 

Similar to HOMOMORFISMA (15)

Teori grup
Teori grupTeori grup
Teori grup
 
Isomorfisma dan homomorfisma
Isomorfisma dan homomorfismaIsomorfisma dan homomorfisma
Isomorfisma dan homomorfisma
 
Teorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasarTeorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasar
 
Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers
Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers
Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers
 
Pertemuan 11 pengali lagrange
Pertemuan 11   pengali lagrangePertemuan 11   pengali lagrange
Pertemuan 11 pengali lagrange
 
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit FungsiBentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
Bentuk-Bentuk Tak Tentu Limit Fungsi
 
aturan pencarian turunan
aturan pencarian turunanaturan pencarian turunan
aturan pencarian turunan
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
05 Materi Subgrup.pdf
05 Materi Subgrup.pdf05 Materi Subgrup.pdf
05 Materi Subgrup.pdf
 
TEORI GRUP.pptx
TEORI GRUP.pptxTEORI GRUP.pptx
TEORI GRUP.pptx
 
Fancy Page with LaTeX
Fancy Page with LaTeX Fancy Page with LaTeX
Fancy Page with LaTeX
 
BAB 1 FUNGSI INVERS DAN KOMPOSISI FUNGSI.pptx
BAB 1 FUNGSI INVERS DAN KOMPOSISI FUNGSI.pptxBAB 1 FUNGSI INVERS DAN KOMPOSISI FUNGSI.pptx
BAB 1 FUNGSI INVERS DAN KOMPOSISI FUNGSI.pptx
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
operasi pada fungsi
operasi pada fungsioperasi pada fungsi
operasi pada fungsi
 

More from Yadi Pura

Permendikbud th. 2016 no. 022 ttg. standar proses dikdasmen
Permendikbud th. 2016 no. 022 ttg. standar proses dikdasmenPermendikbud th. 2016 no. 022 ttg. standar proses dikdasmen
Permendikbud th. 2016 no. 022 ttg. standar proses dikdasmenYadi Pura
 
Permendikbud th. 2016 no. 022 lampiran
Permendikbud th. 2016 no. 022   lampiranPermendikbud th. 2016 no. 022   lampiran
Permendikbud th. 2016 no. 022 lampiranYadi Pura
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Sk kriteria-kelulusan
Sk kriteria-kelulusanSk kriteria-kelulusan
Sk kriteria-kelulusanYadi Pura
 
Draf kriteria-lulus-2015
Draf kriteria-lulus-2015Draf kriteria-lulus-2015
Draf kriteria-lulus-2015Yadi Pura
 
Luas lingkaran (2)
Luas lingkaran (2)Luas lingkaran (2)
Luas lingkaran (2)Yadi Pura
 
Luas lingkaran1
Luas lingkaran1Luas lingkaran1
Luas lingkaran1Yadi Pura
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisYadi Pura
 
Kemampuan penalaran induktif
Kemampuan penalaran induktifKemampuan penalaran induktif
Kemampuan penalaran induktifYadi Pura
 
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalahKemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalahYadi Pura
 
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalahKemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalahYadi Pura
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif
Kemampuan berpikir kritis dan kreatifKemampuan berpikir kritis dan kreatif
Kemampuan berpikir kritis dan kreatifYadi Pura
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematikaKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematikaYadi Pura
 
Kreatif membelajarkan-matematika
Kreatif membelajarkan-matematikaKreatif membelajarkan-matematika
Kreatif membelajarkan-matematikaYadi Pura
 

More from Yadi Pura (18)

Permendikbud th. 2016 no. 022 ttg. standar proses dikdasmen
Permendikbud th. 2016 no. 022 ttg. standar proses dikdasmenPermendikbud th. 2016 no. 022 ttg. standar proses dikdasmen
Permendikbud th. 2016 no. 022 ttg. standar proses dikdasmen
 
Permendikbud th. 2016 no. 022 lampiran
Permendikbud th. 2016 no. 022   lampiranPermendikbud th. 2016 no. 022   lampiran
Permendikbud th. 2016 no. 022 lampiran
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Sk kriteria-kelulusan
Sk kriteria-kelulusanSk kriteria-kelulusan
Sk kriteria-kelulusan
 
Draf kriteria-lulus-2015
Draf kriteria-lulus-2015Draf kriteria-lulus-2015
Draf kriteria-lulus-2015
 
Luas lingkaran (2)
Luas lingkaran (2)Luas lingkaran (2)
Luas lingkaran (2)
 
Lingkaran1
Lingkaran1Lingkaran1
Lingkaran1
 
Luas lingkaran1
Luas lingkaran1Luas lingkaran1
Luas lingkaran1
 
Pythagoras
PythagorasPythagoras
Pythagoras
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
 
Kemampuan penalaran induktif
Kemampuan penalaran induktifKemampuan penalaran induktif
Kemampuan penalaran induktif
 
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalahKemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
 
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalahKemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif
Kemampuan berpikir kritis dan kreatifKemampuan berpikir kritis dan kreatif
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematikaKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika
 
Induktif
InduktifInduktif
Induktif
 
Kreatif membelajarkan-matematika
Kreatif membelajarkan-matematikaKreatif membelajarkan-matematika
Kreatif membelajarkan-matematika
 
Piaget
PiagetPiaget
Piaget
 

Recently uploaded

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Recently uploaded (20)

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

HOMOMORFISMA

  • 1. HOMOMORFISMA Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang email:ymcholily@gmail.com May 19, 2013 1
  • 2. Daftar Isi 1 Tujuan 3 2 Homomorfisma 3 3 Sifat-sifat Homomorfisma 5 4 Latihan 7 2
  • 3. 1 Tujuan Fungsi merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam mempelajari Matematika. Salah satu fungsi penting yang menjadi kajian kali ini dikenal dengan nama homomor- fisma. Dengan mempelajari materi pada modul ini diharapkan mahasiswa mampu: 1. menuliskan definisi homomorfisma, 2. menjelaskan pengertian homomorfisma, 3. memberikan contoh homomorfisma yang tidak sama dengan contoh di modul ini, 4. menuliskan definisi isomorfisma, 5. menjelaskan pengertian isomorfisma, 6. memberikan contoh isomorfisma yang tidak sama dengan contoh di modul ini, 7. menjelaskan pengertian kernel, 8. menentukan kernel suatu homomorfisma, 9. membuktikan teorema-teorema tentang homomorfisma. 2 Homomorfisma Kajian dalam sub bab ini difokuskan pada pembahasan tentang homomorfisma yaitu salah satu jenis fungsi yang mempunyai sifat mengawetkan operasi di dalam grupnya. Definisi 1. Misal (G, ∗) dan (H, ◦) merupakan dua buah grup. Sebuah fungsi φ : G → H disebut homomorfisma jika berlaku φ(x ∗ y) = φ(x) ◦ φ(y), untuk semua x, y di G. Sifat φ(x∗y) = φ(x)◦φ(y), dinamakan mengawetkan operasi artinya peta hasil operasi x∗y ∈ G sama dengan hasil operasi peta-petanya di H yaitu φ(x)◦φ(y). Untuk mendalami hal ini perhatikan kembali contoh-contoh berikut ini. Contoh 1. Misal G adalah sebarang grup dan g ∈ G serta grup bilangan bulat (Z, +). Didefinisikan suatu fungsi φ : Z → G 3
  • 4. dengan φ(n) = gn setiap n ∈ Z. Fungsi φ ini merupakan homomorfisma karena setiap m, n di Z berlaku: φ(m + n) = gm+n = gm gn = φ(m)φ(n). Contoh 2. Misal G adalah himpunan matriks 2 × 2 dengan determinan tidak nol dan R∗ himpunan bilangan riil tidak nol. Didefinisikan sebuah fungsi α : G → R∗ dengan α(A) = |A| untuk setiap A ∈ G. Sifat determinan menunjukkan bahwa |AB| = |A||B|, hal ini berarti fungsi α ini merupakan homomorfisma. Contoh 3. Perhatikan grup pada (Z4, +) dan grup ( i , ·) dengan i = {1, −1, i, −i} serta i2 = −1. Didefinisikan fungsi β : Z4 → i dengan β(n) = in untuk setiap n ∈ Z4. Dengan memperhatikan sifat β(m + n) = im+n = im · in = β(m) · β(n) maka β merupakan homomorfisma. Jika dikaji lebih dalam Contoh 3 lebih spesifik dibanding Contoh 1 maupun Contoh 2 hal ini dikarenakan contoh yang ketiga mempunyai sifat satu-satu dan pada. Homo- morfisma yang semacam ini dinamakan isomorfisma seperti diungkapkan dalam definisi berikut ini. Definisi 2. Misal (G, ∗) dan (H, ◦) dua buah grup. Sebuah fungsi φ : G → H disebut isomorfisma jika dan hanya jika φ merupakan homomorfisma dan bersifat satu-satu pada. Grup G dan H disebut isomorfik, dinotasikan dengan G ∼= H. Selain Contoh 3 di atas perhatikan contoh-contoh berikut ini yang merupakan isomor- fisma. Contoh 4. Perhatikan grup (Z, +) dan fungsi τ : Z → Z dengan τ(n) = 2n. Selidiki apakah fungsi τ merupakan isomorfisma atau bukan. Ambil m, n di Z. Menurut definisi: τ(m + n) = 2(m + n) = 2m + 2n = τ(m) + τ(n). Dari sini dapat disimpulkan bahwa τ merupakan homomorfisma. Selanjutnya dapat di- simpulkan juga bahwa τ merupakan fungsi satu-satu karena: τ(m) = τ(n) berakibat m = n. Pada sisi lain jika diambil 3 ∈ Z tidak n ∈ Z sehingga 2n = 3. Hal ini mengatakan bahwa τ bukan fungsi pada. Dari ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa τ bukan suatu isomorfisma. 4
  • 5. Contoh 5. Perhatikan dua buah grup (R, +) dan (R+ , ·). Selanjutnya didefinisikan fungsi ϕ : R → R+ dengan ϕ(x) = 2x . Untuk menunjukkan fungsi pada Contoh 3 suatu isomorfisma harus ditunjukkan tiga hal yaitu i) homomorfisma, ii) bersifat satu-satu, dan iii) bersifat pada. Ambil x, y di R. Dari definisi fungsi diperoleh hubungan ϕ(x + y) = 2x+y = 2x · 2y = ϕ(x) · ϕ(y). Hal ini menunjukkan bahwa ϕ merupakan homomorfisma. Selanjutnya dimisalkan bahwa ϕ(x) = ϕ(y) maka 2x = 2y yang berakibat x = y. Hal ini berarti ϕ merupakan fungsi satu-satu. Tinggal membuktikan ϕ fungsi pada. Ambil y ∈ R+ dan pilih x = log2(y). Dengan demikian ϕ(x) = 2x = y dan ini berarti ϕ merupakan fungsi pada. Dari ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi ϕ merupakan isomorfisma. Definisi 3. Misal φ : G → H suatu homomorfisma. Kernel dari φ dinotasikan dengan Ker(φ) adalah himpunan: Ker(φ) = {x ∈ G : φ(x) = iH}, dengan iH merupakan identitas H. Contoh 6. Perhatikan kembali Contoh 1-5, diperoleh kernel masing-masing fungsi adalah Ker(φ) = {n ∈ Z : gn = iG}, Ker(α) = {A ∈ G : |A| = 1}, Ker(β) = {[0]}, Ker(τ) = {0}, Ker(ϕ) = {0}. 3 Sifat-sifat Homomorfisma Pada pokok bahasan ini akan dikaji tentang sifat-sifat berkenaan dengan homomor- fisma/isomorfisma. Untuk pembahasan selanjutnya penulisan operasi pada masing-masing grup sudah dianggap tahu dan tidak dituliskan lagi. Teorema 1. Misal G, H dua buah grup dan φ : G → H sebuah homomorfisma. Hal berikut ini benar. a. Jika iG, iH masing-masing identitas di G dan H maka φ(iG) = iH, b. Untuk sebarang g ∈ G maka φ(g−1 ) = (φ(g))−1 , c. Jika A subgrup dari G maka φ(A) subgrup dari H. d. Jika B subgrup dari H maka φ−1 (B) merupakan subgrup dari G e. Kernel dari φ merupakan subgrup dari G. 5
  • 6. f. Sebarang x ∈ Ker(φ) dan g ∈ G maka gxg−1 ∈ Ker(φ). Bukti. Pembuktian akan diberikan untuk bagian [a.] dan [b.] saja dan yang lainnya ditinggalkan sebagai latihan. a. Ingat kembali sifat identitas yaitu iG = iGiG. Karena φ homomorfisma maka φ(iG) = φ(iG)φ(iG). Hal ini hanya bisa terjadi untuk φ(iG) = iH. b. Telah diketahui bahwa iG = gg−1 . Karena φ homomorfisma maka φ(iG) = φ(g)φ(g−1 ). Dari bagian [a.] didapat iH = φ(g)φ(g−1 ). Dari persamaan terakhir ini diperoleh φ(g−1 ) = (φ(g))−1 . Teorema 2. Misal G, H dua buah grup dan φ : G → H suatu isomorfisma. Pernyataan berikut bernilai benar: a. φ−1 : H → G merupakan sebuah isomorfisma. b. |G| = |H|. c. Jika G grup abelian maka H juga grup abelian. d. Jika G grup siklis maka H juga grup siklis. e. Jika G memiliki subgrup beroder n maka H juga memiliki subgrup yang berorder n juga. Bukti. Pernyataan [a.] dan [b.] bernilai benar sebagai konsekuensi logis dari φ isomor- fisma (homomorfisma yang satu-satu dan pada). Untuk membuktian bagian [c.] ambil h1, h2 di H. Karena φ bersifat onto maka ada g1, g2 di G sehingga φ(g1) = h1 dan φ(g2) = h2. Dari hubungan ini h1h2 = φ(g1)φ(g2) = φ(g1g2) = φ(g2g1) = φ(g2)φ(g1) = h2h1. Untuk membuktikan bagian [d.] perlu diingat kembali bahwa G = g suatu g ∈ G. Se- lanjutnya tunjukkan bahwa H = φ(g) . Selanjutnya dimanfaatkan sifat isomorfismanya. Bagian [e.] dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan [d.]. Pembuktian yang yang lengkap ditinggalkan sebagai latihan. Salah satu ciri grup siklis adalah adanya unsur pembangkit. Berikut ini diberikan beberapa sifat berkenaan dengan grup siklis. Teorema 3. Grup siklis berorder takhingga isomorfik dengan Z. 6
  • 7. Bukti. Misal G = g dengan g ∈ G. Ide dasar dari pembuktian ini adalah dibentuknya fungsi φ : Z → G dengan φ(n) = gn . Selanjutnya harus ditunjukkan bahwa φ merupakan isomorfisma. Ditinggalkan untuk latihan Untuk grup yang unsurnya berhingga, isomorfismanya disampaikan dalam teorema berikut ini. Teorema 4. Jika G grup siklis beroder n maka G isomorfik dengan Zn Ide bukti Teorema 4 yaitu dengan membentuk fungsi dengan domain Zn dan kodomain G selanjutnya tunjukkan fungsi yang dibentuk tersebut merupakan isomorfisma. Lebih spesifik jika grup berhingga dengan ordernya merupakan bilangan prima dinyatakan dalam teorema akibat berikut ini. Teorema akibat 1. Jika G grup beroder p dengan p merupakan bilangan prima maka G isomorfik dengan Zp. Untuk membuktikan Teorema Akibat 1 gunakan sifat sebarang unsur g ∈ G yang bukan identitas merupakan pembangkit dari G. Selanjutnya gunakan Teorema 4. Teorema 5. Isomorfisma grup merupakan relasi ekivalen pada kelas semua grup. Perlu diingat kembali bahwa suatu relasi dikatakan relasi ekivalen jika bersifat refleksif, simetris dan transitif. Dengan menunjukkan ketiga sifat tersebut pada isomorfisma grup berarti telah membuktikan Teorema 5. 4 Latihan 1. Selidiki apakah untuk Z isomorfik dengan 3Z. 2. Untuk n = 0 selidiki apakah Z isomorfik dengan nZ. 3. Didefinisikan himpunan G = R − {−1} dengan operasinya a ∗ b = a + b + ab. Tunjukkan apakah (G, ∗) merupakan grup apa bukan. Selanjutnya, jika merupakan grup selidiki apakah isomorfik dengan grup bilangan riil yang tidak nol dengan operasi perkalian. 4. Didefinisikan fungsi α : R∗ → M∗ 2(R) dengan α(a) = 1 0 0 a , Selidiki apakah fungsi α tersebut merupakan isomorfisma atau bukan. Jika ya tentukan kernel-nya. 7