4. Indikasi pemberian obat melalui jalur
1. Pada seseorang dengan
intravena antara lain:
penyakit berat, pemberian
obat melalui intravena
langsung masuk ke dalam jalur
peredaran darah.
Misalnya pada kasus infeksi
bakteri dalam peredaran darah
(sepsis).
5. 2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas
Indikasi pemberian obat melalui jalur
oral (efektivitas dalam darah jika
intravena antara lain:
dimasukkan melalui mulut) yang terbatas.
Atau hanya tersedia dalam sediaan
intravena (sebagai obat suntik).
Misalnya antibiotika golongan
aminoglikosida yang susunan kimiawinya
“polications” dan sangat polar, sehingga
tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (di usus hingga sampai
masuk ke dalam darah). Maka harus
dimasukkan ke dalam pembuluh darah
langsung.
6. Indikasi pemberian obat melalui jalur
intravena antara lain:
3. Pasien tidak dapat minum obat karena
muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat (ada sumbatan di
saluran cerna atas).
Pada keadaan seperti ini, perlu
dipertimbangkan pemberian melalui
jalur lain seperti rektal (anus),
sublingual (di bawah lidah), subkutan
(di bawah kulit), dan intramuskular
(disuntikkan di otot).
7. Indikasi pemberian obat melalui jalur
intravena antara lain:
4. Kesadaran menurun dan
berisiko terjadi aspirasi
(tersedak—obat masuk ke
pernapasan), sehingga
pemberian melalui jalur lain
dipertimbangkan.
8. 5. Kadar puncak obat
Indikasi pemberian obat melalui jalur
intravena antara lain:
dalam darah perlu
segera dicapai,
sehingga diberikan
melalui injeksi bolus
(suntikan langsung
ke pembuluh balik
9. Indikasi pemberian obat melalui jalur
6. Peningkatan cepat konsentrasi obat
intravena antara lain:
dalam darah tercapai.
Misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam
nyawa, pada penderita diabetes mellitus.
Alasan ini juga sering digunakan
untuk pemberian antibiotika melalui
infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa
banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas
oral yang baik, dan mampu mencapai kadar
adekuat dalam darah untuk
membunuh bakteri.
15. • Incompabilitas Farmakologik,
jika 2 atau 3 jenis obat
diberikan bersamaan sehingga
menyebabkan antagonis atau
memberikan efek sinergis.
Antagonis, misalnya
16. • Incompabilitas Fisis, terjadi
perubahan penampakan
larutan larutan seperti
perubahan warna, kekeruhan
atau endapan, terbentuk gas,
dll.
17. • Incompabilitas kimiawi, yaitu
terjadi degradasi, hidrolisis,
oksidasi-reduksi, atau reaksi
kompleks, seperti perubahan
suasana asam-basa
larutan/sediaan.
18. ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan
asidosis) pada kondisi: gastroenteritis
akut, demam berdarah dengue
(DHF), luka bakar, syok hemoragik,
dehidrasi berat, trauma.
20. ASERING
Keunggulan:
• Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
• Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih
baik dibanding RL pada neonatus
• Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
• Mempunyai efek vasodilator
• Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada
1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk edema serebral
21. KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit
pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral
tidak memadai, demam)
22. KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
• Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup
untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan
oral terbatas
• Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
• Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
• Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
23. NS
Indikasi:
• Untuk resusitasi
• Kehilangan Na > Cl, misal diare
• Sindrom yang berkaitan dengan
kehilangan natrium (asidosis diabetikum,
insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
25. MARTOS-10
Indikasi:
• Suplai air dan karbohidrat secara parenteral
pada penderita diabetik
• Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi
eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat
dan defisiensi protein
• Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
• Mengandung 400 kcal/L
26. AMIPAREN
• Stres metabolik berat
• Luka bakar
• Infeksi berat
• Kwasiokor
• Pasca operasi
• Total Parenteral Nutrition
• Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
27. AMINOVEL-600
• Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
• Penderita GI yang dipuasakan
• Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal
luka bakar, trauma dan pasca operasi)
• Stres metabolik sedang
• Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30
tpm)
28. PAN-AMIN G
• Suplai asam amino pada hiponatremia
dan stres metabolik ringan
• Nitrisi dini pasca operasi
• Tifoid