SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETER
(AAS)
PENGANTAR
Pada spektrofotometer UV/Vis, absorpsi radiasi dilakukan oleh
molekul.
Pada AAS absorpsi radiasi dilakukan oleh atom-atom bebas.
Sampel diumpankan dalam fase cair.
Sampel padat dipreparasi agar menjadi larutan kemudian harus
diuapkan diikuti dengan disosiasi molekul untuk menghasilkan atom
bebas.
Cara kerja AAS pada prinsipnya sama dengan kerja
spektrofotometer UV/Vis.
AA-6200 Atomic Absorption Spectrophotometer
SHIMADZU
Schematic of an atomic-absorption experiment
Skema analisis dengan AAS
Guna AAS
Menganalisis kandungan logam-logam dalam suatu sampel.
Hampir semua jenis logam bisa dianalisis dengan AAS.
Gro
up
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Peri
od
1
1
H
2
He
2
3
Li
4
Be
5
B
6
C
7
N
8
O
9
F
10
Ne
3
11
Na
12
Mg
13
Al
14
Si
15
P
16
S
17
Cl
18
Ar
4
19
K
20
Ca
21
Sc
22
Ti
23
V
24
Cr
25
Mn
26
Fe
27
Co
28
Ni
29
Cu
30
Zn
31
Ga
32
Ge
33
As
34
Se
35
Br
36
Kr
5
37
Rb
38
Sr
39
Y
40
Zr
41
Nb
42
Mo
43
Tc
44
Ru
45
Rh
46
Pd
47
Ag
48
Cd
49
In
50
Sn
51
Sb
52
Te
53
I
54
Xe
6
55
Cs
56
Ba
*
71
Lu
72
Hf
73
Ta
74
W
75
Re
76
Os
77
Ir
78
Pt
79
Au
80
Hg
81
Tl
82
Pb
83
Bi
84
Po
85
At
86
Rn
7
87
Fr
88
Ra
**
103
Lr
104
Rf
105
Db
106
Sg
107
Bh
108
Hs
109
Mt
110
Ds
111
Rg
112
Uub
113
Uut
114
Uuq
115
Uup
116
Uuh
117
Uus
118
Uuo
ATOMISASI
 Cara mengatomkan unsur logam umumnya dengan
energi panas. Ada 2 cara yang bisa dipakai yaitu:
Flame atomization
Graphite furnace atomization
 Untuk menghasilkan uap teratomisasi yang optimum
maka suhu harus diatur dengan baik.
 Bila suhu terlalu tinggi maka sebagian atom terion
sehingga tidak bisa menyerap panjang gelombang yang
diharapkan.
Flame Atomization
Bahan bakar gas asetilen (C2H2) dan udara
(pengoksidasi). T (suhu) maksimal sekitar 2400oC.
T lebih tinggi udara diganti dengan N2O. Suhu yang
dicapai adalah antara 2800 – 3000oC.
Cara kerja:
Bahan bakar + pengoksidasi dimasukkan ke mixing
chamber melalui beberapa baffle (supaya pencampuran
sempurna)
Larutan sampel disuntikkan ke mixing chamber dengan
air jet, lalu sampai pada nyala api di burner akan
mengalami pengatoman
Kelemahan:
Kira-kira hanya 10% sampel yang teratomiosasi, sebagian
besar keluar melalui drain (di bagian bawah mixing chamber).
Waktu tinggal atom dalam nyala kira-kira hanya 10-5 – 10-4
detik.
Untuk analisis perlu sampel ± 20 mL.
Tidak cocok untuk trace element (elemen dengan jumlah
sangat sedikit dalam suatu sampel).
Tidak cocok untuk unsur-unsur yang volatil (contoh Hg) dan
metalloid (Contoh: Te, Se, As, Sb).
Fuel/oxidant Temperature, oC Velocity, cm/sec
CH4/air
CH4/O2
H2/air
C2H2/air
C2H2/O2
C2H2/N2O
1700 – 1900
2700 – 2800
2000 – 2100
2100 – 2400
3050 – 3150
2600 – 2800
39 – 43
370 – 390
300 – 440
158 – 266
1100 – 2480
285
Type of flame
Pada 1700 – 2400oC, hanya sampel yang mudah terdekomposisi
yang dapat teratomkan. Pada umumnya dekomposisi sampel perlu
temperatur yang lebih tinggi.
Kecepatan pembakaran (burning velocity) penting, karena nyala
yang stabil hanya diperoleh pada gas flame rate tertentu.
Kecepatan aliran gas harus mencapai kecepatan pembakaran.
Graphite Furnace Atomization
Sebagai tempat sampel digunakan tabung graphit dengan
diameter beberapa mm dan panjang kira-kira 1 cm.
Di bagian atas tabung ada lubang untuk memasukkan sampel.
Tabung dipanaskan dalam furnace dengan arus listrik. Kuat arus
yang digunakan ± 300 A dengan 10 V.
Untuk mencapai suhu 3000oC perlu 3 kW.
Keuntungan graphite furnace atomization antara lain:
Semua sampel teratomisasi
Waktu tinggal 10-3 – 10-2 detik
Sensitivitas pembacaan konsentrasi 1000x dari
sensitivitas pada sistem flame.
Volume sampel hanya beberapa mikroliter
Dapat untuk trace element, juga untuk unsur-unsur volatil.
Batas terkecil kemampuan pembacaan konsentrasi
sampel untuk logam-logam tertentu
Logam
Cara
pengatoman
Timbal
(Pb)
Tembaga
(Cu)
Arsen
(As)
Flame 0,10 mg/L 0,04 mg/L 0,4 mg/L
Graphite
furnace
0,07 0,09 0,26
L
g /
 L
g /
 L
g /

Sumber radiasi
Hollow cathode lamp yang terdiri atas sebuah
tabung gelas/kwarsa dengan 2 buah elektrode.
Lampu tabung katode tersedia untuk masing-
masing unsur logam.
Schematic of a hollow-cathode lamp
Pengukuran konsentrasi dengan AAS
Metode kurva kalibrasi
Metode penambahan/addisi standard
Metode pembacaan konsentrasi secara langsung
(pemakaian kurva kalibrasi)
Metode kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi diperlukan untuk memperoleh hubungan antara
konsentrasi dan absorbansi yang dibaca pada AAS. Cara ini
paling banyak digunakan.
Langkah-langkah:
1. Membuat larutan standard yang konsentrasinya diketahui
dengan pasti dengan cara mengencerkan larutan standard
pekat (titrisol/spektrosol) menggunakan DDW (deionized
distilled water) serta menyiapkan sampel.
2. Mengukur absorbansi larutan standar dan sampel dengan AAS.
3. Membuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan
absorbansi (kurva kalibrasi)
4. Membaca konsentrasi sampel pada kurva kalibrasi yang sudah
dibuat.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Conc / mg/l
Abs
Gambar 1. Kurva kalibrasi (hubungan antara konsentrasi dengan Absorbansi
Perlu diperhatikan:
Kurva standard harus linier
Konsentrasi sampel terletak pada kisaran kurva standard.
Kurva kalibrasi minimal 4 atau 5 titik.
Komposisi larutan standard sama dengan komposisi sampel.
Contoh: larutan standard Cu dalam air, sampel mengandung Cu, Pb, Ca
dalam air. Pb dan Ca menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran
akibat adanya interferensi.
Cara mencegah:
Pisahkan unsur yang akan ditentukan konsentrasinya
Hilangkan unsur-unsur yang dapat menyebabkan interferensi.
Jika unsur yang dapat menekan interferensi sudah diketahui,
maka tambahkan zat tersebut pada larutan.
Contoh:
Ca diinterferensi oleh adanya fosfat. Dengan menambahkan LaCl3 akan
membentuk kompleks lanthanum fosfat yang stabil, kalsiumnya dapat
direduksi menjadi atom Ca.
Metode penambahan standard/addisi standard
Metode ini dapat mengurangi kesalahan hasil pengukuran karena
adanya perbedaan komposisi antara larutan standard dan sampel.
Langkah-langkah penyiapan sampel:
Siapkan 5 buah labu takar dengan volume tertentu.
Isilah masing-masing labu dengan sampel dengan volume yang
sama.
Ke dalam 4 buah labu ditambahkan larutan standard dengan volume
yang berbeda.
Tambahkan DDW ke dalam semua labu sampai tanda garis, lalu
dikocok sampai homogen.
Ukurlah absorbansi masing-masing dengan AAS.
Buat kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi.
Kurva ini berupa garis lurus yang tidak melalui titik nol. Nilai
konsentrasi larutan yang diukur terletak pada sumbu x positif
dan negatif dengan skala yang sama. Nilai absorbansi
dicantumkan pada sumbu y. Buatlah kurva linier, lalu
perpanjang kurva sampai memotong nilai absorbansi sama
dengan 0. Titik potong garis dengan sumbu x, menunjukkan
konsentrasi larutan sampel (setelah dikalikan dengan
banyaknya pengenceran).
Yang perlu diperhatikan:
Kurva kalibrasi harus lurus
Konsentrasi larutan standard harus dekat dengan sampel
Metode pembacaan konsentrasi secara langsung
Langkah-langkah:
Membuat satu set larutan standard
Mengukur absorbansi masing-masing larutan
standard
Nilai absorbansi untuk masing-masing larutan
standard diset pada nilai konsentrasinya.
Jika AAS digunakan untuk mengukur absorbansi
sampel, maka nilai absorbansi dapat langsung
diubah ke bentuk konsentrasi (yang terbaca
langsung konsentrasi).
Yang perlu diperhatikan:
Hanya untuk daerah kurva kalibrasi yang lurus
Soal
Kandungan Fe dalam sampel air akan ditentukan dengan AAS memakai cara Adisi
Standard untuk meminimalkan adanya interferensi oleh unsur logam lain. Langkah yang
dilakukan adalah menyediakan 5 buah labu takar yang volumenya 50 mL. Ke dalam
masing-masing labu takar ditambahkan sampel air sebanyak 10 mL. Ke dalam labu I
ditambahkan DDW (deionized distilled water) sampai tanda garis. Ke dalam labu II, III, IV,
dan V berturut-turut dimasukkan 1 mL, 5 mL, 10 mL, dan 20 mL larutan standard Fe 100
ppm dan selanjutnya ditambahkan DDW sampai tanda garis. Setelah dikocok sampai
homogen, masing-masing larutan dalam labu ditentukan absorbansinya pada panjang
gelombang 248,3 nm. Hasil pembacaan dengan AAS adalah sebagai berikut:
Berapakah konsentrasi Fe dalam sampel itu? (gambarkan grafik konsentrasi vs
abosrbansi).
Labu no. Absorbansi
I
II
III
IV
V
0,02
0,04
0,12
0,22
0,42
Penyiapan sampel
Bila sampel hasil percobaan berbentuk padat, maka
sampel harus disiapkan agar bisa dianalisis dengan AAS.
Cara yang dapat digunakan untuk menyiapkan
sampel a.l:
Pelarutan asam
Peleburan
Pelarutan bertekanan
Pengabuan kering
Pelarutan dengan oven microwave
Pelarutan dengan asam
Jenis asam yang digunakan tergantung pada logam
yang akan dilarutkan.
Logam Jenis asam
Sebagian besar logam HCl, HNO3, air raja (HCl:HNO3=3:1)
Sampel biologi Asam perkhlorat, H2SO4
Ikatan silikat pada
sampel geologi
HCl
Pelarut grade analar sudah cukup baik.
Pelarutan dalam gelas pyrex, tetapi jika asam
fluorida sebagai pelarut, maka harus digunakan
wadah yang berlapis teflon atau platina.
Peleburan
Sampel + flux dilebur dalam krus dengan nyala pada suhu
tinggi. Flux untuk menghindari terbentuknya oksida logam.
Leburan diekstrak dengan air atau asam.
Flux : - Na2CO3 untuk sampel dengan kadar S tinggi
- Natrium tetraborat/ lithium metaborat untuk sampel
yang mengandung banyak silikon.
- Natrium bifluorida
- Yang banyak dipakai yaitu Natrium peroxida
Cara ini sering digabung dengan pelarutan dengan asam.
Kelemahan : mungkin terbentuk garam yang dapat
mengganggu pengukuran dengan AAS.
Pelarutan bertekanan
Untuk sampel yang mudah menguap.
Sampel ditutup rapat dalam parr bomb bersama dengan
asam, lalu diset pada 150oC pada tekanan tinggi selama 1
malam.
Biasanya untuk Hg dan silikon.
Pengabuan kering
Untuk sampel dengan kadar C tinggi (batubara, resin).
Sampel dipanaskan dalam oven sampai senyawa
organiknya terbakar.
Untuk menghindari hilangnya senyawa volatil sering
ditambah magnesium nitrat.
Residu dilarutkan dalam HCl atau HNO3.
Pelarutan dengan oven microwave
Waktu singkat.
Sampel dimasukkan wadah polikarbonat/ teflon ditutup
rapat lalu masukkan di microwave.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada besar
kecilnya absorbansi pada pengukuran dg flame
atomization AAS
1. Panjang gelombang sinar
2. Kuat arus lampu
Kepekaan absorbansi berkurang dengan meningkatnya
kuat arus lampu. Kuat arus yang rendah akan
memperpanjang umur lampu, karena itu sebaiknya
pengukuran dilakukan pada kuat arus rendah.
3. Kondisi nyala burner
Suhu nyala burner dapat diatur dengan memilih kombinasi bahan bakar
dengan oksidan yang sesuai dengan suhu atomisasi unsur yang akan
diukur.
4. Laju alir bahan bakar
Untuk beberapa unsur:
kecepatan aliran gas C2H2 > kepekaan pengukuran >, tetapi ada juga
kecepatan aliran gas C2H2 < kepekaan pengukuran >.
5. Ketinggian burner juga mempengaruhi kepekaan pembacaan
absorbansi. Perlu dipilih tinggi burner optimum agar kepekaan pembacaan
absorbansi tinggi.
6. Posisi sudut burner head terhadap arah lintasan sinar
dari lampu
Jika burner head diputar 90o terhadap arah lintasan sinar,
kepekaan berkurang 1/10 atau 1/20 tergantung unsur
yang dianalisis.
Kepekaan pembacaan absorbansi pada analisis dengan
metode flame dapat ditingkatkan dengan STAT (slotted
Tube Atom Trap)
Contoh: Batas deteksi kadar Pb tanpa STAT 0,1 mg/L
dan dengan STAT 7,35 .
L
g /


More Related Content

What's hot

What's hot (20)

KOMPLEKSOMETRI
KOMPLEKSOMETRIKOMPLEKSOMETRI
KOMPLEKSOMETRI
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
 
Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)
 
anorganik Belerang
anorganik Belerang anorganik Belerang
anorganik Belerang
 
Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri
 
Titrasi asam basa
Titrasi asam basaTitrasi asam basa
Titrasi asam basa
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
 
Ir dan ftir
Ir dan ftirIr dan ftir
Ir dan ftir
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum Konduktometri
 
Laporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetriLaporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetri
 
Spektro uv-vis
Spektro uv-visSpektro uv-vis
Spektro uv-vis
 
Analisis kation dan anion
Analisis kation dan anionAnalisis kation dan anion
Analisis kation dan anion
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 
Titrasi argentrometri
Titrasi argentrometriTitrasi argentrometri
Titrasi argentrometri
 
Analisis kualitatif anorganik
Analisis kualitatif anorganikAnalisis kualitatif anorganik
Analisis kualitatif anorganik
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 

Similar to OPTIMASI AAS

Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomqlp
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformqlp
 
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganLaporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganNita Mardiana
 
spektokopi serapan atom (aas)
spektokopi serapan atom (aas)spektokopi serapan atom (aas)
spektokopi serapan atom (aas)voni cherli
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriRidha Faturachmi
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptpembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptrainahalimah
 
Soal un-2013-pembahasannya
Soal un-2013-pembahasannyaSoal un-2013-pembahasannya
Soal un-2013-pembahasannyaAbdi Walikram R
 
Analisis titrimetri (1)
Analisis titrimetri (1)Analisis titrimetri (1)
Analisis titrimetri (1)GeriSetiawan2
 
Soal Ujian Nasional Kimia 2018
Soal Ujian Nasional Kimia 2018Soal Ujian Nasional Kimia 2018
Soal Ujian Nasional Kimia 2018dasi anto
 
Makalah Analisis Volumetri
Makalah Analisis VolumetriMakalah Analisis Volumetri
Makalah Analisis VolumetriDhanti Utari
 
Soal UN 2013 Pembahasan
Soal UN 2013 PembahasanSoal UN 2013 Pembahasan
Soal UN 2013 PembahasanNuroh Bahriya
 
Titrasi Pengendapan.pptx
Titrasi Pengendapan.pptxTitrasi Pengendapan.pptx
Titrasi Pengendapan.pptxErmanSuwardi
 

Similar to OPTIMASI AAS (20)

Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
SNI pb 2009.pdf
SNI pb 2009.pdfSNI pb 2009.pdf
SNI pb 2009.pdf
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganLaporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
Alkalimetri
 
Aas
AasAas
Aas
 
spektokopi serapan atom (aas)
spektokopi serapan atom (aas)spektokopi serapan atom (aas)
spektokopi serapan atom (aas)
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Modul praktikum elektrometri
Modul praktikum elektrometriModul praktikum elektrometri
Modul praktikum elektrometri
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum Asidimetri
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptpembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
 
Soal un-2013-pembahasannya
Soal un-2013-pembahasannyaSoal un-2013-pembahasannya
Soal un-2013-pembahasannya
 
Analisis titrimetri (1)
Analisis titrimetri (1)Analisis titrimetri (1)
Analisis titrimetri (1)
 
Soal Ujian Nasional Kimia 2018
Soal Ujian Nasional Kimia 2018Soal Ujian Nasional Kimia 2018
Soal Ujian Nasional Kimia 2018
 
Makalah Analisis Volumetri
Makalah Analisis VolumetriMakalah Analisis Volumetri
Makalah Analisis Volumetri
 
Soal UN 2013 Pembahasan
Soal UN 2013 PembahasanSoal UN 2013 Pembahasan
Soal UN 2013 Pembahasan
 
Titrasi Pengendapan.pptx
Titrasi Pengendapan.pptxTitrasi Pengendapan.pptx
Titrasi Pengendapan.pptx
 

More from Yusrizal Azmi

Fourier Transform Infrared Spectrophotometer
Fourier Transform Infrared SpectrophotometerFourier Transform Infrared Spectrophotometer
Fourier Transform Infrared SpectrophotometerYusrizal Azmi
 
Hydride Generation Atomic Absorption Spectrophotometer
Hydride Generation Atomic Absorption SpectrophotometerHydride Generation Atomic Absorption Spectrophotometer
Hydride Generation Atomic Absorption SpectrophotometerYusrizal Azmi
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerYusrizal Azmi
 
Absorpsi Radiasi Elektromagnetik
Absorpsi Radiasi ElektromagnetikAbsorpsi Radiasi Elektromagnetik
Absorpsi Radiasi ElektromagnetikYusrizal Azmi
 
Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Radiasi Gelombang ElektromagnetikRadiasi Gelombang Elektromagnetik
Radiasi Gelombang ElektromagnetikYusrizal Azmi
 
Perhitungan Listrik 1 Fase dan Perbaikan Faktor Daya
Perhitungan Listrik 1 Fase dan Perbaikan Faktor DayaPerhitungan Listrik 1 Fase dan Perbaikan Faktor Daya
Perhitungan Listrik 1 Fase dan Perbaikan Faktor DayaYusrizal Azmi
 
Listrik 1 Fase dan Fasor
Listrik 1 Fase dan FasorListrik 1 Fase dan Fasor
Listrik 1 Fase dan FasorYusrizal Azmi
 
Macam-macam instalasi listrik rumah
Macam-macam instalasi listrik rumahMacam-macam instalasi listrik rumah
Macam-macam instalasi listrik rumahYusrizal Azmi
 
Electrical Hazard & Safety
Electrical Hazard & SafetyElectrical Hazard & Safety
Electrical Hazard & SafetyYusrizal Azmi
 

More from Yusrizal Azmi (17)

PGN.pptx
PGN.pptxPGN.pptx
PGN.pptx
 
HPLC.PDF
HPLC.PDFHPLC.PDF
HPLC.PDF
 
Fourier Transform Infrared Spectrophotometer
Fourier Transform Infrared SpectrophotometerFourier Transform Infrared Spectrophotometer
Fourier Transform Infrared Spectrophotometer
 
Hydride Generation Atomic Absorption Spectrophotometer
Hydride Generation Atomic Absorption SpectrophotometerHydride Generation Atomic Absorption Spectrophotometer
Hydride Generation Atomic Absorption Spectrophotometer
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
 
Spektrofotometer UV
Spektrofotometer UVSpektrofotometer UV
Spektrofotometer UV
 
Absorpsi Radiasi Elektromagnetik
Absorpsi Radiasi ElektromagnetikAbsorpsi Radiasi Elektromagnetik
Absorpsi Radiasi Elektromagnetik
 
Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Radiasi Gelombang ElektromagnetikRadiasi Gelombang Elektromagnetik
Radiasi Gelombang Elektromagnetik
 
Mass Spectrometry
Mass SpectrometryMass Spectrometry
Mass Spectrometry
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
Benzene Homolog
Benzene HomologBenzene Homolog
Benzene Homolog
 
Aromatik Halogen
Aromatik HalogenAromatik Halogen
Aromatik Halogen
 
Perhitungan Listrik 1 Fase dan Perbaikan Faktor Daya
Perhitungan Listrik 1 Fase dan Perbaikan Faktor DayaPerhitungan Listrik 1 Fase dan Perbaikan Faktor Daya
Perhitungan Listrik 1 Fase dan Perbaikan Faktor Daya
 
Listrik 1 Fase dan Fasor
Listrik 1 Fase dan FasorListrik 1 Fase dan Fasor
Listrik 1 Fase dan Fasor
 
Macam-macam instalasi listrik rumah
Macam-macam instalasi listrik rumahMacam-macam instalasi listrik rumah
Macam-macam instalasi listrik rumah
 
Electrical Hazard & Safety
Electrical Hazard & SafetyElectrical Hazard & Safety
Electrical Hazard & Safety
 

Recently uploaded

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 

Recently uploaded (9)

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 

OPTIMASI AAS

  • 1. ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETER (AAS) PENGANTAR Pada spektrofotometer UV/Vis, absorpsi radiasi dilakukan oleh molekul. Pada AAS absorpsi radiasi dilakukan oleh atom-atom bebas. Sampel diumpankan dalam fase cair. Sampel padat dipreparasi agar menjadi larutan kemudian harus diuapkan diikuti dengan disosiasi molekul untuk menghasilkan atom bebas. Cara kerja AAS pada prinsipnya sama dengan kerja spektrofotometer UV/Vis.
  • 2. AA-6200 Atomic Absorption Spectrophotometer SHIMADZU
  • 3.
  • 4. Schematic of an atomic-absorption experiment
  • 6. Guna AAS Menganalisis kandungan logam-logam dalam suatu sampel. Hampir semua jenis logam bisa dianalisis dengan AAS. Gro up 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Peri od 1 1 H 2 He 2 3 Li 4 Be 5 B 6 C 7 N 8 O 9 F 10 Ne 3 11 Na 12 Mg 13 Al 14 Si 15 P 16 S 17 Cl 18 Ar 4 19 K 20 Ca 21 Sc 22 Ti 23 V 24 Cr 25 Mn 26 Fe 27 Co 28 Ni 29 Cu 30 Zn 31 Ga 32 Ge 33 As 34 Se 35 Br 36 Kr 5 37 Rb 38 Sr 39 Y 40 Zr 41 Nb 42 Mo 43 Tc 44 Ru 45 Rh 46 Pd 47 Ag 48 Cd 49 In 50 Sn 51 Sb 52 Te 53 I 54 Xe 6 55 Cs 56 Ba * 71 Lu 72 Hf 73 Ta 74 W 75 Re 76 Os 77 Ir 78 Pt 79 Au 80 Hg 81 Tl 82 Pb 83 Bi 84 Po 85 At 86 Rn 7 87 Fr 88 Ra ** 103 Lr 104 Rf 105 Db 106 Sg 107 Bh 108 Hs 109 Mt 110 Ds 111 Rg 112 Uub 113 Uut 114 Uuq 115 Uup 116 Uuh 117 Uus 118 Uuo
  • 7. ATOMISASI  Cara mengatomkan unsur logam umumnya dengan energi panas. Ada 2 cara yang bisa dipakai yaitu: Flame atomization Graphite furnace atomization  Untuk menghasilkan uap teratomisasi yang optimum maka suhu harus diatur dengan baik.  Bila suhu terlalu tinggi maka sebagian atom terion sehingga tidak bisa menyerap panjang gelombang yang diharapkan.
  • 8. Flame Atomization Bahan bakar gas asetilen (C2H2) dan udara (pengoksidasi). T (suhu) maksimal sekitar 2400oC. T lebih tinggi udara diganti dengan N2O. Suhu yang dicapai adalah antara 2800 – 3000oC. Cara kerja: Bahan bakar + pengoksidasi dimasukkan ke mixing chamber melalui beberapa baffle (supaya pencampuran sempurna) Larutan sampel disuntikkan ke mixing chamber dengan air jet, lalu sampai pada nyala api di burner akan mengalami pengatoman
  • 9. Kelemahan: Kira-kira hanya 10% sampel yang teratomiosasi, sebagian besar keluar melalui drain (di bagian bawah mixing chamber). Waktu tinggal atom dalam nyala kira-kira hanya 10-5 – 10-4 detik. Untuk analisis perlu sampel ± 20 mL. Tidak cocok untuk trace element (elemen dengan jumlah sangat sedikit dalam suatu sampel). Tidak cocok untuk unsur-unsur yang volatil (contoh Hg) dan metalloid (Contoh: Te, Se, As, Sb).
  • 10. Fuel/oxidant Temperature, oC Velocity, cm/sec CH4/air CH4/O2 H2/air C2H2/air C2H2/O2 C2H2/N2O 1700 – 1900 2700 – 2800 2000 – 2100 2100 – 2400 3050 – 3150 2600 – 2800 39 – 43 370 – 390 300 – 440 158 – 266 1100 – 2480 285 Type of flame
  • 11. Pada 1700 – 2400oC, hanya sampel yang mudah terdekomposisi yang dapat teratomkan. Pada umumnya dekomposisi sampel perlu temperatur yang lebih tinggi. Kecepatan pembakaran (burning velocity) penting, karena nyala yang stabil hanya diperoleh pada gas flame rate tertentu. Kecepatan aliran gas harus mencapai kecepatan pembakaran. Graphite Furnace Atomization Sebagai tempat sampel digunakan tabung graphit dengan diameter beberapa mm dan panjang kira-kira 1 cm. Di bagian atas tabung ada lubang untuk memasukkan sampel. Tabung dipanaskan dalam furnace dengan arus listrik. Kuat arus yang digunakan ± 300 A dengan 10 V. Untuk mencapai suhu 3000oC perlu 3 kW.
  • 12. Keuntungan graphite furnace atomization antara lain: Semua sampel teratomisasi Waktu tinggal 10-3 – 10-2 detik Sensitivitas pembacaan konsentrasi 1000x dari sensitivitas pada sistem flame. Volume sampel hanya beberapa mikroliter Dapat untuk trace element, juga untuk unsur-unsur volatil.
  • 13. Batas terkecil kemampuan pembacaan konsentrasi sampel untuk logam-logam tertentu Logam Cara pengatoman Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Arsen (As) Flame 0,10 mg/L 0,04 mg/L 0,4 mg/L Graphite furnace 0,07 0,09 0,26 L g /  L g /  L g / 
  • 14. Sumber radiasi Hollow cathode lamp yang terdiri atas sebuah tabung gelas/kwarsa dengan 2 buah elektrode. Lampu tabung katode tersedia untuk masing- masing unsur logam. Schematic of a hollow-cathode lamp
  • 15. Pengukuran konsentrasi dengan AAS Metode kurva kalibrasi Metode penambahan/addisi standard Metode pembacaan konsentrasi secara langsung (pemakaian kurva kalibrasi)
  • 16. Metode kurva kalibrasi Kurva kalibrasi diperlukan untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yang dibaca pada AAS. Cara ini paling banyak digunakan. Langkah-langkah: 1. Membuat larutan standard yang konsentrasinya diketahui dengan pasti dengan cara mengencerkan larutan standard pekat (titrisol/spektrosol) menggunakan DDW (deionized distilled water) serta menyiapkan sampel. 2. Mengukur absorbansi larutan standar dan sampel dengan AAS. 3. Membuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi (kurva kalibrasi) 4. Membaca konsentrasi sampel pada kurva kalibrasi yang sudah dibuat.
  • 17. 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Conc / mg/l Abs Gambar 1. Kurva kalibrasi (hubungan antara konsentrasi dengan Absorbansi Perlu diperhatikan: Kurva standard harus linier Konsentrasi sampel terletak pada kisaran kurva standard. Kurva kalibrasi minimal 4 atau 5 titik. Komposisi larutan standard sama dengan komposisi sampel.
  • 18. Contoh: larutan standard Cu dalam air, sampel mengandung Cu, Pb, Ca dalam air. Pb dan Ca menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran akibat adanya interferensi. Cara mencegah: Pisahkan unsur yang akan ditentukan konsentrasinya Hilangkan unsur-unsur yang dapat menyebabkan interferensi. Jika unsur yang dapat menekan interferensi sudah diketahui, maka tambahkan zat tersebut pada larutan. Contoh: Ca diinterferensi oleh adanya fosfat. Dengan menambahkan LaCl3 akan membentuk kompleks lanthanum fosfat yang stabil, kalsiumnya dapat direduksi menjadi atom Ca.
  • 19. Metode penambahan standard/addisi standard Metode ini dapat mengurangi kesalahan hasil pengukuran karena adanya perbedaan komposisi antara larutan standard dan sampel. Langkah-langkah penyiapan sampel: Siapkan 5 buah labu takar dengan volume tertentu. Isilah masing-masing labu dengan sampel dengan volume yang sama. Ke dalam 4 buah labu ditambahkan larutan standard dengan volume yang berbeda. Tambahkan DDW ke dalam semua labu sampai tanda garis, lalu dikocok sampai homogen. Ukurlah absorbansi masing-masing dengan AAS. Buat kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi.
  • 20.
  • 21. Kurva ini berupa garis lurus yang tidak melalui titik nol. Nilai konsentrasi larutan yang diukur terletak pada sumbu x positif dan negatif dengan skala yang sama. Nilai absorbansi dicantumkan pada sumbu y. Buatlah kurva linier, lalu perpanjang kurva sampai memotong nilai absorbansi sama dengan 0. Titik potong garis dengan sumbu x, menunjukkan konsentrasi larutan sampel (setelah dikalikan dengan banyaknya pengenceran). Yang perlu diperhatikan: Kurva kalibrasi harus lurus Konsentrasi larutan standard harus dekat dengan sampel
  • 22.
  • 23. Metode pembacaan konsentrasi secara langsung Langkah-langkah: Membuat satu set larutan standard Mengukur absorbansi masing-masing larutan standard Nilai absorbansi untuk masing-masing larutan standard diset pada nilai konsentrasinya. Jika AAS digunakan untuk mengukur absorbansi sampel, maka nilai absorbansi dapat langsung diubah ke bentuk konsentrasi (yang terbaca langsung konsentrasi). Yang perlu diperhatikan: Hanya untuk daerah kurva kalibrasi yang lurus
  • 24. Soal Kandungan Fe dalam sampel air akan ditentukan dengan AAS memakai cara Adisi Standard untuk meminimalkan adanya interferensi oleh unsur logam lain. Langkah yang dilakukan adalah menyediakan 5 buah labu takar yang volumenya 50 mL. Ke dalam masing-masing labu takar ditambahkan sampel air sebanyak 10 mL. Ke dalam labu I ditambahkan DDW (deionized distilled water) sampai tanda garis. Ke dalam labu II, III, IV, dan V berturut-turut dimasukkan 1 mL, 5 mL, 10 mL, dan 20 mL larutan standard Fe 100 ppm dan selanjutnya ditambahkan DDW sampai tanda garis. Setelah dikocok sampai homogen, masing-masing larutan dalam labu ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang 248,3 nm. Hasil pembacaan dengan AAS adalah sebagai berikut: Berapakah konsentrasi Fe dalam sampel itu? (gambarkan grafik konsentrasi vs abosrbansi). Labu no. Absorbansi I II III IV V 0,02 0,04 0,12 0,22 0,42
  • 25. Penyiapan sampel Bila sampel hasil percobaan berbentuk padat, maka sampel harus disiapkan agar bisa dianalisis dengan AAS. Cara yang dapat digunakan untuk menyiapkan sampel a.l: Pelarutan asam Peleburan Pelarutan bertekanan Pengabuan kering Pelarutan dengan oven microwave
  • 26. Pelarutan dengan asam Jenis asam yang digunakan tergantung pada logam yang akan dilarutkan. Logam Jenis asam Sebagian besar logam HCl, HNO3, air raja (HCl:HNO3=3:1) Sampel biologi Asam perkhlorat, H2SO4 Ikatan silikat pada sampel geologi HCl Pelarut grade analar sudah cukup baik. Pelarutan dalam gelas pyrex, tetapi jika asam fluorida sebagai pelarut, maka harus digunakan wadah yang berlapis teflon atau platina.
  • 27. Peleburan Sampel + flux dilebur dalam krus dengan nyala pada suhu tinggi. Flux untuk menghindari terbentuknya oksida logam. Leburan diekstrak dengan air atau asam. Flux : - Na2CO3 untuk sampel dengan kadar S tinggi - Natrium tetraborat/ lithium metaborat untuk sampel yang mengandung banyak silikon. - Natrium bifluorida - Yang banyak dipakai yaitu Natrium peroxida Cara ini sering digabung dengan pelarutan dengan asam. Kelemahan : mungkin terbentuk garam yang dapat mengganggu pengukuran dengan AAS.
  • 28. Pelarutan bertekanan Untuk sampel yang mudah menguap. Sampel ditutup rapat dalam parr bomb bersama dengan asam, lalu diset pada 150oC pada tekanan tinggi selama 1 malam. Biasanya untuk Hg dan silikon. Pengabuan kering Untuk sampel dengan kadar C tinggi (batubara, resin). Sampel dipanaskan dalam oven sampai senyawa organiknya terbakar. Untuk menghindari hilangnya senyawa volatil sering ditambah magnesium nitrat. Residu dilarutkan dalam HCl atau HNO3.
  • 29. Pelarutan dengan oven microwave Waktu singkat. Sampel dimasukkan wadah polikarbonat/ teflon ditutup rapat lalu masukkan di microwave. Beberapa faktor yang berpengaruh pada besar kecilnya absorbansi pada pengukuran dg flame atomization AAS 1. Panjang gelombang sinar 2. Kuat arus lampu Kepekaan absorbansi berkurang dengan meningkatnya kuat arus lampu. Kuat arus yang rendah akan memperpanjang umur lampu, karena itu sebaiknya pengukuran dilakukan pada kuat arus rendah.
  • 30. 3. Kondisi nyala burner Suhu nyala burner dapat diatur dengan memilih kombinasi bahan bakar dengan oksidan yang sesuai dengan suhu atomisasi unsur yang akan diukur. 4. Laju alir bahan bakar Untuk beberapa unsur: kecepatan aliran gas C2H2 > kepekaan pengukuran >, tetapi ada juga kecepatan aliran gas C2H2 < kepekaan pengukuran >. 5. Ketinggian burner juga mempengaruhi kepekaan pembacaan absorbansi. Perlu dipilih tinggi burner optimum agar kepekaan pembacaan absorbansi tinggi.
  • 31. 6. Posisi sudut burner head terhadap arah lintasan sinar dari lampu Jika burner head diputar 90o terhadap arah lintasan sinar, kepekaan berkurang 1/10 atau 1/20 tergantung unsur yang dianalisis. Kepekaan pembacaan absorbansi pada analisis dengan metode flame dapat ditingkatkan dengan STAT (slotted Tube Atom Trap) Contoh: Batas deteksi kadar Pb tanpa STAT 0,1 mg/L dan dengan STAT 7,35 . L g / 