SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETER
SERAPAN ATOM

1
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY
(AAS)
 Metoda ini diperkenalkan oleh Walsh (Australia, 1955)
 Tujuan : Analisa Logam
 Keuntungan :
selektif,
sederhana
sensitif.

2
SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (AAS)
Prinsip AAS
Penyerapan energi radiasi oleh atom-atom netral dalam
keadaan gas
Tujuan :
Analisa renik logam
Keuntungan :
- Kepekaan yang tinggi (kurang dari 1 ppm)
- Relatif sederhana
- Untuk hal-hal tertentu dapat dilakukan analisis untuk
campuran logam tanpa pemisahan
3
DIAGRAM BLOK INSTRUMEN AAS

4
FLAME EMISSION SPECTROPHOTOMETRY (FES)
Prinsip FES
Nyala dari gas menyebabkan atom tereksitasi dari tingkat
dasar ke tingkat tereksitasi. Atom yang tereksitasi kembali
ke tingkat dasar dan mengemisikan sebagian atau seluruh
energi dalam bentuk radiasi. Radiasi yang diemisikan diukur
(Energi yang diemisikan sebanding dengan jumlah atom yang
dianalisa)  (Analisa kuantitatif)
Tingkat energi eksitasi adalah khas untuk atom unsur logam tertentu
sehingga radiasi yang diemisikan oleh atom unsur adalah khas pula
untuk logam bersangkutan  identifikasi (kualitatif)

5
KOMPONEN INSTRUMEN FES








Nyala
campuran gas bahan bakar dan gas udara dalam
perbandingan tertentu
Pengatur pembakar (Atomic Burner)
alat pembakar dan penyemprot cuplikan dalam nyala
Monokromator
merubah radiasi polikromatis menjadi monokromatis
Detektor
Amplifier

6
FUNGSI NYALA

-

Mengubah cuplikan dalam bentuk cairan dan
padat menjadi gas

-

Menguraikan senyawa bentuk molekul dan gas
menjadi molekul-molekul sederhana dan atom

-

Mengeksitasi atom kemudian mengemisikan
radiasi
7
PERISTIWA DALAM NYALA
1. Air dan pelarut menguap partikel- partikel padat halus
garam kering
2. Pada nyala yang tinggi partikel garam kering  uap garam
CaCl2 (s)  CaCl2 (g)
3. Molekul uap garam terdisosiasi atom-atom netral unsur
logam
CaCl2 (g)  Ca (g) + Cl (g)
4. Atom netral uap logam oleh energi nyala tereksitasi dari
tingkat dasar ketingkat energi lebih tinggi kemudian kembali
ke tingkat energi dasar dengan mengemisikan radiasi
8
PROSEDUR DESTRUKSI
1. Destruksi Basah :
Sampel organik di tambah asam mineral atau
campurannya (H2SO4, HNO3, dan HCLO4), panaskan
beberapa menit  sampel anorganik
2. Desruksi Kering (umum digunakan)
Sampel dalam krusibel , panaskan 500 -5500C, materi
organik anorganik dalam bentuk logam oksida.
Unsur C,H, N, S, Se, P,As,Sb,Ge,Ti,Hg dan halogen,
hilang dalam destruksi .

9
PENENTUAN LINIERITAS
KURVA KALIBTASI LOGAM TIMBAL (Pb)

 Pipet 10 ml larutan baku Pb (1000mcg/ml),masukkan
ke dalam labu tentukur 100 ml , tambah 10 ml HNO 3 5 N
(100 mcg/ml)
 Pipet, 0 ; 1 ; 2 ; 4 ; 6 dan 8 ml , masukkan ke dalam labu
tentukur 100 ml , tambah 10 ml HNO3 5 N, encerkan
dengan akuades sampai garis batas ( 0 ; 1 ; 2 ; 4 ; 6
dan 8 mcg/ml)

 Ukur pada panjang gelombang 283,10 nm

10
DATA KURVA KALIBTASI LOGAM Pb

No.

Konsentrasi
(mcg/ml)

Serapan
(A)

1.
2.

0
1

0.0000
0.0016

3.
4.

2
4

0.0032
0.0063

5
6.

6
8

0,0102
0,0131

11
PERHITUNGAN REGRESI
Konsentrasi
(X)

Absorbansi
(Y)

XY

X2

Y2

0

0,0000

0,0000

0

0,00000

1

0,0016

0,0016

1

0,00000256

2

0,0032

0,0064

4

0.00001024

4

0,0063

0.0252

16

0,00003969

6

0,0102

0,0612

36

0,00010404

8

0,0131

0,1048

64

0,00017161

∑X = 21
X = 3,5

∑Y=0,0344
Y = 0,00573

∑XY 0,1992 ∑X2 121 ∑Y2 0,00032814

Y = 0,00165895 X – 0,00007633
r = 0,9996

12
ANALISIS LOGAM Pb DALAM SAMPEL UDANG














Sampel dihaluskan, ditimbang 25g dalam krus porselen.
Keringkan diatas hot plate sampai mengarang
Masukkan ke dalam tanur suhu 250 0C
Temperatur dinaikkan 350 0C setiap kenaikan 500C.
Temperatur dinaikkan 5000C setiap kenaikan 750C
Diabukan selama 16 jam, Biarkan dingin1 jam
Krus porselen masukkan dalam desikator
Tambah 5 ml HNO3 5 N , keringkan diatas hot plate
Residu tambah 25 ml HNO3 5 N (melarutkan)
Masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml
Cuci residu dengan akuades 3 kali, masing2 dengan 5 ml
Encerkan dengan HNO 3 5 N ad 50 ml, saring dengan
kertas Whatman 40. Larutan diukur λ 283,10 nm

13
RUMUS PERHITUNGAN KADAR
 Konsentrasi logam (mcg/ml , ppm, mcg/g atau mg/kg ) dalam
sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi Y = aX + b

 Kadar logam di hitung dengan rumus :
Kadar (mcg/g)

=

C x V x Fp
W

C = Konsentrasi larutan sampel
V = Volume larutan sampel
Fp =Faktor pengenceran
W = Berat sampel

14
PERHITUNGAN KADAR Pb DALAM SAMPEL
Penimbangan
(g)

Absorbansi
(A)

Konsentrasi
(mcg/ml)

Kadar
(mcg/g)

25,0025

0,0031

1,9146

3,8288

25,0067

0,0026

1,7940

3,5870

25,0086

0,0030

1,8544

3,7075

25,0029

0,0030

1,8554

3,7083

25,0034

0,0030

1,8554

3.7082

25,0080

0,0034

2,0954

Kadar ratarata (mcg/g)

4,1894

3,8248

Persamaan regresi Y = 0,00165895 X – 0,00007633
0,0031 = 0,00165895 X – 0,00007633 = 1,9146 mcg/ml
Kadar (mcg/g) = (1,9146 mcg/ml x 50 ml x 1/ 25,0025 = 3,8288 mcg/g

15
UJI RECOVERY
 Sampel yang telah dihomogenkan, ditimbang 25 g dalam krus porselen
 Tambahkan 1 ml larutan baku timbal (50 mcg/ml)
Kadar pembanding Pb yang ditambahkan
50 mcg/ml
x 1ml = …………mcg/g
berat sampel (g)

 Prosedur selanjutnya dilakukan sama dengan prosedur sampel.
 Uji perolehan kembali:
Jumlah total Pb + baku – jumlah Pb dalam sampel
x 100 %
Jumlah Pb baku yang ditambahkan
16
DATA SERAPAN DAN KADAR SETELAH PENAMBAHAN
BAKU PEMBANDING LOGAM Pb
Absorbansi

Konsentrasi
(mcg/ml)

Kadar
(mcg/g)

0,0047

2,8791

5,7551

0,0046

2,8188

5,6348

0,0047

2,8791

5,7552

0,0046

2,8188

5,6347

0,0047

2,8791

5,7551

0,0047

2,8791

Kadar rata-rata
(mcg/g)

5,7549

5,7149

17
PERHITUNGAN UJI RECOVERY
Jumlah total Pb + baku Pb – jumlah Pb dalam sampel
x 100 %
Jumlah Pb baku yang ditambahkan
Kadar logam Pb yang ditambahkan = 50 mcg/ml
x 1 ml
25,0025 g
= 1,9989 mcg/g
% Recovery = 5,7149 – 3,8284
x 100 %
1,9989
= 94,38 %
18
GANGGUAN PADA AAS
 Gangguan (interference) :
Peristiwa yang menyebabkan pembacaan serapan yang dianalisis
menjadi lebih kecil atau besar dari nilai yang sesuai dengan
konsentrasinya dalam sampel.
Gangguan antara lain :
1. Berasal dari matriks sampel  mempengaruhi banyaknya sampel
yang mencapai nyala. Sifat2 matriks antara lain : Viskositas,
tegangan permukan, berat jenis dan tekanan uap.
2. Gangguan kimia  mempengaruhi jumlah atom netral yang
mencapai nyala , peristiwa ini disebabkan :
a. senyawa2 yang bersifat refraktorik dalam nyala , contoh oksidaoksida, garam fosfat, silkat, aluminat dan logam alkali tanah.
b. ionisasi atom-atom di dalam nyala  ok suhu atomisasi terlalu
tinggi (spektrum atom yang terionisasi tidak sama dengan atom
dalam keadaan netral.
3. Gangguan oleh serapan molekul yang tidak terdisosiasi dalam
nyala.

19
CARA - CARA MENGATASI GANGGUAN


1. Penggunaan nyala atau suhu atomisasi yang lebih tinggi  senyawa bereaksi
sempurna.
Pengaturan gas pembakar dan gas pengoksidasi, bila jumlah gas pembakar
berlebih  nyala akan bersifat mereduksi.
2. Penambahan senyawa penyangga (buffer-element).
contoh unsur penyangga, stronsium dan lantanium untuk penetapan ca bila
cuplikan terdapat fosfat  Ca-fosfat dan ini tidak mengganggu.
Nyala yang digunakan udara + asetilen tidak perlu menggunakan N2O + asetilen.
3. Mengekstraksi unsur yang dianalisis.
Contoh : analisis logam dalam jumlah sekelumit (trace analysis) dalam biji besi.
Besi dalam jumlah besar mengganggu proses penetapan kadar,diatasi dengan
ekstraksi dengan isobutil asetat.
4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption) mengatasinya
bekerja pada panjang gelombang besar dan suhu yang
lebih tinggi

20
CAMPURAN BAHAN BAKAR, OKSIDAN DAN TEMPERATUR NYALA
(Willard,1988)

Fuel

Oxidant

Temperature (0 C )

Acetylen
Acetylen

Air
Nitrous oxide

2400
2800

Acetylen
Hydrogen

Oxygen
Air

3140
2045

Hydrogen

Nitrous oxide

2690

Hydrogen

Oxygen

2660

Propane

Air

1925

21

More Related Content

What's hot

spektokopi serapan atom (aas)
spektokopi serapan atom (aas)spektokopi serapan atom (aas)
spektokopi serapan atom (aas)voni cherli
 
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN POTENSIOMETRI
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN POTENSIOMETRIPENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN POTENSIOMETRI
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN POTENSIOMETRIAnnie Rahmatillah
 
Titrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dllTitrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dllIkhsan Bz
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosawulannsftri
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatYasherly Amrina
 
Laporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetriLaporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetriDwi Karyani
 
Ppt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visPpt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visWidya Wirandika
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiBughis Berkata
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 
Atomic absorption spectrophotometry (aas)
Atomic absorption spectrophotometry (aas)Atomic absorption spectrophotometry (aas)
Atomic absorption spectrophotometry (aas)Ridwan Efendi
 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidHafni Zuhroh
 

What's hot (20)

spektokopi serapan atom (aas)
spektokopi serapan atom (aas)spektokopi serapan atom (aas)
spektokopi serapan atom (aas)
 
KOMPLEKSOMETRI
KOMPLEKSOMETRIKOMPLEKSOMETRI
KOMPLEKSOMETRI
 
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN POTENSIOMETRI
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN POTENSIOMETRIPENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN POTENSIOMETRI
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN POTENSIOMETRI
 
Titrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dllTitrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dll
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Spektro uv-vis-21
Spektro uv-vis-21Spektro uv-vis-21
Spektro uv-vis-21
 
Laporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetriLaporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetri
 
Lapres percobaan avogadro
Lapres percobaan avogadroLapres percobaan avogadro
Lapres percobaan avogadro
 
Spektroskopi NMR
Spektroskopi NMRSpektroskopi NMR
Spektroskopi NMR
 
Ppt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visPpt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv vis
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografi
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)Volumetri (Kimia Analitik)
Volumetri (Kimia Analitik)
 
Atomic absorption spectrophotometry (aas)
Atomic absorption spectrophotometry (aas)Atomic absorption spectrophotometry (aas)
Atomic absorption spectrophotometry (aas)
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehid
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 

Similar to Aas

Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomqlp
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Bab1 konsep kimia modern
Bab1 konsep kimia modernBab1 konsep kimia modern
Bab1 konsep kimia modernImo Priyanto
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerYusrizal Azmi
 
Perc 3 kuat medan ligan
Perc 3   kuat medan liganPerc 3   kuat medan ligan
Perc 3 kuat medan liganMartina Fajri
 
Materi 7. AAS AES.ppt
Materi 7. AAS AES.pptMateri 7. AAS AES.ppt
Materi 7. AAS AES.pptSanjayaBarata
 
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptpembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptrainahalimah
 
Bab1-Konsep Kimia Modern.pdf
Bab1-Konsep Kimia Modern.pdfBab1-Konsep Kimia Modern.pdf
Bab1-Konsep Kimia Modern.pdfsutarsi
 
2. gravimetri (1).pptx
2. gravimetri (1).pptx2. gravimetri (1).pptx
2. gravimetri (1).pptxHimpalaItenas
 
Analisis tanaman holtikultura (SMAKBO)
Analisis tanaman holtikultura (SMAKBO)Analisis tanaman holtikultura (SMAKBO)
Analisis tanaman holtikultura (SMAKBO)Carolina Silaen
 
Gravimetri revisi
Gravimetri revisiGravimetri revisi
Gravimetri revisigatotwah
 
Ppt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixPpt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixIsponi Umayah
 

Similar to Aas (20)

Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
9.AAS 2021.ppt
9.AAS 2021.ppt9.AAS 2021.ppt
9.AAS 2021.ppt
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
Bab1 konsep kimia modern
Bab1 konsep kimia modernBab1 konsep kimia modern
Bab1 konsep kimia modern
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
 
6.AAS.ppt
6.AAS.ppt6.AAS.ppt
6.AAS.ppt
 
Perc 3 kuat medan ligan
Perc 3   kuat medan liganPerc 3   kuat medan ligan
Perc 3 kuat medan ligan
 
Materi 7. AAS AES.ppt
Materi 7. AAS AES.pptMateri 7. AAS AES.ppt
Materi 7. AAS AES.ppt
 
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptpembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
 
Bab1-Konsep Kimia Modern.pdf
Bab1-Konsep Kimia Modern.pdfBab1-Konsep Kimia Modern.pdf
Bab1-Konsep Kimia Modern.pdf
 
Kd meeting 9 10
Kd meeting 9 10Kd meeting 9 10
Kd meeting 9 10
 
Aas 1
Aas 1Aas 1
Aas 1
 
Aas
AasAas
Aas
 
SNI pb 2009.pdf
SNI pb 2009.pdfSNI pb 2009.pdf
SNI pb 2009.pdf
 
2. gravimetri (1).pptx
2. gravimetri (1).pptx2. gravimetri (1).pptx
2. gravimetri (1).pptx
 
Analisis tanaman holtikultura (SMAKBO)
Analisis tanaman holtikultura (SMAKBO)Analisis tanaman holtikultura (SMAKBO)
Analisis tanaman holtikultura (SMAKBO)
 
Gravimetri revisi
Gravimetri revisiGravimetri revisi
Gravimetri revisi
 
Ppt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixPpt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fix
 

Aas

  • 2. ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY (AAS)  Metoda ini diperkenalkan oleh Walsh (Australia, 1955)  Tujuan : Analisa Logam  Keuntungan : selektif, sederhana sensitif. 2
  • 3. SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (AAS) Prinsip AAS Penyerapan energi radiasi oleh atom-atom netral dalam keadaan gas Tujuan : Analisa renik logam Keuntungan : - Kepekaan yang tinggi (kurang dari 1 ppm) - Relatif sederhana - Untuk hal-hal tertentu dapat dilakukan analisis untuk campuran logam tanpa pemisahan 3
  • 5. FLAME EMISSION SPECTROPHOTOMETRY (FES) Prinsip FES Nyala dari gas menyebabkan atom tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Atom yang tereksitasi kembali ke tingkat dasar dan mengemisikan sebagian atau seluruh energi dalam bentuk radiasi. Radiasi yang diemisikan diukur (Energi yang diemisikan sebanding dengan jumlah atom yang dianalisa)  (Analisa kuantitatif) Tingkat energi eksitasi adalah khas untuk atom unsur logam tertentu sehingga radiasi yang diemisikan oleh atom unsur adalah khas pula untuk logam bersangkutan  identifikasi (kualitatif) 5
  • 6. KOMPONEN INSTRUMEN FES      Nyala campuran gas bahan bakar dan gas udara dalam perbandingan tertentu Pengatur pembakar (Atomic Burner) alat pembakar dan penyemprot cuplikan dalam nyala Monokromator merubah radiasi polikromatis menjadi monokromatis Detektor Amplifier 6
  • 7. FUNGSI NYALA - Mengubah cuplikan dalam bentuk cairan dan padat menjadi gas - Menguraikan senyawa bentuk molekul dan gas menjadi molekul-molekul sederhana dan atom - Mengeksitasi atom kemudian mengemisikan radiasi 7
  • 8. PERISTIWA DALAM NYALA 1. Air dan pelarut menguap partikel- partikel padat halus garam kering 2. Pada nyala yang tinggi partikel garam kering  uap garam CaCl2 (s)  CaCl2 (g) 3. Molekul uap garam terdisosiasi atom-atom netral unsur logam CaCl2 (g)  Ca (g) + Cl (g) 4. Atom netral uap logam oleh energi nyala tereksitasi dari tingkat dasar ketingkat energi lebih tinggi kemudian kembali ke tingkat energi dasar dengan mengemisikan radiasi 8
  • 9. PROSEDUR DESTRUKSI 1. Destruksi Basah : Sampel organik di tambah asam mineral atau campurannya (H2SO4, HNO3, dan HCLO4), panaskan beberapa menit  sampel anorganik 2. Desruksi Kering (umum digunakan) Sampel dalam krusibel , panaskan 500 -5500C, materi organik anorganik dalam bentuk logam oksida. Unsur C,H, N, S, Se, P,As,Sb,Ge,Ti,Hg dan halogen, hilang dalam destruksi . 9
  • 10. PENENTUAN LINIERITAS KURVA KALIBTASI LOGAM TIMBAL (Pb)  Pipet 10 ml larutan baku Pb (1000mcg/ml),masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml , tambah 10 ml HNO 3 5 N (100 mcg/ml)  Pipet, 0 ; 1 ; 2 ; 4 ; 6 dan 8 ml , masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml , tambah 10 ml HNO3 5 N, encerkan dengan akuades sampai garis batas ( 0 ; 1 ; 2 ; 4 ; 6 dan 8 mcg/ml)  Ukur pada panjang gelombang 283,10 nm 10
  • 11. DATA KURVA KALIBTASI LOGAM Pb No. Konsentrasi (mcg/ml) Serapan (A) 1. 2. 0 1 0.0000 0.0016 3. 4. 2 4 0.0032 0.0063 5 6. 6 8 0,0102 0,0131 11
  • 13. ANALISIS LOGAM Pb DALAM SAMPEL UDANG             Sampel dihaluskan, ditimbang 25g dalam krus porselen. Keringkan diatas hot plate sampai mengarang Masukkan ke dalam tanur suhu 250 0C Temperatur dinaikkan 350 0C setiap kenaikan 500C. Temperatur dinaikkan 5000C setiap kenaikan 750C Diabukan selama 16 jam, Biarkan dingin1 jam Krus porselen masukkan dalam desikator Tambah 5 ml HNO3 5 N , keringkan diatas hot plate Residu tambah 25 ml HNO3 5 N (melarutkan) Masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml Cuci residu dengan akuades 3 kali, masing2 dengan 5 ml Encerkan dengan HNO 3 5 N ad 50 ml, saring dengan kertas Whatman 40. Larutan diukur λ 283,10 nm 13
  • 14. RUMUS PERHITUNGAN KADAR  Konsentrasi logam (mcg/ml , ppm, mcg/g atau mg/kg ) dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi Y = aX + b  Kadar logam di hitung dengan rumus : Kadar (mcg/g) = C x V x Fp W C = Konsentrasi larutan sampel V = Volume larutan sampel Fp =Faktor pengenceran W = Berat sampel 14
  • 15. PERHITUNGAN KADAR Pb DALAM SAMPEL Penimbangan (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (mcg/ml) Kadar (mcg/g) 25,0025 0,0031 1,9146 3,8288 25,0067 0,0026 1,7940 3,5870 25,0086 0,0030 1,8544 3,7075 25,0029 0,0030 1,8554 3,7083 25,0034 0,0030 1,8554 3.7082 25,0080 0,0034 2,0954 Kadar ratarata (mcg/g) 4,1894 3,8248 Persamaan regresi Y = 0,00165895 X – 0,00007633 0,0031 = 0,00165895 X – 0,00007633 = 1,9146 mcg/ml Kadar (mcg/g) = (1,9146 mcg/ml x 50 ml x 1/ 25,0025 = 3,8288 mcg/g 15
  • 16. UJI RECOVERY  Sampel yang telah dihomogenkan, ditimbang 25 g dalam krus porselen  Tambahkan 1 ml larutan baku timbal (50 mcg/ml) Kadar pembanding Pb yang ditambahkan 50 mcg/ml x 1ml = …………mcg/g berat sampel (g)  Prosedur selanjutnya dilakukan sama dengan prosedur sampel.  Uji perolehan kembali: Jumlah total Pb + baku – jumlah Pb dalam sampel x 100 % Jumlah Pb baku yang ditambahkan 16
  • 17. DATA SERAPAN DAN KADAR SETELAH PENAMBAHAN BAKU PEMBANDING LOGAM Pb Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml) Kadar (mcg/g) 0,0047 2,8791 5,7551 0,0046 2,8188 5,6348 0,0047 2,8791 5,7552 0,0046 2,8188 5,6347 0,0047 2,8791 5,7551 0,0047 2,8791 Kadar rata-rata (mcg/g) 5,7549 5,7149 17
  • 18. PERHITUNGAN UJI RECOVERY Jumlah total Pb + baku Pb – jumlah Pb dalam sampel x 100 % Jumlah Pb baku yang ditambahkan Kadar logam Pb yang ditambahkan = 50 mcg/ml x 1 ml 25,0025 g = 1,9989 mcg/g % Recovery = 5,7149 – 3,8284 x 100 % 1,9989 = 94,38 % 18
  • 19. GANGGUAN PADA AAS  Gangguan (interference) : Peristiwa yang menyebabkan pembacaan serapan yang dianalisis menjadi lebih kecil atau besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel. Gangguan antara lain : 1. Berasal dari matriks sampel  mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala. Sifat2 matriks antara lain : Viskositas, tegangan permukan, berat jenis dan tekanan uap. 2. Gangguan kimia  mempengaruhi jumlah atom netral yang mencapai nyala , peristiwa ini disebabkan : a. senyawa2 yang bersifat refraktorik dalam nyala , contoh oksidaoksida, garam fosfat, silkat, aluminat dan logam alkali tanah. b. ionisasi atom-atom di dalam nyala  ok suhu atomisasi terlalu tinggi (spektrum atom yang terionisasi tidak sama dengan atom dalam keadaan netral. 3. Gangguan oleh serapan molekul yang tidak terdisosiasi dalam nyala. 19
  • 20. CARA - CARA MENGATASI GANGGUAN  1. Penggunaan nyala atau suhu atomisasi yang lebih tinggi  senyawa bereaksi sempurna. Pengaturan gas pembakar dan gas pengoksidasi, bila jumlah gas pembakar berlebih  nyala akan bersifat mereduksi. 2. Penambahan senyawa penyangga (buffer-element). contoh unsur penyangga, stronsium dan lantanium untuk penetapan ca bila cuplikan terdapat fosfat  Ca-fosfat dan ini tidak mengganggu. Nyala yang digunakan udara + asetilen tidak perlu menggunakan N2O + asetilen. 3. Mengekstraksi unsur yang dianalisis. Contoh : analisis logam dalam jumlah sekelumit (trace analysis) dalam biji besi. Besi dalam jumlah besar mengganggu proses penetapan kadar,diatasi dengan ekstraksi dengan isobutil asetat. 4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption) mengatasinya bekerja pada panjang gelombang besar dan suhu yang lebih tinggi 20
  • 21. CAMPURAN BAHAN BAKAR, OKSIDAN DAN TEMPERATUR NYALA (Willard,1988) Fuel Oxidant Temperature (0 C ) Acetylen Acetylen Air Nitrous oxide 2400 2800 Acetylen Hydrogen Oxygen Air 3140 2045 Hydrogen Nitrous oxide 2690 Hydrogen Oxygen 2660 Propane Air 1925 21