SlideShare a Scribd company logo
1 of 117
1
DIODA IDEAL
Karakteristik arus – tegangan
Gambar 1. Dioda ideal: (a) simbol rangkaian dioda; (b) karakteristik i – v;
(c) rangkaian ekivalen arah ‘reverse’; (d) rangkaian ekivalen arah ‘forward’
2
Gambar 1(a) adalah simbol dari dioda; gambar 1(b) adalah
karakteristik arus – tegangan.
Terminal positif dari dioda disebut anoda dan terminal negatif
disebut katoda.
Jika tegangan negatif dipasangkan pada dioda, tidak ada arus yang
mengalir; dioda seperti hubung terbuka (gambar 1(c)). Keadaan ini
disebut ‘reverse biased’.
Jika tegangan positif dipasangkan pada dioda, tidak ada penurunan
tegangan pada dioda; dioda seperti hubung singkat (gambar 1(d)).
Keadaan ini disebut ‘forward biased’.
Untuk membatasi arus pada dioda, diperlukan rangkaian luar
seperti pada gambar 2.
3
Gambar 2. Dua mode operasi dioda ideal dan penggunaan
rangkaian luar untuk membatasi arus (a) dan tegangan reverse (b)
4
Aplikasi sederhana dari dioda.
Penyearah:
Rangkaian terdiri dari sebuah dioda dan sebuah resistor (gambar
3(a)). Tegangan masukan vi adalah tegangan sinusoida (gambar
3(b)).
Selama setengah gelombang positif dari sinyal masukan, dioda
dalam keadaan forward biased. Penurunan tegangan pada dioda
kecil sekali, idealnya nol. Rangkaian penggantinya seperti terlihat
pada gambar 3(c). Tegangan keluaran sama dengan tegangan
masukan.
Selama setengah gelombang negatif dari sinyal masukan, dioda
tidak terhubung (reverse biased). Rangkaian penggantinya seperti
terlihat pada gambar 3(d). Tegangan keluaran sama dengan nol.
Tegangan keluaran terlihat pada gambar 3(e).
5
Figure 3 (a) Rangkaian penyearah. (b) Bentuk gelombang masukan. (c) Rangkaian ekivalen
ketika vI ≥ 0. (d) Rangkaian ekivalen ketika vI ≤ 0. (e) Bentuk gelombang keluaran.
6
Contoh soal 1:
Gambar 4(a) menunjukkan sebuah rangkaian untuk mengisi sebuah
batere 12 V. Jika vs adalah sebuah gelombang sinusoida yang
mempunyai amplitudo 24 V, carilah bagian dari setiap perioda
dimana dioda terkonduksi. Hitung juga harga puncak arus dioda
dan harga maksimum tegangan balik yang muncul pada terminal
dioda
Gambar 4. Rangkaian dan bentuk gelombang contoh soal 1
7
Jawab:
Dioda terkonduksi ketika vs melebihi 12 V, seperti yang terlihat pada
gambar 4(a). Sudut konduksi = 2θ, dimana:
24 cos θ = 12
Jadi θ = 60° dan sudut konduksi = 120°, atau sepertiga dari perioda.
Harga puncak dari arus dioda:
A12,0
100
1224
=
−
=dI
Harga tegangan balik yang muncul pada terminal dioda terjadi pada
saat vs mencapai harga puncak negatif dan sama dengan
24 +12 = 36 V
8
Gerbang logik dioda
Figure 5. Gerbang logik dioda: (a) Gerbang OR; (b) Gerbang AND (dalam
sistem logik positif).
9
Contoh soal 2:
Asumsikan dioda adalah dioda ideal, carilah harga I dan B dari
rangkaian pada gambar 6.
Gambar 4. Rangkaian dan bentuk gelombang contoh soal 2
10
Jawab:
Dalam menyelesaikan soal, pertama buat asumsi, kemudian buat
analisis berdasarkan asumsi ini dan periksa apakah asumsi ini
benar.
Untuk rangkaian pada gambar 6(a), asumsikan kedua dioda
terkonduksi → VB = 0 dan V = 0, maka arus melalui D2:
mA1
10
010
2 =
−
=DI
Persamaan simpul pada B:
( )
5
100
1
−−
=+I
Jadi I = 1 mA dan V = 0V
11
Untuk rangkaian pada gambar 6(b), asumsikan kedua dioda
terkonduksi, maka VB = 0 dan V = 0. Arus pada D2:
mA2
5
010
2 =
−
=DI
Persamaan simpul pada B:
( )
mA1
10
100
2
−=
−−
=+
I
I
Asumsi awal kita salah.
Ulangi lagi, asumsikan D1 ‘off’ dan I2 ‘on’. Arus ID2
( ) mA33,1
15
1010
2 =
−−
=DI
12
Dan tegangan pada B:
VB = -10 + 10 X 1,33 = +3,3 V
Karakteristik terminal dari dioda
Gambar 7 menunjukkan karakteristik terminal dari dioda.
Kurva karakteristik terbagi dalam tiga daerah:
1. daerah forward-bias, ditentukan oleh v > 0
2. daerah reverse-bias, ditentukan oleh v < 0
3. daerah breakdown, ditentukan oleh v < -VZK
13
Gambar 7. Karakteristik arus – tegangan sebuah dioda silikon
14
Gambar 8. Hubungan arus – tegangan sebuah dioda dengan sebagian skala
diperbesar dan sebagian lainnya diperkecil
15
Daerah forward-bias
Hubungan arus – tegangan pada daerah forward bias:
coulomb101,60elektronmuatan
kelvinderajatdalammutlaktemperatur
injoule/kelv101,38Boltzmannkonstanta
(2)
jenuharus
(1))1(
19-
23-
/
×==
=
×==
=
=
−=
q
T
k
q
kT
V
I
eIi
T
S
nVv
S
T
IS disebut juga arus skala yang berbanding lurus dengan luas
permukaan ‘junction’ dari sebuah dioda. Arus ini merupakan fungsi
dari suhu.
IS berlipat dua setiap kenaikan suhu 5°C.
Pada suhu kamar, harga VT adalah 25,2 mV.
Pada persamaan dioda, harga n berkisar antara 1 dan 2,
tergantung dari bahan dan struktur fisik dari dioda.
16
(4)ln
(3)
Untuk
/
S
T
nVv
S
S
I
i
nVv
eIi
Ii
T
=
≅
>>
Hubungan arus – tegangan dari dua buah dioda yang berbeda
(5)log3,2
ln
;
1
2
12
1
2
12
/)(
1
2
/
2
/
1
12
21
I
I
nVVV
I
I
nVVV
e
I
I
eIIeII
T
T
nVVV
nVV
S
nVV
S
T
TT
=−
=−
=
==
−
17
Persamaan (5) menunjukkan bahwa untuk perubahan arus 10 kali,
penurunan tegangan pada dioda akan berubah sebesar 2,3nVT yang
kira-kira sama dengan 60 mV untuk n = 1 dan 120 mV untuk n = 2.
Pada gambar 8 terlihat, pada daerah forward bias, arus sangat kecil
untuk tegangan lebih kecil dari 0,5 V. Harga ini disebut tegangan cut-
in.
Agar dioda benar-benar terhubung, penurunan tegangan pada dioda
antara 0,6 V – 0,8 V. Umumnya penurunan tegangan pada dioda kira-
kira 0,7 V.
Karena IS dan VT merupakan fungsi dari temperatur, karakteristik arus
– tegangan forward akan berubah dengan adanya perubahan suhu.
(lihat gambar 8).
Untuk arus dioda yang tetap, penurunan tegangan pada dioda
menurun kira-kira 2 mV untuk setiap kenaikan suhu 1°C.
Perubahan tegangan dioda karena suhu, dapat dipakai dalam
perancangan termometer elektronik.
18
Gambar 9. Pengaruh suhu pada karakteristik arus – tegangan pada dioda di
daerah forward bias.
19
Daerah reverse bias
Dari persamaan (1), jika v negatif dan harganya beberapa kali
lebih besar dari VT (25 mV), arus dioda menjadi:
i ≈ -IS
Pada kenyataannya besarnya arus pada daerah reverse bias jauh
lebih besar dari arus jenuh. Jika sebuah dioda mempunyai arus
jenuh pada orde antara 10-15
A – 10-14
A, arus balik pada orde 1
nA. Arus inipun meningkat dengan meningkatnya tegangan balik.
Sebagian besar dari arus balik ini karena efek kebocoran. Arus
kebocoran berbanding lurus dengan luas junction.
Arus menjadi dua kali pada setiap kenaikan suhu 10°C.
20
Daerah breakdown
Dioda memasuki daerah breakdown, jika besaran tegangan balik
melebihi tegangan ambang dari sebuah dioda, yang disebut
tegangan breakdown, VZK.
Pada daerah breakdown, arus balik meningkat secara cepat
dengan perubahan tegangan yang sangat kecil.
Tegangan breakdown tidak merusak dioda, jika daya disipasi
dibatasi pada level aman oleh rangkaian luar.
Hubungan arus – tegangan pada daerah breakdown hampir
merupakan garis vertikal. Karakteristik ini dapat dipakai dalam
pengatur tegangan.
21
Pemodelan karakteristik dioda pada daerah forward bias
Gambar 10. Rangkaian sederhana yang digunakan untuk menganalisis
dioda dalam keadaan forward bias.
22
Model eksponensial
Ini adalah model yang paling akurat dan merupakan yang paling
sukar digunakan.
Perhatikan gambar 10. Asumsikan VDD > 0,5 V, arus dioda >> IS,
hubungan arus dan tegangan dinyatakan dalam persamaan (6).
(6)/ TD nVV
SD eII =
Berdasarkan persamaan loop Kirchhoff:
(7)
R
VV
I DDD
D
−
=
Asumsikan parameter dioda n dan IS diketahui, persamaan (6) dan
(7) adalah dua persamaan dengan dua nilai yang tidak diketahui, ID
dan VD. Dua cara untuk menyelesaikannya adalah dengan analisis
grafik dan analisis iteratif.
23
Analisis grafik menggunakan model eksponensial
Gambar 11. Analisis grafik dari rangkaian pada gambar 9 menggunakan
model eksponensial
24
Analisis iterative menggunakan model eksponensial
Contoh soal 3:
Tentukan arus ID dan tegangan dioda VD pada rangkaian di atas dengan VDD= 5 V dan R =
1kΩ.
Asumsikan dioda mempunyai arus 0,1 mA pada tegangan 0,7V dan tegangan menurun 0,1V
setiap kenaikan arus 10 kali.
Jawab:
Asumsikan VD = 0,7 V dan gunakan persamaan (7) untuk menentukan arus:
mA,34
1
7,05
=
−
=
−
=
R
VV
I DDD
D
25
Gunakan persamaan (5) untuk mendapatkan harga yang lebih baik
1
2
12 log3,2
I
I
nVVV T=−
Pada kasus ini 2,3nVT = 0,1 V, maka
1
2
12 log1,0
I
I
VV +=
Gantikan V1 = 0,7 V, I1 = 1 mA dan I2 = 4,3 mA menghasilkan V2 =
0,763 V
Iterasi pertama menghasilkan ID = 4,3 mA dan VD = 0,763 V.
Iterasi kedua dengan menggunakan cara yang sama menghasilkan:
V0,762
3,4
4,237
log1,0763,0
mA237,4
1
763,05
2
=






+=
=
−
=
V
ID
26
Model garis lurus
Kurva eksponensial didekati dengan dua buah garis lurus, garis A
mempunyai kemiringan sama dengan nol dan garis B mempunyai
kemiringan 1/rD
iD = 0, vD ≤ VD0
(8)
iD = (vD – VD0)/rD, vD ≥ VD0
Gambar 12. Model garis lurus.
27
Rangkaian pengganti model garis lurus terlihat pada gambar 12.
Model ini dikenal juga dengan model batere-ditambah-resistansi
Gambar 13. Model garis lurus dari karakteristik dioda di daerah forward dan
rangkaian ekivalennya.
28
Contoh soal 4:
Ulangi soal pada contoh soal 3 menggunakan model garis lurus
dengan parameter yang diberikan pada gambar 12: VD0 = 0,65 V
dan rD = 20 Ω.
Jawab:
Rangkaian pengganti terlihat pada gambar 14:
Gambar 14. Rangkaian pengganti dengan model garis lurus.
29
V735,002,026,465,0
mA26,4
02,01
65,05
0
0
=×+=
+=
=
+
−
=
+
−
=
DDDD
D
D
DDD
D
rIVV
I
rR
VV
I
30
Model Penurunan Tegangan Konstan
Kurva eksponensial didekati dengan dua buah garis lurus, garis A
mempunyai kemiringan sama dengan nol dan garis B yang vertikal.
Gambar 15. Model penurunan tegangan konstan
31
Gambar 16. Model karakteristik dioda dan rangkaian ekivalennya.
32
Untuk rangkaian pada contoh soal 3 dan 4, jika diselesaikan
dengan menggunakan model penurunan tegangan tetap, akan
diperoleh:
VD = 0,7 V
mA3,4
1
7,05
7,0
=
−
=
−
=
D
DD
D
I
R
V
I
Model dioda ideal
Untuk aplikasi yang melibatkan tegangan jauh lebih besar dari
penurunan tegangan dioda (0,6 – 0,8 V), dapat digunakan model
dioda ideal. Untuk contoh yang sama akan diperoleh:
VD = 0 V
mA5
0
=
−
=
R
V
I DD
D
33
Model sinyal kecil
Gambar 17. Rangkaian pengganti model sinyal kecil dan karakteristik arus -
tegangan
34
Dioda dimodelkan dengan sebuah resistor yang berbanding
terbalik dengan tan-1
dari sudut pada titik prategangan pada
kurva hubungan arus – tegangan.
Lihat gambar 17a. Dioda dicatu dengan sumber tegangan dc,
VD, dan sinyal ac, vd(t).
Tanpa sinyal vd(t), tegangan dioda sama dengan VD.
Arus dioda:
(9)/ TD nVv
SD eII =
Dengan adanya sinyal vd(t), tegangan sesaat pada dioda:
vD(t) = VD + vd(t) (10)
35
Arus dioda sesaat menjadi:
(12))(
)(
)(
(11))(
/
//
/)(
/
D
Td
TdTD
TdD
TD
nVv
DD
nVvnVv
SD
nVvV
SD
nVv
S
eIti
eeIti
eIti
eIti
=
=
=
=
+
Jika amplitudo sinyal vd(t) cukup kecil:
(13)1<<
T
d
nV
v
Maka:
(14)1)( 





+≅ d
T
D
DD v
nV
I
Iti
36
Ini disebut pendekatan sinyal kecil dan berlaku untuk sinyal yang
mempunyai amplitudo kira-kira 10 mV. (Ingat VT = 25 mV)
Dari persamaan 10 diperoleh:
(15))( d
T
D
DD v
nV
I
Iti +=
Jadi penumpangan pada arus dc ID, diperoleh komponen arus
sinyal yang proporsional dengan tegangan sinyal vd(t):
iD = ID + id (16)
Dimana
(17))( d
T
D
d v
nV
I
ti =
37
Konduktansi sinyal kecil dioda:
T
D
d
nV
I
g =
Resistansi sinyal kecil dioda:
(18)
D
T
d
I
nV
r =
Resistansi sinyal kecil dioda berbanding terbalik dengan arus
prategangan ID. Dan hargai ini merupakan kebalikan harga
kemiringan pada titik kerja Q
(19)/1
DD IiD
D
d
v
i
r
=






∂
∂
=
Keuntungan menggunakan model ini: analisis sinyal kecil dapat
dipisahkan dari analisis bias dc.
38
Contoh soal 5:
Pada rangkaian pada gambar 18(a), R = 10kΩ. Catu daya V+
mempunyai harga dc = 10 V yang ditumpangi sinyal ac 60 Hz
dengan amplitudo = 1 V. (sinyal ini dikenal dengan ‘power-supply
ripple’. Hitunglah tegangan dc pada dioda dan amplitudo dari
gelombang sinusoida yang muncul pada dioda. Asumsikan dioda
mempunyai penurunan tegangan 0,7 V pada arus 1 mA dan n = 2.
Jawab:
V35,5
0583,010
0583,0
1
)puncak(
8,53
93,0
252
mA93,0
10
7,010
=
+
=
+
=
Ω=
×
==
=
−
=
∧
dD
d
sd
D
T
d
D
rR
r
Vv
I
nV
r
I
39
Gambar 18. (a) Rangkaian contoh soal 5, (b) rangkaian untuk menghitung
titik kerja dc, (c) rangkaian ekivalen sinyal kecil.
40
Penggunaan dioda untuk mengatur tegangan
Pengatur tegangan adalah sebuah rangkaian yang tujuannya
adalah menyediakan tegangan dc yang konstan pada terminal
keluarannya,walaupun:
1. Adanya perubahan arus yang diambil dari terminal keluaran
pengatur tegangan.
2. Adanya perubahan catu daya dc pada rangkaian pengatur
tegangan.
Contoh soal 6:
Perhatikan rangkaian pada gambar 19. 3 buah dioda
dihubungkan seri digunakan untuk mendapatkan tegangan
tetap 2,1 V.
Hitung prosentase perubahan pada pengatur tegangan yang
disebabkan oleh:
a. Perubahan pada catu daya sebesar ±10%
b. Terhubung ke beban yang beresistansi 10 kΩ
Asumsikan n=2
41
Gambar 19. Rangkaian untuk contoh soal 6
42
Jawab:
Tanpa beban, harga arus nominal pada dioda:
mA9,7
1
1,210
=
−
=I
Setiap dioda mempunyai resistansi sinyal kecil:
I
nV
r T
d =
Untuk n = 2
Ω=
×
= 3,6
9,7
252
dr
Untuk ketiga dioda, resistansi sinyal kecil:
r = 3 rd = 18,9 Ω
43
V1,37
10189,0
0189,0
22 =
+
=
+
=∆
Rr
r
vO
Dengan adanya perubahan ±10% pada catu daya, perubahan pada
tegangan keluaran = ±18,5% atau ±0,9%.
Karena perubahan ini kira-kira = ±6,2 mV per dioda, maka
penggunakan model dioda sinyal kecil dapat dibenarkan.
Ketika beban 1 kΩ dihubungkan ke rangkaian dioda, beban ini akan
mengambil arus 2,1mA. Akibatnya akan ada penurunan tegangan
pada dioda sebanyak:
ΔvO = -2,1 x r = -2,1 x 18,9 = -39,7 mV
Penurunan pada setiap dioda kira-kira 13,2 mV, pemakaian model
sinyal kecil tidak sepenuhnya ‘valid’.
44
Ringkasan:
Model eksponensial
2nuntukmV1203,2
1nuntukmV603,2
log3,2
log3,2
1
2
12
/
==
==






=−






=
=
T
T
D
D
TDD
S
D
TD
nVv
SD
nV
nV
I
i
nVVV
I
i
nVv
eIi TD
Catatan:
IS= 10-12
A - 10-15
A
tergantung dari luas
junction
VT≈ 25 mV
n = 1 sampai 2
Model yang paling akurat
45
Model garis lurus
• Untuk vD ≤ VD0:
iD = 0
• Untuk vD ≥ VD0:
iD = (vD – VD0)/rD
46
Model penurunan tegangan yang konstan
Untuk iD > 0 : vD = 0,7 V
47
Model Dioda Ideal
Untuk iD > 0 : vD = 0
48
Model Sinyal Kecil
• Untuk sinyal kecil yang
ditumpangkan pada VD dan ID :
id = vd/rd
rd = nVT/ID
(Untuk n=1, vd maks = 5 mV
Untuk n=2, vd maks = 10 mV)
Catatan:
Berguna untuk
mencari komponen
tegangan dari dioda
Dipakai sebagai
dasar pemodelan
sinyal kecil transistor
49
Dioda Zener
Gambar 20. Simbol rangkaian
Dioda Zener
Gambar 21. Karakteristik i – v dioda
pada daerah breakdown
50
Pada grafik karakteristik i – v terlihat bahwa pada arus lebih besar
dari ‘knee current’, kurva hampir merupakan garis lurus.
Data yang diberikan oleh pabrik biasanya menunjukkan tegangan
dioda zener VZ pada arus test IZT. Pada grafik terlihat pada titik Q.
Jika arus bergeser dari arus test IZT, tegangan pada dioda akan sedikit
berubah.
IrV Z∆=∆
rZ adalah kebalikan dari kemiringan garis singgung pada titik Q.
rZ dikenal juga dengan ‘incremental resistance’ atau ‘dynamic
resistance’. Harga rZ berkisar antara beberapa ohm sampai
beberapa kilo ohm.
Pada data yang diberikan oleh pabrik selain VZ, IZT, rZ dan IZK, juga
ada data mengenai daya disipasi maksimum.
51
Gambar 22. Model dioda zener
VZ = VZ0 + rZIZ (20)
Berlaku untuk IZ > IZK
52
Contoh soal 7:
Penggunaan dioda zener sebagai ‘shunt regulator’
Sebuah dioda zener mempunyai spesifikasi: VZ = 6,8 V pada IZ =
5 mA, rZ = 20Ω dan IZK = 0,2 mA. Tegangan sumber V+ = 10 V
dengan penyimpangan ± 1 V. Carilah:
a. VO jika tidak ada beban dan V+
pada harga nominal
b. Perubahan harga VO jika ada perubahan ± 1 V pada V+
.
(ΔVO/ΔV+
disebut line regulation)
c. Perubahan pada VO jika terhubung pada beban RL yang
menghasilkan arus IL= 1 mA. (ΔVO/ΔIL disebut load regulation)
d. Harga VO jika RL= 2 kΩ
e. Harga VO jika RL= 0,5 kΩ
f. Harga RL minimum agar dioda masih bekerja di daerah
breakdown.
53
Gambar 23. (a) rangkaian contoh soal 7. (b) rangkaian dengan rangkaian
pengganti dioda zener.
54
Jawab:
Tentukan harga VZ0 dari dioda zener.
VZ = VZ0 + rzIZ
VZ0 = 6,8V – 20 x 5mA = 6,7 V
a. Tanpa beban:
V6,830,026,356,7
mA35,6
02,05,0
7,610
0
0
=×+=
+=∴
=
+
−
=
+
−
==
+
zZZO
z
Z
Z
rIVV
rR
VV
II
55
b. Untuk perubahan ± 1V pada V+
, perubahan pada tegangan keluaran:
mV5,38
20500
20
1 ±=
+
×±=
+
∆=∆ +
z
z
O
rR
r
VV
Line regulation = 38,5 mV
c. Terhubung dengan beban RL yang menarik arus IL = 1 mA, arus
pada zener menurun 1 mA.
mV/mA20regulationLoad
mV20120
−=
∆
∆
≡
−=−×=
∆=∆
L
O
ZzO
I
V
IrV
56
d. Ketika dihubungkan dengan beban 2 kΩ
mV684,320
mA4,3
mA4,3
k2
V8,6
=−×=∆=∆∴
−=∆
=
Ω
=
ZzO
Z
L
IrV
I
I
Perhitungan ini hanya pendekatan, karena tidak mengabaikan
perubahan arus I. untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
dapat menggunakan rangkaian pengganti pada gambar 23(b).
Analisis ini menghasilkan ΔVO = 70 mV
57
e. Untuk RL = 0,5 kΩ
mA6,13
5,0
8,6
==LI
Hal ini tidak mungkin karena arus I yang melalui R hanya 6,4 mA
(V+
=10 V), akibatnya zener ‘cut off’. Maka tegangan VO akan
ditentukan dengan menggunakan pembagian tegangan antara R
dan RL.
V5
5,05,0
5,0
10 =
+
=
+
= +
RR
R
VV
L
L
O
Tegangan ini lebih kecil dari tegangan breakdown, artinya dioda
tidak bekerja pada daerah breakdown
58
f. Agar zener tetap bekerja pada daerah breakdown.
( )
Ω≈=∴
=−
=
−
=
≈≈
==
k5,1
4,4
6,7
mA4,42,06,4:bebanpadaarus
mA6,4
5,0
769
padaarus
mV7,6
mA2,0
L
ZKZ
ZKZ
R
,
R
VV
II
59
Efek suhu
Ketergantungan tegangan zener pada suhu ditentukan dengan koefisien
suhu atau TC atau temco yang dinyatakan dengan mV/°C.
Harga TC tergantung dari:
– Tegangan zener
– Arus operasi
VZ < 5 V → TC yang negatif,
VZ > 5 V → TC yang positif.
TC dari sebuah dioda zener yang mempunyai VZ = 5 V dapat dibuat 0
dengan mengoperasikan dioda pada arus tertentu.
Untuk mendapatkan tegangan rujukan yang mempunyai TC rendah adalah
dengan menghubungkan dioda zener yang mempunyai TC positif kira-kira
2 mV/°C secara seri dengan dioda yang bekerja di daerah forward. Dioda
yang bekerja di daerah forward mempunyai penurunan tegangan ≈ 0,7 V
dan mempunyai TC -2 mV/°C. Hubungan ini mempunyai tegangan (VZ+
0,7) dengan TC = 0
60
Rangkaian penyearah
Gambar 24. Diagram blok sebuah catu daya dc
Diagram blok terdiri dari:
1. Trafo daya.
2. Rangkaian penyearah dioda
3. Filter
4. Pengatur tegangan
Gambar di atas adalah diagram blok dari rangkaian penyearah dari
tegangan jala-jala 120-V (rms) dengan frekuensi 60 Hz menjadi
tegangan dc (biasanya antara 5 – 20 V) yang digunakan untuk
mencatu beban. Tegangan keluaran VO yang dihasilkan harus
tetap konstan walaupun ada variasi pada catu ac dan pada arus
yang diperlukan oleh beban.
61
Penyearah setengah gelombang
Pada rangkaian ekivalen digunakan model dioda garis lurus.
V0,8atauV7,0
(22)
(21b),
(21a),0
0
0
00
0
=
−≈⇒<<
≥
+
−
+
=
<=
D
DSOD
DS
D
DS
D
O
DSO
V
VvvRr
Vv
rR
R
Vv
rR
R
v
Vvv
Dalam memilih dioda untuk penyearah ada dua parameter
penting yang harus diperhatikan:
a. Kemampuan dioda membawa arus, ditentukan oleh arus
maksimum yang mungkin di saat dioda terhubung.
b. Peak inverse voltage (PIV), ditentukan oleh tegangan terbalik
maksimum yang mungkin ada di antara terminal dioda.
PIV = Vs
Biasanya dipilih dioda yang mempunyai tegangan breakdown
50% lebih besar dari PIV
62
Gambar 25. (a) penyearah setengah gelombang, (b) rangkaian ekivalen
penyearah setengah gelombang, (c) karakteristik transfer rangkaian penyearah,
(d) bentuk gelombang masukan dan keluaran, asumsikan ro << R
63
Penyearah gelombang penuh
Gambar 26 Penyearah gelombang penuh menggunakan trafo yang di-tap di tengah.
64
Cara kerja:
Jika tegangan jala-jala pada lilitan primer positif, kedua sinyal yang
berlabel vS akan positif. D1 akan terhubung dan D2 akan reverse
biased. Arus mengalir pada D1 akan mengalir melalui R dan kembali
ke tengah-tengah lilitan sekunder. Rangkaian merupakan penyearah
setengah gelombang.
Ketika tegangan jala-jala negatif, kedua sinyal yang berlabel vS akan
negatif. D1 akan ‘cut off’ dan D2 akan terhubung. Arus mengalir pada
D2 akan mengalir melalui R dan kembali ke tengah-tengah lilitan
sekunder. Rangkaian merupakan penyearah setengah gelombang.
Catatan: arus yang mengalir melalui R selalu mempunyai arah yang
sama, jadi vO akan unipolar.
Untuk menghitung PIV:
Pada saat setengah siklus positif, D1 terhubung dan D2 ‘cut off’.
Tegangan pada katoda D2 adalah vO dan pada anoda –vS. Jadi
tegangan balik pada dioda D2 akan menjadi (vO + vS), yang akan
mencapai nilai maksimum pada harga (Vs – VD) dan vS akan
mencapai puncak pada Vs, jadi:
PIV = 2 V – V
65
Penyearah Jembatan
Gambar 27. Penyearah jembatan (a) rangkaian (b) bentuk gelombang
masukan dan keluaran
66
Cara kerja:
Pada setengah siklus positif sinyal masukan, vS positif, dan arus
mengalir melalui D1, resistor R, dan dioda D2, sedangkan D3 dan D4
dalam keadaan reverse biased. Dalam jalur ini ada dua dioda yang
terhubung seri sehingga vO akan lebih rendah dari vS sebanyak dua
penurunan tegangan dioda.
Pada setengah siklus negatif sinyal masukan, vS akan negatif,
sehingga –vS akan positif, dan arus mengalir melalui D3, R, dan D4,
sedangkan D1 dan D2 dalam keadaan reverse biased.
Catatan: pada kedua kondisi, arus mengalir dengan arah yang sama,
sehingga vO selalu positif.
Untuk menghitung PIV, perhatikan rangkaian pada setengah siklus
positif. Tegangan balik pada dioda D3 dapat ditentukan pada loop
yang dibentuk oleh D3, R, dan D2:
vD3 (reverse) = vO + vD2 (forward)
Harga maksimum dari vD3 terjadi pada puncak vO, jadi:
67
Penyearah dengan sebuah kapasitor filter – Penyearah Puncak
Gambar 28. (a) rangkaian sederhana yang menunjukkan efek dari kapasitor
filter (b) bentuk gelombang masukan dan keluaran
68
Cara kerja:
Sinyal masukan vi adalah sinyal sinusoida dengan amplitudo Vp dan
asumsikan dioda adalah dioda ideal.
vi positif → dioda terhubung dan kapasitor terisi dan vO = vI.
Keadaan ini berlangsung terus sampai vI mencapai Vp. Setelah
sinyal masukan mencapai puncak, vI menurun, dioda dalam
keadaan reverse biased, dan tegangan keluaran tetap pada Vp.
Harga ini akan tetap konstan, karena tidak ada jalur untuk
pengosongan kapasitor.
Jadi rangkaian menghasilkan tegangan keluaran sama dengan
amplitudo sinyal masukan sinusoida.
Pada keadaan praktis, rangkaian dihubungkan dengan beban R
paralel dengan C seperti yang terlihat pada gambar 29
69
Gambar 29 Bentuk gelombang arus dan tegangan pada rangkaian penyearah
puncak dengan CR >> T
70
Cara kerja:
Asumsikan dioda adalah dioda ideal.
Dengan sinyal masukan sinusoida, kapasitor akan terisi sampai
tegangan mencapai Vp. Kemudian dioda menjadi ‘cut off’, kapasitor
akan dikosongkan melalui resistansi beban R. Pengosongan
kapasitor akan berlangsung sampai vI lebih tinggi dari tegangan
pada kapasitor. Dioda akan terhubung lagi dan mengisi kapasitor
sampai Vp. Proses ini akan berulang.
Agar penurunan tegangan keluaran tidak terlalu besar selama
pengosongan kapasitor, harga CR jauh lebih besar dari interval
pengosongan.
Gambar 29(b) adalah bentuk gelombang masukan dan keluaran
dengan asumsi CR >> T, di mana T adalah perioda dari sinyal
masukan sinusoida.
71
Arus pada beban:
iL = vO/R (23)
Arus pada dioda:
(25)
(24)
L
I
LCD
i
dt
dv
C
iii
+=
+=
Catatan:
1. Dioda terhubung pada interval yang singkat, Δt.
2. Asumsikan dioda ideal, dioda mulai terhubung pada t1, pada
saat vI = vO. Dioda ‘off’ pada t2 . Harga t2 dapat dicari dari
persamaan di atas dengan iD = 0
3. Selama dioda ‘off’, kapasitor C discharge melalui R, dan vO
berkurang secara eksponensial dengan konstanta waktu CR.
Selang discharge mulai beberapa saat setelah amplitudo vI.
Pada akhir selang discharge, vO = Vp – Vr, Vr adalah tegangan
ripple puncak-ke-puncak. Ketika CR >> T, Vr kecil.
72
4. Jika Vr kecil, vO ≈ vI, sehingga tegangan keluaran dc hampir
sama dengan Vp dan iL hampir konstant, dan IL akan sama
dengan:
(26)
R
V
I P
L =
Untuk mendapatkan tegangan keluaran dc yang lebih akurat, dapat
diperoleh dengan mencari harga rata-rata dari vO
VO = Vp – ½ Vr (27)
Selama selang pengosongan kapasitor:
CRt
pO eVv /−
=
Pada akhir selang pengosongan:
CRT
prp eVVV /−
≈−
73
(29b)
(29a)
(28)
1Untuk /
fC
I
V
fCR
V
V
CR
T
VV
CR
T
eTCR
L
r
p
r
pr
CRt
=
=
≈∴
−≈→>> −
Dengan menggunakan persamaan 29b dan asumsi bahwa dioda
berhenti terkonduksi pada saat mendekati puncak vI, maka Δt dapat
diperoleh dari:
( )
Tf
VVtV rpp
/22
cos
ππω
ω
==
−=∆
74
( ) ( ) ( )
(30)/2
1cossekalikecil
2
2
1
pr VVt
ttt
≈∆
∆−≈∆→∆
ω
ωωω
Untuk menentukan arus dioda rata-rata selama konduksi, iDav:
( ) (31)/21
sup
rpLDav
rlost
LDavCav
Cavplied
VVIi
CVQ
IIi
tiQ
π+=
=
−=
∆=
75
Arus dioda maksimum dapat diperoleh dari persamaan 25 pada
awal konduksi, yaitu pada t = t1 = -Δt. Asumsikan bahwa arus IL
hampir konstan pada harga yang diberikan pada persamaan 26,
diperoleh:
( ) (32)/221max rpLD VVIi π+=
Dari persamaan 31 dan 32 diperoleh: untuk Vr << Vp, IDmax ≈ 2 IDav.
76
Penyearah gelombang penuh dapat diubah menjadi penyearah
puncak dengan menambahkan kapasitor paralel dengan beban.
Dalam hal ini frekuensi sinyal ripple akan dua kali frekuensi sinyal
masukan.
Gambar 30. Bentuk gelombang pada penyearah puncak gelombang penuh
77
Frekuensi ripple akan dua kali frekuensi masukan.
Tegangan ripple puncak-ke-puncak, dapat diperoleh dengan cara
yang sama, tetapi perioda pengosongan T diganti dengan T/2,
sehingga:
(33)
2fCR
V
V p
r =
Dan arus rata-rata dan arus maksimum dioda:
( )
( ) (35)2/21
(34)2/1
max rpLD
rpLDav
VVIi
VVIi
π
π
+=
+=
Jadi untuk Vp, f, R dan Vr yang sama, diperlukan kapasitor yang
berukuran setengah dari kapasitor pada penyearah setengah
gelombang.
78
Penyearah setengah gelombang yang presisi – Dioda super
Gambar 31. Dioda super dan karakteristik transfer ideal.
79
Dioda super digunakan untuk menyearahkan sinyal yang kecil (pada
orde 100 mV) atau yang memerlukan presisi yang tinggi.
Dioda super terdiri dari op-amp dengan dioda ditempatkan pada
jalur umpan balik negatif dan R merupakan resistansi beban.
Cara kerja:
Jika vI positif, tegangan keluaran op-amp vA akan positif dan dioda
akan terhubung, sehingga membentuk jalur umpan balik tertutup
antara terminal keluaran op-amp dengan terminal masukan negatif.
Jalur umpan balik negatif ini akan menyebabkan hubung singkat
semu di antara kedua terminal masukan. Jadi tegangan pada
terminal masukan negatif yang sama dengan tegangan keluaran
akan sama dengan tegangan masukan pada terminal masukan
positif.
vO = vI vI ≥ 0
Op-amp dapat beroperasi dengan vI hanya sedikit lebih besar dari
penurunan tegangan dioda dibagi dengan penguatan op-amp loop
terbuka.
80
Jadi transfer karakteristik vO – vI yang berupa garis lurus hampir
melalui titik nol, sehingga rangkaian ini cocok digunakan untuk
sinyal yang sangat kecil.
Ketika tegangan vI negatif, tegangan keluaran op-amp vA akan
menjadi negatif. Hal ini akan menyebabkan dioda dalam keadaan
reverse biased, tidak ada arus yang melalui R, sehingga vO sama
dengan nol. Jadi untuk vI < 0, vO = 0, dan op-amp bekerja dalam
mode loop terbuka.
81
Rangkaian Pembatas dan Penjepit – Limiting and Clamping Circuits
Rangkaian Pembatas
Gambar 32. Karakteristik transfer rangkaian pembatas
82
L-/K ≤ vi ≤ L+/K → rangkaian pembatas beroperasi seperti
rangkaian linier
vo = K vi
K ≤ 1 : pembatas pasif
Jika vi ≥ L+/K, keluaran akan dibatasi oleh pembatas atas L+.
Jika vi ≤ L-/K, keluaran akan dibatasi oleh pembatas bawah L-
Karakteristik transfer pada gambar 33 menunjukkan sebuah
pembatas ganda atau ‘double limiter’ yaitu yang membatasi kedua
puncak, positif dan negatif. Karakteristik seperti ini juga dikenal
sebagai karakteristik pembatas keras atau hard limiter.
Sebuah masukan sinusoida dipasangkan ke sebuah pembatas
ganda, kedua puncaknya akan terpotong. Oleh sebab itu
rangkaian pembatas disebut juga rangkaian pemotong atau
clipper.
83
Gambar 33. Sinyal sinusoida dipasangkan pada rangkaian pembatas.
Gambar 34. Soft limiting
84
Macam-macam rangkaian pembatas
Gambar 35. Macam-macam rangkaian pembatas
85
Pada rangkaian ini dipakai model dioda penurunan tegangan tetap
(VD = 0,7).
Untuk rangkaian pada gambar 35(a):
vI < 0,5 V, dioda ‘cut off’, penurunan tegangan pada R = 0 → vO = vI.
vI > 0,5 V, dioda ‘on’, vO = penurunan tegangan satu dioda (0,7 V).
Untuk rangkaian pada gambar 35(b):
Sama seperti rangkaian pada gambar 35(a) hanya diodanya
kebalikannya.
Rangkaian pembatas dobel dapat diimplementasikan dengan
menggunakan dua dioda yang mempunyai polaritas berlawanan
seperti pada gambar 35(c).
Pada rangkaian ini daerah linier dari karakteristik diperoleh untuk
-0,5V ≤ vI ≤ 0,5V. Pada selang ini kedua dioda ‘off’ dan vO = vI. Jika vI
melebihi 0,5V, D1 ‘on’, dan membatasi tegangan vO +0,7V, dan jika vI
kurang dari -0,5V, D2 dan membatasi tegangan vO -0,7V.
86
Tegangan ambang dan tingkat kejenuhan dari dioda dapat diatur
dengan menggunakan rantai dioda atau dengan menghubungkan
seri dioda dengan sumber tegangan dc seperti pada gambar 35(d).
Cara lain dengan menggunakan dua buah dioda zener yang
dihubungkan seri, seperti pada gambar 35(e).
Jika vI positif, vO akan dibatasi oleh tegangan (VZ2 + 0,7). Pada
kondisi ini Z2 bertindak sebagai zener dan Z1 forward bias.
Jika vI negatif, vO akan dibatasi oleh tegangan (VZ1 + 0,7). Pada
kondisi ini Z1 bertindak sebagai zener dan Z2 forward bias.
Rangkaian ini dikenal dengan nama double-anode zener.
87
Clamped Capacitor atau DC Restorer
Jika pada rangkaian penyearah puncak, keluaran diambil pada
terminal dioda maka akan menghasilkan aplikasi penting yang
disebut ‘dc restorer’ seperti yang terlihat pada gambar 36.
Gambar 36. Clamped Capacitor atau dc restorer.
88
Cara kerja:
Karena polaritas dioda terhubung sedemikian rupa maka kapasitor
akan terisi sampai tegangan vC seperti yang terlihat pada gambar 36
dan besarnya sama dengan amplitudo negatif dari sinyal masukan.
Selanjutnya dioda ‘off’ dan tegangan pada kapasitor akan konstan.
Jika masukan sinyal segiempat mempunyai tegangan maksimum
-6V dan +4V, maka vC akan sama dengan 6V. Tegangan keluaran
vO:
vO = vI + vC
Bentuk gelombangnya akan sama hanya tergeser ke atas sebanyak
vC.
Cara lain melihat cara kerja rangkaian ini adalah, karena dioda
terhubung sedemikian, maka akan mencegah tegangan keluaran
lebih rendah dari 0V. Jadi bentuk gelombang keluaran mempunyai
harga terendah 0V atau terjepit pada tegangan 0V. Itulah sebabnya
rangkaian disebut rangkaian kapasitor penjepit.
89
Jika polaritas dioda dibalik, maka tegangan keluaran mempunyai
tegangan maksimum 0V.
Salah satu aplikasi dari rangkaian ini adalah untuk mengembalikan
komponen dc dari pulsa yang ditransmisikan lewat sistem ac-
coupled atau capacitively-couple. Kopling kapasitif akan
menyebabkan pulsa kehilangan komponen dc. Dengan
memasukkan pulsa ini ke rangkaian penjepit akan memberikan
kembali komponen dc yang hilang. Oleh sebab itulah rangkaian ini
disebut rangkaian ‘dc-restorer’.
Jika sebuah resistansi beban R terhubung paralel dengan dioda
pada rangkaian penjepit, tegangan keluaran akan berubah.
Ketika keluaran lebih tinggi dari ‘ground’, arus dc akan mengalir
melalui R. Karena pada saat itu dioda dalam keadaan ‘off’, arus
berasal dari kapasitor, sehingga terjadi pengosongan kapasitor dan
tegangan keluaran menurun. Hal ini terlihat pada gambar 37
90
Gambar 37 Clamped capacitor dengan resistansi beban R
91
Selama selang t0 – t1, tegangan keluaran turun secara eksponensial
dengan konstanta waktu CR. Pada t1 masukan turun sebanyak Va
volt, dan keluaran berusaha untuk mengikutinya. Hal ini
menyebabkan dioda terhubung dan mengisi kapasitor. Pada akhir
selang t1 – t2, tegangan keluaran akan beberapa persepuluh volt
negatif ( -0,5V). Kemudian tegangan masukan meningkat sebanyak
Va volt yang akan diikuti oleh keluaran dan seterusnya akan
berulang.
Pada keadaan mantap, muatan kapasitor yang hilang selama selang
t0 – t1 akan diperoleh kembali selama selang t1 – t2.
92
Voltage Doubler
Gambar 38 Voltage doubler (a) rangkaian (b) bentuk gelombang keluaran
93
Gambar 38 menunjukkan sebuah rangkaian yang terdiri dari dua
bagian yang dihubungkan secara ‘cascade’: sebuah penjepit yang
dibentuk oleh C1 dan D1, dan sebuah penyearah puncak yang
dibentuk oleh D2 dan C2.
Jika diberi masukan sinyal sinusoida dengan amplitudo Vp, bagian
penjepit akan menghasilkan bentuk gelombang seperti pada gambar
38(b).
Puncak positif akan dijepit pada tegangan 0 V dan puncak positif
pada tegangan -2Vp.
Respons terhadap bentuk gelombang ini, bagian penyearah puncak
akan menghasilkan tegangan dc 2Vp pada kapasitor. Karena
besaran tegangan keluaran dua kali tegangan masukan maka
rangkaian disebut ‘voltage doubler’
94
Operasi fisik dari dioda
• Konsep dasar semikonduktor
– Dioda semikonduktor adalah sebuah pn junction yang terdiri dari
semikonduktor jenis –n dan semikonduktor jenis –p.
– Daerah p dan n adalah bagian dari kristal silikon yang sama
yang mempunyai doping yang berbeda.
– pn junction juga merupakan elemen dasar dari transistor bipolar
dan transistor efek medan (FET)
Gambar 39. Struktur fisik sederhana dari dioda junction
95
Gambar 40. Two-dimensional representation of the silicon crystal. The circles
represent the inner core of silicon atoms, with +4 indicating its positive charge
of +4q, which is neutralized by the charge of the four valence electrons.
Observe how the covalent bonds are formed by sharing of the valence
electrons. At 0 K, all bonds are intact and no free electrons are available for
current conduction.
96
Gambar 41 At room temperature, some of the covalent bonds are broken
by thermal ionization. Each broken bond gives rise to a free electron and a
hole, both of which become available for current conduction.
97
Gambar 42. A silicon crystal doped by a pentavalent element. Each dopant
atom donates a free electron and is thus called a donor. The doped
semiconductor becomes n type.
98
Gambar 43. A silicon crystal doped with a trivalent impurity. Each dopant atom
gives rise to a hole, and the semiconductor becomes p type.
99
pn junction dalam kondisi hubung terbuka








= 20 ln
i
DA
T
n
NN
VV
Gambar 44 (a) Dioda dalam keadaan hubung terbuka (b) Distribusi
potensial sepanjang sumbu tegak lurus dengan junction
100
• Tanda ‘+’ pada bahan jenis –p menunjukkan pembawa mayoritas
‘holes’.
• Muatan ‘holes’ dinetralkan oleh muatan negatif dari atom akseptor.
• Tanda ‘-’ pada bahan jenis –n menunjukkan pembawa mayoritas
‘elektron’.
• Muatan ‘elektron’ dinetralkan oleh muatan positif.
• Arus difusi ID
– Konsentrasi holes yang tinggi di daerah p dan yang rendah di
daerah n menyebabkan holes merembas melalui ‘junction’ dari
sisi p ke sisi n.
– Sebaliknya, elektron merembas dari sisi n ke sisi p.
– Jumlah kedua arus ini membentuk arus difusi ID dengan arah
dari sisi p ke sisi n.
101
• Daerah deplesi
– Holes yang merembas melalui junction ke daerah n akan ber-
rekombinasi dengan mayoritas elektron di daerah n, sehingga
holes ini menghilang demikian juga sebagian elektron bebas
pada daerah n juga menghilang.
– Sebagian dari muatan positif tidak lagi dinetralkan oleh elektron
bebas. Muatan ini disebut ‘uncovered’
– Rekombinasi terjadi di dekat junction, sehingga ada daerah
dekat junction yang kekurangan elektron bebas (depleted of free
electrons) dan mengandung muatan positif yang ‘uncovered’
– Elektron yang merembas melalui junction ke daerah p akan ber-
rekombinasi dengan mayoritas holes di daerah p, sehingga
elektron ini menghilang demikian juga sebagian holes bebas
pada daerah p juga menghilang.
– Sebagian dari muatan negatif tidak lagi dinetralkan oleh holes.
Muatan ini disebut ‘uncovered’
– Rekombinasi terjadi di dekat junction, sehingga ada daerah
dekat junction pada daerah p yang kekurangan holes (depleted
of holes) dan mengandung muatan negatif yang ‘uncovered
102
– Dari penjelasan di atas, daerah deplesi pembawa (carrier-
depletion region) atau daerah deplesi akan terdapat di kedua sisi
junction, pada sisi n bermuatan positif dan di sisi p bermuatan
negatif.
– Muatan pada ke dua sisi daerah deplesi akan menyebabkan
adanya medan listrik pada daerah deplesi, sehingga ada
perbedaan tegangan pada daerah deplesi, dengan tegangan
positif pada sisi n dan tegangan negatif pada sisi p.
– Perbedaan tegangan pada daerah deplesi merupakan
penghalang (‘barrier’) yang harus diatasi oleh holes untuk
berdifusi ke daerah n dan elektron berdifusi ke daerah p.
– Makin besar tegangan penghalang, makin kecil jumlah
pembawa yang dapat mengatasi ‘barrier’ sehingga makin kecil
arus difusi.
– Arus difusi tergantung pada perbedaan tegangan V0 pada
daerah deplesi.
103
• Arus drift IS dan keseimbangan
– Selain komponen arus difusi ID, terdapat juga komponen arus
drift yang disebabkan oleh pembawa minoritas.
– Ada dua komponen arus drift, yaitu elektron yang bergerak dari
bahan p ke bahan n dan holes yang bergerak dari bahan n ke
bahan p.
– Arah arus drift IS dari sisi n ke sisi p pada junction.
– Karena arus drift disebabkan oleh pembawa minoritas yang
dihasilkan secara termal, harganya sangat tergantung pada
suhu, tetapi tidak tergantung pada harga tegangan pada daerah
deplesi.
– Pada kondisi hubung terbuka: ID = IS
104
• Tegangan pada junction








= 20 ln
i
DA
T
n
NN
VV
NA = konsentrasi doping pada sisi p
ND = konsentrasi doping pada sisi n
VT = tegangan termal
Jadi tegangan pada junction tergantung dari konsentrasi doping
dan suhu.
Pada suhu kamar, biasanya tegangan ini antara 0,6 V – 0,8 V.
105
• Lebar daerah deplesi
– Daerah deplesi pada kedua sisi junction tergantung pada
jumlah muatan (konsentrasi doping) pada kedua sisi.
– Daerah deplesi akan lebih lebar pada sisi yang mempunyai
doping lebih kecil.
qxpANA = qxnAND
0
112
V
NNq
xxW
N
N
x
x
DA
s
pndep
D
A
p
n






+=+=
=
ε
xp dan xn: lebar deplesi pada sisi p dan n
A: luas penampang junction
NA dan ND: konsentrasi doping pada sisi p dan n
εs = permivity elektrik dari silicon = 11,7 ε0 = 1,04 x 10-12
F/cm
Harga Wdep berkisar antara 0,1 μm – 1 μm
106
pn junction di bawah kondisi ‘reverse bias’
Gambar 45 The pn junction excited by a constant-current source I in the
reverse direction. To avoid breakdown, I is kept smaller than IS. Note that the
depletion layer widens and the barrier voltage increases by VR volts, which
appears between the terminals as a reverse voltage.
107
– Arus luar I mengalir dari bahan n ke bahan p
– Elektron meninggalkan bahan n dan holes meninggalkan bahan
p.
– Elektron bebas yang meninggalkan bahan n menyebabkan
meningkatnya ‘uncovered’ muatan positif.
– Holes yang meninggalkan bahan p menyebabkan meningkatnya
‘uncovered’ muatan negatif.
– Arus balik I akan menyebabkan meningkatnya lebar daerah
deplesi dan juga muatan pada daerah deplesi.
– Akibatnya tegangan pada junction meningkat – artinya tegangan
penghalang meningkat – arus ID menurun.
– Arus IS tidak tergantung dari tegangan penghalang, jadi arus IS
tetap.
– Pada keadaan seimbang: IS – ID = I, dan tegangan sama V0 sama
dengan tegangan VR
– Pada keadaan steady ID kecil sekali sehingga I ≈ IS
108
pn junction pada daerah breakdown
Gambar 46 The pn junction excited by a reverse-current source I, where I > IS.
The junction breaks down, and a voltage VZ , with the polarity indicated,
develops across the junction.
109
• Arus I > IS pada arah balik.
• Melalui jalur luar, sumber arus akan memindahkan holes pada
bahan p ke bahan n, dan memindahkan elektron dari bahan n ke
bahan p.
• Akibatnya makin banyak muatan ‘bound’ yang ‘uncovered’,
sehingga daerah deplesi makin lebar dan tegangan penghalang
makin tinggi yang mengakibatkan arus difusi makin kecil atau
mendekati nol.
• Keadaan steady tidak tercapai karena arus I > IS
• Proses ini akan menyebabkan daerah deplesi makin lebar sampai
terbentuk tegangan junction yang cukup tinggi.
• Ada mekanisme baru diperlukan untuk mencatu muatan pembawa
yang diperlukan untuk menunjang arus I.
110
• Ada 2 mekanisme breakdown
– Effect Zener, VZ < 5 V.
• Terjadi bila medan listrik pada lapisan deplesi meninggat
pada titik di mana medan ini akan mematahkan ikatan
kovalen dan menghasilkan pasangan elektron – holes.
• Elektron akan tertarik pada sisi n dan holes akan tertarik ke
sisi p.
• Elektron dan holes ini menyebabkan arus balik pada junction
yang menunjang arus luar.
• Jika efek Zener terjadi, banyak muatan pembawa akan
dihasilkan, tanpa ada penambahan tegangan junction.
• Jadi arus balik pada daerah breakdown akan ditentukan oleh
rangkaian luar, sedangkan tegangan pada terminal dioda
akan tetap mendekati tegangan breakdown VZ
111
– Efek avalanche
• Terjadi ketika pembawa minoritas yang melewati daerah
deplesi karena pengaruh medan listrik mempunyai energi
kinetik yang dapat memecahkan ikatan kovalen pada atom
yang ditabraknya.
• Pembawa yang terbentuk pada proses ini mempunyai energi
yang tinggi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
berlanjut.
• Proses avalanche disebabkan oleh rangkaian luar, dengan
perubahan penurunan tegangan junction yang bisa
diabaikan.
– Breakdown pada pn junction tidak bersifat merusak dengan
syarat disipasi daya tidak melebihi dari batas yang ditentukan.
– Disipasi daya maksimum menentukan harga maksimum arus
balik.
112
pn junction dalam kondisi ‘forward bias’
Gambar 47. The pn junction excited by a constant-current source supplying a
current I in the forward direction. The depletion layer narrows and the barrier
voltage decreases by V volts, which appears as an external voltage in the
forward direction.
113
– Arus luar mencatu pembawa mayoritas pada ke dua sisi; holes
ke bahan p dan elektron ke bahan n.
– Pembawa mayoritas ini menetralkan muatan ‘uncovered’,
sehingga jumlah muatan di daerah deplesi berkurang, akibatnya
daerah deplesi menjadi lebih sempit dan tegangan penghalang
menurun
– Makin banyak holes yang mengalir dari bahan p ke bahan n dan
makin banyak elektron mengalir dari bahan n ke bahan p
– Arus difusi meningkat sampai mencapai keseimbangan:
ID – IS = I
114
Gambar 48. Minority-carrier distribution in a forward-biased pn junction. It is
assumed that the p region is more heavily doped than the n region; NA @ ND.
115
Jenis dioda khusus
1. Schottky-Barrier Diode (SBD)
Terdiri dari metal yang ditempelkan ke semikonduktor yang
mempunyai dopping jenis n. Metal – semiconductor junction
mempunyai sifat seperti dioda dengan metal sebagai anoda dan
semikonduktor sebagai katoda. Karakteristik i – v SBD sama
dengan karakteristik dioda biasa dengan beberapa pengecualian;
– SBD dapat di-switch (on – off) lebih cepat dari dioda biasa.
– SBD mempunyai penurunan tegangan lebih kecil daripada
dioda biasa (0,3 – 0,5 V)
SBD dapat dibuat dari gallium arsenide (GaAs) dan banyak
ditemukan dalam rancangan TTL (transistor-transistor logic)
2. Varactor yaitu dioda khusus yang dipakai sebagai kapasitor
dengan tegangan yang bervariasi.
116
3. Photodiodes adalah sebuah dioda yang bagian junctionnya
dibuka, Jika dalam keadaan reverse-biased junction ini disinari
akan menghasilkan arus yang disebut photocurrent. Arus ini
sebanding dengan intensitas cahaya. Dioda ini digunakan untuk
mengubah sinyal optik ke sinyal listrik.
Dioda ini merupakan komponen yang penting dalam rangkaian
optoelektronik atau photonic.
Bila tidak diberi reverse bias, photodiode berfungsi sebagai solar
cell.
117
4. Light-Emitting Diode (LED) mengubah arus forward menjadi
cahaya. Proses rekombinasi di pn junction mengeluarkan
cahaya yang sebanding dengan arus forward.
LED banyak sekali dipakai sebagai alat peraga pada peralatan
laboratorium dan peralatan elektronik. Selain itu LED dapat juga
dirancang untuk menghasilkan cahaya yang koheren dengan
lebar bidang yang sangat sempit. Dioda seperti ini disebut dioda
laser.
Kombinasi antara LED dan photodiode disebut optoisolator.
Penggunaan optoisolator memberikan isolasi antara rangkaian
listrik yang terhubung dengan masukannya dan rangkaian yang
terhubung dengan keluarannya, sehingga dapat mengurangi
interferensi pada transmisi sinyal dalam sistem.

More Related Content

What's hot

7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeterSimon Patabang
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiFauzi Nugroho
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik lindkw
 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskritPengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskritBeny Nugraha
 
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeterHambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeterKhairul Amri
 
13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balikSimon Patabang
 
Bank Soal Materi Pelajaran Dioda
Bank Soal Materi Pelajaran DiodaBank Soal Materi Pelajaran Dioda
Bank Soal Materi Pelajaran DiodaMuhammad Hendra
 
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikModel Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikRumah Belajar
 
Resonansi listrik (rlc)
Resonansi listrik (rlc)Resonansi listrik (rlc)
Resonansi listrik (rlc)noussevarenna
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralelSimon Patabang
 
9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balikSimon Patabang
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)FEmi1710
 
Karakteristik transistor
Karakteristik transistorKarakteristik transistor
Karakteristik transistorandhi_setyo
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikumayu purwati
 

What's hot (20)

7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik Resonansi
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik
 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskritPengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
 
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeterHambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
Hambatan dalam-amperemeter-dan-voltmeter
 
Bjt
BjtBjt
Bjt
 
13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik
 
Bank Soal Materi Pelajaran Dioda
Bank Soal Materi Pelajaran DiodaBank Soal Materi Pelajaran Dioda
Bank Soal Materi Pelajaran Dioda
 
Rangkaian dua pintu
Rangkaian dua pintuRangkaian dua pintu
Rangkaian dua pintu
 
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikModel Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
 
Laporan praktikum karakteristik dioda
Laporan praktikum karakteristik diodaLaporan praktikum karakteristik dioda
Laporan praktikum karakteristik dioda
 
Resonansi listrik (rlc)
Resonansi listrik (rlc)Resonansi listrik (rlc)
Resonansi listrik (rlc)
 
4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel
 
Modul pengenalan proteus
Modul pengenalan proteusModul pengenalan proteus
Modul pengenalan proteus
 
9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
 
Karakteristik transistor
Karakteristik transistorKarakteristik transistor
Karakteristik transistor
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Dasar sistem kontrol
Dasar sistem kontrolDasar sistem kontrol
Dasar sistem kontrol
 

Viewers also liked

Viewers also liked (11)

Clippers and clampers
Clippers and clampersClippers and clampers
Clippers and clampers
 
Rangkaian listrik ( revisi) mohamad ramdhani
Rangkaian listrik ( revisi) mohamad ramdhaniRangkaian listrik ( revisi) mohamad ramdhani
Rangkaian listrik ( revisi) mohamad ramdhani
 
Diodes and Its Application
Diodes and Its ApplicationDiodes and Its Application
Diodes and Its Application
 
Rangkaian dioda dan regulator
Rangkaian dioda dan regulatorRangkaian dioda dan regulator
Rangkaian dioda dan regulator
 
Elektronika 1
Elektronika 1Elektronika 1
Elektronika 1
 
Clipper circuits
Clipper circuitsClipper circuits
Clipper circuits
 
Diac jadi
Diac jadiDiac jadi
Diac jadi
 
Diode Applications Experiment 5
Diode Applications Experiment 5Diode Applications Experiment 5
Diode Applications Experiment 5
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
Clampers and clippers
Clampers and clippersClampers and clippers
Clampers and clippers
 
Pertemuan 4 Dioda1
Pertemuan 4   Dioda1Pertemuan 4   Dioda1
Pertemuan 4 Dioda1
 

Similar to UNTUK DIODE IDEAL

Presentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasarPresentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasarKevin Maulana
 
Karakteristik dioda
Karakteristik diodaKarakteristik dioda
Karakteristik diodajumranjum
 
Tugas elektronika membaca dioda
Tugas elektronika membaca diodaTugas elektronika membaca dioda
Tugas elektronika membaca diodaSyahrul Munir
 
Dioda rectifier
Dioda rectifierDioda rectifier
Dioda rectifiernuricho22
 
dioda-semikonduktor.pptx
dioda-semikonduktor.pptxdioda-semikonduktor.pptx
dioda-semikonduktor.pptxTooGaming1
 
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...Dana Mezzi
 
Presentasi rangkaian dioda penyearah
Presentasi rangkaian dioda penyearahPresentasi rangkaian dioda penyearah
Presentasi rangkaian dioda penyearahDavid Suban Koten
 
Makalah elektronika analog
Makalah elektronika analogMakalah elektronika analog
Makalah elektronika analogNur Aoliya
 
Rangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahRangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahSyihab Ikbal
 
Penyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasa
Penyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasaPenyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasa
Penyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasaDedenIsliadi
 
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptxT-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptxArifinSyahrial
 

Similar to UNTUK DIODE IDEAL (20)

03. bab 4
03. bab 403. bab 4
03. bab 4
 
Presentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasarPresentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasar
 
Karakteristik dioda
Karakteristik diodaKarakteristik dioda
Karakteristik dioda
 
Pertemuan 31
Pertemuan 31Pertemuan 31
Pertemuan 31
 
06rangkaiandioda
06rangkaiandioda06rangkaiandioda
06rangkaiandioda
 
Tugas elektronika membaca dioda
Tugas elektronika membaca diodaTugas elektronika membaca dioda
Tugas elektronika membaca dioda
 
Dioda rectifier
Dioda rectifierDioda rectifier
Dioda rectifier
 
dioda-semikonduktor.pptx
dioda-semikonduktor.pptxdioda-semikonduktor.pptx
dioda-semikonduktor.pptx
 
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...
 
Presentasi rangkaian dioda penyearah
Presentasi rangkaian dioda penyearahPresentasi rangkaian dioda penyearah
Presentasi rangkaian dioda penyearah
 
Dioda dan Catu Daya
Dioda dan Catu DayaDioda dan Catu Daya
Dioda dan Catu Daya
 
Makalah elektronika analog
Makalah elektronika analogMakalah elektronika analog
Makalah elektronika analog
 
Bab ii-dioda-semikonduktor
Bab ii-dioda-semikonduktorBab ii-dioda-semikonduktor
Bab ii-dioda-semikonduktor
 
sak.pptx
sak.pptxsak.pptx
sak.pptx
 
Dioda penyearah
Dioda penyearahDioda penyearah
Dioda penyearah
 
Rangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahRangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus Searah
 
Penyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasa
Penyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasaPenyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasa
Penyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasa
 
DIODA PENYEARAH.pptx
DIODA PENYEARAH.pptxDIODA PENYEARAH.pptx
DIODA PENYEARAH.pptx
 
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptxT-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
 
Job 2
Job 2Job 2
Job 2
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

UNTUK DIODE IDEAL

  • 1. 1 DIODA IDEAL Karakteristik arus – tegangan Gambar 1. Dioda ideal: (a) simbol rangkaian dioda; (b) karakteristik i – v; (c) rangkaian ekivalen arah ‘reverse’; (d) rangkaian ekivalen arah ‘forward’
  • 2. 2 Gambar 1(a) adalah simbol dari dioda; gambar 1(b) adalah karakteristik arus – tegangan. Terminal positif dari dioda disebut anoda dan terminal negatif disebut katoda. Jika tegangan negatif dipasangkan pada dioda, tidak ada arus yang mengalir; dioda seperti hubung terbuka (gambar 1(c)). Keadaan ini disebut ‘reverse biased’. Jika tegangan positif dipasangkan pada dioda, tidak ada penurunan tegangan pada dioda; dioda seperti hubung singkat (gambar 1(d)). Keadaan ini disebut ‘forward biased’. Untuk membatasi arus pada dioda, diperlukan rangkaian luar seperti pada gambar 2.
  • 3. 3 Gambar 2. Dua mode operasi dioda ideal dan penggunaan rangkaian luar untuk membatasi arus (a) dan tegangan reverse (b)
  • 4. 4 Aplikasi sederhana dari dioda. Penyearah: Rangkaian terdiri dari sebuah dioda dan sebuah resistor (gambar 3(a)). Tegangan masukan vi adalah tegangan sinusoida (gambar 3(b)). Selama setengah gelombang positif dari sinyal masukan, dioda dalam keadaan forward biased. Penurunan tegangan pada dioda kecil sekali, idealnya nol. Rangkaian penggantinya seperti terlihat pada gambar 3(c). Tegangan keluaran sama dengan tegangan masukan. Selama setengah gelombang negatif dari sinyal masukan, dioda tidak terhubung (reverse biased). Rangkaian penggantinya seperti terlihat pada gambar 3(d). Tegangan keluaran sama dengan nol. Tegangan keluaran terlihat pada gambar 3(e).
  • 5. 5 Figure 3 (a) Rangkaian penyearah. (b) Bentuk gelombang masukan. (c) Rangkaian ekivalen ketika vI ≥ 0. (d) Rangkaian ekivalen ketika vI ≤ 0. (e) Bentuk gelombang keluaran.
  • 6. 6 Contoh soal 1: Gambar 4(a) menunjukkan sebuah rangkaian untuk mengisi sebuah batere 12 V. Jika vs adalah sebuah gelombang sinusoida yang mempunyai amplitudo 24 V, carilah bagian dari setiap perioda dimana dioda terkonduksi. Hitung juga harga puncak arus dioda dan harga maksimum tegangan balik yang muncul pada terminal dioda Gambar 4. Rangkaian dan bentuk gelombang contoh soal 1
  • 7. 7 Jawab: Dioda terkonduksi ketika vs melebihi 12 V, seperti yang terlihat pada gambar 4(a). Sudut konduksi = 2θ, dimana: 24 cos θ = 12 Jadi θ = 60° dan sudut konduksi = 120°, atau sepertiga dari perioda. Harga puncak dari arus dioda: A12,0 100 1224 = − =dI Harga tegangan balik yang muncul pada terminal dioda terjadi pada saat vs mencapai harga puncak negatif dan sama dengan 24 +12 = 36 V
  • 8. 8 Gerbang logik dioda Figure 5. Gerbang logik dioda: (a) Gerbang OR; (b) Gerbang AND (dalam sistem logik positif).
  • 9. 9 Contoh soal 2: Asumsikan dioda adalah dioda ideal, carilah harga I dan B dari rangkaian pada gambar 6. Gambar 4. Rangkaian dan bentuk gelombang contoh soal 2
  • 10. 10 Jawab: Dalam menyelesaikan soal, pertama buat asumsi, kemudian buat analisis berdasarkan asumsi ini dan periksa apakah asumsi ini benar. Untuk rangkaian pada gambar 6(a), asumsikan kedua dioda terkonduksi → VB = 0 dan V = 0, maka arus melalui D2: mA1 10 010 2 = − =DI Persamaan simpul pada B: ( ) 5 100 1 −− =+I Jadi I = 1 mA dan V = 0V
  • 11. 11 Untuk rangkaian pada gambar 6(b), asumsikan kedua dioda terkonduksi, maka VB = 0 dan V = 0. Arus pada D2: mA2 5 010 2 = − =DI Persamaan simpul pada B: ( ) mA1 10 100 2 −= −− =+ I I Asumsi awal kita salah. Ulangi lagi, asumsikan D1 ‘off’ dan I2 ‘on’. Arus ID2 ( ) mA33,1 15 1010 2 = −− =DI
  • 12. 12 Dan tegangan pada B: VB = -10 + 10 X 1,33 = +3,3 V Karakteristik terminal dari dioda Gambar 7 menunjukkan karakteristik terminal dari dioda. Kurva karakteristik terbagi dalam tiga daerah: 1. daerah forward-bias, ditentukan oleh v > 0 2. daerah reverse-bias, ditentukan oleh v < 0 3. daerah breakdown, ditentukan oleh v < -VZK
  • 13. 13 Gambar 7. Karakteristik arus – tegangan sebuah dioda silikon
  • 14. 14 Gambar 8. Hubungan arus – tegangan sebuah dioda dengan sebagian skala diperbesar dan sebagian lainnya diperkecil
  • 15. 15 Daerah forward-bias Hubungan arus – tegangan pada daerah forward bias: coulomb101,60elektronmuatan kelvinderajatdalammutlaktemperatur injoule/kelv101,38Boltzmannkonstanta (2) jenuharus (1))1( 19- 23- / ×== = ×== = = −= q T k q kT V I eIi T S nVv S T IS disebut juga arus skala yang berbanding lurus dengan luas permukaan ‘junction’ dari sebuah dioda. Arus ini merupakan fungsi dari suhu. IS berlipat dua setiap kenaikan suhu 5°C. Pada suhu kamar, harga VT adalah 25,2 mV. Pada persamaan dioda, harga n berkisar antara 1 dan 2, tergantung dari bahan dan struktur fisik dari dioda.
  • 16. 16 (4)ln (3) Untuk / S T nVv S S I i nVv eIi Ii T = ≅ >> Hubungan arus – tegangan dari dua buah dioda yang berbeda (5)log3,2 ln ; 1 2 12 1 2 12 /)( 1 2 / 2 / 1 12 21 I I nVVV I I nVVV e I I eIIeII T T nVVV nVV S nVV S T TT =− =− = == −
  • 17. 17 Persamaan (5) menunjukkan bahwa untuk perubahan arus 10 kali, penurunan tegangan pada dioda akan berubah sebesar 2,3nVT yang kira-kira sama dengan 60 mV untuk n = 1 dan 120 mV untuk n = 2. Pada gambar 8 terlihat, pada daerah forward bias, arus sangat kecil untuk tegangan lebih kecil dari 0,5 V. Harga ini disebut tegangan cut- in. Agar dioda benar-benar terhubung, penurunan tegangan pada dioda antara 0,6 V – 0,8 V. Umumnya penurunan tegangan pada dioda kira- kira 0,7 V. Karena IS dan VT merupakan fungsi dari temperatur, karakteristik arus – tegangan forward akan berubah dengan adanya perubahan suhu. (lihat gambar 8). Untuk arus dioda yang tetap, penurunan tegangan pada dioda menurun kira-kira 2 mV untuk setiap kenaikan suhu 1°C. Perubahan tegangan dioda karena suhu, dapat dipakai dalam perancangan termometer elektronik.
  • 18. 18 Gambar 9. Pengaruh suhu pada karakteristik arus – tegangan pada dioda di daerah forward bias.
  • 19. 19 Daerah reverse bias Dari persamaan (1), jika v negatif dan harganya beberapa kali lebih besar dari VT (25 mV), arus dioda menjadi: i ≈ -IS Pada kenyataannya besarnya arus pada daerah reverse bias jauh lebih besar dari arus jenuh. Jika sebuah dioda mempunyai arus jenuh pada orde antara 10-15 A – 10-14 A, arus balik pada orde 1 nA. Arus inipun meningkat dengan meningkatnya tegangan balik. Sebagian besar dari arus balik ini karena efek kebocoran. Arus kebocoran berbanding lurus dengan luas junction. Arus menjadi dua kali pada setiap kenaikan suhu 10°C.
  • 20. 20 Daerah breakdown Dioda memasuki daerah breakdown, jika besaran tegangan balik melebihi tegangan ambang dari sebuah dioda, yang disebut tegangan breakdown, VZK. Pada daerah breakdown, arus balik meningkat secara cepat dengan perubahan tegangan yang sangat kecil. Tegangan breakdown tidak merusak dioda, jika daya disipasi dibatasi pada level aman oleh rangkaian luar. Hubungan arus – tegangan pada daerah breakdown hampir merupakan garis vertikal. Karakteristik ini dapat dipakai dalam pengatur tegangan.
  • 21. 21 Pemodelan karakteristik dioda pada daerah forward bias Gambar 10. Rangkaian sederhana yang digunakan untuk menganalisis dioda dalam keadaan forward bias.
  • 22. 22 Model eksponensial Ini adalah model yang paling akurat dan merupakan yang paling sukar digunakan. Perhatikan gambar 10. Asumsikan VDD > 0,5 V, arus dioda >> IS, hubungan arus dan tegangan dinyatakan dalam persamaan (6). (6)/ TD nVV SD eII = Berdasarkan persamaan loop Kirchhoff: (7) R VV I DDD D − = Asumsikan parameter dioda n dan IS diketahui, persamaan (6) dan (7) adalah dua persamaan dengan dua nilai yang tidak diketahui, ID dan VD. Dua cara untuk menyelesaikannya adalah dengan analisis grafik dan analisis iteratif.
  • 23. 23 Analisis grafik menggunakan model eksponensial Gambar 11. Analisis grafik dari rangkaian pada gambar 9 menggunakan model eksponensial
  • 24. 24 Analisis iterative menggunakan model eksponensial Contoh soal 3: Tentukan arus ID dan tegangan dioda VD pada rangkaian di atas dengan VDD= 5 V dan R = 1kΩ. Asumsikan dioda mempunyai arus 0,1 mA pada tegangan 0,7V dan tegangan menurun 0,1V setiap kenaikan arus 10 kali. Jawab: Asumsikan VD = 0,7 V dan gunakan persamaan (7) untuk menentukan arus: mA,34 1 7,05 = − = − = R VV I DDD D
  • 25. 25 Gunakan persamaan (5) untuk mendapatkan harga yang lebih baik 1 2 12 log3,2 I I nVVV T=− Pada kasus ini 2,3nVT = 0,1 V, maka 1 2 12 log1,0 I I VV += Gantikan V1 = 0,7 V, I1 = 1 mA dan I2 = 4,3 mA menghasilkan V2 = 0,763 V Iterasi pertama menghasilkan ID = 4,3 mA dan VD = 0,763 V. Iterasi kedua dengan menggunakan cara yang sama menghasilkan: V0,762 3,4 4,237 log1,0763,0 mA237,4 1 763,05 2 =       += = − = V ID
  • 26. 26 Model garis lurus Kurva eksponensial didekati dengan dua buah garis lurus, garis A mempunyai kemiringan sama dengan nol dan garis B mempunyai kemiringan 1/rD iD = 0, vD ≤ VD0 (8) iD = (vD – VD0)/rD, vD ≥ VD0 Gambar 12. Model garis lurus.
  • 27. 27 Rangkaian pengganti model garis lurus terlihat pada gambar 12. Model ini dikenal juga dengan model batere-ditambah-resistansi Gambar 13. Model garis lurus dari karakteristik dioda di daerah forward dan rangkaian ekivalennya.
  • 28. 28 Contoh soal 4: Ulangi soal pada contoh soal 3 menggunakan model garis lurus dengan parameter yang diberikan pada gambar 12: VD0 = 0,65 V dan rD = 20 Ω. Jawab: Rangkaian pengganti terlihat pada gambar 14: Gambar 14. Rangkaian pengganti dengan model garis lurus.
  • 30. 30 Model Penurunan Tegangan Konstan Kurva eksponensial didekati dengan dua buah garis lurus, garis A mempunyai kemiringan sama dengan nol dan garis B yang vertikal. Gambar 15. Model penurunan tegangan konstan
  • 31. 31 Gambar 16. Model karakteristik dioda dan rangkaian ekivalennya.
  • 32. 32 Untuk rangkaian pada contoh soal 3 dan 4, jika diselesaikan dengan menggunakan model penurunan tegangan tetap, akan diperoleh: VD = 0,7 V mA3,4 1 7,05 7,0 = − = − = D DD D I R V I Model dioda ideal Untuk aplikasi yang melibatkan tegangan jauh lebih besar dari penurunan tegangan dioda (0,6 – 0,8 V), dapat digunakan model dioda ideal. Untuk contoh yang sama akan diperoleh: VD = 0 V mA5 0 = − = R V I DD D
  • 33. 33 Model sinyal kecil Gambar 17. Rangkaian pengganti model sinyal kecil dan karakteristik arus - tegangan
  • 34. 34 Dioda dimodelkan dengan sebuah resistor yang berbanding terbalik dengan tan-1 dari sudut pada titik prategangan pada kurva hubungan arus – tegangan. Lihat gambar 17a. Dioda dicatu dengan sumber tegangan dc, VD, dan sinyal ac, vd(t). Tanpa sinyal vd(t), tegangan dioda sama dengan VD. Arus dioda: (9)/ TD nVv SD eII = Dengan adanya sinyal vd(t), tegangan sesaat pada dioda: vD(t) = VD + vd(t) (10)
  • 35. 35 Arus dioda sesaat menjadi: (12))( )( )( (11))( / // /)( / D Td TdTD TdD TD nVv DD nVvnVv SD nVvV SD nVv S eIti eeIti eIti eIti = = = = + Jika amplitudo sinyal vd(t) cukup kecil: (13)1<< T d nV v Maka: (14)1)(       +≅ d T D DD v nV I Iti
  • 36. 36 Ini disebut pendekatan sinyal kecil dan berlaku untuk sinyal yang mempunyai amplitudo kira-kira 10 mV. (Ingat VT = 25 mV) Dari persamaan 10 diperoleh: (15))( d T D DD v nV I Iti += Jadi penumpangan pada arus dc ID, diperoleh komponen arus sinyal yang proporsional dengan tegangan sinyal vd(t): iD = ID + id (16) Dimana (17))( d T D d v nV I ti =
  • 37. 37 Konduktansi sinyal kecil dioda: T D d nV I g = Resistansi sinyal kecil dioda: (18) D T d I nV r = Resistansi sinyal kecil dioda berbanding terbalik dengan arus prategangan ID. Dan hargai ini merupakan kebalikan harga kemiringan pada titik kerja Q (19)/1 DD IiD D d v i r =       ∂ ∂ = Keuntungan menggunakan model ini: analisis sinyal kecil dapat dipisahkan dari analisis bias dc.
  • 38. 38 Contoh soal 5: Pada rangkaian pada gambar 18(a), R = 10kΩ. Catu daya V+ mempunyai harga dc = 10 V yang ditumpangi sinyal ac 60 Hz dengan amplitudo = 1 V. (sinyal ini dikenal dengan ‘power-supply ripple’. Hitunglah tegangan dc pada dioda dan amplitudo dari gelombang sinusoida yang muncul pada dioda. Asumsikan dioda mempunyai penurunan tegangan 0,7 V pada arus 1 mA dan n = 2. Jawab: V35,5 0583,010 0583,0 1 )puncak( 8,53 93,0 252 mA93,0 10 7,010 = + = + = Ω= × == = − = ∧ dD d sd D T d D rR r Vv I nV r I
  • 39. 39 Gambar 18. (a) Rangkaian contoh soal 5, (b) rangkaian untuk menghitung titik kerja dc, (c) rangkaian ekivalen sinyal kecil.
  • 40. 40 Penggunaan dioda untuk mengatur tegangan Pengatur tegangan adalah sebuah rangkaian yang tujuannya adalah menyediakan tegangan dc yang konstan pada terminal keluarannya,walaupun: 1. Adanya perubahan arus yang diambil dari terminal keluaran pengatur tegangan. 2. Adanya perubahan catu daya dc pada rangkaian pengatur tegangan. Contoh soal 6: Perhatikan rangkaian pada gambar 19. 3 buah dioda dihubungkan seri digunakan untuk mendapatkan tegangan tetap 2,1 V. Hitung prosentase perubahan pada pengatur tegangan yang disebabkan oleh: a. Perubahan pada catu daya sebesar ±10% b. Terhubung ke beban yang beresistansi 10 kΩ Asumsikan n=2
  • 41. 41 Gambar 19. Rangkaian untuk contoh soal 6
  • 42. 42 Jawab: Tanpa beban, harga arus nominal pada dioda: mA9,7 1 1,210 = − =I Setiap dioda mempunyai resistansi sinyal kecil: I nV r T d = Untuk n = 2 Ω= × = 3,6 9,7 252 dr Untuk ketiga dioda, resistansi sinyal kecil: r = 3 rd = 18,9 Ω
  • 43. 43 V1,37 10189,0 0189,0 22 = + = + =∆ Rr r vO Dengan adanya perubahan ±10% pada catu daya, perubahan pada tegangan keluaran = ±18,5% atau ±0,9%. Karena perubahan ini kira-kira = ±6,2 mV per dioda, maka penggunakan model dioda sinyal kecil dapat dibenarkan. Ketika beban 1 kΩ dihubungkan ke rangkaian dioda, beban ini akan mengambil arus 2,1mA. Akibatnya akan ada penurunan tegangan pada dioda sebanyak: ΔvO = -2,1 x r = -2,1 x 18,9 = -39,7 mV Penurunan pada setiap dioda kira-kira 13,2 mV, pemakaian model sinyal kecil tidak sepenuhnya ‘valid’.
  • 45. 45 Model garis lurus • Untuk vD ≤ VD0: iD = 0 • Untuk vD ≥ VD0: iD = (vD – VD0)/rD
  • 46. 46 Model penurunan tegangan yang konstan Untuk iD > 0 : vD = 0,7 V
  • 47. 47 Model Dioda Ideal Untuk iD > 0 : vD = 0
  • 48. 48 Model Sinyal Kecil • Untuk sinyal kecil yang ditumpangkan pada VD dan ID : id = vd/rd rd = nVT/ID (Untuk n=1, vd maks = 5 mV Untuk n=2, vd maks = 10 mV) Catatan: Berguna untuk mencari komponen tegangan dari dioda Dipakai sebagai dasar pemodelan sinyal kecil transistor
  • 49. 49 Dioda Zener Gambar 20. Simbol rangkaian Dioda Zener Gambar 21. Karakteristik i – v dioda pada daerah breakdown
  • 50. 50 Pada grafik karakteristik i – v terlihat bahwa pada arus lebih besar dari ‘knee current’, kurva hampir merupakan garis lurus. Data yang diberikan oleh pabrik biasanya menunjukkan tegangan dioda zener VZ pada arus test IZT. Pada grafik terlihat pada titik Q. Jika arus bergeser dari arus test IZT, tegangan pada dioda akan sedikit berubah. IrV Z∆=∆ rZ adalah kebalikan dari kemiringan garis singgung pada titik Q. rZ dikenal juga dengan ‘incremental resistance’ atau ‘dynamic resistance’. Harga rZ berkisar antara beberapa ohm sampai beberapa kilo ohm. Pada data yang diberikan oleh pabrik selain VZ, IZT, rZ dan IZK, juga ada data mengenai daya disipasi maksimum.
  • 51. 51 Gambar 22. Model dioda zener VZ = VZ0 + rZIZ (20) Berlaku untuk IZ > IZK
  • 52. 52 Contoh soal 7: Penggunaan dioda zener sebagai ‘shunt regulator’ Sebuah dioda zener mempunyai spesifikasi: VZ = 6,8 V pada IZ = 5 mA, rZ = 20Ω dan IZK = 0,2 mA. Tegangan sumber V+ = 10 V dengan penyimpangan ± 1 V. Carilah: a. VO jika tidak ada beban dan V+ pada harga nominal b. Perubahan harga VO jika ada perubahan ± 1 V pada V+ . (ΔVO/ΔV+ disebut line regulation) c. Perubahan pada VO jika terhubung pada beban RL yang menghasilkan arus IL= 1 mA. (ΔVO/ΔIL disebut load regulation) d. Harga VO jika RL= 2 kΩ e. Harga VO jika RL= 0,5 kΩ f. Harga RL minimum agar dioda masih bekerja di daerah breakdown.
  • 53. 53 Gambar 23. (a) rangkaian contoh soal 7. (b) rangkaian dengan rangkaian pengganti dioda zener.
  • 54. 54 Jawab: Tentukan harga VZ0 dari dioda zener. VZ = VZ0 + rzIZ VZ0 = 6,8V – 20 x 5mA = 6,7 V a. Tanpa beban: V6,830,026,356,7 mA35,6 02,05,0 7,610 0 0 =×+= +=∴ = + − = + − == + zZZO z Z Z rIVV rR VV II
  • 55. 55 b. Untuk perubahan ± 1V pada V+ , perubahan pada tegangan keluaran: mV5,38 20500 20 1 ±= + ×±= + ∆=∆ + z z O rR r VV Line regulation = 38,5 mV c. Terhubung dengan beban RL yang menarik arus IL = 1 mA, arus pada zener menurun 1 mA. mV/mA20regulationLoad mV20120 −= ∆ ∆ ≡ −=−×= ∆=∆ L O ZzO I V IrV
  • 56. 56 d. Ketika dihubungkan dengan beban 2 kΩ mV684,320 mA4,3 mA4,3 k2 V8,6 =−×=∆=∆∴ −=∆ = Ω = ZzO Z L IrV I I Perhitungan ini hanya pendekatan, karena tidak mengabaikan perubahan arus I. untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dapat menggunakan rangkaian pengganti pada gambar 23(b). Analisis ini menghasilkan ΔVO = 70 mV
  • 57. 57 e. Untuk RL = 0,5 kΩ mA6,13 5,0 8,6 ==LI Hal ini tidak mungkin karena arus I yang melalui R hanya 6,4 mA (V+ =10 V), akibatnya zener ‘cut off’. Maka tegangan VO akan ditentukan dengan menggunakan pembagian tegangan antara R dan RL. V5 5,05,0 5,0 10 = + = + = + RR R VV L L O Tegangan ini lebih kecil dari tegangan breakdown, artinya dioda tidak bekerja pada daerah breakdown
  • 58. 58 f. Agar zener tetap bekerja pada daerah breakdown. ( ) Ω≈=∴ =− = − = ≈≈ == k5,1 4,4 6,7 mA4,42,06,4:bebanpadaarus mA6,4 5,0 769 padaarus mV7,6 mA2,0 L ZKZ ZKZ R , R VV II
  • 59. 59 Efek suhu Ketergantungan tegangan zener pada suhu ditentukan dengan koefisien suhu atau TC atau temco yang dinyatakan dengan mV/°C. Harga TC tergantung dari: – Tegangan zener – Arus operasi VZ < 5 V → TC yang negatif, VZ > 5 V → TC yang positif. TC dari sebuah dioda zener yang mempunyai VZ = 5 V dapat dibuat 0 dengan mengoperasikan dioda pada arus tertentu. Untuk mendapatkan tegangan rujukan yang mempunyai TC rendah adalah dengan menghubungkan dioda zener yang mempunyai TC positif kira-kira 2 mV/°C secara seri dengan dioda yang bekerja di daerah forward. Dioda yang bekerja di daerah forward mempunyai penurunan tegangan ≈ 0,7 V dan mempunyai TC -2 mV/°C. Hubungan ini mempunyai tegangan (VZ+ 0,7) dengan TC = 0
  • 60. 60 Rangkaian penyearah Gambar 24. Diagram blok sebuah catu daya dc Diagram blok terdiri dari: 1. Trafo daya. 2. Rangkaian penyearah dioda 3. Filter 4. Pengatur tegangan Gambar di atas adalah diagram blok dari rangkaian penyearah dari tegangan jala-jala 120-V (rms) dengan frekuensi 60 Hz menjadi tegangan dc (biasanya antara 5 – 20 V) yang digunakan untuk mencatu beban. Tegangan keluaran VO yang dihasilkan harus tetap konstan walaupun ada variasi pada catu ac dan pada arus yang diperlukan oleh beban.
  • 61. 61 Penyearah setengah gelombang Pada rangkaian ekivalen digunakan model dioda garis lurus. V0,8atauV7,0 (22) (21b), (21a),0 0 0 00 0 = −≈⇒<< ≥ + − + = <= D DSOD DS D DS D O DSO V VvvRr Vv rR R Vv rR R v Vvv Dalam memilih dioda untuk penyearah ada dua parameter penting yang harus diperhatikan: a. Kemampuan dioda membawa arus, ditentukan oleh arus maksimum yang mungkin di saat dioda terhubung. b. Peak inverse voltage (PIV), ditentukan oleh tegangan terbalik maksimum yang mungkin ada di antara terminal dioda. PIV = Vs Biasanya dipilih dioda yang mempunyai tegangan breakdown 50% lebih besar dari PIV
  • 62. 62 Gambar 25. (a) penyearah setengah gelombang, (b) rangkaian ekivalen penyearah setengah gelombang, (c) karakteristik transfer rangkaian penyearah, (d) bentuk gelombang masukan dan keluaran, asumsikan ro << R
  • 63. 63 Penyearah gelombang penuh Gambar 26 Penyearah gelombang penuh menggunakan trafo yang di-tap di tengah.
  • 64. 64 Cara kerja: Jika tegangan jala-jala pada lilitan primer positif, kedua sinyal yang berlabel vS akan positif. D1 akan terhubung dan D2 akan reverse biased. Arus mengalir pada D1 akan mengalir melalui R dan kembali ke tengah-tengah lilitan sekunder. Rangkaian merupakan penyearah setengah gelombang. Ketika tegangan jala-jala negatif, kedua sinyal yang berlabel vS akan negatif. D1 akan ‘cut off’ dan D2 akan terhubung. Arus mengalir pada D2 akan mengalir melalui R dan kembali ke tengah-tengah lilitan sekunder. Rangkaian merupakan penyearah setengah gelombang. Catatan: arus yang mengalir melalui R selalu mempunyai arah yang sama, jadi vO akan unipolar. Untuk menghitung PIV: Pada saat setengah siklus positif, D1 terhubung dan D2 ‘cut off’. Tegangan pada katoda D2 adalah vO dan pada anoda –vS. Jadi tegangan balik pada dioda D2 akan menjadi (vO + vS), yang akan mencapai nilai maksimum pada harga (Vs – VD) dan vS akan mencapai puncak pada Vs, jadi: PIV = 2 V – V
  • 65. 65 Penyearah Jembatan Gambar 27. Penyearah jembatan (a) rangkaian (b) bentuk gelombang masukan dan keluaran
  • 66. 66 Cara kerja: Pada setengah siklus positif sinyal masukan, vS positif, dan arus mengalir melalui D1, resistor R, dan dioda D2, sedangkan D3 dan D4 dalam keadaan reverse biased. Dalam jalur ini ada dua dioda yang terhubung seri sehingga vO akan lebih rendah dari vS sebanyak dua penurunan tegangan dioda. Pada setengah siklus negatif sinyal masukan, vS akan negatif, sehingga –vS akan positif, dan arus mengalir melalui D3, R, dan D4, sedangkan D1 dan D2 dalam keadaan reverse biased. Catatan: pada kedua kondisi, arus mengalir dengan arah yang sama, sehingga vO selalu positif. Untuk menghitung PIV, perhatikan rangkaian pada setengah siklus positif. Tegangan balik pada dioda D3 dapat ditentukan pada loop yang dibentuk oleh D3, R, dan D2: vD3 (reverse) = vO + vD2 (forward) Harga maksimum dari vD3 terjadi pada puncak vO, jadi:
  • 67. 67 Penyearah dengan sebuah kapasitor filter – Penyearah Puncak Gambar 28. (a) rangkaian sederhana yang menunjukkan efek dari kapasitor filter (b) bentuk gelombang masukan dan keluaran
  • 68. 68 Cara kerja: Sinyal masukan vi adalah sinyal sinusoida dengan amplitudo Vp dan asumsikan dioda adalah dioda ideal. vi positif → dioda terhubung dan kapasitor terisi dan vO = vI. Keadaan ini berlangsung terus sampai vI mencapai Vp. Setelah sinyal masukan mencapai puncak, vI menurun, dioda dalam keadaan reverse biased, dan tegangan keluaran tetap pada Vp. Harga ini akan tetap konstan, karena tidak ada jalur untuk pengosongan kapasitor. Jadi rangkaian menghasilkan tegangan keluaran sama dengan amplitudo sinyal masukan sinusoida. Pada keadaan praktis, rangkaian dihubungkan dengan beban R paralel dengan C seperti yang terlihat pada gambar 29
  • 69. 69 Gambar 29 Bentuk gelombang arus dan tegangan pada rangkaian penyearah puncak dengan CR >> T
  • 70. 70 Cara kerja: Asumsikan dioda adalah dioda ideal. Dengan sinyal masukan sinusoida, kapasitor akan terisi sampai tegangan mencapai Vp. Kemudian dioda menjadi ‘cut off’, kapasitor akan dikosongkan melalui resistansi beban R. Pengosongan kapasitor akan berlangsung sampai vI lebih tinggi dari tegangan pada kapasitor. Dioda akan terhubung lagi dan mengisi kapasitor sampai Vp. Proses ini akan berulang. Agar penurunan tegangan keluaran tidak terlalu besar selama pengosongan kapasitor, harga CR jauh lebih besar dari interval pengosongan. Gambar 29(b) adalah bentuk gelombang masukan dan keluaran dengan asumsi CR >> T, di mana T adalah perioda dari sinyal masukan sinusoida.
  • 71. 71 Arus pada beban: iL = vO/R (23) Arus pada dioda: (25) (24) L I LCD i dt dv C iii += += Catatan: 1. Dioda terhubung pada interval yang singkat, Δt. 2. Asumsikan dioda ideal, dioda mulai terhubung pada t1, pada saat vI = vO. Dioda ‘off’ pada t2 . Harga t2 dapat dicari dari persamaan di atas dengan iD = 0 3. Selama dioda ‘off’, kapasitor C discharge melalui R, dan vO berkurang secara eksponensial dengan konstanta waktu CR. Selang discharge mulai beberapa saat setelah amplitudo vI. Pada akhir selang discharge, vO = Vp – Vr, Vr adalah tegangan ripple puncak-ke-puncak. Ketika CR >> T, Vr kecil.
  • 72. 72 4. Jika Vr kecil, vO ≈ vI, sehingga tegangan keluaran dc hampir sama dengan Vp dan iL hampir konstant, dan IL akan sama dengan: (26) R V I P L = Untuk mendapatkan tegangan keluaran dc yang lebih akurat, dapat diperoleh dengan mencari harga rata-rata dari vO VO = Vp – ½ Vr (27) Selama selang pengosongan kapasitor: CRt pO eVv /− = Pada akhir selang pengosongan: CRT prp eVVV /− ≈−
  • 73. 73 (29b) (29a) (28) 1Untuk / fC I V fCR V V CR T VV CR T eTCR L r p r pr CRt = = ≈∴ −≈→>> − Dengan menggunakan persamaan 29b dan asumsi bahwa dioda berhenti terkonduksi pada saat mendekati puncak vI, maka Δt dapat diperoleh dari: ( ) Tf VVtV rpp /22 cos ππω ω == −=∆
  • 74. 74 ( ) ( ) ( ) (30)/2 1cossekalikecil 2 2 1 pr VVt ttt ≈∆ ∆−≈∆→∆ ω ωωω Untuk menentukan arus dioda rata-rata selama konduksi, iDav: ( ) (31)/21 sup rpLDav rlost LDavCav Cavplied VVIi CVQ IIi tiQ π+= = −= ∆=
  • 75. 75 Arus dioda maksimum dapat diperoleh dari persamaan 25 pada awal konduksi, yaitu pada t = t1 = -Δt. Asumsikan bahwa arus IL hampir konstan pada harga yang diberikan pada persamaan 26, diperoleh: ( ) (32)/221max rpLD VVIi π+= Dari persamaan 31 dan 32 diperoleh: untuk Vr << Vp, IDmax ≈ 2 IDav.
  • 76. 76 Penyearah gelombang penuh dapat diubah menjadi penyearah puncak dengan menambahkan kapasitor paralel dengan beban. Dalam hal ini frekuensi sinyal ripple akan dua kali frekuensi sinyal masukan. Gambar 30. Bentuk gelombang pada penyearah puncak gelombang penuh
  • 77. 77 Frekuensi ripple akan dua kali frekuensi masukan. Tegangan ripple puncak-ke-puncak, dapat diperoleh dengan cara yang sama, tetapi perioda pengosongan T diganti dengan T/2, sehingga: (33) 2fCR V V p r = Dan arus rata-rata dan arus maksimum dioda: ( ) ( ) (35)2/21 (34)2/1 max rpLD rpLDav VVIi VVIi π π += += Jadi untuk Vp, f, R dan Vr yang sama, diperlukan kapasitor yang berukuran setengah dari kapasitor pada penyearah setengah gelombang.
  • 78. 78 Penyearah setengah gelombang yang presisi – Dioda super Gambar 31. Dioda super dan karakteristik transfer ideal.
  • 79. 79 Dioda super digunakan untuk menyearahkan sinyal yang kecil (pada orde 100 mV) atau yang memerlukan presisi yang tinggi. Dioda super terdiri dari op-amp dengan dioda ditempatkan pada jalur umpan balik negatif dan R merupakan resistansi beban. Cara kerja: Jika vI positif, tegangan keluaran op-amp vA akan positif dan dioda akan terhubung, sehingga membentuk jalur umpan balik tertutup antara terminal keluaran op-amp dengan terminal masukan negatif. Jalur umpan balik negatif ini akan menyebabkan hubung singkat semu di antara kedua terminal masukan. Jadi tegangan pada terminal masukan negatif yang sama dengan tegangan keluaran akan sama dengan tegangan masukan pada terminal masukan positif. vO = vI vI ≥ 0 Op-amp dapat beroperasi dengan vI hanya sedikit lebih besar dari penurunan tegangan dioda dibagi dengan penguatan op-amp loop terbuka.
  • 80. 80 Jadi transfer karakteristik vO – vI yang berupa garis lurus hampir melalui titik nol, sehingga rangkaian ini cocok digunakan untuk sinyal yang sangat kecil. Ketika tegangan vI negatif, tegangan keluaran op-amp vA akan menjadi negatif. Hal ini akan menyebabkan dioda dalam keadaan reverse biased, tidak ada arus yang melalui R, sehingga vO sama dengan nol. Jadi untuk vI < 0, vO = 0, dan op-amp bekerja dalam mode loop terbuka.
  • 81. 81 Rangkaian Pembatas dan Penjepit – Limiting and Clamping Circuits Rangkaian Pembatas Gambar 32. Karakteristik transfer rangkaian pembatas
  • 82. 82 L-/K ≤ vi ≤ L+/K → rangkaian pembatas beroperasi seperti rangkaian linier vo = K vi K ≤ 1 : pembatas pasif Jika vi ≥ L+/K, keluaran akan dibatasi oleh pembatas atas L+. Jika vi ≤ L-/K, keluaran akan dibatasi oleh pembatas bawah L- Karakteristik transfer pada gambar 33 menunjukkan sebuah pembatas ganda atau ‘double limiter’ yaitu yang membatasi kedua puncak, positif dan negatif. Karakteristik seperti ini juga dikenal sebagai karakteristik pembatas keras atau hard limiter. Sebuah masukan sinusoida dipasangkan ke sebuah pembatas ganda, kedua puncaknya akan terpotong. Oleh sebab itu rangkaian pembatas disebut juga rangkaian pemotong atau clipper.
  • 83. 83 Gambar 33. Sinyal sinusoida dipasangkan pada rangkaian pembatas. Gambar 34. Soft limiting
  • 84. 84 Macam-macam rangkaian pembatas Gambar 35. Macam-macam rangkaian pembatas
  • 85. 85 Pada rangkaian ini dipakai model dioda penurunan tegangan tetap (VD = 0,7). Untuk rangkaian pada gambar 35(a): vI < 0,5 V, dioda ‘cut off’, penurunan tegangan pada R = 0 → vO = vI. vI > 0,5 V, dioda ‘on’, vO = penurunan tegangan satu dioda (0,7 V). Untuk rangkaian pada gambar 35(b): Sama seperti rangkaian pada gambar 35(a) hanya diodanya kebalikannya. Rangkaian pembatas dobel dapat diimplementasikan dengan menggunakan dua dioda yang mempunyai polaritas berlawanan seperti pada gambar 35(c). Pada rangkaian ini daerah linier dari karakteristik diperoleh untuk -0,5V ≤ vI ≤ 0,5V. Pada selang ini kedua dioda ‘off’ dan vO = vI. Jika vI melebihi 0,5V, D1 ‘on’, dan membatasi tegangan vO +0,7V, dan jika vI kurang dari -0,5V, D2 dan membatasi tegangan vO -0,7V.
  • 86. 86 Tegangan ambang dan tingkat kejenuhan dari dioda dapat diatur dengan menggunakan rantai dioda atau dengan menghubungkan seri dioda dengan sumber tegangan dc seperti pada gambar 35(d). Cara lain dengan menggunakan dua buah dioda zener yang dihubungkan seri, seperti pada gambar 35(e). Jika vI positif, vO akan dibatasi oleh tegangan (VZ2 + 0,7). Pada kondisi ini Z2 bertindak sebagai zener dan Z1 forward bias. Jika vI negatif, vO akan dibatasi oleh tegangan (VZ1 + 0,7). Pada kondisi ini Z1 bertindak sebagai zener dan Z2 forward bias. Rangkaian ini dikenal dengan nama double-anode zener.
  • 87. 87 Clamped Capacitor atau DC Restorer Jika pada rangkaian penyearah puncak, keluaran diambil pada terminal dioda maka akan menghasilkan aplikasi penting yang disebut ‘dc restorer’ seperti yang terlihat pada gambar 36. Gambar 36. Clamped Capacitor atau dc restorer.
  • 88. 88 Cara kerja: Karena polaritas dioda terhubung sedemikian rupa maka kapasitor akan terisi sampai tegangan vC seperti yang terlihat pada gambar 36 dan besarnya sama dengan amplitudo negatif dari sinyal masukan. Selanjutnya dioda ‘off’ dan tegangan pada kapasitor akan konstan. Jika masukan sinyal segiempat mempunyai tegangan maksimum -6V dan +4V, maka vC akan sama dengan 6V. Tegangan keluaran vO: vO = vI + vC Bentuk gelombangnya akan sama hanya tergeser ke atas sebanyak vC. Cara lain melihat cara kerja rangkaian ini adalah, karena dioda terhubung sedemikian, maka akan mencegah tegangan keluaran lebih rendah dari 0V. Jadi bentuk gelombang keluaran mempunyai harga terendah 0V atau terjepit pada tegangan 0V. Itulah sebabnya rangkaian disebut rangkaian kapasitor penjepit.
  • 89. 89 Jika polaritas dioda dibalik, maka tegangan keluaran mempunyai tegangan maksimum 0V. Salah satu aplikasi dari rangkaian ini adalah untuk mengembalikan komponen dc dari pulsa yang ditransmisikan lewat sistem ac- coupled atau capacitively-couple. Kopling kapasitif akan menyebabkan pulsa kehilangan komponen dc. Dengan memasukkan pulsa ini ke rangkaian penjepit akan memberikan kembali komponen dc yang hilang. Oleh sebab itulah rangkaian ini disebut rangkaian ‘dc-restorer’. Jika sebuah resistansi beban R terhubung paralel dengan dioda pada rangkaian penjepit, tegangan keluaran akan berubah. Ketika keluaran lebih tinggi dari ‘ground’, arus dc akan mengalir melalui R. Karena pada saat itu dioda dalam keadaan ‘off’, arus berasal dari kapasitor, sehingga terjadi pengosongan kapasitor dan tegangan keluaran menurun. Hal ini terlihat pada gambar 37
  • 90. 90 Gambar 37 Clamped capacitor dengan resistansi beban R
  • 91. 91 Selama selang t0 – t1, tegangan keluaran turun secara eksponensial dengan konstanta waktu CR. Pada t1 masukan turun sebanyak Va volt, dan keluaran berusaha untuk mengikutinya. Hal ini menyebabkan dioda terhubung dan mengisi kapasitor. Pada akhir selang t1 – t2, tegangan keluaran akan beberapa persepuluh volt negatif ( -0,5V). Kemudian tegangan masukan meningkat sebanyak Va volt yang akan diikuti oleh keluaran dan seterusnya akan berulang. Pada keadaan mantap, muatan kapasitor yang hilang selama selang t0 – t1 akan diperoleh kembali selama selang t1 – t2.
  • 92. 92 Voltage Doubler Gambar 38 Voltage doubler (a) rangkaian (b) bentuk gelombang keluaran
  • 93. 93 Gambar 38 menunjukkan sebuah rangkaian yang terdiri dari dua bagian yang dihubungkan secara ‘cascade’: sebuah penjepit yang dibentuk oleh C1 dan D1, dan sebuah penyearah puncak yang dibentuk oleh D2 dan C2. Jika diberi masukan sinyal sinusoida dengan amplitudo Vp, bagian penjepit akan menghasilkan bentuk gelombang seperti pada gambar 38(b). Puncak positif akan dijepit pada tegangan 0 V dan puncak positif pada tegangan -2Vp. Respons terhadap bentuk gelombang ini, bagian penyearah puncak akan menghasilkan tegangan dc 2Vp pada kapasitor. Karena besaran tegangan keluaran dua kali tegangan masukan maka rangkaian disebut ‘voltage doubler’
  • 94. 94 Operasi fisik dari dioda • Konsep dasar semikonduktor – Dioda semikonduktor adalah sebuah pn junction yang terdiri dari semikonduktor jenis –n dan semikonduktor jenis –p. – Daerah p dan n adalah bagian dari kristal silikon yang sama yang mempunyai doping yang berbeda. – pn junction juga merupakan elemen dasar dari transistor bipolar dan transistor efek medan (FET) Gambar 39. Struktur fisik sederhana dari dioda junction
  • 95. 95 Gambar 40. Two-dimensional representation of the silicon crystal. The circles represent the inner core of silicon atoms, with +4 indicating its positive charge of +4q, which is neutralized by the charge of the four valence electrons. Observe how the covalent bonds are formed by sharing of the valence electrons. At 0 K, all bonds are intact and no free electrons are available for current conduction.
  • 96. 96 Gambar 41 At room temperature, some of the covalent bonds are broken by thermal ionization. Each broken bond gives rise to a free electron and a hole, both of which become available for current conduction.
  • 97. 97 Gambar 42. A silicon crystal doped by a pentavalent element. Each dopant atom donates a free electron and is thus called a donor. The doped semiconductor becomes n type.
  • 98. 98 Gambar 43. A silicon crystal doped with a trivalent impurity. Each dopant atom gives rise to a hole, and the semiconductor becomes p type.
  • 99. 99 pn junction dalam kondisi hubung terbuka         = 20 ln i DA T n NN VV Gambar 44 (a) Dioda dalam keadaan hubung terbuka (b) Distribusi potensial sepanjang sumbu tegak lurus dengan junction
  • 100. 100 • Tanda ‘+’ pada bahan jenis –p menunjukkan pembawa mayoritas ‘holes’. • Muatan ‘holes’ dinetralkan oleh muatan negatif dari atom akseptor. • Tanda ‘-’ pada bahan jenis –n menunjukkan pembawa mayoritas ‘elektron’. • Muatan ‘elektron’ dinetralkan oleh muatan positif. • Arus difusi ID – Konsentrasi holes yang tinggi di daerah p dan yang rendah di daerah n menyebabkan holes merembas melalui ‘junction’ dari sisi p ke sisi n. – Sebaliknya, elektron merembas dari sisi n ke sisi p. – Jumlah kedua arus ini membentuk arus difusi ID dengan arah dari sisi p ke sisi n.
  • 101. 101 • Daerah deplesi – Holes yang merembas melalui junction ke daerah n akan ber- rekombinasi dengan mayoritas elektron di daerah n, sehingga holes ini menghilang demikian juga sebagian elektron bebas pada daerah n juga menghilang. – Sebagian dari muatan positif tidak lagi dinetralkan oleh elektron bebas. Muatan ini disebut ‘uncovered’ – Rekombinasi terjadi di dekat junction, sehingga ada daerah dekat junction yang kekurangan elektron bebas (depleted of free electrons) dan mengandung muatan positif yang ‘uncovered’ – Elektron yang merembas melalui junction ke daerah p akan ber- rekombinasi dengan mayoritas holes di daerah p, sehingga elektron ini menghilang demikian juga sebagian holes bebas pada daerah p juga menghilang. – Sebagian dari muatan negatif tidak lagi dinetralkan oleh holes. Muatan ini disebut ‘uncovered’ – Rekombinasi terjadi di dekat junction, sehingga ada daerah dekat junction pada daerah p yang kekurangan holes (depleted of holes) dan mengandung muatan negatif yang ‘uncovered
  • 102. 102 – Dari penjelasan di atas, daerah deplesi pembawa (carrier- depletion region) atau daerah deplesi akan terdapat di kedua sisi junction, pada sisi n bermuatan positif dan di sisi p bermuatan negatif. – Muatan pada ke dua sisi daerah deplesi akan menyebabkan adanya medan listrik pada daerah deplesi, sehingga ada perbedaan tegangan pada daerah deplesi, dengan tegangan positif pada sisi n dan tegangan negatif pada sisi p. – Perbedaan tegangan pada daerah deplesi merupakan penghalang (‘barrier’) yang harus diatasi oleh holes untuk berdifusi ke daerah n dan elektron berdifusi ke daerah p. – Makin besar tegangan penghalang, makin kecil jumlah pembawa yang dapat mengatasi ‘barrier’ sehingga makin kecil arus difusi. – Arus difusi tergantung pada perbedaan tegangan V0 pada daerah deplesi.
  • 103. 103 • Arus drift IS dan keseimbangan – Selain komponen arus difusi ID, terdapat juga komponen arus drift yang disebabkan oleh pembawa minoritas. – Ada dua komponen arus drift, yaitu elektron yang bergerak dari bahan p ke bahan n dan holes yang bergerak dari bahan n ke bahan p. – Arah arus drift IS dari sisi n ke sisi p pada junction. – Karena arus drift disebabkan oleh pembawa minoritas yang dihasilkan secara termal, harganya sangat tergantung pada suhu, tetapi tidak tergantung pada harga tegangan pada daerah deplesi. – Pada kondisi hubung terbuka: ID = IS
  • 104. 104 • Tegangan pada junction         = 20 ln i DA T n NN VV NA = konsentrasi doping pada sisi p ND = konsentrasi doping pada sisi n VT = tegangan termal Jadi tegangan pada junction tergantung dari konsentrasi doping dan suhu. Pada suhu kamar, biasanya tegangan ini antara 0,6 V – 0,8 V.
  • 105. 105 • Lebar daerah deplesi – Daerah deplesi pada kedua sisi junction tergantung pada jumlah muatan (konsentrasi doping) pada kedua sisi. – Daerah deplesi akan lebih lebar pada sisi yang mempunyai doping lebih kecil. qxpANA = qxnAND 0 112 V NNq xxW N N x x DA s pndep D A p n       +=+= = ε xp dan xn: lebar deplesi pada sisi p dan n A: luas penampang junction NA dan ND: konsentrasi doping pada sisi p dan n εs = permivity elektrik dari silicon = 11,7 ε0 = 1,04 x 10-12 F/cm Harga Wdep berkisar antara 0,1 μm – 1 μm
  • 106. 106 pn junction di bawah kondisi ‘reverse bias’ Gambar 45 The pn junction excited by a constant-current source I in the reverse direction. To avoid breakdown, I is kept smaller than IS. Note that the depletion layer widens and the barrier voltage increases by VR volts, which appears between the terminals as a reverse voltage.
  • 107. 107 – Arus luar I mengalir dari bahan n ke bahan p – Elektron meninggalkan bahan n dan holes meninggalkan bahan p. – Elektron bebas yang meninggalkan bahan n menyebabkan meningkatnya ‘uncovered’ muatan positif. – Holes yang meninggalkan bahan p menyebabkan meningkatnya ‘uncovered’ muatan negatif. – Arus balik I akan menyebabkan meningkatnya lebar daerah deplesi dan juga muatan pada daerah deplesi. – Akibatnya tegangan pada junction meningkat – artinya tegangan penghalang meningkat – arus ID menurun. – Arus IS tidak tergantung dari tegangan penghalang, jadi arus IS tetap. – Pada keadaan seimbang: IS – ID = I, dan tegangan sama V0 sama dengan tegangan VR – Pada keadaan steady ID kecil sekali sehingga I ≈ IS
  • 108. 108 pn junction pada daerah breakdown Gambar 46 The pn junction excited by a reverse-current source I, where I > IS. The junction breaks down, and a voltage VZ , with the polarity indicated, develops across the junction.
  • 109. 109 • Arus I > IS pada arah balik. • Melalui jalur luar, sumber arus akan memindahkan holes pada bahan p ke bahan n, dan memindahkan elektron dari bahan n ke bahan p. • Akibatnya makin banyak muatan ‘bound’ yang ‘uncovered’, sehingga daerah deplesi makin lebar dan tegangan penghalang makin tinggi yang mengakibatkan arus difusi makin kecil atau mendekati nol. • Keadaan steady tidak tercapai karena arus I > IS • Proses ini akan menyebabkan daerah deplesi makin lebar sampai terbentuk tegangan junction yang cukup tinggi. • Ada mekanisme baru diperlukan untuk mencatu muatan pembawa yang diperlukan untuk menunjang arus I.
  • 110. 110 • Ada 2 mekanisme breakdown – Effect Zener, VZ < 5 V. • Terjadi bila medan listrik pada lapisan deplesi meninggat pada titik di mana medan ini akan mematahkan ikatan kovalen dan menghasilkan pasangan elektron – holes. • Elektron akan tertarik pada sisi n dan holes akan tertarik ke sisi p. • Elektron dan holes ini menyebabkan arus balik pada junction yang menunjang arus luar. • Jika efek Zener terjadi, banyak muatan pembawa akan dihasilkan, tanpa ada penambahan tegangan junction. • Jadi arus balik pada daerah breakdown akan ditentukan oleh rangkaian luar, sedangkan tegangan pada terminal dioda akan tetap mendekati tegangan breakdown VZ
  • 111. 111 – Efek avalanche • Terjadi ketika pembawa minoritas yang melewati daerah deplesi karena pengaruh medan listrik mempunyai energi kinetik yang dapat memecahkan ikatan kovalen pada atom yang ditabraknya. • Pembawa yang terbentuk pada proses ini mempunyai energi yang tinggi yang dapat menyebabkan proses ionisasi berlanjut. • Proses avalanche disebabkan oleh rangkaian luar, dengan perubahan penurunan tegangan junction yang bisa diabaikan. – Breakdown pada pn junction tidak bersifat merusak dengan syarat disipasi daya tidak melebihi dari batas yang ditentukan. – Disipasi daya maksimum menentukan harga maksimum arus balik.
  • 112. 112 pn junction dalam kondisi ‘forward bias’ Gambar 47. The pn junction excited by a constant-current source supplying a current I in the forward direction. The depletion layer narrows and the barrier voltage decreases by V volts, which appears as an external voltage in the forward direction.
  • 113. 113 – Arus luar mencatu pembawa mayoritas pada ke dua sisi; holes ke bahan p dan elektron ke bahan n. – Pembawa mayoritas ini menetralkan muatan ‘uncovered’, sehingga jumlah muatan di daerah deplesi berkurang, akibatnya daerah deplesi menjadi lebih sempit dan tegangan penghalang menurun – Makin banyak holes yang mengalir dari bahan p ke bahan n dan makin banyak elektron mengalir dari bahan n ke bahan p – Arus difusi meningkat sampai mencapai keseimbangan: ID – IS = I
  • 114. 114 Gambar 48. Minority-carrier distribution in a forward-biased pn junction. It is assumed that the p region is more heavily doped than the n region; NA @ ND.
  • 115. 115 Jenis dioda khusus 1. Schottky-Barrier Diode (SBD) Terdiri dari metal yang ditempelkan ke semikonduktor yang mempunyai dopping jenis n. Metal – semiconductor junction mempunyai sifat seperti dioda dengan metal sebagai anoda dan semikonduktor sebagai katoda. Karakteristik i – v SBD sama dengan karakteristik dioda biasa dengan beberapa pengecualian; – SBD dapat di-switch (on – off) lebih cepat dari dioda biasa. – SBD mempunyai penurunan tegangan lebih kecil daripada dioda biasa (0,3 – 0,5 V) SBD dapat dibuat dari gallium arsenide (GaAs) dan banyak ditemukan dalam rancangan TTL (transistor-transistor logic) 2. Varactor yaitu dioda khusus yang dipakai sebagai kapasitor dengan tegangan yang bervariasi.
  • 116. 116 3. Photodiodes adalah sebuah dioda yang bagian junctionnya dibuka, Jika dalam keadaan reverse-biased junction ini disinari akan menghasilkan arus yang disebut photocurrent. Arus ini sebanding dengan intensitas cahaya. Dioda ini digunakan untuk mengubah sinyal optik ke sinyal listrik. Dioda ini merupakan komponen yang penting dalam rangkaian optoelektronik atau photonic. Bila tidak diberi reverse bias, photodiode berfungsi sebagai solar cell.
  • 117. 117 4. Light-Emitting Diode (LED) mengubah arus forward menjadi cahaya. Proses rekombinasi di pn junction mengeluarkan cahaya yang sebanding dengan arus forward. LED banyak sekali dipakai sebagai alat peraga pada peralatan laboratorium dan peralatan elektronik. Selain itu LED dapat juga dirancang untuk menghasilkan cahaya yang koheren dengan lebar bidang yang sangat sempit. Dioda seperti ini disebut dioda laser. Kombinasi antara LED dan photodiode disebut optoisolator. Penggunaan optoisolator memberikan isolasi antara rangkaian listrik yang terhubung dengan masukannya dan rangkaian yang terhubung dengan keluarannya, sehingga dapat mengurangi interferensi pada transmisi sinyal dalam sistem.