Laporan ini menganalisis kondisi ekonomi Provinsi Papua Barat pada tahun 2016 dengan menggunakan beberapa metode analisis seperti Location Quotient, Model Rasio Pertumbuhan, Shift Share, dan Tipologi Klassen untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi potensial. Hasil analisis menunjukkan beberapa sektor seperti pertambangan, industri pengolahan, dan administrasi pemerintahan memiliki keunggulan komparatif di Papua Barat.
2. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik sebagai dasar
berpijak dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai
dengan tepat.
Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif diperlukan untuk memberikan gambaran
tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai
pada masa yang akan datang.
Pencapaian keberhasilan pembangunan daerah melalui pembangunan ekonomi harus
disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah serta diperlukan perencanaan
pembangunan yang terkoordinasi antar kategori. Perencanaan pembangunan disini
bertujuan untuk menganalisis secara menyeluruh tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh
suatu daerah agar arah kebijakan yang akan diambil mengena dan tepat sasaran. Oleh karena
itu, diperlukan kajian khusus untuk menentukan kategori-kategori ekonomi potensial yang
ada di Provinsi Papua Barat.
3. Hasil
Analisis Location Quotient (LQ)
1. Tujuan: untuk mengidentifikasi sektor ekonomi potensial dan keunggulan
komparatif suatu wilayah
2. Interpretasi:
o Jika LQ > 1, sektor i di wilayah analisis j merupakan sektor unggulan
o Jika LQ ≤ 1, sektor i di wilayah analisis j bukan merupakan sektor unggulan.
3. Keunggulan: Alat analisa yang dapat digunakan dengan mudah dan cepat. LQ
dapat digunakan sebagai alat analisis awal untuk suatu daerah, yang kemudian
dapat dilanjutkan dengan alat analisis lainnya. LQ dapat dihitung berulang kali
untuk setiap variabel, waktu dan wilayah referensi atau acuan
4. Kelemahan: Nilai LQ dipengaruhi oleh berbagai faktor. Nilai hasil
perhitungannya bias, karena pemilihan data, pemilihan peubah acuan,
pemilihan entity yang diperbandingkan, pemilihan tahun dan kualitas data.
4. Hasil
Analisis Location Quotient (LQ)
Gambar 4.1.
Hasil Penghitungan LQ Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensi Nasional,
Tahun 2016
Teradapat 5 kategori ekonomi di Papua Barat
yang memiliki keunggulan komparatif dari
nasional pada tahun 2016, yaitu kategori:
1. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib;
2. Pertambangan dan Penggalian;
3. Industri Pengolahan;
4. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang;
5. Konstruksi.
5. Hasil
Analisis Location Quotient (LQ)
Gambar 4.2.
Hasil Penghitungan LQ Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensi Sulampua dengan Migas,
Tahun 2016
Teradapat 4 kategori ekonomi di Papua Barat
yang memiliki keunggulan komparatif dari
Sulampua dengan migas pada tahun 2016,
yaitu kategori:
1. Industri Pengolahan;
2. Pertambangan dan Penggalian;
3. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib;
4. Konstruksi.
6. Hasil
Analisis Location Quotient (LQ)
Gambar 4.3.
Hasil Penghitungan LQ Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensi Sulampua Tanpa Migas,
Tahun 2016
Teradapat 5 kategori ekonomi di Papua Barat
yang memiliki keunggulan komparatif dari
Sulampua tanpa migas pada tahun 2016, yaitu
kategori:
1. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib;
2. Konstruksi;
3. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang;
4. Jasa Pendidikan;
5. Transportasi dan Pergudangan.
7. Hasil
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
1. Tujuan: mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria
pertumbuhan PDRB (competitive advantage).
2. Interpretasi:
Jika nilai RPs > 1 dan RPr >1 maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis dan
wilayah referensi sama-sama tinggi → sektor tersebut merupakan potensi baik di
tingkat regional maupun global (di level wilayah referensinya)
Jika nilai RPs > 1 dan RPr < 1 maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis lebih
tinggi dari wilayah referensi → sektor tersebut merupakan potensi di tingkat
regional namun secara global tidak berpotensi
Jika nilai RPs < 1 dan RPr > 1 maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis lebih
rendah dari wilayah referensi → sektor tersebut merupakan potensi di tingkat
global namun secara regional tidak berpotensi
Jika nilai RPs < 1 dan RPr < 1 maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis dan
wilayah referensi sama-sama rendah → sektor tersebut tidak berpotensi baik di
tingkat regional maupun global (wilayah referensi)
8. Hasil
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
3. Keunggulan:
MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam
skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas.
Analisis MRP ini merupakan modifikasi atau pengembangan dari komponen
proportional shift dan differential shift dalam analisis shift-share
4. Kelemahan:
tidak adanya spesifikasi masing-masing sektor yang mana yang masih lambat
pertumbuhannya
Sensitif terhadap perubahan waktu yang digunakan
9. Hasil
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Gambar 4.4.
Scatter Plot RPr dan RPs Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensinya Nasional,
Tahun 2010-2016
Kuadran II Kuadran I
potensi di
tingkat Nasional
namun di Papua
Barat tidak
berpotensi
potensi baik di
Papua Barat
maupun
Nasional
D; F; H; I; J; K; L;
M,N; P; Q;
R,S,T,U
Kuadran III Kuadran IV
tidak berpotensi
baik di Papua
Barat maupun di
Nasional
potensi di
Papua Barat
namun di
Nasional tidak
berpotensi
A; B; C; E G; O
10. Hasil
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Gambar 4.5.
Scatter Plot RPr dan RPs Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensinya Sulampua dengan
Migas,
Tahun 2010-2016
Kuadran II Kuadran I
potensi di
tingkat
Sulampua
namun di Papua
Barat tidak
berpotensi
potensi baik di
Papua Barat
maupun
Sulampua
C
D; F; G; H; I; J; K;
L; M,N; O; P; Q;
R,S,T,U
Kuadran III Kuadran IV
tidak berpotensi
baik di Papua
Barat maupun di
Sulampua
potensi di
Papua Barat
namun di
Sulampua tidak
berpotensi
A; B; E
11. Hasil
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Gambar 4.6.
Scatter Plot RPr dan RPs Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensinya Sulampua tanpa
Migas,
Tahun 2010-2016
Kuadran II Kuadran I
potensi di
tingkat
Sulampua
namun di Papua
Barat tidak
berpotensi
potensi baik di
Papua Barat
maupun
Sulampua
C; D; I; M,N; P;
Q; R,S,TU
F; G; H; J; K; L
Kuadran III Kuadran IV
tidak berpotensi
baik di Papua
Barat maupun di
Sulampua
potensi di
Papua Barat
namun di
Sulampua tidak
berpotensi
A; B; E O
12. Hasil
Analisis Shift Share (SS)
1. Merupakan salah satu teknik kuantitatif untuk menganalisis perubahan struktur
ekonomi suatu wilayah terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih
luas sebagai referensi.
2. Terdapat 3 bagian:
Regional Share (RS/Nij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang
disebabkan oleh faktor luar yaitu; peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat
kebijaksanaan nasional atau provinsi yang berlaku pada seluruh daerah.
Proportional Shift (PS/Mij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang
disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada
kategori yang pertumbuhannya cepat secara nasional atau provinsi.
Differential Shift (DS/Cij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena
kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan ini
merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan
ekspor daerah.
13. Hasil
Analisis Shift Share (SS)
3. Interpretasi:
Jika PSij > 0 tumbuh lebih cepat dari sektor yang sama di daerah lain /daerah
referensi (secara umum)
Jika DSij > 0 tumbuh lebih cepat dari sektor yang lain di daerah analisis (daya saing
yang tinggi dibanding sektor lain)
Jika PSij > 0 dan DSij > 0, artinya wilayah/sektor dengan pertumbuhan sangat
pesat
Jika PSij < 0 dan DSij > 0, artinya wilayah/sektor dengan pertumbuhan
terhambat tetapi berkembang
Jika PSij > 0 dan DSij < 0, artinya wilayah/sektor dengan pertumbuhan
terhambat namun masih berpotensi
Jika PSij < 0 dan DSij < 0, artinya wilayah/sektor dengan daya saing rendah
dan peranan terhadap wilayah juga rendah
14. Hasil
Analisis Shift Share (SS)
4. Keunggulan:
Digunakan untuk memperileh gambaran rinci mengenai pergeseran struktur
ekonomi
Menggambarkan posisi relatif masing-masing sektor perekonomian daerah
terhadap wilayah acuan
Menggambarkan sektor-sektor unggulan yang dapat dipacu untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi
Menggambarkan sektor yang posisinya relatif lemah, namun dianggap strategis
untuk dipacu (pertimbangan penyerapan tenaga kerja)
5. Kelemahan:
Asumsi yang digunakan bahwa sektor-sektor ekonomi acuan tumbuh dengan
tingkat yang sama,
Pergeseran posisi sektor dianggap linier.
15. Hasil
Analisis Shift Share (SS)
PSij > 0 dan DSij > 0 PSij < 0 dan DSij > 0 PSij > 0 dan DSij < 0 PSij < 0 dan DSij < 0
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
sangat pesat
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
terhambat tetapi berkembang
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
terhambat namun masih berpotensi
wilayah/sektor dengan daya saing rendah
dan peranan terhadap wilayah juga rendah
D; F; H; K; L; P G; O I; J; M,N; Q; R,S,T,U A; B; C; E
Hasil Analisis Shift share dengan wilayah referensi Nasional
Hasil Analisis Shift share dengan wilayah referensi Sulampua
dengan migas
PSij > 0 dan DSij > 0 PSij < 0 dan DSij > 0 PSij > 0 dan DSij < 0 PSij < 0 dan DSij < 0
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
sangat pesat
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
terhambat tetapi berkembang
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
terhambat namun masih berpotensi
wilayah/sektor dengan daya saing rendah
dan peranan terhadap wilayah juga rendah
F; H; K; L; O C; D; G; I; J; M,N; P; Q; R,S,T,U A; B; E
Hasil Analisis Shift share dengan wilayah referensi Sulampua tanpa
migas
PSij > 0 dan DSij > 0 PSij < 0 dan DSij > 0 PSij > 0 dan DSij < 0 PSij < 0 dan DSij < 0
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
sangat pesat
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
terhambat tetapi berkembang
wilayah/sektor dengan pertumbuhan
terhambat namun masih berpotensi
wilayah/sektor dengan daya saing rendah
dan peranan terhadap wilayah juga rendah
F; H; K; L O C; D; G; I; J; M,N; P; Q; R,S,T,U A; B; E
16. Hasil
Analisis Tipologi Klassen
1. Tujuan: menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor tersebut dalam
membentuk perekonomian di suatu wilayah.
2. Untuk menentukan sektor yang mengalami pertumbuhan digunakan matriks:
Keterangan:
Gi : Pertumbuhan sektor i di wilayah analisis
G : Pertumbuhan sektor i di wilayah referensi
Si : Kontribusi sektor i di wilayah analisis
S : Kontribusi sektor i di wilayah referensi
17. Hasil
Analisis Tipologi Klassen
3. Keunggulan:
Tipologi Klaassen untuk mengetahui bagaimana keadaan pertumbuhan
PDRB wilayah tersebut. Kemudian dikembangkan dengan melihat potensi
dari masing-masing wilayah.
Analisis sederhana
4. Kelemahan:
tidak adanya spesifikasi masing-masing sektor yang mana yang masih
lambat pertumbuhannya
Sensitif terhadap perubahan waktu yang digunakan
18. Hasil
Analisis Tipologi Klassen
Tabel 4.10. Hasil Penghitungan
Tipologi Klassen Provinsi Papua
Barat dengan Wilayah Referensi
Nasional
Tahun 2010-2016
Tabel 4.11. Hasil Penghitungan
Tipologi Klassen Provinsi Papua
Barat dengan Wilayah Referensi
Sulampua dengan Migas
Tahun 2010-2016
Tabel 4.12. Hasil Penghitungan
Tipologi Klassen Provinsi Papua
Barat dengan Wilayah Referensi
Sulampua tanpa Migas
Tahun 2010-2016
19. Hasil
Analisis Overlay
Analisis overlay merupakan analisis yang digunakan untuk melihat
kategori ekonomi potensial baik dari sisi kontribusi maupun sisi
pertumbuhan PDRB. Dalam penelitian ini, analisis overlay juga
merupakan bahan perbandingan berbagai alat analisis yang digunakan
untuk melihat kategori ekonomi potensial di Provinsi Papua Barat.
20. Hasil
Analisis Overlay
Tabel 4.13.
Analisis Overlay Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensi Nasional, Tahun 2010-2016
Kategori Konstruksi yang
merupakan kategori yang
potensial yang memperoleh
nilai positif dari keempat
analisis yang dilakukan yang
berarti kategori Konstruksi
memiliki keunggulan
komparatif, keunggulan
kompetitif, dan memiliki rasio
pertumbuhan yang baik jika
dibandingkan dengan
perekonomian nasional.
21. Hasil
Analisis Overlay
Tabel 4.14.
Analisis Overlay Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensi Sulampua tanpa Migas, Tahun
2010-2016
Kategori Konstruksi dan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib merupakan kategori yang
potensial yang memperoleh nilai
positif dari keempat analisis yang
dilakukan yang berarti kategori
Konstruksi dan Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib memiliki
keunggulan komparatif,
keunggulan kompetitif, dan
memiliki rasio pertumbuhan yang
baik jika dibandingkan dengan
perekonomian regional Sulampua
dengan migas.
22. Hasil
Analisis Overlay
Tabel 4.15.
Analisis Overlay Provinsi Papua Barat
dengan Wilayah Referensi Sulampua tanpa Migas, Tahun
2010-2016
Kategori Konstruksi dan
Transportasi dan Pergudangan
merupakan kategori yang potensial
yang memperoleh nilai positif dari
keempat analisis yang dilakukan
yang berarti kategori Konstruksi
dan Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib memiliki keunggulan
komparatif, keunggulan kompetitif,
dan memiliki rasio pertumbuhan
yang baik jika dibandingkan
dengan perekonomian regional
Sulampua dengan migas.
23. Hasil
Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan beberapa alat analisis yang
telah dijelaskan sebelumnya maka beberapa kategori yang memiliki keunggulan
komparatif, kompetitif, spesialisasi serta struktur dan pola pertumbuhan
ekonominya atau bisa diringkas merupakan kategori yang potensial di Provinsi
Papua Barat adalah kategori Konstruksi; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; dan Transportasi dan Pergudangan.
Dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan
pendapatan masyarakat dan meningkatkan pendapatan daerah pemerintah
Provinsi Papua Barat perlu melakukan perencanaan daerah yang tepat. Mengacu
dari hasil analisis, maka saran yang tepat terhadap pengembangan kebijakan
pengembangan perekonomian daerah di Provinsi Papua Barat yaitu pemerintah
perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap kategori yang mempunyai 4
(empat) keunggulan seperti yang dipaparkan dari hasil analisis overlay.
24. Hasil
Implikasi Kebijakan
Untuk kategori Konstruksi, maka pembangunan fisik harus lebih ditingkatkan.
Tapi pembangunan fisik disini dimaksudkan pembangunan fisik yang
bermanfaat bagi masyarakat. Sebagaimana yang tercantum pada RPJMD Papua
Barat 2012-2016 yang menjadi arah kebijakan pembangunan Papua Barat
nomer lima yaitu pembangunan infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur
sifatnya sangat vital bagi pembangunan baik dalam skala wilayah maupun
dalam skala kebutuhan rumah tangga masyarakat. Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur wilayah dalam skala yang lebih besar berpengaruh terhadap
penciptaan kemudahan investasi skala besar. Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur dasar masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
hidup masyarakat. Walau bagaimanapun, infrastruktur adalah kebutuhan
masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara.
25. Hasil
Implikasi Kebijakan
Untuk kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib juga menjadi perhatian khusus pemerintah Provinsi Papua Barat. Arah
kebijakan pembangunan Papua Barat nomer enam adalah meningkatkan
kemampuan tata kelola pemerintahan yang baik demi memberikan pelayanan
prima bagi masyarakat. Dengan semakin berkualitasnya sumber daya aparatur
di Papua Barat diharapkan akan semakin mantap dalam mengelola
perencanaan pembangunan-pembangunan di Papua Barat sehingga dapat
meningkatkan mutu dan intensitas pelayanan kepada masyarakat.
26. Hasil
Implikasi Kebijakan
Untuk kategori Transportasi dan Pergudangan juga memerankan peranan
yang penting di Papua Barat. Untuk bisa menyeimbangkan kemajuan
antarwilayah dan antarkelompok masyarakat di Provinsi Papua Barat yang juga
menjadi arah kebijakan pembangunan Papua Barat tentu saja dibutuhkan
sarana dan prasarana transportasi yang mendukung. Hal tersebut agar seluruh
masyarakat Papua Barat dapat dengan mudah mendapatkan akses pendidikan,
kesehatan, dan perekonomian. Selain itu ketergantungannya Papua Barat
terhadap impor barang dari luar daerah untuk mencukupi permintaan pasar di
Papua Barat juga menambah pentingnya untuk meningkatkan kategori
Transportasi dan Pergudangan. Apabila kategori Transportasi dan Pergudangan
semakin baik diharapkan arus barang dan jasa dari dan ke Papua Barat akan
semakin baik pula, sehingga dapat meningkatkan perekonomian Papua Barat.
27. Kesimpulan
Dari hasil pembahaan dan analisis pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis overlay dengan wilayah referensinya adalah nasional
didapatkan bahwa yang menjadi kategori yang potensial adalah kategori
Kontruksi.
2. Dari hasil analisis overlay dengan wilayah referensinya adalah Sulampua
dengan Migas didapatkan bahwa yang menjadi kategori yang potensial adalah
kategori Kontruksi dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib.
3. Dari hasil analisis overlay dengan wilayah referensinya adalah Sulampua tanpa
Migas didapatkan bahwa yang menjadi kategori yang potensial adalah
kategori Kontruksi dan Transportasi dan Pergudangan.
28. Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah dalam kebijakan pembangunannya agar memprioritaskan
untuk daerah yang memiliki potensi pada masing-masing lapangan usaha
ekonomi.
2. Pemerintah Daerah perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap kategori
yang mempunyai 4 (empat) keunggulan seperti yang dipaparkan dari hasil
analisis overlay.
3. Pemerintah Daerah juga tidak bisa mengesampingkan kategori-kategori
lainnya walaupun secara analisis Overlay bukan merupakan kategori yang
potensial tetapi juga tetap harus ditingkatkan nilai tambah dari kategori-
kategori ekonomi tersebut.