SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
1 Aspek Keterkaitan dan Integrasi
Analisis keterkaitan dan integrasi dengan kebijakan kebijakan yang ada digunakan untuk melihat
kedudukan KSPN terhadap kebijakan rencana tata ruang nasional/ provinsi /kabupaten/ kota untuk
menyesuaikan perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah dengan tujuan
agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan.
1.1 Keterkaitan KSPN dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) suatu kawasan harus mengacu pada Rencana/ Kebijakan
Tata Ruang di atasnya. Rencana Tata Ruang (RTR) suatu KSPN disusun berdasarkan isu-isu
kebijakan, antara lain :
• Peraturan Pemerintah no 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
  (RTRWN) yang menetapkan sejumlah Kawasan Strategis Nasional.
  Contoh : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan sejumlah
  Kawasan Strategis Nasional, diantaranya KSN Sarbagita ( Denpasar, Badung, Gianyar dan
  Tabanan)
• Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi yang menjelaskan mengenai detail dari Kawasan
  Strategis Nasional yang masuk dalam wilayah administratif provinsi tersebut.
  Contoh : Pada Perda no 16 tahun 2009 mengenai RTRW Provinsi Bali menetapkan
  kawasan Sanur yang juga merupakan bagian dari KSN Sarbagita, sebagai kawasan
  strategis provinsi dengan fungsi utama sebagai Kota Pariwisata Internasional yang berjati
  diri budaya Bali
• Peraturan Daerah tentang RTRW Kota/ Kabupaten yang menjelaskan mengenai Kawasan
  Strategis Provinsi yang masuk dalam wilayah administratif Kota/ Kabupaten tersebut.
  Contoh : RTRW Kota Denpasar menetapkan Kawasan Sanur sebagai salah satu Kawasan
  Strategis Kota Denpasar mencakup wilayah Desa Sanur Kaja, Kelurahan Sanur dan Desa
  Sanur Kauh
Berdasarkan isu-isu kebijakan di atas, maka kedudukan RTR KSPN Sanur dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah adalah sebagai berikut :

                                         RTR KAWASAN STRATEGIS
                   RTRW NASIONAL
                                               NASIONAL




                                         RTR KAWASAN STRATEGIS
                   RTRW PROVINSI
                                                PROVINSI




                RTRW KOTA/ KABUPATEN
                                         RDTR KOTA/ KABUPATEN


                                         RTR KAWASAN STRATEGIS
                                          RDTR KOTA/ KABUPATEN
                                            KOTA/ KABUPATEN


                                             RTR KAWASAN
                                         PERKOTAAN/ PERDESAAN
1.2 Keterkaitan KSPN dengan Rencana Pembangunan Kepariwisataan
Pembentukan KSPN merupakan bagian dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional (RIPPARNAS). Berdasarkan Ripparnas, KSPN merupakan kawasan yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial,
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan
keamanan.
Penetapan KSPN-KSPN di Indonesia merupakan bentuk pembangunan kepariwisataan nasional
pada aspek destinasi yang diawalai dengan Perwilayahan pembangunan DPN (Destinasi
Pariwisata Nasional). DPN merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah propinsi dan/
atau lintas provinsi yang di dalamnya terdapat Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional, yang
diantaranya berupa KSPN, dimana pengembangan pariwisata untuk kawasan yang menjadi KSPN
langsung ditangani oleh pemerintah pusat.
KSPN berdasarkan RIPPARNAS ditentukan dengan kriteria:
a.   memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan pariwisata;
b.   memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya Tarik Wisata unggulan dan
     memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;
c.   memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya internasional
d.   memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;
e.   memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan wilayah;
f.   memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan
     hidup;
g.   memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya,
     termasuk didalamnya aspek sejarah dan kepurbakalaan;
h.   memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
i.   memiliki kekhususan dari wilayah;
j.   berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar wisatawan potensial
     nasional; dan memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.
Sedangkan untuk pembangunan KSPN dilakukan secara bertahap dengan kriteria prioritas yang
memiliki :
a.   komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan;
b.   posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;
c.   posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik Pembangunan Kepariwisataan di wilayah
     sekitar baik dalam konteks regional maupun nasional;
d.   potensi kecenderungan produk wisata masa depan;
e.    kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang positif dalam menarik kunjungan wisatawan
      mancanegara dan wisatawan nusantara dalam waktu yang relatif cepat;
f.    citra yang sudah dikenal secara luas;
g.    kontribusi terhadap pengembangan keragaman produk wisata di Indonesia; dan keunggulan
      daya saing internasional
1.3 Integrasi pariwisata dengan sektor lain
Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi baik nasional,
wilayah, maupun lokal. Sektor pariwisata harus berperan sebagai prime mover dan secara
interaktif terkait dengan pengembangan sektor sektor lainnya. Peningkatan keterkaitan antara
sektor pariwisata dengan sektor lainnya akan meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi
wilayah.
Pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan
kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi
kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya,
pengangkutan, serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek tempat
kesenian dan budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan
keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar.
Penilaian seberapa baik integrasi pariwisata dengan sektor lainnya dapat dilihat dari angka
penyerapan tenaga kerja di sektor lainnya dengan membandingkan pada angka pertumbuhan
kedatangan wisatawan, PDRB dari sektor pariwisata maupun proyek proyek pembangunan terkait
kepariwisataan.
 No           Variabel             Sumber Data           Metode           Kondisi Penilaian
        Angka Pertumbuhan
 1      Wisatawan dalam 3       Data Sekunder
        tahun terakhir
        Besarnya penerimaan
        PDRB dari sektor
 2                              Data Sekunder
        pariwisata dalam 3
        tahun terakhir
        Jumlah investasi
        terkait pariwisata
 3                              Data Sekunder
        dalam 3 tahun
        terakhir
        Angka penyerapan
        tenaga kerja pada
        sektor transportasi
 4                              Data Sekunder
        dan komunikasi
        dalam 3 tahun
        terakhir
        Angka penyerapan
 5                              Data Sekunder
        tenaga kerja pada
No          Variabel           Sumber Data             Metode           Kondisi Penilaian
        sektor pertanian
        dalam 3 tahun
        terakhir
        Angka penyerapan
        tenaga kerja pada
 6      sektor bangunan       Data Sekunder
        dalam 3 tahun
        terakhir
        Pelaksanaan program
        kebersihan dan
 7                            Data Sekunder
        kesehatan dalam 3
        tahun terakhir

2 Aspek Pengembangan Kepariwisataan
Aspek pengembangan kepariwisataan pada intinya terdiri dari aspek pengembangan ke dalam
(delivery on the ground) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengalaman wisata
wisatawan dan aspek pengembangan keluar (marketing) yang bertujuan untuk menarik wisatawan
datang ke suatu destinasi. Untuk mencapai kedua tujuan utama tersebut, maka diperlukan analisis/
penilaian terhadap detail dari kedua aspek tersebut yang terdiri dari: Destinasi, Industri,
Pemasaran, dan Institusi agar dapat dikembangkan perencanaan yang tepat dan sesuai dengan apa
yang dibutuhkan.

2.1 Destinasi
Analisis destinasi merupakan penilaian terhadap sumber daya destinasi pariwisata baik yang
berupa sumber daya eksisting maupun sumber daya yang masih menjadi potensi untuk
dikembangkan dalam rangka menciptakan pengalaman wisata, meliputi :
1.    Perwilayahan
2.    Daya Tarik
3.    Aksesibilitas
4.    Fasilitas dan Prasaranan Umum
5.    Fasilitas Pariwisata
6.    Masyarakat Lokal
7.    Investasi

2.1.1   Perwilayahan

2.1.1.1 Struktur dan Pola Tapak KSPN
Sebuah tapak secara administratif merupakan lokasi yang seluruh boleh dibangun, namun pada
prakteknya, terdapat sejumlah batasan yang harus dipertimbangkan. Analisa struktur dan pola
tapak merupakan proses penilaian terhadap kualitas tapak yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
sebagai kebutuhan dalam melakukan perencanaan tatanan fisik fasilitas/ fungsi/ bangunan dalam
tapak yang meliputi pengolahan dan sistem utilitas tapak, site entrance, sistem sirkulasi serta
penentuan posisi, komposisi, orientasi maupun konfigurasi massa dan ruang terbuka.
Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas tapak terdiri atas, faktor fisik, biologi dan sosial
budaya, dimana tiap faktor tersebut memiliki sejumlah variabel pembentuknya
1. Faktor Fisik
 No     Variabel         Sumber Data      Metode       Aspek penilaian     Kondisi Penilaian

 1    Dimensi tapak     Data Primer      Observasi   Bentuk

                                                     Ukuran

      Kondisi Keadaan
 2                    Data Primer        Observasi   Porositas
      tanah
                                                     Daya Dukung
                                                     Keasaman

 3    Topografi         Data Primer      Observasi   Elevasi
                                                     Kemiringan
                                                     Ketinggian
                                                     Bentang alam/
                                                     morfologi
                                                     Permukaan air
 4    Hidrologi         Data Primer      Observasi
                                                     tanah
                                                     Arah aliran air
                                                     hujan
                                                     Kualitas air tanah

 5    Geologi           Data Primer      Observasi   Bahaya seismik
                                                     Kedalaman tanah
                                                     Kondisi batuan

 6    Iklim             Data Primer      Observasi   Curah hujan
                                                     Intensitas hujan
                                                     Kecepatan arah
                                                     angin
                                                     Arah penyinaran
                                                     cahaya matahari


2. Faktor Biologi
 No     Variabel         Sumber Data      Metode       Aspek penilaian     Kondisi Penilaian
                                                     Keragaman
 1    Vegetasi          Data Primer      Observasi
                                                     tanaman
                                                     Keragaman di
 2    Habitat           Data Primer      Observasi
                                                     dalam site
No        Variabel        Sumber Data       Metode        Aspek penilaian      Kondisi Penilaian
                                                         Keragaman di
                                                         lingkungan sekitar
                                                         site


3.    Faktor Sosial Budaya

 No        Variabel        Sumber Data       Metode       Aspek penilaian       Kondisi Penilaian
       Peruntukan          Data Primer,
 1                                         Observasi
       tanah               Data sekunder
                                                         Ketinggian
 2     Regulasi lokal      Data Sekunder
                                                         bangunan
                                                         Kepadatan dan tipe
                           (RTBL)
                                                         bangunan
                                                         Peruntukan dan ijin
                                                         bangunan
       Utilitas di dalam
 3                       Data Primer       Observasi     Kondisi Sanitasi
       dan sekitar tapak
                                                         Kondisi Drainase
                                                         Kondisi Air bersih
                                                         Listrik
       Sirkulasi sekitar
 4                         Data Primer     Observasi     Kelas Jalan
       site
                                                         Kepadatan jalan
                                                         (traffic volume)
                                                         Jalur pejalan kaki
                                                         Jenis angkutan

 5     Area Historis       Data Primer     Observasi     Landmark
                                                         Situs arkeologis,
                                                         purbakala
 6     Sensory                                           Visual
                                                         Sumber Bising
Dari hasil analisis di atas, maka akan dirumuskan konsep struktur dan tapak KSPN yang
menjelaskan pengolahan bentang tapak, penentuan tata letak massa bangunan dan orientasinya,
penentuan fungsi ruang terbuka baik aktif maupun pasif, penentuan jalur sirkulasi yang terdiri atas
main entrance, side entrance dan sidewalk, penentuan zonasi serta penentuan sistem utilitas.
Terdapat ketentuan dalam membentuk konsep struktur dan tapak di setiap perencanaan yang akan
dilakukan.
1.   Pengolahan bentang tapak, penentuan tata letak massa bangunan, penentuan fungsi
     ruang terbuka, penentuan sistem utilitas

 No         Kemiringan                                       Ketentuan
                                Aliran secara umum tidak bagus, tidak direkomendasikan untuk
                                eksterior dengan fungsi tertentu kecuali untuk wetland preserve atau
 1     < 1 % (terlalu datar)
                                ruang terbuka lain yang memungkinkan adanya genangan air ( ruang
                                terbuka pasif)
 2     1-5 % (datar)            Kemiringan yang ideal untuk ruang terbuka aktif dan bangunan masif
                                Kemiringan masih ideal untuk fungsi ruang terbuka aktif dan
                                penempatan bangunan masif, tetapi perlu dipertimbangkan tata letak
 3     5-10 % (landai)
                                terhadap arah kemiringan. Kemiringan ini juga masih ideal untuk
                                drainase namum perlu dikontrol agar tidak terjadi erosi
                                Kemiringan agak curam untuk fungsi ruang terbuka aktif dan
       10-15 % (agak
 4                              bangunan masif. Kemiringan ini eprlu dipertahankan untuk
       curam)
                                menghindari erosi
                                Kondisi kemiringan curam tidak ideal untuk hampir semua
 5     15% (curam)
                                penggunaan dan fungsi
2.   Zonasi
Zonasi untuk bangunan masif dan ruang terbuka direncanakan dengan memenuhi beberapa
pertimbangan berikut :
a.   Kondisi, bentuk tapak dan kontur
b.   Hirarki ruang
c.   Fungsi fasilitas
d.   Prinsip desain : efisiensi, kenyamanan, keselamatan
e.   Regulasi lokal terkait dimensi massa, sempadan, KDB, dan KLB
3.   Sirkulasi
Sirkulasi direncanakan dengan memenuhi beberapa pertimbangan berikut :
a.   Kondisi tapak dan kontur
b.   Keberadaan jalur jalur di luar tapak
c.   Bentuk tapak
d.   Layanan yang merata pada seluruh fungsi pada tapak sesuai dengan jenis sirkulasinya
 No       Jenis Sirkulasi                                    Ketentuan
                                Dimanfaatkan sebagai titik masuk ke tapak, sirkulasi langsung ke
 1     Jalan raya dua arah
                                bangunan masif sebagai fungsi utama fasilitas
       Jalur kendaraan
 2                              Jalur ini diakumulasi di daerah bising
       dalam tapak
No          Jenis Sirkulasi                                 Ketentuan
                                Jalur ini dibuat sebagai perpanjangan jalur yang tidak bising untuk
 3         Jalur Pejalan kaki
                                menghubungkan semua fungsi dalam tapak

2.1.1.2 Penunjukan Kawasan Inti-Kawasan Inti di KSPN
Penunjukan kawasan inti dikelompokkan berdasarkan tema-tema kegiatan yang dapat dilakukan di
kawasan tersebut serta hasil konsep pola tapak yang menetapkan pengembangan ruang pariwisata
seperti apa yang akan dilakukan. Selanjutnya, pada setiap kawasan inti perlu dilakukan analisis
kesesuaian lahan untuk aktivitas pariwisata yang akan dilakukan di sana serta analisis daya
dukung kawasan inti.
1. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang sebagai Kawasan Inti
Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan analisis yang melihat pada potensi kawasan
untuk menjadi kawasan inti berdasarkan kriteria-kriteria teknis kegiatan pemanfaatan ruang yang
direncanakan. Analisis ini menggunakan metode overlay peta untuk setiap variabel fisik, sosial,
ekonomi dan budaya berdasarkan kriteria kegiatan.
Dari analisis ini akan dihasilkan kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang dalam bentuk peta
kesesuaian pemanfaatan ruang yang meliputi kesesuaian untuk kawasan inti. Berdasarkan tema
kawasan inti yang telah dibentuk, maka kriteria yang dibutuhkan utnuk penentuan kawasan inti
sesuai temanya adalah sebagai berikut :
a.       Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya Bahari
                                S1 (sangat                     S3 (sesuai      N (tidak      Kondisi
 No            Parameter                       S2 (sesuai)
                                 sesuai)                       bersyarat)      sesuai)       Eksisting
     1     Kecerahan perairan    15 – 20         10 –15          5 – 10           <5
           (meter)
     2     Tutupan terumbu         >75           50 – 75         25 – 50         < 25
           karang hidup (%)
     3     Jenis hewan            Sangat        Beragam           Sedang        Sedikit
           karang dan biota      beragam       ( 75 – 100)      ( 20 – 75)      ( <10)
           yang berasosiasi      ( > 100)
           (spesies)
     4     Jenis ikan karang      Sangat        Beragam          Sedang         Sedikit
           (spesies)             beragam        (50 – 70)      ( 20 – 30 )      ( < 20 )
                                  ( > 70)
     5     Kecepatan arus        0 – 0,17      0,17 – 0,34     0,34 – 0,51      > 0,51
           (m/dtk)
     6     Kedalaman             10 – 20          5 – 10          2–5            <2
           perairan
b. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya
S1 (sangat                     S3 (sesuai      N (tidak     Kondisi
 No            Parameter                        S2 (sesuai)
                                 sesuai)                       bersyarat)      sesuai)      Eksisting
     1
     2
     3
     4
     5
c.       Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Ecovillage
                                S1 (sangat                     S3 (sesuai      N (tidak     Kondisi
 No            Parameter                        S2 (sesuai)
                                 sesuai)                       bersyarat)      sesuai)      Eksisting
     1
     2
     3
     4
     5
     6
Setelah ditentukan lokasi spesifik yang akan menjadi kawasan inti berdasarkan kriteria kesesuaian
lahan yang dibutuhkan untuk tiap tema, selanjutnya pada tiap kawasan inti tersebut diperlukan
identifikasi terhadap :
1. kegiatan sebagai daya tarik utama
2. kegiatan sebagai daya tarik pendukung
3. kebutuhan sarana dan prasarananya
yang sesuai dengan kondisi lokasi tersebut.
2. Analisis Daya Dukung Kawasan Inti
Analisis daya dukung yang digunakan merupakan analisis daya dukung fisik untuk menilai
kesesuaian antara sumber daya fisik yang terdapat pada kawasan tersebut dengan kemampuan
memberi toleransi terhadap kunjungan wisatawan sehingga keaslian sumber daya fisik dari
kawasan tersebut tetap terjaga.
a. Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya Bahari
                                                     Penilaian                            Kondisi
 No            Parameter                                                                  Eksisting
                                  Tinggi             Sedang             Rendah
     1                                           Terjal, karang,
                              Terjal, karang,                        Sangat landai,
          Tipe Pantai                           berpasir, sedikit
                                 berpasir                             berlumpur
                                                   berlumpur
     2    Bentuk              Teluk terbuka      Teluk terbuka       Teluk tertutup
     3    Tipe Garis Pantai       Stabil             Stabil                 Labil
No            Parameter                             Penilaian                          Kondisi
                                                                                        Eksisting
     4    Arus Sungai
                                  > 1,5            0,5 – 1,5               < 0,5
          (m/dtk)
     5    Amplitudo Rataan                         0,7 – 1,1
                                1,1 – 2,1                             < 0,7 dan > 0,9
          (m)                                      2,1 – 2,9
     6                        Dapat diairi                              Di bawah
          Posisi Hamparan                       Dapat diairi dan
                                  dan                                  rataan surut
          Lahan                                  dikeringkan
                              dikeringkan                                terendah
     7                        Liat berpasir,
                                               Liat berpasir, tidak   Lumpur/pasir
                                   tidak
          Kualitas Tanah                        bergambut, pyrit       bergambut’
                                bergambut,
                                                     rendah             berpyritt
                              tidak berpyrit
     8                                                                 Dekat sungai
                              Dekat sungai     Dekat sungai dan
          Air Tanah                                                     dan tingkat
                             dan mencukupi       mencukupi
                                                                       siltasi tinggi
     9                                             10 – < 15
          Salinitas (ppt)        15 – 18                              < 10 dan > 30
                                                   > 18 – 30
 10       Jalur Hijau (m)         > 100            50 – 100                < 50
 11       Curah Hujan
                                 < 2.000         2.000 – 2.500           > 2.500
          (mm/thn)
b. Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya
                                                     Penilaian                          Kondisi
 No            Parameter                                                                Eksisting
                                 Tinggi             Sedang               Rendah




c.       Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Ecovillage
                                                     Penilaian                          Kondisi
 No            Parameter                                                                Eksisting
                                 Tinggi             Sedang               Rendah
2.1.1.3 Ekonomi Regional
Analisis perekonomian dilakukan dengan tujuan untuk melihat karakteristik ekonomi wilayah dan
struktur aktivitas perekonomian di kawasan perencanaan saat ini sehingga dapat diketahui sektor
utama yang dapat dijadikan sebagai motor penggerak ekonomi kawasan perencanaan yang dalam
pelaksanaannya dapat berfungsi sebagai salah satu sektor prioritas dalam program program
maupun alokasi dana pembangunan dan juga sebagai tempat investasi dari kalangan swasta yang
ingin berusaha di kawasan tersebut.
Data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui gambaran kondisi ekonomi dan sektor-sektor
perekonomian di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :
        Lapangan         Besarnya      Banyaknya penyerapan
 No                                                             Besarnya Investasi
          Usaha           PDRB           Tenaga Kerja/ tahun
 1
 2
 3
 4
 5
 6
2.1.1.4 Kependudukan
Dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka dibutuhkan identifikasi terhadap
gambaran potensi penduduk sehingga dapat ditentukan perencanaan pengembangan/
pemberdayaan masyarakat yang sesuai serta perencanaan pembangunan fasilitas yang akan
mendukung pemebrdayaan tersebut.
Variabel yang dibutuhkan dalam menilai kondisi potensi penduduk adalah sebagai berikut
 No         Variabel          Sumber Data           Metode              Kondisi Eksisting
      Kelompok Usia          Data Sekunder
 1
      Jenis Kelamin          Data Sekunder
 2
      Tingkat Pendidikan     Data Sekunder
 3
      Angka Partisipasi      Data Sekunder
 4
      sekolah
      Angka Angkatan         Data Sekunder
 5
      kerja
      Angka bukan            Data Sekunder
 6
      angkatan kerja
2.1.2   Daya Tarik

2.1.2.1 Pengelompokan Daya Tarik

2.1.2.1.1 Pengelompokan Berdasarkan Jenis
Daya tarik dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu daya tarik alam, daya tarik buatan dan daya
tarik budaya. Pengelompokan berdasarkan jenis ini berfungsi untuk memetakan perbedaan
karakteristik yang terdapat pada tiap jenis, sehingga perencanaan yang dibutuhkan pada tahap
pengembangan daya tarik tersebut telah sesuai dengan kebutuhannya.
Untuk mengetahui karakteristik dari tiap jenis daya tarik, maka perlu diidentifikasi variabel
sebagai berikut :


 No           Variabel           Sumber Data           Metode                     Instrumen
        Bentuk Kepemilikan       Data Primer   Observasi, Penyebaran      Kuesioner    Daya
 1
                                               Kuesioner                  Tarik
 2      Musim teramai            Data Primer   Observasi, Penyebaran      Kuesioner    Daya
                                               Kuesioner                  Tarik
        Musim terbaik            Data Primer   Observasi, Penyebaran      Kuesioner    Daya
 3
                                               Kuesioner                  Tarik
        Asal Wisatawan           Data Primer   Observasi, Penyebaran      Kuesioner    Daya
 4
                                               Kuesioner                  Tarik
        Sub Atraksi yang         Data Primer   Observasi, Penyebaran      Kuesioner    Daya
 5
        terdapat di daya tarik                 Kuesioner                  Tarik
        Media Promosi            Data Primer   Observasi, Penyebaran      Kuesioner    Daya
 6
                                               Kuesioner                  Tarik
Hasil pengelompokan daya tarik berdasarkan jenisnya berupa tabel di bawah ini :


                                                                                  Daya Tarik
        Karakteristik            Daya Tarik Alam   Daya Tarik Budaya
                                                                                   Buatan
 Bentuk Kepemilikan
 Musim teramai
 Musim terbaik
 Asal Wisatawan
 Sub Atraksi
 Media Promosi

2.1.2.1.2 Pengelompokan Berdasarkan Lokasi
Identifikasi daya tarik berdasarkan wilayah administratif dilakukan untuk mengetahui pola
persebaran daya tarik, sehingga dapat ditentukan perencanaan kawasan inti yang tepat. Variabel
yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui kelompok daya tarik berdasarkan lokasinya adalah
sebagai berikut :
 No         Variabel                                    Sumber Data                         Metode           Instrumen
      Jenis Daya Tarik                                  Data Primer            Observasi, Penyebaran    Kuesioner Daya Tarik
 1
                                                                               Kuesioner
      Lokasi Daya Tarik                                 Data Primer            Observasi, Penyebaran    Kuesioner Daya Tarik,
 2
                                                                               Kuesioner                Peta KSPN
Hasil pengelompokan daya tarik berdasarkan persebaran lokasi berupa tabel di bawah ini :
                                                Wilayah Administratif
  Jenis Daya Tarik
                                                         Desa A                          Desa B              Desa C

 Daya Tarik Alam
 Daya Tarik Buatan
 Daya Tarik Budaya
Untuk mengetahui konsentrasi persebaran daya tarik, maka harus digambarkan pada peta KSPN.

2.1.2.2 Kematangan Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata merupakan komponen supply yang utama dari suatu destinasi. Dalam usaha
mempertahankan kualitas daya tarik wisata agar tetap menjadi tujuan utama wisatawan
berkunjung ke suatu destinasi, maka diperlukan pemahaman mengenai pengembangan seperti apa
yang memang diperlukan oleh daya tarik tersebut. Jenis pengembangan dapat ditentukan jika
tingkat kematangan daya tarik tersebut diketahui.
Parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kematangan dari suatu destinasi adalah
kondisi pertumbuhan daya tarik sebagai bagian dari penawaran wisata dan keadaan pasar wisata
sebagai bagian dari permintaan yang selanjutnya akan dipetakan ke dalam matriks BCG (Boston
Consulting Group) seperti bagan di bawah ini.



                                                            Children Problem                    Stars
                          Pertumbuhan Produk (Supply)




                                                                 Dogs                     Cash Cows




                                                                        Pasar Wisata (demand)



1. Star
Daya tarik memiliki peluang pertumbuhan dan profitabilitas jangka panjang terbaik. Daya tarik
dengan kondisi ini perlu melakukan integrasi ke depan, integrasi ke belakang, penetrasi pasar,
serta pengembangan produk.
2. Cash Cows
Daya tarik ini memiliki posisi pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi kemampuan bersaingnya
rendah dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Disebut cash cows karena daya tarik
menghasilkan pendapatan melebihi kebutuhannya. Daya tarik dengan kondisi ini harus dikelola
untuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin, salah satunya melalui diversifikasi.
3. Problem Child
Daya tarik memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah, namun kemampuan bersaing cukup
tinggi dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Disebut problem child karena pengelola daya
tarik harus memutuskan apakah hendak memperkuat bisnis dengan strategi yang intensif atau
menjualnya.
4. Dog
Daya tarik memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah dengan kemampuan bersaing dengan
pertumbuhan produk yang juga rendah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh karena posisi internal
dan eksternal yang lemah.
Masing-masing parameter memiliki variabel dan kriteria penilaian sebagai berikut :
1. Parameter Kondisi Pertumbuhan Daya Tarik Wisata
                      Sumber
 No      Variabel                 Metode    Instrumen          Kriteria Skor
                        Data
      Keberagaman    Data      Observasi,   Kuesioner 1 = memiliki 1-2 sub atraksi
 1
      sub atraksi    Primer    Penyebaran   Daya Tarik 2 = memiliki 3-4 sub atraksi
      yang dimiliki            Kuesioner               3 = memiliki lebih dari 4 sub
                                                           atraksi
      Keunikan yang Data       Observasi,   Kuesioner 1 = Memiliki kesamaan dengan
 2
      ditawarkan     primer    Penyebaran   Daya Tarik     daya tarik lain tingkat lokal
                               Kuesioner               2 = Memiliki kesamaan dengan
                                                           daya tarik lain di tingkat
                                                           provinsi sampai nasional
                                                       3 = Hanya memiliki kesamaan
                                                           dengan daya tarik di tingkat
                                                           dunia dengan jumlah
                                                           maksimal 3 daya tarik
      Tata kelola    Data      Observasi,   Kuesioner 1 = Jumlah SDM kurang dan
 3
                     Primer    Penyebaran   Daya Tarik     belum ada SOP yang jelas
                               Kuesioner               2 = Jumlah SDM kurang namun
                                                           sudah ada SOP mengenai
                                                           kepengelolaan
                                                       3 = Jumlah SDM cukup dan
                                                           sudah ada SOP mengenai
                                                           kepengelolaan
      Ketersediaan   Data      Observasi,   Kuesioner 1 = Memiliki sedikit fasilitas
 4
      fasilitas      Primer    penyebaran   Daya Tarik     pendukung dan kurang
Sumber
 No     Variabel                    Metode   Instrumen             Kriteria Skor
                       Data
      pendukung                kuesioner                       berfungsi dengan baik
                                                          2=   Memiliki sedikit fasilitas
                                                               pendukung dan berfungsi
                                                               dengan baik
                                                          3=   Memiliki fasilitas lengkap
                                                               dan seluruhnya berfungsi
                                                               dengan baik
      Media Promosi Data       Penyebaran    Kuesioner 1 =     Belum ada media promosi
5
      yang          Primer     Kuesioner     Daya Tarik        yang digunakan
      digunakan                                         2=     Menggunakan 1-3 media
                                                               promosi
                                                          3=   Menggunakan lebih dari 3
                                                               media promosi pariwisata
                                                               yang ada
      Ketersediaan   Data      Observasi,    Kuesioner    1=   Tidak terdapat moda
6
      Moda           primer    Penyebaran    daya tarik        transportasi langsung
      Transportasi             kuesioner                       menuju daya tarik
                                                          2=   Hanya ada 1- 2 jenis moda
                                                               transportasi yang langsung
                                                               menuju daya tarik
                                                          3=   Terdapat lebih dari 2 jenis
                                                               moda transportasi yang
                                                               langsung menuju daya tarik
      Waktu          Data      Observasi,    Kuesioner    1=   Hari beroperasi tidak tentu
7
      Operasional    primer    penyebaran    daya tarik   2=   Terdapat 1-3 hari beroperasi
                               kuesioner                       dalam seminggu
                                                          3=   Setiap hari beroperasi
      Ketersediaan   Data      Observasi,    Kuesioner    1=   Tidak ada fasilitas
8
      Fasilitas      primer    penyebaran    daya tarik        pendukung di sekitar daya
      pendukung di             kuesioner                       tarik
      sekitarnya                                          2=   Hanya terdapat 1-2 fasilitas
                                                               pendukung di sekitar daya
                                                               tarik
                                                          3=   Terdapat lebih dari 2
                                                               fasilitas pendukung di
                                                               sekitar daya tarik
Klasifikasi Skor :
Tingkat Pertumbuhan Produk Tinggi      :
Tingkat Pertumbuhan Produk Rendah      :
2. Parameter Kondisi Pasar Wisata
Sumber
 No     Variabel                    Metode   Instrumen             Kriteria Skor
                         Data
      Tingkat         Data      Observasi,   Kuesioner 1 =     Mengalami penurunan
 1
      Pertumbuhan     Primer    Penyebaran   Daya Tarik        dalam 3 tahun terakhir
      Pengunjung                Kuesioner               2=     Mengalami kenaikan dan
                                                               penurunan dalam 3 tahun
                                                               terakhir (tidak stabil)
                                                          3=   Mengalami kenaikan setiap
                                                               tahunnya dalam 3 tahun
                                                               terakhir
      Tingkat         Data      Observasi,   Kuesioner 1 =     Mengalami penurunan
 2
      pendapatan      Primer    Penyebaran   Daya Tarik        dalam 3 tahun terakhir
                                Kuesioner               2=     Mengalami kenaikan dan
                                                               penurunan dalam 3 tahun
                                                               terakhir (tidak stabil)
                                                          3=   Mengalami kenaikan setiap
                                                               tahunnya dalam 3 tahun
                                                               terakhir
      Tingkat         Data      Observasi,   Kuesioner 1 =     Tidak ada kegiatan aktif
 3
      Partisipasi     Primer    penyebaran   Daya Tarik        yang dapat dilakukan
      Wisatawan                 kuesioner                      wisatawan
      dalam                                               2=   Hanya sedikit sub atraksi
      kegiatan di                                              yang memiliki kegiatan aktif
      daya tarik                                               denga wisatawan
                                                          3=   Seluruh sub atraksi yang
                                                               tersedia merupakan kegiatan
                                                               aktif dengan wisatawan
      Perbandingan    Data      Penyebaran   Kuesioner    1=   Memiliki jumlah kunjungan
 4
      jumlah          Primer    kuesioner    daya tarik        terendah dibanding daya
      wisawatawan                                              tarik sejenis lainnya
      dengan daya                                         2=   Memiliki jumlah kunjungan
      tarik sejenis                                            rata-rata/ hampir sama
      lainnya                                                  dengan daya tarik sejenis
                                                          3=   lainnya
                                                               Memiliki jumlah kunjungan
                                                               tertinggi dibanding dengan
                                                               daya tarik sejenis lainnya
Klasifikasi Skor :
Tingkat Pangsa Pasar Tinggi     :
Tingkat Pangsa Pasar Rendah     :
2.1.3   Aksesibilitas
Analisis aksesibilitas dilakukan untuk menentukan kebutuhan jaringan pergerakan dan fasilitas
penunjangnya menurut struktur dan pola tapak kawasan, sehingga tercipta ruang yang lancar,
aman, nyaman, dan terpadu, berdasarkan pertimbangan distribusi penduduk, tenaga kerja, daya
dukung lahan, daya dukung lingkungan jalan, daya dukung prasarana yang ada.
2.1.3.1 Kebutuhan Pengembangan Sarana Transportasi
Dalam merencanakan kebutuhan sarana transportasi yang akan mendukung pergerakan baik
wisatawan maupun masyarakat saat menuju maupun berada di dalam kawasan pariwisata, maka
dibutuhkan penilaian terhadap komponen komponen di bawah ini
                        Sumber
 No      Variabel                   Metode    Instrumen      Penilaian Kondisi Eksisting
                         Data
      Moda
 1
      Transportasi
      Halte dalam
 2
      kawasan
      Jalur angkutan
 3
      publik
      Kapasitas tiap
 4
      trayek
      Kondisi
 5
      Pelayanan
      Kondisi
 6
      keamanan
      Model
 7
      pengelolaan
      transportasi
2.1.3.2 Kebutuhan Pengembangan Prasarana Transportasi
Analisis ini bertujuan untuk menilai kemngkinan pengembangan prasarana transportasi yang
meliputi jaringan jalan dan kebutuhan pendukungnya mulai dari jaringan jalan yang menjadi pintu
gerbang kawasan pariwisata sampai ke tingkat jalan lokal dengan mempertimbangkan jaringan
jalan yang sudah atau yang sedang direncanakan. Analisis ini membutuhkan penilaian terhadap
sejumlah komponen, antara lain :
                         Sumber
  No      Variabel                     Metode    Instrumen        Penilaian Kondisi Eksisting
                          Data
       Entry Gate
 1
       Kawasan
       Titik
 2
       kemacetan
       dan trouble
       spot lainnya
       Ketersediaan
 3
Sumber
 No        Variabel                     Metode       Instrumen      Penilaian Kondisi Eksisting
                           Data
        signage
        Prasarana
 4
        untuk pejalan
        kaki (trotoar,
        halte)
        Kondisi
 5
        Penataan
        Parkir
        Manajemen
 6
        Lalu lintas

2.1.4    Fasilitas dan Prasarana Umum

2.1.4.1 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Umum
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghitung perkiraan jumlah kebutuhan fisik di kawasan
perencanaan berdasarkan daya dukungnya. Untuk memperkirakan kebutuhan fasilitas dan utilitas
pada kawasan perencanaan, digunakan beberapa model kebutuhan fasilitas dan utilitas yang
bersumber dari :
1. Standar Pelayanan Kebersihan Air Limbah
Perkiraan kebutuhan fasilitas dan utilitas pada kawasan akan mencakup kebutuhan jenis, jumlah,
serta kebutuhan ruang. Perkiraan dilakukan dengan mengaplikasikan standar kebutuhan yang ada
untuk desa-desa yang ada di KSPN, serta dapat mengacu pada berbagai studi dan standar
perencanaan yang ada.
Secara garis besar, standar perencanaan dibagi menjadi 3, yaitu:
        Standar Internasional, merupakan bakuan yang didasarkan atas ketentuan umum dan
        diterapkan di banyak negara sebagai suatu kebutuhan dan persyaratan.
        Standar Nasional, yang menjadi pedoman umum yang digunakan di Indonesia. Standar ini
        hanya memberikan patokan umum, sesuai dengan karakteristik serta tingkat kebutuhannya
        Standar lokal yakni ketentuan yang berlaku khusus untuk suatu wilayah atau kota tertentu.
        standar ini disusun berdasarkan situasi dan kondisi khusus dari wilayah atau kota tersebut
        yang di dalamnya dipertimbangkan ketentuan khusus lain, seperti tradisi dan tata nilai
        budaya yang berlaku.
2. Standar Penyediaan Air Bersih
Terdapat 5 (lima) komponen yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan sistem
penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Komponen rencana tersebut antara lain sebagai
berikut :
a.    Kebutuhan Air
b.    Rencana Tingkat Pelayanan
c.    Rencana Pengembangan Sumber
d.    Rencana Pengembangan Transmisi/distribusi
e.    Pengendalian Kebocoran Air.
PDAM telah menyediakan suatu standar bagi pengadaan air bersih dimana standar tersebut
didasarkan pada pedoman Direktorat Air Bersih yang telah memperhitungkan standar kebutuhan
air bersih untuk industri dan rumah tangga. Ketentuannya ialah 125 ltr/orang/hari untuk
konsumsi umum dan 10 lt/pekerja/hari bagi kawasan industri..
Suatu kebijakan lain telah ditetapkan pula bahwa perbandingan antara sambungan langsung ke
rumah tangga dan kran umum berkisar antara 50% : 50% hingga 80% : 20%, tergantung pada
situasi lingkungan permukimannya. Setiap kran umum diasumsikan melayani 200 orang,
sedangkan sambungan rumah tangga untuk 5 – 10 orang. Jumlah penduduk yang ingin dilayani
oleh PDAM berdasarkan informasi ialah sekitar 75% dari jumlah keseluruhan penduduk yang ada
atau yang direncanakan, dengan asumsi kebutuhan air minum dihitung sebesar 150 lt/orang/hari.
3. Standar Penyediaan Listrik
Berdasarkan standar kebijaksanaan, kebutuhan konsumsi listrik yang ditetapkan untuk masing-
masing kelompok pelanggan sebagai berikut :
a.    Rumah Tangga mengkomsumsi listrik sebesar 170 Watt/jiwa.
b.    Industri mengkomsumsi listrik sebesar 250 KVA/Ha.
c.    Perdagangan dan jasa mengkomsumsi listrik sebesar 80 KVA/Ha.
d.    Sosial/Fasilitas Umum mengkomsumsi listrik sebesar 80 KVA/Ha
4. Standar Penyediaan Komunikasi
Untuk melayani kebutuhan telepon, dibutuhkan pengembangan sistem jaringan distribusinya yang
meliputi fasilitas Sentral Telepon Otomat (STO), Rumah Kabel (RK) dan Distribution Point (DP).
Perkiraan kebutuhan RK dan DP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a.      Untuk 1 RK memiliki kapasitas antara 1.200 – 1.400 SST
b.      Untuk 1 DP memiliki kapasitas antara 10 – 20 SST

2.1.5   Fasilitas Pariwisata

2.1.5.1 Persebaran Akomodasi
Identifikasi akomodasi berdasarkan wilayah administratif dan tipe wilayah (pantai dan nonpantai)
dilakukan untuk mengetahui pola persebaran dan konsentrasi akomodasi, sehingga dapat
ditentukan perencanaan serta kebijakan (termasuk pengendalian ) yang tepat bagi tiap wilayah
tersebut. Variabel yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui kelompok akomodasi berdasarkan
lokasinya adalah sebagai berikut :
 No          Variabel          Sumber Data            Metode                   Instrumen
        Lokasi Akomodasi       Data Primer    Observasi, Penyebaran     Kuesioner Akomodasi,
 1
                                              Kuesioner                 Peta Akomodasi KSPN
No             Variabel       Sumber Data            Metode                  Instrumen
        Klasifikasi           Data Primer      Observasi, Penyebaran   Kuesioner Akomodasi
 2
        Akomodasi                              Kuesioner, in depth
                                               interview
        Bentuk dan status     Data Primer      Observasi, Penyebaran   Kuesioner Akomodasi
 3
        kepemilikan                            Kuesioner, in depth
                                               interview
        Harga                 Data Primer      Observasi, Penyebaran   Kuesioner Akomodasi
 4
                                               Kuesioner, in depth
                                               interview
        Jumlah Kamar/         Data Primer      Observasi, Penyebaran   Kuesioner Akomodasi
 5
        Kapasitas                              Kuesioner
Hasil pengelompokan akomodasi berdasarkan persebaran lokasi berupa tabel di bawah ini :
                            Wilayah Administratif                     Tipe Wilayah
     Karakteristik
 Akomodasi (Jumlah)         Desa A    Desa B       Desa C        Pantai          Non Pantai

 Klasifikasi
 Akomodasi
 Bintang
 Non Bintang
 Vila
 Pondok Wisata
 Bentuk kepemilikan




 Harga




 Jumlah Kamar/
 Kapasitas
2.1.5.2 Kesesuaian Klasifikasi dengan PP
Usaha Akomodasi merupakan salah satu usaha pariwisata yang klasifikasi telah diatur dalam PP
no 52 tahun 2012. Dimana dalam PP tersebut terdapat penjelasan detail mengenai fasilitas yang
minimal harus dimiliki oleh tiap kelas hotel. Untuk mengidentifikasi apakah karakteristik dari tiap
kelas usaha akomodasi tersebut sudah sesuai dengan klasifikasi pada PP, maka dilakukan
pengelompokan dengan menggunakan analisis cluster. Variabel yang dibutuhkan dalam analisis
cluster usaha akomodasi ini antara lain :
 No          Variabel          Sumber Data              Metode                    Instrumen
      Klasifikasi             Data Primer       Observasi, Penyebaran     Kuesioner Akomodasi
 1
      Akomodasi                                 Kuesioner, in depth
                                                interview
      Fasilitas yang          Data Primer       Observasi, Penyebaran     Kuesioner Akomodasi
 2
      dimiliki                                  Kuesioner, in depth
                                                interview
      Jumlah Kamar yang       Data Primer       Observasi, Penyebaran     Kuesioner Akomodasi
 3
      tersedia                                  Kuesioner, in depth
                                                interview
Hasil pengelompokan akomodasi berdasarkan klasifikasi pada PP no 52 tahun 2012 berupa tabel
di bawah ini :
                                                  Klasifikasi Akomodasi
   Karakteristik Akomodasi     Bintang     Non Bintang Pondok Wisata              Vila
 Fasilitas yang dimiliki



 Jumlah Kamar yang tersedia



2.1.5.3 Persebaran Usaha Informal Pariwisata
Pertumbuhan usaha informal yang terdapat di suatu destinasi tidak dapat dihindari sebagai dampak
dari adanya kegiatan pariwisata. Identifikasi terhadap persebaran usaha informal yang terdapat di
kawasan wisata ini penting dilakukan untuk merencanakan penanganan yang tepat agar usaha
informal tersebut tetap dapat mengakomodir kepentingan pelakunya dan tanpa memberi dampak
negatif terhadap kegiatan pariwisata. Variabel yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi kondisi
usaha informal antara lain :
 No          Variabel          Sumber Data              Metode                    Instrumen
      Lokasi                  Data Primer       Observasi
 1
      Jenis Usaha             Data Primer       Observasi, Interview      Interview guideline
 2
      Profil tenaga Kerja     Data Primer       Observasi, Interview      Interview guideline
 3
      Pendapatan              Data Primer       Observasi, Interview      Interview guideline
 4
No           Variabel        Sumber Data            Metode                  Instrumen
        Permasalahan yang     Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 5
        dihadapi dalam
        menjalankan usaha
        Harapan untuk         Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 6
        pengembangan usaha

2.1.5.4 Pengelompokan UKM
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun
perekonomian daerah. Dalam kegiatan pariwisata, UKM dapat dijadikan andalan untuk
menyediakan kebutuhan wisatawan untuk melengkapi pengalaman wisatanya. Pengembangan
UKM ini harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta pemberdayaan-
pemberdayaan pelakunya. Sehingga diperlukan adanya pengelompokan terhadap UKM-UKM
yang terdapat di kawasan wisata untuk membuat kebijakan yang tepat serta keputusan pemberian
bantuan baik dalam bentuk modal usaha, kemudahan akses pembiayaan, maupun pemberdayaan
yang sesuai dengan kebutuhan.
 No           Variabel        Sumber Data            Metode                  Instrumen
        Lokasi                Data Primer    Observasi
 1
        Jenis Usaha           Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 2
        Profil tenaga Kerja   Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 3
        Pendapatan            Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 4
        Pengeluaran tiap      Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 5
        hari/bulan/ tahun
        Asal Wisatawan/       Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 6
        Konsumen
        Permasalahan yang     Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 7
        dihadapi dalam
        menjalankan usaha
        Bentuk dukungan       Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 8
        pemerintah terhadap
        usaha
        Bentuk Kerjasama      Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 9
        dengan usaha lain
        Harapan untuk         Data Primer    Observasi, Interview     Interview guideline
 10
        pengembangan usaha

2.1.6   Masyarakat Lokal
Perencanaan Pengembangan Kawasan Pariwisata berbasis peran masyarakat (community-based
tourism) adalah perencanaan pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif
beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program pengembangaan, baik konsep
perancangan kawasan maupun aktivasi aktivasi kegiatan di dalamnya yang sesuai tata nilai yang
berlaku di masyarakat.

2.1.6.1 Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya merupakan dasar suatu kelompok masyarakat dalam menjalankan
kehidupannya. Analisis ini bertujuan untuk melihat keberadaan warisan budaya yang digunakan
masyarakat dalam mengelola kehidupan sosial dan lingkungannya serta peran dari pranata sosial
di suatu kawasan, sehingga perencanaan suatu kawasan nantinya tidak akan bertentanagn dengan
budaya maupun adat istiadat yang berlaku.
Variabel yang dibutuhkan untuk menilai kondisi sosial budaya suatu kawasan antara lain
 No         Variabel          Sumber Data            Metode               Kondisi Eksisting
      Keberagaman suku        Data Sekunder
 1
      Bahasa lokal            Data Sekunder
 2
      Modal Sosial            Data Sekunder
 3
      Keberadaan situs     Data Sekunder
 4
      bersejarah
      Keberadaan desa adat Data Sekunder
 5
      Nilai, norma yang       Data Sekunder
 6
      berlaku

2.1.6.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat Lokal
Bentuk partisipasi masyarakat lokal terhadap perencanaan pengembangan KSPN terdiri dari
sejumlah keikutsertaan yang mereka lakukan baik dalam kegiatan pariwisata itu sendiri maupun
dalam tahapan perencanaan partisipatif yang terdiri dari :
1. Tahap Persiapan yaitu pengenalan program perencanaan pengembangan KSPN penyusunan
   tujuan, kebutuhan, dan kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan
   (stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta analisis kebutuhan dan sumber daya
   pengembangan kawasan.
2. Tahap Perumusan Strategi Perencanaan dan Publikasi yang berupa perencanaan tahapan,
   monitoring dan evaluasi, persetujuan legal, strategi kerja sama dengan wakil-wakil komunitas,
   penyebaran informasi dan publikasi program
3. Tahap Pelaksanaan dimana pada tahap ini akan dilakukan peninjauan dan review/ monitoring
   bersama dengan seluruh stakeholder dan masyarakat lokal.
Variabel yang dibutuhkan untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat lokal adalah sebagai
berikut :

                              Sumber
         Variabel                                   Metode                   Instrumen
                                Data
                            Data Primer     Penyebaran Kuesioner      Kuesioner Masyarakat
 Bentuk partisipasi
                                                                      lokal
 masyarakat lokal dalam
Sumber
         Variabel                                  Metode                  Instrumen
                               Data
 tahap perencanaan
 kawasan
                           Data Primer     Penyebaran Kuesioner     Kuesioner Masyarakat
 Bentuk partisipasi
                                                                    lokal
 masyarakat lokal dalam
 kegiatan pariwisata
2.1.6.3 Potensi Masyarakat Lokal
Potensi masyarakat lokal merupakan modal dasar dalam menggerakkan Progran Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Inti kegiatan PNPM Mandiri di masyarakat
kelurahan/desa adalah proses menumbuhkembangkan kemandirian dan keberlanjutan upaya-
upaya penanggulangan kemiskinan dari, oleh dan untuk masyarakat, melalui proses pembelajaran
dan pelembagaan nilai-nilai universal kemanusiaan (value based development), prinsip-prinsip
universal kemasyarakatan, serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
Pelaksanaan PNPM Mandiri adalah kegiatan yang dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat di
desa/kelurahan setempat melalui kelembagaan masyarakat. Peran pendampingan pihak luar
(Fasilitator, Korkot, Pemda, dll), hanyalah sebagai pendamping pembelajaran agar inisiatif,
prakarsa, komitmen, kepedulian, motivasi, keputusan dan usaha dari masyarakat berbasis pada
kebutuhan masyarakat.
Salah satu tahapan awal dalam pelaksanaan PNPM Mandiri ini adalah pemetaan swadaya yang
merupakan potensi maupun permasalahan yang ada di masyarakat. Pemetaan swadaya ini
memetakan variabel variabel di bawah ini
         Variabel            Sumber Data            Metode                 Instrumen
                           Data Sekunder
 Keberadaan lembaga
 masyarakat ( Fungsi dan
 Kinerja)
                           Data Sekunder
 Usaha Lokal
                           Data Sekunder
 Produk lokal
                           Data Sekunder
 Kegiatan pemberdayaan
 yang eksisting
                           Data Sekunder
 Tingkat Pendidikan
 masyarakat lokal

2.1.6.4 Dampak Pariwisata terhadap Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal merupakan tuan rumah bagi kegiatan wisata di wilayahnya, sehingga sangat
penting untuk melakukan penilaian terhadap persepsi masyarakat lokal berkaitan dengan kegiatan
pariwisata di wilayahnya. Masyarakat lokal yang paling dapat menilai apa yang sesuai maupun
tidak sesuai dengan kegiatan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya serta penting untuk
mengetahui harapan mereka terhadap adanya kegiatan kepariwisataan. Variabel yang dibutuhkan
untuk mengetahui persepsi masyarakat lokal antara lain :
                             Sumber
         Variabel                                   Metode               Instrumen
                               Data
                           Data Primer     Penyebaran Kuesioner   Kuesioner Masyarakat
 Penilaian terhadap
                                                                  lokal
 dampak positif pariwisata
                             Data Primer        Penyebaran Kuesioner       Kuesioner Masyarakat
 Penilaian terhadap
                                                                           lokal
 dampak negatif
 pariwisata
                             Data Primer        Penyebaran Kuesioner       Kuesioner Masyarakat
 Harapan dari adanya
                                                                           lokal
 kegiatan pariwisata
Hasil penilaian dan harapan tersebut selanjutnya direkap dalam bentuk tabel yang akan dapat
menjelaskan aspek apa saja yang harus diperbaiki dan dipertahankan dalam kegiatan
pengembangan kepariwisataan guna mengakomodir kepentingan masyarakat lokal.
    Dampak Positif yang paling         Dampak Negatif yang           Harapan dari adanya kegiatan
       banyak dirasakan               paling banyak dirasakan                pariwisata


Selanjutnya untuk mengetahui dampak apa yang paling mempengaruhi tingkat dukungan
masyarakat terhadap adanya kegiatan pariwisata di daerah, dilakukan analisis multiple regresi
dengan bentuk persamaan
                                        y = a X1 + b X2 + c X3 + C
dimana,
y         = nilai variabel dependen
X1 - X3 = variabel independen
a, b, c = nilai dari tiap variabel independen
dimana, variabel independen yang diukur antara lain
                              Sumber
         Variabel                                   Metode                       Instrumen
                                Data
                            Data Primer    Penyebaran Kuesioner            Kuesioner Masyarakat
 Penilaian terhadap
                                                                           lokal
 masing –masing dampak
 positif pariwisata
                             Data Primer        Penyebaran Kuesioner       Kuesioner Masyarakat
 Penilaian terhadap
                                                                           lokal
 masing-masing dampak
 negatif pariwisata
Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam analisis ini adalah
Sumber
         Variabel                                   Metode                Instrumen
                                 Data
                             Data Primer     Penyebaran Kuesioner   Kuesioner Masyarakat
 Tingkat dukungan
                                                                    lokal
 terhadap adanya kegiatan
 pariwisata

2.1.7   Investasi
2.1.7.1 Iklim Investasi
Untuk menciptakan realisasi investasi yang berkesinambungan diperlukan sebuah iklim investasi
yang kondusif. Iklim investasi yang kondusif dalam perekonomian merupakan harapan bagi
masyarakat, investor, pelaku usaha dan pemerintah. Menurut Bank Dunia (2005), iklim investasi
didefinisikan sebagai suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan
dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan
pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha.
Berdasarkan Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED), untuk menilai iklim investasi di   KSPN, maka
diperlukan penilaian terhadap variabel yang antara lain terdiri dari
                Sumber                                    Indikator  Kondisi        Klasifikasi
   Variabel                 Metode Instrumen
                  Data                                    Penilaian  Eksisting     Nilai Kondisi
               Data        In depth Interview         Wakti yang                  0-25%=
 Akses
               Primer      interview guideline        dibutuhkan                  Akses lahan
 Lahan
                                                      untuk                       dan kepastian
 Usaha dan
                                                      pengurusan                  berusaha
 Kepastian
                                                      status tanah                sangat buruk
 Usaha
                                                    Persepsi                      26-50%=
                                                    kemudahan                     Akses lahan
                                                    perolehan                     dan kepastian
                                                    lahan                         berusaha
                                                                                  buruk
                                                    Persepsi                      51-75%=
                                                    tentang                       Akses lahan
                                                    penggusuran                   dan kepastian
                                                    lahan oleh                    berusaha baik
                                                    Pemda
                                                    Persepsi                      76-100%=
                                                    tentang                       Akses lahan
                                                    keseluruhan                   dan kepastian
                                                    permsalahan                   berusaha
                                                    lahan usaha                   sangat baik
               Data         In depth    Interview   Persentase                    0-25%=
 Perizinan
               Primer       interview   guideline   usaha yang                    Perizinan
 Usaha
                                                    memiliki                      usaha sangat
                                                    Tanda Daftar                  buruk
Sumber                              Indikator      Kondisi      Klasifikasi
 Variabel            Metode      Instrumen
             Data                               Penilaian      Eksisting   Nilai Kondisi
                                             Perusahaan
                                             Persepsi                      26-50%=
                                             kemudahan                     Perizinan
                                             perolehan TDP                 usaha buruk
                                             dan rata-rata
                                             waktu
                                             perolehan TDP
                                             Persepsi                      51-75%=
                                             bahwa                         Perizinan
                                             pelayanan izin                usaha baik
                                             usaha
                                             Persepsi                      76-100%=
                                             tingkat                       Perizinan
                                             hambatan izin                 usaha sangat
                                             usaha
                                                                           baik
            Data     In depth    Interview   Tingkat                       0-25%=
Interaksi
            Primer   interview   guideline   dukungan                      Interaksi
Pemda dan                                    Pemda                         pemda dengan
Pelaku                                       terhadap
                                                                           pelaku usaha
Usaha                                        pelaku usaha
                                                                           sangat buruk
                                             Tingkat                       26-50%=
                                             kebijakan                     Interaksi
                                             Pemda terkait                 pemda dengan
                                             usaha
                                                                           pelaku usaha
                                                                           buruk
                                             Tingkat                       51-75%=
                                             pemecahan                     Interaksi
                                             masalah dunia                 pemda dengan
                                             usaha oleh
                                                                           pelaku usaha
                                             Pemda
                                                                           baik
                                             Adanya forum                  76-100%=
                                             komunikasi                    Interaksi
                                             antara Pemda                  pemda dengan
                                             dengan pelaku
                                                                           pelaku usaha
                                             usaha
                                                                           sangat baik
            Data     In depth    Interview   Kondisi dan                   0-25%=
Program
            Primer   interview   guideline   bentuk                        Program
Pengemban                                    Program                       pengembangan
gan UKM                                      pengembangan
                                                                           UKM sangat
                                             usaha eksisting
                                                                           buruk
                                             Tingkat                       26-50%=
                                             kepuasan                      Program
                                             terhadap
Sumber                               Indikator      Kondisi       Klasifikasi
 Variabel               Metode      Instrumen
              Data                                 Penilaian     Eksisting    Nilai Kondisi
                                                program                      pengembangan
                                                pengembangan                 UKM
                                                usaha                        buruk
                                                                             51-75%=
                                                                             Program
                                                                             pengembangan
                                                                             UKM baik
                                                                             76-100%=
                                                                             Program
                                                                             pengembangan
                                                                             UKM sangat
                                                                             baik
             Data       In depth    Interview   Tingkat                      0-25%=
Pajak
             Primer     interview   guideline   kesesuaian                   Kebijakan
Daerah,                                         pajak / biaya                pajak dan
Retribusi                                       transaksi lain
                                                                             biaya transaksi
dan Biaya                                       yang diberikan
                                                dengan                       lainnya sangat
Transaksi
                                                pelayanan                    buruk
Lainnya
                                                yang diperoleh
                                                                             26-50%=
                                                                             Kebijakan
                                                                             pajak dan
                                                                             biaya transaksi
                                                                             lainnya
                                                                             buruk
                                                                             51-75%=
                                                                             Kebijakan
                                                                             pajak dan
                                                                             biaya transaksi
                                                                             lainnya baik
                                                                             76-100%=
                                                                             Kebijakan
                                                                             pajak dan
                                                                             biaya transaksi
                                                                             lainnya sangat
                                                                             baik
             Data                               Jumlah                       0-25%=
Lembaga
             Sekunder                           lembaga                      Kondisi
Pembiayaan                                      pembiayaan                   keberadaan
                                                                             lembaga
                                                                             pembiayaan
Sumber                            Indikator     Kondisi       Klasifikasi
 Variabel              Metode   Instrumen
             Data                             Penilaian     Eksisting    Nilai Kondisi
                                                                        sangat buruk
                                            Tingkat                     26-50%=
                                            kepuasan                    Kondisi
                                            terhadap                    keberadaan
                                            peranan
                                                                        lembaga
                                            lembaga
                                            pembiayaan                  pembiayaan
                                                                        buruk
                                            Tata Cara                   51-75%=
                                            Penanganan                  Kondisi
                                            Pembiayaan                  keberadaan
                                                                        lembaga
                                                                        pembiayaan
                                                                        baik
                                                                        76-100%=
                                                                        Kondisi
                                                                        keberadaan
                                                                        lembaga
                                                                        pembiayaan
                                                                        sangat baik
            Data                            Tingkat                     0-25%=
Keamanan
            Primer,                         kejadian yang               Kondisi
            Data                            mengganggu                  keamanan
                                            keamanan
            Sekunder                                                    sangat buruk
                                            (kriminal,
                                            terorisme,
                                            demonstrasi
                                            dll) yang
                                            terjadi
                                            Kualitas                    26-50%=
                                            penanganan                  Kondisi
                                            masalah                     keamanan
                                            keamananan
                                                                        buruk
                                            (kriminal,
                                            terorisme,
                                            demonstrasi
                                            dll)
                                                                        51-75%=
                                                                        Kondisi
                                                                        keamanan baik
                                                                        76-100%=
                                                                        Kondisi
                                                                        keamanan
                                                                        sangat baik
2.1.7.2 Potensi Investasi
Penilaian potensi investasi merupakan salah satu dasar dalam melakukan perencanaan investasi.
Rencana investasi merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung
kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan
investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan perencanaan pembangunan
kawasan. Rencana investasi ini memiliki strategi sebagai berikut :
1. Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian sumber
2. Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang
   dibutuhkan, keuntungan setiap paket
3. penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku
   pembangunan
4. Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan
Agar dapat melakukan strategi perencanaan investasi, maka dibutuhkan penilaian variabel yang
merupakan potensi investasi sebagai berikut
              Variabel                     Sumber Data                     Metode
                                       Data Sekunder          Survei Instansional
 Profil Investasi yang sedang
 berjalan
                                      Data Sekunder          Survei Instansional
 Profil Invetasi yang akan datang
                                      Data Primer            Survei Instansional
 Investasi yang dibutuhkan

2.2 Industri
Analisis Industri merupakan penilaian terhadap kemampuan usaha pariwisata dalam memenuhi
permintaan pasar wisata dan memberikan pemasukan ekonomi terhadap kawasan tersebut serta
penilaian terhadap kondisi persaingan yang terjadi antar usaha. Analisis industri ini meliputi :
1.   Peta Industri
2.   Struktur Industri
3.   Income Multiplier / Pengganda Pendapatan Lokal
4.   Daya Saing SDM Kepariwisataan
5.   Peta Kemitraan usaha
6.   Peta usaha penguatan UKM
2.2.1   Peta Industri
Peta Industri menunjukkan hubungan keterkaitan antara satu sektor usaha pariwisata dengan
sektor-sektor usaha lainnya. Keterkaitan ini dapat berupa keterkaitan ke depan (forward linkage)
maupun keterkaitan ke belakang (backward linkage). Keterkaitan ke depan menggambarkan
hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang
dihasilkan. Sedangkan keterkaitan ke belakang menggambarkan hubungan keterkaitan antar sektor
dalam pembelian terhadap total pembelian input.
Data –data yang harus diperoleh dagar dapat menggambarkan peta industri adalah sebagai berikut
:
              Data                 Sumber Data             Metode                 Instrumen
                                 Data Primer         In depth interview,    Interview guideline,
 Kerjasama sektor X dalam
                                                     penyebaran             kuesioner pelaku usaha
 hal pembelian/ penyediaan
                                                     kuesioner
 bahan baku sebagai
 kebutuhan usahanya
                                 Data Primer         In depth interview,    Interview guideline,
 Kerjasama sektor X dalam
                                                     penyebaran             kuesioner pelaku usaha
 hal penjualan output hasil
                                                     kuesioner
 usahanya

2.2.2    Struktur Industri
Struktur Industri menunjukkan atribut industri yang mempengaruhi sifat persaingan. Elemen
struktur industri antara lain pangsa pasar, konsentrasi dan hambatan.
1. Pangsa pasar
persentase pasar yang ditentukan dalam ukuran unit maupun pendapatan.

  a. Hotel
     Variabel          Sumber Data                      Metode                    Instrumen
 Tingkat isian kamar Data Primer               Observasi, Penyebaran        Kuesioner Akomodasi
                                               Kuesioner
                       Data Primer             Observasi, Penyebaran        Kuesioner Akomodasi
 Jumlah kamar
                                               Kuesioner
                       Data Primer             Observasi, Penyebaran        Kuesioner Akomodasi
 Lama tinggal
                                               Kuesioner
                       Data Primer             Observasi, Penyebaran        Kuesioner Akomodasi
 Harga
                                               Kuesioner
  b. Restoran
      Variabel               Sumber Data               Metode                     Instrumen
                             Data Primer       Observasi, Penyebaran       Kuesioner F&B
 Tingkat isian kursi
                                               Kuesioner
                             Data Primer       Observasi, Penyebaran       Kuesioner F&B
 Kapasitas kursi
                                               Kuesioner
                             Data Primer       Observasi, Penyebaran       Kuesioner F&B
 Harga
                                               Kuesioner
Untuk lebih jelasnya, maka besarnya pendapatan untuk tiap sektor usaha dijabarkan dalam tabel di
bawah ini
      Nama Usaha
                           Pendapatan/ tahun Nama Usaha F&B                Pendapatan/ tahun
       Akomodasi
                                                F&B 1
 Akomodasi 1
Nama Usaha
                          Pendapatan/ tahun     Nama Usaha F&B          Pendapatan/ tahun
      Akomodasi
                                               F&B 2
 Akomodasi 2
                                               F&B 3
 Akomodasi 3
                                               F&B ....
 Akomodasi ....
                                               F&B n
 Akomodasi n
                                               Total
 Total
2. Konsentrasi pasar
Ditentukan dengan CR4 (Concentration Ratio for The Biggest Four). Menurut Cramer (2009),
CR4 merupakan penjumlahan pangsa pasar empat perusahaan terbesar dari suatu wilayah pasar.
Nilai ini akan menunjukkan kondisi struktur industri, apakah berada pada pasar monopoli,
oligopoli, monopolistik atau persaingan sempurna, seperti dijelaskan pada tabel di bawah ini :
           Struktur Pasar                                         Kondisi
 Monopoli                             1. Terdapat satu perusahaan yang menguasai 100 persen
                                         pangsa pasar
 (Pure Monopoly)
                                      2. Tidak ada pesaing yang dapat masuk kedalam pasar
                                      3. Harga tidak elastis
 Perusahaan Dominan                   1. Terdapat satu perusahaan yang menguasai 50-100 persen
 (Dominant Firm)                         pangsa pasar.
                                      2. Tidak memiliki pesaing terdekat
 Oligopoli Ketat                      1. Terdiri dari empat perusahaan yang menguasai pangsa
 (Tight Oligopoy)                        pasar.
                                      2. Empat perusahaan yang menguasai 60-100 persen pangsa
                                         pasar.
 Oligopoli Longgar                    1. Terdapat empat perusahaan yang menguasai pangsa pasar
 (Loose Oligopoly)                       tidak lebih dari 40 persen.
 Persaingan Monopolistik              1. terdapat cukup banyak pesaing
 (Monopolistic Competition)           2. Pangsa pasar tertinggi dari masing-masing perusahaan
                                         tidak lebih dari 10 persen
 Persaingan Sempurna                  1. Terdapat lebih dari 50 pesaing dalam suatu industri
                                      2. Tidak ada perusahaan yang berpotensi menguasai pasar
                                      3. Tingkat elastisitas harga cukup tinggi
3. Hambatan untuk masuk pasar
Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya
pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk pasar. Salah satu proyeksi yang dapat digunakan
untuk mengukur ini adalah MES (Minimum Efficiency of Scale).




Nilai ini menunjukkan apakah terdapat hambatan bagi pendatang baru untuk memiliki kesempatan
yang baik untuk tetap bersaing secara sehat untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar.
Menurut Comanor dan Wilson (1967), Nilai MES lebih dari 10% hambatan untuk masuk pasar
cukup tinggi.
2.2.3 Pengganda Pendapatan Lokal
Kegiatan pariwisata, selain harus dapat memenuhi kebutuhan wisatawan, juga harus dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan pendapatan daerah. Untuk mengetahui berapa
pendapatan dari usaha pariwisata yang menghasilkan pemasukan untuk masyarakat lokal, maka
dibutuhkan identifikasi mengenai jenis pengeluaran operasional suatu usaha dan berapa persen
dari tiap pengeluaran tersebut yang menggunakan sumber daya lokal.
         Variabel                 Sumber Data                  Metode                     Instrumen
                                Data Primer, Data       Wawancara, Survei           Interview guideline
 Klasifikasi Hotel
                                Sekunder (Daftar        instansional ( Dinas
                                hotel )                 Pariwisata
                                Data Primer             In depth Interview          Interview guideline
 Total Pengeluaran
 Operasional
                                Data Primer             In depth Interview          Interview guideline
 Total Pengeluaran
 Tenaga Kerja
                                Data Primer             In depth Interview          Interview guideline
 Total Pengeluaran Non
 Tenaga Kerja
                                Data Primer             In depth Interview          Interview guideline
 Total Tenaga Kerja lokal
                                Data Primer             In depth Interview          Interview guideline
 Total Sumber daya lokal
 yang digunakan
Setiappengeluaran usaha yang berdampak pada pengganda pendapatan lokal di atas dijelaskan
pada ilustrasi di bawah ini.

                                Hotel




                     Pajak                Operasional




                                                                    Kebutuhan Non
                              Tenaga Kerja
                                                                     Tenaga Kerja



                                                          Bahan Baku dari    Bahan Baku dari
                      Asing              Lokal Sanur
                                                            Luar Sanur           Sanur


Sehingga jumlah jenis usaha pariwisata dengan multiplier yang dihasilkannya dapat diketahui
pada tabel sebagai berikut :
        Jenis Usaha                     Multiplier Rendah                    Multiplier Tinggi

 Hotel Bintang
 Hotel Non Bintang
 Pondok Wisata
Jenis Usaha              Multiplier Rendah                 Multiplier Tinggi

 Vila
 Restoran
 Toko Souvenir
 Usaha Wisata Tirta
 Usaha Biro Perjalanan
 Wisata
 Usaha Transportasi
2.2.4 Daya Saing SDM Kepariwisataan
Keberadaan SDM kepariwisataan berperan penting dalam pengembangan pariwisata karena dalam
industri pariwisata, dimana perusahaan memiliki hubungan langsung yang bersifat intangible (tak
berwujud) dengan konsumen (wisatawan) yang sangat bergantung pada kemampuan individu
karyawan dalam membangkitkan minat dan menciptakan kesenangan serta kenyaman kepada para
konsumennya (Lynch, 2000).
Menurut WEF, daya saing SDM pariwisata ditentukan variabel di bawah ini :
    Variabel          Sumber Data         Metode       Instrumen            Kriteria Skor
                   Data Primer, Data   In depth       Interview
 Jumlah
                   Sekunder ( Data     interview,     guideline
 Keikutsertaan
                   kependudukan/       Survei
 dalam
                   pendidikan)         Instansional
 pendidikan
                                       (BPS)
 formal
                   Data Primer, Data   In depth       Interview
 Jumlah
 Keikutsertaan     Sekunder ( Data     interview,     guideline
                   kependudukan/       Survei
 dalam lembaga
                   pendidikan)         Instansional
 pendidikan
                                       (BPS)
 informal
                   Data Primer, Data   In depth       Interview
 Kualitas sistem
                   sekunder ( Data     interview,     guideline
 pendidikan
                   IPM/Indeks          Survei
                   Pembangunan         Instansional
                   Manusia)            (BPS)
                   Data Primer, Data   Observasi,     Interview
 Ketersediaan
                   sekunder ( Daftar   Survei         guideline
 lembaga
                   Fasilitas           instansional
 pelatihan dan
                   Pendidikan,         (Dinas
 penelitian
                   Lembaga             Pendidikan
                   pariwisata)         Kota,
                                       Direktori
Variabel           Sumber Data          Metode       Instrumen        Kriteria Skor
                                         LSM)
                     Data Primer         In depth       Interview
 Penerapan
                                         interview      guideline
 rekrutmen dan
                                         pelaku usaha
 pelepasan
 karyawan
                     Data Primer         In depth       Interview
 Kemudahan
                                         interview      guideline
 perekrutan
                                         pelaku usaha
 tenaga asing
                     Data Primer, Data   In depth       Interview
 Jumlah tenaga
                     Sekunder (Data      interview,     guideline
 kerja yang
                     ketenagakerjaan)    Survei
 tersertifikasi
                                         Instansional
                                         (BPS)
 Standar kerja       Data Primer, Data   In depth       Interview
                     Sekundr (Data       interview,     guideline
 yang
                     SKKNI               surei
 diberlakukan
                     pariwisata)         instansional
                                         (Dinas
                                         Pariwisata
2.2.5 Peta Kemitraan Usaha
Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha
kecil dengan pengusaha menengah/ besar (perusahaan mitra) disertai denga pembinaan dan
pengembangan oleh pengusaha besar sehingga terbentuk hubungan yang saling menguntungkan,
memperkuat dan membutuhkan. Pemetaan terhadap kemitraan usaha ini penting dilakukan untuk
menilai sejauh mana usaha-usaha yang ada di KSPN mampu menjalin kerjasama dengan usaha
lainnya serta potensi apa yang dapat dikembangkan dari kerjasama tersebut.
Variabel yang dibutuhkan dalam memetakan kemitraan usaha, antara lain :
          Variabel                 Sumber Data            Metode             Instrumen
                                Data Primer        In depth interview,
 Profil Perusahaan Mitra-
                                                   FGD
 Kelompok Mitra
                                Data Primer        In depth interview,
 Bidang Usaha Kemitraan
                                                   FGD
 antara Perusahaan –
 Kelompok Mitra
                             Data Primer           In depth interview,
 Pola Kemitraan antara
                                                   FGD
 Perusahaan-Kelompok Mitra
 Manfaat yang diperoleh baik Data Primer           In depth interview,
                                                   FGD
 oleh perusahaan maupun
 kelmpok mitra
2.2.6 Peta Usaha Penguatan UKM
Selain pemetaan UKM pariwisata yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya sebagai profiling
data yang dimiliki Pemerintah Daerah untuk membantu mengembangan UKM-UKM pariwisata
tersebut, juga diperlukan pemetaan terhadap usaha penguatan UKM pariwisata. Usaha penguatan
UKM adalah usaha/ program/ proyek/ kegiatan/ aktivitas untuk menguatkan usaha kecil
menengah yang dapat diwujudkan dalam berbagai jenis kegiatan, antara lain :
1.   Permodalan, melalui pemberian kredit
2.   Pelatihan
3.   Pendampingan dan fasilitator
4.   Bantuan teknis dan konsultasi
5.   Penyediaan informasi
6.   Penelitian
Tujuan dari pemetaan usaha-usaha ini adalah untuk memberi acuan awal kepada berbagai lembaga
dan masyarakat yang menaruh perhatian pada pengembangan UKM pariwisata, dalam rangka
melengkapi dan melanjutkan usaha penguatan serta menghindari tumpang tindih upaya dan
tumpang tindih sasaran penerima manfaat. Selain itu profiling usaha penguatan ini juga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan oleh UKM pariwisata yang telah dipetakan
sebelumnya, agar dapat terjalin kemitraan antara UKM pariwisata dan lembaga yang akan
memberikan bantuan tersebut.
Informasi yang menjadi acuan utama ini digali dari lembaga dan individu yang mempunyai peran
yang signifikan dalam usaha penguatan UKM pariwisata, yaitu meliputi:
1. lembaga pemerintah
2. lembaga non-pemerintah
3. perusahaan swasta nasional maupun asing, BUMN, dan koperasi
4. lembaga perbankan pemerintah maupun swasta
5. lembaga donor
6. lembaga atau individu lainnya.
dengan memetakan variabel- variabel di bawah ini :
          Variabel             Sumber Data            Metode              Instrumen
                              Data Primer      In depth interview,
 Lembaga pelaksana
                                               FGD
                              Data Primer      In depth interview,
 Nama Usaha Penguatan
                                               FGD
                              Data Primer      In depth interview,
 Jenis Usaha
                                               FGD
 Tujuan dan Sasaran Usaha Data Primer          In depth interview,
                                               FGD
 Status pelaksanaan Usaha Data Primer          In depth interview,
                                               FGD
 penguatan saat ini
Variabel            Sumber Data             Metode                Instrumen
                             Data Primer       In depth interview,
 Masalah yang dihadapi
                                               FGD
                             Data Primer       In depth interview,
 Potensi Usaha penguatan
                                               FGD

2.3 Pemasaran
Kegiatan pemasaran ini pada intinya berfokus pada 3 hal yaitu pengembangan pariwisata sesuai
target, menciptakan produk turunan wisata yang meningkatkan kualitas pengalaman wisata serta
menciptakan strategi promosi yang tepat. Untuk mencapai tujuan di atas, dibutuhkan
1.   penilaian terhadap perilaku pasar yang terjadi sebagai dasar segmentasi, targetting serta
     perencanaan pengembangan produk wisata dan promosi yang tepat
2.   Penilaian terhadap persepsi wisatawan maupun masyarakat lokal sebagai dasar menciptakan
     branding kawasan
2.3.1 Perilaku Pasar
Perilaku pasar dalam konteks kepariwisataan merupakan bagaimana sejumlah faktor
mempengaruhi keputusan wisatawan dalam usaha pemenuhan keseluruhan pengalaman wisatanya.
Analisis perilaku pasar mencoba mengelompokkan wisatawan berdasarkan karakteristiknya serta
mengidentifikasi hubungan karakteristik satu dengan karakteristik lainnya.
1.   Pengelompokan Wisatawan
Pengelompokan wisatawan sesuai dengan perilaku wisatanya merupakan usaha untuk
menentukan/memilih segmen wisatawan mana yang akan menjadi target utama promosi serta
bentuk promosi seperti apa yang paling sesuai untuk setiap segmen yang akan disasar tersebut.
Hasil pengelompokan wisatawan ini juga dapat dikombinasikan dengan dengan hasil analisis
pengganda pendapatan lokal.
Dari hasil pengelompokan ini, akan diperoleh segmen wisatawan yang memilih klasifikasi
akomodasi tertentu , dan klasifikasi akomodasi tersebut dapat menunjukkan besar pengganda yang
dihasilkan.
Pengelompokan wisatawan dilakukan dengan menggunakan analisis cluster yang terbentuk
berdasarkan variabel di bawah ini:
         Variabel          Sumber Data              Metode                  Instrumen
                           Data Primer     Observasi, Penyebaran      Kuesioner Wisatawan
 Demografi
                                           Kuesioner
                           Data Primer     Observasi, Penyebaran      Kuesioner Wisatawan
 Tujuan Kunjungan
                                           Kuesioner
                           Data Primer     Observasi, Penyebaran      Kuesioner Wisatawan
 Lama Tinggal
                                           Kuesioner
                           Data Primer     Observasi, Penyebaran      Kuesioner Wisatawan
 Jenis Akomodasi
                                           Kuesioner
Variabel            Sumber Data               Metode               Instrumen
                            Data Primer      Observasi, Penyebaran    Kuesioner Wisatawan
 Tingkat Pengeluaran
                                             Kuesioner
                            Data Primer      Observasi, Penyebaran    Kuesioner Wisatawan
 Preferensi daya tarik
                                             Kuesioner
                            Data Primer      Observasi, Penyebaran    Kuesioner Wisatawan
 Partner Kunjungan
                                             Kuesioner
                            Data Primer      Observasi, Penyebaran    Kuesioner Wisatawan
 Kawasan wisata lain
                                             Kuesioner
 yang dikunjungi selain
 KSPN tersebut
Hasil rekapitulasi pengelompokan berupa tabel di bawah ini
         Karakteristik              Segmen 1             Segmen 2            Segmen 3
 Asal Negara
 Demografi
 Tujuan Kunjungan
 Lama Tinggal
 Jenis Akomodasi
 Tingkat pengeluaran
 Partner Kunjungan
 Preferensi daya tarik
 Kawasan wisata lain yang
 dikunjungi selain KSPN
 tersebut
2. Hubungan antara Tujuan Kunjungan dengan Lama Tinggal
Dari data kedua hubungan tersebut, maka dapat ditentukan aktivasi kegiatan apa yang paling
sesuai untuk dikembangkan. Data yang dibutuhkan untuk menganalisa kedua hubungan tersebut
antara lain :
       Variabel       Sumber Data            Metode                    Instrumen
 Tujuan Kunjungan Data Primer         Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawa n
                                      Kuesioner
                     Data Primer      Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan,
 Lama Tinggal
                                      Kuesioner
Data ini ditampilkan dalam cross tabel sebagai berikut :
                               Total           Lama Tinggal (malam)       Rata-rata Lama
   Tujuan Kunjungan
                             Wisatawan       1-2       3-8      > 8           Tinggal

 Liburan
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI
KETERKAITAN DAN INTEGRASI

More Related Content

What's hot

Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungaiCahaya Hari
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarRencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarPenataan Ruang
 
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataPPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataDoris Agusnita
 
Workshop pb ekowisata bahari
Workshop pb ekowisata bahariWorkshop pb ekowisata bahari
Workshop pb ekowisata bahariYayasan TERANGI
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanDidi Sadili
 
Model Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Model Pengembangan Pariwisata BerkelanjutanModel Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Model Pengembangan Pariwisata BerkelanjutanTogar Simatupang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangPenataan Ruang
 
4.strategi utama dalam pengelolaan das
4.strategi utama dalam pengelolaan das4.strategi utama dalam pengelolaan das
4.strategi utama dalam pengelolaan dasZaidil Firza
 
Terumbu Karang - Untuk Siswa
Terumbu Karang - Untuk SiswaTerumbu Karang - Untuk Siswa
Terumbu Karang - Untuk SiswaYayasan TERANGI
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PatiRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PatiPenataan Ruang
 
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatpanduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatMohd. Yunus
 
Ppt wisata garut
Ppt wisata garutPpt wisata garut
Ppt wisata garutAjang Wahyu
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di IndonesiaManajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di IndonesiaDadang Solihin
 
GEOGRAFI KELAS XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
GEOGRAFI KELAS XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUPGEOGRAFI KELAS XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
GEOGRAFI KELAS XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUPMunip Utama
 
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1Yulianto Dwi Prasetyo
 
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian IndonesiaDampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian IndonesiaLestari Moerdijat
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurKamen Ride
 

What's hot (20)

Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungai
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarRencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
 
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataPPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
 
Workshop pb ekowisata bahari
Workshop pb ekowisata bahariWorkshop pb ekowisata bahari
Workshop pb ekowisata bahari
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
 
Model Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Model Pengembangan Pariwisata BerkelanjutanModel Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Model Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
 
Pengembangan Eko Wisata
Pengembangan Eko WisataPengembangan Eko Wisata
Pengembangan Eko Wisata
 
4.strategi utama dalam pengelolaan das
4.strategi utama dalam pengelolaan das4.strategi utama dalam pengelolaan das
4.strategi utama dalam pengelolaan das
 
Terumbu Karang - Untuk Siswa
Terumbu Karang - Untuk SiswaTerumbu Karang - Untuk Siswa
Terumbu Karang - Untuk Siswa
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PatiRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
 
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatpanduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
 
Ppt wisata garut
Ppt wisata garutPpt wisata garut
Ppt wisata garut
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di IndonesiaManajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
Manajemen Pembangunan: Teori dan Praktek di Indonesia
 
Penginderaan jauh
Penginderaan jauhPenginderaan jauh
Penginderaan jauh
 
GEOGRAFI KELAS XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
GEOGRAFI KELAS XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUPGEOGRAFI KELAS XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
GEOGRAFI KELAS XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
 
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
Penyusunan rdtr berbasis bidang tanah 1
 
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian IndonesiaDampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
 

Similar to KETERKAITAN DAN INTEGRASI

Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019Oswar Mungkasa
 
Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
 Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1) Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)AidilFitrah9
 
Penyusunan rkpd sri
Penyusunan rkpd sriPenyusunan rkpd sri
Penyusunan rkpd sriSrie Maryati
 
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitanJurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitansuningterusberkarya
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
SOSIALISASI PENGEMBANGAN P3T PROVINSI BANTEN TAHUN 2011
SOSIALISASI PENGEMBANGAN P3T PROVINSI BANTEN TAHUN 2011SOSIALISASI PENGEMBANGAN P3T PROVINSI BANTEN TAHUN 2011
SOSIALISASI PENGEMBANGAN P3T PROVINSI BANTEN TAHUN 2011Hari Setiawan
 
G_SINERGITAS LITBANG PUSAT DAN DAERAH.pptx
G_SINERGITAS LITBANG PUSAT DAN DAERAH.pptxG_SINERGITAS LITBANG PUSAT DAN DAERAH.pptx
G_SINERGITAS LITBANG PUSAT DAN DAERAH.pptxzulfadly11
 
LUSIARTI -Sosialisasi-Permendagri-86-Tahun-2017.pptx
LUSIARTI -Sosialisasi-Permendagri-86-Tahun-2017.pptxLUSIARTI -Sosialisasi-Permendagri-86-Tahun-2017.pptx
LUSIARTI -Sosialisasi-Permendagri-86-Tahun-2017.pptxilusiDigulSelatan
 
Buku rpi2 jm ksn sarbagita
Buku rpi2 jm ksn sarbagitaBuku rpi2 jm ksn sarbagita
Buku rpi2 jm ksn sarbagitaNengah Sudata
 
Telaah Kritis RPJMD Kota Sukabumi
Telaah Kritis RPJMD Kota SukabumiTelaah Kritis RPJMD Kota Sukabumi
Telaah Kritis RPJMD Kota SukabumiDadang Solihin
 
materi_rapat_koordinasi_kearsipan_nasional_tahun_2022_17_mei_2022_1652840224.pdf
materi_rapat_koordinasi_kearsipan_nasional_tahun_2022_17_mei_2022_1652840224.pdfmateri_rapat_koordinasi_kearsipan_nasional_tahun_2022_17_mei_2022_1652840224.pdf
materi_rapat_koordinasi_kearsipan_nasional_tahun_2022_17_mei_2022_1652840224.pdfmtsn2paluta02
 

Similar to KETERKAITAN DAN INTEGRASI (20)

Metodologi Penyusunan RIPPDA
Metodologi Penyusunan RIPPDAMetodologi Penyusunan RIPPDA
Metodologi Penyusunan RIPPDA
 
Sistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataanSistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataan
 
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
Lokakarya Background Study Buku III RPJMN 2015-2019
 
Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
 Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1) Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
Bab-ii-pendekatan-dan-metodologi-pdf-free (1)
 
Penyusunan rkpd sri
Penyusunan rkpd sriPenyusunan rkpd sri
Penyusunan rkpd sri
 
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitanJurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
 
nagan raya.pptx
nagan raya.pptxnagan raya.pptx
nagan raya.pptx
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Panduan PKA Pariwisata.pptx
Panduan PKA Pariwisata.pptxPanduan PKA Pariwisata.pptx
Panduan PKA Pariwisata.pptx
 
SOSIALISASI PENGEMBANGAN P3T PROVINSI BANTEN TAHUN 2011
SOSIALISASI PENGEMBANGAN P3T PROVINSI BANTEN TAHUN 2011SOSIALISASI PENGEMBANGAN P3T PROVINSI BANTEN TAHUN 2011
SOSIALISASI PENGEMBANGAN P3T PROVINSI BANTEN TAHUN 2011
 
Kis pariwisata
Kis pariwisataKis pariwisata
Kis pariwisata
 
G_SINERGITAS LITBANG PUSAT DAN DAERAH.pptx
G_SINERGITAS LITBANG PUSAT DAN DAERAH.pptxG_SINERGITAS LITBANG PUSAT DAN DAERAH.pptx
G_SINERGITAS LITBANG PUSAT DAN DAERAH.pptx
 
LUSIARTI -Sosialisasi-Permendagri-86-Tahun-2017.pptx
LUSIARTI -Sosialisasi-Permendagri-86-Tahun-2017.pptxLUSIARTI -Sosialisasi-Permendagri-86-Tahun-2017.pptx
LUSIARTI -Sosialisasi-Permendagri-86-Tahun-2017.pptx
 
Agro
AgroAgro
Agro
 
Agro
AgroAgro
Agro
 
Buku rpi2 jm ksn sarbagita
Buku rpi2 jm ksn sarbagitaBuku rpi2 jm ksn sarbagita
Buku rpi2 jm ksn sarbagita
 
Telaah Kritis RPJMD Kota Sukabumi
Telaah Kritis RPJMD Kota SukabumiTelaah Kritis RPJMD Kota Sukabumi
Telaah Kritis RPJMD Kota Sukabumi
 
My project
My projectMy project
My project
 
Pedoman RIPPDA 2007 - Depbudpar
Pedoman RIPPDA 2007 - DepbudparPedoman RIPPDA 2007 - Depbudpar
Pedoman RIPPDA 2007 - Depbudpar
 
materi_rapat_koordinasi_kearsipan_nasional_tahun_2022_17_mei_2022_1652840224.pdf
materi_rapat_koordinasi_kearsipan_nasional_tahun_2022_17_mei_2022_1652840224.pdfmateri_rapat_koordinasi_kearsipan_nasional_tahun_2022_17_mei_2022_1652840224.pdf
materi_rapat_koordinasi_kearsipan_nasional_tahun_2022_17_mei_2022_1652840224.pdf
 

KETERKAITAN DAN INTEGRASI

  • 1. 1 Aspek Keterkaitan dan Integrasi Analisis keterkaitan dan integrasi dengan kebijakan kebijakan yang ada digunakan untuk melihat kedudukan KSPN terhadap kebijakan rencana tata ruang nasional/ provinsi /kabupaten/ kota untuk menyesuaikan perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. 1.1 Keterkaitan KSPN dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) suatu kawasan harus mengacu pada Rencana/ Kebijakan Tata Ruang di atasnya. Rencana Tata Ruang (RTR) suatu KSPN disusun berdasarkan isu-isu kebijakan, antara lain : • Peraturan Pemerintah no 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan sejumlah Kawasan Strategis Nasional. Contoh : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan sejumlah Kawasan Strategis Nasional, diantaranya KSN Sarbagita ( Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan) • Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi yang menjelaskan mengenai detail dari Kawasan Strategis Nasional yang masuk dalam wilayah administratif provinsi tersebut. Contoh : Pada Perda no 16 tahun 2009 mengenai RTRW Provinsi Bali menetapkan kawasan Sanur yang juga merupakan bagian dari KSN Sarbagita, sebagai kawasan strategis provinsi dengan fungsi utama sebagai Kota Pariwisata Internasional yang berjati diri budaya Bali • Peraturan Daerah tentang RTRW Kota/ Kabupaten yang menjelaskan mengenai Kawasan Strategis Provinsi yang masuk dalam wilayah administratif Kota/ Kabupaten tersebut. Contoh : RTRW Kota Denpasar menetapkan Kawasan Sanur sebagai salah satu Kawasan Strategis Kota Denpasar mencakup wilayah Desa Sanur Kaja, Kelurahan Sanur dan Desa Sanur Kauh Berdasarkan isu-isu kebijakan di atas, maka kedudukan RTR KSPN Sanur dengan Rencana Tata Ruang Wilayah adalah sebagai berikut : RTR KAWASAN STRATEGIS RTRW NASIONAL NASIONAL RTR KAWASAN STRATEGIS RTRW PROVINSI PROVINSI RTRW KOTA/ KABUPATEN RDTR KOTA/ KABUPATEN RTR KAWASAN STRATEGIS RDTR KOTA/ KABUPATEN KOTA/ KABUPATEN RTR KAWASAN PERKOTAAN/ PERDESAAN
  • 2. 1.2 Keterkaitan KSPN dengan Rencana Pembangunan Kepariwisataan Pembentukan KSPN merupakan bagian dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Berdasarkan Ripparnas, KSPN merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan. Penetapan KSPN-KSPN di Indonesia merupakan bentuk pembangunan kepariwisataan nasional pada aspek destinasi yang diawalai dengan Perwilayahan pembangunan DPN (Destinasi Pariwisata Nasional). DPN merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah propinsi dan/ atau lintas provinsi yang di dalamnya terdapat Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional, yang diantaranya berupa KSPN, dimana pengembangan pariwisata untuk kawasan yang menjadi KSPN langsung ditangani oleh pemerintah pusat. KSPN berdasarkan RIPPARNAS ditentukan dengan kriteria: a. memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan pariwisata; b. memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya Tarik Wisata unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal secara luas; c. memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya internasional d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi; e. memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan wilayah; f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya, termasuk didalamnya aspek sejarah dan kepurbakalaan; h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat; i. memiliki kekhususan dari wilayah; j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar wisatawan potensial nasional; dan memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan. Sedangkan untuk pembangunan KSPN dilakukan secara bertahap dengan kriteria prioritas yang memiliki : a. komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan; b. posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis; c. posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik Pembangunan Kepariwisataan di wilayah sekitar baik dalam konteks regional maupun nasional; d. potensi kecenderungan produk wisata masa depan;
  • 3. e. kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang positif dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dalam waktu yang relatif cepat; f. citra yang sudah dikenal secara luas; g. kontribusi terhadap pengembangan keragaman produk wisata di Indonesia; dan keunggulan daya saing internasional 1.3 Integrasi pariwisata dengan sektor lain Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi baik nasional, wilayah, maupun lokal. Sektor pariwisata harus berperan sebagai prime mover dan secara interaktif terkait dengan pengembangan sektor sektor lainnya. Peningkatan keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya akan meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah. Pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek tempat kesenian dan budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar. Penilaian seberapa baik integrasi pariwisata dengan sektor lainnya dapat dilihat dari angka penyerapan tenaga kerja di sektor lainnya dengan membandingkan pada angka pertumbuhan kedatangan wisatawan, PDRB dari sektor pariwisata maupun proyek proyek pembangunan terkait kepariwisataan. No Variabel Sumber Data Metode Kondisi Penilaian Angka Pertumbuhan 1 Wisatawan dalam 3 Data Sekunder tahun terakhir Besarnya penerimaan PDRB dari sektor 2 Data Sekunder pariwisata dalam 3 tahun terakhir Jumlah investasi terkait pariwisata 3 Data Sekunder dalam 3 tahun terakhir Angka penyerapan tenaga kerja pada sektor transportasi 4 Data Sekunder dan komunikasi dalam 3 tahun terakhir Angka penyerapan 5 Data Sekunder tenaga kerja pada
  • 4. No Variabel Sumber Data Metode Kondisi Penilaian sektor pertanian dalam 3 tahun terakhir Angka penyerapan tenaga kerja pada 6 sektor bangunan Data Sekunder dalam 3 tahun terakhir Pelaksanaan program kebersihan dan 7 Data Sekunder kesehatan dalam 3 tahun terakhir 2 Aspek Pengembangan Kepariwisataan Aspek pengembangan kepariwisataan pada intinya terdiri dari aspek pengembangan ke dalam (delivery on the ground) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pengalaman wisata wisatawan dan aspek pengembangan keluar (marketing) yang bertujuan untuk menarik wisatawan datang ke suatu destinasi. Untuk mencapai kedua tujuan utama tersebut, maka diperlukan analisis/ penilaian terhadap detail dari kedua aspek tersebut yang terdiri dari: Destinasi, Industri, Pemasaran, dan Institusi agar dapat dikembangkan perencanaan yang tepat dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. 2.1 Destinasi Analisis destinasi merupakan penilaian terhadap sumber daya destinasi pariwisata baik yang berupa sumber daya eksisting maupun sumber daya yang masih menjadi potensi untuk dikembangkan dalam rangka menciptakan pengalaman wisata, meliputi : 1. Perwilayahan 2. Daya Tarik 3. Aksesibilitas 4. Fasilitas dan Prasaranan Umum 5. Fasilitas Pariwisata 6. Masyarakat Lokal 7. Investasi 2.1.1 Perwilayahan 2.1.1.1 Struktur dan Pola Tapak KSPN Sebuah tapak secara administratif merupakan lokasi yang seluruh boleh dibangun, namun pada prakteknya, terdapat sejumlah batasan yang harus dipertimbangkan. Analisa struktur dan pola tapak merupakan proses penilaian terhadap kualitas tapak yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, sebagai kebutuhan dalam melakukan perencanaan tatanan fisik fasilitas/ fungsi/ bangunan dalam tapak yang meliputi pengolahan dan sistem utilitas tapak, site entrance, sistem sirkulasi serta penentuan posisi, komposisi, orientasi maupun konfigurasi massa dan ruang terbuka.
  • 5. Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas tapak terdiri atas, faktor fisik, biologi dan sosial budaya, dimana tiap faktor tersebut memiliki sejumlah variabel pembentuknya 1. Faktor Fisik No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian 1 Dimensi tapak Data Primer Observasi Bentuk Ukuran Kondisi Keadaan 2 Data Primer Observasi Porositas tanah Daya Dukung Keasaman 3 Topografi Data Primer Observasi Elevasi Kemiringan Ketinggian Bentang alam/ morfologi Permukaan air 4 Hidrologi Data Primer Observasi tanah Arah aliran air hujan Kualitas air tanah 5 Geologi Data Primer Observasi Bahaya seismik Kedalaman tanah Kondisi batuan 6 Iklim Data Primer Observasi Curah hujan Intensitas hujan Kecepatan arah angin Arah penyinaran cahaya matahari 2. Faktor Biologi No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian Keragaman 1 Vegetasi Data Primer Observasi tanaman Keragaman di 2 Habitat Data Primer Observasi dalam site
  • 6. No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian Keragaman di lingkungan sekitar site 3. Faktor Sosial Budaya No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian Peruntukan Data Primer, 1 Observasi tanah Data sekunder Ketinggian 2 Regulasi lokal Data Sekunder bangunan Kepadatan dan tipe (RTBL) bangunan Peruntukan dan ijin bangunan Utilitas di dalam 3 Data Primer Observasi Kondisi Sanitasi dan sekitar tapak Kondisi Drainase Kondisi Air bersih Listrik Sirkulasi sekitar 4 Data Primer Observasi Kelas Jalan site Kepadatan jalan (traffic volume) Jalur pejalan kaki Jenis angkutan 5 Area Historis Data Primer Observasi Landmark Situs arkeologis, purbakala 6 Sensory Visual Sumber Bising Dari hasil analisis di atas, maka akan dirumuskan konsep struktur dan tapak KSPN yang menjelaskan pengolahan bentang tapak, penentuan tata letak massa bangunan dan orientasinya, penentuan fungsi ruang terbuka baik aktif maupun pasif, penentuan jalur sirkulasi yang terdiri atas main entrance, side entrance dan sidewalk, penentuan zonasi serta penentuan sistem utilitas. Terdapat ketentuan dalam membentuk konsep struktur dan tapak di setiap perencanaan yang akan dilakukan.
  • 7. 1. Pengolahan bentang tapak, penentuan tata letak massa bangunan, penentuan fungsi ruang terbuka, penentuan sistem utilitas No Kemiringan Ketentuan Aliran secara umum tidak bagus, tidak direkomendasikan untuk eksterior dengan fungsi tertentu kecuali untuk wetland preserve atau 1 < 1 % (terlalu datar) ruang terbuka lain yang memungkinkan adanya genangan air ( ruang terbuka pasif) 2 1-5 % (datar) Kemiringan yang ideal untuk ruang terbuka aktif dan bangunan masif Kemiringan masih ideal untuk fungsi ruang terbuka aktif dan penempatan bangunan masif, tetapi perlu dipertimbangkan tata letak 3 5-10 % (landai) terhadap arah kemiringan. Kemiringan ini juga masih ideal untuk drainase namum perlu dikontrol agar tidak terjadi erosi Kemiringan agak curam untuk fungsi ruang terbuka aktif dan 10-15 % (agak 4 bangunan masif. Kemiringan ini eprlu dipertahankan untuk curam) menghindari erosi Kondisi kemiringan curam tidak ideal untuk hampir semua 5 15% (curam) penggunaan dan fungsi 2. Zonasi Zonasi untuk bangunan masif dan ruang terbuka direncanakan dengan memenuhi beberapa pertimbangan berikut : a. Kondisi, bentuk tapak dan kontur b. Hirarki ruang c. Fungsi fasilitas d. Prinsip desain : efisiensi, kenyamanan, keselamatan e. Regulasi lokal terkait dimensi massa, sempadan, KDB, dan KLB 3. Sirkulasi Sirkulasi direncanakan dengan memenuhi beberapa pertimbangan berikut : a. Kondisi tapak dan kontur b. Keberadaan jalur jalur di luar tapak c. Bentuk tapak d. Layanan yang merata pada seluruh fungsi pada tapak sesuai dengan jenis sirkulasinya No Jenis Sirkulasi Ketentuan Dimanfaatkan sebagai titik masuk ke tapak, sirkulasi langsung ke 1 Jalan raya dua arah bangunan masif sebagai fungsi utama fasilitas Jalur kendaraan 2 Jalur ini diakumulasi di daerah bising dalam tapak
  • 8. No Jenis Sirkulasi Ketentuan Jalur ini dibuat sebagai perpanjangan jalur yang tidak bising untuk 3 Jalur Pejalan kaki menghubungkan semua fungsi dalam tapak 2.1.1.2 Penunjukan Kawasan Inti-Kawasan Inti di KSPN Penunjukan kawasan inti dikelompokkan berdasarkan tema-tema kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan tersebut serta hasil konsep pola tapak yang menetapkan pengembangan ruang pariwisata seperti apa yang akan dilakukan. Selanjutnya, pada setiap kawasan inti perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk aktivitas pariwisata yang akan dilakukan di sana serta analisis daya dukung kawasan inti. 1. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang sebagai Kawasan Inti Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan analisis yang melihat pada potensi kawasan untuk menjadi kawasan inti berdasarkan kriteria-kriteria teknis kegiatan pemanfaatan ruang yang direncanakan. Analisis ini menggunakan metode overlay peta untuk setiap variabel fisik, sosial, ekonomi dan budaya berdasarkan kriteria kegiatan. Dari analisis ini akan dihasilkan kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang dalam bentuk peta kesesuaian pemanfaatan ruang yang meliputi kesesuaian untuk kawasan inti. Berdasarkan tema kawasan inti yang telah dibentuk, maka kriteria yang dibutuhkan utnuk penentuan kawasan inti sesuai temanya adalah sebagai berikut : a. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya Bahari S1 (sangat S3 (sesuai N (tidak Kondisi No Parameter S2 (sesuai) sesuai) bersyarat) sesuai) Eksisting 1 Kecerahan perairan 15 – 20 10 –15 5 – 10 <5 (meter) 2 Tutupan terumbu >75 50 – 75 25 – 50 < 25 karang hidup (%) 3 Jenis hewan Sangat Beragam Sedang Sedikit karang dan biota beragam ( 75 – 100) ( 20 – 75) ( <10) yang berasosiasi ( > 100) (spesies) 4 Jenis ikan karang Sangat Beragam Sedang Sedikit (spesies) beragam (50 – 70) ( 20 – 30 ) ( < 20 ) ( > 70) 5 Kecepatan arus 0 – 0,17 0,17 – 0,34 0,34 – 0,51 > 0,51 (m/dtk) 6 Kedalaman 10 – 20 5 – 10 2–5 <2 perairan b. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya
  • 9. S1 (sangat S3 (sesuai N (tidak Kondisi No Parameter S2 (sesuai) sesuai) bersyarat) sesuai) Eksisting 1 2 3 4 5 c. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Ecovillage S1 (sangat S3 (sesuai N (tidak Kondisi No Parameter S2 (sesuai) sesuai) bersyarat) sesuai) Eksisting 1 2 3 4 5 6 Setelah ditentukan lokasi spesifik yang akan menjadi kawasan inti berdasarkan kriteria kesesuaian lahan yang dibutuhkan untuk tiap tema, selanjutnya pada tiap kawasan inti tersebut diperlukan identifikasi terhadap : 1. kegiatan sebagai daya tarik utama 2. kegiatan sebagai daya tarik pendukung 3. kebutuhan sarana dan prasarananya yang sesuai dengan kondisi lokasi tersebut. 2. Analisis Daya Dukung Kawasan Inti Analisis daya dukung yang digunakan merupakan analisis daya dukung fisik untuk menilai kesesuaian antara sumber daya fisik yang terdapat pada kawasan tersebut dengan kemampuan memberi toleransi terhadap kunjungan wisatawan sehingga keaslian sumber daya fisik dari kawasan tersebut tetap terjaga. a. Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya Bahari Penilaian Kondisi No Parameter Eksisting Tinggi Sedang Rendah 1 Terjal, karang, Terjal, karang, Sangat landai, Tipe Pantai berpasir, sedikit berpasir berlumpur berlumpur 2 Bentuk Teluk terbuka Teluk terbuka Teluk tertutup 3 Tipe Garis Pantai Stabil Stabil Labil
  • 10. No Parameter Penilaian Kondisi Eksisting 4 Arus Sungai > 1,5 0,5 – 1,5 < 0,5 (m/dtk) 5 Amplitudo Rataan 0,7 – 1,1 1,1 – 2,1 < 0,7 dan > 0,9 (m) 2,1 – 2,9 6 Dapat diairi Di bawah Posisi Hamparan Dapat diairi dan dan rataan surut Lahan dikeringkan dikeringkan terendah 7 Liat berpasir, Liat berpasir, tidak Lumpur/pasir tidak Kualitas Tanah bergambut, pyrit bergambut’ bergambut, rendah berpyritt tidak berpyrit 8 Dekat sungai Dekat sungai Dekat sungai dan Air Tanah dan tingkat dan mencukupi mencukupi siltasi tinggi 9 10 – < 15 Salinitas (ppt) 15 – 18 < 10 dan > 30 > 18 – 30 10 Jalur Hijau (m) > 100 50 – 100 < 50 11 Curah Hujan < 2.000 2.000 – 2.500 > 2.500 (mm/thn) b. Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya Penilaian Kondisi No Parameter Eksisting Tinggi Sedang Rendah c. Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Ecovillage Penilaian Kondisi No Parameter Eksisting Tinggi Sedang Rendah
  • 11. 2.1.1.3 Ekonomi Regional Analisis perekonomian dilakukan dengan tujuan untuk melihat karakteristik ekonomi wilayah dan struktur aktivitas perekonomian di kawasan perencanaan saat ini sehingga dapat diketahui sektor utama yang dapat dijadikan sebagai motor penggerak ekonomi kawasan perencanaan yang dalam pelaksanaannya dapat berfungsi sebagai salah satu sektor prioritas dalam program program maupun alokasi dana pembangunan dan juga sebagai tempat investasi dari kalangan swasta yang ingin berusaha di kawasan tersebut. Data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui gambaran kondisi ekonomi dan sektor-sektor perekonomian di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut : Lapangan Besarnya Banyaknya penyerapan No Besarnya Investasi Usaha PDRB Tenaga Kerja/ tahun 1 2 3 4 5 6 2.1.1.4 Kependudukan Dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka dibutuhkan identifikasi terhadap gambaran potensi penduduk sehingga dapat ditentukan perencanaan pengembangan/ pemberdayaan masyarakat yang sesuai serta perencanaan pembangunan fasilitas yang akan mendukung pemebrdayaan tersebut. Variabel yang dibutuhkan dalam menilai kondisi potensi penduduk adalah sebagai berikut No Variabel Sumber Data Metode Kondisi Eksisting Kelompok Usia Data Sekunder 1 Jenis Kelamin Data Sekunder 2 Tingkat Pendidikan Data Sekunder 3 Angka Partisipasi Data Sekunder 4 sekolah Angka Angkatan Data Sekunder 5 kerja Angka bukan Data Sekunder 6 angkatan kerja
  • 12. 2.1.2 Daya Tarik 2.1.2.1 Pengelompokan Daya Tarik 2.1.2.1.1 Pengelompokan Berdasarkan Jenis Daya tarik dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu daya tarik alam, daya tarik buatan dan daya tarik budaya. Pengelompokan berdasarkan jenis ini berfungsi untuk memetakan perbedaan karakteristik yang terdapat pada tiap jenis, sehingga perencanaan yang dibutuhkan pada tahap pengembangan daya tarik tersebut telah sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengetahui karakteristik dari tiap jenis daya tarik, maka perlu diidentifikasi variabel sebagai berikut : No Variabel Sumber Data Metode Instrumen Bentuk Kepemilikan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya 1 Kuesioner Tarik 2 Musim teramai Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya Kuesioner Tarik Musim terbaik Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya 3 Kuesioner Tarik Asal Wisatawan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya 4 Kuesioner Tarik Sub Atraksi yang Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya 5 terdapat di daya tarik Kuesioner Tarik Media Promosi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya 6 Kuesioner Tarik Hasil pengelompokan daya tarik berdasarkan jenisnya berupa tabel di bawah ini : Daya Tarik Karakteristik Daya Tarik Alam Daya Tarik Budaya Buatan Bentuk Kepemilikan Musim teramai Musim terbaik Asal Wisatawan Sub Atraksi Media Promosi 2.1.2.1.2 Pengelompokan Berdasarkan Lokasi Identifikasi daya tarik berdasarkan wilayah administratif dilakukan untuk mengetahui pola persebaran daya tarik, sehingga dapat ditentukan perencanaan kawasan inti yang tepat. Variabel
  • 13. yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui kelompok daya tarik berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut : No Variabel Sumber Data Metode Instrumen Jenis Daya Tarik Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya Tarik 1 Kuesioner Lokasi Daya Tarik Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya Tarik, 2 Kuesioner Peta KSPN Hasil pengelompokan daya tarik berdasarkan persebaran lokasi berupa tabel di bawah ini : Wilayah Administratif Jenis Daya Tarik Desa A Desa B Desa C Daya Tarik Alam Daya Tarik Buatan Daya Tarik Budaya Untuk mengetahui konsentrasi persebaran daya tarik, maka harus digambarkan pada peta KSPN. 2.1.2.2 Kematangan Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata merupakan komponen supply yang utama dari suatu destinasi. Dalam usaha mempertahankan kualitas daya tarik wisata agar tetap menjadi tujuan utama wisatawan berkunjung ke suatu destinasi, maka diperlukan pemahaman mengenai pengembangan seperti apa yang memang diperlukan oleh daya tarik tersebut. Jenis pengembangan dapat ditentukan jika tingkat kematangan daya tarik tersebut diketahui. Parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kematangan dari suatu destinasi adalah kondisi pertumbuhan daya tarik sebagai bagian dari penawaran wisata dan keadaan pasar wisata sebagai bagian dari permintaan yang selanjutnya akan dipetakan ke dalam matriks BCG (Boston Consulting Group) seperti bagan di bawah ini. Children Problem Stars Pertumbuhan Produk (Supply) Dogs Cash Cows Pasar Wisata (demand) 1. Star Daya tarik memiliki peluang pertumbuhan dan profitabilitas jangka panjang terbaik. Daya tarik dengan kondisi ini perlu melakukan integrasi ke depan, integrasi ke belakang, penetrasi pasar, serta pengembangan produk.
  • 14. 2. Cash Cows Daya tarik ini memiliki posisi pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi kemampuan bersaingnya rendah dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Disebut cash cows karena daya tarik menghasilkan pendapatan melebihi kebutuhannya. Daya tarik dengan kondisi ini harus dikelola untuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin, salah satunya melalui diversifikasi. 3. Problem Child Daya tarik memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah, namun kemampuan bersaing cukup tinggi dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Disebut problem child karena pengelola daya tarik harus memutuskan apakah hendak memperkuat bisnis dengan strategi yang intensif atau menjualnya. 4. Dog Daya tarik memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah dengan kemampuan bersaing dengan pertumbuhan produk yang juga rendah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh karena posisi internal dan eksternal yang lemah. Masing-masing parameter memiliki variabel dan kriteria penilaian sebagai berikut : 1. Parameter Kondisi Pertumbuhan Daya Tarik Wisata Sumber No Variabel Metode Instrumen Kriteria Skor Data Keberagaman Data Observasi, Kuesioner 1 = memiliki 1-2 sub atraksi 1 sub atraksi Primer Penyebaran Daya Tarik 2 = memiliki 3-4 sub atraksi yang dimiliki Kuesioner 3 = memiliki lebih dari 4 sub atraksi Keunikan yang Data Observasi, Kuesioner 1 = Memiliki kesamaan dengan 2 ditawarkan primer Penyebaran Daya Tarik daya tarik lain tingkat lokal Kuesioner 2 = Memiliki kesamaan dengan daya tarik lain di tingkat provinsi sampai nasional 3 = Hanya memiliki kesamaan dengan daya tarik di tingkat dunia dengan jumlah maksimal 3 daya tarik Tata kelola Data Observasi, Kuesioner 1 = Jumlah SDM kurang dan 3 Primer Penyebaran Daya Tarik belum ada SOP yang jelas Kuesioner 2 = Jumlah SDM kurang namun sudah ada SOP mengenai kepengelolaan 3 = Jumlah SDM cukup dan sudah ada SOP mengenai kepengelolaan Ketersediaan Data Observasi, Kuesioner 1 = Memiliki sedikit fasilitas 4 fasilitas Primer penyebaran Daya Tarik pendukung dan kurang
  • 15. Sumber No Variabel Metode Instrumen Kriteria Skor Data pendukung kuesioner berfungsi dengan baik 2= Memiliki sedikit fasilitas pendukung dan berfungsi dengan baik 3= Memiliki fasilitas lengkap dan seluruhnya berfungsi dengan baik Media Promosi Data Penyebaran Kuesioner 1 = Belum ada media promosi 5 yang Primer Kuesioner Daya Tarik yang digunakan digunakan 2= Menggunakan 1-3 media promosi 3= Menggunakan lebih dari 3 media promosi pariwisata yang ada Ketersediaan Data Observasi, Kuesioner 1= Tidak terdapat moda 6 Moda primer Penyebaran daya tarik transportasi langsung Transportasi kuesioner menuju daya tarik 2= Hanya ada 1- 2 jenis moda transportasi yang langsung menuju daya tarik 3= Terdapat lebih dari 2 jenis moda transportasi yang langsung menuju daya tarik Waktu Data Observasi, Kuesioner 1= Hari beroperasi tidak tentu 7 Operasional primer penyebaran daya tarik 2= Terdapat 1-3 hari beroperasi kuesioner dalam seminggu 3= Setiap hari beroperasi Ketersediaan Data Observasi, Kuesioner 1= Tidak ada fasilitas 8 Fasilitas primer penyebaran daya tarik pendukung di sekitar daya pendukung di kuesioner tarik sekitarnya 2= Hanya terdapat 1-2 fasilitas pendukung di sekitar daya tarik 3= Terdapat lebih dari 2 fasilitas pendukung di sekitar daya tarik Klasifikasi Skor : Tingkat Pertumbuhan Produk Tinggi : Tingkat Pertumbuhan Produk Rendah : 2. Parameter Kondisi Pasar Wisata
  • 16. Sumber No Variabel Metode Instrumen Kriteria Skor Data Tingkat Data Observasi, Kuesioner 1 = Mengalami penurunan 1 Pertumbuhan Primer Penyebaran Daya Tarik dalam 3 tahun terakhir Pengunjung Kuesioner 2= Mengalami kenaikan dan penurunan dalam 3 tahun terakhir (tidak stabil) 3= Mengalami kenaikan setiap tahunnya dalam 3 tahun terakhir Tingkat Data Observasi, Kuesioner 1 = Mengalami penurunan 2 pendapatan Primer Penyebaran Daya Tarik dalam 3 tahun terakhir Kuesioner 2= Mengalami kenaikan dan penurunan dalam 3 tahun terakhir (tidak stabil) 3= Mengalami kenaikan setiap tahunnya dalam 3 tahun terakhir Tingkat Data Observasi, Kuesioner 1 = Tidak ada kegiatan aktif 3 Partisipasi Primer penyebaran Daya Tarik yang dapat dilakukan Wisatawan kuesioner wisatawan dalam 2= Hanya sedikit sub atraksi kegiatan di yang memiliki kegiatan aktif daya tarik denga wisatawan 3= Seluruh sub atraksi yang tersedia merupakan kegiatan aktif dengan wisatawan Perbandingan Data Penyebaran Kuesioner 1= Memiliki jumlah kunjungan 4 jumlah Primer kuesioner daya tarik terendah dibanding daya wisawatawan tarik sejenis lainnya dengan daya 2= Memiliki jumlah kunjungan tarik sejenis rata-rata/ hampir sama lainnya dengan daya tarik sejenis 3= lainnya Memiliki jumlah kunjungan tertinggi dibanding dengan daya tarik sejenis lainnya Klasifikasi Skor : Tingkat Pangsa Pasar Tinggi : Tingkat Pangsa Pasar Rendah :
  • 17. 2.1.3 Aksesibilitas Analisis aksesibilitas dilakukan untuk menentukan kebutuhan jaringan pergerakan dan fasilitas penunjangnya menurut struktur dan pola tapak kawasan, sehingga tercipta ruang yang lancar, aman, nyaman, dan terpadu, berdasarkan pertimbangan distribusi penduduk, tenaga kerja, daya dukung lahan, daya dukung lingkungan jalan, daya dukung prasarana yang ada. 2.1.3.1 Kebutuhan Pengembangan Sarana Transportasi Dalam merencanakan kebutuhan sarana transportasi yang akan mendukung pergerakan baik wisatawan maupun masyarakat saat menuju maupun berada di dalam kawasan pariwisata, maka dibutuhkan penilaian terhadap komponen komponen di bawah ini Sumber No Variabel Metode Instrumen Penilaian Kondisi Eksisting Data Moda 1 Transportasi Halte dalam 2 kawasan Jalur angkutan 3 publik Kapasitas tiap 4 trayek Kondisi 5 Pelayanan Kondisi 6 keamanan Model 7 pengelolaan transportasi 2.1.3.2 Kebutuhan Pengembangan Prasarana Transportasi Analisis ini bertujuan untuk menilai kemngkinan pengembangan prasarana transportasi yang meliputi jaringan jalan dan kebutuhan pendukungnya mulai dari jaringan jalan yang menjadi pintu gerbang kawasan pariwisata sampai ke tingkat jalan lokal dengan mempertimbangkan jaringan jalan yang sudah atau yang sedang direncanakan. Analisis ini membutuhkan penilaian terhadap sejumlah komponen, antara lain : Sumber No Variabel Metode Instrumen Penilaian Kondisi Eksisting Data Entry Gate 1 Kawasan Titik 2 kemacetan dan trouble spot lainnya Ketersediaan 3
  • 18. Sumber No Variabel Metode Instrumen Penilaian Kondisi Eksisting Data signage Prasarana 4 untuk pejalan kaki (trotoar, halte) Kondisi 5 Penataan Parkir Manajemen 6 Lalu lintas 2.1.4 Fasilitas dan Prasarana Umum 2.1.4.1 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Umum Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghitung perkiraan jumlah kebutuhan fisik di kawasan perencanaan berdasarkan daya dukungnya. Untuk memperkirakan kebutuhan fasilitas dan utilitas pada kawasan perencanaan, digunakan beberapa model kebutuhan fasilitas dan utilitas yang bersumber dari : 1. Standar Pelayanan Kebersihan Air Limbah Perkiraan kebutuhan fasilitas dan utilitas pada kawasan akan mencakup kebutuhan jenis, jumlah, serta kebutuhan ruang. Perkiraan dilakukan dengan mengaplikasikan standar kebutuhan yang ada untuk desa-desa yang ada di KSPN, serta dapat mengacu pada berbagai studi dan standar perencanaan yang ada. Secara garis besar, standar perencanaan dibagi menjadi 3, yaitu: Standar Internasional, merupakan bakuan yang didasarkan atas ketentuan umum dan diterapkan di banyak negara sebagai suatu kebutuhan dan persyaratan. Standar Nasional, yang menjadi pedoman umum yang digunakan di Indonesia. Standar ini hanya memberikan patokan umum, sesuai dengan karakteristik serta tingkat kebutuhannya Standar lokal yakni ketentuan yang berlaku khusus untuk suatu wilayah atau kota tertentu. standar ini disusun berdasarkan situasi dan kondisi khusus dari wilayah atau kota tersebut yang di dalamnya dipertimbangkan ketentuan khusus lain, seperti tradisi dan tata nilai budaya yang berlaku. 2. Standar Penyediaan Air Bersih Terdapat 5 (lima) komponen yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Komponen rencana tersebut antara lain sebagai berikut : a. Kebutuhan Air b. Rencana Tingkat Pelayanan
  • 19. c. Rencana Pengembangan Sumber d. Rencana Pengembangan Transmisi/distribusi e. Pengendalian Kebocoran Air. PDAM telah menyediakan suatu standar bagi pengadaan air bersih dimana standar tersebut didasarkan pada pedoman Direktorat Air Bersih yang telah memperhitungkan standar kebutuhan air bersih untuk industri dan rumah tangga. Ketentuannya ialah 125 ltr/orang/hari untuk konsumsi umum dan 10 lt/pekerja/hari bagi kawasan industri.. Suatu kebijakan lain telah ditetapkan pula bahwa perbandingan antara sambungan langsung ke rumah tangga dan kran umum berkisar antara 50% : 50% hingga 80% : 20%, tergantung pada situasi lingkungan permukimannya. Setiap kran umum diasumsikan melayani 200 orang, sedangkan sambungan rumah tangga untuk 5 – 10 orang. Jumlah penduduk yang ingin dilayani oleh PDAM berdasarkan informasi ialah sekitar 75% dari jumlah keseluruhan penduduk yang ada atau yang direncanakan, dengan asumsi kebutuhan air minum dihitung sebesar 150 lt/orang/hari. 3. Standar Penyediaan Listrik Berdasarkan standar kebijaksanaan, kebutuhan konsumsi listrik yang ditetapkan untuk masing- masing kelompok pelanggan sebagai berikut : a. Rumah Tangga mengkomsumsi listrik sebesar 170 Watt/jiwa. b. Industri mengkomsumsi listrik sebesar 250 KVA/Ha. c. Perdagangan dan jasa mengkomsumsi listrik sebesar 80 KVA/Ha. d. Sosial/Fasilitas Umum mengkomsumsi listrik sebesar 80 KVA/Ha 4. Standar Penyediaan Komunikasi Untuk melayani kebutuhan telepon, dibutuhkan pengembangan sistem jaringan distribusinya yang meliputi fasilitas Sentral Telepon Otomat (STO), Rumah Kabel (RK) dan Distribution Point (DP). Perkiraan kebutuhan RK dan DP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk 1 RK memiliki kapasitas antara 1.200 – 1.400 SST b. Untuk 1 DP memiliki kapasitas antara 10 – 20 SST 2.1.5 Fasilitas Pariwisata 2.1.5.1 Persebaran Akomodasi Identifikasi akomodasi berdasarkan wilayah administratif dan tipe wilayah (pantai dan nonpantai) dilakukan untuk mengetahui pola persebaran dan konsentrasi akomodasi, sehingga dapat ditentukan perencanaan serta kebijakan (termasuk pengendalian ) yang tepat bagi tiap wilayah tersebut. Variabel yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui kelompok akomodasi berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut : No Variabel Sumber Data Metode Instrumen Lokasi Akomodasi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi, 1 Kuesioner Peta Akomodasi KSPN
  • 20. No Variabel Sumber Data Metode Instrumen Klasifikasi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi 2 Akomodasi Kuesioner, in depth interview Bentuk dan status Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi 3 kepemilikan Kuesioner, in depth interview Harga Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi 4 Kuesioner, in depth interview Jumlah Kamar/ Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi 5 Kapasitas Kuesioner Hasil pengelompokan akomodasi berdasarkan persebaran lokasi berupa tabel di bawah ini : Wilayah Administratif Tipe Wilayah Karakteristik Akomodasi (Jumlah) Desa A Desa B Desa C Pantai Non Pantai Klasifikasi Akomodasi Bintang Non Bintang Vila Pondok Wisata Bentuk kepemilikan Harga Jumlah Kamar/ Kapasitas
  • 21. 2.1.5.2 Kesesuaian Klasifikasi dengan PP Usaha Akomodasi merupakan salah satu usaha pariwisata yang klasifikasi telah diatur dalam PP no 52 tahun 2012. Dimana dalam PP tersebut terdapat penjelasan detail mengenai fasilitas yang minimal harus dimiliki oleh tiap kelas hotel. Untuk mengidentifikasi apakah karakteristik dari tiap kelas usaha akomodasi tersebut sudah sesuai dengan klasifikasi pada PP, maka dilakukan pengelompokan dengan menggunakan analisis cluster. Variabel yang dibutuhkan dalam analisis cluster usaha akomodasi ini antara lain : No Variabel Sumber Data Metode Instrumen Klasifikasi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi 1 Akomodasi Kuesioner, in depth interview Fasilitas yang Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi 2 dimiliki Kuesioner, in depth interview Jumlah Kamar yang Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi 3 tersedia Kuesioner, in depth interview Hasil pengelompokan akomodasi berdasarkan klasifikasi pada PP no 52 tahun 2012 berupa tabel di bawah ini : Klasifikasi Akomodasi Karakteristik Akomodasi Bintang Non Bintang Pondok Wisata Vila Fasilitas yang dimiliki Jumlah Kamar yang tersedia 2.1.5.3 Persebaran Usaha Informal Pariwisata Pertumbuhan usaha informal yang terdapat di suatu destinasi tidak dapat dihindari sebagai dampak dari adanya kegiatan pariwisata. Identifikasi terhadap persebaran usaha informal yang terdapat di kawasan wisata ini penting dilakukan untuk merencanakan penanganan yang tepat agar usaha informal tersebut tetap dapat mengakomodir kepentingan pelakunya dan tanpa memberi dampak negatif terhadap kegiatan pariwisata. Variabel yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi kondisi usaha informal antara lain : No Variabel Sumber Data Metode Instrumen Lokasi Data Primer Observasi 1 Jenis Usaha Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 2 Profil tenaga Kerja Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 3 Pendapatan Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 4
  • 22. No Variabel Sumber Data Metode Instrumen Permasalahan yang Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 5 dihadapi dalam menjalankan usaha Harapan untuk Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 6 pengembangan usaha 2.1.5.4 Pengelompokan UKM Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun perekonomian daerah. Dalam kegiatan pariwisata, UKM dapat dijadikan andalan untuk menyediakan kebutuhan wisatawan untuk melengkapi pengalaman wisatanya. Pengembangan UKM ini harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta pemberdayaan- pemberdayaan pelakunya. Sehingga diperlukan adanya pengelompokan terhadap UKM-UKM yang terdapat di kawasan wisata untuk membuat kebijakan yang tepat serta keputusan pemberian bantuan baik dalam bentuk modal usaha, kemudahan akses pembiayaan, maupun pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan. No Variabel Sumber Data Metode Instrumen Lokasi Data Primer Observasi 1 Jenis Usaha Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 2 Profil tenaga Kerja Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 3 Pendapatan Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 4 Pengeluaran tiap Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 5 hari/bulan/ tahun Asal Wisatawan/ Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 6 Konsumen Permasalahan yang Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 7 dihadapi dalam menjalankan usaha Bentuk dukungan Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 8 pemerintah terhadap usaha Bentuk Kerjasama Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 9 dengan usaha lain Harapan untuk Data Primer Observasi, Interview Interview guideline 10 pengembangan usaha 2.1.6 Masyarakat Lokal Perencanaan Pengembangan Kawasan Pariwisata berbasis peran masyarakat (community-based tourism) adalah perencanaan pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program pengembangaan, baik konsep
  • 23. perancangan kawasan maupun aktivasi aktivasi kegiatan di dalamnya yang sesuai tata nilai yang berlaku di masyarakat. 2.1.6.1 Sosial Budaya Kondisi sosial budaya merupakan dasar suatu kelompok masyarakat dalam menjalankan kehidupannya. Analisis ini bertujuan untuk melihat keberadaan warisan budaya yang digunakan masyarakat dalam mengelola kehidupan sosial dan lingkungannya serta peran dari pranata sosial di suatu kawasan, sehingga perencanaan suatu kawasan nantinya tidak akan bertentanagn dengan budaya maupun adat istiadat yang berlaku. Variabel yang dibutuhkan untuk menilai kondisi sosial budaya suatu kawasan antara lain No Variabel Sumber Data Metode Kondisi Eksisting Keberagaman suku Data Sekunder 1 Bahasa lokal Data Sekunder 2 Modal Sosial Data Sekunder 3 Keberadaan situs Data Sekunder 4 bersejarah Keberadaan desa adat Data Sekunder 5 Nilai, norma yang Data Sekunder 6 berlaku 2.1.6.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat Lokal Bentuk partisipasi masyarakat lokal terhadap perencanaan pengembangan KSPN terdiri dari sejumlah keikutsertaan yang mereka lakukan baik dalam kegiatan pariwisata itu sendiri maupun dalam tahapan perencanaan partisipatif yang terdiri dari : 1. Tahap Persiapan yaitu pengenalan program perencanaan pengembangan KSPN penyusunan tujuan, kebutuhan, dan kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta analisis kebutuhan dan sumber daya pengembangan kawasan. 2. Tahap Perumusan Strategi Perencanaan dan Publikasi yang berupa perencanaan tahapan, monitoring dan evaluasi, persetujuan legal, strategi kerja sama dengan wakil-wakil komunitas, penyebaran informasi dan publikasi program 3. Tahap Pelaksanaan dimana pada tahap ini akan dilakukan peninjauan dan review/ monitoring bersama dengan seluruh stakeholder dan masyarakat lokal. Variabel yang dibutuhkan untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat lokal adalah sebagai berikut : Sumber Variabel Metode Instrumen Data Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat Bentuk partisipasi lokal masyarakat lokal dalam
  • 24. Sumber Variabel Metode Instrumen Data tahap perencanaan kawasan Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat Bentuk partisipasi lokal masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata 2.1.6.3 Potensi Masyarakat Lokal Potensi masyarakat lokal merupakan modal dasar dalam menggerakkan Progran Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Inti kegiatan PNPM Mandiri di masyarakat kelurahan/desa adalah proses menumbuhkembangkan kemandirian dan keberlanjutan upaya- upaya penanggulangan kemiskinan dari, oleh dan untuk masyarakat, melalui proses pembelajaran dan pelembagaan nilai-nilai universal kemanusiaan (value based development), prinsip-prinsip universal kemasyarakatan, serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pelaksanaan PNPM Mandiri adalah kegiatan yang dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat di desa/kelurahan setempat melalui kelembagaan masyarakat. Peran pendampingan pihak luar (Fasilitator, Korkot, Pemda, dll), hanyalah sebagai pendamping pembelajaran agar inisiatif, prakarsa, komitmen, kepedulian, motivasi, keputusan dan usaha dari masyarakat berbasis pada kebutuhan masyarakat. Salah satu tahapan awal dalam pelaksanaan PNPM Mandiri ini adalah pemetaan swadaya yang merupakan potensi maupun permasalahan yang ada di masyarakat. Pemetaan swadaya ini memetakan variabel variabel di bawah ini Variabel Sumber Data Metode Instrumen Data Sekunder Keberadaan lembaga masyarakat ( Fungsi dan Kinerja) Data Sekunder Usaha Lokal Data Sekunder Produk lokal Data Sekunder Kegiatan pemberdayaan yang eksisting Data Sekunder Tingkat Pendidikan masyarakat lokal 2.1.6.4 Dampak Pariwisata terhadap Masyarakat Lokal Masyarakat lokal merupakan tuan rumah bagi kegiatan wisata di wilayahnya, sehingga sangat penting untuk melakukan penilaian terhadap persepsi masyarakat lokal berkaitan dengan kegiatan pariwisata di wilayahnya. Masyarakat lokal yang paling dapat menilai apa yang sesuai maupun tidak sesuai dengan kegiatan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya serta penting untuk
  • 25. mengetahui harapan mereka terhadap adanya kegiatan kepariwisataan. Variabel yang dibutuhkan untuk mengetahui persepsi masyarakat lokal antara lain : Sumber Variabel Metode Instrumen Data Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat Penilaian terhadap lokal dampak positif pariwisata Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat Penilaian terhadap lokal dampak negatif pariwisata Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat Harapan dari adanya lokal kegiatan pariwisata Hasil penilaian dan harapan tersebut selanjutnya direkap dalam bentuk tabel yang akan dapat menjelaskan aspek apa saja yang harus diperbaiki dan dipertahankan dalam kegiatan pengembangan kepariwisataan guna mengakomodir kepentingan masyarakat lokal. Dampak Positif yang paling Dampak Negatif yang Harapan dari adanya kegiatan banyak dirasakan paling banyak dirasakan pariwisata Selanjutnya untuk mengetahui dampak apa yang paling mempengaruhi tingkat dukungan masyarakat terhadap adanya kegiatan pariwisata di daerah, dilakukan analisis multiple regresi dengan bentuk persamaan y = a X1 + b X2 + c X3 + C dimana, y = nilai variabel dependen X1 - X3 = variabel independen a, b, c = nilai dari tiap variabel independen dimana, variabel independen yang diukur antara lain Sumber Variabel Metode Instrumen Data Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat Penilaian terhadap lokal masing –masing dampak positif pariwisata Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat Penilaian terhadap lokal masing-masing dampak negatif pariwisata Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam analisis ini adalah
  • 26. Sumber Variabel Metode Instrumen Data Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat Tingkat dukungan lokal terhadap adanya kegiatan pariwisata 2.1.7 Investasi 2.1.7.1 Iklim Investasi Untuk menciptakan realisasi investasi yang berkesinambungan diperlukan sebuah iklim investasi yang kondusif. Iklim investasi yang kondusif dalam perekonomian merupakan harapan bagi masyarakat, investor, pelaku usaha dan pemerintah. Menurut Bank Dunia (2005), iklim investasi didefinisikan sebagai suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha. Berdasarkan Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED), untuk menilai iklim investasi di KSPN, maka diperlukan penilaian terhadap variabel yang antara lain terdiri dari Sumber Indikator Kondisi Klasifikasi Variabel Metode Instrumen Data Penilaian Eksisting Nilai Kondisi Data In depth Interview Wakti yang 0-25%= Akses Primer interview guideline dibutuhkan Akses lahan Lahan untuk dan kepastian Usaha dan pengurusan berusaha Kepastian status tanah sangat buruk Usaha Persepsi 26-50%= kemudahan Akses lahan perolehan dan kepastian lahan berusaha buruk Persepsi 51-75%= tentang Akses lahan penggusuran dan kepastian lahan oleh berusaha baik Pemda Persepsi 76-100%= tentang Akses lahan keseluruhan dan kepastian permsalahan berusaha lahan usaha sangat baik Data In depth Interview Persentase 0-25%= Perizinan Primer interview guideline usaha yang Perizinan Usaha memiliki usaha sangat Tanda Daftar buruk
  • 27. Sumber Indikator Kondisi Klasifikasi Variabel Metode Instrumen Data Penilaian Eksisting Nilai Kondisi Perusahaan Persepsi 26-50%= kemudahan Perizinan perolehan TDP usaha buruk dan rata-rata waktu perolehan TDP Persepsi 51-75%= bahwa Perizinan pelayanan izin usaha baik usaha Persepsi 76-100%= tingkat Perizinan hambatan izin usaha sangat usaha baik Data In depth Interview Tingkat 0-25%= Interaksi Primer interview guideline dukungan Interaksi Pemda dan Pemda pemda dengan Pelaku terhadap pelaku usaha Usaha pelaku usaha sangat buruk Tingkat 26-50%= kebijakan Interaksi Pemda terkait pemda dengan usaha pelaku usaha buruk Tingkat 51-75%= pemecahan Interaksi masalah dunia pemda dengan usaha oleh pelaku usaha Pemda baik Adanya forum 76-100%= komunikasi Interaksi antara Pemda pemda dengan dengan pelaku pelaku usaha usaha sangat baik Data In depth Interview Kondisi dan 0-25%= Program Primer interview guideline bentuk Program Pengemban Program pengembangan gan UKM pengembangan UKM sangat usaha eksisting buruk Tingkat 26-50%= kepuasan Program terhadap
  • 28. Sumber Indikator Kondisi Klasifikasi Variabel Metode Instrumen Data Penilaian Eksisting Nilai Kondisi program pengembangan pengembangan UKM usaha buruk 51-75%= Program pengembangan UKM baik 76-100%= Program pengembangan UKM sangat baik Data In depth Interview Tingkat 0-25%= Pajak Primer interview guideline kesesuaian Kebijakan Daerah, pajak / biaya pajak dan Retribusi transaksi lain biaya transaksi dan Biaya yang diberikan dengan lainnya sangat Transaksi pelayanan buruk Lainnya yang diperoleh 26-50%= Kebijakan pajak dan biaya transaksi lainnya buruk 51-75%= Kebijakan pajak dan biaya transaksi lainnya baik 76-100%= Kebijakan pajak dan biaya transaksi lainnya sangat baik Data Jumlah 0-25%= Lembaga Sekunder lembaga Kondisi Pembiayaan pembiayaan keberadaan lembaga pembiayaan
  • 29. Sumber Indikator Kondisi Klasifikasi Variabel Metode Instrumen Data Penilaian Eksisting Nilai Kondisi sangat buruk Tingkat 26-50%= kepuasan Kondisi terhadap keberadaan peranan lembaga lembaga pembiayaan pembiayaan buruk Tata Cara 51-75%= Penanganan Kondisi Pembiayaan keberadaan lembaga pembiayaan baik 76-100%= Kondisi keberadaan lembaga pembiayaan sangat baik Data Tingkat 0-25%= Keamanan Primer, kejadian yang Kondisi Data mengganggu keamanan keamanan Sekunder sangat buruk (kriminal, terorisme, demonstrasi dll) yang terjadi Kualitas 26-50%= penanganan Kondisi masalah keamanan keamananan buruk (kriminal, terorisme, demonstrasi dll) 51-75%= Kondisi keamanan baik 76-100%= Kondisi keamanan sangat baik
  • 30. 2.1.7.2 Potensi Investasi Penilaian potensi investasi merupakan salah satu dasar dalam melakukan perencanaan investasi. Rencana investasi merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan perencanaan pembangunan kawasan. Rencana investasi ini memiliki strategi sebagai berikut : 1. Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian sumber 2. Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang dibutuhkan, keuntungan setiap paket 3. penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku pembangunan 4. Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan Agar dapat melakukan strategi perencanaan investasi, maka dibutuhkan penilaian variabel yang merupakan potensi investasi sebagai berikut Variabel Sumber Data Metode Data Sekunder Survei Instansional Profil Investasi yang sedang berjalan Data Sekunder Survei Instansional Profil Invetasi yang akan datang Data Primer Survei Instansional Investasi yang dibutuhkan 2.2 Industri Analisis Industri merupakan penilaian terhadap kemampuan usaha pariwisata dalam memenuhi permintaan pasar wisata dan memberikan pemasukan ekonomi terhadap kawasan tersebut serta penilaian terhadap kondisi persaingan yang terjadi antar usaha. Analisis industri ini meliputi : 1. Peta Industri 2. Struktur Industri 3. Income Multiplier / Pengganda Pendapatan Lokal 4. Daya Saing SDM Kepariwisataan 5. Peta Kemitraan usaha 6. Peta usaha penguatan UKM 2.2.1 Peta Industri Peta Industri menunjukkan hubungan keterkaitan antara satu sektor usaha pariwisata dengan sektor-sektor usaha lainnya. Keterkaitan ini dapat berupa keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun keterkaitan ke belakang (backward linkage). Keterkaitan ke depan menggambarkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan. Sedangkan keterkaitan ke belakang menggambarkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input.
  • 31. Data –data yang harus diperoleh dagar dapat menggambarkan peta industri adalah sebagai berikut : Data Sumber Data Metode Instrumen Data Primer In depth interview, Interview guideline, Kerjasama sektor X dalam penyebaran kuesioner pelaku usaha hal pembelian/ penyediaan kuesioner bahan baku sebagai kebutuhan usahanya Data Primer In depth interview, Interview guideline, Kerjasama sektor X dalam penyebaran kuesioner pelaku usaha hal penjualan output hasil kuesioner usahanya 2.2.2 Struktur Industri Struktur Industri menunjukkan atribut industri yang mempengaruhi sifat persaingan. Elemen struktur industri antara lain pangsa pasar, konsentrasi dan hambatan. 1. Pangsa pasar persentase pasar yang ditentukan dalam ukuran unit maupun pendapatan. a. Hotel Variabel Sumber Data Metode Instrumen Tingkat isian kamar Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi Jumlah kamar Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi Lama tinggal Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi Harga Kuesioner b. Restoran Variabel Sumber Data Metode Instrumen Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner F&B Tingkat isian kursi Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner F&B Kapasitas kursi Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner F&B Harga Kuesioner Untuk lebih jelasnya, maka besarnya pendapatan untuk tiap sektor usaha dijabarkan dalam tabel di bawah ini Nama Usaha Pendapatan/ tahun Nama Usaha F&B Pendapatan/ tahun Akomodasi F&B 1 Akomodasi 1
  • 32. Nama Usaha Pendapatan/ tahun Nama Usaha F&B Pendapatan/ tahun Akomodasi F&B 2 Akomodasi 2 F&B 3 Akomodasi 3 F&B .... Akomodasi .... F&B n Akomodasi n Total Total 2. Konsentrasi pasar Ditentukan dengan CR4 (Concentration Ratio for The Biggest Four). Menurut Cramer (2009), CR4 merupakan penjumlahan pangsa pasar empat perusahaan terbesar dari suatu wilayah pasar. Nilai ini akan menunjukkan kondisi struktur industri, apakah berada pada pasar monopoli, oligopoli, monopolistik atau persaingan sempurna, seperti dijelaskan pada tabel di bawah ini : Struktur Pasar Kondisi Monopoli 1. Terdapat satu perusahaan yang menguasai 100 persen pangsa pasar (Pure Monopoly) 2. Tidak ada pesaing yang dapat masuk kedalam pasar 3. Harga tidak elastis Perusahaan Dominan 1. Terdapat satu perusahaan yang menguasai 50-100 persen (Dominant Firm) pangsa pasar. 2. Tidak memiliki pesaing terdekat Oligopoli Ketat 1. Terdiri dari empat perusahaan yang menguasai pangsa (Tight Oligopoy) pasar. 2. Empat perusahaan yang menguasai 60-100 persen pangsa pasar. Oligopoli Longgar 1. Terdapat empat perusahaan yang menguasai pangsa pasar (Loose Oligopoly) tidak lebih dari 40 persen. Persaingan Monopolistik 1. terdapat cukup banyak pesaing (Monopolistic Competition) 2. Pangsa pasar tertinggi dari masing-masing perusahaan tidak lebih dari 10 persen Persaingan Sempurna 1. Terdapat lebih dari 50 pesaing dalam suatu industri 2. Tidak ada perusahaan yang berpotensi menguasai pasar 3. Tingkat elastisitas harga cukup tinggi 3. Hambatan untuk masuk pasar Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk pasar. Salah satu proyeksi yang dapat digunakan untuk mengukur ini adalah MES (Minimum Efficiency of Scale). Nilai ini menunjukkan apakah terdapat hambatan bagi pendatang baru untuk memiliki kesempatan yang baik untuk tetap bersaing secara sehat untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. Menurut Comanor dan Wilson (1967), Nilai MES lebih dari 10% hambatan untuk masuk pasar cukup tinggi.
  • 33. 2.2.3 Pengganda Pendapatan Lokal Kegiatan pariwisata, selain harus dapat memenuhi kebutuhan wisatawan, juga harus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan pendapatan daerah. Untuk mengetahui berapa pendapatan dari usaha pariwisata yang menghasilkan pemasukan untuk masyarakat lokal, maka dibutuhkan identifikasi mengenai jenis pengeluaran operasional suatu usaha dan berapa persen dari tiap pengeluaran tersebut yang menggunakan sumber daya lokal. Variabel Sumber Data Metode Instrumen Data Primer, Data Wawancara, Survei Interview guideline Klasifikasi Hotel Sekunder (Daftar instansional ( Dinas hotel ) Pariwisata Data Primer In depth Interview Interview guideline Total Pengeluaran Operasional Data Primer In depth Interview Interview guideline Total Pengeluaran Tenaga Kerja Data Primer In depth Interview Interview guideline Total Pengeluaran Non Tenaga Kerja Data Primer In depth Interview Interview guideline Total Tenaga Kerja lokal Data Primer In depth Interview Interview guideline Total Sumber daya lokal yang digunakan Setiappengeluaran usaha yang berdampak pada pengganda pendapatan lokal di atas dijelaskan pada ilustrasi di bawah ini. Hotel Pajak Operasional Kebutuhan Non Tenaga Kerja Tenaga Kerja Bahan Baku dari Bahan Baku dari Asing Lokal Sanur Luar Sanur Sanur Sehingga jumlah jenis usaha pariwisata dengan multiplier yang dihasilkannya dapat diketahui pada tabel sebagai berikut : Jenis Usaha Multiplier Rendah Multiplier Tinggi Hotel Bintang Hotel Non Bintang Pondok Wisata
  • 34. Jenis Usaha Multiplier Rendah Multiplier Tinggi Vila Restoran Toko Souvenir Usaha Wisata Tirta Usaha Biro Perjalanan Wisata Usaha Transportasi 2.2.4 Daya Saing SDM Kepariwisataan Keberadaan SDM kepariwisataan berperan penting dalam pengembangan pariwisata karena dalam industri pariwisata, dimana perusahaan memiliki hubungan langsung yang bersifat intangible (tak berwujud) dengan konsumen (wisatawan) yang sangat bergantung pada kemampuan individu karyawan dalam membangkitkan minat dan menciptakan kesenangan serta kenyaman kepada para konsumennya (Lynch, 2000). Menurut WEF, daya saing SDM pariwisata ditentukan variabel di bawah ini : Variabel Sumber Data Metode Instrumen Kriteria Skor Data Primer, Data In depth Interview Jumlah Sekunder ( Data interview, guideline Keikutsertaan kependudukan/ Survei dalam pendidikan) Instansional pendidikan (BPS) formal Data Primer, Data In depth Interview Jumlah Keikutsertaan Sekunder ( Data interview, guideline kependudukan/ Survei dalam lembaga pendidikan) Instansional pendidikan (BPS) informal Data Primer, Data In depth Interview Kualitas sistem sekunder ( Data interview, guideline pendidikan IPM/Indeks Survei Pembangunan Instansional Manusia) (BPS) Data Primer, Data Observasi, Interview Ketersediaan sekunder ( Daftar Survei guideline lembaga Fasilitas instansional pelatihan dan Pendidikan, (Dinas penelitian Lembaga Pendidikan pariwisata) Kota, Direktori
  • 35. Variabel Sumber Data Metode Instrumen Kriteria Skor LSM) Data Primer In depth Interview Penerapan interview guideline rekrutmen dan pelaku usaha pelepasan karyawan Data Primer In depth Interview Kemudahan interview guideline perekrutan pelaku usaha tenaga asing Data Primer, Data In depth Interview Jumlah tenaga Sekunder (Data interview, guideline kerja yang ketenagakerjaan) Survei tersertifikasi Instansional (BPS) Standar kerja Data Primer, Data In depth Interview Sekundr (Data interview, guideline yang SKKNI surei diberlakukan pariwisata) instansional (Dinas Pariwisata 2.2.5 Peta Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/ besar (perusahaan mitra) disertai denga pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar sehingga terbentuk hubungan yang saling menguntungkan, memperkuat dan membutuhkan. Pemetaan terhadap kemitraan usaha ini penting dilakukan untuk menilai sejauh mana usaha-usaha yang ada di KSPN mampu menjalin kerjasama dengan usaha lainnya serta potensi apa yang dapat dikembangkan dari kerjasama tersebut. Variabel yang dibutuhkan dalam memetakan kemitraan usaha, antara lain : Variabel Sumber Data Metode Instrumen Data Primer In depth interview, Profil Perusahaan Mitra- FGD Kelompok Mitra Data Primer In depth interview, Bidang Usaha Kemitraan FGD antara Perusahaan – Kelompok Mitra Data Primer In depth interview, Pola Kemitraan antara FGD Perusahaan-Kelompok Mitra Manfaat yang diperoleh baik Data Primer In depth interview, FGD oleh perusahaan maupun kelmpok mitra
  • 36. 2.2.6 Peta Usaha Penguatan UKM Selain pemetaan UKM pariwisata yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya sebagai profiling data yang dimiliki Pemerintah Daerah untuk membantu mengembangan UKM-UKM pariwisata tersebut, juga diperlukan pemetaan terhadap usaha penguatan UKM pariwisata. Usaha penguatan UKM adalah usaha/ program/ proyek/ kegiatan/ aktivitas untuk menguatkan usaha kecil menengah yang dapat diwujudkan dalam berbagai jenis kegiatan, antara lain : 1. Permodalan, melalui pemberian kredit 2. Pelatihan 3. Pendampingan dan fasilitator 4. Bantuan teknis dan konsultasi 5. Penyediaan informasi 6. Penelitian Tujuan dari pemetaan usaha-usaha ini adalah untuk memberi acuan awal kepada berbagai lembaga dan masyarakat yang menaruh perhatian pada pengembangan UKM pariwisata, dalam rangka melengkapi dan melanjutkan usaha penguatan serta menghindari tumpang tindih upaya dan tumpang tindih sasaran penerima manfaat. Selain itu profiling usaha penguatan ini juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan oleh UKM pariwisata yang telah dipetakan sebelumnya, agar dapat terjalin kemitraan antara UKM pariwisata dan lembaga yang akan memberikan bantuan tersebut. Informasi yang menjadi acuan utama ini digali dari lembaga dan individu yang mempunyai peran yang signifikan dalam usaha penguatan UKM pariwisata, yaitu meliputi: 1. lembaga pemerintah 2. lembaga non-pemerintah 3. perusahaan swasta nasional maupun asing, BUMN, dan koperasi 4. lembaga perbankan pemerintah maupun swasta 5. lembaga donor 6. lembaga atau individu lainnya. dengan memetakan variabel- variabel di bawah ini : Variabel Sumber Data Metode Instrumen Data Primer In depth interview, Lembaga pelaksana FGD Data Primer In depth interview, Nama Usaha Penguatan FGD Data Primer In depth interview, Jenis Usaha FGD Tujuan dan Sasaran Usaha Data Primer In depth interview, FGD Status pelaksanaan Usaha Data Primer In depth interview, FGD penguatan saat ini
  • 37. Variabel Sumber Data Metode Instrumen Data Primer In depth interview, Masalah yang dihadapi FGD Data Primer In depth interview, Potensi Usaha penguatan FGD 2.3 Pemasaran Kegiatan pemasaran ini pada intinya berfokus pada 3 hal yaitu pengembangan pariwisata sesuai target, menciptakan produk turunan wisata yang meningkatkan kualitas pengalaman wisata serta menciptakan strategi promosi yang tepat. Untuk mencapai tujuan di atas, dibutuhkan 1. penilaian terhadap perilaku pasar yang terjadi sebagai dasar segmentasi, targetting serta perencanaan pengembangan produk wisata dan promosi yang tepat 2. Penilaian terhadap persepsi wisatawan maupun masyarakat lokal sebagai dasar menciptakan branding kawasan 2.3.1 Perilaku Pasar Perilaku pasar dalam konteks kepariwisataan merupakan bagaimana sejumlah faktor mempengaruhi keputusan wisatawan dalam usaha pemenuhan keseluruhan pengalaman wisatanya. Analisis perilaku pasar mencoba mengelompokkan wisatawan berdasarkan karakteristiknya serta mengidentifikasi hubungan karakteristik satu dengan karakteristik lainnya. 1. Pengelompokan Wisatawan Pengelompokan wisatawan sesuai dengan perilaku wisatanya merupakan usaha untuk menentukan/memilih segmen wisatawan mana yang akan menjadi target utama promosi serta bentuk promosi seperti apa yang paling sesuai untuk setiap segmen yang akan disasar tersebut. Hasil pengelompokan wisatawan ini juga dapat dikombinasikan dengan dengan hasil analisis pengganda pendapatan lokal. Dari hasil pengelompokan ini, akan diperoleh segmen wisatawan yang memilih klasifikasi akomodasi tertentu , dan klasifikasi akomodasi tersebut dapat menunjukkan besar pengganda yang dihasilkan. Pengelompokan wisatawan dilakukan dengan menggunakan analisis cluster yang terbentuk berdasarkan variabel di bawah ini: Variabel Sumber Data Metode Instrumen Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan Demografi Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan Tujuan Kunjungan Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan Lama Tinggal Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan Jenis Akomodasi Kuesioner
  • 38. Variabel Sumber Data Metode Instrumen Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan Tingkat Pengeluaran Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan Preferensi daya tarik Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan Partner Kunjungan Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan Kawasan wisata lain Kuesioner yang dikunjungi selain KSPN tersebut Hasil rekapitulasi pengelompokan berupa tabel di bawah ini Karakteristik Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Asal Negara Demografi Tujuan Kunjungan Lama Tinggal Jenis Akomodasi Tingkat pengeluaran Partner Kunjungan Preferensi daya tarik Kawasan wisata lain yang dikunjungi selain KSPN tersebut 2. Hubungan antara Tujuan Kunjungan dengan Lama Tinggal Dari data kedua hubungan tersebut, maka dapat ditentukan aktivasi kegiatan apa yang paling sesuai untuk dikembangkan. Data yang dibutuhkan untuk menganalisa kedua hubungan tersebut antara lain : Variabel Sumber Data Metode Instrumen Tujuan Kunjungan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawa n Kuesioner Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Wisatawan, Lama Tinggal Kuesioner Data ini ditampilkan dalam cross tabel sebagai berikut : Total Lama Tinggal (malam) Rata-rata Lama Tujuan Kunjungan Wisatawan 1-2 3-8 > 8 Tinggal Liburan