2. Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Umat Islam tentu mengetahui, mengakui dan menyadari dengan
sepenuhnya, bahwa dirinya diciptakan oleh Allah SWT dari tidak ada
menjadi ada; dari tidak berdaya menjadi berdaya, dan berdaya upaya;
dari lemah menjadi dapat berbuat sesuatu; dari menangis menjadi kuat
dan perkasa serta menguasai alam ini. Itu semua bertujuan agar manusia
selalu mengabdi kepada-Nya. Kita diciptakan bukan supaya bermusuh-
musuhan, bukan untuk saling membunuh, bukan untuk berfoya-foya,
bukan untuk bersanang-senang yang dapat melupakan Sang Pencipta
AllahRabbul ‘Alamin, juga bukan untuk berbuat kerusakan. KIta
diciptakan semata-mata untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya.
Pengabdian hamba yang baik dan ihlas pasti tidak akan sia-sia. Karena
disamping hal itu merupakan bukti kepatuhan dan ketaatan kepada
penciptanya, kita juga akan diberi imbalan, balasan yang berupa
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat yang tida bisa
hidup sendiri, tapi membutuhkan orang lain. Manusia yang menginginka
keturunan pun membutuhkan manusia yang lain.
Manusia yang baru dilahirkan dari rahim ibunya tidak berdaya dan tidak
dapat berbuat sesusatu, kecuali bergerak dan menangis. Nah, pada saat-
3. saat demikian inilah ia membutuhkan pertolongan orang lain, seperti:
bidan, dan lain-lain.
Manusia yang meninggal dunia tidak bisa memandikan diri sendiri,
membungkus dirinya dengan kain kafan, bersembahyang dan mengubur
dirinya sendiri, akan tetapi harus dimandikan dibungkus dan dikafan,
disembahyangkan dan dikubur oleh orang lain
Bahkan untuk makan sesuap nasi pun manusia membutuhkan kerja sama
dengan berbagai orang. Mereka akan menerima pahala dan siksa dari
Allah besok di akhirat, menurut baik dan buruk yang dikerjakannya.
Oleh karena itu, manusia yang akan mengerjakan sesuatu pekerjaan,
pasti akan berfikir terlebih dahulu, apakah yang akan dikerjakan itu
termasuk kebaikan ataukah keburukan, ketaatan atau kemaksiatan dan
kedurhakaan? Apabila yang dikerjakan itu ternyata kebaikan dan
ketaatan, pasti ia mendapat pahala. Tapi apabila ternyata keburukan,
kemaksiatan dan kedurhakaan, pasti akan mendapat siksa dari Allah
SWT.
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Jadi manusia akan mendapat pahala karena amal baiknya, dan mendapat
dosa dan siksa karena amal jeleknya. Seperti yang difirmankan Allah SWT
dalam Al-Qur’an surat az-Zalzalah ayat 7-8:
4. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia
melihat (balasan)nya . Dan barangsiapa yang mengerjakan kejehatan
seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (pula).”
Yang tersebut tadi adalah pahala dan dosa akibat perbuatan sendiri,
bukan karena orang lain.
Dalam Islam memang tidak ada dosa warisan. Sehingga anak tidak akan
menerima bagian sedikit pun dari dosa dosa orang tuanya. Nabi adam AS
dan ibunda Hawa pernah melanggar larangan Allah SWT, sedikit pun kita
umat manusia sebagai keturunannya tidak diberi dosa warisa dari beliau.
Siapa yang berbuat kebaikan, akan mendapat balasan pahala dari Allah
SWT, dan siapa yang berbuat kejahatan, akan mendapat siksa dari-Nya.
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 286 :
“Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat
siksa (dari kejahatan ) yang dikerjakannya.”
5. Islam menegaskan, bahwa setiap bayi yang keluar dari rahim ibunya itu
suci, tidak berdosa sampai ia dewasa. Dan apabila ia telah menjadi orang
yang dewasa, maka barulah amal perbuatannya itu dicatat sebagaimana
lainnya, yang baik diberi pahala dan yang jahat diberi dosa.
Hadis Nabi Muhammad SAW Yang diriwayatkan Abu Ya’la dalam Musnad
Tabrani dan Baihaqi menerangkan sebagai berikut :
“Tiap-tiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan suci bersih sehingga menjadi
fasih lisannya, lalu ayah ibunya menjadikan orang beragama Yahudi,
Kristen atau Majusi.”
Dan hadis lain yang diriwyatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Abu
Dawud dan al-Hakim menerangkan sebagai berikut:
“Pena (malaikat) itu diangkat (maksudnya: perbuatan manusia tidak
ditulis, tidak dicatat) dari tiga macam orang : 1. Orang gila hingga ia
sembuh gilanya. 2. Orang yang tidur hingga ia terjaga (bangun dari
tidurnya), dan 3. Anak kecil hingga ia menjadi baligh (dewasa).”
Dalam surat an-Najm ayat 38-41diterangkan sebagai berikut :
6. “Bahwasannya seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain. Dan bahwasannya seorang manusia tidak memperoleh selain apa
yang diusahakannya.Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diberi
balasan yang paling sempurna.”
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Dengan demikian, kita dituntut untuk berbuat kkebajikan sebanyak-
banyaknya. Karena kita sendirilah yang akan menerima balasan pahala
darinya disamping kebehagiaan duniawi.
Kita juga dituntut menjauhi kejahatan, kedurhakaan dan kemaksiatan
agar menjadi orang yang selamat di dunia dan akhirat.
Apabila kita perhatikan firman-firman allah SWT dan sabda-sabda Nabi
Muhammad SAW tadi, kita akan dapat memetik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tidak mempunyai dosa, baik
akibat perbuatannya sendiri maupun akibat perbuatan orang tua atau
leluhurnya.
2. Semua pahal atau siksa yang diberikan Allah SWT kepada manusia
7. adalah balasan yang setimpal dari perbuatannya sendiri, baik secara
langsung maupun tidak.
“Barangsiapa memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya
pahala dan pahala orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa
dikurangi sedikit pun dari pahala mereka, dan barangsiapa yang
memberikan contoh jelek dalam Islam maka atasnya dosanya dan dosa
orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari
dosa dosa mereka.”
Sehubungan dengan hadis tersebut, Allah SWT berfirman dalam surat
Yasin Ayat 12 sebagai berikut :
8. “Sesungguhnya kami menghidupkan orang orang mati dan kami
menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas bekas yang
mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab
induk yang nyata (lauh-mahfudz).”
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
1. Kita hendaknya memperbanyak amal shalih demi keselamatan dan
kebahagiaan didunia dan akhirat.
2. Kita hendaknya menghindar dari berbuat maksiat agar selamat dari
siksa Allah SWT
3. Kita dituntut memberikan contoh-contoh yang baik menurut
pandangan Islam, agar mendapatkan pahala perbuatan itu dan pahala
orang-orang yang meniru serta mengikutinya sampai hari kiamat
4. Kita dilarang berbuat maksiat atau memberikan contoh-contoh yang
jelek menurut pandangan Islam, agar tidak mendapatkan dosanya dan
dosa-dosa orang orang yang mengikuti jejaknya sampai hari kiamat.