2. • Spondylosis adalah sejenis penyakit rematik yang
menyerang tulang belakang (spine osteoarthritis) yang
disebabkan oleh proses degenerasi sehingga
mengganggu fungsi dan struktur tulang belakang.
• Suatu kondisi atau penyakit degeneratif pada sendi di
leher yang akan meningkat seiring bertambahnya
usia, 80 % orang diatas usia 60 tahun akan mengalami
hal ini.
3. Tanda dan Gejala
Manifestasinya bermacam-macam :
• Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas tulang
belakang, maka dapat terjadi penipisan sendi dan ruas
tulang merapat satu sama lain, sehingga tinggi badan bisa
berkurang.
• Selain itu juga jaringan yang terdapat di dalam sendi antar
ruas tersebut bisa menonjol ke luar yang disebut hernia
discus. Bila terjadi seperti ini maka penderita spondylosis
akan merasa nyeri di punggungnya akibat penekanan
struktur tersebut ke jaringan sekitarnya.
4. • Selain itu hernia discus juga dapat menekan ke dalam
sumsum tulang belakang sehingga menimbulkan gangguan
saraf baik motorik, sensorik, maupun otonom sehingga bisa
saja bermanifestasi menjadi kelumpuhan, gangguan sensori
seperti kesemutan dan mati rasa, dan gangguan otonom
seperti gangguan berkeringat, gangguan buang air besar
maupun kecil.
• Bukan hanya itu saja, proses degenerasi bisa menimbulkan
penipisan rawan sendi dan penonjolan tulang yang disebut
osteophyte atau awam biasa menyebutnya pengapuran.
Akibatnya otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat
teriritasi oleh tonjolan tulang tersebut dan penderita akan
merasakan nyeri dan kaku.
5. Faktor resiko
• Faktor usia dan jenis kelamin
Semakin tua semakin banyak penderita spondylosis. Dari
temuan radiografik (Holt, 1966) kejadiannya 13% pada pria
usia 30-an, dan 100% pada pria usia 70-an. Sedangkan
pada wanita umur 40-an 5% dan umur 70-an 96%.
6. • Faktor trauma, ’wear and tear’ alias pengausan, dan
genetik.
Perlu diingat bahwa tulang punggung adalah penahan
berat, jadi tentunya berhubungan dengan pekerjaan dan
obesitas. Misalnya orang yang mempunyai pekerjaan sering
mengangkat beban berat maka kecenderungan terkena
spondylosis lebih tinggi, dan orang yang gemuk dengan
sendirinya juga memberi beban lebih pada sendi di ruas
tulang punggung sehingga meningkatkan kemungkinan
terkena spondylosis. Merokok juga dilaporkan merupakan
faktor resiko penyakit ini.
7. Patofisiologi
• Keluhan yang sangat sering diungkapkan pada kondisi ini
adalah kaku kuduk (neck stiffness) atau rasa nyeri, yang
timbul akibat kapsul sendi yang mengandung serabut saraf
sangat sensitif terhadap peregangan atau distorsi, selain itu
ligamentum dan tendon di leher sensitif juga terhadap
regangan dan torsi oleh gerakan yang keras atau overuse
leher atau bagian atas punggung, juga osteofit dapat
menekan akar saraf atau medulla spinalis.
8. • Perubahan discus intervertebralis, pembentukan osteofit
paravertebral dan facet joint serta perubahan arcus
laminalis posterior. Osteofit yang terbentuk seringkali
menonjol ke dalam foramen intervertebrale dan
mengadakan iritasi atau menekan akar saraf. Ekstensi
servikal dapat meningkatkan intensitas rasa nyeri.
Perubahan-perubahan ini sering tampak di antrara VC5 dan
VTh1, yang menyebabkan timbulnya gejala kaku (stiffness)
pada cervical spine bawah dan tidak jarang menimbulkan
hipermobilitas kompensatorik cervical spine atas.
9. Pemeriksaan / Tes Khusus
1. Tes Provokasi
Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan
dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala
dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan
tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif
bila terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas
ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini
sangat spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi
adanya radikulopati servikal. Pada pasien yang
datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan
distraksi servikal secara manual dengan cara pasien
dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi
leher secara perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila
nyeri servikal berkurang.
10. 2. Tes Distraksi Kepala
Distraksi kepala akan menghilangkan
nyeri yang diakibatkan oleh kompresi
terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat
diperlihatkan bila kecurigaan iritasi
radiks syaraf lebih memberikan gejala
dengan tes kompresi kepala walaupun
penyebab lain belum dapat
disingkirkan.
11. 3. Tindakan Valsava
Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan,
bila terdapat proses desak ruang di kanalis
vertebralis bagian cervical, maka dengan di
naikkannya tekanan intratekal akan
membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf
ini sesuai dengan tingkat proses patologis
dikanalis vertebralis bagian cervical. Cara
meningkatkan tekanan intratekal menurut
Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan
sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif
bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di
leher menjalar ke lengan.