SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
26
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA TOPIK
SUHU DAN KALOR
Judyanto Sirait
Program Studi Pendidikan Fisika,FKIP, Universitas Tanjungpura
Abstract
The goal of this research is to obtain the gain of student’s conceptual
understanding in applied cognitive conflict approach in heat and temperature.
Method of the research is experiment that conducted at 10th
grade in one of senior
high school in Bandung. Cognitive conflict approach was used on experiment
group while control group used conventional approach. Data were collected
through pretest, posttest, questionaire, and observation sheet. Data was analized
statistically by t-test. The result showed that normalized gain of conceptual
understanding of experiment group and control group 0.57 , 0.35 respectively. It
showed that average of normalized gain of experiment group is higher than that of
control group significantly. The conclusion of the research was cognitive conflict
approach increase student’s conceptual understanding. Besides that student’s and
teacher’s responses gave positively.
Key words: cognitive conflict, conceptual understanding
Fisika merupakan salah satu
cabang IPA yang pada dasarnya
bertujuan untuk mempelajari dan
menganalisis pemahaman kuantitatif
gejala dan proses alam dan sifat zat
serta penerapannya. Pendapat tersebut
diperkuat oleh pernyataan bahwa
fisika merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari
bagian-bagian dari alam dan interaksi
yang ada didalamnya. Ilmu fisika
membantu kita untuk menguak dan
memahami tabir misteri alam semesta
ini (Surya, 1997).
Kurikulum SMA menunjukkan
bahwa suhu dan kalor merupakan
suatu materi yang dipelajari di kelas
X dimana pokok bahasannya adalah
suhu dan termometer, pemuaian,
kalor, perubahan wujud, dan
perpindahan kalor. Materi ini menjadi
dasar bagi siswa yang akan
mempelajari termodinamika di kelas
XI. Materi ini sebelumnya sudah
pernah dibahas di SMP sehingga
siswa sudah memiliki konsep tentang
suhu dan kalor. Tetapi kenyataannya
di lapangan bahwa, masih banyak
siswa yang mengalami kesalahan
konsep sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam memecahkan
persoalan yang berhubungan dengan
materi tersebut.
Sejumlah peneliti telah meneliti
miskonsepsi siswa mengenai suhu
dan kalor. Yeo & Zadnik (2001),
mengidentifikasi miskonsepsi yang
dialami siswa pada materi suhu dan
kalor. Hasilnya adalah kalor bukanlah
energi, kalor dan suhu adalah sesuatu
yang sama, kalor tidak dapat diukur,
tubuh seseorang dalam keadaan
dingin tidak memiliki kalor, suhu
dapat ditransfer, suhu adalah sifat
khusus yang dimiliki materi atau
Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 27
benda, air tidak dapat mencapai suhu
0o
C.
Suparno (2005), menyatakan
bahwa miskonsepsi yang sering
dialami oleh siswa yaitu: suhu dan
kalor itu sama, kalor bukanlah energi,
mendidih adalah suhu tertinggi yang
dapat dicapai suatu benda, suhu
adalah sifat dari suatu materi, benda
yang berlainan suhu dan berkontak
satu sama lain tidak harus menuju
suhu yang sama. Benda yang
mempunyai suhu lebih tinggi selalu
mempunyai kalor yang lebih tinggi
pula, es tidak dapat berubah suhu.
Berdasarkan permasalahan di
atas perlu dikembangkan
pembelajaran yang dapat membantu
siswa untuk memperbaiki konsepnya
dan melibatkan siswa dalam proses
perbaikan tersebut. Salah satunya
adalah melalui pendekatan
pembelajaran konflik kognitif.
Melalui pendekatan konflik kognitif,
siswa dihadapkan pada situasi yang
bertentangan dengan konsepnya
kemudian siswa diarahkan kepada
percobaan atau demonstrasi untuk
membuktikan kebenaran konsep
tersebut. Dalam pembelajaran ini
siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan konsepsinya dan
mengkritisi yang berbeda dengan
konsepsinya. Berpikir kritis tidak
hanya sekedar menerima informasi
dari pihak lain, tapi juga melakukan
pencarian, dan bila diperlukan akan
menangguhkan keputusan sampai ia
yakin bahwa informasi itu sesuai
dengan penalarannya dan didukung
oleh bukti atau informasi. Orang yang
memiliki keterampilan berpikir kritis,
akan mampu mengevaluasi,
membedakan dan menentukan apakah
suatu informasi benar atau salah.
Pembelajaran yang
mengakomodasi perbedaan, bersifat
terbuka dan memberikan rangsangan
akan lebih efektif dalam membantu
siswa membangun ilmu
pengetahuannya. Teori
konstruktivisme Piaget menyatakan
ketika seseorang membangun ilmu
pengetahuannya, maka untuk
membentuk keseimbangan ilmu yang
lebih tinggi diperlukan asimilasi,
yaitu kontak atau konflik kognitif
yang efektif antara konsep lama
dengan kenyataan baru. Rangsangan
konflik kognitif dalam pembelajaran
akan sangat membantu proses
asimilasi menjadi lebih efektif dan
bermakna dalam mengembangkan
intelektualitas siswa.
Hasil penelitian Partono (2001),
menunjukkan bahwa strategi konflik
kognitif dapat membuat siswa lebih
termotivasi dalam belajar, mengubah
konsepsi siswa yang salah menjadi
konsepsi ilmiah dan meningkatkan
penguasaan konsep siswa pada topik
gerak dan gaya. Baser (2006) meneliti
tentang pembelajaran berbasis konflik
kognitif untuk mengubah konsepsi
siswa pada topik suhu dan kalor,
hasilnya adalah peningkatan
pemahaman konsep siswa yang
belajar dengan konflik kognitif lebih
tinggi dari siswa yang belajar dengan
konvensional. Pembelajaran berbasis
konflik kognitif lebih baik
memperbaiki konsep suhu dan kalor
siswa dibanding dengan pembelajaran
konvensional. Kim et al (2006)
meneliti tentang konflik kognitif dan
perubahan konsep siswa dalam fisika
dengan kelas inkuiri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat
pemahaman awal siswa memegang
peranan penting dalam pemahaman
konsep di kelas inkuiri. Siswa yang
memiliki respon untuk meninjau
kembali teori yang ada dengan
motivasi yang tinggi dapat
meningkatkan pemahaman ketika
menghadapi situasi konflik kognitif
dalam kelas inkuiri. Sugiyanta (2008),
hasil penelitiannya menunjukkan
pendekatan konflik kognitif dalam
pembelajaran fisika mempuyai
pengaruh yang berarti meningkatkan
hasil belajar siswa dan meningkatkan
kualitas lingkungan belajar di dalam
kelas lebih kondusif.
Metode Penelitian
Tujuan dari artikel ini adalah
untuk mengetahui sejauh manakah
pendekatan pembelajaran konflik
kognitif dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa pada materi
suhu dan kalor. Metode penelitian
yang digunakan adalah eksperimen
semu dan deskriptif. Metode
eksperimen digunakan untuk melihat
peningkatan penguasaan konsep,
sedangkan metode deskriptif
digunakan untuk mendapatkan
gambaran tentang tanggapan guru dan
siswa terhadap pendekatan konflik
kognitif. Kelas eksperimen
menggunakan pendekatan
pembelajaran konflik kognitif,
sedangkan kelas kontrol
menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional.
Sampel penelitian adalah siswa
kelas X di salah satu SMA di kota
Bandung berjumlah 56 orang, dimana
masing-masing kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol terdiri
dari 28 orang. Penelitian dilaksanakan
semester genap tahun pelajaran
2008/2009.
Instrumen penelitian yang
digunakan adalah tes penguasaan
konsep suhu dan kalor yang
berjumlah 25 soal yang diberikan
sebelum dan setelah pembelajaran,
lembar observasi yang digunakan
untuk mengamati sejauh mana
pendekatan pembelajaran konflik
kognitif yang direncanakan dalam
proses belajar mengajar, dan angket
respon siswa dan guru yang
digunakan untuk memperoleh
informasi tentang tanggapan siswa
dan guru terhadap penggunaan
pendekatan pembelajaran konflik
kognitif yang diterapkan.
Hasil Penelitian
1. Penguasaan Konsep
Hasil perhitungan skor rata-rata
tes awal siswa kelas eksperimen
sebesar 8,75 (35%), sementara skor
rata-rata tes awal pada kelas kontrol
sebesar 8,89 (36%). Hal ini
menunjukkan bahwa perolehan skor
rata-rata tes awal penguasaan konsep
siswa kedua kelas hampir sama.
Selanjutnya skor rata-rata tes akhir
untuk kelas eksperimen sebesar 17,86
(71%), dan skor rata-rata tes akhir
kelas kontrol sebesar 14,36 (57%).
Hal ini menunjukkan bahwa
penguasaan konsep siswa setelah
mengikuti pembelajaran mengalami
peningkatan tetapi penguasaan konsep
siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol.
Hasil perhitungan skor rata-
rata gain yang dinormalisasi
penguasaan konsep kelas eksperimen
sebesar 0,57 dalam kategori sedang,
dan kelas kontrol sebesar 0,35 dalam
kategori rendah. Dengan demikian
prosentase gain yang dinormalisasi
penguasaan konsep kelas eksperimen
lebih tinggi dibanding dengan kelas
kontrol. Prosentase skor rata-rata tes
awal, tes akhir, dan gain yang
dinormalisasi penguasaan konsep
Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 29
suhu dan kalor antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol
diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan prosentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan <g>
penguasaan konsep suhu dan kalor
Untuk mengetahui perbandi-
ngan peningkatan penguasaan konsep
antara siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol, dilakukan analisis
terhadap data <g>, yang meliputi uji
normalitas, homogenitas dan uji-t. Uji
normalitas <g> untuk kelas
eksperimen diperoleh χ2
hitung = 0,45
dan χ2
tabel = 7,81 untuk taraf
signifikansi 0,05. Ternyata χ2
hitung <
χ2
tabel, hal ini menunjukkan data <g>
kelas eksperimen berdistribusi
normal. Sedangkan untuk kelas
kontrol diperoleh χ2
hitung = 3,50 dan
χ2
tabel = 7,81 untuk taraf signifikansi
0,05. Ternyata χ2
hitung < χ2
tabel, hal ini
menunjukkan data <g> kelas kontrol
berdistribusi normal.
Uji homogenitas <g>
penguasaan konsep kelas eksperimen
dan kelas kontrol diperoleh Fhitung =
1,5 dan Ftabel = 1,9 untuk taraf
signifikansi 0,05. Ternyata Fhitung <
Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa
distribusi data kedua kelas tersebut
adalah homogen.
Karena kedua kelompok
tersebut berdistribusi normal dan
homogen, maka pengolahan data
dilanjutkan ke uji-t. Dari hasil uji-t
<g> penguasaan konsep kelas
eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh bahwa thitung = 5,5 dan ttabel
= 1,67. Ternyata thitung > ttabel, ini
berarti bahwa peningkatan
penguasaan konsep kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan
peningkatan penguasaan konsep kelas
kontrol. Dengan demikian
pembelajaran dengan pendekatan
konflik kognitif secara signifikan
dapat lebih meningkatkan penguasaan
konsep siswa dibanding dengan
pembelajaran konvensional.
Materi suhu dan kalor yang
diteliti terdiri dari lima sub konsep
yaitu konsep suhu, pemuaian, kalor,
perubahan wujud dan perpindahan
kalor. Setiap sub konsep dianalisis
ketercapaiannya berdasarkan skor tes
awal, tes akhir dan <g>.
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh bahwa untuk kelas
eksperimen prosentase terendah pada
konsep perubahan wujud sebesar 31%
dan tertinggi pada konsep suhu
sebesar 40%, sedangkan prosentase
terendah setelah dilakukan tes akhir
35
71
57
36
47
35
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tea awal Tes akhir <g>
ProsentaseSkorRata-rata
Eksperimen
Kontrol
terjadi pada konsep pemuaian sebesar
62% dan prosentase tertinggi pada
konsep suhu sebesar 78%.
Peningkatan penguasaan konsep
tertinggi terjadi pada konsep kalor
sebesar 63% dan terendah pada
konsep pemuaian sebesar 35%.
Untuk kelas kontrol prosentase
terendah skor penguasaan konsep
pada saat tes awal terjadi pada konsep
perubahan wujud sebesar 31% dan
tertinggi pada konsep suhu sebesar
46%, sedangkan prosentase terendah
setelah dilakukan tes akhir terjadi
pada konsep kalor sebesar 52% dan
tertinggi pada konsep suhu 65%.
Peningkatan penguasaan konsep
tertinggi terjadi pada konsep
perubahan wujud sebesar 41% dan
terendah pada konsep kalor sebesar
21%. Prosentase peningkatan
penguasaan konsep kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk setiap sub
konsep suhu dan kalor diperlihatkan
pada Gambar 2 .
2. Tanggapan Siswa dan Guru
terhadap Pendekatan
Pembelajaran Konflik Kognitif
Untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap penerapan pendekatan
pembelajaran konflik kognitif,
dilakukan dengan memberikan angket
kepada siswa. Berdasarkan analisis
diketahui bahwa setiap indikator yang
diukur, siswa memberikan tanggapan
yang positif yaitu menyatakan setuju
terhadap penerapan pendekatan
pembelajaran konflik kognitif. Siswa
menyatakan setuju bahwa
pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan penguasaan konsep.
Disamping itu, siswa juga setuju
bahwa pendekatan pembelajaran ini
merupakan baru bagi siswa dan dapat
meningkatkan motivasi mereka untuk
belajar. Melalui angket yang
dibagikan, siswa ingin agar
pendekatan pembelajaran seperti ini
bisa diterapkan pada materi yang lain.
Untuk mengetahui tanggapan
guru yang mengajarkan pendekatan
pembelajaran konflik kognitif ini,
dilakukan dengan memberikan angket
kepada guru yang berisi sejumlah
pertanyaan. Berdasarkan hasil analisis
diketahui bahwa guru memiliki
tanggapan yang positif juga yang
berarti sangat setuju bahwa
pendekatan pembelajaran konflik
kognitif dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa. Disamping
itu guru juga setuju bahwa
pendekatan pembelajaran dapat
mengaktifkan siswa dalam belajar.
Pembahasan
Pendekatan pembelajaran
konflik kognitif yang diterapkan
dalam penelitian ini terdiri dari empat
fase yaitu orientasi siswa pada
konflik, melakukan penyelidikan
melalui percobaan, menyajikan hasil
percobaan dan kesimpulan, dan
menganalisis serta mengevaluasi.
Pada fase orientasi siswa pada
konflik, siswa diberikan sejumlah
pertanyaan dan siswa diminta untuk
memberikan prediksi atau jawaban
sementara. Kemudian dilanjutkan ke
fase penyelidikan melalui percobaan.
Pada fase ini siswa melakukan
penyelidikan untuk mengetahui
kebenaran konsep yang ditanyakan
sebelumnya, membuat analisis dan
kesimpulan serta menjawab kembali
pertanyaan sebelumnya. Siswa diberi
kesempatan untuk menyajikan hasil
dan kesimpulan pada fase menyajikan
hasil. Untuk fase terakhir yaitu
menganalisis dan evaluasi, guru
mengevaluasi hasil analisis,
kesimpulan,jawaban siswa dan
Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 31
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
Penguasaan konsep adalah
kemampuan menerangkan sesuatu
dengan kata-kata sendiri, mengenal
sesuatu yang dinyatakan dengan kata-
kata yang berbeda dengan kata-kata
yang terdapat dalam buku teks
(Baharudin, 1982). Ada tiga aspek
yang berhubungan dengan
penguasaan konsep yaitu:
kemampuan menerangkan atau
menjelaskan, pengenalan, dan
kemampuan menginterpretasi.
Tes penguasaan konsep
diberikan sebelum dan sesudah
pembelajaran baik untuk kelas
eksperimen maupun kelas kontrol.
Adapun sub konsep dari suhu dan
kalor yang diteliti adalah suhu dan
termometer, pemuaian, kalor,
perubahan wujud, dan perpindahan
kalor. Analisis data tes akhir dan <g>
kedua kelas dilakukan untuk melihat
sejauh mana peningkatan penguasaan
konsep kedua kelas.
Dari hasil analisis diperoleh
bahwa gain yang dinormalisasi
penguasaan konsep untuk kelas
eksperimen (0,57) lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol (0,35).
Hasil ini menunjukkan bahwa
pendekatan pembelajaran konflik
kognitif yang direncanakan dan
dilakukan dengan baik dapat lebih
meningkatkan penguasaan konsep
siswa dibandingkan dengan
pembelajaran
konvensional.Peningkatan
penguasaan konsep siswa kelas
eksperimen tertinggi pada sub konsep
kalor sebesar 63% dan terendah pada
sub konsep pemuaian sebesar 35%.
Untuk kelas kontrol peningkatan
penguasaan konsep tertinggi pada sub
konsep perubahan wujud sebesar 41%
dan terendah pada sub konsep kalor
sebesar 21%.
Sub konsep kalor mengalami
peningkatan tertinggi untuk kelas
eksperimen sementara terendah untuk
kelas kontrol. Hal ini dimungkinkan
karena percobaan pada pembelajaran
kalor lebih sederhana, terbukti dari
hasil observasi menunjukkan bahwa
siswa tidak mengalami kesulitan atau
kebingungan dalam melakukan
percobaan sehingga siswa lebih
mudah melakukannya. Disamping itu
percobaan kalor ini sudah pernah
dialami siswa dalam kehidupan
sehari-harinya. Hal yang lain adalah
karena soal-soal sub konsep kalor
berhubungan dengan percobaan. Pada
pendekatan pembelajaran konflik
kognitif siswa mempunyai
kesempatan untuk melakukan
penyelidikan setiap percobaan,
membuat analisis setiap percobaan,
dan diakhiri dengan evaluasi dari
guru. Hal ini menunjukkan bahwa
pendekatan pembelajaran sangat
membantu siswa untuk menguasai
konsep dengan adanya percobaan dan
evaluasi dari guru sehingga siswa
lebih memahami konsep tersebut.
Menurut Downey (Partono,
2001), dengan menghadapkan siswa
pada gagasan atau situasi baru yang
bertentangan dengan pemahaman
sebelumnya, maka setelah melakukan
eksperimen atau demonstrasi, memicu
proses rekonstruksi konsep-konsep
dalam stuktur kognitifnya sehingga
dapat meningkatkan pemahaman
konsep.
Pendekatan konflik kognitif
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan
konsepsinya. Ketika konsepsi siswa
bertentangan dengan konsep ilmiah,
siswa merasa tidak puas.
Ketidakpuasan siswa menuntun
mereka untuk melakukan
penyelidikan melalui eksperimen.
Gambar 2. Prosentase peningkatan penguasaan konsep setiap sub konsep
Hasil percobaan yang mereka
dapatkan dapat membantu siswa
untuk memperbaiki konsepnya.
Apabila siswa masih belum yakin,
maka guru membantu dalam proses
perbaikan konsep siswa. Dengan
demikian siswa memiliki konsep yang
benar yang akhirnya dapat
meningkatkan penguasaan konsep.
Rendahnya peningkatan
penguasaan konsep kelas eksperimen
pada sub konsep pemuaian mungkin
disebabkan percobaan pemuaian.
Pada kegiatan yaitu percobaan muai
panjang, pertambahan panjang benda
sangat kecil sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam
mengamatinya. Beberapa kelompok
kurang teliti dalam mengamati
pertambahan panjang benda ketika
dipanaskan untuk dua bahan yang
berbeda, sehingga siswa mengalami
kesalahan dalam menganalisis dan
membuat kesimpulan. Pada kegiatan
percobaan muai volum, beberapa
kelompok memberikan alasan yang
kurang lengkap. Disamping itu pada
fase analisis dan evaluasi, guru
membatasi pertanyaan siswa,
sehingga kebingungan yang dialami
siswa belum terjawab. Guru tidak
memiliki waktu yang cukup untuk
memberikan penguatan kepada siswa.
Alasan lain yang menyebabkan
kemampuan kedua kelas tidak jauh
berbeda karena kelas kontrol terlatih
dengan persoalan matematis,
sementara kelas ekperimen kurang
terlatih, tetapi secara konseptual kelas
ekperimen memiliki kemampuan
lebih tinggi dari kelas kontrol.
Peningkatan penguasaan konsep
pada sub konsep perubahan wujud
untuk kedua kelas tidak jauh berbeda.
Hal ini dimungkinkan karena
percobaan perubahan wujud yaitu
untuk membuktikan bahwa suhu
benda tidak mengalami perubahan
ketika mengalami perubahan wujud,
beberapa kelompok memperoleh data
yang berbeda dari yang diharapkan
karena percobaan ini membutuhkan
ketelitian yang tinggi. Oleh karena itu
siswa tidak berhasil dalam membuat
57
35
63
48
60
32 30
21
41
32
0
10
20
30
40
50
60
70
Suhu Pemuaian Kalor Perubahan
Wujud
Perpindahan
Kalor
Prosentase<g>
Eksperimen
Kontrol
Pendidikan luar sekolah dalam kerangka (M. Syukri) 33
grafik dan membuat kesimpulan
tentang perubahan wujud. Pada fase
analisis, guru tidak memberikan
alasan yang kuat kepada pertanyaan
siswa tentang mengapa suhu benda
tidak mengalami perubahan ketika
diberikan kalor, disamping itu
pertanyaan siswa dibatasi oleh guru
karena waktu yang terbatas.
Sementara untuk kelas kontrol, materi
perubahan wujud ditekankan pada
kemampuan siswa untuk membaca
grafik, sehingga siswa lebih terlatih
dalam membaca grafik. Namun
demikian, siswa kelas eksperimen
masih memiliki kemampuan lebih
tinggi dari kelas kontrol karena siswa
pada pembelajaran konflik kognitif
ikut terlibat langsung dalam proses
pembuatan grafik perubahan wujud.
Untuk memahami suatu konsep
perlu diperhatikan bagaimana konsep
tersebut disajikan dan terlibat
langsung dalam proses pencapaian
konsep tersebut. Dengan menyajikan
benda-benda yang konkret lebih
memudahkan dalam pencapaian suatu
konsep (Dahar, 1996). Pendekatan
konflik kognitif dapat menyajikan
benda-benda konkret dalam
mempelajari suatu konsep yaitu
melalui percobaan. Siswa
diperhadapkan pada situasi nyata
yaitu melalui percobaan dan terlibat
langsung dalam proses pencapaian
konsep tersebut.
Berdasarkan teori perubahan
konsep, pengetahuan dibentuk oleh
siswa secara terus menerus. Seorang
siswa dapat salah mengerti dalam
menangkap suatu konsep yang
dipelajari. Pengertian yang salah
dalam memahami suatu konsep,
bukanlah akhir dari segala-galanya,
melainkan menjadi awal untuk
perkembangan yang lebih baik.
Ketika menghadapi pengalaman baru
yang tidak cocok dengan skema yang
dimiliki, siswa mengadakan
penyesuaian dengan beragam
kemungkinan, misalnya dengan
menambah atribut baru,
memperhalus, memperluas, atau
mengubah skema lamanya (Suparno,
1997).
Kesimpulan
Peningkatan penguasaan konsep
siswa dengan pendekatan
pembelajaran konflik kognitif (0,57)
secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan peningkatan
penguasaan konsep siswa dengan
pembelajaran konvensional (0,35).
Dengan demikian penerapan
pendekatan pembelajaran konflik
kognitif dapat lebih meningkatkan
penguasan konsep pada materi suhu
dan kalor dibanding dengan
pembelajaran konvensional.
Tanggapan guru dan sebagian besar
siswa terhadap penerapan pendekatan
pembelajaran konflik kognitif adalah
positif, dan berharap penggunaannya
pada materi fisika yang lain.
Daftar Pustaka
Baharuddin. (1982). “Peranan dasar
intelektual sikap dan
pemahaman dalam fisika
terhadap kemampuan siswa
di Sulawesi Selatan
membangun model mental”.
Disertasi Doktor FPS IKIP
Bandung: Tidak diterbitkan
Baser, M. (2006). “Fostering
Conceptual Change by
Cognitive Conflict Based
Instruction Student’s
Understanding of Heat and
Temperature Concept”.
Eurasia Journal of
Mathematics, Science and
Technology Education, Vol
2(2)
Baser, M. (2006). “Effect of
Conceptual Change Oriented
Instruction on Student’s
Understanding of Heat and
Temperature Concepts”.
Journal of Maltese Education
Research, Vol 4 (1), 64-79
Dahar,R.W, 1996, Teori-Teori
Belajar, Jakarta: Erlangga
Kim et al. (2006). “Student’s
Cognitive Conflict and
Conceptual Change in
Physics by Inquiry Class”.
American Institute of
Physics. 0-7354-0311-2/06
Partono. (2001). ”Pengaruh Strategi
Konflik Kognitif dalam
Pembelajaran Fisika terhadap
Pemahaman Siswa tentang
Gerak dan Gaya”. Tesis
Magister PPS UPI: Tidak
diterbitkan
Sugiyanta. (2008). Pendekatan
Konflik Kognitif dalam
Pembelajaran Fisika.
Tersedia:
http://www.lpmpjogja.diknas.
go.id
Suparno. (2005). Miskonsepsi dan
Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana
Surya, Yohanes. (1997). Olimpiade
Fisika. Jakarta : Primatika
Cipta Ilmu.
Yeo, S & Zadnik, M. (2001).
“Introductory Thermal
Concept Evaluation:
Assessing Student’s
Understanding”. The Physics
Teacher, Vol 39, 496-504

More Related Content

What's hot

Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaranSusiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Fheby Chem'
 
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
vilda roswinda
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
srirejeki345
 
23698432 karya-ilmiah-biologi
23698432 karya-ilmiah-biologi23698432 karya-ilmiah-biologi
23698432 karya-ilmiah-biologi
Fithri Yani
 

What's hot (20)

3211 5882-1-sm
3211 5882-1-sm3211 5882-1-sm
3211 5882-1-sm
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaranSusiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
 
Metode q
Metode qMetode q
Metode q
 
PERUBAHAN EVALUASI
PERUBAHAN EVALUASIPERUBAHAN EVALUASI
PERUBAHAN EVALUASI
 
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murniBab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Artikel Academic Writing
Artikel Academic WritingArtikel Academic Writing
Artikel Academic Writing
 
BAB III - METODOLOGI PENELITIAN
BAB III - METODOLOGI PENELITIANBAB III - METODOLOGI PENELITIAN
BAB III - METODOLOGI PENELITIAN
 
Tugas 2 metlit
Tugas 2 metlitTugas 2 metlit
Tugas 2 metlit
 
Contoh makalah-evaluasi-pendidikan
Contoh makalah-evaluasi-pendidikanContoh makalah-evaluasi-pendidikan
Contoh makalah-evaluasi-pendidikan
 
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
 
Karil Penilitian Tindakan Kelas
Karil Penilitian Tindakan KelasKaril Penilitian Tindakan Kelas
Karil Penilitian Tindakan Kelas
 
1770 6128-1-pb
1770 6128-1-pb1770 6128-1-pb
1770 6128-1-pb
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Makalah pp baru fix
Makalah pp baru fixMakalah pp baru fix
Makalah pp baru fix
 
Rpp x ujian
Rpp x ujianRpp x ujian
Rpp x ujian
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
 
23698432 karya-ilmiah-biologi
23698432 karya-ilmiah-biologi23698432 karya-ilmiah-biologi
23698432 karya-ilmiah-biologi
 

Similar to lbm

Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01
fathinirin
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
Nurmalianis Anis
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
Sugiatno Sakidin
 
Pengaruh kombinasi model pembelajaran problem based learning
Pengaruh kombinasi model pembelajaran problem based learningPengaruh kombinasi model pembelajaran problem based learning
Pengaruh kombinasi model pembelajaran problem based learning
MutiaIranda
 
Tgs 2. oral
Tgs 2. oralTgs 2. oral
Tgs 2. oral
irhamuna
 

Similar to lbm (20)

Power oral emmi
Power oral emmiPower oral emmi
Power oral emmi
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01
 
Artikel jadi
Artikel jadiArtikel jadi
Artikel jadi
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
 
Telaah Jurnal
Telaah JurnalTelaah Jurnal
Telaah Jurnal
 
efektifitas model pembelajaran.PDF
efektifitas model pembelajaran.PDFefektifitas model pembelajaran.PDF
efektifitas model pembelajaran.PDF
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Pengaruh kombinasi model pembelajaran problem based learning
Pengaruh kombinasi model pembelajaran problem based learningPengaruh kombinasi model pembelajaran problem based learning
Pengaruh kombinasi model pembelajaran problem based learning
 
Journal lks inkuiri
Journal lks inkuiriJournal lks inkuiri
Journal lks inkuiri
 
J1F111074(Ahmad Bahroini) penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran
J1F111074(Ahmad Bahroini) penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaranJ1F111074(Ahmad Bahroini) penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran
J1F111074(Ahmad Bahroini) penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran
 
J1F111074(ahmad bahroini) penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran
J1F111074(ahmad bahroini) penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaranJ1F111074(ahmad bahroini) penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran
J1F111074(ahmad bahroini) penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran
 
DL X PBL.pdf
DL X PBL.pdfDL X PBL.pdf
DL X PBL.pdf
 
Tgs 2. oral
Tgs 2. oralTgs 2. oral
Tgs 2. oral
 
PTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENTPTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENT
 
Bab iii lg
Bab iii lgBab iii lg
Bab iii lg
 
4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb
 
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
Makalah microteaching (teori belajar) 4 c_kel 3
 

Recently uploaded

Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
MemenAzmi1
 
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
sd1patukangan
 

Recently uploaded (13)

MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
 
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxFORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
 
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
 
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
 
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 

lbm

  • 1. 26 PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA TOPIK SUHU DAN KALOR Judyanto Sirait Program Studi Pendidikan Fisika,FKIP, Universitas Tanjungpura Abstract The goal of this research is to obtain the gain of student’s conceptual understanding in applied cognitive conflict approach in heat and temperature. Method of the research is experiment that conducted at 10th grade in one of senior high school in Bandung. Cognitive conflict approach was used on experiment group while control group used conventional approach. Data were collected through pretest, posttest, questionaire, and observation sheet. Data was analized statistically by t-test. The result showed that normalized gain of conceptual understanding of experiment group and control group 0.57 , 0.35 respectively. It showed that average of normalized gain of experiment group is higher than that of control group significantly. The conclusion of the research was cognitive conflict approach increase student’s conceptual understanding. Besides that student’s and teacher’s responses gave positively. Key words: cognitive conflict, conceptual understanding Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala dan proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan bahwa fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi yang ada didalamnya. Ilmu fisika membantu kita untuk menguak dan memahami tabir misteri alam semesta ini (Surya, 1997). Kurikulum SMA menunjukkan bahwa suhu dan kalor merupakan suatu materi yang dipelajari di kelas X dimana pokok bahasannya adalah suhu dan termometer, pemuaian, kalor, perubahan wujud, dan perpindahan kalor. Materi ini menjadi dasar bagi siswa yang akan mempelajari termodinamika di kelas XI. Materi ini sebelumnya sudah pernah dibahas di SMP sehingga siswa sudah memiliki konsep tentang suhu dan kalor. Tetapi kenyataannya di lapangan bahwa, masih banyak siswa yang mengalami kesalahan konsep sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan yang berhubungan dengan materi tersebut. Sejumlah peneliti telah meneliti miskonsepsi siswa mengenai suhu dan kalor. Yeo & Zadnik (2001), mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami siswa pada materi suhu dan kalor. Hasilnya adalah kalor bukanlah energi, kalor dan suhu adalah sesuatu yang sama, kalor tidak dapat diukur, tubuh seseorang dalam keadaan dingin tidak memiliki kalor, suhu dapat ditransfer, suhu adalah sifat khusus yang dimiliki materi atau
  • 2. Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 27 benda, air tidak dapat mencapai suhu 0o C. Suparno (2005), menyatakan bahwa miskonsepsi yang sering dialami oleh siswa yaitu: suhu dan kalor itu sama, kalor bukanlah energi, mendidih adalah suhu tertinggi yang dapat dicapai suatu benda, suhu adalah sifat dari suatu materi, benda yang berlainan suhu dan berkontak satu sama lain tidak harus menuju suhu yang sama. Benda yang mempunyai suhu lebih tinggi selalu mempunyai kalor yang lebih tinggi pula, es tidak dapat berubah suhu. Berdasarkan permasalahan di atas perlu dikembangkan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memperbaiki konsepnya dan melibatkan siswa dalam proses perbaikan tersebut. Salah satunya adalah melalui pendekatan pembelajaran konflik kognitif. Melalui pendekatan konflik kognitif, siswa dihadapkan pada situasi yang bertentangan dengan konsepnya kemudian siswa diarahkan kepada percobaan atau demonstrasi untuk membuktikan kebenaran konsep tersebut. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan konsepsinya dan mengkritisi yang berbeda dengan konsepsinya. Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain, tapi juga melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan menangguhkan keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan didukung oleh bukti atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis, akan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi benar atau salah. Pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan, bersifat terbuka dan memberikan rangsangan akan lebih efektif dalam membantu siswa membangun ilmu pengetahuannya. Teori konstruktivisme Piaget menyatakan ketika seseorang membangun ilmu pengetahuannya, maka untuk membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi diperlukan asimilasi, yaitu kontak atau konflik kognitif yang efektif antara konsep lama dengan kenyataan baru. Rangsangan konflik kognitif dalam pembelajaran akan sangat membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam mengembangkan intelektualitas siswa. Hasil penelitian Partono (2001), menunjukkan bahwa strategi konflik kognitif dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar, mengubah konsepsi siswa yang salah menjadi konsepsi ilmiah dan meningkatkan penguasaan konsep siswa pada topik gerak dan gaya. Baser (2006) meneliti tentang pembelajaran berbasis konflik kognitif untuk mengubah konsepsi siswa pada topik suhu dan kalor, hasilnya adalah peningkatan pemahaman konsep siswa yang belajar dengan konflik kognitif lebih tinggi dari siswa yang belajar dengan konvensional. Pembelajaran berbasis konflik kognitif lebih baik memperbaiki konsep suhu dan kalor siswa dibanding dengan pembelajaran konvensional. Kim et al (2006) meneliti tentang konflik kognitif dan perubahan konsep siswa dalam fisika dengan kelas inkuiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman awal siswa memegang peranan penting dalam pemahaman konsep di kelas inkuiri. Siswa yang
  • 3. memiliki respon untuk meninjau kembali teori yang ada dengan motivasi yang tinggi dapat meningkatkan pemahaman ketika menghadapi situasi konflik kognitif dalam kelas inkuiri. Sugiyanta (2008), hasil penelitiannya menunjukkan pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika mempuyai pengaruh yang berarti meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kualitas lingkungan belajar di dalam kelas lebih kondusif. Metode Penelitian Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui sejauh manakah pendekatan pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi suhu dan kalor. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dan deskriptif. Metode eksperimen digunakan untuk melihat peningkatan penguasaan konsep, sedangkan metode deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang tanggapan guru dan siswa terhadap pendekatan konflik kognitif. Kelas eksperimen menggunakan pendekatan pembelajaran konflik kognitif, sedangkan kelas kontrol menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Sampel penelitian adalah siswa kelas X di salah satu SMA di kota Bandung berjumlah 56 orang, dimana masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol terdiri dari 28 orang. Penelitian dilaksanakan semester genap tahun pelajaran 2008/2009. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes penguasaan konsep suhu dan kalor yang berjumlah 25 soal yang diberikan sebelum dan setelah pembelajaran, lembar observasi yang digunakan untuk mengamati sejauh mana pendekatan pembelajaran konflik kognitif yang direncanakan dalam proses belajar mengajar, dan angket respon siswa dan guru yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan pendekatan pembelajaran konflik kognitif yang diterapkan. Hasil Penelitian 1. Penguasaan Konsep Hasil perhitungan skor rata-rata tes awal siswa kelas eksperimen sebesar 8,75 (35%), sementara skor rata-rata tes awal pada kelas kontrol sebesar 8,89 (36%). Hal ini menunjukkan bahwa perolehan skor rata-rata tes awal penguasaan konsep siswa kedua kelas hampir sama. Selanjutnya skor rata-rata tes akhir untuk kelas eksperimen sebesar 17,86 (71%), dan skor rata-rata tes akhir kelas kontrol sebesar 14,36 (57%). Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan tetapi penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil perhitungan skor rata- rata gain yang dinormalisasi penguasaan konsep kelas eksperimen sebesar 0,57 dalam kategori sedang, dan kelas kontrol sebesar 0,35 dalam kategori rendah. Dengan demikian prosentase gain yang dinormalisasi penguasaan konsep kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol. Prosentase skor rata-rata tes awal, tes akhir, dan gain yang dinormalisasi penguasaan konsep
  • 4. Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 29 suhu dan kalor antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1. Perbandingan prosentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan <g> penguasaan konsep suhu dan kalor Untuk mengetahui perbandi- ngan peningkatan penguasaan konsep antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan analisis terhadap data <g>, yang meliputi uji normalitas, homogenitas dan uji-t. Uji normalitas <g> untuk kelas eksperimen diperoleh χ2 hitung = 0,45 dan χ2 tabel = 7,81 untuk taraf signifikansi 0,05. Ternyata χ2 hitung < χ2 tabel, hal ini menunjukkan data <g> kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh χ2 hitung = 3,50 dan χ2 tabel = 7,81 untuk taraf signifikansi 0,05. Ternyata χ2 hitung < χ2 tabel, hal ini menunjukkan data <g> kelas kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas <g> penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Fhitung = 1,5 dan Ftabel = 1,9 untuk taraf signifikansi 0,05. Ternyata Fhitung < Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa distribusi data kedua kelas tersebut adalah homogen. Karena kedua kelompok tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka pengolahan data dilanjutkan ke uji-t. Dari hasil uji-t <g> penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh bahwa thitung = 5,5 dan ttabel = 1,67. Ternyata thitung > ttabel, ini berarti bahwa peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penguasaan konsep kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan konflik kognitif secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibanding dengan pembelajaran konvensional. Materi suhu dan kalor yang diteliti terdiri dari lima sub konsep yaitu konsep suhu, pemuaian, kalor, perubahan wujud dan perpindahan kalor. Setiap sub konsep dianalisis ketercapaiannya berdasarkan skor tes awal, tes akhir dan <g>. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa untuk kelas eksperimen prosentase terendah pada konsep perubahan wujud sebesar 31% dan tertinggi pada konsep suhu sebesar 40%, sedangkan prosentase terendah setelah dilakukan tes akhir 35 71 57 36 47 35 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Tea awal Tes akhir <g> ProsentaseSkorRata-rata Eksperimen Kontrol
  • 5. terjadi pada konsep pemuaian sebesar 62% dan prosentase tertinggi pada konsep suhu sebesar 78%. Peningkatan penguasaan konsep tertinggi terjadi pada konsep kalor sebesar 63% dan terendah pada konsep pemuaian sebesar 35%. Untuk kelas kontrol prosentase terendah skor penguasaan konsep pada saat tes awal terjadi pada konsep perubahan wujud sebesar 31% dan tertinggi pada konsep suhu sebesar 46%, sedangkan prosentase terendah setelah dilakukan tes akhir terjadi pada konsep kalor sebesar 52% dan tertinggi pada konsep suhu 65%. Peningkatan penguasaan konsep tertinggi terjadi pada konsep perubahan wujud sebesar 41% dan terendah pada konsep kalor sebesar 21%. Prosentase peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap sub konsep suhu dan kalor diperlihatkan pada Gambar 2 . 2. Tanggapan Siswa dan Guru terhadap Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pendekatan pembelajaran konflik kognitif, dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa. Berdasarkan analisis diketahui bahwa setiap indikator yang diukur, siswa memberikan tanggapan yang positif yaitu menyatakan setuju terhadap penerapan pendekatan pembelajaran konflik kognitif. Siswa menyatakan setuju bahwa pembelajaran tersebut dapat meningkatkan penguasaan konsep. Disamping itu, siswa juga setuju bahwa pendekatan pembelajaran ini merupakan baru bagi siswa dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Melalui angket yang dibagikan, siswa ingin agar pendekatan pembelajaran seperti ini bisa diterapkan pada materi yang lain. Untuk mengetahui tanggapan guru yang mengajarkan pendekatan pembelajaran konflik kognitif ini, dilakukan dengan memberikan angket kepada guru yang berisi sejumlah pertanyaan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa guru memiliki tanggapan yang positif juga yang berarti sangat setuju bahwa pendekatan pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Disamping itu guru juga setuju bahwa pendekatan pembelajaran dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Pembahasan Pendekatan pembelajaran konflik kognitif yang diterapkan dalam penelitian ini terdiri dari empat fase yaitu orientasi siswa pada konflik, melakukan penyelidikan melalui percobaan, menyajikan hasil percobaan dan kesimpulan, dan menganalisis serta mengevaluasi. Pada fase orientasi siswa pada konflik, siswa diberikan sejumlah pertanyaan dan siswa diminta untuk memberikan prediksi atau jawaban sementara. Kemudian dilanjutkan ke fase penyelidikan melalui percobaan. Pada fase ini siswa melakukan penyelidikan untuk mengetahui kebenaran konsep yang ditanyakan sebelumnya, membuat analisis dan kesimpulan serta menjawab kembali pertanyaan sebelumnya. Siswa diberi kesempatan untuk menyajikan hasil dan kesimpulan pada fase menyajikan hasil. Untuk fase terakhir yaitu menganalisis dan evaluasi, guru mengevaluasi hasil analisis, kesimpulan,jawaban siswa dan
  • 6. Pendekatan Pembelajaran Konflik Kognitif (Judyanto S) 31 memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Penguasaan konsep adalah kemampuan menerangkan sesuatu dengan kata-kata sendiri, mengenal sesuatu yang dinyatakan dengan kata- kata yang berbeda dengan kata-kata yang terdapat dalam buku teks (Baharudin, 1982). Ada tiga aspek yang berhubungan dengan penguasaan konsep yaitu: kemampuan menerangkan atau menjelaskan, pengenalan, dan kemampuan menginterpretasi. Tes penguasaan konsep diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Adapun sub konsep dari suhu dan kalor yang diteliti adalah suhu dan termometer, pemuaian, kalor, perubahan wujud, dan perpindahan kalor. Analisis data tes akhir dan <g> kedua kelas dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan penguasaan konsep kedua kelas. Dari hasil analisis diperoleh bahwa gain yang dinormalisasi penguasaan konsep untuk kelas eksperimen (0,57) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (0,35). Hasil ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran konflik kognitif yang direncanakan dan dilakukan dengan baik dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.Peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen tertinggi pada sub konsep kalor sebesar 63% dan terendah pada sub konsep pemuaian sebesar 35%. Untuk kelas kontrol peningkatan penguasaan konsep tertinggi pada sub konsep perubahan wujud sebesar 41% dan terendah pada sub konsep kalor sebesar 21%. Sub konsep kalor mengalami peningkatan tertinggi untuk kelas eksperimen sementara terendah untuk kelas kontrol. Hal ini dimungkinkan karena percobaan pada pembelajaran kalor lebih sederhana, terbukti dari hasil observasi menunjukkan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan atau kebingungan dalam melakukan percobaan sehingga siswa lebih mudah melakukannya. Disamping itu percobaan kalor ini sudah pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Hal yang lain adalah karena soal-soal sub konsep kalor berhubungan dengan percobaan. Pada pendekatan pembelajaran konflik kognitif siswa mempunyai kesempatan untuk melakukan penyelidikan setiap percobaan, membuat analisis setiap percobaan, dan diakhiri dengan evaluasi dari guru. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran sangat membantu siswa untuk menguasai konsep dengan adanya percobaan dan evaluasi dari guru sehingga siswa lebih memahami konsep tersebut. Menurut Downey (Partono, 2001), dengan menghadapkan siswa pada gagasan atau situasi baru yang bertentangan dengan pemahaman sebelumnya, maka setelah melakukan eksperimen atau demonstrasi, memicu proses rekonstruksi konsep-konsep dalam stuktur kognitifnya sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep. Pendekatan konflik kognitif memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan konsepsinya. Ketika konsepsi siswa bertentangan dengan konsep ilmiah, siswa merasa tidak puas.
  • 7. Ketidakpuasan siswa menuntun mereka untuk melakukan penyelidikan melalui eksperimen. Gambar 2. Prosentase peningkatan penguasaan konsep setiap sub konsep Hasil percobaan yang mereka dapatkan dapat membantu siswa untuk memperbaiki konsepnya. Apabila siswa masih belum yakin, maka guru membantu dalam proses perbaikan konsep siswa. Dengan demikian siswa memiliki konsep yang benar yang akhirnya dapat meningkatkan penguasaan konsep. Rendahnya peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen pada sub konsep pemuaian mungkin disebabkan percobaan pemuaian. Pada kegiatan yaitu percobaan muai panjang, pertambahan panjang benda sangat kecil sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengamatinya. Beberapa kelompok kurang teliti dalam mengamati pertambahan panjang benda ketika dipanaskan untuk dua bahan yang berbeda, sehingga siswa mengalami kesalahan dalam menganalisis dan membuat kesimpulan. Pada kegiatan percobaan muai volum, beberapa kelompok memberikan alasan yang kurang lengkap. Disamping itu pada fase analisis dan evaluasi, guru membatasi pertanyaan siswa, sehingga kebingungan yang dialami siswa belum terjawab. Guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan penguatan kepada siswa. Alasan lain yang menyebabkan kemampuan kedua kelas tidak jauh berbeda karena kelas kontrol terlatih dengan persoalan matematis, sementara kelas ekperimen kurang terlatih, tetapi secara konseptual kelas ekperimen memiliki kemampuan lebih tinggi dari kelas kontrol. Peningkatan penguasaan konsep pada sub konsep perubahan wujud untuk kedua kelas tidak jauh berbeda. Hal ini dimungkinkan karena percobaan perubahan wujud yaitu untuk membuktikan bahwa suhu benda tidak mengalami perubahan ketika mengalami perubahan wujud, beberapa kelompok memperoleh data yang berbeda dari yang diharapkan karena percobaan ini membutuhkan ketelitian yang tinggi. Oleh karena itu siswa tidak berhasil dalam membuat 57 35 63 48 60 32 30 21 41 32 0 10 20 30 40 50 60 70 Suhu Pemuaian Kalor Perubahan Wujud Perpindahan Kalor Prosentase<g> Eksperimen Kontrol
  • 8. Pendidikan luar sekolah dalam kerangka (M. Syukri) 33 grafik dan membuat kesimpulan tentang perubahan wujud. Pada fase analisis, guru tidak memberikan alasan yang kuat kepada pertanyaan siswa tentang mengapa suhu benda tidak mengalami perubahan ketika diberikan kalor, disamping itu pertanyaan siswa dibatasi oleh guru karena waktu yang terbatas. Sementara untuk kelas kontrol, materi perubahan wujud ditekankan pada kemampuan siswa untuk membaca grafik, sehingga siswa lebih terlatih dalam membaca grafik. Namun demikian, siswa kelas eksperimen masih memiliki kemampuan lebih tinggi dari kelas kontrol karena siswa pada pembelajaran konflik kognitif ikut terlibat langsung dalam proses pembuatan grafik perubahan wujud. Untuk memahami suatu konsep perlu diperhatikan bagaimana konsep tersebut disajikan dan terlibat langsung dalam proses pencapaian konsep tersebut. Dengan menyajikan benda-benda yang konkret lebih memudahkan dalam pencapaian suatu konsep (Dahar, 1996). Pendekatan konflik kognitif dapat menyajikan benda-benda konkret dalam mempelajari suatu konsep yaitu melalui percobaan. Siswa diperhadapkan pada situasi nyata yaitu melalui percobaan dan terlibat langsung dalam proses pencapaian konsep tersebut. Berdasarkan teori perubahan konsep, pengetahuan dibentuk oleh siswa secara terus menerus. Seorang siswa dapat salah mengerti dalam menangkap suatu konsep yang dipelajari. Pengertian yang salah dalam memahami suatu konsep, bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan menjadi awal untuk perkembangan yang lebih baik. Ketika menghadapi pengalaman baru yang tidak cocok dengan skema yang dimiliki, siswa mengadakan penyesuaian dengan beragam kemungkinan, misalnya dengan menambah atribut baru, memperhalus, memperluas, atau mengubah skema lamanya (Suparno, 1997). Kesimpulan Peningkatan penguasaan konsep siswa dengan pendekatan pembelajaran konflik kognitif (0,57) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan peningkatan penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional (0,35). Dengan demikian penerapan pendekatan pembelajaran konflik kognitif dapat lebih meningkatkan penguasan konsep pada materi suhu dan kalor dibanding dengan pembelajaran konvensional. Tanggapan guru dan sebagian besar siswa terhadap penerapan pendekatan pembelajaran konflik kognitif adalah positif, dan berharap penggunaannya pada materi fisika yang lain. Daftar Pustaka Baharuddin. (1982). “Peranan dasar intelektual sikap dan pemahaman dalam fisika terhadap kemampuan siswa di Sulawesi Selatan membangun model mental”. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan Baser, M. (2006). “Fostering Conceptual Change by Cognitive Conflict Based Instruction Student’s Understanding of Heat and Temperature Concept”.
  • 9. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, Vol 2(2) Baser, M. (2006). “Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on Student’s Understanding of Heat and Temperature Concepts”. Journal of Maltese Education Research, Vol 4 (1), 64-79 Dahar,R.W, 1996, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga Kim et al. (2006). “Student’s Cognitive Conflict and Conceptual Change in Physics by Inquiry Class”. American Institute of Physics. 0-7354-0311-2/06 Partono. (2001). ”Pengaruh Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika terhadap Pemahaman Siswa tentang Gerak dan Gaya”. Tesis Magister PPS UPI: Tidak diterbitkan Sugiyanta. (2008). Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Fisika. Tersedia: http://www.lpmpjogja.diknas. go.id Suparno. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Surya, Yohanes. (1997). Olimpiade Fisika. Jakarta : Primatika Cipta Ilmu. Yeo, S & Zadnik, M. (2001). “Introductory Thermal Concept Evaluation: Assessing Student’s Understanding”. The Physics Teacher, Vol 39, 496-504