Teori behavioristik menekankan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan melalui proses pembelajaran. Perilaku dapat diubah dengan memberikan penguatan atau hukuman terhadap respon terhadap rangsangan. Teknik konseling behavioristik seperti desensitisasi sistematis dan pembentukan perilaku model bertujuan untuk memodifikasi tingkah laku klien melalui penguatan.
3. Konsep Dasar
Teori behavioristik adalah teori
pengembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respon terhadap
rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan
dapat diperkuat dengan umpan balik positif
atau negatif terhadap perilaku atau kondisi
yang diinginkan.
4. Tingkah laku manusia diperoleh dari
belajar, dan proses terbentuknya
kepribadian adalah melalui proses
kematangan dari belajar.
Kepribadian manusia berkembang
bersama-sama dengan interaksinya
dengan lingkungannya.
Setiap manusia lahir dengan membawa
kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar
kebutuhan dipelajari dari hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan
baik atau jahat, tetapi dalam kondisi
5. Prinsip Dasar
Reinforcement and punishment
Primary and Secondary
Schedules of reinforcement
Contingency management
Stimulus control in operant learning
The elimination of responses
6. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku
atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah
laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang
tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk
dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
Manusia bermasalah mempunyai
kecenderungan merespon tingkah laku secara
negatif dari lingkungannya.
Tingkah laku maladaptif terjadi karena
kesalapahaman dalam menanggapi
7. Tujuan Konseling
Menghapus/menghilangkan perilaku
maladaptif (masalah) untuk digantikan dengan
perilaku baru yaitu perilaku adaptif yang
diinginkan klien.
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan
ke dalam perilaku yang spesifik.
Konselor dan klien bersama-sama (bekerja
sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan
khusus konseling.
8. Karakteristik
Mengutamakan unsur-unsur/ bagian-bagian kecil
Bersifat mekanistis
Menekankan peranan lingkungan
Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
Mementingkan pentingnya latihan
Pemecahan masalah dengan trial and error
Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan
spesifik
Memerlukan kecermatan dalam perumusan
tujuan konseling
Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik
sesuai dengan masalah klien
9. Deskripsi Proses Konseling
Menurut Wolpe, peran yang harus dilakukan
konselor adalah :
Bersikap menerima.
Memahami klien.
Tidak menilai dan mengkritik apa yang
diungkapkan oleh klien.
10. 1. Peran Konselor
Konselor aktif :
Merumuskan masalah yang dialami klien dan
menetapkan apakah konselor dapat membantu
pemecahannya atu tidak
Konselor memegang sebagian besar tanggung
jawab atas kegiatan konseling, khususnya
tentang teknik-teknik yang digunakan dalam
konseling
Konselor mengontrol proses konseling dan
bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
11. 2. Peran Konseli
o mengemukakan masalahnya secara khusus.
o Konseli dituntut memiliki kesadaran dan
berpartisipasi dalam terapeutik.
o Konseli berani menanggung resiko atas
perubahan yang ingin dicapai.
12. Deskripsi langkah-langkah :
Assesment
Goal setting ;
Konselor dan klien mendifinisikan masalah
yang dihadapi klien
Klien mengkhususkan perubahan positif
yang dikehendaki sebagai hasil konseling
Konselor dan klien mendiskusikan tujuan
yang telah ditetapkan klien :
13. - apakah tujuan itu realistic
- kemungkinan manfaatnya;
- kemungkinan kerugiannya
- Konselor dan klien membuat keputusan
apakah melanjutkan konseling dengan
menetapkan teknik yang akan dilaksanakan,
mempertimbangkan kembali tujuan yang
akan dicapai, atau melakukan referal.
Technique implementation
Evaluation termination
Feedback
14. Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioristik
Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian
penguatan
Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku
yang tidak diinginkan.
Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang
akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan
tingkah laku yang tidak diinginkan.
Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui
pemberian contoh atau model (film, tape recorder,
atau contoh nyata langsung).
Merencanakan prosedur pemberian penguatan
terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem
kontrak
15. Teknik-Teknik Konseling
Latihan Asertif
Desensitisasi Sistematis
Pengkondisian Aversi
Pembentukan Perilaku Model
Covert Sensitization
Thought Stopping
16. Sikap Konselor Dalam Proses
Konseling
Mengaplikasikan prinsip dari mempelajari
manusia untuk memberi fasilitas pada
penggantian perilaku maladaptif dengan
perilaku yang lebih adaptif.
Menyediakan sarana untuk mencapai
sasaran konseli, dengan
membebaskan seseorang dari perilaku
yang mengganggu kehidupan yang efektif
sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak
individu untuk bebas mengejar sasaran
17. Keterbatasan
Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi,
bersifat manipulatif, dan mengabaikan hubungan
antar pribadi.
Lebih terkonsentrasi kepada teknik.
Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor.
Konstruksi belajar yang dikembangkan dan
digunakan oleh konselor behavioral tidak cukup
komprehensif untuk menjelaskan belajar dan
harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis
yang harus diuji.
Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat
berpindah kepada bentuk tingkah laku yang lain.