Kardiotokografi merupakan pemeriksaan untuk memantau pola denyut jantung janin dan kontraksi rahim secara bersamaan guna mendeteksi hipoksia janin dini. Pemeriksaan ini meliputi penilaian laju dasar denyut jantung, variabilitas dasar, dan perubahan periodik seperti deselerasi akibat kontraksi untuk menilai kondisi janin.
2. Hipoksia / aspphyxia intra uterine Mortalitas perinatal
Upaya untuk mengatasi :
☺ Pengenalan dini faktor resiko
☺ Rujukan kasus resiko tingi ke tempat sesuai
☺ Pengenalan dini dan penanganan hipoksia
intrauterin secara adekuat
☺ Perawatan intensif terhadap neonatus dengan
asphyxia
CTG
3. Sirkulasi Uteroplasenta
Hemochorialis-endothelial
A. Uterina A. Spiralis Intervillous
space
Chorionic plate
Villi chorialis
janin
ADU aterm
700ml/m
Nutrisi, gas, substansi lain
70 -90 % ADU aterm
ADU =
Tekanan Arterial uterus - Tekanan Vena uterus
Resistensi vascular uterus
ADU = Aliran Darah Uterus
4.
5. Kontraksi uterus
TAU ↓ TVU ↓ ADU berhenti
Sirkulasi ke intervillous
space berhenti
Janin hanya
bergantung pada
placental reverse
6.
7. Mekanisme pengaturan DJJ
1. Sistem Saraf simpatis
☻ Distribusi lebih banyak di myocardium
☻ Aktivitasnya dalam menstimulasi denyut jantung
dilakukan melalui reseptor α-adrenergik
☻ Kondisi hipoksia brainsparing effect
☻ Obat β-adrenergik meningkatkan FHR,
menambah kekuatan kontraksi jantung
meningkatkan CO
☻ Propanolol inhibisi saraf simpatis menurunkan
frekuensi DJJ dan variabilitas DJJ
8. 2. Sistim Saraf Parasimpatis
♪ Terutama terdiri dari N. vagus yang berasal dari
batang otak
♪ Mengatur SA nodes, AV nodes dan neuron dalam
atrium dan ventrikel
♪ Stimulasi N Vagus ( dengan asetilkolin )
bradycardia
♪ Inhibisi N Vagus ( dengan atropin ) tachycardia
9. 3. Baroreseptor
♪ Terletak pada arcus aorta & sinus karotid
♪ Peningkatan TD → baroreseptor akan menstimulasi
nervus vagus dan nervus glosopharyngeus pada
batang otak → bradycardia
4. Kemoreseptor
♪ Bagian perifer di karotid & bagian sentral di batang
otak
♪ Fungsi : mengatur kadar O2 & CO2 dalam darah & CSF
11. 6. Sistem Pengaturan Hormonal
Stress ( asphyxia intra uterin )
Medula adrenal
Epineprin & Nor epineprin
Takikardia
Hipertensi
12.
13. Alat CTG
Fungsi :
Menilai hubungan pola DJJ dengan kontraksi rahim
Memantau hubungan pola DJJ dengan gerakan janin
14. Teknik Penempatan Tranducer :
1. Eksternal
▪ Tranducer dipasang di dinding perut ibu
▪ Teknik indirect / non-invasive
▪ Antepartum maupun intrapartum
▪ Cukup akurat walau tidak sebaik yang internal
2. Internal
▪ Tranducer dipasang pada scalp bayi
▪ Teknik direct / invasive
▪ Intrapartum dengan dilatasi minimal 1 – 2 cm
▪ Pengukuran lebih obyektif namun teknik lebih sulit
15. Karakteristik Gambaran DJJ
Basal FHR Perubahan Periodik DJJ
Baseline rate
Baseline variability
Di antara dua kontraksi
(inpartu)
Di antara 2 FM (gravida)
Perubahan DJJ yang
terjadi akibat kontraksi
atau FM
Deselerasi dini
Deselerasi lambat
Deselerasi variabel
akselerasi
20. Bradikardi merupakan respon awal terhadap hipoksia
atau asphyxia akut
Hipoksia ringan > DJJ 110-120 bpm, good variability
merupakan mekanisme kompensasi terhadap stress
Hipoksia berat → dekompensasi → DJJ 100 bpm
& poor atau absent variability → postterm atau
kelainan jantung bawaan
Beberapa keaadaan yang disertai bradikardia :
1. Hipotermia
2. Obat ( propanolol, analgetik golongan ‘cain’ )
3. Bradiaritmia janin
21. Baseline Variability
Gambaran osilasi iregular yang terlihat pada
rekaman DJJ ( kardiotokogram )
Fisiologi :
1. Keseimbangan interaksi sistem saraf simpatis (
kardioekselerator ) dan sistim parasimpatis
(kardiodeselerator )
1. Stimulasi cortex cerebri N. vagus stimulasi
pusat pengatur denyut jantung di medulla
oblongata
22. Hypoxia serebral Mekanisme
kompensasi hilang
Baseline
variability
menghilang
Asidosis
Metabolik
Normal Baseline
Variability
Sistem Persyarafan Janin baik
Sistem konduksi jantung baik
Baseline
Variability
Short-term variability
Long-term variability
23. Short-term Variability
☺Merupakan perbedaan interval antar denyut pada
kardiotokogram
☺Menyerupai perbedaan interval 2 gelombang R pada
EKG
☺ Rata-rata 2 – 3 bpm
☺“hilang”nya interval antar denyut rekuaensi DJJ
akan tampak sebagai garis rata tanpa osilasi
☺ Arti klinis : ??
berkaitan dengan IUFD
24. Long-term variability
☺Merupakan gambaran osilasi yang terlihat lebih
kasar dibandingkan short-term variability
☺ Rata-rata 3 – 6 bpm
☺ Penilaian didasarkan pada besarnya amplitudo
fluktuasi osilasi
Normal variability : amplitudo 6 – 25 bpm
Reduced variability : amplitudo antara 3- 5 bpm
Absent variability : amplituo ≤ 2 mm
Saltatory : amplitudo > 25 bpm
27. Long-term variability lebih banyak digunakan pada
penilaian FWB lebih mencerminkan
ketidakmampuan janin untuk mengkompensasi
hipoksia berat
Berkurangnya variabilitas DJJ bisa juga terjadi pada
kondisi : Janin tidur ( aktivitas otak berkurang )
Anencephalus ( cortex cerebri tak terbentuk )
Janin prematur ( sistem saraf belum matur )
Obat-obatan ( narkotika, diazepam, MgSO4 )
Blokade vagal
Defek Jantung bawaan
28. Perubahan Periodik DJJ
Deselerasi Dini
☺ Timbul dan hilangnya bersamaan dengan timbul
dan menghilangnya kontraksi uterus ( seperti
bayangan cermin )
☺ Timbul secara perseisten pada tiap kontraksi
☺ Biasanya penurunan DJJ ≤ 20 bpm
☺ Durasi < 90 detik
☺ Baseline rate & baseline variability masih normal
29.
30. Deselerasi Lambat
☺Timbul 20 – 30 detik setelah kontraksi
☺ Berakhir 20 – 30 detik setelah kontraksi menghilang
☺ Durasi < 90 detik ( rata-rata 40 – 60 detik )
☺ Timbul berulang pada tiap kontraksi
☺ Beratnya deselerasi sesuai dengan intensitas
kontraksi
☺ Hipoksia ringan : baseline rate normal atau
takikardia ringan
☺ Hipoksia berat bradikardia
31.
32. Deselerasi Variabel
☺Gambaran deselerasi yang bervariasi dalam hal
saat timbulnya, lamanya, besarnya dan bentuknya
☺Saat mulainya dan saat berakhirnya terjadi
dengan cepat
☺Penurunan frekuensi DJJ hingga mencapai 60 bpm
☺Akselerasi predeselerasi & akselerasi
pascadeselerasi umum dijumpai
33. Klasifikasi deselerasi variabel :
♪ Ringan
♪ Moderate
♪ Berat
Deselerasi mencapai 60 bpm ; atau
Besarnya deselerasi 60 bpm di bawah
baseline rate ; atau
Lama deselerasi ≥ 60 detik
40. Akselerasi karena kontraksi
Kontraksi uterus akselerasi aktivitas simpatis
melebihi aktivitas parasimpatis
Gerakan janin juga mengakibatkan akselerasi
menunjukkan reaktivitas janin fetal Activity
Determination ( FAD )
41. Deselerasi dini Kompresi kepala oleh jalan lahir
hipoksia Reflex vagal
Deselerasi Lambat Insufisiensi uteroplasenta
Deselerasi variabel
Nuchal cord
Prolapsus tali pusat
Oligohidramnion
Kompresi kepala oleh dasar panggul pada kala II
Kompresi talipusat
42. Gambaran CTG pada janin normal :
1. Baseline rate 120 – 160 bpm
2. Baseline variability 6 – 25 bpm
3. Terdapat akselerasi
4. Tidak terdapat deselerasi, kecuali
deselerasi dini
Baseline
variability
Merupakan parameter yang paling
akurat untuk menunjukkan kondisi
hipoksia
44. Non Stress Test ( NST )
Antepartum
FAD / aktokardiografi
Menilai gambaran DJJ dalam hubungannya dengan aktivitas
janin
Teknik Pemeriksaan :
1. Pasien tidur semi fowler atau left lateral recumbent
2. Ukur TD, Suhu tubuh, Nadi, RR
3. Pasang tocotranducer pada fundus dan doppler
tranduser pada punctum maksimum DJJ dengan
memberi gel sebelumnya
4. Pastikan ada gerakan janin → bila tak ada → rangsang
5. Ukur selama 20 menit
45. Interpretasi NST :
Reaktif 1. Minimal 2 x gerakan dalam 20 menit yang
diikuti akselerasi sedikitnya 10 – 15 bpm
2. Baseline rate di luar gerakan janin 120 –
160 bpm
3. Baseline variability 6 – 25 bpm
Non-
Reaktif
1. Tidak terdapat gerakan janin selama 20
menit atau tidak terdapat akselerasi pada
gerakan janin
2. Baseline variability normal atau reduced
atau absent
Spesitifity 99 %
Berlaku 1
minggu
Sensitivity 10-
20 %, Lanjutkan
CST
46. Suspicious 1. Gerakan janin < 2 x dalam 20 menit,
atau terdapat akselerasi < 10 bpm
2. Baseline rate 120 – 160 bpm
3. Baseline variability 6 – 25 bpm
Abnormal
(reaktif /
Non-reaktif)
1. Bradikardia
2. Deselerasi ≥ 40 bpm di bawah baseline
rate atau baseline rate mencapai 90
bpm selama ≥ 60 detik
47. Contraction Stress Test ( CST )
Menilai gambaran DJJ dalam hubungannya dengan
kontraksi uterus ( Baseline rate, Baseline variability,
perubahan periodik DJJ akibat kontraksi )
Teknik Pemeriksaan :
1. Pasien tidur semi fowler atau left lateral recumbent
2. Ukur TD, Suhu tubuh, Nadi, RR
3. Pasang tocotranducer pada fundus dan doppler
tranduser pada puntuk maksimum DJJ dengan memberi
gel sebelumnya
4. Pastikan his 10 menit 3 x → bila tak ada → rangsang
5. Ukur selama 20 menit
48. Interpretasi CST :
Negatif 1. Baseline rate 120 – 160 bpm
2. Baseline variability 6 – 25 bpm
3. Tak terdapat deselerasi lambat
4. Mungkin terdapat akselerasi
Positif 1. Deselerasi lambat berulang pada
minimal 50 % kontraksi
2. Deselerasi lambat berulang meskipun
kontraksi tak adekuat
3. Reduced/absent baseline variability
Spesitifity 99 %
Berlaku 1
minggu
49. Suspicious 1. Deselerasi lambat < 50 % kontraksi
2. Deselerasi variabel
3. Baseline rate 120 – 160 bpm
Ulang dalam
24 jam
Unsatisfactory 1. Tidak representatif ( Ibu gemuk,gelisah,
gerak janin berlebihan )
2. Kontraksi tidak adekuat
Hiperstimulasi 1. Kontraksi > 5 x dalam 10 menit
2. Durasi kontraksi > 90 detik
3. Sering disertai deselerasi lambat atau
bradikardia