SlideShare a Scribd company logo
 Retina
 Optic Nerve
 Optic Chiasm
 Optic Tract
 Cortex
 Fotoreseptor (batang dan kerucut)
distimulasi foton cahaya
 Rhodopsin pada sel-sel ini  konversi
rangsangan cahaya menjadi sinyal elektrik.
 Fotoreseptor akan bersinaps dengan sel
bipolar retina  sel ganglion retina
 Sel ganglion retina akan berkumpul pada
optic disc  saraf optic
 Saraf optic keluar dari mata, berjalan
melewati lubang pada lamina cribrosa sclera
 Dilapisi meninges dari system saraf
pusat
 Saraf optic berjalan melalui bony orbit
dan masuk ke middle cranial fossa
melalui kanalis optikus.
 Di dalam tengkorak, saraf optic dari kiri
dan kanan akan bergabung menjadi
Optic chiasm (Kiasma Optikus)
 Kiasma optikus terletak tepat di atas sella turcica.
Kelenjar pituitary terdapat tepat di belakang kiasma.
 Pada kiasma, serabut saraf dari bagian nasal tiap
retina saling menyilang ke tractus optikus
kontralateral
 Optic tract muncul dari kiasma hingga ke thalamus.
 Terjadi sinaps antara saraf sensoris aferen mata
dengan second-order sensory neurons pada lateral
geniculate nucleus di thalamus.
 Saraf sensoris memanjang ke dorsal ke sulkus kalkarin
di lobus occipital.
 Serabut saraf akan memanjang ke:
 Lobus parietal, atau
 Lobus temporal (Meyer’s Loop)
 Saraf yang melewati Meyer’s
Loop di lobus temporal 
setengah bagian bawah retina
(bagian atas lapang pandang)
 Saraf yang berjalan melewati
lobus parieatal setengah
bagian atas retina (bagian
bawah lapang pandang)
• Perjalanan saraf optic berakhir pada
sulkus kalkarin di lobus osipital.
• Sulkus kalkarin bertugas untuk
memproses gambar yang didapat dari
retina.
 Lapang pandang adalah keseluruhan area yang dapat
dilihat pasien tanpa pergerakan kepala dan dengan mata
yang terfiksasi pada satu titik
 Bayangan objek pada lapang pandang bersifat terbalik
(atas-bawah dan kiri-kanan)
Lesi pre-kiasma  ipsilateral monocular visual field defect
Lesi kiasma  bitemporal hemianopsia
Lesi pada Meyer’s Loop  upper quadrantanopia (“pie in the sky”)
Lesi pada lobus parietal  lower quadrantanopia (“pie in the floor”)
Lesi post-kiasma  homonymus visual field defects of the
contralateral side
Lesi pada sulkus kalkarina di lobus oksipital  homonymus
hemianopia dengan sparing macula.
 Visual Acuity Testing
 Color Vision Testing
 Pupillary Testing
 Fundus Examination
 Visual Field Evaluation
 Pemeriksaan untuk mendapatkan BCVA
 Pinhole  gangguan refraksi
 Harus dilihat keadaan pasien saat diperiksa
 Posisi fiksasi yang tidak biasa
 Kecenderungan hanya membaca setengah chart
 Perbaikan BCVA saat membaca satu optotypes
 Dilakukan secara terpisah mata kiri dan mata kanan
 Gangguan Optic Nerve  Warna > Penglihatan
 Gangguan macula  Warna = Penglihatan
 Normal  penyinaran 1 pupil  ukuran yang sama pada kedua pupil
 RAPD  gangguan konduksi sinyal pupillomotor aferen
 Tes RAPD: Swing Test
 Pemeriksaan fundus  media opacity atau abnormalitas fundus.
 Penampakan ONH
 Pallor
 Edema
 Excavation
 Penampakan Makula
 Gangguan pigmen
 Edema
 Scarring
 Gangguan structural lain
 Atropi optic
 Kerusakan ganglion sel retina
 Kerusakan berat  Chalky White Pallor
 Gangguan aliran axoplasmic
 Peningkatan intracranial
 Penekanan local
 Iskemia
 Inflamasi
 Elevasi dari ONH, cup fisiologis tampak penuh;
pembuluh darah retina tampak menggantung dari
tepi ONH
 Tepi ONH menjadi tidak jelas
 Opasifikasi RNFL peripapiler
 Kapiler permukaan ONH tanpak hiperemis dan
dilatasi
 Turkuositas dan dilatasi vena retina
 Perdarahan peripapiler, eksudat, atau cotto-wool
spots
 Lipatan retina atau choroid, atau edema makula
 Menemukan lokasi lesi di sepanjang visual pathway
 Menentukan pola dari defek visual
 Sebagai mpembanding untuk progresifitas atau pengurangan defek visual yang
terjadi
 Hanya digunakan untuk screening dan tidak dapat menggantikan perimetri
 Description of the examiner’s face
 Finger or red comparison test
 Memeriksa lapang pandang bagian sentral
 Pasien memegang Amsler Grid  1/3 meter,
tutup 1 mata
 Pasien melihat titik fiksasi di tengah grid
 Pasien menjelaskan area yang terjadi
distorsi (metamorphopsia)
Amsler grid pada pasien dengan gangguan
lapang pandang sentral – Skotoma kecul
dibawah titik fiksasi dengan distorsi di
sekelilingnya
Amsler grid pada pasien dengan gangguan
lapang pandang sentral – Skotoma besar
mengganggu titik fikasasi sentral dengan distorsi
 Dibagi menjadi:
 Statik  stimulus hilang dan timbul
pada titik yang ditentukan
 Kinetik  stimulus bergerak dari
area yang tidak terlihat ke area yang
terlihat
 Analisa dengan beberapa isopters 
membentuk suatu “contour map” of
the island of vision
 Goldmann Perimetry
 Dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh
lapang pandang
 Stimulus dapat diatur ukuran dan
intensitasnya  bergerak dari perifer ke arah
sentral
 Biasanya 2-3 dioptes digunakan
 Dengan menggunakan beberapa ukuran,
intensitas dan lokasi stimulus 
menggambarkan kedalaman dan batas dari
defek lapang pandang
 Diperlukan perimetris yang handal dan cakap
untuk mengoprasikan alat ini
 Gold standard untuk pemeriksaan lapang pandang
 Keunggulan dibandingkan kinetic perimetry:
 Kondisi tes yang terstandarisasi
 Kurang bergantung pada perimetris
 Sensitivitas yang lebih tinggi
 Hasil data secata numerik sehingga mudah digunakan untuk analisis
 Hasil dapat disimpan pada perangkat elektronik
 Pemerisaan lapang pandan sentral
24° dan 30 ° cukup untuk
mendeteksi sebagian besar defek
lapang pandang
 Penting juga untuk mengukur foveal
threshold karena dapat
mengestimasi fungsi penglihatan
sentral
 Stimulus bervariasi tingkat keterangannya
 Pasien merespon hingga stimulus terkecil yang dapat dilihat pada tiap lokasi
(sensitivity threshold)
 Pelaporan dalam decibel
 Greyscale map
 Dapat muncul abnormalitas media (gangguan refraksi, katarak)  mengurangi
sensitivitas lapang pandang  pattern-deviation plot
 Reabilitas perimetri ditentukan oleh:
 False-positive response rate : seberapa sering pasien memberi sinyal saat tidak ada
tstimulus yang ditunjukkan (acceptable rate <25%)
 False-negative response rate: seberapa sering pasien tidak dapat memberikan sinyal
pada stimulus yang lebih terang dari threshold yang sudah ditentukan sebelumnya
(acceptable rate <25%)
 Fixation losses: seberapa sering pasien mengidentifikasi stimulus pada daerah blind
spot (mata tidak terfiksasi pada target)
Visual pathway.pptx

More Related Content

What's hot

Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by GabriellaGangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gabriella Cereira Angelina
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus melym3ly22
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
prastika1
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarPangestu S
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
muhammad ikhlas yakin
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
Anna Lestari
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAdhita Dwi Aryanti
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
Fransiska Oktafiani
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
Viktor Iwan
 
Kelainan kelopak mata dan apparatus lakrimal
Kelainan kelopak mata dan apparatus lakrimalKelainan kelopak mata dan apparatus lakrimal
Kelainan kelopak mata dan apparatus lakrimal
DVP Nugroho
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatNovi Vie Opie
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothoraxListiana Dewi
 
PPT KOLELITIASIS.ppt
PPT KOLELITIASIS.pptPPT KOLELITIASIS.ppt
PPT KOLELITIASIS.ppt
gemala1
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebraKindal
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
fikri asyura
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
Karin Survival
 
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
sohapi
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialNoorahmah Adiany
 
fisiologi penglihatan.pptx
fisiologi penglihatan.pptxfisiologi penglihatan.pptx
fisiologi penglihatan.pptx
SabilaRamadhani2
 
Fimosis
FimosisFimosis
Fimosis
Meri Fitri
 

What's hot (20)

Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by GabriellaGangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by Gabriella
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Kelainan kelopak mata dan apparatus lakrimal
Kelainan kelopak mata dan apparatus lakrimalKelainan kelopak mata dan apparatus lakrimal
Kelainan kelopak mata dan apparatus lakrimal
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
PPT KOLELITIASIS.ppt
PPT KOLELITIASIS.pptPPT KOLELITIASIS.ppt
PPT KOLELITIASIS.ppt
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebra
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
Fisiologi pendengaran-dan-keseimbangan-kuliah-blok-4
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
fisiologi penglihatan.pptx
fisiologi penglihatan.pptxfisiologi penglihatan.pptx
fisiologi penglihatan.pptx
 
Fimosis
FimosisFimosis
Fimosis
 

Similar to Visual pathway.pptx

Ilmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mataIlmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mata
Pitria Septiani Gusti Ayu
 
258776650-fundoskopi-pemfis-suherman.pptx
258776650-fundoskopi-pemfis-suherman.pptx258776650-fundoskopi-pemfis-suherman.pptx
258776650-fundoskopi-pemfis-suherman.pptx
SuryatiHusin
 
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)Koko Ekayana
 
Papilitis.pptx
Papilitis.pptxPapilitis.pptx
Papilitis.pptx
7JauharTajudin102
 
Pemeriksaan khusus Mata
Pemeriksaan khusus MataPemeriksaan khusus Mata
Pemeriksaan khusus Mata
Rizal_mz
 
Preskas ablasio
Preskas ablasio Preskas ablasio
Preskas ablasio
nikeeenlrs
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatanWulan Yulian
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
fikri asyura
 
TUGAS BACA SARI.pptx
TUGAS BACA SARI.pptxTUGAS BACA SARI.pptx
TUGAS BACA SARI.pptx
AnggisariDanastriDha
 
Presentasi Sistem Visual (Leonart M, Ridwan Panji L, Putri Septiani)
Presentasi Sistem Visual (Leonart M, Ridwan Panji L, Putri Septiani)Presentasi Sistem Visual (Leonart M, Ridwan Panji L, Putri Septiani)
Presentasi Sistem Visual (Leonart M, Ridwan Panji L, Putri Septiani)LeonartMaruli
 
Penyakit mata anak
Penyakit mata anakPenyakit mata anak
Penyakit mata anak
Rizal_mz
 
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptxPemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
ZevPanka1
 
Presentasi sistem visual
Presentasi sistem visualPresentasi sistem visual
Presentasi sistem visualRidwan Laksono
 
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxBAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
WidyaWiraPutri
 
289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi
taufiq andrian
 
Pleno Skenario A Blok 17.pptx
Pleno Skenario A Blok 17.pptxPleno Skenario A Blok 17.pptx
Pleno Skenario A Blok 17.pptx
sparkhsoo
 
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptxKP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
NoviraSulfianti
 
Prosedur diagnostik mata
Prosedur diagnostik mataProsedur diagnostik mata
Prosedur diagnostik mata
Rizal_mz
 
Buook reading retiina
Buook reading retiinaBuook reading retiina
Buook reading retiina
BerlianIndri
 

Similar to Visual pathway.pptx (20)

Ilmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mataIlmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mata
 
258776650-fundoskopi-pemfis-suherman.pptx
258776650-fundoskopi-pemfis-suherman.pptx258776650-fundoskopi-pemfis-suherman.pptx
258776650-fundoskopi-pemfis-suherman.pptx
 
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
 
Papilitis.pptx
Papilitis.pptxPapilitis.pptx
Papilitis.pptx
 
Pemeriksaan khusus Mata
Pemeriksaan khusus MataPemeriksaan khusus Mata
Pemeriksaan khusus Mata
 
Preskas ablasio
Preskas ablasio Preskas ablasio
Preskas ablasio
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
 
TUGAS BACA SARI.pptx
TUGAS BACA SARI.pptxTUGAS BACA SARI.pptx
TUGAS BACA SARI.pptx
 
Presentasi Sistem Visual (Leonart M, Ridwan Panji L, Putri Septiani)
Presentasi Sistem Visual (Leonart M, Ridwan Panji L, Putri Septiani)Presentasi Sistem Visual (Leonart M, Ridwan Panji L, Putri Septiani)
Presentasi Sistem Visual (Leonart M, Ridwan Panji L, Putri Septiani)
 
Penyakit mata anak
Penyakit mata anakPenyakit mata anak
Penyakit mata anak
 
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptxPemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
 
Presentasi sistem visual
Presentasi sistem visualPresentasi sistem visual
Presentasi sistem visual
 
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docxBAB IV PEMERIKSAAN.docx
BAB IV PEMERIKSAAN.docx
 
289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi
 
1. mata (01)
1. mata (01)1. mata (01)
1. mata (01)
 
Pleno Skenario A Blok 17.pptx
Pleno Skenario A Blok 17.pptxPleno Skenario A Blok 17.pptx
Pleno Skenario A Blok 17.pptx
 
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptxKP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
KP 30 KELAINAN AKOMODASI DAN REFRAKSI.pptx
 
Prosedur diagnostik mata
Prosedur diagnostik mataProsedur diagnostik mata
Prosedur diagnostik mata
 
Buook reading retiina
Buook reading retiinaBuook reading retiina
Buook reading retiina
 

More from ZevPanka1

Ocular Myastenia gravis.pptx
Ocular Myastenia gravis.pptxOcular Myastenia gravis.pptx
Ocular Myastenia gravis.pptx
ZevPanka1
 
Idiopathic Intracranial Hypertension.pptx
Idiopathic Intracranial Hypertension.pptxIdiopathic Intracranial Hypertension.pptx
Idiopathic Intracranial Hypertension.pptx
ZevPanka1
 
Etiologi Neuropati Optik.pptx
Etiologi Neuropati Optik.pptxEtiologi Neuropati Optik.pptx
Etiologi Neuropati Optik.pptx
ZevPanka1
 
Papilledema.pptx
Papilledema.pptxPapilledema.pptx
Papilledema.pptx
ZevPanka1
 
4. Retrochiasmal Lesion.pptx
4. Retrochiasmal Lesion.pptx4. Retrochiasmal Lesion.pptx
4. Retrochiasmal Lesion.pptx
ZevPanka1
 
VisualPath.ppt
VisualPath.pptVisualPath.ppt
VisualPath.ppt
ZevPanka1
 

More from ZevPanka1 (6)

Ocular Myastenia gravis.pptx
Ocular Myastenia gravis.pptxOcular Myastenia gravis.pptx
Ocular Myastenia gravis.pptx
 
Idiopathic Intracranial Hypertension.pptx
Idiopathic Intracranial Hypertension.pptxIdiopathic Intracranial Hypertension.pptx
Idiopathic Intracranial Hypertension.pptx
 
Etiologi Neuropati Optik.pptx
Etiologi Neuropati Optik.pptxEtiologi Neuropati Optik.pptx
Etiologi Neuropati Optik.pptx
 
Papilledema.pptx
Papilledema.pptxPapilledema.pptx
Papilledema.pptx
 
4. Retrochiasmal Lesion.pptx
4. Retrochiasmal Lesion.pptx4. Retrochiasmal Lesion.pptx
4. Retrochiasmal Lesion.pptx
 
VisualPath.ppt
VisualPath.pptVisualPath.ppt
VisualPath.ppt
 

Recently uploaded

0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
AskariB1
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
andikuswandi67
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 

Recently uploaded (20)

0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 

Visual pathway.pptx

  • 1.
  • 2.  Retina  Optic Nerve  Optic Chiasm  Optic Tract  Cortex
  • 3.  Fotoreseptor (batang dan kerucut) distimulasi foton cahaya  Rhodopsin pada sel-sel ini  konversi rangsangan cahaya menjadi sinyal elektrik.  Fotoreseptor akan bersinaps dengan sel bipolar retina  sel ganglion retina  Sel ganglion retina akan berkumpul pada optic disc  saraf optic  Saraf optic keluar dari mata, berjalan melewati lubang pada lamina cribrosa sclera
  • 4.  Dilapisi meninges dari system saraf pusat  Saraf optic berjalan melalui bony orbit dan masuk ke middle cranial fossa melalui kanalis optikus.  Di dalam tengkorak, saraf optic dari kiri dan kanan akan bergabung menjadi Optic chiasm (Kiasma Optikus)
  • 5.  Kiasma optikus terletak tepat di atas sella turcica. Kelenjar pituitary terdapat tepat di belakang kiasma.  Pada kiasma, serabut saraf dari bagian nasal tiap retina saling menyilang ke tractus optikus kontralateral
  • 6.  Optic tract muncul dari kiasma hingga ke thalamus.  Terjadi sinaps antara saraf sensoris aferen mata dengan second-order sensory neurons pada lateral geniculate nucleus di thalamus.  Saraf sensoris memanjang ke dorsal ke sulkus kalkarin di lobus occipital.
  • 7.  Serabut saraf akan memanjang ke:  Lobus parietal, atau  Lobus temporal (Meyer’s Loop)
  • 8.  Saraf yang melewati Meyer’s Loop di lobus temporal  setengah bagian bawah retina (bagian atas lapang pandang)  Saraf yang berjalan melewati lobus parieatal setengah bagian atas retina (bagian bawah lapang pandang) • Perjalanan saraf optic berakhir pada sulkus kalkarin di lobus osipital. • Sulkus kalkarin bertugas untuk memproses gambar yang didapat dari retina.
  • 9.  Lapang pandang adalah keseluruhan area yang dapat dilihat pasien tanpa pergerakan kepala dan dengan mata yang terfiksasi pada satu titik  Bayangan objek pada lapang pandang bersifat terbalik (atas-bawah dan kiri-kanan)
  • 10. Lesi pre-kiasma  ipsilateral monocular visual field defect Lesi kiasma  bitemporal hemianopsia Lesi pada Meyer’s Loop  upper quadrantanopia (“pie in the sky”) Lesi pada lobus parietal  lower quadrantanopia (“pie in the floor”) Lesi post-kiasma  homonymus visual field defects of the contralateral side Lesi pada sulkus kalkarina di lobus oksipital  homonymus hemianopia dengan sparing macula.
  • 11.  Visual Acuity Testing  Color Vision Testing  Pupillary Testing  Fundus Examination  Visual Field Evaluation
  • 12.  Pemeriksaan untuk mendapatkan BCVA  Pinhole  gangguan refraksi  Harus dilihat keadaan pasien saat diperiksa  Posisi fiksasi yang tidak biasa  Kecenderungan hanya membaca setengah chart  Perbaikan BCVA saat membaca satu optotypes
  • 13.  Dilakukan secara terpisah mata kiri dan mata kanan  Gangguan Optic Nerve  Warna > Penglihatan  Gangguan macula  Warna = Penglihatan
  • 14.
  • 15.  Normal  penyinaran 1 pupil  ukuran yang sama pada kedua pupil  RAPD  gangguan konduksi sinyal pupillomotor aferen  Tes RAPD: Swing Test
  • 16.
  • 17.
  • 18.
  • 19.  Pemeriksaan fundus  media opacity atau abnormalitas fundus.  Penampakan ONH  Pallor  Edema  Excavation  Penampakan Makula  Gangguan pigmen  Edema  Scarring  Gangguan structural lain
  • 20.  Atropi optic  Kerusakan ganglion sel retina  Kerusakan berat  Chalky White Pallor
  • 21.  Gangguan aliran axoplasmic  Peningkatan intracranial  Penekanan local  Iskemia  Inflamasi
  • 22.  Elevasi dari ONH, cup fisiologis tampak penuh; pembuluh darah retina tampak menggantung dari tepi ONH  Tepi ONH menjadi tidak jelas  Opasifikasi RNFL peripapiler  Kapiler permukaan ONH tanpak hiperemis dan dilatasi  Turkuositas dan dilatasi vena retina  Perdarahan peripapiler, eksudat, atau cotto-wool spots  Lipatan retina atau choroid, atau edema makula
  • 23.  Menemukan lokasi lesi di sepanjang visual pathway  Menentukan pola dari defek visual  Sebagai mpembanding untuk progresifitas atau pengurangan defek visual yang terjadi
  • 24.  Hanya digunakan untuk screening dan tidak dapat menggantikan perimetri  Description of the examiner’s face  Finger or red comparison test
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28.  Memeriksa lapang pandang bagian sentral  Pasien memegang Amsler Grid  1/3 meter, tutup 1 mata  Pasien melihat titik fiksasi di tengah grid  Pasien menjelaskan area yang terjadi distorsi (metamorphopsia)
  • 29. Amsler grid pada pasien dengan gangguan lapang pandang sentral – Skotoma kecul dibawah titik fiksasi dengan distorsi di sekelilingnya Amsler grid pada pasien dengan gangguan lapang pandang sentral – Skotoma besar mengganggu titik fikasasi sentral dengan distorsi
  • 30.  Dibagi menjadi:  Statik  stimulus hilang dan timbul pada titik yang ditentukan  Kinetik  stimulus bergerak dari area yang tidak terlihat ke area yang terlihat  Analisa dengan beberapa isopters  membentuk suatu “contour map” of the island of vision
  • 31.  Goldmann Perimetry  Dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh lapang pandang  Stimulus dapat diatur ukuran dan intensitasnya  bergerak dari perifer ke arah sentral  Biasanya 2-3 dioptes digunakan  Dengan menggunakan beberapa ukuran, intensitas dan lokasi stimulus  menggambarkan kedalaman dan batas dari defek lapang pandang  Diperlukan perimetris yang handal dan cakap untuk mengoprasikan alat ini
  • 32.  Gold standard untuk pemeriksaan lapang pandang  Keunggulan dibandingkan kinetic perimetry:  Kondisi tes yang terstandarisasi  Kurang bergantung pada perimetris  Sensitivitas yang lebih tinggi  Hasil data secata numerik sehingga mudah digunakan untuk analisis  Hasil dapat disimpan pada perangkat elektronik
  • 33.  Pemerisaan lapang pandan sentral 24° dan 30 ° cukup untuk mendeteksi sebagian besar defek lapang pandang  Penting juga untuk mengukur foveal threshold karena dapat mengestimasi fungsi penglihatan sentral
  • 34.  Stimulus bervariasi tingkat keterangannya  Pasien merespon hingga stimulus terkecil yang dapat dilihat pada tiap lokasi (sensitivity threshold)  Pelaporan dalam decibel  Greyscale map  Dapat muncul abnormalitas media (gangguan refraksi, katarak)  mengurangi sensitivitas lapang pandang  pattern-deviation plot
  • 35.  Reabilitas perimetri ditentukan oleh:  False-positive response rate : seberapa sering pasien memberi sinyal saat tidak ada tstimulus yang ditunjukkan (acceptable rate <25%)  False-negative response rate: seberapa sering pasien tidak dapat memberikan sinyal pada stimulus yang lebih terang dari threshold yang sudah ditentukan sebelumnya (acceptable rate <25%)  Fixation losses: seberapa sering pasien mengidentifikasi stimulus pada daerah blind spot (mata tidak terfiksasi pada target)

Editor's Notes

  1. . Macular vision is spared given the dual blood supply to the anterior portion of the visual centre (PCA and MCA).
  2. Eccentric fixation : possible central scotoma Read half of the eye chart : possible hemianopic field test Improvement CDVA when reading single optopypes : ambliopia
  3. RAPD Swing Test
  4. More to macular disease rather than ON disease