Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization pada materi program linier semester iv
berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran Team assisted Individualization
Similar to Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization pada materi program linier semester iv
Similar to Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization pada materi program linier semester iv (20)
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization pada materi program linier semester iv
1. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION PADA MATERI PROGRAM LINIER SEMESTER IV-
A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Metodologi Penelitian
ROSIDA MARASABESSY
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2016
2. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI PROGRAM LINIER
SEMESTER IV-A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Rosida Marasabessy 1)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendiskripsikan peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis mahasiswa dengan menggunakkan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization pada mahasiswa semester IV-A
Universitas Khairun Ternate tahun ajaran 2015/2016; 2) Mengetahui peningkatan
cara berpikir kritis mahasiswa semester IV-A Universitas Khairun Ternate tahun
ajaran 2015/2016 setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian ini merupakan penelitian eksperiment.
Desain penelitian eksperiment ini menggunakan bentuk Pre Experimental tipe One
Group Pretest-postest. Kelas yang mendapatkan perlakuan adalah kelas A semester
IV program studi pendidikan matematika Universitas Khairun. Kelas tersebut akan
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua mahasiswa semester IV program studi pendidikan matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Khairun Ternate tahun ajaran 2015/2016
berjumlah 91 orang. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes
kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa. Untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis matematis setelah diteapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
TAI, data dianalisis per indikator dan keseluruhan menggunakan analisis deskriptif
yaitu menggunakan Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala 5 dan Gein Ternormalisasi
(N-g). Untuk mengetahui terdapat peningkatan pada variabel kemampuan berpikir
kritis matematis mahasiswa, data dianalisis dengan analisis inferensial yaitu
menggunakan uji hipotesis (uji t satu sampel).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1) Peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematis mahasiswa semester IV-A Universitas Khairun Ternate tahun ajaran
2015/2016 setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individuallization (TAI) diinterpretasikan sedang, 2) Terdapat peningkatan cara
3. berpikir kritis mahasiswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individuallization (TAI).
Kata Kunci: TAI dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat mendasar bagi pembangunan
suatu bangsa dan negara. Dalam pembukaan UUD 1995 alenia ke empat dijelaskan
bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh
karena itu, pendidikan harus diutamakan demi tercapainya cita-cita suatu bangsa dan
negara. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1
ayat 1 berbunyi “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dengan pendidikan akan
melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Hal ini tertulis jelas dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 3 tentang
tujuan pendidikan nasional yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan, dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, seorang pendidik yang berkualitas
dibutuhkan sehingga pola pembelajaran yang diajarkan dalam proses belajar
mengajar mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru dapat melaksanakan peranannya sebagai
fasilitator yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan
kegiatan belajar, dan sebagai pembimbing yang membantu siswa mengatasi kesulitan
dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dalam
pendidikan, segala sesuatu yang direncanakan oleh pendidik akan dilaksanakan di
dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar melibatkan semua
komponen pembelajaran, yakni: tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, pendidik, peserta didik dan evaluasi. Semua komponen tersebut saling
berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen
lain yang juga menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran adalah terdapatnya
4. keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar yang diwujudkan dalam
bentuk interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memegang peranan
penting dalam proses pembelajaran. Guru yang kompeten akan mampu mengelola
proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
diharapkan. Menurut Ametembun (Bahri, 2011: 32), guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual atau pun klasikal, baik disekolah maupun di luar sekolah. Rendahnya hasil
belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika sangat ditentukkan oleh guru,
karena guru merupakan komponen pembelajaran yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Rendahnya hasil belajaran peserta didik ini disebabkan belum
efektifnya penggunaan strategi, model, metode dan pendekatan pembelajaran, serta
lemahnya penguasaan guru terhadap matapelajaran, sampai sekarang proses
pembelajaran masih di dominasi oleh guru dan belum memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk berkembang secara mandiri. Pembelajaran yang tingkat
ketuntasannya belum tercapai akan menghasilkan rendahnya hasil belajar.
Dalam lingkup perguruan tinggi, pendidikan matematika yang terdiri atas
beberapa mata kuliah seperti aljabar linier, persamaan diferensial, teori bilangan,
geometri analitik, program linier, analisis rill, geometri transformasi dan lain-lain.
Dari sekian mata kuliah tersebut salah satu mata kuliah yang menuntut untuk berpikir
kritis dan kreatif serta membutuhkan tingkatan berpikir yang lebih tinggi dalam
pemecahan masalah adalah mata kuliah program linier. Program linier adalah salah
satu bentuk soal cerita yang digunakan untuk merumuskan model matematika yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi yaitu memaksimumkan dan
meminimumkan fungsi tujuan yang bergantung pada suatu data masukkan.
Penyelesaian permasalahan dengan menggunakan metode dalam program linier
adalah untuk melakukan analisis yang nantinya digunakan dalam pengambilan
keputusan. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat maka dituntut supaya dapat
berpikir secara kritis dan kreatif. Sehingga keputusan yang diambil dapat
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai, seperti untuk memaksimumkan dan
meminimumkan pengeluarannya.
Selain itu materi-materi dalam program linier ini banyak yang berhubungan
dengan soal cerita yang mengharuskan mahasiswa untuk menganalisis permasalahan
dengan tepat sehingga sering kali mahasiswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan seperti membuat model matematika dari
grafik yang diketahui, menggambar daerah penyelesaian SPtLDV, menyelesaikan
soal cerita maupun permasalahan-permasalahan dalam bentuk lainnya. Untuk
mengatasi hal tersebut maka peneliti tertarik memilih mata kuliah program linier
sebagai suatu penelitian pada semester IV-A tahun ajaran 2015-2016.
5. Peneliti memilih mata kuliah ini karena berdasarkan data hasil belajar awal yang
peneliti peroleh dari mahasiswa program studi pendidikan matematika semester IV-A
pada hari kamis tanggal 3 Maret 2016 dari 35 mahasiswa ternyata diperoleh banyak
yang memperoleh nilai yang sangat rendah. Terdapat beberapa mahasiswa yang
mendapat nilai dengan kategoti tinggi tetapi yang mendapatkan nilai tersebut hanya
sebagian dari meraka. Berikut ini akan ditunjukkan presentasi data hasil belajar
mahasiswa semester IV-A pada mata kuliah program linier dalam bentuk grafik.
Gambar 1
Presentasi Hasil Kemampuan Awal Program Linier Mahasiswa Semester IV-A
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa presentasi terbesar yakni 49% yang
menunjukkan masih kurang sekali pemahaman mahasiswa terhadap materi program
linier berikut uraiannya.
1. Untuk nilai 89-100 termasuk dalam kategori istimewa dan yang memperoleh
nilai tersebut sebanyak 1 orang dari 35 mahasiswa dengan presentase sebanyak
3%.
2. Untuk nilai 77-88 termasuk dalam kategori baik sekali dan yang memperoleh
nilai tersebut sebanyak 1 orang dari 35 mahasiswa dengan presentase sebanyak
3%.
3. Untuk nilai 65-76 termasuk dalam kategori baik dan yang memperoleh nilai
tersebut sebanyak 5 orang dari 35 mahasiswa dengan presentase sebanyak 14%.
4. Untuk nilai 53-64 termasuk dalam kategori cukup dan yang memperoleh nilai
tersebut sebanyak 4 orang dari 35 mahasiswa dengan presentase sebanyak 11%
5. Untuk nilai 41-52 termasuk dalam kategori kurang dan yang memperoleh nilai
tersebut sebanyak 7 orang dari 35 mahasiswa dengan presentase sebanyak 20%
6. Untuk nilai 0-40 termasuk dalam kategori kurang sekali dan yang memperoleh
nilai tersebut sebnyak 17 orang dari 35 mahasiswa dengan presentase sebanyak
49%
49%
20%
11%
14%
3%
3% kurang sekali
kurang
cukup
baik
baik sekali
istimewa
PRESENTASE HASIL TES KEMAMPUAN AWAL MAHASISWA SEMESTER IV-A PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA TAHUN AJARAN 2015-2016
6. Dari hasil tes yang peneliti lakukan banyak mahasiswa yang masih mengalami
kesulitan untuk menjawab soal-soal yang diberikkan. Soal-soal yang diberikan yakni
membuat model matematika dari grafik yang diketahui, menggambar daerah
penyelesaian SPtLDV, dan menyelesaikan soal cerita. Adapun soal-soal yang
diberikan mengacu pada aspek pemahaman konsep, penalaran matematis dan berpikir
kritis.
Adapun masalah yang belum dapat diselesaikan sesuai penilaian indikator pada
aspek kemampuan berfikir kritis dan pemahaman konsep matematis yaitu:
1. Belum mampu mengidentifikasi asumsi yang diberikan, sesuai dengan
penyelesaian jawaban sebenarnya.
2. Belum mampun merumuskan pokok-pokok permasalahan
3. Belum mampu mengungkapkan fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
suatu masalah, karena pada langkah penyelesaian mereka masih terdapat
kesulitas dalam memahami masalah yang diberikan.
4. Belum mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai
suatu keputusan.
5. Belum mampu mengungkapkan data/konsep/ teorema dalam menyelesaikan
suatu masalah. Dalam hal ini mereka belum mampu menjelaskan dan
menentukkan hasil akhir yakni keuntungan yang diperoleh dimana untuk
mendapatkan suatu keuntungan haruslah konsep SPLDV dan aljabar sudah
diketahui setiap mahasiswa kelas A.
6. Belum mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan merepresentasi bentuk
matematis kedalam grafik.
7. Belum mampu menggunakan,memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.
Dalam hal ini seperti menggunakan metode titik pojok untuk memperoleh suatu
nilai maksimum.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah pada mata kuliah
program linier. Dengan demikian, untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi masih
sangat rendah oleh karenanya dibutuhkan suatu alternatif untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Adapun alternatif yang peneliti tawarkan adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) guna meningkatkan cara berfikir kritis pada mahasiswa tersebut. Tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individu.
Setiap anggota kelompok akan diberikan soal-soal bertahap yang harus mereka
kerjakan sendiri terlebih dahulu, lalu mereka mengecek hasil kerjanya sendiri dan
setelah itu mereka mengecek hasil kerjanya dengan anggota lain. Ciri khas pada tipe
Team Assisted Individualization ini adalah setiap siswa secara individual dibawa ke
kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok,
dan semua anggota kelompok bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai
7. tanggung jawab bersama. Berdasarkan penjelasan pada model tersebut yang menurut
peneliti dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, maka
peneliti ingin menggunakan model tersebut.
Dengan uraian di atas maka peneliti termotivasi melaksanakan penelitian dengan
mengangkat judul penelitian yaitu: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Mahasiswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Pada Materi Program
Linier Semester IV-A Program Studi Pendidikan Matematika”.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Khairun Ternate.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada bulan April 2016
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperiment. Menurut Sugiyono (2015: 496),
Penelian eksperiment adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variable independen (perlakuan) terhadap variable dependen (hasil) dalam kondisi
yang terkontrol. Desain penelitian eksperiment ini menggunakan bentuk Pre
Experimental tipe One Group Pretest-postest (Sugiyono, 2015: 499). Hal ini
dilakukan karena dalam penelitian ini diambil satu kelas sebagai sampel penelitian
untuk diberikan perlakuan pembelajaran.
Gambar 2
Desain One Group Pretest-postest
Keterangan:
O1 : Nilai Pretest (sebelum diberi Perlakuan)
O2 : Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
X : Treatment atau perlakuan/ Variabel terikat
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa semester IV program
studi pendidikan matematika fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas
khairun Ternate tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 91 orang.
𝐎 𝟏 𝐗 𝐎 𝟐
8. 2. Sampel
Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
purposive sampling adalah tekhnik pengambilan sampel yang digunakan apabila
sasaran sampel yang diteliti telah memiliki karakteristik tertentu sehingga tidak
mungkin diambil sampel lain yang tidak memenuhi karakteristik yang telah
ditetapkan (Mulyatiningsih, 2011: 11). Sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah semua mahasiswa semester IV-A Universitas Khairun Ternate tahun ajaran
2015/2016 berjumlah 41 orang.
D. Variable Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Variabel bebasnya yakni model pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
berpikir kritis mahasiswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data-data yang diperlukan dalam penelitian. Prosedur pengumpulan data pada
penelitian ini sebagai berikut:
a. Menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam proses penelitian
b. Validasi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian oleh dosen atau ahli.
c. Melakukan Pretest
d. Melakukan eksperimen model pembelajaran di kelas yang menjadi objek
penelitian
e. Melakukan posttest.
f. Analisis Data.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah instrumen tes dalam
bentuk tes essay. Soal tes yang diberikan adalah soal-soal uraian dari materi program
linier. Ada dua soal dalam instrumen tes pada penelitian ini yaitu soal pretest dan soal
posttest. Soal-soal tersebut dibuat dalam bentuk soal uraian yang merupakan soal-
soal yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Pretest diberikan
untuk mengukur kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan
sedangkan posttest diberikan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis
siswa setelah mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan tes. Data awal
diperoleh dari tes awal mahasiswa semester VI-A. Pengembangan instrument terdiri
dari defenisi operasional, pengujian validitas, dan perhitungan reliabilitas.
9. a. Defenisi Operasional
1) Kemampuan Berpikir Kritis
Yang dimaksud dengan kemampuan berpikir Kritis adalah proses berpikir
untuk menyusun, mengorganisasikan, mengingat dan menganalisis argument dan
memberikan interpretasi berdasarkan presepsi yang sahih/logical reasoning
(Wijaya, 2007: 75). Peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dilihat
melalui hasil tes kemampuan akhir (postest) yang diperoleh mahasiswa setelah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada Materi Metode Simpleks.
2) Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
Tipe ini mengombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual (Fathurrohman, 2006: 74). Sintak model pembelajaran
tipe TAI ini adalah setiap anggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang
harus mereka kerjakan sendiri terlebih dahulu, lalu mereka mengecek hasil
kerjanya sendiri terlebih dahulu dan setelah itu mereka mengecek hasil kerjanya
dengan anggota lain. jika soal tahap tadi diselesaikan dengan benar, siswa dapat
meyelesaikan soal lainnya ditahap selanjutnya. Akan tetapi, jika siswa
mengalami kekeliruan, dia harus menyelesaikan soal lainnya di tahap tersebut.
Soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk memecahkan masalah, semua
anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai
tanggung jawab bersama.
b. Pengujian Validitas dan Perhitungan Reliabelitas
1) Pengujian Validitas
Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Artinya, instrument itu dapat mengungkapkan data dari
variable yang dikaji secara tepat. Instrument yang valid atau sahih memiliki
validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah.
Hamzah (2014: 216) menjelaskan validitas adalah derajat yang menunjukkan
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur tes atau non tes dalam
melakukan fungsi ukurnya benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas suatu instrument tes secara umum dibagi menjadi dua yaitu validitas
teori dan validitas empiric. Untuk menguji validitas dari butir soal digunakan
korelasi product moment (r) sebagai berikut (Hamzah, 2014: 220).
𝑟𝑋𝑌 =
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√(𝑛 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)
2
)(𝑛 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)
2
)
10. Dengan :
𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi
𝑋 = skor item butir soal
𝑌 = jumlah skor total tiap soal
𝑛 = jumlah responden
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan harga kritis r product
moment dengan ketentuan 𝑟𝑋𝑌 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal dikatakan valid dengan taraf
signifikansi 5%. Koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 1
Kriteria Interpretasi Validasi instrument
Interpretasi Nilai 𝒓 𝒙𝒚 Kategori
0,80 < 𝑟𝑋𝑌 ≤ 1,00 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
0,60 < 𝑟𝑋𝑌 ≤ 0,80 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
0,40 < 𝑟𝑋𝑌 ≤ 0,60 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝
0,20 < 𝑟𝑋𝑌 ≤ 0,40 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
0,00 < 𝑟𝑋𝑌 ≤ 0,20 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
2) Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarty sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang
sama diperoleh hasil pengukuran yang relative sama selama aspek yang diukur
dalam diri subjek memang belum berubah. Reliabilitas yang digunakan untuk
mengukur tes hasil belajar adalah dengan menggunakan rumus alpha Crownbach
yaitu sebagai berikut: (Hamzah, 2014: 220).
𝑟11 = (
𝑛
𝑛 − 1
) (1 −
∑𝜎𝑖
2
𝜎𝑖
2 )
Dimana:
𝑟11 = Reliabelitas soalsecara keseluruhan
n = Banyaknya item
𝜎𝑖
2
= Varians total
11. ∑𝜎𝑖
2
= Jumlah varians skor tiap-tiap item
Adapun Rumus yang digunakan untuk mencari varians sebagai berikut:
𝜎𝑖
2
=
∑ 𝑋2
−
(∑ 𝑋)2
𝑛
𝑛
Hasil pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan r product moment pada
tabel. Jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka item tes yang diuji cobakan reliabel. Tabel berikut
ini merupakan kriteria interpretasi reliabilitas. Kriteria interpretasi reliabelitas
instrument dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Kriteria Interpretasi Reliabelitas Instrument
Interpretasi Nilai 𝒓 𝟏𝟏 Kategori
𝑟11 ≤ 0,20 Reliabelitas sangat rendah
0,20 < 𝑟11 ≤ 0,40 Reliabelitas rendah
0,40 < 𝑟11 ≤ 0,70 Reliabelitas sedang
0,70 < 𝑟11 ≤ 0,90 Reliabelitas tinggi
0,90 < 𝑟11 ≤ 1,00 Reliabelitas sangat tinggi
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh
melalui hasil pretest dan posttest mahasiswa program studi pendidikan matematika
semester IV-A yang dikenakan eksperimen. Proses analisis data sebagai hasil
penelitian peneliti mengunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Menghitung presentase dari skor yang dicapai setiap siswa dalam kemampuan
berpikir kritis siswa secara keseluruan dengan rumus:
𝑆𝑃 =
jumlah skor yang di peroleh setiap mahasiswa
skor total
X 100%
Keterangan SP = Skor Pencapaian
Selanjutnya data tersebut akan dikualifikasikan dengan mengunakan Pedoman
Acuan Patokan (PAP) skala 5 yaitu sebagai berikut:
12. Tabel 3
Pedoman Acuan Patokan Skala 5
Tingkat
Penguasaan
Identifikasi
91% - 100 % Baik Sekali
81% - 90 % Baik
71% - 80 % Cukup
61% - 70% Kurang
< 60% Gagal
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasisiwa
digunakan rumus N Gain < g>
𝑁 𝐺𝑎𝑖𝑛 < 𝑔 >=
(𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡) − (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡)
100 − (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡)
Dimana kriteria rumus Gain menurut Hake (Djen, 2012: 27) seperti yang tersaji
dalam tabel berikut ini.
Tabel 4
Kriteria Rumus N Gain (g)
Interval Interpretasi
g > 0,70 Tinggi
0,30 < g ≤ 0,70 Sedang
g ≤ 0,30 Rendah
2. Analisis Inferensial
Analisis inferensial digunakan untuk menjawab rumusan masalah ke-2 yakni
mengetahui peningkatan cara berpikir kritis siswa setelah diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Data yang
peroleh dalam penelitian ini terdiri dari data hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada
materi program linear. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih daahulu dilakukan
uji prasyarat yakni analisis normalitas dan uji hipotesis dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan :
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Analisis data yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat, dengan rumus:
13.
2
k
o h2
i=1 h
f -f
χ =
f
Keterangan :
2
Chi kuadrat
of Frekuensi yang diamati
hf Frekuensi yang diharapkan
Dengan kriteria: Jika
22
tabhit data normal
Langkah-langkah uji normalitas data adalah sebagai berikut :
a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.
b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
c) Menentukan panjang kelas interval
d) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas.
𝑧 =
𝑥𝑖 − 𝑥̅
𝑠
Dimana :
𝑥𝑖 = Data ke I dari suatu kelompok data
𝑥̅ = Rata-rata kelompok
𝑠 = Simpangan baku
f) Mengubah harga z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan
tabel.
g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva.
h) Membandingkan harga Chi-kuadrat dengan tabel Chi-kuadrat 𝜒2
dengan taraf
signifikan α = 5% dan dk = k – 1
i) Menarik kesimpulan, jika 𝜒2
hitung < 𝜒2
tabel, maka data berdistribusi normal.
b. Uji hipotesis
Setelah diuji prasyarat dan normal, kemudian data diuji dengan statistik Uji-t
dengan rumus dibawah ini (Sugiyono, 2015: 303)
𝑡 =
𝑥̅ − 𝜇 𝑜
𝑠
√ 𝑛
Dimana:
𝑡 : nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑥̅: nilai rata-rata 𝑥𝑖
𝜇 𝑜: nilai yang dihipotesiskan
14. 𝑠: simpangan baku
𝑛: jumlah anggota sampel.
Hipotesis yang diajukan:
𝐻0 :Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa
matematika Semester IV-A tahun ajaran 2015/2016 melalui model
pembelajaran TAI
𝐻1 :Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa
matematika Semester IV-A tahun ajaran 2015/2016 melalui model
pembelajaran TAI
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dengan statistik uji t sebagai berikut:
a. Menghitung rata-rata data.
b. Menghitung simpangan baku.
c. Menghitung harga t.
d. Melihat harga t tabel.
e. Menggambar kurva.
f. Meletakkan kedudukan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dalam kurava yang telah dibuat..
g. Membuatkan keputusan pengujian hipotesis.
Kriteria pengujian adalah terima 𝐻0 jika−𝑡1−
1
2
∝
< 𝑡 < 𝑡1−
1
2
∝
dengan 𝑡1−
1
2
∝
didapat dari daftar distribusi t dengan peluang 1 −
1
2
∝ dan 𝑑𝑘 = (𝑛 − 1). Dalam hal
lainnya, 𝐻0 ditolak. Jika data hasil belajar mahasiswa tidak berdistribusi normal,
maka digunakan uji non parametric, dalam hal ini adalah Wilcoxon matched Pairs.
Alasan peneliti memilih Wilcoxon matched Pairs dikarenakan peneliti memiliki dua
sampel yang berpasangan dan datanya berbentuk ordinal.
Bila sampel pasangan lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati
distribusi normal. Untuk itu digunakan rumus z dalam pengujiannya.
𝑍 =
𝑇 − 𝜇𝑇
𝜎𝑇
Dimana:
T = jumlah jenjang/ rangking yang kecil
𝜇𝑇 =
𝑛 (𝑛 + 1)
4
𝜎𝑇 = √
𝑛 (𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
24
15. Kriteria pengujian untuk wilcoxon matched Pairs adalah 𝐻0 diterima bila harga
jumlah jenjang yang terkecil T (dari perhitungan) lebih besar dari harga T tabel (T
adalah harga wilcoxon). 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, 𝐻0 diterima.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi data ini adalah gambaran dari data yang diperoleh ketika penelitian
dilakukan untuk mendukung pembahasan hasil penelitian. Dari gambaran data ini
dapat dilihat kondisi sebelum dan setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Setelah dan Sebelum
Diterapkannya Moel Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
Data hasil pretest dan posttest merupakan data tes kemampuan berpikir kritis
matematis mahasiswa. Data pretest merupakan hasil tes kemampuan berpikir kritis
matematis mahasiswa sebelum diberikan perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal mahasiswa terhadap materi program linier yang akan diajarkan.
Data posstest merupakan hasil tes kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah
diberikan perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
berpikir kritis mahasiswa setelah diberikan perlakuan. Data hasil tes kemampuan
berpikir kritis mahasiswa pendidikan matematika universitas khairun semester IV-A
disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 5
Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Deskripsi Pretest Posttest
Rata-rata 23,27 58,09
Nilai maksimum 58,33 100
Nilai minimum 0 4
Standar deviasi 15,65 26,79
Berdasarkan data pada tabel diatas secara kesuluruhan nilai posttest tertinggi
yang dicapai siswa adalah 100 sedangkan nilai terendahnya adalah 0. Berdasarkan
kriteria ketuntasan belajar, rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis mahasiswa
belum memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 70. Data hasil kualifikasi dan
presentasi posttest per indikator dalam PAP skala 5 disajikan pada tabel berikut ini.
16. Tabel 6
Data hasil kualifikasi kemampuan mengungkapkan fakta yangdibutuhkan dalam
menyelesaikan suatu masalah
No Tingkat Penguasaan Kualifikasi Frekuensi Presentasi
1 91% - 100% Baik sekali 38 93%
2 ≤ 60% Gagal 3 7%
∑ 41 100%
Data yang disajikan pada tabel 6 diatas menunjukkan bahwa hasil posttest
mahasiswa untuk kualifikasi baik sekali sebanyak 38 mahasiswa dengan presentasi
sebesar 93% dan kualifikasi gagal sebanyak 3 mahasiswa dengan presentasi sebesar
7%.
Tabel 7
Data hasil kualifikasi kemampuan menentukan akibat dari suatu pernyataan yang
diambil sebagai suatu keputusan.
No Tingkat Penguasaan Kualifikasi Frekuensi Presentasi
1 91% - 100% Baik sekali 11 27%
2 71% - 80% Cukup 6 15%
3 ≤ 60% Gagal 24 58%
∑ 41 100%
Data yang disajikan pada tabel 7 diatas menunjukkan bahwa hasil posttest
mahasiswa untuk kualifikasi baik sekali sebanyak 11 mahasiswa dengan presentasi
sebesar 27%, kualifikasi cukup sebanyak 6 mahasiswa dengan presentasi sebesar
15% dan kualifikasi gagal sebanyak 24 mahasiswa dengan presentasi sebesar 58%.
Tabel 8
Data hasil kualifikasi kemampuan mengungkapkan konsep dalam menyelesaikan
suatu masalah
No Tingkat Penguasaan Kualifikasi Frekuensi Presentasi
1 91% - 100% Baik sekali 8 20%
2 71% - 80% Cukup 3 7%
3 ≤ 60% Gagal 30 73%
∑ 41 100%
Data yang disajikan pada tabel 8 diatas menunjukkan bahwa hasil posttest
mahasiswa untuk kualifikasi baik sekali sebanyak 8 mahasiswa dengan presentasi
sebesar 20%, kualifikasi cukup sebanyak 3 mahasiswa dengan presentasi sebesar 7%
dan kualifikasi gagal sebanyak 30 mahasiswa dengan presentasi sebesar 73%.
17. Dari hasil kualifikasi dan presentasi data posttest di atas berdasarkan setiap
indikator, berikut akan ditunjukkan hasil kualifikasi dan presentasi kemampuan
berpikir kriris mahasiswa secara keseluruhan dalam PAP skala 5.
Tabel 9
Data hasil kualifikasi dan presentasi posttest secara keseluruhan
No Tingkat
Penguasaan
Identifikasi Frekuensi Presentasi
91% - 100 % Baik Sekali 8 20%
81% - 90 % Baik 3 7%
71% - 80 % Cukup 1 2%
61% - 70% Kurang 4 10%
< 60% Gagal 25 61%
41 100%∑
Data yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan bahwa hasil posttest
mahasiswa untuk kualifikasi baik sekali sebanyak 8 mahasiswa dengan presentasi
20%, kualifikasi baik sebanyak 3 mahasiswa dengan presentasi sebesar 7%,
kualifikasi cukup sebanyak 1 orang dengan presentasi 2%, kualifikasi kurang 4
mahasiswa dengan presentasi 10% dan kualifikasi gagal sebanyak 25 mahasiswa
dengan presentasi 61%. Deskripsi data tersebut akan diperlihatkan dalam gambar
berikut ini.
Gambar 3
Data Hasil Kualifikasi posttest mahasiswa secara kesuluruhan
Data hasil kualifikasi dan presentasi pretest per indikator dalam PAP skala 5
disajikan pada tabel berikut ini.
20%
7%
2%
10%
61%
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
gagal
18. Tabel 10
Data hasil kualifikasi kemampuan mengungkapkan fakta yangdibutuhkan dalam
menyelesaikan suatu masalah
No Tingkat Penguasaan Kualifikasi Frekuensi Presentasi
1 91% - 100% Baik sekali 10 24%
2 71% - 80% Cukup 4 10%
3 ≤ 60% Gagal 27 66%
∑ 41 100%
Data yang disajikan pada tabel 10 diatas menunjukkan bahwa hasil pretest
mahasiswa untuk kualifikasi baik sekali sebanyak 10 mahasiswa dengan presentasi
sebesar 24%, kualifikasi cukup sebanyak 4 mahasiswa dengan presentasi sebesar
10% dan kualifikasi gagal sebanyak 27 mahasiswa dengan presentasi sebesar 66%.
Tabel 11
Data hasil kualifikasi kemampuan menentukan akibat dari suatu pernyataan yang
diambil sebagai suatu keputusan.
No Tingkat Penguasaan Kualifikasi Frekuensi Presentasi
1 91% - 100% Baik sekali 1 3%
2 71% - 80% Cukup 5 12%
3 ≤ 60% Gagal 35 85%
∑ 41 100%
Data yang disajikan pada tabel 11 diatas menunjukkan bahwa hasil pretest
mahasiswa untuk kualifikasi baik sekali sebanyak 1 mahasiswa dengan presentasi
sebesar 3%, kualifikasi cukup sebanyak 5 mahasiswa dengan presentasi sebesar 12%
dan kualifikasi gagal sebanyak 35 mahasiswa dengan presentasi sebesar 85%.
Tabel 12
Data hasil kualifikasi kemampuan mengungkapkan konsep dalam menyelesaikan
suatu masalah
No Tingkat Penguasaan Kualifikasi Frekuensi Presentasi
1 71% - 80% Cukup 3 7%
2 ≤ 60% Gagal 38 93%
∑ 41 100%
Data yang disajikan pada tabel 12 diatas menunjukkan bahwa hasil pretest
mahasiswa untuk kualifikasi cukup sebanyak 3 mahasiswa dengan presentasi sebesar
7% dan kualifikasi gagal sebanyak 38 mahasiswa dengan presentasi sebesar 93%.
Dari hasil kualifikasi dan presentasi data pretest di atas berdasarkan setiap
indikator, berikut akan ditunjukkan hasil kualifikasi dan presentasi kemampuan
berpikir kriris mahasiswa secara keseluruhan dalam PAP skala 5.
19. Tabel 13
Data hasil kualifikasi dan presentasi pretest secara keseluruhan
No Tingkat
Penguasaan
Identifikasi Frekuensi Presentasi
1 < 60% Gagal 41 100%
∑ 41 100%
Data yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan bahwa hasil prettest untuk
mahasiswa yang mengikuti tes teridentifikasi gagal dengan dengan presentasi 100%.
Gambar 4
Data Hasil Kualifikasi pretest mahasiswa secara kesuluruhan
2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Setelah
Diterapkannya Model Pembelan Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
Tabel 14
Peningkatan kemampuan Bepikir Kritis
Rata-rata Pretest Rata-rata Posttest N-Gein Interpretasi
23,27 58,09 0,4538 Sedang
Dari data yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata sebelum
dan sesudah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TAI berturut-turut
adalah 23,27 dan 58,09, sehingga peningkatan dapat dilihat pada selisih nilai rata-
ratanya yakni 34,82. Kemudian dari hasil, komputasi diperoleh peningkatan
100%
baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
gagal
20. kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa dengan menggunakan rumus N-
Gain yaitu sebesar 0,4538 dengan interpretasi sedang.
B. Pengujian Prasyaratan Analisis
Data yang digunakan pada analisis inferensial ini adalah data yang diperoleh
setelah perlakuan. Data setelah perlakuan digunakan untuk melakukan pengujian
hipotesis, yaitu mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan
menggunakan model pembelajaran kooperati tipe TAI. Pengujian prasyarat analisis
data yakni uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan cara manual. Hasil uji normalitas sebelum
perlakuan dan setelah perlakuan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 15
Hasil Uji Normalitas
Data Variabel 𝑿 𝟐
𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝑿 𝟐
𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍
Pretest Kemampuan berpikir kritis −4,39 12,592
Posttest Kemampuan berpikir kritis 1,315966 12,592
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa setiap data akan menghasilkan
𝑋2
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang berarti 𝐻0 diterima. Oleh karena 𝐻0 maka dapat
disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis peningkatan berfikir kritis dilakukan dengan menggunakan one
sample t-test. Uji ini dilakukan untuk mengetahui terdapat peningkatan atau tidak
kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa setelah diterapkannya model
pembelajaran TAI. Hasil uji one sample t-test dengan uji dua pihak disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 16
Hasil uji Hipotesis peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
Variabel Data 𝒅𝒌 Taraf
signifikansi
𝒕 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍
Kemampuan berpikir
kritis matematis
posttest 40 0,05 −9,86 2,01
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel diatas diperoleh
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tidak berada diantara 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (−2,01 > −9,86 < 2,01). Dimana hal ini
21. menunjukkan bahwa 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Oleh karena 𝐻1 diterima maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TAI
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelum diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, hasil
kemampuan berpikir kritis mahasiswa semester IV-A program studi pend.
matematika Universitas Khairun rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kritis
mahasiswa terlihat dari analisis data pretest yang menunjukkan 41 mahasiswa yang
mengikuti tes awal semuanya terindetifikasi gagal atau tidak ada mahasiswa yang
mencapai nilai ketuntasan minimal.
Pada saat penelitian, model pembelajaran kooperatif diterapkan. Setiap
mahasiswa diberikan dua soal pertama untuk dikerjakan sebagai latihan
kemampuannya sendiri. Setelah itu mahasiswa akan dibawa ke kelompok-kelompok
untuk mendiskusikan latihan yang sebelumnya diberikan, di dalam kelompok siswa
secara berkelompok saling bekerja sama untuk memecahkan soal yang diberikan dan
semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai
tanggung jawab bersama. Perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompok, kelompok lain memberi tanggapan pertanyaan dan pada akhirnya
evaluasi hasil diskusi dan penyempurnaan jawaban oleh peneliti.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa setelah diteapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Setelah proses penelitian berakhir, berikut ini adalah interpretasi dari analisi hasil
penelitian.
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Setelah Diterapkannya
Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
Berdasarkan analisis hasil penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa hasil
kualifikasi dan presentasi untuk indikator kemampuan mengungkapkan fakta yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah secara keseluruhan kualifikasi yang
paling banyak yakni kualifikasi baik sekali dengan presentasi sebesar 93%. Berikut
hasil kerja dari salah satu mahasiswa dalam menuliskan fakta yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan masalah.
Gambar 5
Hasil kerja mahasiswa dalam mengungkapkan fakta
22. Berdasarkan hasil kerja mahasiswa di atas, nampak bahwa mahasiswa
mengungkapkan fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah dengan benar
dan tidak ada kesalahan. Hal ini karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa
dalam kelompok sangat aktif untuk berdiskusi. Keberhasilan mahasiswa dalam
mengungkapkan fakta yang dibutuhkan karena siswa benar-benar memahami unsur-
unsur yang terdapat di dalam masalah sehingga mahasiswa mengungkapkan fakta
jelas.
Indikator kemampuan menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil
sebagai suatu keputusan diperoleh secara keseluruhan kualifikasi yang paling banyak
yakni kualifikasi gagal dengan presentasi 58%. Berikut hasil kerja mahasiswa dalam
menentukan akibat dari pernyataan yang diambil.
Gambar 6
Hasil kerja mahasiswa dalam mengungkapkan akibat dari suatu pernytaan
Berdasarkan hasil kerja mahasiswa dalam mengungkapkan akibat dari suatu
pernyataan, nampak bahwa jawaban mahasiswa tersebut sudah benar tetapi masih
terdapat beberapa kesalahan. Hal ini terlihat dari tidak diubahnya satuan dalam
masalah. Seharusnya, kg dirubah ke dalam satuan gram sehingga 4 kg menjadi 4000
gram dan 12 kg menjadi 12000.
Indikator kemampuan menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil
sebagai suatu keputusan diperoleh secara keseluruhan kualifikasi yang sedang yakni
kualifikasi baik sekali dengan presentasi 20%. Berikut hasil kerja mahasiswa dalam
menentukan akibat dari pernyataan yang diambil dalam kategori baik sekali.
23. Gambar 7
Hasil Posttest Mahasiswa Kategori Baik sekali Indikator kedua
Berdasarkan posttest mahasiswa di atas, nampak bahwa mahasiswa menentukan
akibat dari pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan dengan benar dan tidak
ada kesalahan. Hal ini karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa dalam
kelompok sangat aktif untuk berdiskusi. Keberhasilan mahasiswa dalam
mengungkapkan fakta yang dibutuhkan karena siswa benar-benar memahami unsur-
unsur yang terdapat di dalam masalah sehingga mahasiswa mengungkapkan fakta
jelas.
Indikator kemampuan mengungkapkan konsep dalam menyelesaikan suatu
masalah diperoleh secara keseluruhan kualifikasi yang paling banyak yakni
kualifikasi gagal dengan presentasi sebesar 73%. Berikut ini hasil kerja mahasiswa
dalam mengungkapkan konsep dalam menyelesaikan suatu masalah.
24. Gambar 8
Hasil kerja mahasiswa dalam mengungkapkan konsep
Berdasarkan hasil kerja mahasiswa dalam mengungkapkan konsep dalam
menyelesaikan masalah, Nampak jawaban siswa hampir benar. Kesalahannya pada
penentuan baris kunci dan kolom kunci untuk tabel pertama. Karena pada tabel
pertama sudah salah akan menghasilkan hasil yang salah pula. Banyak faktor yang
menjadi penyebab kesalahan mahasiswa tersebut, diantaranya tidak mengikuti proses
pembimbingan/ perlakuan dalam penelitian ini
25. Gambar 9
Hasil Posttest Mahasiswa Kategori Baik sekali Indikator ketiga
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individuallization (TAI). Hasil penelitian juga memberikan gambaran
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa semester IV-A program studi pendidikan
matematika fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas khairun, melalui 3
tahapan pembelajaran yaitu : (1) tahap team yang menekankan pada pemberian
materi, apersepsi dan pengetahuan awal siswa; (2) tahap assisted yang menekankan
pada optimalisasi diskusi kelompok; (3) tahap individuallization yang menekankan
pada kemampuan siswa dalam mengungkapkan hasil pemikiran mereka untuk
mengetahui bagaimana target belajar yang dicapai siswa. Peningkatan ini sebagai
26. hasil dari bantuan LKS dan diskusi atau interaksi kelas yang dilakukan dalam
mengerjakan LKS. Jadi faktor penentunya dominan pada tahap assisted adalah siswa
yang belajar dengan kelompok yang terstruktur cenderung lebih kooperatif dan lebih
banyak saling membantu satu sama lain ketimbang belajar sendiri.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa semester IV-A
Universitas Khairun Ternate tahun ajaran 2015/2016 setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individuallization (TAI)
diinterpretasikan sedang.
2. Terdapat peningkatan cara berpikir kritis mahasiswa setelah diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individuallization (TAI).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan memperhatikan kendala yang dialami saat
penelitian maka saran yang dapat menjadi pertimbangan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individuallization (TAI)
sebaiknya diterapkan dalam proses belajar mengajar khususnya pada materi
matematika selain program linier sebab terbukti dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis.
2. Mengingat banyaknya materi, maka guru harus mengefisiensikan model
pembelajaran dengan waktu yang tersedia agar target pembelajaran dapat
tercapai. Hal ini penting dilakukan karena penerapan model pembelajaran
membutuhkan waktu yang relative lebih panjang daripada pembelajaran tanpa
menggunakan model pembelajaran (pembelajaran konvensional).
27. DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syaiful. 2011. Psikologi Belajar edisi Revisi. Jakarta: Rineke Cipta.
Djen, Zainudin. Muhammad. 2012. Efisiensi Alat Peraga dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas V Pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan dengan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Skripsi, Universitas
Khairun, Ternate.
Fathurrohman, M. 2006. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Hamzah, A. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Grafinda Prasada.
Mulyatiningsi. 2011. Metodologi penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan Research and Development.
Bandung: Alfabeta.
Wijaya, Cece. 2007. Pendidkan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya
Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.