Upacara dalam agama Buddha bertujuan untuk menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur Sang Tiratana, memperkuat keyakinan, serta membina sikap batin yang luhur seperti cinta kasih, belas kasihan, simpati, dan keseimbangan. Terdapat dua cara pemujaan yaitu Amisa Puja yang melibatkan persembahan dan Patipatti Puja yang melalui pelaksanaan ajaran. Patipatti Puja dianggap lebih unggul karena
Tiratana merujuk pada tiga permata yang sangat berharga yaitu Buddha sebagai guru, Dhamma sebagai ajaran, dan Sangha sebagai siswa yang berhasil. Tiratana dianggap sebagai perlindungan karena ketiganya memiliki nilai yang tidak ternilai dan sulit ditemukan, merepresentasikan kebebasan dari nafsu duniawi melalui pencapaian Nibbana.
Dokumen ini merangkum khotbah pertama Sang Buddha setelah mencapai pencerahan. Sang Buddha mengajarkan Jalan Tengah Berunsur Delapan dan Empat Kebenaran Mulia kepada lima petapa. Salah satu petapa, Kondabba, memahami ajaran tersebut dan menjadi orang pertama yang mencapai pencerahan. Khotbah ini memulai penyebaran ajaran Dhamma Sang Buddha.
Dokumen tersebut membahas tentang paritta, termasuk definisi, asal-usul, manfaat, dan kekuatan paritta. Paritta dijelaskan sebagai mantra Buddhis yang dibacakan untuk perlindungan dan kesejahteraan. Beberapa contoh paritta disebutkan beserta kisah dan maknanya. Kekuatan paritta berasal dari kebenaran, moral, kasih sayang, suara, dan konsentrasi. Pembacaan paritta dapat memberi manfaat jas
Tiratana merujuk pada tiga permata yang sangat berharga yaitu Buddha sebagai guru, Dhamma sebagai ajaran, dan Sangha sebagai siswa yang berhasil. Tiratana dianggap sebagai perlindungan karena ketiganya memiliki nilai yang tidak ternilai dan sulit ditemukan, merepresentasikan kebebasan dari nafsu duniawi melalui pencapaian Nibbana.
Dokumen ini merangkum khotbah pertama Sang Buddha setelah mencapai pencerahan. Sang Buddha mengajarkan Jalan Tengah Berunsur Delapan dan Empat Kebenaran Mulia kepada lima petapa. Salah satu petapa, Kondabba, memahami ajaran tersebut dan menjadi orang pertama yang mencapai pencerahan. Khotbah ini memulai penyebaran ajaran Dhamma Sang Buddha.
Dokumen tersebut membahas tentang paritta, termasuk definisi, asal-usul, manfaat, dan kekuatan paritta. Paritta dijelaskan sebagai mantra Buddhis yang dibacakan untuk perlindungan dan kesejahteraan. Beberapa contoh paritta disebutkan beserta kisah dan maknanya. Kekuatan paritta berasal dari kebenaran, moral, kasih sayang, suara, dan konsentrasi. Pembacaan paritta dapat memberi manfaat jas
Chapter 4 of Bhagavad Geeta gives the path of Jnana Yoga, the path-of-Knowledge, the main archway through which all pilgrims must pass to reach the SELF. Sri Krishna here reveals His Divine Nature. Action is defined in its widest form. Various techniques of Yajna to attain the Supreme Knowledge are indicated. How to attain the ultimate Knowledge from a Guru is explained. SELF-KNOWLEDGE is extolled as the ultimate aim of man.
Sutra Delapan Kesadaran Agung adalah salah satu kitab suci agama Buddha yang mengajarkan delapan kesadaran untuk mencapai pencerahan. Sutra ini diajarkan oleh Buddha sebelum mencapai nirwana dan berisi delapan ajaran untuk menjadi manusia agung dan mencapai tingkat pencerahan. Sutra ini termasuk ke dalam aliran Mahayana yang dianut negara-negara seperti Tiongkok, Bhutan, dan Nepal.
Sang Buddha menjelaskan bahwa Sunakkhatta hanya dapat melihat makhluk surgawi tetapi tidak mendengar suara mereka karena hanya melakukan meditasi dengan fokus pada satu objek dan arah. Sang Buddha menyarankan untuk melatih fokus pada objek penglihatan dan pendengaran secara bersamaan agar dapat melihat dan mendengar makhluk surgawi. Sang Buddha juga menjelaskan tingkat pencapaian yang lebih tinggi bagi bhikkhu
O hinduísmo teve sua origem há 1500 anos a.C. na Índia, não tendo um fundador único. Acredita-se no sistema de castas determinado pelo criador, com quatro castas principais. Os hindus acreditam no carma e na reencarnação, podendo renascer em castas mais altas ou baixas ou como animais. Existem três caminhos para a salvação do ciclo de renascimentos: através do sacrifício, do conhecimento ou da devoção.
Dokumen tersebut membahas tentang Cetasika, yaitu bentuk-bentuk mental atau faktor-faktor mental yang bersekutu dengan Citta. Terdapat 52 jenis Cetasika yang dikelompokkan menjadi 13 Cetasika Aññasamāna, 14 Cetasika Akusala, dan 25 Cetasika Sobhana. Cetasika 52 ini memiliki karakteristik yang muncul, padam, memiliki objek, dan landasan yang sama dengan Citta. Cetasika sangat pent
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian bodhisatta sebagai calon Buddha, tiga kelompok bodhisatta berdasarkan kekuatan kebijaksanaan, keyakinan, dan semangat, serta syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh bodhisatta untuk menjadi Buddha.
1. Bhikkhu Kumara Kassapa memberikan berbagai perumpamaan untuk membantah pandangan keliru Pangeran Payasi mengenai tidak adanya kehidupan setelah kematian dan akibat perbuatan.
2. Perumpamaan-perumpamaan tersebut meliputi hukuman di alam neraka, kebahagiaan di surga, perbandingan waktu di alam manusia dan dewa, akibat perbuatan baik dan buruk, serta bukti adanya jiwa yang terpisah dari tubuh.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi bidan, standar praktek kebidanan, dan registrasi praktek bidan. Definisi bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui negara dan memenuhi syarat. Standar praktek kebidanan terdiri atas sembilan standar yang mengatur pelaksanaan asuhan kebidanan. Registrasi dan SIPB diperlukan bagi bidan untuk melakukan praktek berdasarkan peraturan yang berlaku.
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHAEmilia Wati
Dokumen tersebut merangkum tentang sejarah, ajaran, dan praktik agama Buddha. Mulai dari asal usul Sang Buddha Siddhartha Gautama, empat kebenaran mulia, lima sila, hingga perayaan-perayaan utama umat Buddha. [/ringkasan]"
Chapter 4 of Bhagavad Geeta gives the path of Jnana Yoga, the path-of-Knowledge, the main archway through which all pilgrims must pass to reach the SELF. Sri Krishna here reveals His Divine Nature. Action is defined in its widest form. Various techniques of Yajna to attain the Supreme Knowledge are indicated. How to attain the ultimate Knowledge from a Guru is explained. SELF-KNOWLEDGE is extolled as the ultimate aim of man.
Sutra Delapan Kesadaran Agung adalah salah satu kitab suci agama Buddha yang mengajarkan delapan kesadaran untuk mencapai pencerahan. Sutra ini diajarkan oleh Buddha sebelum mencapai nirwana dan berisi delapan ajaran untuk menjadi manusia agung dan mencapai tingkat pencerahan. Sutra ini termasuk ke dalam aliran Mahayana yang dianut negara-negara seperti Tiongkok, Bhutan, dan Nepal.
Sang Buddha menjelaskan bahwa Sunakkhatta hanya dapat melihat makhluk surgawi tetapi tidak mendengar suara mereka karena hanya melakukan meditasi dengan fokus pada satu objek dan arah. Sang Buddha menyarankan untuk melatih fokus pada objek penglihatan dan pendengaran secara bersamaan agar dapat melihat dan mendengar makhluk surgawi. Sang Buddha juga menjelaskan tingkat pencapaian yang lebih tinggi bagi bhikkhu
O hinduísmo teve sua origem há 1500 anos a.C. na Índia, não tendo um fundador único. Acredita-se no sistema de castas determinado pelo criador, com quatro castas principais. Os hindus acreditam no carma e na reencarnação, podendo renascer em castas mais altas ou baixas ou como animais. Existem três caminhos para a salvação do ciclo de renascimentos: através do sacrifício, do conhecimento ou da devoção.
Dokumen tersebut membahas tentang Cetasika, yaitu bentuk-bentuk mental atau faktor-faktor mental yang bersekutu dengan Citta. Terdapat 52 jenis Cetasika yang dikelompokkan menjadi 13 Cetasika Aññasamāna, 14 Cetasika Akusala, dan 25 Cetasika Sobhana. Cetasika 52 ini memiliki karakteristik yang muncul, padam, memiliki objek, dan landasan yang sama dengan Citta. Cetasika sangat pent
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian bodhisatta sebagai calon Buddha, tiga kelompok bodhisatta berdasarkan kekuatan kebijaksanaan, keyakinan, dan semangat, serta syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh bodhisatta untuk menjadi Buddha.
1. Bhikkhu Kumara Kassapa memberikan berbagai perumpamaan untuk membantah pandangan keliru Pangeran Payasi mengenai tidak adanya kehidupan setelah kematian dan akibat perbuatan.
2. Perumpamaan-perumpamaan tersebut meliputi hukuman di alam neraka, kebahagiaan di surga, perbandingan waktu di alam manusia dan dewa, akibat perbuatan baik dan buruk, serta bukti adanya jiwa yang terpisah dari tubuh.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi bidan, standar praktek kebidanan, dan registrasi praktek bidan. Definisi bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui negara dan memenuhi syarat. Standar praktek kebidanan terdiri atas sembilan standar yang mengatur pelaksanaan asuhan kebidanan. Registrasi dan SIPB diperlukan bagi bidan untuk melakukan praktek berdasarkan peraturan yang berlaku.
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHAEmilia Wati
Dokumen tersebut merangkum tentang sejarah, ajaran, dan praktik agama Buddha. Mulai dari asal usul Sang Buddha Siddhartha Gautama, empat kebenaran mulia, lima sila, hingga perayaan-perayaan utama umat Buddha. [/ringkasan]"
1. Agama Buddha memenuhi kriteria sebagai agama karena memiliki keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Buddha Gautama sebagai pendirinya, kitab suci Tipitaka, umat, tempat ibadah, dan ritual keagamaan.
2. Kriteria Agama Buddha ditetapkan pada tahun 1979 dan direvisi pada 1986, mencakup keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Tri Ratna, Hukum Karma, dan Nirvana.
3. Semua sekte Agama Buddha di Indonesia men
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar agama Buddha seperti empat kesunyatan mulia, hukum karma, dan kitab-kitab Tripitaka yang merupakan sumber utama ajaran Buddha.
Dokumen tersebut merangkum tentang agama Buddha, mulai dari sejarah Sang Buddha Siddhartha Gautama, inti ajarannya seperti Catur Arya Satya, kitab suci Tripitaka, tiga aliran utama (Theravada, Mahayana, dan Vajrayana), serta beberapa peringatan agama Buddha.
Budisme dan Hinduisme adalah agama utama di Asia Selatan. Budisme diasaskan oleh Siddhartha Gautama yang mencari jawapan kepada empat persoalan utama melalui meditasi. Hinduisme pula merupakan agama tertua di dunia yang menekankan etika moral dan sosial berdasarkan kitab suci Vedas. Kedua-dua agama ini membantu pembangunan sahsiah melalui amalan kebajikan dan perayaan.
Teks tersebut menjelaskan sepuluh cara untuk melakukan perbuatan baik menurut ajaran Buddha, yaitu dana, sila, bhavana, apacayana, veyyavacca, pattidana, pattanumodana, dhammasavana, dhammadesana, dan ditthujukamma. Teks tersebut juga menganjurkan untuk melakukan kebajikan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan, serta menghindari menunda-nunda kebajikan.
Umat Buddha berlindung pada tiga perlindungan (Tisarana) yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mengucapkan paritta Tisarana dianggap cukup untuk menjadi umat Buddha. Tisarana memberi manfaat seperti berpikir dan berperilaku yang lebih baik serta dapat mencapai pencerahan.
1. Dokumen ini membahas tentang empat jenis pemurnian pengetahuan dan penglihatan (ñāṇadassanavisuddhi) yang terjadi pada empat tingkatan kesadaran arah (magga), yaitu Sotapatti, Sakadagami, Anagami, dan Arahat.
2. Setiap kesadaran magga menghilangkan beberapa jenis belenggu (samyojana) dan menyingkirkan berbagai jenis karma dan hasilnya (vipaka).
3. D
[Ringkasan]
Bab 6 kitab Abhidhammatthasaṅgaha membahas tentang Rūpa atau materi yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu Nipphanna Rūpa sebanyak 18 jenis materi yang terbentuk nyata dan Anipphanna Rūpa sebanyak 10 jenis materi yang tidak terbentuk nyata. Nipphanna Rūpa terdiri atas empat unsur dasar yang besar (Mahābhūta) yaitu tanah, air, api dan angin, beserta 14 jenis materi yang
Dokumen tersebut membahas hubungan antara pikiran dan tubuh serta bagaimana meditasi dan yoga dapat meningkatkan energi positif dalam tubuh untuk mencapai keseimbangan jasmani dan rohani sehingga mencegah berbagai penyakit. Dengan melatih pikiran untuk melepaskan stres melalui meditasi, fungsi tubuh dapat berjalan lebih optimal.
The document discusses the turning of the Dhamma wheel. It refers to when the Buddha first taught the Dhamma and four disciples understood his teachings, marking the beginning of the Buddhist tradition. The Buddha's first teaching helped others reach enlightenment and nirvana by following the Noble Eightfold Path, establishing the four noble truths of suffering, its cause, its cessation, and the path to its cessation.
Pemerintah Indonesia berencana memperluas program vaksinasi COVID-19 ke seluruh provinsi. Target vaksinasi akan dicapai dengan melibatkan tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit di seluruh Indonesia untuk membantu proses vaksinasi. Program vaksinasi diperluas untuk mencapai herd immunity sehingga dapat memperlambat dan menghentikan pandemi COVID-19 di Indonesia.
Pemerintah Indonesia berencana memperluas program vaksinasi COVID-19 ke seluruh provinsi. Target vaksinasi akan dicapai dengan melibatkan tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit untuk membantu proses vaksinasi. Vaksinasi diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi dan aktivitas masyarakat.
3. PEMBAHASAN HARI INI
1. Pengertian upacara
2. Sejarah terjadinya upacara dalam ajaran
Buddha
3. Dua cara pemujaan
4. Makna upacara
5. Manfaat upacara
6. Sikap dalam upacara
7. Cara melakukan upacara yang benar
4. 1. Pengertian upacara
Suatu cetusan hati nurani manusia terhadap suatu
keadaan
Sebagai salah satu bentuk kebudayaan dapat kita
selenggarakan sesuai dengan tradisi dan perkembangan
jaman asalkan selalu didasarkan pada pandangan benar
Buddha Dhamma sebagai ajaran universal, tidak
mengalami perubahan (pengurangan maupun
tambahan) . Oleh sebab itu, manifestasi pemujaan kita
pada Tiratana yang dijelmakan dalam bentuk upacara
dan cara kebaktian hendaknya tetap didasari dengan
pandangan benar sehingga tidak menyimpang dari
Buddha Dhamma itu sendiri.
5. 2. Sejarah terjadinya upacara dalam agama
Buddha
1. Sang Buddha tidak pernah mengajar cara upacara. Sang
Buddha hanya mengajarkan Dhamma agar semua makhluk
terbebas dari penderitaan.
2. Upacara yang ada pada saat itu hanyalah upacara penahbisan
bhikkhu dan samanera.
3. Upacara yang sekarang ini kita lihat merupakan perkembangan dari
kebiasaan yang ada, yang terjadi sewaktu Sang Buddha masih
hidup, yaitu yang disebut ‘Vattha’, yang artinya kewajiban yang
harus dipenuhi oleh para bhikkhu seperti merawat Sang Buddha,
membersihkan ruangan, mengisi air, dan sebagainya; dan
kemudian mereka semua bersama dengan umat lalu duduk
mendengarkan khotbah Sang Buddha.
4. Setelah Sang Buddha parinibbana, para bhikkhu dan umat tetap
berkumpul untuk mengenang Sang Buddha dan menghormat Sang
Tiratana, yang sekaligus merupakan kelanjutan kebiasaan Vattha.
6. 3. Dua cara pemujaan
Amisa puja
Patipatti puja
7. Makna Amisa Puja
Secara harafiah berarti pemujaan dengan persembahan.
Kitab Mangalattha-dipani menguraikan empat hal yang
perlu diperhatikan dalam menerapkan Amisa Puja ini,
yaitu :
a. Sakkara:
memberikan persembahan materi (dupa, lilin & bunga)
b. Garukara :
menaruh kasih serta bakti terhadap nilai-nilai luhur
(Tiratana)
c. Manana :
memperlihatkan rasa percaya/yakin (datang , lihat dan
laksanakan)
d. Vandana :
menguncarkan ungkapan atau kata persanjungan.
8. Agar Amisa Puja dapat dilakukan
sebaik-baiknya:
a. Vatthu sampada :
kesempurnaan materi
b. Cetana sampada :
kesempurnaan dalam kehendak
c. Dakkhineyya sampada :
kesempurnaan dalam obyek pemujaan
9. Sejarah Amisa Puja
Asal mulanya berasal dari kebiasaan
Bhikkhu Ananda yang selalu merawat
Sang Buddha
10. Patipatti Puja
Makna Patipatti Puja
1. Secara harafiah berarti pemujaan dengan pelaksanaan. Sering juga
disebut sebagai Dhammapuja. Menurut Kitab Paramatthajotika,
yang dimaksud ‘pelaksanaan’ dalam hal ini adalah :
a. Berlindung pada Tisarana (Tiga Perlindungan), yakni Buddha,
Dhamma, dan Ariya Sangha
b. Serta bertekad untuk melaksanakan Panca Sila Buddhis (Lima
Kemoralan) yakni pantangan untuk membunuh, mencuri, ber-
buat asusila, berkata yang tidak benar, menghindari makanan /
minuman yang menyebabkan lemahnya kewaspadaan.
c. Bertekad melaksanakan Atthanga Sila (Delapan Sila) pada hari-
hari Uposatha
d. Berusaha menjalankan Parisuddhi Sila (Kemurnian Sila), yaitu :
Pengendalian diri dalam tata tertib (Patimokha-samvara)
Pengendalian enam indera (Indriya-samvara)
Mencari nafkah hidup secara benar (Ajiva-parisuddhi)
Pemenuhan kebutuhan hidup yang layak (Paccaya-sanissita)
11. Pahala Patipatti Puja
Dalam Sutta Pitaka bagian Anguttara Nikaya,
Dukanipata, dengan sangat jelas Sang Buddha Gotama
menandaskan demikian:
”Duhai para bhikkhu, ada dua cara pemujaan, yaitu
Amisa Puja dan Dhamma Puja. Di antara dua cara
pemujaan ini, Dhamma Puja (Patipatti Puja) adalah yang
paling unggul”.
Dengan demikian sudah selayaknya jika umat Buddha
lebih menekankan pada pelaksanaan Patipatti Puja
dibandingkan Amisa Puja.
Umat Buddha sebisa mungkin melakukan kedua-duanya
12. Sejarah Patipatti Puja
Cerita tentang Bhikkhu Tissa dalam kitab Dhammapada
Atthakatha syair 205, yang bertekad berpraktik Dhamma
hingga berhasil menjelang empat bulan lagi Sang
Buddha parinibbana. Dalam hal tersebut Sang Buddha
bersabda:
”Duhai para bhikkhu, barang siapa mencintai-Ku, ia
hendaknya bertindak seperti Tissa. Karena, mereka yang
memuja-Ku dengan mempersembahkan berbagai bunga,
wewangian, dan lain-lain, sesungguhnya belumlah bisa
dikatakan memuja-Ku dengan cara yang tertinggi /
terluhur. Sementara itu, seseorang yang melaksanakan
Dhamma secara benar itulah yang patut dikatakan telah
memuja-Ku dengan cara tertinggi / terluhur”.
13. Peristiwa yang mirip juga terjadi atas diri bhikkhu Attadattha,
sebagaimana yang dikisahkan dalam kitab Dhammapada
Atthakatha syair 166.
Menyadari betapa penting hal tersebut untuk dipahami
dengan jelas, Sang Buddha secara resmi juga menandaskan
kembali kepada Ananda Thera demikian :
”Duhai Ananda, penghormatan, pengagungan, dan pemujaan
dengan cara tertinggi / terluhur bukanlah dilakukan dengan
memberikan per-sembahan bunga, wewangian, nyanyian, dan
sebagainya. Akan tetapi Ananda, apabila seseorang bhikkhu,
bhikkhuni, upasaka, atau upasika, berpegang teguh pada
Dhamma, hidup sesuai dengan Dhamma, bertingkah laku
selaras dengan Dhamma, maka orang seperti itulah yang
sesungguhnya telah melakukan penghormatan, pengagungan,
dan pemujaan dengan cara tertinggi / terluhur. Karena itu
Ananda, berpegang teguhlah pada Dhamma, hiduplah sesuai
dengan Dhamma, dan bertingkah lakulah selaras dengan
Dhamma. Dengan cara demikianlah engkau seharusnya
melatih diri”.
14. • Penerapan Patipatti Puja secara
telak dapat menepiskan
anggapan salah masyarakat
umum bahwa agama Buddha
tidak lebih hanyalah suatu
agama ritualistis (peribadatan /
persembahyangan) belaka.
15. 4. Makna upacara
Semua bentuk upacara agama Buddha,
sebenarnya terkandung prinsip-prinsip sbb :
Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur
Sang Tiratana
Memperkuat keyakinan (Saddpha) dengan tekad
(Adhitthana)
Membina empat sikap batin luhur (Brahma
Vihara)
Mengulang dan merenungkan kembali khotbah-
khotbah Sang Buddha
Melakukan Anumodana, yaitu ‘melimpahkan’
(memberikan inspirasi) jasa perbuatan baik kita
kepada makhluk lain
16. 5. Manfaat upacara
Saddha : keyakinan dan bakti akan tumbuh berkembang
Brahmavihara : empat kediaman / keadaan batin yang
luhur akan berkembang, yaitu
metta, cinta kasih universal
karuna, belas kasihan
mudita, simpati atas kebahagiaan/kelebihan mahluk lain
Upekkha, seimbang dalam suka maupun duka
Samvara : indera akan terkendali
Santutthi : puas
Santi : damai
Sukha : bahagia
17. Terdapat 4 macam kebahagiaan bagi umat
Buddha yaitu :
1. Atthi Sukha : kebahagiaan karena puas
dengan apa yang dimiliki .
2. Bhoga Sukha : kebahagiaan karena dapat
mempergunakan kekayaan.
3. Anana Sukha : kebahagiaan karena tidak
memiliki hutang.
4. Anavaja Sukha : kebahagiaan karena tidak
melakukan perbuatan tercela.
18. 6. Sikap dalam upacara
a. Sikap menghormat:
Anjali
Namakara
Padakkhina
b. Sikap membaca paritta:
Khidmat dan penuh perhatian
Dibaca secara benar sesuai kaidah ejaan-nya
c. Sikap bersamadhi:
Rileks
Memusatkan pikiran kepada objek meditasi
19. 7. Cara melakukan upacara yang benar
Mengerti akan makna upacara seperti
yang telah diuraikan .
Setiap melakukan upacara harus benar-
benar memahami apa yang dilakukan,
bukan semata-mata tradisi yang mengikat
yang tidak membawa kita pada
pembebasan (Silabbataparamasa-
samyojjana).