Dokumen tersebut membahas tentang prinsip analisis turbidimetri dan nefelometri. Analisis turbidimetri didasarkan pada pengukuran intensitas cahaya yang diteruskan melalui larutan yang mengandung partikel terdispersi, sedangkan analisis nefelometri didasarkan pada pengukuran intensitas cahaya yang disebarkan. Kedua teknik ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat dalam larutan dengan menganalisis interaksi cahaya
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah alat analisis yang menggunakan prinsip serapan radiasi oleh atom bebas untuk menentukan kadar unsur logam dan metaloid dalam sampel. SSA terdiri dari lampu katoda, tabung gas, monokromator, detektor, dan sistem pengolah data untuk mengukur serapan cahaya oleh atom-atom logam yang dihasilkan dari proses atomisasi sampel. Alat ini berfungsi untuk menganalisis kad
1. Spektroskopi emisi atom (AES) adalah studi tentang radiasi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi dan ion monoatomik. 2. Prinsip AES didasarkan pada emisi sinar dengan panjang gelombang karakteristik untuk unsur yang dianalisa. 3. Prinsip AES memanfaatkan eksitasi atom oleh sumber energi untuk memancarkan radiasi yang mengidentifikasi unsur.
Analisis kation dilakukan dengan memisahkan kation ke dalam 5 golongan berdasarkan sifat kimia dan reaksi identifikasi. Kation dalam setiap golongan akan bereaksi dengan pereaksi khusus untuk membentuk endapan tertentu yang memungkinkan identifikasi kation. Golongan 1 akan mengendap dengan asam klorida, golongan 2 dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam, dan seterusnya.
Laporan praktikum ini membahas tentang pengujian kesadahan air dengan metode titrasi kompleksometri. Metode ini melibatkan pembentukan kompleks antara ion logam Ca2+ dan Mg2+ dengan EDTA sebagai titran. Titik akhir ditandai perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Hasil pengukuran kesadahan air dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesadahan air, yaitu air lunak, sedang, keras, atau sangat
Dokumen tersebut membahas tentang spektroskopi analisis instrumen yang menerangkan spektroskopi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara materi dan radiasi elektromagnetik. Metode pengukuran berdasarkan spektroskopi dibedakan menjadi spektroskopi molekuler dan atom, serta berbagai jenis spektroskopi berdasarkan sumber energi radiasinya.
Turbidimeter digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan air dengan memancarkan cahaya ke dalam sampel dan mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan. Alat ini perlu dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan sampel standar sebelum digunakan untuk mengukur sampel, dengan rentang kalibrasi 0,01 NTU hingga 7500 NTU.
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah alat analisis yang menggunakan prinsip serapan radiasi oleh atom bebas untuk menentukan kadar unsur logam dan metaloid dalam sampel. SSA terdiri dari lampu katoda, tabung gas, monokromator, detektor, dan sistem pengolah data untuk mengukur serapan cahaya oleh atom-atom logam yang dihasilkan dari proses atomisasi sampel. Alat ini berfungsi untuk menganalisis kad
1. Spektroskopi emisi atom (AES) adalah studi tentang radiasi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi dan ion monoatomik. 2. Prinsip AES didasarkan pada emisi sinar dengan panjang gelombang karakteristik untuk unsur yang dianalisa. 3. Prinsip AES memanfaatkan eksitasi atom oleh sumber energi untuk memancarkan radiasi yang mengidentifikasi unsur.
Analisis kation dilakukan dengan memisahkan kation ke dalam 5 golongan berdasarkan sifat kimia dan reaksi identifikasi. Kation dalam setiap golongan akan bereaksi dengan pereaksi khusus untuk membentuk endapan tertentu yang memungkinkan identifikasi kation. Golongan 1 akan mengendap dengan asam klorida, golongan 2 dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam, dan seterusnya.
Laporan praktikum ini membahas tentang pengujian kesadahan air dengan metode titrasi kompleksometri. Metode ini melibatkan pembentukan kompleks antara ion logam Ca2+ dan Mg2+ dengan EDTA sebagai titran. Titik akhir ditandai perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Hasil pengukuran kesadahan air dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesadahan air, yaitu air lunak, sedang, keras, atau sangat
Dokumen tersebut membahas tentang spektroskopi analisis instrumen yang menerangkan spektroskopi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara materi dan radiasi elektromagnetik. Metode pengukuran berdasarkan spektroskopi dibedakan menjadi spektroskopi molekuler dan atom, serta berbagai jenis spektroskopi berdasarkan sumber energi radiasinya.
Turbidimeter digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan air dengan memancarkan cahaya ke dalam sampel dan mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan. Alat ini perlu dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan sampel standar sebelum digunakan untuk mengukur sampel, dengan rentang kalibrasi 0,01 NTU hingga 7500 NTU.
Spektrofotometri merupakan metode analisis kimia yang menggunakan interaksi antara materi dengan cahaya. Terdapat beberapa jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahayanya, yaitu visible, UV, UV-Vis, dan IR. Setiap jenisnya memiliki kelebihan dan keterbatasan tertentu dalam aplikasinya untuk menganalisis sampel.
Spektrometer massa dapat menentukan struktur kimia molekul organik dengan cara membombardir sampel dalam fase uap dengan elektron berenergi tinggi untuk menghasilkan ion molekul dan fragmen, kemudian memisahkan partikel berdasarkan rasio massa dan muatan (m/z) menggunakan medan magnet untuk menghasilkan spektrum massa yang menunjukkan kelimpahan fragmen. Spektrum massa memberikan informasi struktur molekul berdasarkan pola fragment
Praktikum ini bertujuan untuk membuat dan menstandarisasi larutan standar HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M serta menggunakannya untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan. Larutan HCl distandarisasi dengan boraks sebagai larutan standar primer, sedangkan NaOH distandarisasi dengan asam oksalat. Kedua larutan standar kemudian digunakan untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka melalui
Kolom merupakan bagian penting dalam kromatografi gas yang memisahkan komponen dalam campuran berdasarkan interaksinya dengan fasa diam. Terdapat dua jenis kolom utama yaitu kolom pak dan kolom terbuka (capillary column), dimana kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi dibanding kolom pak. Pemilihan jenis kolom dan parameternya seperti panjang, diameter, dan suhu berpengaruh terhadap kualitas pemisahan.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis volumetri yang merupakan metode analisis kuantitatif berdasarkan pengukuran volume larutan titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Langkah-langkahnya meliputi pengambilan sampel, pengukuran volume titran dan analit, serta perhitungan konsentrasi berdasarkan reaksi stoikiometri.
Dokumen ini memberikan penjelasan tentang Teori Orbital Molekul (TOM) yang menjelaskan pembentukan ikatan kimia antara atom-atom dalam membentuk molekul. TOM menjelaskan bagaimana orbital-orbital atom tumpang tindih dan membentuk orbital-orbital molekul ikatan dan antiikatan, serta urutan pengisian elektron pada orbital-orbital tersebut. Contoh penerapan TOM pada beberapa molekul diatomik seperti H2, O2, dan
Spektrofotometri merupakan metode analisis kimia yang menggunakan interaksi antara materi dengan cahaya. Terdapat beberapa jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahayanya, yaitu visible, UV, UV-Vis, dan IR. Setiap jenisnya memiliki kelebihan dan keterbatasan tertentu dalam aplikasinya untuk menganalisis sampel.
Spektrometer massa dapat menentukan struktur kimia molekul organik dengan cara membombardir sampel dalam fase uap dengan elektron berenergi tinggi untuk menghasilkan ion molekul dan fragmen, kemudian memisahkan partikel berdasarkan rasio massa dan muatan (m/z) menggunakan medan magnet untuk menghasilkan spektrum massa yang menunjukkan kelimpahan fragmen. Spektrum massa memberikan informasi struktur molekul berdasarkan pola fragment
Praktikum ini bertujuan untuk membuat dan menstandarisasi larutan standar HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M serta menggunakannya untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan. Larutan HCl distandarisasi dengan boraks sebagai larutan standar primer, sedangkan NaOH distandarisasi dengan asam oksalat. Kedua larutan standar kemudian digunakan untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka melalui
Kolom merupakan bagian penting dalam kromatografi gas yang memisahkan komponen dalam campuran berdasarkan interaksinya dengan fasa diam. Terdapat dua jenis kolom utama yaitu kolom pak dan kolom terbuka (capillary column), dimana kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi dibanding kolom pak. Pemilihan jenis kolom dan parameternya seperti panjang, diameter, dan suhu berpengaruh terhadap kualitas pemisahan.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis volumetri yang merupakan metode analisis kuantitatif berdasarkan pengukuran volume larutan titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Langkah-langkahnya meliputi pengambilan sampel, pengukuran volume titran dan analit, serta perhitungan konsentrasi berdasarkan reaksi stoikiometri.
Dokumen ini memberikan penjelasan tentang Teori Orbital Molekul (TOM) yang menjelaskan pembentukan ikatan kimia antara atom-atom dalam membentuk molekul. TOM menjelaskan bagaimana orbital-orbital atom tumpang tindih dan membentuk orbital-orbital molekul ikatan dan antiikatan, serta urutan pengisian elektron pada orbital-orbital tersebut. Contoh penerapan TOM pada beberapa molekul diatomik seperti H2, O2, dan
Turbidimetry and nephelometry are techniques used to analyze suspensions. Nephelometry measures scattered light at a 90 degree angle to determine concentration, while turbidimetry measures transmitted light at 180 degrees. Factors like concentration, particle geometry, and the refractive index difference affect measurements. Instruments include turbidimeters, which use blue filters or 530 nm light, and nephelometers, which use visible filters. Both techniques are used to quantitatively analyze various substances in applications like water treatment and pollution analysis.
This document discusses analytical methods such as nephelometry and turbidimetry. Nephelometry measures the intensity of scattered light from a sample, while turbidimetry measures the intensity of transmitted light. Both methods can be used to determine concentration and involve instrumentation including a radiation source, monochromators, sample cells, and detectors. Nephelometry and turbidimetry have a variety of applications and allow for qualitative and quantitative analysis of substances. They provide advantages of speed and simplicity but also have disadvantages of cost and fragility.
Analytical class spectroscopy, turbidimetryP.K. Mani
Β
This document provides information about spectroscopy and spectrophotometry. It discusses the different regions of the electromagnetic spectrum that spectroscopy and colorimetry are concerned with, including the ultraviolet, visible, and infrared regions. It explains the relationship between the wavelength of light and photon energy. The document also summarizes Beer's law and how it relates absorbance to analyte concentration, molar absorptivity, and path length. Limitations to Beer's law at higher concentrations are discussed. The summary provides key equations for absorbance, transmittance, and determining unknown concentrations from calibration curves.
This document discusses turbidity measurement and the factors that affect turbidity device design. It explains that turbidity is an indicator of water quality, measuring the cloudiness caused by suspended particles. There are three main factors in turbidity device design: light source, detection angle, and number of detectors. Common light sources are incandescent, LED, and laser, each suited to detecting certain particle sizes. Detection angles of 90 and 180 degrees are used, with the latter for high turbidity applications. Calibration involves zero-point calibration with distilled water and spanning the instrument with a formalin standard.
Cystatin-C is a protein produced by all nucleated cells and filtered out of the bloodstream by healthy kidneys. It is a more sensitive marker of kidney function than creatinine, as its levels rise earlier when glomerular filtration rate decreases. Measurement of cystatin-C can help detect chronic kidney disease at an earlier stage than creatinine. The document discusses the history, molecular biology, structure, role in medicine, prevalence, and stages of chronic kidney disease, highlighting how cystatin-C can be a useful marker for detecting and monitoring kidney function and disease.
Turbidites are deposits formed by turbidity currents, which are dense underwater avalanches of sediment. Turbidity currents are initiated by events like earthquakes, flooding rivers, or sediment failures and can transport vast amounts of sediment over long distances on the seafloor. Turbidite deposits are characterized by alternating sandstone and shale layers with sharp, flat bases and grading from coarser to finer sediment upwards. They provide clues about the tectonic setting where they were deposited and can act as hosts for resources like gold or reservoirs for petroleum.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut menjelaskan prinsip kerja anemometer mangkuk dalam mengukur kecepatan angin dengan menggunakan mangkuk yang berputar seiring bertambahnya kecepatan angin, serta mendefinisikan angin sebagai massa udara yang bergerak akibat perbedaan tekanan udara di wilayah berdekatan.
Turbidity is a measure of the cloudiness of water caused by suspended particles. It is important to measure turbidity to monitor water treatment processes and ensure that filters and disinfection are working properly. Turbidity can be measured using a turbidity tube or electronic turbidimeter, which uses light scattering techniques to determine turbidity in NTU units. Proper turbidity measurement requires adherence to sampling procedures and instrument maintenance to obtain accurate results.
The document discusses light scattering and the techniques of turbidimetry and nephelometry. It explains that turbidimetry measures light transmitted through a solution, while nephelometry measures scattered light, usually at a 90 degree angle. Key applications of these techniques include determining concentrations of particles in solutions and qualities like water clarity. Factors like particle size, wavelength, and concentration affect light scattering and the measurements.
This document provides an overview of nephelometry and turbidimetry techniques. It discusses how these techniques measure scattered light from particles in solution, with nephelometry measuring scattered light and turbidimetry measuring transmitted light. Factors that influence light scattering like particle size and concentration are also covered. The instrumentation used in both techniques employs similar optical components to light sources and detectors. Applications include analyzing water quality, determining inorganic substances and use in biochemical analysis.
Laporan praktikum mendeskripsikan prosedur penentuan konsentrasi larutan tak berwarna KNO2 dan KNO3 dengan spektrofotometer UV-Vis. Langkah-langkahnya meliputi pembuatan kurva kalibrasi dari larutan standar, pengukuran absorbansi larutan uji dan standar, serta perhitungan konsentrasi larutan uji berdasarkan kurva kalibrasi. Hasilnya menunjukkan konsentrasi larutan KNO2 dan K
Dokumen tersebut merangkum tentang spektroskopi UV-Vis, yang menjelaskan prinsip kerja, cara kerja, dan aplikasi spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis bekerja dengan memanfaatkan interaksi sinar elektromagnetik UV dan sinar tampak dengan molekul sampel untuk menentukan komposisi dan konsentrasi sampel secara kuantitatif dan kualitatif.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan kadar menggunakan metode spektrofotometri. Metode ini bekerja dengan mengukur absorpsi sinar cahaya oleh sampel pada panjang gelombang tertentu sesuai hukum Beer-Lambert. Ada beberapa jenis spektrofotometri seperti UV-Vis, IR, dan Serapan Atom yang masing-masing memiliki prinsip dan kriteria sampelnya. Prosedur analisis kuantitatif meliputi penyiapan sampel,
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
Β
Makalah ini membahas tentang spektrofotometri UV dan flouresensi. Dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi serapan dalam spektrofotometri UV-VIS, pengaruh polaritas pelarut, dan metode kurva kalibrasi dan satu titik dalam analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri."
Laporan praktikum ini membahas mengenal dan kalibrasi spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengidentifikasi gugus fungsional zat ekstra joss dan kafein murni. Metode yang digunakan adalah merekam spektrum zat uji dengan spektrofotometer FTIR dan menganalisis hasil spektrum untuk mengetahui gugus fungsional yang ada berdasarkan bilangan gelombang vibrasinya.
Kimia analisa instrumen adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan identifikasi atau penentuan komposisi dengan bantuan instrumen (alat) khas. Beberapa alat kimia analisa yang dijelaskan dalam dokumen tersebut adalah spektrofotometer UV-Vis yang digunakan untuk menganalisis sampel berwarna maupun tidak berwarna, serta prinsip kerjanya yang melibatkan penyerapan sinar UV dan sinar tampak oleh molekul.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur absorbansi larutan dengan melewatkan cahaya monokromatik melalui kuvet yang berisi larutan. Semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin banyak cahaya yang diserap dan absorbansinya juga semakin tinggi. Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan menghasilkan cahaya monokromatik yang kemudian dilewatkan melalui sampel di kuvet, dimana absorbansinya dibaca oleh dete
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopiFadhly M S
Β
Spektrofotometri adalah pengukuran kuantitatif intensitas radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjang gelombang dengan transduser. Pengukuran zat dengan spektrofotometri melibatkan analat, blanko, dan standar untuk mengetahui serapan zat yang bukan analat dan menentukan konsentrasi sampel. Persamaan regresi yang didapat menunjukkan semakin besar absorbansi suatu sampel, semakin besar pula konsentrasinya.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Β
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Β
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Β
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP βCSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)β akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel β BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info iniπ utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
Β
turbidi dan neflo
1. TURBIDIMETRI DAN NEFELOMETRI
MAKALAH
Memenuhi tugas kelompok matakuliah
Analisis Spektrometri
yang dibina Ibu Qonitah Fardiyah S.Si., M.Si.
Oleh Kelompok 1
Mikho Imam F (11509020)
Ferry Ch. Nalle (12509020711100 )
Anne Alifatur R (12509020711100 )
Fitriana Dewi K (125090207111011 )
Ella Yuni Dwi Andari (1250902071110017)
Rohmatul Wahid (12509020711100 )
Puspita Diah P. (125090207111029)
M. Alwi (12509020711100 )
Qurratu Aβyun (12509020711100 )
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
Oktober 2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Beberapa senyawaan yang tak dapat larut, dalam jumlah sedikit dapat disiapkan
dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang stabilnya sedang.
Sifat-sifat dari setiap suspensi akan berbeda-beda menurut konsentrasi fase terdispersinya.
Bila cahaya dilewatkan melalui suspensi itu, sebagian dari energi radiasi yang jatuh
dihamburka denagn penyerapan, pemantulan, pembiasan, sementara sisanya
ditransmisikan. Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan sebagai fungsi dari
konsentrasi fase-terdispersi adalah dasar dari analisis turbidimetri. Bila suspensi
dipandang dengan sudut tegak-lurus terhadapa aah cahaya yang jatuh, sinar tampak
opalesens (berpendar seperti mutiara) disebabkan oleh pantulan cahaya dari partikel-partikel
suspensi itu (efek Tyndall).
Cahaya dipantulkan tak beraturan dan membaur, sehingga istilah cahaya-baur
digunakan untuk menerangkan opalesens atau kekabutan itu. Pengukuran intensitas
cahaya-baur ini, sebagai fungsi dari konversi fase-terdispersinya adalah dasar dari analisis
nefelometri (Gr nephele = awan). Analisis nefelometri adalah paling pekaan untuk
suspensi-suspensi yang sangat encer (> 100 mg per liter). Teknik-teknik untuk analisis
turbidimetri dan analisis nefelometri masing-masing menyerupai analisis filter fotometri
dan flourometri.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana prinsip dari analisis turbidimetri ?
b. Bagaimana prinsip dari analisis nefelometri?
c. Apa saja aplikasi yang dapat diterapkan untuk analisis turbidimetri?
d. Apa saja aplikasi yang dapat diterapkan untuk analisis nefelometri?
e. Bagaimana contoh soal untuk analisis turbidimetri dan analisis nefelometri?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Dapat menjelaskan prinsip dari analisis turbidimetri.
b. Dapat menjelaskan prinsip dari analisis nefelometri.
c. Dapat mengetahui aplikasi dari analisis turbidimetri.
d. Dapat mengetahui aplikasi dari analisis nefelometri.
e. Dapat memberikan contoh soal dari analisis turbidimetri dan analisis nefelometri.
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Dasar Analisis Turbidimetri
Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang berdasarkan pada
pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya yang diukur adalah perbandingan
antara intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar mula-mula. Bila cahaya
dilewatkan melalui larutan yang bersuspensi, maka sebagian dari energi radiasi akan
dihamburkan, diserap, dipantulkan, dibiaskan dan sisanya akan diteruskan. Pengukuran
intensitas cahaya diteruskan sebagai fungsi dari konsentrasi yang merupakan dasar dari
perelatan Turbidimeter. Bila suspensi dipandang dengan sudut tegak lurus terhadap cahaya
yang datang maka sistem (larutan) tampak berpencar yang disebabkan oleh pantulan cahaya
dari partikel-partikel suspensi (efek tyndall). Pada umumnya turbidimeter di gunakan untuk
analisa larutan suspensi
Skema Alat
Keterangan alat
1. Sumber sinar: Sumber sinar yang digunakan harus dapat memberikan sinar polikromatis
secara kontiniu.
2. Ceremin cekung: Digunakan untuk memantulkan sinar dari sumber sinar menuju lensa.
3. Lensa: Berfungsi untuk memantulkan sinar dari sumber sinar menuju lensa.
4. Filter: filetr yang digunakan harus sama dengan warna larutan (jika larutan berwarna)
atau tergantung pad kondisi smpel yang dianalisa.
5. Kuvet: sebagai tempat sampel
6. Detektor: detektor berfungsi sebagai untuk medeteksi sinar hamburan yang berasal dari
partikel padat yang terdapat dalam larutan. Detektir pada posisi ini terdapat pada
peralatan nefelometer.
7. Detektor. Digunakan untuk medeteksi sinar yang diteruskan oleh sample. Detector pada
posisi ini terdapat pada perelatan turbidimeter.
Sinar yang dipancarkan oleh lampu akan dipantulkan oleh cremin cekung dan
kemudian diteruskan ke sample yang mengandung partikel yang tersuspensi. Sinar yang jatuh
tepat pada partikel yang trsuspensi tersebut akan disebarkan atau dihamburkan. Kemudian
sinar yang dihamburkan oleh cuplikan akan ditangkap nefelometer yang mana arahnya tegak
lurus dari sumber cahaya. Sinar yang diteruskan ditangkap oleh pengamatan yang arahnya
membentuk garis lurus dari sumber cahaya disebut Turbidimeter. Alat yang biasanya dipakai
untuk menentukan kekeruhan secara fisual digunakan perlatan Hellige Turbiditmeter.
4. Pada peralatan ini terdapat 3 macam filter dan 3 macam ukuran tabung.Pemakainan
tabung tergantung dari kekeruhan sample semakin keruh sample maka semakin pendek
tabung yang digunakan. Filter tersebut adalh None, Dark dan Light.
Prinsip kerja: Sample dimasukkan kedalam tabung atau kuffet sampai tanda garis
kemudian ditutup dengan βPlunger β kuffet yang berisi sample tersebut ke dalam turbidimeter
dan dipasang filter yang digunakan yang tergantung kepada keadaan sample kemudian alat
dihidupkan dan diatur tombol skala 0 β 200 sampai didapatkan banyangan yang merata
Bila banyangan mereta telah diperoleh bacalah ckala yang ditunjukkan pada saat banyangan
mereta tersebut. Angka yang didapt diplot kedalam kurva yang telah tersedia akan didapatkan
kekeruhan sebagai ppm SiO2.
Prinsip kerja dari turbidimetri sendiri adalah menghitung jumlah cahaya yang
diteruskan (dan mengkalkulasi jumlah cahaya yang diabsorbsi) oleh partikel dalam suspensi
untuk menentukan konsentrasi substansi yang ingin dicari. Karena menggunakan jumlah
cahaya yang diabsorbsi untuk pengukuran konsentrasi, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi
akan bergantung pada :
1. Jumlah partikel
2. Ukuran partikel.
Semakin besar dan banyak jumlah partikel, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan
semakin besar.
Dan untuk penentuan kadarnya (detector) digunakan spektrofotometer cahaya.
Ilustrasi :
Keterangan :
ο§ Sejumlah cahaya ditembakkan dari sebuah sumber cahaya menuju monokromator
ο§ Monokromator akan menguraikan cahaya dan meneruskannya menuju cuvet yang
berisikan suspensi sel
ο§ Ketika cahaya melewati cuvet, maka terjadi tiga kemungkinan
1. Cahaya akan diserap sebagian oleh partikel tersuspensi
5. 2. Sebagian cahaya diteruskan
3. dan sebagian lagi menyebar ke segala arah
ο§ Jumlah cahaya yang diserap akan sebanding dengan jumlah partikel tersuspensi
(konsentrasi sampel).
ο§ Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometr (detektor)
2.2 Prinsip Dasar Analisis Nefelometri
Nephelometri dan turbidimetri terkait erat dengan teknik analisis yang berdasarkan
pada hamburan radiasi dengan larutan yang mengandung materi partikulat tersebar. Ketika
radiasi yang melewati media transparan yang partikelnya padat tersebar, bagian radiasi
tersebar ke segala arah, memberikan penampilan keruh pada campuran. Penurunan kejadian
radiasi, sebagai hasil dari hamburan oleh partikel adalah dasar dari metode turbidimetri.
Disisi lain, metode nephelometri didasarkan pada pengukuran radiasi tersebar, biasanya
disudut kanan insiden balok tersebut. Pilihan antara nephelometri dan pengukuran
turbidimetri tergantung pada fraksi cahaya yang tersebar. Ketika hamburan luas, karena
kehadiran banyak partikel, turbidimetri umunya menghasilkan hasil yang lebih dapat
diandalkan. Nephelometri lebih disukai pada konsentrasi rendah karena intensitas tersebarnya
kecil dengan latar belakang hitam lebih mudah untuk diukur dibandingkan perubahan kecil
dalam intensitas radiasi yang ditransmisikan intens. Hal ini penting untuk dicatat bahwa
hamburan terkait dengan kedua nephelometri dan turbidimetri tidak melibatkan kerugian
daya radiasi, hanya arah propagasi dipengaruhi (Morais, dkk, 2012).
Nephelometri didasarkan pada pengukuran radiasi tersebar oleh partikel sampel
disudut kanan pada balok. Detektor ditempatkan pada jalan insiden radiasi dari sumber.
Dalam kebanyakan kasus, detektor ditempatkan di 90 derajat relative terhadap jalur insiden
radiasi. Ini mengukur intensitas yang bagian dari radiasi tersebar yang dipancarkan tegak
lurus dari sel ke arah detektor. Untuk pengukuran nephelometric, persamaan menggambarkan
hubungan antara intensitas radiasi tersebar, intensitas kejadian radiasi, dan konsentrasi
partikel yang menyebabkan hamburan (Morais, dkk, 2012):
I = KI0C
Nilai K adalah konstan hanya untuk instrumen tertentu dan ketika eksperimental kondisi
dikendalikan dengan hati-hati. Intensitas radiasi tersebar adalah berbanding lurus dengan
kedua intensitas radiasi insiden dan konsentrasi analit. Untuk tes solusi diencerkan, hal ini
menguntungkan untuk menggunakan insiden radiasi yang memiliki intensitas tinggi (Morais,
dkk, 2012).
Sinyal yang teredeteksi tersebar mungkin timbul dari partikel bunga tetapi juga dari
debu, bercak di latar belakang, atau dari molekul lain (misalnya, protein dan lipid) dalam
sampel. Refleksi dan menyebar dari komponen optic instrumen juga dapat menyebabkan
sinyal latar belakang. Kinerja terbaik diperoleh dalam solusi encer mana penyerapan dan
refleksi yang minimal. Dengan kondisi tersebut, hubungan antara konsentrasi hamburan
partikel dan intensitas cahaya yang tersebar hampir linier atas sangat luas berbagai
konsentrasi (Morais, dkk, 2012).
6. Prinsip kerja :
ο§ Nefelometri menitik beratkan pengukuran pada jumlah cahaya yang disebarkan
(scaterred) dari kuvet yang mengandung suspense partikel dalam suatu cairan
(solution)
ο§ Komponen-komponen dari nefelometer itu sama dengan komponen yang terdapat pada
spektrometer cahaya kecuali pada detector yang ditempatkan pada sudut yang khusus
dari sumber cahaya.
ο§ Detector merupakan sabuah tube fotomultiplier yang ditempatkan pada suatu posisi
untuk mendeteksi cahaya yang tersebar. Detektor bisa ditempatkan pada sudut 90o,
70o or 37o tergantung pada sudut mana paling banyak ditemukan cahaya yang
disebarkan.
ο§ Karena jumlah cahaya yang disebarkan jauh lebih besar daripada yang diteruskan
dalam suspensi turbid, maka nefelometri memiliki tingkat sensitifitas yang lebih tinggi
daripada turbidimetri.
ο§ Jumlah cahaya yang disebarkan, bergantung pada jumlah dan ukuran partikel yang
tersuspensi
Ilustrasi :
ο§ Sebagian besar aplikasi klinis, sumber cahaya yang digunakan adalah lampu tungsten,
dimana tungsten memberikan cahaya dalam daerah visible.
ο§ Untuk snsitivitas yang lebih tinggi dan untuk aplikasi penentuan ukuran dan jumlah
partikel dalam suspense, digunakan laser light nefelometer
2.3 Aplikasi Turbidimetri
ο§ Penentuan konsentrasi total protein dalam cairan biologis seperti urin dan CSF yang
mengandung sedikit protein (mg/L kuantitas) menggunakan Asam Trikoloroasetat.
ο§ Penentuan aktivitas amilase menggunakan pati sebagai substrat. Penurunan
kekeruhan berbanding lurus dengan aktivitas amilase.
ο§ Penentuan aktivitas enzim lipase menggunakan trigliserida sebagai substrat.
Penurunan kekeruhan berbanding lurus dengan aktivitas enzim lipase.
ο§ Penentuan kekeruhan pada air reservoir
ο§ Analisa limbah detergen
7. ο§ Penentuan Kadar Sulfat dengan Metode Turbidimetri
Metode :
Standar sulfat sebanyak 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; dan 3,0 ml diletakkan dalam labu takar
25 ml kedalam masing-masing labu takar ditambahkan 2,5 ml NaCl-HCl dan 5 ml
larutan gliserol-etanol dan diencerkan sampai tanda tera dengan air. BaCl2 1 g
ditambahkan ke tiap labu,ditutup, dan dikocok selama 1 menit dengan cara
membalik-balik labu takar. Larutan blankodisiapkan tanpa penambahan
larutan standar sulfat. Larutan analat disiapkan juga dengan perlakuan yang sama
seperti larutan standar dan dibuat dalam 3 kali ulangan. Turbiditas masing-masing
larutan diukur. Kurva hubungan turbiditas dengan kandungan sulfat (ppm)
dibuat.Kadar sulfat dalam analat beserta standar deviasi dan selang kepercayaan
95% lalu dihitung.
2.4 Aplikasi Nefelometri
ο§ Digunakan secara luas untuk menentukan konsentrasi zat yang tidak diketahui dimana
terdapat reaksi antigen-antibody
ο§ Penetuan immunoglobulin (total, IgG, IgE, IgM, IgA) di dalam serum dan cairan
biologi lainnya.
ο§ Penentuan konsentrasi serum protein individu; Hb, Haptoglobin, Transferring, c-reaktif
protein, ο‘1-antitrypsin, albumin (dengan menggunakan antibody spesifik
untuk setiap protein).
ο§ Penetuan ukuran dan jumlah partikel (dengan laser β nephelometer).
ο§ Sintesis Imunoglobulin Cairan Cerebrospinal
ο§ Menentukan tingkat beberapa protein plasma darah. Misalnya total tingkat antibodi
isotypes atau kelas: Immunoglobulin M, imunoglobulin G, dan Imunoglobulin A. Hal
ini penting dalam kuantifikasi M - protein dalam penyakit seperti multiple myeloma
(Anonim1, 2013).
Hal ini dilakukan dengan mengukur kekeruhan dalam sampel air dengan
melewatkan cahaya melalui sampel yang diukur. Dalam nephelometri pengukuran
dilakukan dengan mengukur cahaya melewati sampel di sudut (Anonim2, 2013).
Teknik ini banyak digunakan di laboratorium klinis karena relatif mudah
otomatis. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa suspensi encer partikel kecil akan
menghamburkan cahaya (biasanya laser) melewatinya bukan hanya menyerapnya.
Jumlah menyebar ditentukan dengan mengumpulkan cahaya pada sudut (biasanya
pada 30 dan 90 derajat) (Anonim2, 2013).
Antibodi dan antigen dicampur dalam konsentrasi sehingga hanya agregat
kecil dibentuk yang tidak cepat menyelesaikan ke bawah. Jumlah menghamburkan
cahaya diukur dan dibandingkan dengan jumlah pencar dari campuran dikenal.
Jumlah diketahui ditentukan dari kurva standar (Anonim2, 2013).
ο§ Mendeteksi antigen atau antibodi, tetapi biasanya dijalankan dengan antibodi sebagai
reagen dan antigen pasien sebagai diketahui (Stevens, 2010). Titik akhir tes
nephelometry dijalankan dengan memungkinkan reaksi antibodi/antigen untuk
8. menjalankan sampai selesai (sampai semua antibodi reagen hadir dan membawa
antigen sampel pasien yang dapat agregat telah melakukannya dan tidak lebih
kompleks dapat terbentuk). Sayangnya, partikel yang besar akan jatuh keluar dari
solusi dan menyebabkan pembacaan palsu pencar, sehingga nephelometry kinetik itu
dibuat (Rahma, 2011).
2.5 Contoh soal Turbidimetri dan Nefelometri
1. Sebutkan perbedaan turbidimetri dan neflometri !
2. Gambarkan diagram skema metode neflometi dan turbidimetri !
3. Tuliskan Persamaan matematis untuk neflometri dan turbidimetri !
4. Sebutkan aplikasi turbidimetri dan neflometri !
JAWABAN
1. Turbidimetri : pengukuran spesi dengan pergerakan cahaya dalam larutan dengan
penurunan intensitas cahaya setelah dilewatkan pada larutan. Pada turbidimetri
detector ditempatkan sejajar dengan sumber sinar dan mengukur penurunan kekuatan
radiasi yang ditransmisikan.
Neflometri : teknik untuk mengukur spesi dengan pergerakan cahaya dalam larutan
dengan intensitas cahaya pada sudut terjauh dari cahaya yang dilewatkan melalui
sampel. Pada neflometri pergerakan radiasi diukur pada sudut 900C terhadap sumber
sinar.
2. Gambar skema perbedaan neflometri dan turbidimetri (Harvey,2000)
3. Persamaan untuk Neflometri
Persamaan untuk Turbidimetri
9. Dimana :
T : Transmitan
IT : Intensitas Radiasi yang ditransmisikan oleh sampel
I0 : Intensitas sumber radiasi yang ditransmisikan oleh blanko
C : konsentrasi (w/v)
k : konstanta (bergantung pada ukuran beberapa factor seperti ukuran dan bentuk
hamburan patikel dan panjang gelombang dari sumber radiasi.
b : panjang kuvet
IS : intensitas hamburan radiasi
kS : konstanta empiris untuk system
I0 : intensitas sumber radiasi
4. Aplikasi turbidimetri
a. Penentuan konsentrasi total protein pada fluida biologis seperti urine dan CSF
yang terdiri atas protein dalam jumlah kecil (mg/L) menggunakan asam
trikloroasetik.
b. Penentuan aktivitas amylase menggunakan amilum sebagai substrat.
c. Penentuan aktivitas lipas menggunakan trigliserida sebagai substrat.
Aplikasi Neflometri
a. penentuan immunoglobulin pada serum dan fluida biologis laiinya
b. penentuan konsentrasi serum protein seperti hemoglobin,haptoglobin,albumin,dsb
c. penentuan ukuran dan jumlah partikel (laser neflometer)
5. Tentukan kadar ion sulfat jika diketahui tabel berikut!
2-]
Tabel 1 penentuan kurva kalibrasi larutan standart sulfat [SO4
Larutan
Volume SO4
2-
(mL)
Konsentrasi
SO4
2- (ppm)
Turbidan
Terukur (NTU)
Turbidan
Terkoreksi
(NTU)
Blanko 0.0000 0.0000 5.23 0
Standart 1 0.1000 0.174000 17.50 14.50
Standart 2 0.2000 3.48000 46.50 42.00
Standart 3 0.3000 5.22000 75.50 71.00
Standart 4 0.4000 6.96000 86.50 82.20
Standart 5 0.5000 8.70000 102.50 97.50
Standart 6 0.6000 10.44000 126.50 121.44
10. Perhitungan:
1. Turbidan Terkoreksi = Turbidan Terukur β Turbidan Blanko
= (17.50 β 5.23) NTU
= 12.27 ppm
2. Berat Molekul K2SO4 = 174 g/mol
3. Konsentrasi larutan stok sulfat (ppm) = 0.01 mol/L x 174 g/mol x 1000 mg/1 g
= 1740 ppm
4. Pengenceran
V1N1 = V2N2
0.100 mL x 1740 ppm = 100 mL x N2
N2 = 0.1740
Tabel 2 Pengukuran Konsentrasi Pada Sampel dengan Turbidimetri
Laruta
n
Turbiditasterukur
(NTU)
Turbiditasterkoreksi
(NTU)
Konsentrasi (ppm)
1 2 3 1 2 3 1 2 3 Rerata
Sampel
1
96.0
0
93.1
0
84.6
0
91.7
7
88.8
7
80.3
7
39.093
5
37.864
8
34.246
3
37.073
8
Sampel
2
56.4
0
62.7
0
62.4
0
52.1
7
58.4
7
58.1
7
22.314
6
24.983
9
24.856
8
24.051
8
Perhitungan:
1. Persamaan regresi
y = 2.3601x β 0.4946
R2 = 0.9859
2. Konsentrasi 1 ulangan 1
91.77 = 2.3601x β 0.4946
x = 39.0935
3. Rerata Konsentrasi sampel 1 =
ννννννν 1+ννννννν 2+ννννννν 3
3
=
(39.0935+37.8648+34.2463)ppm
3
= 37.0738
Ξ£ (ν₯β(ν₯ ννν‘νβννν‘ν))2 ν
4. Standart Deviasi sampel 1 = β=1
ννβ1
= β(39.0935β37.0738)+(37.8648β37.0738)+(34.2463β37.0738)
3β1
= 2.5104
Ξ£ (ν₯β(ν₯ ννν‘νβννν‘ν))2 ν
5. Standart Deviasi sampel 2 = β=1
ννβ1
= 1.5058
6. Ketelitian Sampel 1 = ( 1-
νν‘νννννν‘ ν·νν£ννν ν
ν νννν‘ν
) x 100 %
= ( 1-
2.5104
37.0738
) x 100 %
12. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang berdasarkan pada
pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya yang diukur adalah
perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar mula-mula.
Bila cahaya dilewatkan melalui larutan yang bersuspensi, maka sebagian dari
energi radiasi akan dihamburkan, diserap, dipantulkan, dibiaskan dan sisanya akan
diteruskan.
2. Nephelometri didasarkan pada pengukuran radiasi tersebar oleh partikel sampel
disudut kanan pada balok. Detektor ditempatkan pada jalan insiden radiasi dari
sumber
3. Turbidimetri dapat diaplikasikan salah satunya dalam analisa limbah detergen
4. Nefelometri salah satunya digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang tidak
diketahui dimana terdapat reaksi antigen-antibody
13. DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2013, Definition of Nephelometry,
http://www.lib.mcg.edu/edu/esimmuno/ch4/nephelom.htm, (online) diakses pada
tanggal 15 Oktober 2014.
Anonim2, 2013, Quantitave Nephelometry,
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003545.htm, (online) diakses pada
tanggal 15 Oktober 2014.
Bassett ,J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw Hill.
Khopkar.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Morais, Ines P. A., Ildiko V. Toth, and Antonio O. S. S. Rangel. 2012. Turbidimetric and
Nephelometric Flow Analysis: Concepts and Applications, pg 557-559, Universidade
CatoΒ΄lica Portuguesa. Portugal.
Rahma, S. 2011. Turbidimetri dan nefelometri. ITB. Bandung.
Stevens. 2010. Clinical Immunology dan Seriology 3rd Ed, pg 127. USA: FA Davis
Company.
Walimah, A. 2014. Turbidimetri untuk analisis ion sulfat dengan menggunakan flow
injection analysis. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan alam. Universitas
Negeri Jember.