SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
2013
Julita 22-2010-006
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Perencanaan dan Perancangan
Produk
Perkembangan Lampu Neon
Perkembangan Generik Lampu Neon
2
PERKEMBANGAN GENERIK LAMPU NEON
A. Fase Perkembangan Generik
Perkembangan lampu neon hemat energi dimulai sejak munculnya lampu pijar
sebagai pengembangan produk penerangan bertenaga listrik pertama. Perkembangan ini
berkembang menghasilkan lampu neon jenis compact fluorescent. Berikut ini adalah
penjelasan fase perkembangan generik dari produk lampu neon hemat energi.
A.1 Perkembangan Lampu Pijar
Berikut ini adalah enam fase perkembangan munculnya lampu pijar sebagai
sarana penerangan.
0. Perencanaan
Pada mulanya manusia membutuhkan penerangan pada malam hari dengan cara
menggosok-gosokan batu hingga mengeluarkan api/cahaya, kemudian dari api
dikembangkan dengan membakar benda-benda yang mudah menyala hingga
membentuk sekumpulan cahaya, seterusnya sampai ditemukan bahan bakar minyak
dan gas yang digunakan untuk lampu obor, lampu minyak, dan lampu gas.
Penerangan yang dioperasikan kurang praktis ini menjadikan munculnya ide untuk
menciptakan lampu yang dapat bertahan dalam waktu lama dan praktis.
1. Pengembangan Konsep
1.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Sebelum adanya lampu pijar tahun 1879, manusia masih menggunakan
penerangan berupa lampu minyak, obor, atau gas. Hal ini tidaklah praktis dalam
penggunaanya bagi manusia. Manusia membutuhkan sarana penerangan yang:
a. Dapat menyala secara otomatis
b. Praktis penggunaannya
c. Dapat digunakan dalam waktu lama
1.2 Alternatif Konsep Produk
Para ilmuwan telah memulai merencanakan konsep lampu yang terus dilengkapi
satu sama lain.
a. Konsep Sir Humphry Davy (1802) yaitu arus listrik dapat memanaskan
seuntai logam tipis hingga menyala putih.
b. Konsep Warren De la Rue (1820) yaitu menempatkan sebuah kumparan
logam mulia platina di dalam sebuah tabung lalu mengalirkan arus listrik
melaluinya akan membentuk lampu.
c. Konsep Sir Joseph Swan (1860) yaitu arus listrik dialirkan ke kertas karbon
sebagai filamen di ruang vacuum.
d. Konsep Thomas Alva Edison (1870-an) yaitu merancang filamen elemen
platina sebagai media aliran listrik.
e. Konsep Thomas Alva Edison dengan penyempurnaan oleh John Ambrose
Fleming (1879) yaitu arus listrik yang dialirkan menggunakan filamen spiral
dari karbon dengan adanya penambahan sebuah flat (anoda).
Perkembangan Generik Lampu Neon
3
1.3 Seleksi Konsep
Dari sejumlah konsep di atas, diambilah konsep Sir Joseph Swan dan Thomas
Alva Edison dan Fleming dengan filamen karbon. Hal ini dikarenakan
penggunaan platina sebagai filamen tidak efisien. Platina mempunyai harga yang
sangat tinggi. Inilah yang menyebabkan percobaan platina dihentikan. Berikut
konsep lampu pijar secara garis besar.
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran
arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya.
Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk
berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat
teroksidasi.
Lampu pertama konsep percobaan Joseph Wilson Swan
2. Perancangan Tingkatan Sistem
2.1 Arsitektur Produk
Berikut ini adalah arsitektur produk yang dibuat oleh Thomas Alva Edison dan
Fleming untuk menyempurnakan konsep Swan.
ruang hampa udara
Filamen kawat
karbon
Arus listrik Cahaya yang
menyala
Perkembangan Generik Lampu Neon
4
2.2 Uraian dan Tata Letak Bentuk Produk
Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat dari kaca,
filamen yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari filamen, bola
lampu, gas pengisi, dan kaki lampu.
1. Bola lampu
2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
3. Filamen wolfram
4. Kawat penghubung ke kaki tengah
5. Kawat penghubung ke ulir
6. Kawat penyangga
7. Kaca penyangga
8. Kontak listrik di ulir
9. Sekrup ulir
10.Isolator
11.Kontak listrik di kaki tengah
2.3 Spesifikasi secara fungsional
a. Bola lampu
Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu pijar disebut dengan
bola lampu. Macam-macam bentuk bola lampu antara lain adalah bentuk bola,
bentuk jamur, bentuk lilin, dan bentuk lustre. Warna bola lampu antara lain
yaitu bening, warna susu atau buram, dan warna merah, hijau, biru, atau
kuning.
b. Gas pengisi
Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa udara namun
belakangan diisi dengan gas mulia bertekanan rendah seperti argon, neon,
kripton, dan xenon atau gas yang bersifat tidak reaktif seperti nitrogen
sehingga filamen tidak teroksidasi. Konstruksi lampu halogen juga
menggunakan prinsip yang sama dengan lampu pijar biasa, perbedaannya
terletak pada gas halogen yang digunakan untuk mengisi bola lampu.
c. Kaki lampu
Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet yang
dapat dibedakan dengan kode huruf E (Edison) dan B (Bayonet), diikuti
dengan angka yang menunjukkan diameter kaki lampu dalam milimeter
seperti E27 dan E14.
3. Perancangan Detail
3.1 Spesifikasi komponen produk
Komponen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Komponen Bahan Dimensi
Bola lampu Low sodium lead free
glass tube
Diameter luar 12,2 ± 0,2 mm
Ketebalan 1,0 ± 0,1 mm
Panjang 1000 mm ~ 1300 mm
Perkembangan Generik Lampu Neon
5
Kawat tembaga Dumet wire Diameter 0,45 mm
Panjang 62 mm
Filamen Triple coil
Tungsten 38um: 4.38 mg
Molybdenum 60um
Panjang 13.0 ± 0,5 mm
3.2 Peralatan produksi
Peralatan yang dibutuhkan adalah:
1. Mesin flare
2. Mesin stem
3. Mesin mounting
4. Mesin sealex
5. Mesin basing
3.3 Rencana Proses Produksi
Diagram proses produksi secara singkat adalah sebagai berikut.
a. Filamen diproduksi seperti pada gambar, dimana tungsten dicampur dengan
bahan pengikat dan ditarik melalui kawat. Kawat kemudian mengelilingi
sebuah logam yang disebut mandrel untuk membentuk lilitan, kemudian
dipanaskan dalam suatu proses yang dikenal dengan annealing. Proses ini
akan melembutkan kawat dan membuat struktur yang lebih seragam. Mandrel
ini kemudian dilarutkan dalam asam.
b. Filamen dilekatkan pada lead in wire. Kait lead in wire ini akan menekan di
ujung filamen.
Perkembangan Generik Lampu Neon
6
c. Bola lampu diproduksi dengan mesin sealing dengan proses manufaktur
otomatis dengan kecepatan 50.000 lampu perjam. Setelah itu, filamen dirakit
ke bohlam, udara dievakuasi dan dimasukkan gas argon/nitrogen dengan
pompa masuk. Kemudian bola lampu ditutupi dengan silika agar silau untuk
menghilangkan silau dari filamen. Lambang perusahaan kemudian dicetak.
d. Dasar bohlam dibuat dengan cetakan sedemikian sehingga membentuk seperti
sekrup yang nantinya mudah masuk ke soket lampu.
e. Setelah dasar lampu dibuat, filamen dipasang ke batang perakitan (stem)
engan ujung-ujungnya dijepit dengan dua lead in wire. Selanjutnya, dasar
bohlam ditutup dan dilakukan pengujian
Perkembangan Generik Lampu Neon
7
4. Pengujian dan Perbaikan
Prototype lampu pertama yang dibuat oleh Swan adalah dengan menggunakan karbon
pensil yang kemudian dikembangkan oleh Edison seperti pada gambar disebelah
kanannya.
Prototipe betha pun dikembangkan dengan perubahan pada jenis filamen yaitu
tungsten, dan filamen dibuat spiral, serta bentuk bola lampu yang juga dibuat lebih
praktis pemakaiannya.
Dari pengujian prototipe tersebut, diperoleh keandalan dan kinerja dari lampu pijar ini
yaitu:
 Mempunyai nilai ”color rendering index” 100% yang cahayanya tidak merubah
warna asli obyek;
 Mempunyai bentuk fisik lampu yang sederhana, macam-macam bentuknya yang
menarik, praktis pemasangannya;
 Harganya relatif lebih murah serta mudah didapat di toko-toko;
 Instalasi murah, tidak perlu perlengkapan tambahan;
 Lampu dapat langsung menyala;
 Terang-redupnya dapat diatur denga dimmer;
 Cahayanya dapat difokuskan.
Perkembangan Generik Lampu Neon
8
5. Produksi awal
Produksi awal lampu pijar dimulai oleh Thomas Alva Edison di Menlo Park, New
Jersey sejak tahun 1890 mulai diperjualkan. Perkembangan model prototipe ini terus
dikembangan dan disempurnakan hingga terbentuk lampu-lampu pijar yang saat ini
banyak diperjualbelikan di seluruh dunia.
A.2 Perkembangan Lampu Neon Compact Fluorescent
Berikut ini enam fase perkembangan lampu neon compact fluorescent atau lampu
hemat energi yang merupakan perkembangan lampu pijar disamping lampu neon biasa.
0. Perencanaan
Lampu pijar yang sudah ada sejak tahun 1879 ternyata memiliki beberapa kekurangan
yaitu:
a. Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya hanya
10% dan sisanya memancar sebagai panas (400o
C);
b. Mempunyai efikasi rendah yaitu sekitar 12 lumen/watt;
c. Umur lampu pijar relatif pendek dibandingkan lampu jenis lainnya (sekitar 1.000
jam);
d. Sensitif terhadap tegangan;
e. Silau
Untuk itulah, dimulailah pemikiran untuk membentuk lampu yang dapat mengatasi
kekurangan tersebut yaitu lampu neon.
1. Pengembangan Konsep
1.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Berdasarkan kekurangan dari lampu pijar di atas, maka munculah pemikiran
untuk menciptakan lampu yang lebih efisien, tidak silau, dan umur yang panjang
Perkembangan Generik Lampu Neon
9
sehingga memberikan kenyamanan bagi konsumen. Untuk itulah dikembangkan
lampu neon fluorescent.
1.2 Alternatif Konsep Produk
Tahun 1902, Georges Claude, seorang insinyur dan ahli kimia Prancis berusaha
mengembangkan aliran listrik ke dalam tabung gas neon. Lampu neon merupakan
lampu listrik yang terdiri dari tabung kaca, dilapisi di dalam dengan zat
fluorescent. Lampu neon menghasilkan 3,5 kali lebih terang per watt, memiliki
waktu hidup lebih lama dan biaya pembuatan yang lebih rendah dari lampu pijar.
Lampu neon terdiri dari sebuah tabung kaca panjang yang menyegel komponen
bagian dalam dari atmosfer. Komponen-komponen dalam meliputi dua elektroda
yang memancarkan aliran elektron, uap merkuri, yang merupakan sumber radiasi
ultraviolet, gas argon, yang membantu dalam memulai lampu dengan kompak
lampu hemat energi neon yang mengandung ballast.
2. Perancangan Tingkat Sistem
2.2 Arsitektur Produk
2.3 Uraian Produk dan Spesifikasinya
Lampu fluorescent adalah lampu dengan yang prinsip kerjanya dalam
mengubah energi listrik menjadi energi cahaya berdasarkan pada berpendarnya
radiasi ultra violet pada permukaan yang dilapisi dengan serbuk fluorescent
misalnya jenis phospor. Radiasi ultra violet akan terjadi bilamana elektron–
elektron bebas hasil dari emisi elektron pada elektroda bertumbukan dengan
atom–atom gas yang terdapat dalam tabung pelepas muatan.
Perkembangan Generik Lampu Neon
10
Agar elektroda–elektroda dapat memancarkan elektron, maka perlu bagi
elektroda untuk mendapatkan mekanisme pembantu proses tersebut. Pada lampu
fluorescent biasa, maka proses emisi elektron ini dilakukan dengan proses
pemanasan elektroda–elektroda terlebih dahulu, proses ini dilakukan oleh alat
yang kita kenal dengan nama starter (penganjak). Untuk dapat menyala maka
lampu tabung fluorescent memerlukan tegangan yang cukup tinggi yaitu kurang
lebih 400 Volt, jadi tegangan ini jauh lebih tinggi dari tegangan jala–jala yang
tersedia, oleh karena itu fungsi starter selain membantu memanaskan elektroda,
juga berfungsi sebagai alat untuk menciptakan tegangan penyalaan bagi lampu.
Jika penyalaan telah selesai dilakukan, arus listrik akan mengalir melalui
tabung lampu fluorescent, dan karena tegangan pada starter lebih besar sehingga
bimetal pada starter akan terbuka. Oleh karena lampu fluorescent memiliki
karakteristik arus - tegangan negatif, artinya tegangan pada lampu akan turun bila
arus naik dan sebaliknya tegangan pada lampu akan naik bila arus turun, maka
setelah proses penyalaan berlangsung, arus yang lewat pada tabung akan naik
sampai tegangan kerja pada lampu tercapai. Tegangan ini jauh lebih rendah dari
tegangan jala–jala.
Untuk memelihara tegangan kerja inilah maka pada lampu jenis
fluorescent digunakan alat bernama ballast. Fungsi utama dari ballast adalah
membatasi besar arus dan mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang
sesuai.
Seperti yang telah dijelaskan didepan, lampu fluorescent banyak
digunakan oleh masyarakat karena apabila dibandingkan dengan lampu jenis
pijar, maka lampu jenis fluorescent tampak mempunyai efisiensi yang lebih tinggi
yaitu dengan besar daya yang sama, diperoleh kuat penerangan yang lebih besar,
selain itu pada lampu jenis pijar, banyak energi listrik yang diubah menjadi energi
panas saja.
Walaupun lampu jenis fluorescent mempunyai efisiensi lebih tinggi dari
pada lampu jenis pijar, tetapi lampu ini masih mempunyai kerugian – kerugian
yang cukup berarti yaitu :
Harga lebih mahal, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, sebab masih
terjangkau oleh masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan
adanya ballast ini akan menimbulkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang
kerugian cukup besar, dan juga rendahnya harga faktor kerja ( Cos φ ) karena
pada lampu jenis fluorescent yang konvensional digunakan ballast jenis induktor (
kumparan ).
Karena semakin mahalnya energi listrik, maka dimulailah beberapa cara
untuk menghemat energi listrik, sehingga semakin banyak misalnya digunakan
lampu – lampu jenis tabung fluorescent karena dianggap lebih efisien dalam
mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, tetapi kendala timbul setelah
Perkembangan Generik Lampu Neon
11
digunakan dalam jumlah yang banyak dan beban
yang cukup besar mengakibatkan menurunya
faktor daya sumber yang berakibat tidak
tercapainya jumlah beban dan jumlah daya
tersedia dari sumber, akibatnya penggunaan
lampu jenis ini akan menurunkan jumlah daya
yang tersedia dari sumber, juga kesulitan lain
berupa sulit menyala dengan normal pada saat
terjadi beban puncak dan menurunya tegangan
sumber.
Untuk mengatasi hal ini maka
penggunaan lampu jenis fluorescent yang tetap
dapat dioperasikan seimbang antara jumlah
beban (jumlah lampu) dengan jumlah daya yang
tersedia dari sumber. Dengan kata lain kita
berusaha agar daerah atau rentangan beban
(lampu TL) yang masuk pada sistem mempunyai
faktor daya lebih tinggi mendekati faktor daya
dari sumber agar tercapai efisiensi penggunaan
daya listrik, sehingga akan sama atau mendekati
sama antara daya nominal beban dengan daya nominal sumber.
3. Perancangan Detail
3.1 Spesifikasi komponen produk
Komponen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Komponen Bahan Dimensi
Bola lampu Low sodium lead free
glass tube
Diameter luar 12,2 ± 0,2 mm
Ketebalan 1,0 ± 0,1 mm
Panjang 1000 mm ~ 1300 mm
Exhaust tube Lead glass (21% lead
contained at least)
Diameter luar 4,1 ± 0,15 mm
Ketebalan 0,45 ± 0,1 mm
Panjang 75 ± 0,7 mm
Lead in wire Demmet wire Cr6 Diameter 0,45 mm
Panjang 62 mm
Filament Triple coil: tungsten
38um: 4,38 mg, dan
molybdenum 60um
Panjang 13 ± 0,5 mm
Fosfor, Emittor
Perkembangan Generik Lampu Neon
12
(oxide)/carbonate
suspension
Cane glass for
beads mount
Lead glass Diameter luar 2 ~ 2,5 mm
Panjang 1000 mm
Amalgam Merkuri, argon
Base cement
3.2 Peralatan Produksi
Mesin yang dibutuhkan terdiri dari:
Top Fusion Machine
Washing & Coating Machine
Baking Machine
End Sealing Machine
Stem Machine
Mounting Machine
Sealing Machine
Fusion Machine
Exhaust Machine
Aging Machine
Flare Machine
Warna perlengkapan yang dibutuhkan:
List Color
Equipment original color
safety cover
gas piping yellow
air piping
high pressure air white
low pressure air white
clean air white
oxygen black
argon gas gray
nitrogen gas green
water light blue
heating heat-proof silver
control box (outer) light blue
control box (inner) yellow-gray
operation box and middle boxlight blue
cable slot standard
commercial parts standard
Perkembangan Generik Lampu Neon
13
3.3 Rencana Proses Produksi
Produksi lampu fluorescent yang dilakukan dalam empat tahap. Sebagian besar
pekerjaan dilakukan dengan mesin otomatis, sehingga hanya sedikit pekerja yang
dibutuhkan. Keempat tahapan produksi adalah:
1) Pembuatan mount
Tiga mesin yang digunakan untuk membuat mount. Mesin ini dapat digunakan
untuk membuat batang untuk berbagai jenis lampu:
a) Pembuatan flare
Flare batangan (tube) dimasukkan ke dalam mesin flare yang memiliki 12
head, dengan putaran head sekitar 1550 rpm. Batangan head turun sesuai
panjang yang diinginkan, kemudian ujung paling bawah dipanasi sebanyak
empat tahap (sekitar 700o
C. Pada pemanasan tersebut ditambah serbuk
belerang untuk menurunkan titik lebur coating dan mempermudah
pembentukan ramer. Flare yang ujungnya telah dipanaskan kemudian
dilewatkan pada alat yang berputar sehingga ujungnya melebar membentuk
ramer (bibir flare). Kemudian dilakukan pendinginan dengan blower sebanyak
dua kali. Setelah itu dilakukan proses penggoresan memakai cuiter dan
dilanjutkan pemotongan dengan menggunakan panas api. Setelah
pemotongan, flare yang sudah jadi turun ke dalam cawan annealing (sekitar
400o
C untuk mengembalikan tekstur, menghaluskan permukaan pemotongan,
menyamakan suhu dan seluruh bagian flare dan menghilangkan tegangan
permukaan. Hasil proses ini disebut flare.
b) Proses stem
Proses stem merupakan proses penggabungan antara flare, exhaust tube, dan
lead in wire. Proses ini diawali dengan masuknya flare pada chuck head,
kemudian diberi dua buah lead in wire yang diletakkan di dalam flare, dan
selanjutnya ditengah-tengah flare diberi exhaust tube yang sebelumnya telah
dipotong-potong sesuai dengan panjang yang diinginkan. Proses selanjutnya
adalah proses pengapian dengan 10 head pengapian (sekitar 900o
C). Exhaust
tube bagian atas dibakar untuk menghaluskan permukaan potong. Pada
puncak pemanasan terdapat stem proses yang berfungsi mengapit lead in wire
dan menggabungkan flare dan exhaust tube. Selanjutnya dilakukan proses
penutupan proses dari atas yang berfungsi untuk membuat lubang pada
Perkembangan Generik Lampu Neon
14
exhaust tube (blow hole) dan setelah itu dilakukan proses pendinginan yang
berfungsi untuk mengembalikan kekerasan setelah pelumeran. Akhir dari
proses stem ini adalah proses annealing yang menggunakan oven (200o
C)
dengan tujuan menyamakan suhu dan membuat bahan lebih bersifat homogen
dan kuat sebab jika mendinginkan langsung dapat menimbulkan retak atau
pecah pada stem.
c) Proses Mounting
Proses ini diawali dengan memasukkan stem ke dalam head berupa konveyor
yang menuju ke head mounting. Proses selanjutnya adalah pelurusan lead in
wire ke samping dan penekukan ujung lead in wire sebagai tempat penjepit
filament. Setelah filament dipasang pada kaitan tersebut dan kemudian kaitan
tersebut ditutup. Proses pengapian dilakukan untuk membentuk ujung exhaust
tube menjadi pipih. Ketika ujung exhaust tube masih dalam keadaan lunak
ditancapkan 4 buah molydenum wire sebagai penyangga filament kemudian
filament dikaitkan pada keempat penyangga tersebut. Akhir dari proses
mounting ini adalah proses perapatan lead in wire seperti posisi semula.
Kemudian produk yang ada diberi getter yang berfungsi mengikat gas-gas lain
dalam lampu dan membuat bola lampu menjadi vaccum sehingga tidak ada
gas-gas lain di dalam lampu seperti O2. Proses getter dilakukan dengan
mencelupkan hasil mounting pada larutan getter selama beberapa detik dan
setelah itu hasil mounting diletakkan dalam konveyor hasil akhir sambil
menunggu keringnya getter sehingga melekat pada lampu. Getter yang
digunakan adalah phospor red dan barium acid. Phospor red digunakan pada
lampu dnegan cara pencelupan oleh filamen pada saat diproses di mesin
automounting yang berfungsi membuat lampu menjadi vaccum (bekerja pada
saat penyalaan awal atau flashing), sedangkan barium acid bekerja
menmvacuumkan lampu yang dioleskan di exhaust tube setelah prosduk
melewati mesin automounting. Barium acid ini bekerja sering berhubungan
dengan umur lampu. Pada lampu yang baik atau siap pakai maka getter ini
berwarna hitam dan jika ada kebocoran ada berwarna putih.
2) Kaca Tabung
a) Proses washing and coating. Persiapan Tabung kaca dari panjang yang sesuai
ditempatkan di cuci dan mesin coating. Mesin ini menggunakan air panas dan
udara panas untuk mencuci dan mengeringkan tabung kaca sebelum dinding
bagian dalam tabung yang dilapisi dengan bubuk fluorescent.
b) Proses baking. Setelah dilapisi dengan bubuk neon tabung secara otomatis
ditempatkan ke rol konveyor yang mengangkut mereka melalui oven dan
melalui ruang pendingin. Sebagai tabung melewati oven, lapisan neon
dipanggang ke tabung.
c) Ketika mereka melewati ruang pendingin, dua mesin pembersih akhir
otomatis menyikat lapisan neon dari ujung tabung. Conveyor kemudian
mengangkut tabung ke mesin penyegel untuk perakitan akhir.
Perkembangan Generik Lampu Neon
15
3) Pembuatan base cement
Bagian yang diperlukan dari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat
senyawa penyegel dicampur dalam mesin semen-pencampuran. Senyawa
penyegelan ini kemudian dibagikan ke dasar dari lampu dengan mesin pengisian
otomatis. Dasar-dasar tersebut kemudian diteruskan ke mesin mendasarkan untuk
perakitan akhir.
4) Perakitan akhir
a) Tahap sintering, pada proses ini, tube-tube diberi cairan putih (mount) agar
lampu dapat menyala lebih terang.
b) Tahap pumping, dimana tube diberi argon atau mercuri agar nyala lampu
dapat lebih merata dan nyalanya tidak berat disatu sisi saja.
c) Tahap basing, dimana tube diberi komponen elektronik oleh bagian
assembling, dan diberi pengait.
d) Tahap aging, dimana lampu yang sudah jadi diuji coba, lampu yang nyala
akan ke tahap berikutnya sedangkan lampu yang tidak menyala harus
dilakukan pengulangan dari pertama.
e) Tahap pengepakan dan pengiriman.
4. Pengujian dan Perbaikan
Sebagian besar literatur menyebutkan, prototype lampu neon ciptaan Georges
Claude, memiliki sebuah tabung kaca tertutup yang mengandung sangat sedikit udara,
sedikit air raksa, bubuk putih fosfor, dan dua elektroda (katoda dan anoda) pada
setiap ujung tabung. Selain itu terdapat transformer yang mengatur aliran listrik ke
tabung. Begitu saklar dihidupkan transformer mengaliri listrik ke dalam tabung.
Aliran listrik tersebut meloncat (arc) dari katoda ke anoda sehingga menguapkan air
raksa menjadi ion. Gas air raksa mengeluarkan sinar ultraviolet yang tidak tampak
yang membentur bubuk putih fosfor sehingga menghasilkan cahaya yang memancar.
Namun penemuan lampu neon belum sempurna. Sinar tabung-tabung merah
itu tak seperti sumber cahaya lainnya yang berguna untuk keperluan umum sehari-
hari, seperti menerangi rumah atau jalan tangga, akibatnya lampu neon menjadi
lembap. Pada waktu itu, para ilmuwan dan saintis menyebutkan, kelemahan lampu
neon pada waktu itu diakibatkan neon tak bisa di kompilasikan dengan elemen lain
pada tabung lainnya, artinya gas baru tak membutuhkan katup gas.
Meski demikian, Claude tidak menyerah dan berusaha untuk
menyempurnakan temuannya ini. Setelah melakukan penelitian, lampu neon yang
memancarkan warna merah ini menarik perhatian dan kemampuannya bertahan di
tengah siraman hujan dan kabut. Alhasil, temuan yang spektakuler ini cukup efektif
digunakan untuk iklan dan reklame. Hasil temuannya ini, ia publikasikan di Paris
Perkembangan Generik Lampu Neon
16
pada 1910. Atas bantuan kawannya, ia
memperkenalkan lampu buatannya itu ke
Amerika. Agar temuannya tidak ditiru orang.
Claude mematenkan lampu neon di Amerika
Serikat. Semenjak itu ia mulai dikenal sebagai
seorang jenius yang berhasil menemukan lampu
neon yang merupakan pelopor lampu pijar
untuk keperluan periklanan
Pada 1915, untuk pertama kalinya
lampu neon dijual kepada khalayak umum.
Seorang Pengusaha Earle C. Anthony, membeli
lampu neon seharga U$ 24 ribu. Lampu itu, ia
gunakan untuk menerangi papan reklame
perusahaan penjualan mobil miliknya di Los
Angeles. Pertama kali lampu neon Claude
hanya berwarna biru dan merah. Bisa dikatakan
sejak saat itu hingga kini lampu bikinan Claude
kerap dipakai untuk menerangi papan reklame seperti kasino, hotel, swalayan,
maupun lampu lalu lintas dan keperluan lainnya.
Claude lalu mengembangkan teknologi neon buatannya itu. Ia menemukan
elektroda-elektroda nonreaktif yang cukup untuk menangani gempuran ion tanpa
membuatnya panas. Temuan itu membuka pemikiran bagi perawatan tabung-tabung
neon sehingga menjadi awet digunakan.
5. Produksi awal
Produksi lampu neon semakin berkembang karena keuntungan-keuntungan
dibandingkan dengan lampu pijar. Produksi awal lampu neon ini dimulai di Amerika
tahun 1915 yang akhirnya terus disempurnakan sehingga warna lampu menjadi putih
dan banyak digunakan hingga saat ini.
Perkembangan Generik Lampu Neon
17
B. Jenis Proses Pengembangan Produk
Proses pengembangan produk lampu neon dapat digolongkan sebagai jenis
market pull hal ini dikarenakan pengembangan produk dimulai dengan adanya peluang
peluang pasar dan kemudian mendapatkan teknologi yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Jadi dalam hal ini, karena kebutuhan akan lampu dengan kriteria-
kriteria tertentu menjadikan para ilmuwan/tim pengembang melakukan perkembangan
terhadap lampu pijar dan darisitu untuk segi efisiensi pabrik, ditemukan dan
dikembangkan teknologi otomasi untuk membuat lampu tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lampu neon dikembangkan untuk
menangani keluhan pelanggan diantaranya:
a. Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya hanya 10%
dan sisanya memancar sebagai panas (400o
C);
b. Mempunyai efikasi rendah yaitu sekitar 12 lumen/watt;
c. Umur lampu pijar relatif pendek dibandingkan lampu jenis lainnya (sekitar 1.000
jam);
d. Sensitif terhadap tegangan;
e. Silau
Hal inilah yang menjadikan muncul berbagai teknologi untuk mengatasi kebutuhan ini
sehingga diproduksilah lampu neon.
REFERENSI
http://forum.viva.co.id/aneh-dan-lucu/196071-ini-dia-lampu-bohlam-pertama-di-
dunia.html
http://imroee.blogspot.com/2011/01/thomas-alva-edison-penemu-bola-lampu.html
http://labsky2012b.blogspot.com/2012/09/lampu-pijar-lampu-pijar-sumber-cahaya.html
http://pandri-16.blogspot.com/2011/02/sejarah-pertama-lampu-pijar-dan-penemu.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_pijar
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=2&submit.x=13&submit.y=12&submit=next&
qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F2005%2Fji
unkpe-ns-s1-2005-31401148-2854-matsushita-chapter4.pdf
http://tebuz.blogspot.com/
http://itsallaboutbusiness.com/Manufacturing.htm
http://panasonic.co.jp/es/environment/report/pdfs/asia05.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=2&submit.x=18&submit.y=14&submit=next&
qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2009%2Fjiu
nkpe-ns-s1-2009-25405008-12352-philips-chapter4.pdf
http://www.youtube.com/watch?v=mKDjW2FWSsE
http://www.youtube.com/watch?v=dZLIeY51HL8
http://www.youtube.com/watch?v=YwsDvINxA84

More Related Content

What's hot

Makalah pancasila sebagai dasar negara republik indonesia
Makalah pancasila sebagai dasar negara republik indonesiaMakalah pancasila sebagai dasar negara republik indonesia
Makalah pancasila sebagai dasar negara republik indonesiamunziraja
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanAhmad Syafiq
 
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel Maulitsa Putriyono
 
Evaluasi cahaya dan alat optik kelas 8
Evaluasi cahaya dan alat optik kelas 8Evaluasi cahaya dan alat optik kelas 8
Evaluasi cahaya dan alat optik kelas 8Dwi Yuliana Herawati
 
Fisika kelas 8 : Energi dan usaha
Fisika kelas 8 : Energi dan usahaFisika kelas 8 : Energi dan usaha
Fisika kelas 8 : Energi dan usahaKwirinus Asa II
 
Hakikat fungsi dan kedudukan pancasila
Hakikat fungsi dan kedudukan pancasilaHakikat fungsi dan kedudukan pancasila
Hakikat fungsi dan kedudukan pancasilaAgus S. Hidayat, S.Pd
 
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam IslamHamida ID
 
Perbedaan Research & Development (R&D) dan Development Research (DR)
Perbedaan Research & Development (R&D) dan Development Research (DR)Perbedaan Research & Development (R&D) dan Development Research (DR)
Perbedaan Research & Development (R&D) dan Development Research (DR)Rahma Siska Utari
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALDadang Solihin
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanDavid Kurniawan
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamNUR DIANA
 
Bab iii 5.aspek sosial dalam ketahanan nasional
Bab iii  5.aspek sosial dalam ketahanan nasionalBab iii  5.aspek sosial dalam ketahanan nasional
Bab iii 5.aspek sosial dalam ketahanan nasionalnatal kristiono
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaRiska Yuliatiningsih
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraWarnet Raha
 
Iptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islamIptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islamTriwrant Atmod
 
Sistematika (makalah dan skripsi)
Sistematika (makalah dan skripsi)Sistematika (makalah dan skripsi)
Sistematika (makalah dan skripsi)santi damayanti
 

What's hot (20)

Makalah pancasila sebagai dasar negara republik indonesia
Makalah pancasila sebagai dasar negara republik indonesiaMakalah pancasila sebagai dasar negara republik indonesia
Makalah pancasila sebagai dasar negara republik indonesia
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
 
Tugas resensi jurnal rahmat
Tugas resensi jurnal rahmatTugas resensi jurnal rahmat
Tugas resensi jurnal rahmat
 
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
 
Evaluasi cahaya dan alat optik kelas 8
Evaluasi cahaya dan alat optik kelas 8Evaluasi cahaya dan alat optik kelas 8
Evaluasi cahaya dan alat optik kelas 8
 
Fisika kelas 8 : Energi dan usaha
Fisika kelas 8 : Energi dan usahaFisika kelas 8 : Energi dan usaha
Fisika kelas 8 : Energi dan usaha
 
Hakikat fungsi dan kedudukan pancasila
Hakikat fungsi dan kedudukan pancasilaHakikat fungsi dan kedudukan pancasila
Hakikat fungsi dan kedudukan pancasila
 
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
 
Perbedaan Research & Development (R&D) dan Development Research (DR)
Perbedaan Research & Development (R&D) dan Development Research (DR)Perbedaan Research & Development (R&D) dan Development Research (DR)
Perbedaan Research & Development (R&D) dan Development Research (DR)
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan Satuan
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islam
 
Bab iii 5.aspek sosial dalam ketahanan nasional
Bab iii  5.aspek sosial dalam ketahanan nasionalBab iii  5.aspek sosial dalam ketahanan nasional
Bab iii 5.aspek sosial dalam ketahanan nasional
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 
Makalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat MadaniMakalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat Madani
 
Iptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islamIptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islam
 
Dafimayorum
DafimayorumDafimayorum
Dafimayorum
 
Makalah Karya Ilmiah
Makalah Karya Ilmiah Makalah Karya Ilmiah
Makalah Karya Ilmiah
 
Sistematika (makalah dan skripsi)
Sistematika (makalah dan skripsi)Sistematika (makalah dan skripsi)
Sistematika (makalah dan skripsi)
 

Viewers also liked

Perkembangan generik lampu neon
Perkembangan generik lampu neonPerkembangan generik lampu neon
Perkembangan generik lampu neonJulita Anggrek
 
Proyek Pengembangan lampu
Proyek Pengembangan lampuProyek Pengembangan lampu
Proyek Pengembangan lampuJulita Anggrek
 
Konsep dan satuan penerangan
Konsep dan satuan peneranganKonsep dan satuan penerangan
Konsep dan satuan penerangangumpita2014
 
Jenis – jenis lampu instalasi listrik
Jenis – jenis lampu instalasi listrikJenis – jenis lampu instalasi listrik
Jenis – jenis lampu instalasi listrikPanduWirata
 
PHI454 Current Issue In Science : Al Quran and Science : Compatible or Incomp...
PHI454 Current Issue In Science : Al Quran and Science : Compatible or Incomp...PHI454 Current Issue In Science : Al Quran and Science : Compatible or Incomp...
PHI454 Current Issue In Science : Al Quran and Science : Compatible or Incomp...Abdul Hamzzah
 

Viewers also liked (7)

Perkembangan generik lampu neon
Perkembangan generik lampu neonPerkembangan generik lampu neon
Perkembangan generik lampu neon
 
Proyek Pengembangan lampu
Proyek Pengembangan lampuProyek Pengembangan lampu
Proyek Pengembangan lampu
 
Konsep dan satuan penerangan
Konsep dan satuan peneranganKonsep dan satuan penerangan
Konsep dan satuan penerangan
 
Jenis lampu
Jenis lampuJenis lampu
Jenis lampu
 
Jenis jenis lampu
Jenis jenis lampuJenis jenis lampu
Jenis jenis lampu
 
Jenis – jenis lampu instalasi listrik
Jenis – jenis lampu instalasi listrikJenis – jenis lampu instalasi listrik
Jenis – jenis lampu instalasi listrik
 
PHI454 Current Issue In Science : Al Quran and Science : Compatible or Incomp...
PHI454 Current Issue In Science : Al Quran and Science : Compatible or Incomp...PHI454 Current Issue In Science : Al Quran and Science : Compatible or Incomp...
PHI454 Current Issue In Science : Al Quran and Science : Compatible or Incomp...
 

Similar to Perkembangan Lampu Neon

Similar to Perkembangan Lampu Neon (20)

PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TLPROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
 
Jenis jenis lampu
Jenis jenis lampuJenis jenis lampu
Jenis jenis lampu
 
Nanomaterial
NanomaterialNanomaterial
Nanomaterial
 
Lampu Neon Hemat Energi
Lampu Neon Hemat EnergiLampu Neon Hemat Energi
Lampu Neon Hemat Energi
 
Fitting dan lampu
Fitting dan lampuFitting dan lampu
Fitting dan lampu
 
Modul mikroelektronika
Modul mikroelektronikaModul mikroelektronika
Modul mikroelektronika
 
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docx
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docxREVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docx
REVISI MAKALAH KIMIA ANALISIS INSTRUMEN (CAHAYA) KLP 2.docx
 
Enjin
EnjinEnjin
Enjin
 
Enjin
EnjinEnjin
Enjin
 
14. lighting
14. lighting14. lighting
14. lighting
 
PPT KIMIA Bab 1 sampai 6, institut pertanian Bogor
PPT KIMIA Bab 1 sampai 6, institut pertanian BogorPPT KIMIA Bab 1 sampai 6, institut pertanian Bogor
PPT KIMIA Bab 1 sampai 6, institut pertanian Bogor
 
4660 10129-1-sm (1)
4660 10129-1-sm (1)4660 10129-1-sm (1)
4660 10129-1-sm (1)
 
4660 10129-1-sm (2)
4660 10129-1-sm (2)4660 10129-1-sm (2)
4660 10129-1-sm (2)
 
Hierarki Kebutuhan Pelanggan Lampu
Hierarki Kebutuhan Pelanggan LampuHierarki Kebutuhan Pelanggan Lampu
Hierarki Kebutuhan Pelanggan Lampu
 
EFEK FOTOLISTRIK DARI TEORI KE APLIKASI
EFEK FOTOLISTRIK DARI TEORI KE APLIKASIEFEK FOTOLISTRIK DARI TEORI KE APLIKASI
EFEK FOTOLISTRIK DARI TEORI KE APLIKASI
 
Baterai
BateraiBaterai
Baterai
 
Energi surya kel.6 (14 06-21)
Energi surya kel.6 (14 06-21)Energi surya kel.6 (14 06-21)
Energi surya kel.6 (14 06-21)
 
Baterai
BateraiBaterai
Baterai
 
Fc tata cahaya
Fc tata cahayaFc tata cahaya
Fc tata cahaya
 
Mobil sahabat lingkungan
Mobil sahabat lingkunganMobil sahabat lingkungan
Mobil sahabat lingkungan
 

More from Julita Anggrek

Supplier selection for food industry - combination of taguchi & fuzzy ahp
Supplier selection for food industry - combination of taguchi & fuzzy ahpSupplier selection for food industry - combination of taguchi & fuzzy ahp
Supplier selection for food industry - combination of taguchi & fuzzy ahpJulita Anggrek
 
Development of a supplier selection model using fuzzy logic
Development of a supplier selection model using fuzzy logicDevelopment of a supplier selection model using fuzzy logic
Development of a supplier selection model using fuzzy logicJulita Anggrek
 
Review Paper_The impact of soft and hard tqm elements on quality management r...
Review Paper_The impact of soft and hard tqm elements on quality management r...Review Paper_The impact of soft and hard tqm elements on quality management r...
Review Paper_The impact of soft and hard tqm elements on quality management r...Julita Anggrek
 
Paper Analysis - Case Study About Lean in North America's Automobile Industry
Paper Analysis - Case Study About Lean in North America's Automobile IndustryPaper Analysis - Case Study About Lean in North America's Automobile Industry
Paper Analysis - Case Study About Lean in North America's Automobile IndustryJulita Anggrek
 
Batch Reduction - TI Ukrida (Julita)
Batch Reduction - TI Ukrida (Julita)Batch Reduction - TI Ukrida (Julita)
Batch Reduction - TI Ukrida (Julita)Julita Anggrek
 
Presentasi lab statistik
Presentasi lab statistikPresentasi lab statistik
Presentasi lab statistikJulita Anggrek
 
Proposal Perkembangan Lampu
Proposal Perkembangan LampuProposal Perkembangan Lampu
Proposal Perkembangan LampuJulita Anggrek
 
Review research guide up metolit ind-1 tgs 6
Review research guide up   metolit ind-1 tgs 6Review research guide up   metolit ind-1 tgs 6
Review research guide up metolit ind-1 tgs 6Julita Anggrek
 
Tugas iv manajemen pemasaran ekspor ikan
Tugas iv manajemen pemasaran ekspor ikanTugas iv manajemen pemasaran ekspor ikan
Tugas iv manajemen pemasaran ekspor ikanJulita Anggrek
 
manajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapumanajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapuJulita Anggrek
 
Review jurnal plc julita 222010006
Review jurnal plc julita 222010006Review jurnal plc julita 222010006
Review jurnal plc julita 222010006Julita Anggrek
 
Julita (222010006) tugas besar manajemen teknologi printer
Julita (222010006) tugas besar manajemen teknologi printerJulita (222010006) tugas besar manajemen teknologi printer
Julita (222010006) tugas besar manajemen teknologi printerJulita Anggrek
 
Julita (222010006) presentasi tugas besar manajemen teknologi printer
Julita (222010006) presentasi tugas besar manajemen teknologi printerJulita (222010006) presentasi tugas besar manajemen teknologi printer
Julita (222010006) presentasi tugas besar manajemen teknologi printerJulita Anggrek
 
Manufacturing Resources Planning
Manufacturing Resources PlanningManufacturing Resources Planning
Manufacturing Resources PlanningJulita Anggrek
 
06 analisis memindahkan barang secara manual
06 analisis memindahkan barang secara manual06 analisis memindahkan barang secara manual
06 analisis memindahkan barang secara manualJulita Anggrek
 
09 shiftwork pemadam kebakaran
09 shiftwork pemadam kebakaran09 shiftwork pemadam kebakaran
09 shiftwork pemadam kebakaranJulita Anggrek
 
05 perhitungan waktu kerja dan istirahat kegiatan mencangkul
05 perhitungan waktu kerja dan istirahat kegiatan mencangkul05 perhitungan waktu kerja dan istirahat kegiatan mencangkul
05 perhitungan waktu kerja dan istirahat kegiatan mencangkulJulita Anggrek
 
Analisis Nordic Bodymap
Analisis Nordic BodymapAnalisis Nordic Bodymap
Analisis Nordic BodymapJulita Anggrek
 

More from Julita Anggrek (20)

Supplier selection for food industry - combination of taguchi & fuzzy ahp
Supplier selection for food industry - combination of taguchi & fuzzy ahpSupplier selection for food industry - combination of taguchi & fuzzy ahp
Supplier selection for food industry - combination of taguchi & fuzzy ahp
 
Development of a supplier selection model using fuzzy logic
Development of a supplier selection model using fuzzy logicDevelopment of a supplier selection model using fuzzy logic
Development of a supplier selection model using fuzzy logic
 
Review Paper_The impact of soft and hard tqm elements on quality management r...
Review Paper_The impact of soft and hard tqm elements on quality management r...Review Paper_The impact of soft and hard tqm elements on quality management r...
Review Paper_The impact of soft and hard tqm elements on quality management r...
 
Value chain - Donut
Value chain - DonutValue chain - Donut
Value chain - Donut
 
Paper Analysis - Case Study About Lean in North America's Automobile Industry
Paper Analysis - Case Study About Lean in North America's Automobile IndustryPaper Analysis - Case Study About Lean in North America's Automobile Industry
Paper Analysis - Case Study About Lean in North America's Automobile Industry
 
Batch Reduction - TI Ukrida (Julita)
Batch Reduction - TI Ukrida (Julita)Batch Reduction - TI Ukrida (Julita)
Batch Reduction - TI Ukrida (Julita)
 
Presentasi lab statistik
Presentasi lab statistikPresentasi lab statistik
Presentasi lab statistik
 
Proposal Perkembangan Lampu
Proposal Perkembangan LampuProposal Perkembangan Lampu
Proposal Perkembangan Lampu
 
Review research guide up metolit ind-1 tgs 6
Review research guide up   metolit ind-1 tgs 6Review research guide up   metolit ind-1 tgs 6
Review research guide up metolit ind-1 tgs 6
 
Tugas iv manajemen pemasaran ekspor ikan
Tugas iv manajemen pemasaran ekspor ikanTugas iv manajemen pemasaran ekspor ikan
Tugas iv manajemen pemasaran ekspor ikan
 
manajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapumanajemen pemasaran ikan kerapu
manajemen pemasaran ikan kerapu
 
Review jurnal plc julita 222010006
Review jurnal plc julita 222010006Review jurnal plc julita 222010006
Review jurnal plc julita 222010006
 
Julita (222010006) tugas besar manajemen teknologi printer
Julita (222010006) tugas besar manajemen teknologi printerJulita (222010006) tugas besar manajemen teknologi printer
Julita (222010006) tugas besar manajemen teknologi printer
 
Julita (222010006) presentasi tugas besar manajemen teknologi printer
Julita (222010006) presentasi tugas besar manajemen teknologi printerJulita (222010006) presentasi tugas besar manajemen teknologi printer
Julita (222010006) presentasi tugas besar manajemen teknologi printer
 
Manufacturing Resources Planning
Manufacturing Resources PlanningManufacturing Resources Planning
Manufacturing Resources Planning
 
06 analisis memindahkan barang secara manual
06 analisis memindahkan barang secara manual06 analisis memindahkan barang secara manual
06 analisis memindahkan barang secara manual
 
08 analisa display
08 analisa display08 analisa display
08 analisa display
 
09 shiftwork pemadam kebakaran
09 shiftwork pemadam kebakaran09 shiftwork pemadam kebakaran
09 shiftwork pemadam kebakaran
 
05 perhitungan waktu kerja dan istirahat kegiatan mencangkul
05 perhitungan waktu kerja dan istirahat kegiatan mencangkul05 perhitungan waktu kerja dan istirahat kegiatan mencangkul
05 perhitungan waktu kerja dan istirahat kegiatan mencangkul
 
Analisis Nordic Bodymap
Analisis Nordic BodymapAnalisis Nordic Bodymap
Analisis Nordic Bodymap
 

Recently uploaded

aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 

Recently uploaded (20)

aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

Perkembangan Lampu Neon

  • 1. 2013 Julita 22-2010-006 UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Perencanaan dan Perancangan Produk Perkembangan Lampu Neon
  • 2. Perkembangan Generik Lampu Neon 2 PERKEMBANGAN GENERIK LAMPU NEON A. Fase Perkembangan Generik Perkembangan lampu neon hemat energi dimulai sejak munculnya lampu pijar sebagai pengembangan produk penerangan bertenaga listrik pertama. Perkembangan ini berkembang menghasilkan lampu neon jenis compact fluorescent. Berikut ini adalah penjelasan fase perkembangan generik dari produk lampu neon hemat energi. A.1 Perkembangan Lampu Pijar Berikut ini adalah enam fase perkembangan munculnya lampu pijar sebagai sarana penerangan. 0. Perencanaan Pada mulanya manusia membutuhkan penerangan pada malam hari dengan cara menggosok-gosokan batu hingga mengeluarkan api/cahaya, kemudian dari api dikembangkan dengan membakar benda-benda yang mudah menyala hingga membentuk sekumpulan cahaya, seterusnya sampai ditemukan bahan bakar minyak dan gas yang digunakan untuk lampu obor, lampu minyak, dan lampu gas. Penerangan yang dioperasikan kurang praktis ini menjadikan munculnya ide untuk menciptakan lampu yang dapat bertahan dalam waktu lama dan praktis. 1. Pengembangan Konsep 1.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Sebelum adanya lampu pijar tahun 1879, manusia masih menggunakan penerangan berupa lampu minyak, obor, atau gas. Hal ini tidaklah praktis dalam penggunaanya bagi manusia. Manusia membutuhkan sarana penerangan yang: a. Dapat menyala secara otomatis b. Praktis penggunaannya c. Dapat digunakan dalam waktu lama 1.2 Alternatif Konsep Produk Para ilmuwan telah memulai merencanakan konsep lampu yang terus dilengkapi satu sama lain. a. Konsep Sir Humphry Davy (1802) yaitu arus listrik dapat memanaskan seuntai logam tipis hingga menyala putih. b. Konsep Warren De la Rue (1820) yaitu menempatkan sebuah kumparan logam mulia platina di dalam sebuah tabung lalu mengalirkan arus listrik melaluinya akan membentuk lampu. c. Konsep Sir Joseph Swan (1860) yaitu arus listrik dialirkan ke kertas karbon sebagai filamen di ruang vacuum. d. Konsep Thomas Alva Edison (1870-an) yaitu merancang filamen elemen platina sebagai media aliran listrik. e. Konsep Thomas Alva Edison dengan penyempurnaan oleh John Ambrose Fleming (1879) yaitu arus listrik yang dialirkan menggunakan filamen spiral dari karbon dengan adanya penambahan sebuah flat (anoda).
  • 3. Perkembangan Generik Lampu Neon 3 1.3 Seleksi Konsep Dari sejumlah konsep di atas, diambilah konsep Sir Joseph Swan dan Thomas Alva Edison dan Fleming dengan filamen karbon. Hal ini dikarenakan penggunaan platina sebagai filamen tidak efisien. Platina mempunyai harga yang sangat tinggi. Inilah yang menyebabkan percobaan platina dihentikan. Berikut konsep lampu pijar secara garis besar. Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi. Lampu pertama konsep percobaan Joseph Wilson Swan 2. Perancangan Tingkatan Sistem 2.1 Arsitektur Produk Berikut ini adalah arsitektur produk yang dibuat oleh Thomas Alva Edison dan Fleming untuk menyempurnakan konsep Swan. ruang hampa udara Filamen kawat karbon Arus listrik Cahaya yang menyala
  • 4. Perkembangan Generik Lampu Neon 4 2.2 Uraian dan Tata Letak Bentuk Produk Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat dari kaca, filamen yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari filamen, bola lampu, gas pengisi, dan kaki lampu. 1. Bola lampu 2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen) 3. Filamen wolfram 4. Kawat penghubung ke kaki tengah 5. Kawat penghubung ke ulir 6. Kawat penyangga 7. Kaca penyangga 8. Kontak listrik di ulir 9. Sekrup ulir 10.Isolator 11.Kontak listrik di kaki tengah 2.3 Spesifikasi secara fungsional a. Bola lampu Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu pijar disebut dengan bola lampu. Macam-macam bentuk bola lampu antara lain adalah bentuk bola, bentuk jamur, bentuk lilin, dan bentuk lustre. Warna bola lampu antara lain yaitu bening, warna susu atau buram, dan warna merah, hijau, biru, atau kuning. b. Gas pengisi Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa udara namun belakangan diisi dengan gas mulia bertekanan rendah seperti argon, neon, kripton, dan xenon atau gas yang bersifat tidak reaktif seperti nitrogen sehingga filamen tidak teroksidasi. Konstruksi lampu halogen juga menggunakan prinsip yang sama dengan lampu pijar biasa, perbedaannya terletak pada gas halogen yang digunakan untuk mengisi bola lampu. c. Kaki lampu Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet yang dapat dibedakan dengan kode huruf E (Edison) dan B (Bayonet), diikuti dengan angka yang menunjukkan diameter kaki lampu dalam milimeter seperti E27 dan E14. 3. Perancangan Detail 3.1 Spesifikasi komponen produk Komponen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut. Komponen Bahan Dimensi Bola lampu Low sodium lead free glass tube Diameter luar 12,2 ± 0,2 mm Ketebalan 1,0 ± 0,1 mm Panjang 1000 mm ~ 1300 mm
  • 5. Perkembangan Generik Lampu Neon 5 Kawat tembaga Dumet wire Diameter 0,45 mm Panjang 62 mm Filamen Triple coil Tungsten 38um: 4.38 mg Molybdenum 60um Panjang 13.0 ± 0,5 mm 3.2 Peralatan produksi Peralatan yang dibutuhkan adalah: 1. Mesin flare 2. Mesin stem 3. Mesin mounting 4. Mesin sealex 5. Mesin basing 3.3 Rencana Proses Produksi Diagram proses produksi secara singkat adalah sebagai berikut. a. Filamen diproduksi seperti pada gambar, dimana tungsten dicampur dengan bahan pengikat dan ditarik melalui kawat. Kawat kemudian mengelilingi sebuah logam yang disebut mandrel untuk membentuk lilitan, kemudian dipanaskan dalam suatu proses yang dikenal dengan annealing. Proses ini akan melembutkan kawat dan membuat struktur yang lebih seragam. Mandrel ini kemudian dilarutkan dalam asam. b. Filamen dilekatkan pada lead in wire. Kait lead in wire ini akan menekan di ujung filamen.
  • 6. Perkembangan Generik Lampu Neon 6 c. Bola lampu diproduksi dengan mesin sealing dengan proses manufaktur otomatis dengan kecepatan 50.000 lampu perjam. Setelah itu, filamen dirakit ke bohlam, udara dievakuasi dan dimasukkan gas argon/nitrogen dengan pompa masuk. Kemudian bola lampu ditutupi dengan silika agar silau untuk menghilangkan silau dari filamen. Lambang perusahaan kemudian dicetak. d. Dasar bohlam dibuat dengan cetakan sedemikian sehingga membentuk seperti sekrup yang nantinya mudah masuk ke soket lampu. e. Setelah dasar lampu dibuat, filamen dipasang ke batang perakitan (stem) engan ujung-ujungnya dijepit dengan dua lead in wire. Selanjutnya, dasar bohlam ditutup dan dilakukan pengujian
  • 7. Perkembangan Generik Lampu Neon 7 4. Pengujian dan Perbaikan Prototype lampu pertama yang dibuat oleh Swan adalah dengan menggunakan karbon pensil yang kemudian dikembangkan oleh Edison seperti pada gambar disebelah kanannya. Prototipe betha pun dikembangkan dengan perubahan pada jenis filamen yaitu tungsten, dan filamen dibuat spiral, serta bentuk bola lampu yang juga dibuat lebih praktis pemakaiannya. Dari pengujian prototipe tersebut, diperoleh keandalan dan kinerja dari lampu pijar ini yaitu:  Mempunyai nilai ”color rendering index” 100% yang cahayanya tidak merubah warna asli obyek;  Mempunyai bentuk fisik lampu yang sederhana, macam-macam bentuknya yang menarik, praktis pemasangannya;  Harganya relatif lebih murah serta mudah didapat di toko-toko;  Instalasi murah, tidak perlu perlengkapan tambahan;  Lampu dapat langsung menyala;  Terang-redupnya dapat diatur denga dimmer;  Cahayanya dapat difokuskan.
  • 8. Perkembangan Generik Lampu Neon 8 5. Produksi awal Produksi awal lampu pijar dimulai oleh Thomas Alva Edison di Menlo Park, New Jersey sejak tahun 1890 mulai diperjualkan. Perkembangan model prototipe ini terus dikembangan dan disempurnakan hingga terbentuk lampu-lampu pijar yang saat ini banyak diperjualbelikan di seluruh dunia. A.2 Perkembangan Lampu Neon Compact Fluorescent Berikut ini enam fase perkembangan lampu neon compact fluorescent atau lampu hemat energi yang merupakan perkembangan lampu pijar disamping lampu neon biasa. 0. Perencanaan Lampu pijar yang sudah ada sejak tahun 1879 ternyata memiliki beberapa kekurangan yaitu: a. Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya hanya 10% dan sisanya memancar sebagai panas (400o C); b. Mempunyai efikasi rendah yaitu sekitar 12 lumen/watt; c. Umur lampu pijar relatif pendek dibandingkan lampu jenis lainnya (sekitar 1.000 jam); d. Sensitif terhadap tegangan; e. Silau Untuk itulah, dimulailah pemikiran untuk membentuk lampu yang dapat mengatasi kekurangan tersebut yaitu lampu neon. 1. Pengembangan Konsep 1.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Berdasarkan kekurangan dari lampu pijar di atas, maka munculah pemikiran untuk menciptakan lampu yang lebih efisien, tidak silau, dan umur yang panjang
  • 9. Perkembangan Generik Lampu Neon 9 sehingga memberikan kenyamanan bagi konsumen. Untuk itulah dikembangkan lampu neon fluorescent. 1.2 Alternatif Konsep Produk Tahun 1902, Georges Claude, seorang insinyur dan ahli kimia Prancis berusaha mengembangkan aliran listrik ke dalam tabung gas neon. Lampu neon merupakan lampu listrik yang terdiri dari tabung kaca, dilapisi di dalam dengan zat fluorescent. Lampu neon menghasilkan 3,5 kali lebih terang per watt, memiliki waktu hidup lebih lama dan biaya pembuatan yang lebih rendah dari lampu pijar. Lampu neon terdiri dari sebuah tabung kaca panjang yang menyegel komponen bagian dalam dari atmosfer. Komponen-komponen dalam meliputi dua elektroda yang memancarkan aliran elektron, uap merkuri, yang merupakan sumber radiasi ultraviolet, gas argon, yang membantu dalam memulai lampu dengan kompak lampu hemat energi neon yang mengandung ballast. 2. Perancangan Tingkat Sistem 2.2 Arsitektur Produk 2.3 Uraian Produk dan Spesifikasinya Lampu fluorescent adalah lampu dengan yang prinsip kerjanya dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya berdasarkan pada berpendarnya radiasi ultra violet pada permukaan yang dilapisi dengan serbuk fluorescent misalnya jenis phospor. Radiasi ultra violet akan terjadi bilamana elektron– elektron bebas hasil dari emisi elektron pada elektroda bertumbukan dengan atom–atom gas yang terdapat dalam tabung pelepas muatan.
  • 10. Perkembangan Generik Lampu Neon 10 Agar elektroda–elektroda dapat memancarkan elektron, maka perlu bagi elektroda untuk mendapatkan mekanisme pembantu proses tersebut. Pada lampu fluorescent biasa, maka proses emisi elektron ini dilakukan dengan proses pemanasan elektroda–elektroda terlebih dahulu, proses ini dilakukan oleh alat yang kita kenal dengan nama starter (penganjak). Untuk dapat menyala maka lampu tabung fluorescent memerlukan tegangan yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 400 Volt, jadi tegangan ini jauh lebih tinggi dari tegangan jala–jala yang tersedia, oleh karena itu fungsi starter selain membantu memanaskan elektroda, juga berfungsi sebagai alat untuk menciptakan tegangan penyalaan bagi lampu. Jika penyalaan telah selesai dilakukan, arus listrik akan mengalir melalui tabung lampu fluorescent, dan karena tegangan pada starter lebih besar sehingga bimetal pada starter akan terbuka. Oleh karena lampu fluorescent memiliki karakteristik arus - tegangan negatif, artinya tegangan pada lampu akan turun bila arus naik dan sebaliknya tegangan pada lampu akan naik bila arus turun, maka setelah proses penyalaan berlangsung, arus yang lewat pada tabung akan naik sampai tegangan kerja pada lampu tercapai. Tegangan ini jauh lebih rendah dari tegangan jala–jala. Untuk memelihara tegangan kerja inilah maka pada lampu jenis fluorescent digunakan alat bernama ballast. Fungsi utama dari ballast adalah membatasi besar arus dan mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang sesuai. Seperti yang telah dijelaskan didepan, lampu fluorescent banyak digunakan oleh masyarakat karena apabila dibandingkan dengan lampu jenis pijar, maka lampu jenis fluorescent tampak mempunyai efisiensi yang lebih tinggi yaitu dengan besar daya yang sama, diperoleh kuat penerangan yang lebih besar, selain itu pada lampu jenis pijar, banyak energi listrik yang diubah menjadi energi panas saja. Walaupun lampu jenis fluorescent mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada lampu jenis pijar, tetapi lampu ini masih mempunyai kerugian – kerugian yang cukup berarti yaitu : Harga lebih mahal, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, sebab masih terjangkau oleh masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan adanya ballast ini akan menimbulkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang kerugian cukup besar, dan juga rendahnya harga faktor kerja ( Cos φ ) karena pada lampu jenis fluorescent yang konvensional digunakan ballast jenis induktor ( kumparan ). Karena semakin mahalnya energi listrik, maka dimulailah beberapa cara untuk menghemat energi listrik, sehingga semakin banyak misalnya digunakan lampu – lampu jenis tabung fluorescent karena dianggap lebih efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, tetapi kendala timbul setelah
  • 11. Perkembangan Generik Lampu Neon 11 digunakan dalam jumlah yang banyak dan beban yang cukup besar mengakibatkan menurunya faktor daya sumber yang berakibat tidak tercapainya jumlah beban dan jumlah daya tersedia dari sumber, akibatnya penggunaan lampu jenis ini akan menurunkan jumlah daya yang tersedia dari sumber, juga kesulitan lain berupa sulit menyala dengan normal pada saat terjadi beban puncak dan menurunya tegangan sumber. Untuk mengatasi hal ini maka penggunaan lampu jenis fluorescent yang tetap dapat dioperasikan seimbang antara jumlah beban (jumlah lampu) dengan jumlah daya yang tersedia dari sumber. Dengan kata lain kita berusaha agar daerah atau rentangan beban (lampu TL) yang masuk pada sistem mempunyai faktor daya lebih tinggi mendekati faktor daya dari sumber agar tercapai efisiensi penggunaan daya listrik, sehingga akan sama atau mendekati sama antara daya nominal beban dengan daya nominal sumber. 3. Perancangan Detail 3.1 Spesifikasi komponen produk Komponen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut. Komponen Bahan Dimensi Bola lampu Low sodium lead free glass tube Diameter luar 12,2 ± 0,2 mm Ketebalan 1,0 ± 0,1 mm Panjang 1000 mm ~ 1300 mm Exhaust tube Lead glass (21% lead contained at least) Diameter luar 4,1 ± 0,15 mm Ketebalan 0,45 ± 0,1 mm Panjang 75 ± 0,7 mm Lead in wire Demmet wire Cr6 Diameter 0,45 mm Panjang 62 mm Filament Triple coil: tungsten 38um: 4,38 mg, dan molybdenum 60um Panjang 13 ± 0,5 mm Fosfor, Emittor
  • 12. Perkembangan Generik Lampu Neon 12 (oxide)/carbonate suspension Cane glass for beads mount Lead glass Diameter luar 2 ~ 2,5 mm Panjang 1000 mm Amalgam Merkuri, argon Base cement 3.2 Peralatan Produksi Mesin yang dibutuhkan terdiri dari: Top Fusion Machine Washing & Coating Machine Baking Machine End Sealing Machine Stem Machine Mounting Machine Sealing Machine Fusion Machine Exhaust Machine Aging Machine Flare Machine Warna perlengkapan yang dibutuhkan: List Color Equipment original color safety cover gas piping yellow air piping high pressure air white low pressure air white clean air white oxygen black argon gas gray nitrogen gas green water light blue heating heat-proof silver control box (outer) light blue control box (inner) yellow-gray operation box and middle boxlight blue cable slot standard commercial parts standard
  • 13. Perkembangan Generik Lampu Neon 13 3.3 Rencana Proses Produksi Produksi lampu fluorescent yang dilakukan dalam empat tahap. Sebagian besar pekerjaan dilakukan dengan mesin otomatis, sehingga hanya sedikit pekerja yang dibutuhkan. Keempat tahapan produksi adalah: 1) Pembuatan mount Tiga mesin yang digunakan untuk membuat mount. Mesin ini dapat digunakan untuk membuat batang untuk berbagai jenis lampu: a) Pembuatan flare Flare batangan (tube) dimasukkan ke dalam mesin flare yang memiliki 12 head, dengan putaran head sekitar 1550 rpm. Batangan head turun sesuai panjang yang diinginkan, kemudian ujung paling bawah dipanasi sebanyak empat tahap (sekitar 700o C. Pada pemanasan tersebut ditambah serbuk belerang untuk menurunkan titik lebur coating dan mempermudah pembentukan ramer. Flare yang ujungnya telah dipanaskan kemudian dilewatkan pada alat yang berputar sehingga ujungnya melebar membentuk ramer (bibir flare). Kemudian dilakukan pendinginan dengan blower sebanyak dua kali. Setelah itu dilakukan proses penggoresan memakai cuiter dan dilanjutkan pemotongan dengan menggunakan panas api. Setelah pemotongan, flare yang sudah jadi turun ke dalam cawan annealing (sekitar 400o C untuk mengembalikan tekstur, menghaluskan permukaan pemotongan, menyamakan suhu dan seluruh bagian flare dan menghilangkan tegangan permukaan. Hasil proses ini disebut flare. b) Proses stem Proses stem merupakan proses penggabungan antara flare, exhaust tube, dan lead in wire. Proses ini diawali dengan masuknya flare pada chuck head, kemudian diberi dua buah lead in wire yang diletakkan di dalam flare, dan selanjutnya ditengah-tengah flare diberi exhaust tube yang sebelumnya telah dipotong-potong sesuai dengan panjang yang diinginkan. Proses selanjutnya adalah proses pengapian dengan 10 head pengapian (sekitar 900o C). Exhaust tube bagian atas dibakar untuk menghaluskan permukaan potong. Pada puncak pemanasan terdapat stem proses yang berfungsi mengapit lead in wire dan menggabungkan flare dan exhaust tube. Selanjutnya dilakukan proses penutupan proses dari atas yang berfungsi untuk membuat lubang pada
  • 14. Perkembangan Generik Lampu Neon 14 exhaust tube (blow hole) dan setelah itu dilakukan proses pendinginan yang berfungsi untuk mengembalikan kekerasan setelah pelumeran. Akhir dari proses stem ini adalah proses annealing yang menggunakan oven (200o C) dengan tujuan menyamakan suhu dan membuat bahan lebih bersifat homogen dan kuat sebab jika mendinginkan langsung dapat menimbulkan retak atau pecah pada stem. c) Proses Mounting Proses ini diawali dengan memasukkan stem ke dalam head berupa konveyor yang menuju ke head mounting. Proses selanjutnya adalah pelurusan lead in wire ke samping dan penekukan ujung lead in wire sebagai tempat penjepit filament. Setelah filament dipasang pada kaitan tersebut dan kemudian kaitan tersebut ditutup. Proses pengapian dilakukan untuk membentuk ujung exhaust tube menjadi pipih. Ketika ujung exhaust tube masih dalam keadaan lunak ditancapkan 4 buah molydenum wire sebagai penyangga filament kemudian filament dikaitkan pada keempat penyangga tersebut. Akhir dari proses mounting ini adalah proses perapatan lead in wire seperti posisi semula. Kemudian produk yang ada diberi getter yang berfungsi mengikat gas-gas lain dalam lampu dan membuat bola lampu menjadi vaccum sehingga tidak ada gas-gas lain di dalam lampu seperti O2. Proses getter dilakukan dengan mencelupkan hasil mounting pada larutan getter selama beberapa detik dan setelah itu hasil mounting diletakkan dalam konveyor hasil akhir sambil menunggu keringnya getter sehingga melekat pada lampu. Getter yang digunakan adalah phospor red dan barium acid. Phospor red digunakan pada lampu dnegan cara pencelupan oleh filamen pada saat diproses di mesin automounting yang berfungsi membuat lampu menjadi vaccum (bekerja pada saat penyalaan awal atau flashing), sedangkan barium acid bekerja menmvacuumkan lampu yang dioleskan di exhaust tube setelah prosduk melewati mesin automounting. Barium acid ini bekerja sering berhubungan dengan umur lampu. Pada lampu yang baik atau siap pakai maka getter ini berwarna hitam dan jika ada kebocoran ada berwarna putih. 2) Kaca Tabung a) Proses washing and coating. Persiapan Tabung kaca dari panjang yang sesuai ditempatkan di cuci dan mesin coating. Mesin ini menggunakan air panas dan udara panas untuk mencuci dan mengeringkan tabung kaca sebelum dinding bagian dalam tabung yang dilapisi dengan bubuk fluorescent. b) Proses baking. Setelah dilapisi dengan bubuk neon tabung secara otomatis ditempatkan ke rol konveyor yang mengangkut mereka melalui oven dan melalui ruang pendingin. Sebagai tabung melewati oven, lapisan neon dipanggang ke tabung. c) Ketika mereka melewati ruang pendingin, dua mesin pembersih akhir otomatis menyikat lapisan neon dari ujung tabung. Conveyor kemudian mengangkut tabung ke mesin penyegel untuk perakitan akhir.
  • 15. Perkembangan Generik Lampu Neon 15 3) Pembuatan base cement Bagian yang diperlukan dari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat senyawa penyegel dicampur dalam mesin semen-pencampuran. Senyawa penyegelan ini kemudian dibagikan ke dasar dari lampu dengan mesin pengisian otomatis. Dasar-dasar tersebut kemudian diteruskan ke mesin mendasarkan untuk perakitan akhir. 4) Perakitan akhir a) Tahap sintering, pada proses ini, tube-tube diberi cairan putih (mount) agar lampu dapat menyala lebih terang. b) Tahap pumping, dimana tube diberi argon atau mercuri agar nyala lampu dapat lebih merata dan nyalanya tidak berat disatu sisi saja. c) Tahap basing, dimana tube diberi komponen elektronik oleh bagian assembling, dan diberi pengait. d) Tahap aging, dimana lampu yang sudah jadi diuji coba, lampu yang nyala akan ke tahap berikutnya sedangkan lampu yang tidak menyala harus dilakukan pengulangan dari pertama. e) Tahap pengepakan dan pengiriman. 4. Pengujian dan Perbaikan Sebagian besar literatur menyebutkan, prototype lampu neon ciptaan Georges Claude, memiliki sebuah tabung kaca tertutup yang mengandung sangat sedikit udara, sedikit air raksa, bubuk putih fosfor, dan dua elektroda (katoda dan anoda) pada setiap ujung tabung. Selain itu terdapat transformer yang mengatur aliran listrik ke tabung. Begitu saklar dihidupkan transformer mengaliri listrik ke dalam tabung. Aliran listrik tersebut meloncat (arc) dari katoda ke anoda sehingga menguapkan air raksa menjadi ion. Gas air raksa mengeluarkan sinar ultraviolet yang tidak tampak yang membentur bubuk putih fosfor sehingga menghasilkan cahaya yang memancar. Namun penemuan lampu neon belum sempurna. Sinar tabung-tabung merah itu tak seperti sumber cahaya lainnya yang berguna untuk keperluan umum sehari- hari, seperti menerangi rumah atau jalan tangga, akibatnya lampu neon menjadi lembap. Pada waktu itu, para ilmuwan dan saintis menyebutkan, kelemahan lampu neon pada waktu itu diakibatkan neon tak bisa di kompilasikan dengan elemen lain pada tabung lainnya, artinya gas baru tak membutuhkan katup gas. Meski demikian, Claude tidak menyerah dan berusaha untuk menyempurnakan temuannya ini. Setelah melakukan penelitian, lampu neon yang memancarkan warna merah ini menarik perhatian dan kemampuannya bertahan di tengah siraman hujan dan kabut. Alhasil, temuan yang spektakuler ini cukup efektif digunakan untuk iklan dan reklame. Hasil temuannya ini, ia publikasikan di Paris
  • 16. Perkembangan Generik Lampu Neon 16 pada 1910. Atas bantuan kawannya, ia memperkenalkan lampu buatannya itu ke Amerika. Agar temuannya tidak ditiru orang. Claude mematenkan lampu neon di Amerika Serikat. Semenjak itu ia mulai dikenal sebagai seorang jenius yang berhasil menemukan lampu neon yang merupakan pelopor lampu pijar untuk keperluan periklanan Pada 1915, untuk pertama kalinya lampu neon dijual kepada khalayak umum. Seorang Pengusaha Earle C. Anthony, membeli lampu neon seharga U$ 24 ribu. Lampu itu, ia gunakan untuk menerangi papan reklame perusahaan penjualan mobil miliknya di Los Angeles. Pertama kali lampu neon Claude hanya berwarna biru dan merah. Bisa dikatakan sejak saat itu hingga kini lampu bikinan Claude kerap dipakai untuk menerangi papan reklame seperti kasino, hotel, swalayan, maupun lampu lalu lintas dan keperluan lainnya. Claude lalu mengembangkan teknologi neon buatannya itu. Ia menemukan elektroda-elektroda nonreaktif yang cukup untuk menangani gempuran ion tanpa membuatnya panas. Temuan itu membuka pemikiran bagi perawatan tabung-tabung neon sehingga menjadi awet digunakan. 5. Produksi awal Produksi lampu neon semakin berkembang karena keuntungan-keuntungan dibandingkan dengan lampu pijar. Produksi awal lampu neon ini dimulai di Amerika tahun 1915 yang akhirnya terus disempurnakan sehingga warna lampu menjadi putih dan banyak digunakan hingga saat ini.
  • 17. Perkembangan Generik Lampu Neon 17 B. Jenis Proses Pengembangan Produk Proses pengembangan produk lampu neon dapat digolongkan sebagai jenis market pull hal ini dikarenakan pengembangan produk dimulai dengan adanya peluang peluang pasar dan kemudian mendapatkan teknologi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Jadi dalam hal ini, karena kebutuhan akan lampu dengan kriteria- kriteria tertentu menjadikan para ilmuwan/tim pengembang melakukan perkembangan terhadap lampu pijar dan darisitu untuk segi efisiensi pabrik, ditemukan dan dikembangkan teknologi otomasi untuk membuat lampu tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lampu neon dikembangkan untuk menangani keluhan pelanggan diantaranya: a. Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya hanya 10% dan sisanya memancar sebagai panas (400o C); b. Mempunyai efikasi rendah yaitu sekitar 12 lumen/watt; c. Umur lampu pijar relatif pendek dibandingkan lampu jenis lainnya (sekitar 1.000 jam); d. Sensitif terhadap tegangan; e. Silau Hal inilah yang menjadikan muncul berbagai teknologi untuk mengatasi kebutuhan ini sehingga diproduksilah lampu neon. REFERENSI http://forum.viva.co.id/aneh-dan-lucu/196071-ini-dia-lampu-bohlam-pertama-di- dunia.html http://imroee.blogspot.com/2011/01/thomas-alva-edison-penemu-bola-lampu.html http://labsky2012b.blogspot.com/2012/09/lampu-pijar-lampu-pijar-sumber-cahaya.html http://pandri-16.blogspot.com/2011/02/sejarah-pertama-lampu-pijar-dan-penemu.html http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_pijar http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=2&submit.x=13&submit.y=12&submit=next& qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F2005%2Fji unkpe-ns-s1-2005-31401148-2854-matsushita-chapter4.pdf http://tebuz.blogspot.com/ http://itsallaboutbusiness.com/Manufacturing.htm http://panasonic.co.jp/es/environment/report/pdfs/asia05.pdf http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=2&submit.x=18&submit.y=14&submit=next& qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2009%2Fjiu nkpe-ns-s1-2009-25405008-12352-philips-chapter4.pdf http://www.youtube.com/watch?v=mKDjW2FWSsE http://www.youtube.com/watch?v=dZLIeY51HL8 http://www.youtube.com/watch?v=YwsDvINxA84