Cahaya sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Tanpa cahaya manusia tidak akan dapat melihat benda-benda di sekitarnya. Oleh karena itu manusia memerlukan sumber cahaya, seperti matahari dan api.
Mulanya lampu listrik itu berisi kawat logam atau filamen yang menjadi panas bila dilalui aus listrik dan berpijar sehingga menghasilkan cahaya. Lampu seperti ini disebut lampu pijar.
Dalam perkembangan selanjutnya diciptakan lampu-lampu pembiasaan gas. Kalau lampu pijar memberikan cahaya karena kawat pijat dilalaui arus listrik, maka lampu pembiasaan gas dapat memberikan cahaya karena adanya pembiasaan gas dalam tabung lampu yang menghasilkan cahaya. Dalam tabung lampu pembiasaan gas berisi gas mulia dan terdapat dua buah elektroda pada ujung-ujungnya. Apabila di antara kedua elektroda itu diberi tegangan yang cukup tinggi, maka elektron akan lepas dari elektroda negatif atau katoda. Selanjutnya elektron ini akan bertumbuhkan dengan atom-atom gas dalam tabung yang mengakibatkan gas tersebut bercahaya. Lampu seperti ini sering disebut lampu TL (Tube Lamp) atau lampu neon karena berisi gas neon.
1. PROSES PENCAHAYAAN PADA LAMPU TL
Pendahuluan
Cahaya sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Tanpa cahaya
manusia tidak akan dapat melihat benda-benda di sekitarnya. Oleh karena itu manusia memerlukan
sumber cahaya, seperti matahari dan api.
Dengan ditemukanya mesin uap, kemudian dilanjutkan dengan penemuan generator dan
lampu listrik,maka sejak saat itu manusia mulai beralih menggunakan listrik sebagai sumber dalam
kehidupannya. Termasuk juga dalam penggunaan cumber cahaya atau penerangan, mulai digunakan
lampu listrik.
Mulanya lampu listrik itu berisi kawat logam atau filamen yang menjadi panas bila dilalui aus
listrik dan berpijar sehingga menghasilkan cahaya. Lampu seperti ini disebut lampu pijar.
Dalam perkembangan selanjutnya diciptakan lampu-lampu pembiasaan gas. Kalau lampu
pijar memberikan cahaya karena kawat pijat dilalaui arus listrik, maka lampu pembiasaan gas dapat
memberikan cahaya karena adanya pembiasaan gas dalam tabung lampu yang menghasilkan cahaya.
Dalam tabung lampu pembiasaan gas berisi gas mulia dan terdapat dua buah elektroda pada ujung-ujungnya.
Apabila di antara kedua elektroda itu diberi tegangan yang cukup tinggi, maka elektron
akan lepas dari elektroda negatif atau katoda. Selanjutnya elektron ini akan bertumbuhkan dengan
atom-atom gas dalam tabung yang mengakibatkan gas tersebut bercahaya. Lampu seperti ini sering
disebut lampu TL (Tube Lamp) atau lampu neon karena berisi gas neon.
Perkembangan Lampu Listrik
Lampu listrik yang pertama kali dibuat adalah busur api listrik yang diloncatkan diantara 2
buah elektroda. Karena adanya arus listrik mengakibatkan batang karbon memancarkan sinar yang
tajam. Lampu listrik ini sampai sekarang masih digunakan pada proyektor film. Kelemahan dari
lampu busur api listrik ini antara lain menggunakan energi listrik yang sangat tinggi, elektroda karbon
yang dipakai lama kelamaan akan habis terbakar, dan sulit pengaturan jarak antara kedua
elektroda.nya.
Dalam perkembangan selanjutnya dibuat lampu listrik yang dapat digunakan untuk
perumahan yaitu dengan menggunakan kawat yang memijar apabila dilewati arus listrik. Kawat
pertama yang digunakan adalah kawat. Kawat karbon ini diletakkan dalam tabung hampa udara.
Tetapi lampu kawat karbon inipun masih boros energi listrik dan cahaya yang dihasilkannya pun
berwarna kemerahan, selain itu serat karbon ini tidak tahan pada suhu yang tinggi sehingga mudah
terbakar.
Tahun 1897 Nerst menciptakan lampu yang kawat pijarnya dibuat dan dhonium atau
sirkumun oksida. Lampu yang dibuat oleh Nerst iini lebih hemat energi dibandingkan dengan lampu-lampu
listrik yang telah ada sebelumnya. Lampu pijar Nernst ini menghasilkan cahaya terang dan
berwarna putih.
Selain lampu pijar Nernst juga telah dibuat lampu pijar yang kawat pijarnya dibuat dari
osmium. Karena kawat osmium ini sangat mahal dan mudah putus, maka kawat osmium ini diganti
dengan kwat tantalium. Lampu pijar tantalium ini sangat kuat dan cahaya yang dihasilkan sangat
terang. Tetapi harganya masih mahal.
Kemudian digunakan kawat pijar yang terbuat dari walfrom atau tungsten yang digulung
dalam spiral rangkap yang tampak seperti gambar 1. lampu pijar dari kawat walfram ini lebih hemat
energilistrik dan harganya lebih murah.
Gambar 1 : Spiral rangkap kawat wolfram
2. Untuk mencegah penghitaman pada tabung kaca, maka tabung kaca itu diisi dengan gas
seperti Krypton atau orgon. Perkembangan terakhir dari lampu pijar yaitu lampu pijar halogen, yakni
lampu pijar dengan kawat wolfram yang diisi dengan gas halogen. Lampu pijar jenis ini masih tetap
dipakai sampai saat ini
Pada akhir abad ke-19 dengan ditemukannya tabung sinar katoda oleh Wiliam Crookes,
terjadi perkembangan baru dalam lampu listrik yaitu dengan memijarkan gas dalam tabung dengan
memberinya tegangan listrik. Selanjutnya dibuatlah jenis lampu gas pijar. Yang terkenal antara lain
adalah lampu neon, lampu natrium, dan lampu uap air raksa.
Lampu natrium menghasilkan cahaya berwarna kuning, sehingga banyak dipakai untuk
lampu-lampu jalan raya atau lampu kabut. Sedang lampu uap air raksa menghasilkan cahaya berwarna
hijau yang banyak mengandung ultra violet. Dalam perkembangan selanjutnya diciptakan lampu TL
seperti yang ada sekarang ini lampu TL ini merupakan pengembangan dari lampu uap air raksa yang
pada bagian dalam tabungnya dilapisi dengan serbuk berfiursensi yang dapat menyerap sinar ultra
violet.
Penemuan Sinar Katoda
Tabung pelucutan gas ditemukan oleh Julius Plocker sebagai kelanjutan dari penemuan,
tabung hampa udara yang bertekanan sangat rendah oleh Hemrich Geissler pada tahun 1855. pada
pelucutan gas terdapat dua buah elektroda yang diletakkan pada kedua ujung tabung. Apabila kedua
elektroda itu dihubungkan dengan tegangan listrik tinggi, maka molekul-molekul gas yang ada di
dalam tabung akan terionisasi. Sehingga muatan negatif akan tertarik ke anoda dan muatan positif
akan tertarik ke katoda. Karena terjadi perpindahan muatan di dalam tabung, maka terjadilah listrik di
dalam tabung itu yang disertai dengan pancaran warna hijau pada tabung.
William Crookes melanjutkan percobaan Pplocker. Dan pada tahun 1875 Crookes berhasil
menerangkan bahwa warna hijau pada tabung itu sebagai akibat dari sesuatu yang keluar dari katoda
dan menumbuk dinding tabung. Selanjutnya oleh Eugen Goldstein sinar ini dinamakan katoda sesuai
dengan nama asalnya.
Pada percobaan selanjutnya Crookes meletakkan suatu penghalang diantara katoda dengan
jung tabung hampa. Dan ternyata pada ujung tabung terdapat bayangan penghalang tadi. Hal ini
menandaka bahwa sinar katoda bergerak lurus.
Gambar 2. Tabung sinar katoda dengan penghalang
diantara katoda dan anoda
Percobaan selanjutnya Crookes meletakkan medanmagnet di dekat tabung ternyata bayangan
penghalang bergeser. Dari hasil pengamatannya ini Crokees menyimpulkan bahwa sinar katoda
dipengaruhi oleh medan magnet.
Kemudian keeping katoda diganti dengan berbagai jenis material, dan Crookes mendapatkan
bahwa sinar katoda tidak tergantung pada jenis materialnya. Selanjutnya Crookes menyimpulkan
bahwa sinar katoda dapat menyebabkan terjadinya reksi yang dihasilkan oleh cahaya.
Dari berbagai percobaan yang telah dilakukannya Crookes menyimpulkan beberapa sinar
nakota, yaitu : (1) Merambat lurus, (2) Dibelokkan oleg medan magnet, (3) Tidak tergantung pada
jenis material yang menghasilkannya, (4) Dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia seperti reaksi
yang dihasilkan oleh cahaya.
3. Katoda sebagai sumber elektron
Kedua biasanya berupa filamen yang bila dihubungak dengan tegangan listrik akan menjadi
panas. Karena memperoleh energi panas ini maka elektron-elektron yang berada dalam katoda
melepaskan diri dari ikatan-ikatan molekul dalam katoda. Peristiwa ini disebut dengan Emisi
Termionik. Emisi Termionik ini terjadi pada suhu tinggi. Di samping melalui emisi termionik, elektron
juga dapat dari permukaan dengan bantuan sinar ultra violet. Peristiwa lepasnya elektron dari
permukaan logam dengan bantuan sinar ultra violet disebut dengan emisi fotolistrik.
Penerangan Listrik
Pada mulanya lampu listrik berisi kawat karbon, kemudian diganti dengan kawat logam
wolfram atau logam lain. Kawat ini akan menjadi panas dan berpijar bila dialiri arus kawat tersebut
diletakkan dalam tabung lampu, maka kawat itu tidak hangus terbakar.
Setiap lampu menghasilkan cahaya dengan kekuatan tertentu. Kekuatan cahaya atau intensitas
ini diukur dalam satuan kandela (cd). Sebagai sumber cahaya, lampu memancarkan sinarnya menurut
garis-garis lurus.
Gambar 3. Illuminasi sebuah permukaan
oleh sebuah sumber cahaya
Jika intensitas cahaya dinyatakan dengan I, maka Sears-Zemansky menyatakan :
d F
d
I
Dengan I = Intensitas (kandela); F = Fluksi cahaya (Lumen); ω = Sudut ruang (radian).
Bila cahaya mengenai sebuah permukaan mka dikatakan permukaan itu diterangi. Pada
gambar 3 tampak fluksi cahaya (jumlah cahaya) dF yang mengnai daerah kecil dA, maka penerangan
d F
(iluminasi) menurut Sears-Zemansky dapat dinyatakan dengan :
E dengan satuan lumen per
d A
meter kuadrat.
Karena fluksi cahaya sebanding dengan intensitas, maka penerangan (ilmunasi) dapat juga
dinyatakan dengan :
. cos
r
2
I
E
. Dengan E = Illuminasi (Lumen/m2); F = Fluksi cahaya
(Lumen); A = Luas (m2); I = Intensitas cahaya (kandela); r = Jarak tempat ke sumber cahaya (m2).
Jadi iluminasi (penerangan) suatu permukaan oleh sebuah sumber cahaya berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak permukaan itu dari sumber cahaya dan berbanding lurus dengan intensitas
sumber cahaya serta berbandig lurus dengna cosinus. Sudut antara sumbu permukaan dengan garis
yang menghubungkannya dengan sumber cahaya.
Apabila permukaan diterangi oleh lebih dari satu sumber cahaya, maka illuminasi
(penerangan) total merupakan jumlah aljabar dari Illuminasi (penerangan) yang dihasilkan oleh
masing-masing sumber cahaya.
Dari gambar 4 dibawah ini, bidang A seluas 1 m2 pada jarak 1 m dari sumber cahaya dan
bidang B seluas 4 m2 pada jarak 2 m dari sumber cahaya, akan menerima cahaya yang sama
jumlahnya dengan (FA = FB). Akan tetapi karena A Lebih dekat dengan sumber cahaya dibandingkan
dengan B, maka A akan lebih terang dibadingkan dengan B.
4. Gambar 4. Intensitas cahaya
Setiap lampu mempunyai ukuran kesilauan masing-masing. Ukuran kesilauan ini
didefenisikan sebagai intensitas cahaya (cd) per luas (cm2) atau stilb (Ramelan, Sutrisno, Anwir,
1984: 73). Kesan kesilaun cahaya ini tidak hanya didapat dari sumber cahaya, tetapi juga dari benda
yang tembus cahaya ataupun benda yang dapat memantulkan cahaya dan membiaskan cahaya.
Lampu Busur
Lampu busur terdiri dari dua buah tongkat yang berada dalam jarak yang cukup dekat.
Apabila kedua ujung tongkat ini dihubungkan dengan tegangan listrik, maka antara kedua ujung
tongkat tersebut akan timbul loncatan api listrik dengan cahaya jernih menyilaukan. Akan tetapi
ujung-ujung arang itu lama kelamaan akan habis. Dan apabila jarak antara kedua ujung itu terlalu
dekat, maka lampu akan mati. Oleh karena itu jarak antara kedua ujung itu selalu dijaga tetap.
Gambar 5. Lampu busur
Lampu Pijar
Menurut Robertson dalam keterampilan tekhnik listrik, lampu pijar adalah lampu yang
menghasilkan cahaya dengan memanaskan kawat pijar (filamen) sampai suhu tertentu. Kawat pijar
berupa kawat logam yang halus dan mempunyai hambatan terhadap arus yang melaluinya. Didalam
kawat pijar energi listrik diubah menjadi energi panas dan cahaya.
Lampu pijar pertama kali dibuat oleh Edison, dengan menghubungkan seutas kawat arang
pada tegangan listrik. Akibatnya kawat akan menjadi pans dan memijar, karena udara bisa dapat
menghangsukan kawat arang menjadi panas dan memijar. Karena udara biasa dapat menghanguskan
kawt arang tersebut, maka kawt arang itu kemudian dimasukkan ke dalam tabung bola kaca bening
yang hampa udara.
Gambar 6. Lampu kawat arang
Pada perkembangan selanjutnya kawat arang ini diganti dengan kawat logam yang lain yaitu
Wolfrom atau tungsten, kawat logam ini lebih tahan pada suhu tinggi dan cahaya yang dihasilkannya
pun lebih jernih daripada kawat arang. Kawat logam ini akan menguap akibat pemanasan pada suhu
5. tinggi. Untuk mencegah penguapan ini maka di dalam tabung bola kaca diberi gas argon. Dengan
demikian tabung bola kaca tidak lagi menahan tekanan udara luar. Selain itu juga filamen dapat
menyala dengan suhu yang lebih tinggi di dalam tabung bola kaca. Sehingga akan lebih banyak
menghasilkan cahaya dan daya tahan lampu menjadi lebih lama
Oleh karena cahaya yang dihasilkan terlalu menyilaukan dan terpuat pada kawt pijar, maka
biasanya taungan bola kaca dibuat dari kaca buram selain itu juga berguna untuk membaur cahaya.
Cahaya yang dipancarkan oleh lampu pijar memiliki spectrum kontinu. Kuantitas cahaya masing-masing
warna yang di pancarkan oleh lampu pijar tergantung pada suhu kawat pijarnya. Pada suhu
rendah akan tampak warna kuning-merah. Jika suhunya terus ditingkatkan akan berubah menjadi
wrna biru dan warna kawat pijar akan menjadi lebih putih.
Gambar 7. Lampu pijar
1. Bola kaca
2. Ruang dalambola yang berisi gas
3. Kawat pijar (filament)
4. Penyangga dari kaca
5. Kawat penghantar
6. Batang kaca
7. Kaki lampu
8. Isolasi
9. Kontak
Lampu Pembiasaan Gas
Pada lampu pijar, cahaya terjadi karena kawat pijar yang menjadi panas akibat dilalui arus
listrik sehingga berpijar. Sedangkan pada lampu pembiasaan gas, cahaya terjadi karena adanya suatu
gas mulia di dalam tabung yang dapat membiaskan cahaya apabila ditumbuk oleh elektron. Oleh
karena itu lampu pembiasaan gas sering disebut dengan lampu fluoresen. Dan dalam perkembangan
selanjutnya disebut lampu TL. Di dalam tabung lampu pembiasan gas terdapat dua buah elektroda
(katoda dan anoda) yang berupa dua buah pelat tipis yang diletakkan pada ujung-ujung tabung.
Apabila kedua elektroda itu diberikan tegangan tinggi, maka pada saat tertentu elektroda
positif (anoda) akan menarik elektron-elektron yang keluar dari elektroda negatif (katoda). Makin
tinggi tegangan antara anoda dan katoda, maka kecepatan elektron akan semakin besar. selanjutnya
elektron-elektron ini akan bertumbukan dengan atom-atom gas yang ada di dalam tabung. Akibat dari
pertumbuhan ini akan mengakibatkan gas di dalam tabung bercahaya. Lampu pembiasan gas biasanya
dinamakan sesuai dengan gas yang ada di dalam tabung lampu itu sendiri, antara lain :
1. Lampu Neon
Pada lampu pijar, cahaya terjadi karena kawat pijar yang dilalui arus menjadi panas-pijar.
Sedangkan pada lampu pembiasaan gas, cahaya terjadi karena sesuatu gas dapat membiaskan cahaya
dalam keadaan tertentu. Pada lampu pembiasaan gas terdapat dua buah elektroda yang berupa pelat
tipia. Kedua elektroda itu dimasukkan ke dalam sebuah tabung panjang yang diisi dengan gas mulia.
Masing-masing elektroda ditempatkan pada ujung-ujung tabung.
Bila diantra kedua elektroda diberi tegangan yang cukup tinggi, maka elektron akan berpindah
dari elektroda negatif (katoda) ke elektroda (anoda). Makin tinggi tegangan antara anoda dan katoda,
makin cepat jalannya elektron. Karena tabung berisi gas, maka elektron-elektron ini dengan cepat
bertumbukan dengan atom-atom gas itu. Pada gas mulia pertumbukan ini mengakibatkan gas
6. bercahaya dengan warna-warni tertentu. Gas neon akan memberikan cahaya merh dan secaa umum
disebut lampu neon.
Gas-gas mulia semuanya mempunyai sifat, bahwa sewaktu bertumbukan dengan elektron-elektron
dan cahaya, dari dalam atom-atom gas itu sendiri menguraikan elektron-elektronlain yang
turut mencampur dan memperbesar arus elekron itu. Peristiwa ini disebutionisasi, jika tidak dibatasi,
maka arus yang mengalir dalam tabung akan makin bertambah besar dan tidak dapat dikendalikan.
Oleh karena itu pada salah satu ujung kawat hubungan lampu harus dipasang hambatan yang cukup
besar. tenggan yang biasa dipakai ialah arus bolak-balik hingga 6000 volt. Panjang tabung tidak
terbatas dan tidak harus lurus. Cahaya yang dibiasakan lampu neon kira-kira tiga kali lebih jernih dari
pada lampu pijar biasa pada perkiraan daya yang sama besar.
2. Lampu Natrium
Berbeda dengan lampu neon yang berupa gas, natrium ini berupa zat padat putih. Di dalam
natrium, zat natrium ini melekat pada dinding tabung berupa bintik-bintik kecil. Dalam keadaan
panas, gas mulia yang segera dapat bekerja dan membangkitkan panas yang biasanya dipakai gas
neon.
Lampu natrium mula-mula menyala dengan warna merah, karena ada gas neon di dalamnya.
Karena pertumbuhan elektron-elektron dengan gas neon, lampu menjadi panas, lalu natrium di
dalamnya menguap dan kemudian lampu berubah warna menjadi kuning.
Lampu natrium ini banyak digunakan pada saat cuaca berkabut, di pabrik, kereta api, pelabuhan
dan dermaga yang lebih membutuhkan penerangan dibandingkan dengan keindahan.
3. Lampu Uap Air Raksa
Seperti halnya lampu natrium, lampu uap air raksa juga menggunakan gas mulia lain yang
bekerja sebagai penolong, biasanya digunakan gas neon atau argon. Air raksa dalam tabung lampu
berupa zat cair.
Biasanya pada lampu uap air raksa terdapat sebuah anoda pembantu yang dihubungkan dengan
salah satu elektrodanya melalui sebuah hambatan. Elektroda yang lain dipasang berdekatan dengan
anoda pembantu dan bekerja bersama-sama menyalakan gas neon yang ada di dalam tabung. Setelah
suhu dalam tabung cukup panas, semua air raksa yang ada di dalam tabung. Setelah suhu dalam
tabung cukup panas, semua air raksa yang ada dalam tabung menguap, dan menyala diantara kedua
elektroda utama dengan memberikan cahaya warna biru jernih.
Tabung lampu air raksa ini dapat dibuat dengan ukuran yang kecil, dan jarak antara anoda
pembantu dan elektroda lawannya dapat dibuat sangat dekat, sehingga lampu ini pun dapat
dihubungkan pada tegangan lampu penerangan biasa.
Cara Kerja Lampu TL
Lampu biasa dikenal dengan nama lampu TL (Tube Lamp). Lampu ini berupa lampu tabung
dengan panjang dan diameter yang berbagai ukuran. Pada bagian dalam gelas tabung dilapisi dengan
suatu zat yang dapat membiaskan cahaya. Tetapi pembiasaan ini hanya terjadi apabila antara
elektroda-elektroda pada kesua ujung tabung itu terjadi loncatan elektron.
Agar terjadi loncatan elektron antara kedua elektroda di ujung-ujung tabung, maka kedua
elektroda dibuat dari kawat oijat wolfram yang dapat mengeluarkan elektron-elektron apabila kedua
ujung elektroda diberi beda pontensial yang cukup besar. setelah gas dalam tabung turut menyala,
arus yang mengalir pada kawat pijar di kedua ujung gas dalam tabung akan turut memperbesar oleh
starter. Akan tetapi elektron-elektron gas dalam tabung akan turut memperbesar arus lampu. Untuk
meniadakan perbedasaran arus tersebut lampu dipasangi dengan kumparan peredam yang
menghalang-halangi perbesaran arus itu yang disebut ballast. Gambar 8 memperlihatkan rangkaian
dasar pemasangan lampu TL.
7. Gambar 8. Rangkaian dasar lampu TL
1. Kumparan hambat (ballast)
2. Filamen (elektroda)
3. Starter
4. Detail starter
Dari gambar 8 dapat dilihat kaki B dari lampu TL dihubungkan seri dengan ballast dan kaki C
dan D dari lampi TL, dihubungkan paralel dengan starter ballast pada dasarnya merupakan kumparan
hambat yang berinti besi, yang berfungsi sebagai berikut:
a. Memberikan pemasangan awal elektroda yang berguna untuk menyediakan elektron bebas
dalam jumlah banyak.
b. Memberikan gelombang potensial yang cukup besar untuk mengadakan arus listrik antara kedua
elektrodanya.
c. Mencegah terjadinya peningkatan arus listrik yang melebihi batas tertentu bagi setiap ukuran
lampu.
Untuk mengurangi kerugian sampingan dan pengaruh gerakan sinar yang mengganggu, maka
pada umumnya setiap lamu TL selalu memiliki ballast yang direncanakan untuk daya, tegangan, dan
frekuensi yang disesuaikan dengna lampu TL nya masing-masing.
Starter pada lampu TL terdiri dari sebuah tabung kaca kecil yang diisi dengan gas neon. Di
dalam tabung tersebut dua buah elektroda dwi logam (bimetal) sebagai filamen. Jarak antara ke dua
elektroda tersebut diatur pada jarak tertentu sehingga starternya akan menyala pada tegangan 100 volt
– 200 volt. Starter ini berfungsi sebagai sakelar penunda waktu yang dihubungkan parallel dengan dua
kaki lampu. Bila lampu TL dihubungkan pada jaringan bertegangan, maka dalam waktu singkat
filamen starter terhuung (menyala) dan kemudian memutuskannya lagi apabila lampu TL telah
menyala dengan stabil. Selanjutnya starter akan etap padam, karena tegangan lampu lebih rendah
daripada tegangan starter.
Pada saat filamen terhubung, suatu arus besar akan mengalir dari jaringan listrik melalui ballast,
kemudian ke elektroda lampu, starter dan alat elektroda lampu lainnya untuk selanjutnya kembali
menuju jaringan. Adanya arus ini akan membuat elektroda-elektroda lampu berpijar dan melepaskan
elektron.
Karena starter sudah tidak terhubung, maka tegangannya menjadi hilang dan starterpun menjadi
dingin. Kedua elektroda di logam (bimetal) dalam starter akan menjadi lurus kembali dan
memutuskan arus yang sedang mengalir. Karena adanya pemutusan arus secara tiba-tiba, maka ballas
akan membangkitkan suatu gaya gerak listrik (GGL) yang cukup tinggi. Tegangan yang dihasilkan ini
seri dengan tegangan jaringan. Jika dibangkitkan pada saat yang tepat, maka tegangan kedua filamen
lampu jaringan. Jika dibangkitkan pada saat yang tepat, maka tegangan kedua filamen lampu TL akan
cukup tinggi untuk menyalakan tabung. Apaila tabung lampu belum menyala juga, maka peristiwa
seperti yang telah dipaparkan diatas kembali terulang sampai tabung menyala.
Pembentukan Cahaya Pada Lampu TL
Perkembangan penting dalam lampu listrik adalah lampu pembiasan gas atau lampu fluoresen,
yang sekarang lebih dikenal dengan nama lampu TL. Lampu TL ini berbentuk tabung yang
panjangnya berbagai ukuran. Didalam taung diisi dengan gas neon atau gas argon dan sedikit air
raksa. Pada kedua ujung tabung terdapat elektroda berupa filamen yang terbuat dari wolfram. Apabila
terjadi pelepasan elekron dalam campuran gas dan air raksa, maka campuran gas raksa itu akan
memancarkan cahaya, tetapi sebagian cahaya yang dihasilkan berupa cahaya ultra violet. Cahaya ultra
violet ini kemudian diserap oleh lapisan fluoresen yang akan memacarkan cahaya selama disinari oleh
lampu TL ini dapat diatur dengan warna yang dikehendaki. Warna-warni tersebut tergantung jenis
fosfor yang melapisi dinding tabug bagian dalam. Fosfor yang digunakan untuk warna merah adalah
8. kadmium borat, silikal seng untuk warna hijau, kalium tungstrat untuk warna biru, dan campuran
untuk warna putih.
Agar terjadi pelepasan elektron dari elektroda diperlukan energi listrik. Pada gambar 8 saat
lampu diberikan tegangan listrik, maka terjadi perbedaan tegangan antara elektroda-elektroda starter.
Salah satu elektroda starter ini merupakan elektroda dwi logam (bimetal). Bimetal ini akan memuai
karena panas dan kemudian menyentuh elektroda yang satunya lagi, akibatnya terjadi hubungan
singkat pada lampu TL. Hubungkan singkat ini menyebabkan arus listrik yag cukup besar mengalir
dalam filamen walfrom yang ada pada lampu TL, sehingga filamen wolfram lampu TL menjadi panas
dan memijar. Kemudian dalam waktu yang singkat gas neon dalam starter menjadi dingin dan bimetal
kembali menyusut dan memutuskan hubungan singkat dalam lampu TL. Pemutusan arus listrik secara
tiba-tiba ini membangkitkan tegangan yang cukup tinggi dalam kumparan (ballast). Penambahan
tegangan ini menyebabkan terjadinya pelepasan elektron di dalam campuran gas raksa sehingga
menghasilkan cahaya dalam tabung.
Jadi pada dasarnya pencahayaan pada lampu TL terjadi karena adanya tumbukkan antara
elektron-elektron yang lepas dari elektroda (filamen wolfram) dengan campuran gas neon-uap air
raksa atau campuran gas argon – uap air raksa yang terdapat dalam tabung. Yang selanjutnya diserap
oleh lapisan tipis fofor pada dinding tabung. Sedangkan pada lampu Natrium elektron-elektron yang
lepas dari elektroda menumbuk campuran gas neon-uap natrium.
Sumber Bacaan
Noerdin, Isjrin, Prof. Dr. Arbianto, P, Dr, 1996, Perkembangan Sains dan Tekhnologi H, Karunika,
Jakarta.
Ramelan, Soetrisno, Anwir, B, S, 1986, Listrik Dalam Praktek , Pradnya Paramita, Jakarta
Roberson, Jhon, B, 2003, Keterampilan Tekhnik Listrik Praktis, CV. Yrama Widya, Bandung.
Soeparto, 1998, Hidup di Zaman Elektronika,_______________, Jakarta.
Suryatno, F, 2002, Dasar-dasar Tekhnik Listrik , __________Jakarta.
Zamroni, Drs, 2003, Acuan Pelajaran Fisika SMU 2B, Yudistria, Jakarta.