SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
TREND BERBUSANA DAN CITRA DIRI
Adrian Rafael Hakeem, Arkana Prahasta Wibowo, Eduard Jenner,
Novalia Agung W. Ardhoyo
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Fakultas Ilmu Komunikasi
Email: adrianrafaelhk@gmail.com
ABSTRAK
Pada awalnya manusia mengenakan busana sebagai suatu benda fungsional. Namun,
lambat laun berbusana telah menjadi suatu cara manusia untuk berkomunikasi, bersosial, dan
juga mengekspresikan diri dengan satu sama lainnya. Dengan trend berbusana yang banyak
sekali kontras dengan norma dan budaya menimbulkan berbagai macam permasalahan.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memberikan solusi atas suatu konflik tentang
trend berbusana. Penelitian yang kami lakukan menggunakan metode paradigma konstruktivis,
Dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif. Riset ini merupakan jenis penelitian studi
kasus, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi secara langsung dari kasus
berbusana yang tengah terjadi pada mahasiswa UPDM (B). Lalu juga menggunakan teknik
wawancara terbuka dengan dua narasumber mahasiswa UPDM (B) yang berkonflik dan juga
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi literatur. Trend berbusana dapat saja
menimbulkan berbagai macam hambatan dalam. Hambatan-hambatan tersebut dapat berupa
komunikasi, kurangnya pemahaman akan norma, dst. Oleh karena itu setiap orang wajib
memahami norma yang berlaku dalam sebuah masyarakat serta memahami cara berbusana
yang benar dan juga cara berkomunikasi yang baik dan benar agar dapat diterima oleh
khalayak.
Kata kunci: Berbusana, norma, komunikasi
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, manusia pasti akan saling berinteraksi dengan manusia lainnya.
Interaksi yang dilakukan oleh sesama manusia tersebut bertujuan untuk bertahan hidup dan
juga bersosial dengan manusia lainnya. Interaksi-interaksi yang terjalin menunjukkan bahwa
manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan baik secara biologis
maupun emosional. (Amelia, 2014) Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 2 (dua) harkat,
yakni: Pertama, adalah keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi dalam hal pangan dan lain sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial
cenderung berkeinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya. Manusia mencoba untuk
memahami bagaimana suatu sumber daya alam dapat menghasilkan suatu produk untuk
memenuhi kelangsungan hidup manusia tersebut, sehingga dalam proses inilah diperlukannya
suatu bentuk interaksi dengan alam sekitar. Kedua adalah keinginan untuk bersatu dengan
manusia lainnya (masyarakat). Keinginan untuk bersatu dengan manusia lainnya
(bermasyarakat), pada dasarnya adalah karena manusia adalah mahluk “Zoon Politicon”
artinya manusia selalu bersama manusia lainnya dalam pergaulan hidup dan kemudian
bermasyarakat.
Dalam berkomunikasi manusia dapat mengalami hambatan. Karena adanya hambatan,
pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak akan berjalan dengan baik dan efektif.
Akibatnya pesan yang sampai kepada komunikan tidak akan berjalan dengan baik juga.
Hambatan ini yang menyebabkan adanya kesalahpahaman antara komunikator dengan
komunikan atau biasa disebut misscommunication. Misscommunication sendiri dapat terjadi
dalam komunikasi verbal dan non-verbal. Hambatan dapat berasal dari kondisi lingkungan
sekitar, psikologis komunikan, experience lawan bicara, adapun juga hambatan yang berasal
dari tactile message, artifak, kronemik, dan kinestetik. (Effendi, 2000) menjelaskan tentang
hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses komunikasi. Hambatan-hambatan
tersebut meliputi hambatan sosiologis yang mempunyai arti hambatan yang terjadi menyangkut
status sosial atau hubungan seseorang, hambatan antropologis yang mempunyai arti hambatan
yang terjadi karena budaya yang dibawa seseorang saat berkomunikasi dengan orang lain
berbeda dengan budaya yang dibawanya, dan hambatan psikologis yang sering menjadi
hambatan dalam proses komunikasi. Komunikasi sangat sulit untuk berhasil apabila
komunikan sedang sedih, bingung, marah, kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologis
lainnya. Lalu juga faktor hambatan semantik yaitu faktor hambatan berkomunikasi yang
berhubungan dengan bahasa yang digunakan oleh komunikator sebagai ‘alat’ untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan, faktor hambatan mekanis yang
sering dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. dan faktor
hambatan ekologis adalah disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses
berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan.
Misscommunication yang terjadi antara komunikator dan komunikan akan
menimbulkan sebuah konflik komunikasi. Apabila terdapat misscommunication dalam sebuah
komunikasi, maka berpeluang menimbulkan ketidakpercayaan antara komunikan dengan
komunikator. Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari
pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari
ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang
diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang
bersifat nonverbal
Konflik yang ditimbulkan oleh misscommunication akan berakibat fatal bagi kedua
belah pihak. Dampak dari misscommunication dapat berupa hilangnya kepercayaan seseorang,
rusaknya hubungan dengan pasangan, kesalahan dalam menilai seseorang, nyawa seseorang
terancam, dan masih banyak lagi. Salah satu konflik komunikasi yang telah penulis dapatkan
adalah cara penampilan seseorang yang tidak dapat diterima oleh semua orang.
Dari penilitian yang kami jalankan, kami mendapatkan bahwa penampilan merupakan
salah satu bentuk komunikasi non-verbal atau lebih tepatnya artifaktual dimana manusia dapat
bersosial dengan sesama mamusia lainnya serta memperlihatkan status sosial, dan merupakan
sesuatu yang dapat dinilai oleh manusia. Namun, tidak semua orang dapat menerima apa yang
orang lain kenakan. Faktor yang menyebabkan tidak terimanya seseorang dengan cara
berpakaian dari orang lain adalah faktor budaya, faktor norma dan etika, bahkan baju yang
dikenakan yang memiliki simbol atau kata-kata tertentu tidak dapat diterima oleh semua
kalangan dan dapat menimbulkan misscommunication. Dari kasus yang kami ambil adalah
Sepasang teman bernama Layla dan Angel yang dimana Layla berpenampilan style “modern”
dinilai tidak baik oleh Angel.
Penyebab dari Layla yang berpenampilan mengikuti style “modern” dipengaruhi oleh
platform media sosial yang ada sekarang seperti Instagram, TikTok, Youtube, Pinterest dan
lain-lain melalui influencer-influencer fashion. Perkembangan zaman yang begitu pesat
menyebabkan orang-orang melihat dan mengikuti gaya-gaya dari internet. Akibat terinspirasi
dari influencer tersebut akhirnya Layla mengikuti style yang ada dan mempublikasikan
penampilan yang sedang ia kenakan di platform media sosial yang dapat dilihat oleh Angel.
Layla sering sekali menggunakan style tersebut apabila sedang bersama teman atau pacarnya
dan biasa dipamerkan dibeberapa platform media sosial seperti Instagram. Angel menilai apa
yang dipakai Layla terlalu terbuka sehingga dapat menimbulkan omongan dari masyarakat
yang melihat pakaian tersebut dan menganggapnya tidak sesuai dengan budaya berpakaian
yang ada di Indonesia. Tanpa disadari oleh Layla, ia telah menyebabkan hambatan komunikasi
dengan temannya yaitu misscommunication dimana Angel telah menilai Layla sebagai orang
yang tidak etis sedangkan Layla berpenampilan seperti itu sebagai cara bersosialisasi degan
temannya. Menurut Angel, Layla harus memperhatikan norma dan etis yang ada dilingkungan
supaya tidak dinilai jelek atau menjadi bahan pembicaraan orang-orang disekitar.
Riset ini bertujuan untuk mengetahui hambatan-hambatan atau permasalahan yang
terjadi akibat dari cara berpenampilan “modern”. Memberikan solusi dan cara bagaimana
berpakaian mengikuti zaman tanpa menyebabkan adanya permasalahan dengan orang
disekitar. Memahami alasan seseorang mengenakan gaya berpakaian mengikuti trend yang
dinilai buruk bagi sebagian orang. Hambatan yang muncul akibat dari berpakaian “modern”
adalah masalah penggunaan style pakaian, kurangnya pemahaman akan norma yang ada, dan
munculnya permasalahan komunikasi antar teman.
METODOLOGI
Menurut (Sudaryono, 2017), Paradigma merupakan sebuah pandangan yang mendasar
dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari suatu
cabang pemngetahuan. Dalam arti lain paradigma adalah sebuah pandangan dari seseorang atas
realita yang terjadi disekitarnya yang menjadi persoalan yang perlu dijawab dan dipelajari.
Paradigma membantu peneliti dalam merumuskan suatu hal, serta bagaimana cara dan aturan
dalam menjawab persoalan yang harus dijawab dan mendefinisikan informasi yang
dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan yang ada. Pada penilitain ini kami
menggunakan paradigma konstuktivis yaitu dengan jenis ini kami melakukan pendeketan
kualitatif. Pada penelitian ini kami menggunakan jenis penelitian studi kasus. Hal yang menjadi
kajian peneliti pada studi kasus ini adalah perbedaan berbusana mahasiswa yang mengikuti
trend sebagai citra diri mereka. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara.
Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan dua narasumber dari mahasiswa
UPDM (B), yaitu: pertama adalah Naura mahasiswa UPDM (B) yang berbusana mengikuti
trend, dan yang kedua adalah Ayu mahasiswa UPDM (B) yang tidak setuju dengan cara
berbusana Naura. Selain itu, peneliti juga memperoleh data melalui observasi secara langsung
dengan konflik yang terjadi terhadap narasumber. Studi literatur dari berbagai sumber jurnal
ilmiah terdahulu dan buku yang berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Menurut Lasswell, model komunikasi ini berfokus pada setiap komponen turunan
dari komunikasi yang ia tentukan dan merupakan proses komunikasi ilmiah. Kelima komponen
tersebut adalah: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Komponen-komponen
tersebut berhubungan satu sama lain. Masing-masing dari lima elemen memiliki arti yang
berbeda. Dimana faktor tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi media arus utama.
1. Komunikator (who) : Setiap komunikasi pasti memiliki sumber untuk membawa pesan,
dan dalam hal ini komunikator atau who di sini menggunakan analisis kontrol, dimana
analisis kontrol adalah bentuk individu atau kelompok yang mengatur jalannya pada
komunikasi.
2. Isi pesan (says what) : Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau
dikomunikasikan kepada komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau isi
informasi.
3. Media atau saluran (in which channel) : Artinya saluran atau media apa yang akan
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari komunikator kepada
komunikan, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak (lewat media elektronik
atau media cetak).
4. Komunikan (to whom) : Saat akan mengirim pesan, komunikator harus menentukan pihak
penerima (komunikan) pesan atau informasi tersebut. To Whom sendiri dapat juga disebut
dengan destination, listener, audience dan decoder.
5. Dampak (with what effect) : adalah hasil yang terjadi ketika komunikator atau
komunikan mengirimkan pesan dan kemudian komunikan menerimanya. Efek yang
didapatkan bisa menjadi positif dan bisa juga menjadi negatif. Pengaruh positifnya
biasanya berupa, komunikan mendapatkan informasi yang lebih luas dan wawasan
yang lebih banyak, namun dampak negatifnya biasanya adalah terjadinya perselisihan
pendapat dan lain-lain.
Dari teori yang dijelaskan di atas, kami meniliti bahwsanya topik yang kami bahas
berhubungan dengan teori Laswell tersebut. Topik yang kami bahas adalah konflik pada
mahasiswa yang memiliki perbedaan pendapat budaya tentang trend berbusana dan citra diri.
Konflik ini sendiri terjadi pada dua mahasiswa dalam lingkungan UPDM (B). Konflik ini
sendiri terjadi karaena setiap mahasiswa memiliki perbedaan akan trend berbusana dan
mengekspresikan citra diri mereka. Dikarenakan perbedaan pendapat di antara kedua
mahasiswa tersebut, maka terjadilah pro dan kontra terhadap kedua mahasiswa UPDM (B)
tersebut.
Untuk mengumpulkan data yang kami perlukan, maka dari itu kami melakukan
sebuah observasi terhadap kedua mahasiswa UPDM (B) yang mempunyai pemikiran dan
pendapat mereka masing-masing tentang trend berbusana sebagai citra diri. Narasumber yang
kami wawancara bernama Naura dan Ayu. Dari observasi yang kami lakukan, kami
mendapatkan bahwa konflik ini berawal dari cara mereka berbusana untuk menjalankan
kesehariannya. Pada hari Selasa tanggal 19 September 2022 di Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama), Naura dan Ayu saling bertemu di kelas dengan menggunakan busana yang sangat
berbanding terbalik. Pada saat bertemu, kami melihat dan mendengar Ayu menyambut
kedatangan Naura dengan ekspresi yang terlihat bingung. Naura membalas sambutan Ayu dan
menanyakan seperti marah “kenapa lo ngeliat gue kok gitu?”. Mendengar pertanyaan dari
Naura, Ayu menjawab dengan nada dan intonasi yang tinggi “ya lo yang bener aja masa pake
baju modelan kayak gitu ke kampus, ga sopan gila”. Dari potongan percakapan mereka yang
kami observasi, bisa dilihat bahwa busana yang dikenakan oleh Naura dinilai tidak pantas oleh
Ayu untuk dikenakan di lingkungan kampus. Sedangkan Naura menganggap busana yang ia
kenakan tidak menimbulkan masalah apapun. Observasi berlanjut dengan Naura yang
membalas tanggapan Ayu terhadap busananya, “emang masalah apa gue pake baju kayak gini?
ini kan baju yang lagi hits anjir!”. Ekspresi Naura saat menjawab tanggapan yang disampaikan
Ayu terhadap busana yang dikenakan oleh Naura terlihat sangat kesal.
Dari observasi tersebut, kami menyimpulkan bahwasanya perbedaan pendapat
tentang berbusana dan citra diri itu pasti ada, Karena perbedaan pendapat itu dapat
menimbulkan sebuah konflik komunikasi. Dalam kasus ini Naura dan Ayu memiliki cara
berbusana yang berbeda. Ayu yang tidak setuju dengan cara berbusana Naura dalam
mengekspresikan dirinya membuat Ayu merasa kesal. Begitu pula, Naura ia merasa hanya
mengikuti trend berbusana yang “hits” dan merasa tidak ada masalah dengan cara ia berbusana
merasa kesal juga dengan Ayu atas tanggapanya.
Dengan informasi yang kita kumpulkan berdasarkan observasi yang kita lakukan
dalam kasus komunikasi ini dapat kita hubungkan dengan unsur model komunikasi lasswell
sebagai berikut: 1.) Unsur pertama yaitu who atau siapa, dari informasi diatas dapat kita lihat
bahwa Naura adalah komunikator dalam komunikasi ini. Sedangkan Ayu adalah komunikan.
2.) Lalu pada unsur kedua yaitu says what atau pesan, pada percakapan antara Naura dan Ayu,
Naura memulai dengan menanyakan ekspresi Ayu yaitu “kenapa lo ngeliat gue kok gitu?”. 3.)
Unsur ketiga yaitu in which channel atau media yang digunakan untuk mengantarkan pesan,
Naura dan Ayu melakukan media secara langsung karena mereka berbicara tatap muka dengan
satu sama lain. 4.) unsur keempat adalah to whom atau kepada siapa pesan ini ditujukan, dalam
kasus ini Naura memberikan pesan kepada Ayu. 5.) Unsur terakhir yaitu with what effect atau
dampak. Dampak yang timbul dari pesan adalah respon dari Ayu dengan intonasi yang tinggi,
“ya lo yang bener aja masa pake baju modelan kayak gitu ke kampus”. Dari kelima unsur
tersebut apabila kita analisis awal mula terjadinya konflik adalah karena unsur kedua atau says
what, pesan yang disampaikan oleh Naura yang seperti marah kepada Ayu. Dibalas oleh Ayu
yang menilai busana yang dikenakan oleh Naura tidak pantas untuk dipakai dikampus.
Selain observasi kami juga melakukan sebuah wawancara dengan mereka untuk
mengumpulkan lebih banyak data dan membuat pandangan yang lebih objektif terhadap
konflik yang terjadi dengan dua teman ini. Kamu menanyakan beberapa pertanyaan kepada
mereka seperti berikut:
(1) Apa yang memicu kalian bertengkar?
“Gue juga gatau soalnya gua kan baru dateng ke kampus terus juga gaada masalah
apa-apa sih, si Ayu nyambut gue cuman ngeliat gue kayak gasuka gitu. Mangkanya itu gue
nanya ke dia cuman ya nada gua agak kesel tadi”. Jawab Naura.
` Bisa kita tarik dari jawaban Naura bahwa ia kesal dengan cara Ayu menatapnya.
Karena menurutnya ia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Karena itu, Naura kesal kepada
Ayu yang menanyakan pertanyaan dengan nada kesal. Sedangkan jawaban dari Ayu
memberikan perspektif yang berbeda.
“Pas gua liat dia dateng tuh sebenernya rada shock sih karena pakaian yang dia pake
tuh ga etis aja menurut gua, terlalu ngikutin trend sih. Nah dari itu gue abis manggil Naura, gue
sebenernya bukan gasuka tapi lebih shock aja soalnya dia tuh temen gue. Terus gue juga tambah
kaget tuh Naura kayak kesel sama gue, gue juga jadi kesel lah” Jawab Ayu
Ekspresi yang diberikan kepada Ayu merupakan ekspresi seseorang yang terkejut
karena melihat temannya yang mengenakan busana yang menurutnya tidak semestinya
dikenakan di kampus karena alasannya tidak etis dan terlalu mengikuti trend busana yang ada
yang tidak mengikuti norma dan ketentuan yang berlaku. Kekesalan yang ditunjukkan oleh
Naura akhirnya menyulut emosi dari Ayu.
(2) Bagaimana pendapat kalian tentang trend berbusana sekarang ini?
Ayu menjawab terlebih dahulu, “Menurut gue ya, mengikuti trend itu gamasalah
asalkan tau tempat dan norma yang berlaku. Jadi sebenernya juga gue ga akan menyalahkan
Naura yang menggunakan busana yang ngikutin trend sekarang kalo berada di tempat yang
benar dan punya norma yang berbeda akan hal itu gituloh. Kalo misal salah tempat aja bisa-
bisa kan Naura malah kena masalah atau apalah. Bebas aja lo mau ekspresiin diri tapi inget
tempatnya.”
Menurut ayu, mengetahui tempat dan ketentuan norma yang berlaku merupakan hal
yang penting. Ia berpandangan bahwa busana yang mengikuti trend yang dilakukan oleh Naura
bisa saja mengakibatkan masalah karena berbeda tempat berbeda pula norma yang berlaku.
Jadi disimpulkan dari jawaban tersebut, seseorang bisa mengekspresikan dirinya melalui cara
berbusana sebagai citra diri mereka tetapi harus mengingat kembali kalau norma yang berlaku
akan berbeda di setiap tempat jadi kita harus berhati-hati untuk menghormati daerah atau
tempat tersebut.
Sedangkan Naura berpendapat, “Gue mau pake busana apapun itu terserah gue
seharusnya, gue ngikutin trend juga karena bagi gue itu mencerminkan diri gue, jadi gue
berbusana kayak gini itu untuk mengekspresikan diri gue.”
Jawaban dari Naura dapat kita analisis bahwa berbusana sesuai keinginan diri
merupakan sebuah hak. Naura juga lebih meperlihatkan citra dirinya melalui busana yang ia
kenakan. Sehingga ia mengikuti trend berbusana yang menurutnya sangat mencerminkan
kepribadiannya.
(3) Lalu apa solusi yang terbaik untuk masalah ini?
Dari jawaban Ayu, “Sebaiknya kita haru memikirkan terlebih dahulu dengan apa
yang ingin kita lakuin, jangan sampe apa yang kita lakuin itu malah bikin rugi kita sendiri.”
Ayu menerangkan bahwa kita harus memikirkan segala tindakan yang akan kita
lakukan. Karena setiap tindakan memiliki konsekuensinya masing-masing. Karena apabila kita
sudah melakukan sebuah tindakan tertentu, kita harus sudah siap dengan konsekuensi yang
akan kita dapatkan.
Jawaban Naura atas pertanyaan, “Balik lagi sih ke masing-masing individu itu kan
beda-beda pasti. Orang akan memiliki cara berekspresi yang berbeda juga, jadi wajar
seharusnya bila ada orang yang memakai busana yang macem-macem karena itu cara mereka
ekspresiin diri mereka.”
Naura menjelaskan bahwa setiap orang memiliki cara untuk menunjukkan citra diri
mereka. Sehingga, orang-orang seharusnya bisa bersikap wajar dengan apa yang orang lain
ekspresikan seperti cara berbusana dan lain-lain.
Dengan mengkaitkan konflik ini dengan norma, kami mendapatkan bahwa konflik
ini berkaitan dengan norma berbusana. Tanpa kita sadari ada aturan tertulis ataupun tidak
tertulis yang mengatur cara berpakaian. Perbedaan budaya dalam masyarakat menyebabkan
adanya norma-norma dalam berpakaian atau berbusana yang berbeda-beda. Dalam konteks ini
konflik yang terjadi adalah karena cara berbusana untuk menunjukkan identitas diri. Sangat
penting untuk seorang individu untuk memahami suatu norma yang berlaku di suatu tempat.
Hal ini ditujukan untuk menghormati, menghargai, dan mentaati aturan dan budaya yang telah
berlaku disana sebagai yang telah disepakati oleh masyarakat. Oleh karena itu, sebaiknya kita
memikirkan kembali busana yang akan kita kenakan yang dapat mengekspresikan diri tanpa
melanggar norma yang berlaku.
Menurut pendapat kami masalah ini dapat diselesaikan apabila kedua narasumber
memahami cara berkomunikasi dan cara berbusana yang baik dan benar. Penyampaian pesan
yang dilakukan oleh Naura seharusnya bisa dilakukan dengan lebih efektif dan efisien, karena
emosi pesan yang disampaikan dapat disalah artikan oleh komunikan. Begitu pula dengan Ayu
yang memberikan feedback kepada Naura dengan emosi yang mengakibatkan konflik
komunikasi. Sebaiknya komunikasi dilakukan dengan sopan, saling menghormati dan ramah
supaya pesan yang disampaikan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Dalam sisi norma,
dalam berbusana seperti yang kita ketahui aturan tertentu di masyarakat. Karena dalam sebuah
lembaga pendidikan memiliki sebuah aturan, seharusnya Naura dapat memahami aturan
tersebut sebagaimana tidak boleh mengenakan pakaian yang tidak sopan. Sebaiknya kita
menghormati dan menjalani budaya yang ada di suatu tempat supaya menghindarkan kita dari
berbagai masalah.
KESIMPULAN
Hambatan-hambatan yang muncul dari kasus yang kami teliti adalah masalah
penggunaan style pakaian, kurangnya pemahaman akan norma yang ada di masyarakat, dan
munculnya permasalahan komunikasi antar teman karena permasalahan berbusana. Dalam
berbusana, banyak orang memiliki cara berbusana yang berbeda-beda. Dalam kasus ini kita
mendapatkan bahwa alasan seseorang memiliki busana yang berbeda dengan yang lain adalah
karena berbusana merupakan suatu cara untuk mengekspresikan diri mereka kepada khalayak.
Namun, seperti kasus yang kita teliti, cara berbusana yang kurang baik dapat menimbulkan
sebuah permasalahan. Solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah-masalah diatas adalah
untuk memahami, menghormati, menghargai dan menjalankan norma yang berlaku di
masyarakat. Kita tetap dapat mengespresikan diri kita dengan cara berbusana dengan metode
modifikasi busana yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan budaya yang ada.
Sehingga, kita tetap mematuhi norma dan dapat mengekspresikan diri kita secara terbuka tanpa
mengakibatkan adanya pelanggaran suatu norma yang berlaku. Dalam berkomunikasi kita juga
harus memahami cara berkomunikasi yang baik dan benar dalam konteks ini pesan yang akan
kita sampaikan sebaiknya dipikir kembali supaya tidak memunculkan kesalahpahaman dengan
lawan bicara. Komunikasi yang baik dan benar yaitu berbicara dengan jelas, sopan, ramah, dan
tidak emosi.
Daftar Pustaka
Amelia. (2014). Disharmoni Pengaturan Pemberian Izin dan Dispensasi. Rechtidee Jurnal Hukum, Vol.
9. No. 1.
Effendi, U. (2000). Dinamika Komunikasi.
Kurniati, D. P. (2016). KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL. Univ Udayana Fak Kedokt.
Setianto, I. P. (2009). MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG HAMBATAN KOMUNIKASI
ANTAR PRIBADI MELALUI LAYANAN INFORMASI DENGAN FORMAT KELOMPOK PADA SISWA
KELAS 5 dan 6 SDN 1 KRANDEGAN BANJARNEGARA.
Sudaryono. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Mix Method. Depok:
RajaGrafindo Persada.

More Related Content

Similar to TREND BUSANA

Jurnal Peerbedaan Penampilan dikalangan remaja salinan.docx
Jurnal Peerbedaan Penampilan dikalangan remaja salinan.docxJurnal Peerbedaan Penampilan dikalangan remaja salinan.docx
Jurnal Peerbedaan Penampilan dikalangan remaja salinan.docxPanglimaHandoyo
 
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxanissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxannisanam1
 
Makalah interaksi sosial
Makalah  interaksi sosialMakalah  interaksi sosial
Makalah interaksi sosialWarnet Raha
 
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARUKONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARUbina76
 
ISB abstrak Daffa Achmad Jabir
ISB abstrak Daffa Achmad JabirISB abstrak Daffa Achmad Jabir
ISB abstrak Daffa Achmad JabirDaffaAchmadJabir
 
Jurnal antropologi Komunikmasi
Jurnal antropologi Komunikmasi Jurnal antropologi Komunikmasi
Jurnal antropologi Komunikmasi Tania Alodia
 
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxanissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxannisanam1
 
KONFLIK MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN GAYA BUSANA.pdf
KONFLIK MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN GAYA BUSANA.pdfKONFLIK MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN GAYA BUSANA.pdf
KONFLIK MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN GAYA BUSANA.pdfRadenAyuMergyanti
 
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxanissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxannisanam1
 
Syakira Azzahra - Kelas F
Syakira Azzahra - Kelas FSyakira Azzahra - Kelas F
Syakira Azzahra - Kelas Fsyakirapeach
 
PENAMPILAN DIRI SEBAGAI FAKTOR PENENTU RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA
PENAMPILAN DIRI SEBAGAI FAKTOR PENENTU RASA PERCAYA DIRI MAHASISWAPENAMPILAN DIRI SEBAGAI FAKTOR PENENTU RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA
PENAMPILAN DIRI SEBAGAI FAKTOR PENENTU RASA PERCAYA DIRI MAHASISWATimiKecil
 
KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK AKIBAT HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARPR...
KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK AKIBAT HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARPR...KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK AKIBAT HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARPR...
KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK AKIBAT HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARPR...RayhanArista
 
KONFLIK DALAM SEBUAH DIVISI AKIBAT ADANYA MISKOMUNIKASI.docx
KONFLIK DALAM SEBUAH DIVISI AKIBAT ADANYA MISKOMUNIKASI.docxKONFLIK DALAM SEBUAH DIVISI AKIBAT ADANYA MISKOMUNIKASI.docx
KONFLIK DALAM SEBUAH DIVISI AKIBAT ADANYA MISKOMUNIKASI.docxDivaAdisty1
 
LITERASI TEKNOLGI PADA GENERASI BERBEDA USIA salinan.docx
LITERASI TEKNOLGI PADA GENERASI BERBEDA USIA salinan.docxLITERASI TEKNOLGI PADA GENERASI BERBEDA USIA salinan.docx
LITERASI TEKNOLGI PADA GENERASI BERBEDA USIA salinan.docxJulioSatria
 
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHANPERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHANardeliatriyaniPutri
 
Konflik Antar Kekasih (KAP) - Kelompok 7.docx
Konflik Antar Kekasih (KAP) - Kelompok 7.docxKonflik Antar Kekasih (KAP) - Kelompok 7.docx
Konflik Antar Kekasih (KAP) - Kelompok 7.docxDimasSami
 
Konflik pada Mahasiswa Berbeda Budaya dalam Pemilihan Menu Makan.docx
Konflik pada Mahasiswa Berbeda Budaya dalam Pemilihan Menu Makan.docxKonflik pada Mahasiswa Berbeda Budaya dalam Pemilihan Menu Makan.docx
Konflik pada Mahasiswa Berbeda Budaya dalam Pemilihan Menu Makan.docxKayyishaFakhirah
 
Misskomunikasi Akibat Perbedaan Bahasa
Misskomunikasi Akibat Perbedaan BahasaMisskomunikasi Akibat Perbedaan Bahasa
Misskomunikasi Akibat Perbedaan BahasaAurellia Christy
 

Similar to TREND BUSANA (20)

Jurnal Peerbedaan Penampilan dikalangan remaja salinan.docx
Jurnal Peerbedaan Penampilan dikalangan remaja salinan.docxJurnal Peerbedaan Penampilan dikalangan remaja salinan.docx
Jurnal Peerbedaan Penampilan dikalangan remaja salinan.docx
 
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxanissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
 
Makalah interaksi sosial
Makalah  interaksi sosialMakalah  interaksi sosial
Makalah interaksi sosial
 
Makalah interaksi sosial
Makalah  interaksi sosialMakalah  interaksi sosial
Makalah interaksi sosial
 
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARUKONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
 
ISB abstrak Daffa Achmad Jabir
ISB abstrak Daffa Achmad JabirISB abstrak Daffa Achmad Jabir
ISB abstrak Daffa Achmad Jabir
 
Jurnal antropologi Komunikmasi
Jurnal antropologi Komunikmasi Jurnal antropologi Komunikmasi
Jurnal antropologi Komunikmasi
 
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxanissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
 
KONFLIK MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN GAYA BUSANA.pdf
KONFLIK MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN GAYA BUSANA.pdfKONFLIK MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN GAYA BUSANA.pdf
KONFLIK MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN GAYA BUSANA.pdf
 
Makalah interaksi sosial
Makalah  interaksi sosialMakalah  interaksi sosial
Makalah interaksi sosial
 
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docxanissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
anissa nur avi maharani (202241042)jurnal antropologi komunikasi.docx
 
Syakira Azzahra - Kelas F
Syakira Azzahra - Kelas FSyakira Azzahra - Kelas F
Syakira Azzahra - Kelas F
 
PENAMPILAN DIRI SEBAGAI FAKTOR PENENTU RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA
PENAMPILAN DIRI SEBAGAI FAKTOR PENENTU RASA PERCAYA DIRI MAHASISWAPENAMPILAN DIRI SEBAGAI FAKTOR PENENTU RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA
PENAMPILAN DIRI SEBAGAI FAKTOR PENENTU RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA
 
KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK AKIBAT HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARPR...
KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK AKIBAT HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARPR...KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK AKIBAT HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARPR...
KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK AKIBAT HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARPR...
 
KONFLIK DALAM SEBUAH DIVISI AKIBAT ADANYA MISKOMUNIKASI.docx
KONFLIK DALAM SEBUAH DIVISI AKIBAT ADANYA MISKOMUNIKASI.docxKONFLIK DALAM SEBUAH DIVISI AKIBAT ADANYA MISKOMUNIKASI.docx
KONFLIK DALAM SEBUAH DIVISI AKIBAT ADANYA MISKOMUNIKASI.docx
 
LITERASI TEKNOLGI PADA GENERASI BERBEDA USIA salinan.docx
LITERASI TEKNOLGI PADA GENERASI BERBEDA USIA salinan.docxLITERASI TEKNOLGI PADA GENERASI BERBEDA USIA salinan.docx
LITERASI TEKNOLGI PADA GENERASI BERBEDA USIA salinan.docx
 
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHANPERBEDAAN  KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
PERBEDAAN KARAKTER DALAM BERINTERAKSI SOSIAL YANG MENYEBABKAN PERPECAHAN
 
Konflik Antar Kekasih (KAP) - Kelompok 7.docx
Konflik Antar Kekasih (KAP) - Kelompok 7.docxKonflik Antar Kekasih (KAP) - Kelompok 7.docx
Konflik Antar Kekasih (KAP) - Kelompok 7.docx
 
Konflik pada Mahasiswa Berbeda Budaya dalam Pemilihan Menu Makan.docx
Konflik pada Mahasiswa Berbeda Budaya dalam Pemilihan Menu Makan.docxKonflik pada Mahasiswa Berbeda Budaya dalam Pemilihan Menu Makan.docx
Konflik pada Mahasiswa Berbeda Budaya dalam Pemilihan Menu Makan.docx
 
Misskomunikasi Akibat Perbedaan Bahasa
Misskomunikasi Akibat Perbedaan BahasaMisskomunikasi Akibat Perbedaan Bahasa
Misskomunikasi Akibat Perbedaan Bahasa
 

Recently uploaded

PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 

Recently uploaded (7)

PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 

TREND BUSANA

  • 1. TREND BERBUSANA DAN CITRA DIRI Adrian Rafael Hakeem, Arkana Prahasta Wibowo, Eduard Jenner, Novalia Agung W. Ardhoyo Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Fakultas Ilmu Komunikasi Email: adrianrafaelhk@gmail.com ABSTRAK Pada awalnya manusia mengenakan busana sebagai suatu benda fungsional. Namun, lambat laun berbusana telah menjadi suatu cara manusia untuk berkomunikasi, bersosial, dan juga mengekspresikan diri dengan satu sama lainnya. Dengan trend berbusana yang banyak sekali kontras dengan norma dan budaya menimbulkan berbagai macam permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memberikan solusi atas suatu konflik tentang trend berbusana. Penelitian yang kami lakukan menggunakan metode paradigma konstruktivis, Dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif. Riset ini merupakan jenis penelitian studi kasus, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi secara langsung dari kasus berbusana yang tengah terjadi pada mahasiswa UPDM (B). Lalu juga menggunakan teknik wawancara terbuka dengan dua narasumber mahasiswa UPDM (B) yang berkonflik dan juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi literatur. Trend berbusana dapat saja menimbulkan berbagai macam hambatan dalam. Hambatan-hambatan tersebut dapat berupa komunikasi, kurangnya pemahaman akan norma, dst. Oleh karena itu setiap orang wajib memahami norma yang berlaku dalam sebuah masyarakat serta memahami cara berbusana yang benar dan juga cara berkomunikasi yang baik dan benar agar dapat diterima oleh khalayak. Kata kunci: Berbusana, norma, komunikasi PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia pasti akan saling berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi yang dilakukan oleh sesama manusia tersebut bertujuan untuk bertahan hidup dan juga bersosial dengan manusia lainnya. Interaksi-interaksi yang terjalin menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan baik secara biologis maupun emosional. (Amelia, 2014) Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 2 (dua) harkat, yakni: Pertama, adalah keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dalam hal pangan dan lain sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial
  • 2. cenderung berkeinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya. Manusia mencoba untuk memahami bagaimana suatu sumber daya alam dapat menghasilkan suatu produk untuk memenuhi kelangsungan hidup manusia tersebut, sehingga dalam proses inilah diperlukannya suatu bentuk interaksi dengan alam sekitar. Kedua adalah keinginan untuk bersatu dengan manusia lainnya (masyarakat). Keinginan untuk bersatu dengan manusia lainnya (bermasyarakat), pada dasarnya adalah karena manusia adalah mahluk “Zoon Politicon” artinya manusia selalu bersama manusia lainnya dalam pergaulan hidup dan kemudian bermasyarakat. Dalam berkomunikasi manusia dapat mengalami hambatan. Karena adanya hambatan, pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak akan berjalan dengan baik dan efektif. Akibatnya pesan yang sampai kepada komunikan tidak akan berjalan dengan baik juga. Hambatan ini yang menyebabkan adanya kesalahpahaman antara komunikator dengan komunikan atau biasa disebut misscommunication. Misscommunication sendiri dapat terjadi dalam komunikasi verbal dan non-verbal. Hambatan dapat berasal dari kondisi lingkungan sekitar, psikologis komunikan, experience lawan bicara, adapun juga hambatan yang berasal dari tactile message, artifak, kronemik, dan kinestetik. (Effendi, 2000) menjelaskan tentang hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses komunikasi. Hambatan-hambatan tersebut meliputi hambatan sosiologis yang mempunyai arti hambatan yang terjadi menyangkut status sosial atau hubungan seseorang, hambatan antropologis yang mempunyai arti hambatan yang terjadi karena budaya yang dibawa seseorang saat berkomunikasi dengan orang lain berbeda dengan budaya yang dibawanya, dan hambatan psikologis yang sering menjadi hambatan dalam proses komunikasi. Komunikasi sangat sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologis lainnya. Lalu juga faktor hambatan semantik yaitu faktor hambatan berkomunikasi yang berhubungan dengan bahasa yang digunakan oleh komunikator sebagai ‘alat’ untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan, faktor hambatan mekanis yang sering dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. dan faktor hambatan ekologis adalah disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Misscommunication yang terjadi antara komunikator dan komunikan akan menimbulkan sebuah konflik komunikasi. Apabila terdapat misscommunication dalam sebuah komunikasi, maka berpeluang menimbulkan ketidakpercayaan antara komunikan dengan komunikator. Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari
  • 3. pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal Konflik yang ditimbulkan oleh misscommunication akan berakibat fatal bagi kedua belah pihak. Dampak dari misscommunication dapat berupa hilangnya kepercayaan seseorang, rusaknya hubungan dengan pasangan, kesalahan dalam menilai seseorang, nyawa seseorang terancam, dan masih banyak lagi. Salah satu konflik komunikasi yang telah penulis dapatkan adalah cara penampilan seseorang yang tidak dapat diterima oleh semua orang. Dari penilitian yang kami jalankan, kami mendapatkan bahwa penampilan merupakan salah satu bentuk komunikasi non-verbal atau lebih tepatnya artifaktual dimana manusia dapat bersosial dengan sesama mamusia lainnya serta memperlihatkan status sosial, dan merupakan sesuatu yang dapat dinilai oleh manusia. Namun, tidak semua orang dapat menerima apa yang orang lain kenakan. Faktor yang menyebabkan tidak terimanya seseorang dengan cara berpakaian dari orang lain adalah faktor budaya, faktor norma dan etika, bahkan baju yang dikenakan yang memiliki simbol atau kata-kata tertentu tidak dapat diterima oleh semua kalangan dan dapat menimbulkan misscommunication. Dari kasus yang kami ambil adalah Sepasang teman bernama Layla dan Angel yang dimana Layla berpenampilan style “modern” dinilai tidak baik oleh Angel. Penyebab dari Layla yang berpenampilan mengikuti style “modern” dipengaruhi oleh platform media sosial yang ada sekarang seperti Instagram, TikTok, Youtube, Pinterest dan lain-lain melalui influencer-influencer fashion. Perkembangan zaman yang begitu pesat menyebabkan orang-orang melihat dan mengikuti gaya-gaya dari internet. Akibat terinspirasi dari influencer tersebut akhirnya Layla mengikuti style yang ada dan mempublikasikan penampilan yang sedang ia kenakan di platform media sosial yang dapat dilihat oleh Angel. Layla sering sekali menggunakan style tersebut apabila sedang bersama teman atau pacarnya dan biasa dipamerkan dibeberapa platform media sosial seperti Instagram. Angel menilai apa yang dipakai Layla terlalu terbuka sehingga dapat menimbulkan omongan dari masyarakat yang melihat pakaian tersebut dan menganggapnya tidak sesuai dengan budaya berpakaian yang ada di Indonesia. Tanpa disadari oleh Layla, ia telah menyebabkan hambatan komunikasi dengan temannya yaitu misscommunication dimana Angel telah menilai Layla sebagai orang
  • 4. yang tidak etis sedangkan Layla berpenampilan seperti itu sebagai cara bersosialisasi degan temannya. Menurut Angel, Layla harus memperhatikan norma dan etis yang ada dilingkungan supaya tidak dinilai jelek atau menjadi bahan pembicaraan orang-orang disekitar. Riset ini bertujuan untuk mengetahui hambatan-hambatan atau permasalahan yang terjadi akibat dari cara berpenampilan “modern”. Memberikan solusi dan cara bagaimana berpakaian mengikuti zaman tanpa menyebabkan adanya permasalahan dengan orang disekitar. Memahami alasan seseorang mengenakan gaya berpakaian mengikuti trend yang dinilai buruk bagi sebagian orang. Hambatan yang muncul akibat dari berpakaian “modern” adalah masalah penggunaan style pakaian, kurangnya pemahaman akan norma yang ada, dan munculnya permasalahan komunikasi antar teman. METODOLOGI Menurut (Sudaryono, 2017), Paradigma merupakan sebuah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari suatu cabang pemngetahuan. Dalam arti lain paradigma adalah sebuah pandangan dari seseorang atas realita yang terjadi disekitarnya yang menjadi persoalan yang perlu dijawab dan dipelajari. Paradigma membantu peneliti dalam merumuskan suatu hal, serta bagaimana cara dan aturan dalam menjawab persoalan yang harus dijawab dan mendefinisikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan yang ada. Pada penilitain ini kami menggunakan paradigma konstuktivis yaitu dengan jenis ini kami melakukan pendeketan kualitatif. Pada penelitian ini kami menggunakan jenis penelitian studi kasus. Hal yang menjadi kajian peneliti pada studi kasus ini adalah perbedaan berbusana mahasiswa yang mengikuti trend sebagai citra diri mereka. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara. Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan dua narasumber dari mahasiswa UPDM (B), yaitu: pertama adalah Naura mahasiswa UPDM (B) yang berbusana mengikuti trend, dan yang kedua adalah Ayu mahasiswa UPDM (B) yang tidak setuju dengan cara berbusana Naura. Selain itu, peneliti juga memperoleh data melalui observasi secara langsung dengan konflik yang terjadi terhadap narasumber. Studi literatur dari berbagai sumber jurnal ilmiah terdahulu dan buku yang berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
  • 5. Menurut Lasswell, model komunikasi ini berfokus pada setiap komponen turunan dari komunikasi yang ia tentukan dan merupakan proses komunikasi ilmiah. Kelima komponen tersebut adalah: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Komponen-komponen tersebut berhubungan satu sama lain. Masing-masing dari lima elemen memiliki arti yang berbeda. Dimana faktor tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi media arus utama. 1. Komunikator (who) : Setiap komunikasi pasti memiliki sumber untuk membawa pesan, dan dalam hal ini komunikator atau who di sini menggunakan analisis kontrol, dimana analisis kontrol adalah bentuk individu atau kelompok yang mengatur jalannya pada komunikasi. 2. Isi pesan (says what) : Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan kepada komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau isi informasi. 3. Media atau saluran (in which channel) : Artinya saluran atau media apa yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak (lewat media elektronik atau media cetak). 4. Komunikan (to whom) : Saat akan mengirim pesan, komunikator harus menentukan pihak penerima (komunikan) pesan atau informasi tersebut. To Whom sendiri dapat juga disebut dengan destination, listener, audience dan decoder. 5. Dampak (with what effect) : adalah hasil yang terjadi ketika komunikator atau komunikan mengirimkan pesan dan kemudian komunikan menerimanya. Efek yang didapatkan bisa menjadi positif dan bisa juga menjadi negatif. Pengaruh positifnya biasanya berupa, komunikan mendapatkan informasi yang lebih luas dan wawasan yang lebih banyak, namun dampak negatifnya biasanya adalah terjadinya perselisihan pendapat dan lain-lain. Dari teori yang dijelaskan di atas, kami meniliti bahwsanya topik yang kami bahas berhubungan dengan teori Laswell tersebut. Topik yang kami bahas adalah konflik pada mahasiswa yang memiliki perbedaan pendapat budaya tentang trend berbusana dan citra diri. Konflik ini sendiri terjadi pada dua mahasiswa dalam lingkungan UPDM (B). Konflik ini
  • 6. sendiri terjadi karaena setiap mahasiswa memiliki perbedaan akan trend berbusana dan mengekspresikan citra diri mereka. Dikarenakan perbedaan pendapat di antara kedua mahasiswa tersebut, maka terjadilah pro dan kontra terhadap kedua mahasiswa UPDM (B) tersebut. Untuk mengumpulkan data yang kami perlukan, maka dari itu kami melakukan sebuah observasi terhadap kedua mahasiswa UPDM (B) yang mempunyai pemikiran dan pendapat mereka masing-masing tentang trend berbusana sebagai citra diri. Narasumber yang kami wawancara bernama Naura dan Ayu. Dari observasi yang kami lakukan, kami mendapatkan bahwa konflik ini berawal dari cara mereka berbusana untuk menjalankan kesehariannya. Pada hari Selasa tanggal 19 September 2022 di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Naura dan Ayu saling bertemu di kelas dengan menggunakan busana yang sangat berbanding terbalik. Pada saat bertemu, kami melihat dan mendengar Ayu menyambut kedatangan Naura dengan ekspresi yang terlihat bingung. Naura membalas sambutan Ayu dan menanyakan seperti marah “kenapa lo ngeliat gue kok gitu?”. Mendengar pertanyaan dari Naura, Ayu menjawab dengan nada dan intonasi yang tinggi “ya lo yang bener aja masa pake baju modelan kayak gitu ke kampus, ga sopan gila”. Dari potongan percakapan mereka yang kami observasi, bisa dilihat bahwa busana yang dikenakan oleh Naura dinilai tidak pantas oleh Ayu untuk dikenakan di lingkungan kampus. Sedangkan Naura menganggap busana yang ia kenakan tidak menimbulkan masalah apapun. Observasi berlanjut dengan Naura yang membalas tanggapan Ayu terhadap busananya, “emang masalah apa gue pake baju kayak gini? ini kan baju yang lagi hits anjir!”. Ekspresi Naura saat menjawab tanggapan yang disampaikan Ayu terhadap busana yang dikenakan oleh Naura terlihat sangat kesal. Dari observasi tersebut, kami menyimpulkan bahwasanya perbedaan pendapat tentang berbusana dan citra diri itu pasti ada, Karena perbedaan pendapat itu dapat menimbulkan sebuah konflik komunikasi. Dalam kasus ini Naura dan Ayu memiliki cara berbusana yang berbeda. Ayu yang tidak setuju dengan cara berbusana Naura dalam mengekspresikan dirinya membuat Ayu merasa kesal. Begitu pula, Naura ia merasa hanya mengikuti trend berbusana yang “hits” dan merasa tidak ada masalah dengan cara ia berbusana merasa kesal juga dengan Ayu atas tanggapanya. Dengan informasi yang kita kumpulkan berdasarkan observasi yang kita lakukan dalam kasus komunikasi ini dapat kita hubungkan dengan unsur model komunikasi lasswell sebagai berikut: 1.) Unsur pertama yaitu who atau siapa, dari informasi diatas dapat kita lihat
  • 7. bahwa Naura adalah komunikator dalam komunikasi ini. Sedangkan Ayu adalah komunikan. 2.) Lalu pada unsur kedua yaitu says what atau pesan, pada percakapan antara Naura dan Ayu, Naura memulai dengan menanyakan ekspresi Ayu yaitu “kenapa lo ngeliat gue kok gitu?”. 3.) Unsur ketiga yaitu in which channel atau media yang digunakan untuk mengantarkan pesan, Naura dan Ayu melakukan media secara langsung karena mereka berbicara tatap muka dengan satu sama lain. 4.) unsur keempat adalah to whom atau kepada siapa pesan ini ditujukan, dalam kasus ini Naura memberikan pesan kepada Ayu. 5.) Unsur terakhir yaitu with what effect atau dampak. Dampak yang timbul dari pesan adalah respon dari Ayu dengan intonasi yang tinggi, “ya lo yang bener aja masa pake baju modelan kayak gitu ke kampus”. Dari kelima unsur tersebut apabila kita analisis awal mula terjadinya konflik adalah karena unsur kedua atau says what, pesan yang disampaikan oleh Naura yang seperti marah kepada Ayu. Dibalas oleh Ayu yang menilai busana yang dikenakan oleh Naura tidak pantas untuk dipakai dikampus. Selain observasi kami juga melakukan sebuah wawancara dengan mereka untuk mengumpulkan lebih banyak data dan membuat pandangan yang lebih objektif terhadap konflik yang terjadi dengan dua teman ini. Kamu menanyakan beberapa pertanyaan kepada mereka seperti berikut: (1) Apa yang memicu kalian bertengkar? “Gue juga gatau soalnya gua kan baru dateng ke kampus terus juga gaada masalah apa-apa sih, si Ayu nyambut gue cuman ngeliat gue kayak gasuka gitu. Mangkanya itu gue nanya ke dia cuman ya nada gua agak kesel tadi”. Jawab Naura. ` Bisa kita tarik dari jawaban Naura bahwa ia kesal dengan cara Ayu menatapnya. Karena menurutnya ia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Karena itu, Naura kesal kepada Ayu yang menanyakan pertanyaan dengan nada kesal. Sedangkan jawaban dari Ayu memberikan perspektif yang berbeda. “Pas gua liat dia dateng tuh sebenernya rada shock sih karena pakaian yang dia pake tuh ga etis aja menurut gua, terlalu ngikutin trend sih. Nah dari itu gue abis manggil Naura, gue sebenernya bukan gasuka tapi lebih shock aja soalnya dia tuh temen gue. Terus gue juga tambah kaget tuh Naura kayak kesel sama gue, gue juga jadi kesel lah” Jawab Ayu Ekspresi yang diberikan kepada Ayu merupakan ekspresi seseorang yang terkejut karena melihat temannya yang mengenakan busana yang menurutnya tidak semestinya dikenakan di kampus karena alasannya tidak etis dan terlalu mengikuti trend busana yang ada yang tidak mengikuti norma dan ketentuan yang berlaku. Kekesalan yang ditunjukkan oleh Naura akhirnya menyulut emosi dari Ayu.
  • 8. (2) Bagaimana pendapat kalian tentang trend berbusana sekarang ini? Ayu menjawab terlebih dahulu, “Menurut gue ya, mengikuti trend itu gamasalah asalkan tau tempat dan norma yang berlaku. Jadi sebenernya juga gue ga akan menyalahkan Naura yang menggunakan busana yang ngikutin trend sekarang kalo berada di tempat yang benar dan punya norma yang berbeda akan hal itu gituloh. Kalo misal salah tempat aja bisa- bisa kan Naura malah kena masalah atau apalah. Bebas aja lo mau ekspresiin diri tapi inget tempatnya.” Menurut ayu, mengetahui tempat dan ketentuan norma yang berlaku merupakan hal yang penting. Ia berpandangan bahwa busana yang mengikuti trend yang dilakukan oleh Naura bisa saja mengakibatkan masalah karena berbeda tempat berbeda pula norma yang berlaku. Jadi disimpulkan dari jawaban tersebut, seseorang bisa mengekspresikan dirinya melalui cara berbusana sebagai citra diri mereka tetapi harus mengingat kembali kalau norma yang berlaku akan berbeda di setiap tempat jadi kita harus berhati-hati untuk menghormati daerah atau tempat tersebut. Sedangkan Naura berpendapat, “Gue mau pake busana apapun itu terserah gue seharusnya, gue ngikutin trend juga karena bagi gue itu mencerminkan diri gue, jadi gue berbusana kayak gini itu untuk mengekspresikan diri gue.” Jawaban dari Naura dapat kita analisis bahwa berbusana sesuai keinginan diri merupakan sebuah hak. Naura juga lebih meperlihatkan citra dirinya melalui busana yang ia kenakan. Sehingga ia mengikuti trend berbusana yang menurutnya sangat mencerminkan kepribadiannya. (3) Lalu apa solusi yang terbaik untuk masalah ini? Dari jawaban Ayu, “Sebaiknya kita haru memikirkan terlebih dahulu dengan apa yang ingin kita lakuin, jangan sampe apa yang kita lakuin itu malah bikin rugi kita sendiri.” Ayu menerangkan bahwa kita harus memikirkan segala tindakan yang akan kita lakukan. Karena setiap tindakan memiliki konsekuensinya masing-masing. Karena apabila kita sudah melakukan sebuah tindakan tertentu, kita harus sudah siap dengan konsekuensi yang akan kita dapatkan. Jawaban Naura atas pertanyaan, “Balik lagi sih ke masing-masing individu itu kan beda-beda pasti. Orang akan memiliki cara berekspresi yang berbeda juga, jadi wajar seharusnya bila ada orang yang memakai busana yang macem-macem karena itu cara mereka ekspresiin diri mereka.”
  • 9. Naura menjelaskan bahwa setiap orang memiliki cara untuk menunjukkan citra diri mereka. Sehingga, orang-orang seharusnya bisa bersikap wajar dengan apa yang orang lain ekspresikan seperti cara berbusana dan lain-lain. Dengan mengkaitkan konflik ini dengan norma, kami mendapatkan bahwa konflik ini berkaitan dengan norma berbusana. Tanpa kita sadari ada aturan tertulis ataupun tidak tertulis yang mengatur cara berpakaian. Perbedaan budaya dalam masyarakat menyebabkan adanya norma-norma dalam berpakaian atau berbusana yang berbeda-beda. Dalam konteks ini konflik yang terjadi adalah karena cara berbusana untuk menunjukkan identitas diri. Sangat penting untuk seorang individu untuk memahami suatu norma yang berlaku di suatu tempat. Hal ini ditujukan untuk menghormati, menghargai, dan mentaati aturan dan budaya yang telah berlaku disana sebagai yang telah disepakati oleh masyarakat. Oleh karena itu, sebaiknya kita memikirkan kembali busana yang akan kita kenakan yang dapat mengekspresikan diri tanpa melanggar norma yang berlaku. Menurut pendapat kami masalah ini dapat diselesaikan apabila kedua narasumber memahami cara berkomunikasi dan cara berbusana yang baik dan benar. Penyampaian pesan yang dilakukan oleh Naura seharusnya bisa dilakukan dengan lebih efektif dan efisien, karena emosi pesan yang disampaikan dapat disalah artikan oleh komunikan. Begitu pula dengan Ayu yang memberikan feedback kepada Naura dengan emosi yang mengakibatkan konflik komunikasi. Sebaiknya komunikasi dilakukan dengan sopan, saling menghormati dan ramah supaya pesan yang disampaikan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Dalam sisi norma, dalam berbusana seperti yang kita ketahui aturan tertentu di masyarakat. Karena dalam sebuah lembaga pendidikan memiliki sebuah aturan, seharusnya Naura dapat memahami aturan tersebut sebagaimana tidak boleh mengenakan pakaian yang tidak sopan. Sebaiknya kita menghormati dan menjalani budaya yang ada di suatu tempat supaya menghindarkan kita dari berbagai masalah. KESIMPULAN Hambatan-hambatan yang muncul dari kasus yang kami teliti adalah masalah penggunaan style pakaian, kurangnya pemahaman akan norma yang ada di masyarakat, dan munculnya permasalahan komunikasi antar teman karena permasalahan berbusana. Dalam berbusana, banyak orang memiliki cara berbusana yang berbeda-beda. Dalam kasus ini kita mendapatkan bahwa alasan seseorang memiliki busana yang berbeda dengan yang lain adalah karena berbusana merupakan suatu cara untuk mengekspresikan diri mereka kepada khalayak. Namun, seperti kasus yang kita teliti, cara berbusana yang kurang baik dapat menimbulkan
  • 10. sebuah permasalahan. Solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah-masalah diatas adalah untuk memahami, menghormati, menghargai dan menjalankan norma yang berlaku di masyarakat. Kita tetap dapat mengespresikan diri kita dengan cara berbusana dengan metode modifikasi busana yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan budaya yang ada. Sehingga, kita tetap mematuhi norma dan dapat mengekspresikan diri kita secara terbuka tanpa mengakibatkan adanya pelanggaran suatu norma yang berlaku. Dalam berkomunikasi kita juga harus memahami cara berkomunikasi yang baik dan benar dalam konteks ini pesan yang akan kita sampaikan sebaiknya dipikir kembali supaya tidak memunculkan kesalahpahaman dengan lawan bicara. Komunikasi yang baik dan benar yaitu berbicara dengan jelas, sopan, ramah, dan tidak emosi.
  • 11. Daftar Pustaka Amelia. (2014). Disharmoni Pengaturan Pemberian Izin dan Dispensasi. Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1. Effendi, U. (2000). Dinamika Komunikasi. Kurniati, D. P. (2016). KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL. Univ Udayana Fak Kedokt. Setianto, I. P. (2009). MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG HAMBATAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI LAYANAN INFORMASI DENGAN FORMAT KELOMPOK PADA SISWA KELAS 5 dan 6 SDN 1 KRANDEGAN BANJARNEGARA. Sudaryono. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Mix Method. Depok: RajaGrafindo Persada.