SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Download to read offline
TEORI
HARTA
DEFINISI HARTA
Menurut Wahbah Zuhaili (1989, IV, hal. 40),
secara linguistik, al maal didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang dapat mendatangkan
ketenangan, dan bisa dimiliki oleh manusia
dengan sebuah upaya (fi‟il), baik sesuatu itu
berupa dzat (materi) seperti; komputer, kamera
digital, hewan ternak, tumbuhan, dan lainnya.
Atau pun berupa manfaat, seperti; kendaraan,
pakaian, atau pun tempat tinggal.
Menurut Hanafiyah, al maal
adalah segala sesuatu yang
mungkin untuk dimiliki,
disimpan, dan
dimanfaatkan.
Menurut mayoritas ulama fiqh, al maal adalah
segala sesuatu yang memiliki nilai, dimana bagi
orang yang merusaknya, berkewajiban untuk
menanggung atau menggantinya. Lebih lanjut
Imam Syafii mengatakan, al maal dikhususkan
pada sesuatu yang bernilai dan bisa diperjual-
belikan dan memiliki konsekuensi bagi yang
merusaknya. Berdasarkan pengertian ini, al maal
haruslah sesuatu yang dapat merefleksikan sebuah
nilai finansial, dalam arti ia bisa diukur dengan
satuan moneter (Zuhaili, 1989, IV, hal. 42).
Mustafa Ahmad Zarqa (1984, hal. 289)
menegaskan, memang terdapat perbedaan
mendasar antara pandangan orang syariah dengan
qanun (hukum). Menurut beliau, sesuatu itu
dikatakan harta (al maal) jika memenuhi 2 syarat,
yaitu;
 Sesuatu itu harus berwujud materi dan bisa
diraba,
 Biasanya manusia akan berusaha untuk
meraihnya, dan menjaganya agar tidak diambil
atau dimiliki orang lain. Dengan demikian harta
itu haruslah memiliki nilai materi.
HAK DAN MANFAAT
Mazhab Hanafi meringkas definisi harta pada sesuatu
atau dzat yang bersifat materi. Dalam arti memiliki
bentuk fisik yang dapat dilihat atau diraba. Dengan
demikian, hak dan manfaat tidak termasuk dalam
kategori harta, akan tetapi merupakan kepemilikan
Berbeda dengan ulama fiqh selain Hanafiyah.
Menurut mereka, hak dan manfaat termasuk
harta. Dengan alasan, maksud dan tujuan
memiliki sesuatu adalah karena terdapat manfaat
yang dapat diterima, bukan karena dzatnya. Atas
dasar adanya manfaat tersebut, manusia berusaha
untuk menjaga dan menyimpan kemanfaatan yang
inheren dalam dzat sesuatu.
Yang dimaksud dengan manfaat adalah faidah/
fungsi yang terdapat dalam suatu dzat (benda),
seperti menempati rumah, mengendarai mobil,
atau memakai pakaian. Dalam arti, dengan
memiliki mobil, maka manfaat yang bisa
dirasakan adalah kita bisa mengendarai-nya ke
suatu tempat yang kita inginkan. Dengan memiliki
pakaian, maka kita bisa memakainya untuk
menutupi aurat, dan seterusnya, ini adalah
manfaat.
Jadi, sebenarnya maksud dari memiliki sesuatu
adalah karena terdapat manfaat yang dapat kita
rasakan, bukan karena dzatnya. Jika misalnya,
mobil yang kita miliki sudah tidak bisa kita
kendarai, tentunya mobil tersebut tidak akan kita
pakai lagi, walaupun secara fisik mungkin masih
terlihat bagus.
Sedangkan hak adalah sesuatu yang telah ditetapkan
oleh syara‟ terhadap seseorang untuk diberi
kekhususan atas suatu kekuasaan atau suatu beban
hukum tertentu. Artinya, dengan adanya hak, seseorang
memiliki kekuasaan atau kekebalan hukum atas
sesuatu yang diakui oleh syara‟. Pemilik hak tersebut
memiliki wewenang atau kuasa penuh atas barang yang
telah dibenarkan oleh syara‟ untuknya. Terkadang hak
itu berhubungan dengan harta, seperti hak kepemilikan,
hak untuk merawat dan memelihara kebun, dan
lainnya. Tapi, terkadang juga tidak berhubungan
dengan harta, seperti hak untuk merawat anak.
substansi seseorang memiliki benda (dzat) adalah
karena adanya unsur manfaat, jika manfaat itu
telah tiada, maka ia akan cenderung untuk
meninggalkannya.
Adanya perbedaan pandangan ini, akan mempunyai
implikasi hukum tertentu, khususnya dalam hal ghasab
(menggunakan barang orang lain tanpa izin), ijarah
(sewa-menyewa) atau pun hukum waris. Menurut
Hanafiyah, orang yang meng-ghasab barang orang lain
dalam kurun waktu tertentu, kemudian barang tersebut
dikembalikan kepada pemiliknya, maka orang yang
meng-ghasab tersebut, tidak berkewajiban untuk
mengganti nilai manfaat yang telah dipakai. Dengan
catatan, barang tersebut masih utuh dan bukan milik
anak yatim, barang waqf, atau barang yang secara
khusus dimaksudkan untuk dikomersilkan. Berbeda
dengan jumhur ulama, si peng-ghasab berkewajiban
untuk mengganti nilai manfaat selama ia menggunakan
barang ghasab tersebut.
PEMBAGIAN HARTA
Ulama ahli fiqh, membagi harta dalam 4 kategori,
dimana setiap kategori memiliki implikasi hukum
tertentu.
 Dilihat dari boleh tidaknya kita memanfaatkan
harta, ulama membagi harta menjadi mutaqawwim
dan ghair mutaqawwim.
 Dilihat dari menetap atau tidaknya harta dalam
suatu tempat, harta dibagi mejadi „iqar dan manqul.
 Jika harta itu terdapat padanannya atau tidak di
pasaran, maka dapat dikategorikan menjadi harta
mitsli dan qimi,
 Jika harta itu habis setelah dikonsumsi, atau tetap
dalam wujudnya semula, maka harta ini
dikategorikan dalam istihlaki dan isti‟mali. Untuk
lebih jelasnya, akan dibahas untuk masing-masing
kategori
MUTAQAWWIM DAN GHAIR MUTAQAWWIM
Menurut Wahbah Zuhaili (1989, IV, hal. 44), al maal al
mutaqowwim adalah harta yang dicapai/ diperoleh
manusia dengan sebuah upaya, dan diperbolehkan oleh
syara‟ untuk memanfaatkannya, seperti makanan,
pakaian, kebun apel, dan lainnya. al maal ghair al
mutaqawwim adalah harta yang belum diraih/ dicapai
dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum
sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan
manusia, seperti mutiara di dasar lautan, minyak di
perut bumi, dan lainnya
Atau harta tersebut tidak diperbolehkan syara‟
untuk dimanfaatkan, kecuali dalam kondisi
darurat, seperti minuman keras. Bagi seorang
muslim, harta ghair mutaqawwim tidak boleh
dikonsumsi, kecuali dalam keadaan dlarurat.
Namun demikian, yang diperbolehkan adalah
kadar minimal yang bisa menyelamatkan hidup,
tidak boleh berlebihan.
IMPLIKASI HUKUM
Dengan adanya pembagian harta menjadi mutaqawwim
dan ghair mutaqawwim, terdapat implikasi hukum yang
harus diperhatikan:
 Sah dan tidaknya harta tersebut menjadi obyek
transaksi. Al maal al mutaqawwim bisa dijadikan
sebagai obyek transaksi, dan transaksi yang dilakukan
sah adanya. Misalnya jual beli, sewa-menyewa, hibah,
syirkah, dan lainya. Untuk al maal ghair
mutaqawwim, tidak bisa dijadikan sebagai obyek
transaksi, jika ia dipaksakan menjadi obyek transaksi,
maka transaksinya rusak atau batal adanya. Al maal
al mutaqawwim sebagai obyek transaksi, merupakan
syarat sahnya sebuah transaksi.
 Adanya kewajiban untuk menggantinya, ketika terjadi
kerusakan. Jika harta mutaqawwim dirusak, maka
harus diganti. Jika terdapat padanannya, maka harus
diganti dengan semisalnya, namun jika tidak, bisa
diganti sesuai dengan nilainya.
 Jika harta ghair mutaqawwim dimiliki oleh seorang
muslim, maka tidak ada kewajiban untuk
menggantinya. Berbeda dengan non-muslim (yang
hidup dalam daerah kekuasaan Islam), jika hewan
babi-nya dibunuh, atau minuman kerasnya dibakar,
maka ada kewajiban untuk menggantinya, karena
keduanya merupakan al maal al mutaqawwim bagi
kehidupan mereka, ini merupakan pandangan ulama
fiqh Hanafiyah.
‘IQAR DAN MANQUL
 Menurut Hanafiyah (1989, IV, hal. 46), manqul
adalah harta yang memungkinkan untuk dipindah,
ditransfer dari satu tempat ke tempat lainnya, baik
bentuk fisiknya (dzat/ ain) berubah atau tidak,
dengan adanya perpindahan tersebut. Diantaranya
adalah uang, harta perdagangan, hewan, atau pun
komoditas lain yang dapat ditimbang atau diukur.
 Sedangkan „iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak
bisa dipindah dari satu tempat ke tempat lainnya,
seperti tanah dan bangunan. Namun demikian,
tanaman, bangunan atau apapun yang terdapat di
atas tanah, tidak bisa dikatakan sebagai „iqar kecuali
ia tetap mengikuti/ bersatu dengan tanahnya.
 Berbeda dengan Hanafiyah, ulama madzhab
Malikiyah cenderung mempersempit makna harta
manqul, dan memperluas makna harta „iqar. Menurut
Malikiyah, manqul adalah harta yang mungkin untuk
dipindahkan atau ditransfer dari satu tempat ke
tempat lainnya, tanpa adanya perubahan atas bentuk
fisik semula, seperti kendaraan, buku, pakaian dan
lainnya. Sedangkan „iqar adalah harta yang secara
asal tidak mungkin dapat dipindah atau ditransfer,
seperti tanah, atau mungkin dapat ditransfer dan
dipindah, akan tetapi terdapat perubahan atas bentuk
fisiknya, seperti pohon, ketika dipindah akan berubah
menjadi lempengan kayu.
Dalam perkembangannya, harta manqul dapat berubah
menjadi harta „iqar, dan begitu juga sebaliknya. Pintu,
listrik, batu bata, semula merupakan harta manqul,
akan tetapi setelah melekat pada bangunan, maka akan
berubah menjadi harta „iqar. Begitu juga dengan batu
bara, minyak bumi, emas, ataupun barang tambang
lainnya, semula merupakan harta „iqar, akan tetapi
setelah terpisah dari tanah, maka akan berubah menjadi
harta manqul.
Dengan adanya pembagian harta menjadi „iqar dan
manqul, akan terdapat beberapa implikasi hukum
sebagai berikut:
 Dalam harta „iqar terdapat hak syuf‟ah, sedangkan
harta manqul tidak terdapat di dalamnya, kecuali
harta manqul tersebut menempel pada harta „iqar.
 Menurut Hanafiyah, harta yang diperbolehkan untuk
di-waqf-kan adalah harta „iqar. Harta manqul
diperbolehkan jika menempel atau ikut terhadap harta
„iqar, seperti me-waqf-kan tanah beserta bangunan,
perabotan, dan segala sesuatu yang terdapat di
atasnya. Atau harta manqul yang secara umum sudah
menjadi obyek waqf, seperti mushaf, kitab-kitab, atau
peralatan jenazah. Berbeda dengan jumhur ulama,
menurut mereka, kedua macam harta tersebut dapat
dijadikan sebagai obyek waqf.
 Seorang wali tidak boleh menjual harta „iqar atas
orang yang berada dalam tanggungannya, kecuali
mendapatkan alasan yang dibenarkan syara‟, seperti
untuk membayar hutang, memenuhi kebutuhan
dlarurat, atau kemaslahatan lain yang bersifat urgen.
Alangkah baiknya, jika harta manqul yang lebih
diprioritaskan untuk dijual, karena harta „iqar
diyakini memiliki kemaslahatan yang lebih besar bagi
pemiliknya, jadi tidak mudah untuk menjualnya.
 Menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf, harta „iqar
boleh ditransaksikan, walaupun belum
diserahterimakan. Berbeda dengan harta manqul, ia
tdak bisa ditransaksikan sebelum ada serah terima,
karena kemungkinan terjadinya kerusakan sangat
besar.
MITSLI DAN QIMI
Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya di
pasaran, tanpa adanya perbedaan atas bentuk fisik atau
bagian-bagiannya, atau kesatuannya. Harta mitsli dapat
dikategorikan menjadi 4 bagian:
 al makilaat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandum,
terigu, beras
 al mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti;
kapas, besi, tembaga,
 al ‘adadiyaat (sesuatu yang dapat dihitung dan memilki
kemiripan bentuk fisik) seperti; pisang, telor, apel, begitu
juga dengan hasil-hasil industri, seperti; mobil yang satu
tipe, buku-buku baru, perabotan rumah, dan lainnya,
 al dzira’iyaat (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki
persamaan atas bagian-bagiannya) seperti; kain, kertas,
tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian), maka
dikategorikan sebagai harta qimi, seperti tanah.
 Al maal al qimi adalah harta yang tidak terdapat
padanannya di pasaran, atau terdapat padanannya,
akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti
domba, tanah, kayu, dan lainnya. Walaupun mungkin
sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi setiap satu
domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan
lainya. Juga termasuk dalam harta qimi adalah
durian, semangka yang memiliki kualitas dan bentuk
fisik yang berbeda.
Dalam perjalanannya, harta mitsli bisa berubah
menjadi harta qimi atau sebaliknya;
 Jika harta mitsli susah untuk didapatkan di pasaran
(terjadi kelangkaan/ scarcity), maka secara otomatis
berubah menjadi harta qimi,
 Jika terjadi pecampuran antara dua harta mitsli dari
dua jenis yang berbeda, seperti hasil modifikasi mobil
Toyota dan Honda, maka mobil tersebut menjadi harta
qimi,
 Jika harta qimi terdapat banyak padanannya di
pasaran, maka secara otomatis berubah menjadi harta
mitsli.
Dengan adanya pembagian harta mitsli dan qimi,
memiliki implikasi hukum sebagai berikut;
 Harta mitsli bisa menjadi tsaman (harga) dalam jual
beli hanya dengan menyebutkan jenis dan sifatnya,
sedangkan harta qimi tidak bisa menjadi tsaman. Jika
harta qimi dikaitkan dengan hak-hak finansial, maka
harus disebutkan secara detail, karena hal itu akan
mempengaruhi nilai yang dicerminkannya, seperti
domba Australia, tentunya akan berbeda nilainya
dengan domba Indonesia, walaupun mungkin jenis
dan sifatnya sama
 Jika harta mitsli dirusak oleh orang, maka wajib
diganti dengan padanannya yang mendekati nilai
ekonomisnya (finansial), atau sama. Tapi jika harta
qimi dirusak, maka harus diganti sesuai dengan nilai
ekonomis (finansial) harta qimi tersebut, karena
memang susah untuk mendapatkan padanannya di
pasaran.
 Jika terjadi percampuran beberapa harta mitsli, maka
pemiliknya mempunyai kebebasan untuk mengambil
harta tersebut sesuai dengan keinginannya, walaupun
tanpa izin dari pihak yang lain. Berbeda dengan harta
qimi, walaupun mungkin jenisnya sama, tapi nilainya
bisa berbeda, dengan demikian pengambilan harus
atas izin orang-orang yang berserikat
 Harta mitsli rentan terhadap riba fadl. Jika terjadi
pertukaran diantara harta mitsli, dan tidak terdapat
persamaan dalam kualitas, kuantitas, dan kadarnya,
maka akan terjebak dalam riba fadl. Berbeda dengan
harta qimi yang relatif resisten terhadap riba. Jika
dipertukarkan dan terdapat perbedaan, maka tidak
ada masalah. Diperbolehkan menjual satu domba
dengan dua domba.
ISTIHLAKI DAN ISTI’MALI
 Al maal al istihlaki adalah harta yang tidak mungkin
bisa dimanfaatkan kecuali dengan merusak bentuk
fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan
minuman, kayu bakar, BBM, uang, dan lainnya. Jika
kita ingin memanfaatkan makanan dan minuman,
maka kita harus memakan dan meminumnya sampai
bentuk fisiknya tidak kita jumpai, artinya barang
tersebut tidak akan mendatangkan manfaat, kecuali
dengan merusaknya.
 Adapun untuk uang, cara mengkonsumsikannya
adalah dengan membelanjakannya. Ketika uang
tersebut keluar dari saku dan genggaman sang
pemilik, maka uang tersebut dinyatakan hilang dan
hangus, karena sudah menjadi milik orang lain,
walaupun mungkin secara fisik, bentuk dan wujudnya
masih tetap sama. Intinya, harta istihlaki adalah
harta yang hanya bisa dikonsumsi untuk sekali saja.
Al maal al isti‟mali adalah harta yang mungkin
untuk bisa dimanfaatkan tanpa harus merusak
bentuk fisiknya, seperti perkebunan, rumah
kontrakan, kendaraan, pakaian, dan lainnya.
Berbeda dengan istihlaki, harta isti‟mali bisa
dipakai dan dikonsumsi untuk beberapa kali.
Implikasi Hukum:
 Harta istihlaki bisa ditransaksikan dengan tujuan untuk
konsumsi, tidak bisa misalnya kita meminjamkan dan atau
menyewakan makanan. Sebaliknya, harta isti‟mali bisa
digunakan sebagai obyek ijarah (sewa). Namun demikian
kedua harta tersebut bisa dijadikan sebagai obyek jual beli
atau titipan16.
 Di samping itu, Mustafa A. Zarqa‟ juga membagi harta
menjadi maal al ashl dan maal al tsamarah. Yang
dimaksud dengan maal al ashl adalah harta benda yang
dapat menghasilkan harta lain. Sedangkan maal al
tsamarah adalah harta benda yang tumbuh atau
dihasilkan dari maal al ashl tanpa menimbulkan
kerusakan atau kerugian atasnya. Misalnya sebidang
kebun menghasilkan buah-buahan. Maka, kebun
merupakan maal al ashl, sedang buah-buahan merupakan
maal al tsamarah (Zarqa, III, hal. 217-218).
Pembagian harta ini menimbulkan beberapa
konsekuensi hukum sebagai berikut:
 Pada prinsipnya, harta wakaf tidak dapat dimiliki
atau ditasharrufkan menjadi milik perorangan,
namun hal serupa dapat dilakukan terhadap hasil
harta wakaf
 Harta yang diperuntukkan bagi kepentingan dan
fasilitas umum, seperti jalan dan pasar, pada
prinsipnya tidak dapat dimiliki oleh perseorangan.
Sedangkan penghasilan dari harta umum ini dapat
dimiliki (Mas‟adi, 2002, hal. 27-28)
PENGERTIAN HARTA
• Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan
menyimpannya.
• Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki
(dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya
(lazim).
PENGERTIAN HARTA DALAM BAHASA ARAB
• Di dalam kamus Lisanul-'Arab karya Ibnu Manzur diterangkan bahwa kata mâL
(harta) berasal dari kata kerja ‫مول‬
،
‫ملت‬
،
‫لت‬
ّ
‫تمو‬
،
‫تمو‬ . Jadi, harta mâL
didefinisikan sebagai "segala sesuatu yang dimiliki”
• Rasulullah dalam salah satu hadistnya menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan idha’atul maal dalam hadis ini ialah menafkahkan di jalan yang haram,
maksiat, atau pada hal-hal yang tidak disukai Allah
• Jadi pengertian harta (maal) dalam bahasa Arab ialah apa saja yang dimiliki
manusia. Kata maal itu sendiri berakar dari kata dan frase: ‫مول‬
،
‫ملت‬
،
‫لت‬
ّ
‫تمو‬
،
‫تمو‬
PENGERTIAN HARTA DALAM AL-QUR’AN
• Dalam Al-Qur’an harta disebutkan dalam 25 surat dan 46 ayat. Menurut
Muhammad Abdul Baqi, al-maal disebutkan 86 kali dalam Al-Qur’an.
• Lafal al-maal terdapat pada ayat-ayat yang disebutkan di dalam beberapa ayat
berikut ini.
”Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (al-Fajar:20)
”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak [unta, lembu, kambing dan biri-biri] dan sawah
ladang.” (Ali-Imran:14).
• Jadi, yang dimaksud dengan maal (harta) itu berbeda-beda sesuai dengan
tempat di mana kata-kata itu disebutkan dalam Al-Qur’an. Akan tetapi, makna
maal (harta) secara umum ialah segala sesuatu yang disukai manusia, seperti
hasil pertanian, perak atau emas, ternak, atau barang-barang lain yang
termasuk perhiasan dunia.
PENGERTIAN HARTA DALAM AS-SUNNAH
• Di dalam kitab-kitab hadis terdapat banyak hadis
yang mengandung kata maal (harta), diantaranya
hadis Rasulullah
• Di dalam hadis ini menunjukkan bahwa maal itu
adalah nikmat Allah jika digunakan untuk kebaikan.
Walaupun begitu, manusia tidak boleh menyembah
harta dan menjadikannya sebagai tujuan hidup
dunia dan lupa mengabdi kepada Allah.
• Hadis-hadis ini secara tegas melarang penahanan
atau penimbunan harta, me-nasionalisasi-kan
(seperti sistem komunis) atau mengganggu harta
seseorang oleh pemerintah tanpa alasan yang tegas.
PENGERTIAN HARTA MENURUT ULAMA ATAU
DALAM FIQH
• Segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik
dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.(Nasrun Haroen
et.All:2003)
• Apa-apa yang memiliki manfaat yang mubah untuk suatu keperluan dan
atau untuk kondisi darurat. (Ulama Hambali)
• Barang-barang yang mempunyai nilai untuk dijual dan nilai harta itu
akan terus ada kecuali kalau semua orang telah meninggalkannya (tidak
berguna bagi manusia). Kalau baru sebagian orang saja yang
meninggalkannya, barang itu masih dianggap harta karena barang itu
mungkin masih bermanfaat bagi orang lain dan masih mempunyai nilai
bagi mereka. (Imam Syafi’i)
• Tidak ada yang bias disebut mal (harta) kecuali apa-apa yang memiliki
nilai penjualan dan diberi sanksi bagi orang yang merusaknya. Harta itu
mengandung nilai.( as-Suyuti)
• Sesuatu yang layak dimiliki menurut syarat dapat dimanfaatkan,
disimpan/dikuasai dan bersifat konkret. (madzab Hanafi)
PENGERTIAN HARTA MENURUT ULAMA ATAU
DALAM FIQH
• Hasbi ash-Shiddiqy membuat kesimpulan, bahwa yang
termasuk harta ialah:
– Nama bagi selain manusia yang diciptakan Allah untuk
mencukupi kebutuhan hidup manusia, dapat dipelihara pada
suatu tempat dan dikelola (tasharruf) dengan jalan ikhtiar.
– Sesuatu yang dapat dimiliki setiap manusia.
– Sesuatu yang sah untuk diperjualbelikan.
– Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai (harga).
– Sesuatu yang berwujud.
– Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau
sebentar dan dapat diambil manfaatnya ketika dibutuhkan.
Pandangan Islam terhadap Harta
HARTA ADALAH ALAT UNTUK
MENCAPAI TUJUAN
sirkulasi
(tadâwul)
belanja
(infâq)
tabungan
(iddikhâr)
Pnndangan Islam terhadap Harta
Islam telah menetapkan hukum-hukum bagi masing-masing
peruntukan harta itu yang menjamin harta tetap sebagai pelayan
manusia untuk dimanfaatkan dan memberikan manfaat kepada
orang lain; bukan sebaliknya, yaitu manusia menjadi hamba dan
pelayan harta yang menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan
orang lain.
KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM...
• Kepemilikan
• Harta sebagai amanah dari Allah SWT
• Harta sebagai perhiasan hidup manusia
• Harta sebagai ujian keimanan
• Harta sebagai bekal ibadah
• Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain
melalui usaha (a’mal) atau mata pencaharian
(ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan-
aturan-Nya
ASAS POKOK TENTANG HARTA DALAM
EKONOMI ISLAM
ASAS POKOK
HARTA
DALAM
ISLAM
Allah Maha
Pencipta
Iman
Kepada Hari
Akhir
Semua harta
adalah milik
Allah
PENGELOLAAN HARTA DALAM ISLAM
• Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal)
• Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal)
Pengelolaan
Harta yang
Dihalalkan
• Riba
• Ihtikar (menimbun di saat orang membutahkan)
• Penipuan
• Berdagang barang-barang yang diharamkan
• Segala sesuatu yang bertentangan dengan akhlaq
Pengeloaan
Harta yang
Diharamkan
PENGELOLAAN HARTA YANG DIHALALKAN
• Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal): pemberian
harta kekayaan yang telah dimiliki
• Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal):
kegiatan memperbanyak jumlah harta yang
telah dimiliki.
PENGELOLAAN HARTA YANG DIHARAMKAN
• Riba
• Ihtikar (menimbun disaat orang membutuhkan)
• Penipuan
• Berdagang barang-barang yang diharamkan
• Segala sesuatu yang bertentangan dengan akhlak
DISTRIBUSI DAN KEPEMILIKAN HARTA
Hukum-hukum distribusi harta dalam Islam
mencakup sebuah pemahaman yang unik,
yaitu kepemilikan umum.
KEPEMILIKAN DALAM NEGARA KHILAFAH
Kepemilikan
Kepemilikan
Umum
Kepemilikan
Negara
Kepemilikan
Individu
KEPEMILIKAN UMUM...
a. Harta yang dari sisi pembentukannya tidak mungkin
dimiliki secara individu, seperti sungai, danau, laut,
dsb.
b. Apa saja yang menjadi hajat hidup orang banyak
seperti jalan, masjid, dsb
c. Barang tambang yang depositnya banyak dan tidak
terputus; baik yang berbentuk padat, cair maupun gas;
baik tambang dipermukaan maupun di dalam perut
bumi. Semuanya merupakan kepemilikan umum.
KEPEMILIKAN NEGARA...
Beberapa harta yang dapat dikategorikan ke dalam jenis kepemilikan negara
menurut al-shari' dan khalifah/negara berhak mengelolanya dengan
pandangan ijtihadnya adalah:
• Harta ghanimah, anfal fay' dan khumus
• Harta yang berasal dari kharaj
• Harta yang berasal dari jizyah
• Harta yang berasal dari daribah (pajak)
• Harta yang berasal dari ushur
• Harta yang tidak ada ahli warisnya atau kelebihan harta dari sisa waris (amwal
al-fadla)
• Harta yang ditinggalkan oleh orang-orang murtad
• Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa, pegawai negara, harta
yang didapat tidak sejalan dengan shara'
• Harta lain milik negara
KEPEMILIKAN INDIVIDU...
• Kepemilikan individu adalah harta yang pengelolaannya
diserahkan kepada individu, pada selain harta milik umum.
• Ada beberapa ketentuan hak milik pribadi untuk sumber daya
ekonomi dalam Islam:
– harta kekayaan harus dimanfaatkan untuk kegiatan produktif
(melarang penimbunan dan monopoli
– pembayaran zakat serta pendistribusian (produktif/konsumtif)
– penggunaan yang berfaidah (untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan material-spiritual)
– penggunaan yang tidak merugikan secara pribadi maupun secara
kemasyarakatan dalam aktivitas ekonomi maupun non ekonomi.
Perbedaan harta dalam akuntansi syariah & akuntansi konvensional
Pembagian Harta Menurut
Konsep Akuntansi Konvensional
Pembagian Harta Menurut Konsep Akuntansi Islam
Segi Tujuan dan Segi
Pemakaian
Segi Penilaian
Harta Tetap
( ushul tsabitah)
Harta
Bergerak
(ushul
mutadwilah)
Muamalah
Diambil
Manfaatnya
Bernilai
Tidak
Mengandung
Nilai
Perbedaan Aset antara Akuntansi Syariah dan
Konvensional
• akuntansi konvensional Assets (harta) dibedakan
atas dua hal yakni harta lancar (current assets)
dan harta tetap (fixed assets),
• akuntansi syariah harta terbagi atas harta berupa
uang (cash), harta berupa barang (stock) yang
kemudian dibagi kembali menjadi harta dagang
dan harta milik
PEMBAGIAN HARTA MENURUT KONSEP
AKUNTANSI ISLAM
TUJUAN & SEGI
PEMAKAIAN
• MUAMALAH
• DIAMBIL MANFAATNYA
PENILAIAN
• HARTA YANG MEMILIKI NILAI
• HARTA YANG TIDAK MEMILIKI NILAI
KLASIFIKASI HARTA
Menurut Abdullah al-Mushlih dan Shalah ash-
Shawi, harta terbagi menjadi berbagai macam
tergantung dengan orientasi pembagiannya. Di
antara bentuk klasifikasi tersebut adalah
– Harta tetap adalah harta yang tidak mungkin
dipindahkan seperti tanah dan yang melekat dengan
tanah, seperti bangunan permanen.
– Harta bergerak adalah yang dapat dengan cepat
dipindahkan dan dialihkan.
PEMBAGIAN HARTA DARI SEGI BENDA
• maal mutaqawwim dan maal gair mutaqawwim
• maal manqul dan ’uqar
• maal mamluk dan maal mubah
• maal khass dan maal ‘amm
• maal misli dan maal qimi
• maal istihlaki dan maal gair istihlaki
• usul dan simar
• maal qabil lil al-qismah dan maal gair qabil lil al-
qismah
PSAK SYARIAH MENGENAI HARTA
• Definisi dan Sifat Harta (poin 75-81,104)
• Pengakuan Asset (poin 116,117)
• Posisi Asset dalam Neraca
a. Pembagian asset lancar dengan tidak lancar dan jangka
pendek dengan jangka panjang terdapat dijelaskan pada
nomor 101 poin 44,45,46
b. Klasifikasi asset lancar diuraikan pada PSAK nomor 101
poin 47,48
AKUN-AKUN DALAM HARTA
a. Kas;
b. Penempatan pada Bank Indonesia;
c. Giro pada bank lain,
d. Penempatan pada bank lain;
e. Efek-efek;
f. Piutang:
(i) piutang murabahah;
(ii) piutang salam;
(iii) piutang istishna’;
(iv) piutang pendapatan ijarah;
g. Pembiayaan:
(i) pembiayaan mudharabah;
(ii) Pembiayaan musyarakah;
h. Persediaan (aset yang dibeli
untuk dijual kembali kepada
klien);
i. Aset yang diperoleh untuk
ijarah;
j. Aset istishna dalam
penyelesaian (setelah dikurangi
termin istishna);
k. Penyertaan;
l. Aset tetap dan akumulasi
penyusutan; dan
m. Aset lain.

More Related Content

Similar to teori harta dalam islam.pdf

1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp021sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
Hamzah Robbani
 
Presentasi 11 pembajakan hki
Presentasi 11   pembajakan hkiPresentasi 11   pembajakan hki
Presentasi 11 pembajakan hki
Marhamah Saleh
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
Gazali Mdr
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
Gazali Mdr
 
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sbyHukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
yuandakusuma
 
HARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMHARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAM
Nurul Husna
 

Similar to teori harta dalam islam.pdf (20)

1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp021sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
 
ppt fikih muamalah kel.2.pptx
ppt fikih muamalah kel.2.pptxppt fikih muamalah kel.2.pptx
ppt fikih muamalah kel.2.pptx
 
Presentasi 11 pembajakan hki
Presentasi 11   pembajakan hkiPresentasi 11   pembajakan hki
Presentasi 11 pembajakan hki
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
 
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sbyHukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby
 
Pengertian wakaf
Pengertian wakafPengertian wakaf
Pengertian wakaf
 
Konsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam IslamKonsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam Islam
 
Penjelasan Wakaf
Penjelasan WakafPenjelasan Wakaf
Penjelasan Wakaf
 
Makalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islamMakalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islam
 
Harta
HartaHarta
Harta
 
Teori Pemilikan
Teori PemilikanTeori Pemilikan
Teori Pemilikan
 
HARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMHARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAM
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
 
15 wakaf
15 wakaf15 wakaf
15 wakaf
 
Assigment pusaka 3
Assigment pusaka 3Assigment pusaka 3
Assigment pusaka 3
 
Pengelolaan Wakaf
Pengelolaan WakafPengelolaan Wakaf
Pengelolaan Wakaf
 
KONSEP HARTA (PERTEMUAN KE-3) (1).pptx
KONSEP HARTA (PERTEMUAN KE-3) (1).pptxKONSEP HARTA (PERTEMUAN KE-3) (1).pptx
KONSEP HARTA (PERTEMUAN KE-3) (1).pptx
 
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihTerminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
 
Artikel Wakaf.docx
Artikel Wakaf.docxArtikel Wakaf.docx
Artikel Wakaf.docx
 

Recently uploaded

443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
susilowati82
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
aji guru
 

Recently uploaded (20)

Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 5.pdf
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 

teori harta dalam islam.pdf

  • 2. DEFINISI HARTA Menurut Wahbah Zuhaili (1989, IV, hal. 40), secara linguistik, al maal didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan, dan bisa dimiliki oleh manusia dengan sebuah upaya (fi‟il), baik sesuatu itu berupa dzat (materi) seperti; komputer, kamera digital, hewan ternak, tumbuhan, dan lainnya. Atau pun berupa manfaat, seperti; kendaraan, pakaian, atau pun tempat tinggal.
  • 3. Menurut Hanafiyah, al maal adalah segala sesuatu yang mungkin untuk dimiliki, disimpan, dan dimanfaatkan.
  • 4. Menurut mayoritas ulama fiqh, al maal adalah segala sesuatu yang memiliki nilai, dimana bagi orang yang merusaknya, berkewajiban untuk menanggung atau menggantinya. Lebih lanjut Imam Syafii mengatakan, al maal dikhususkan pada sesuatu yang bernilai dan bisa diperjual- belikan dan memiliki konsekuensi bagi yang merusaknya. Berdasarkan pengertian ini, al maal haruslah sesuatu yang dapat merefleksikan sebuah nilai finansial, dalam arti ia bisa diukur dengan satuan moneter (Zuhaili, 1989, IV, hal. 42).
  • 5. Mustafa Ahmad Zarqa (1984, hal. 289) menegaskan, memang terdapat perbedaan mendasar antara pandangan orang syariah dengan qanun (hukum). Menurut beliau, sesuatu itu dikatakan harta (al maal) jika memenuhi 2 syarat, yaitu;  Sesuatu itu harus berwujud materi dan bisa diraba,  Biasanya manusia akan berusaha untuk meraihnya, dan menjaganya agar tidak diambil atau dimiliki orang lain. Dengan demikian harta itu haruslah memiliki nilai materi.
  • 6. HAK DAN MANFAAT Mazhab Hanafi meringkas definisi harta pada sesuatu atau dzat yang bersifat materi. Dalam arti memiliki bentuk fisik yang dapat dilihat atau diraba. Dengan demikian, hak dan manfaat tidak termasuk dalam kategori harta, akan tetapi merupakan kepemilikan
  • 7. Berbeda dengan ulama fiqh selain Hanafiyah. Menurut mereka, hak dan manfaat termasuk harta. Dengan alasan, maksud dan tujuan memiliki sesuatu adalah karena terdapat manfaat yang dapat diterima, bukan karena dzatnya. Atas dasar adanya manfaat tersebut, manusia berusaha untuk menjaga dan menyimpan kemanfaatan yang inheren dalam dzat sesuatu.
  • 8. Yang dimaksud dengan manfaat adalah faidah/ fungsi yang terdapat dalam suatu dzat (benda), seperti menempati rumah, mengendarai mobil, atau memakai pakaian. Dalam arti, dengan memiliki mobil, maka manfaat yang bisa dirasakan adalah kita bisa mengendarai-nya ke suatu tempat yang kita inginkan. Dengan memiliki pakaian, maka kita bisa memakainya untuk menutupi aurat, dan seterusnya, ini adalah manfaat.
  • 9. Jadi, sebenarnya maksud dari memiliki sesuatu adalah karena terdapat manfaat yang dapat kita rasakan, bukan karena dzatnya. Jika misalnya, mobil yang kita miliki sudah tidak bisa kita kendarai, tentunya mobil tersebut tidak akan kita pakai lagi, walaupun secara fisik mungkin masih terlihat bagus.
  • 10. Sedangkan hak adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh syara‟ terhadap seseorang untuk diberi kekhususan atas suatu kekuasaan atau suatu beban hukum tertentu. Artinya, dengan adanya hak, seseorang memiliki kekuasaan atau kekebalan hukum atas sesuatu yang diakui oleh syara‟. Pemilik hak tersebut memiliki wewenang atau kuasa penuh atas barang yang telah dibenarkan oleh syara‟ untuknya. Terkadang hak itu berhubungan dengan harta, seperti hak kepemilikan, hak untuk merawat dan memelihara kebun, dan lainnya. Tapi, terkadang juga tidak berhubungan dengan harta, seperti hak untuk merawat anak.
  • 11. substansi seseorang memiliki benda (dzat) adalah karena adanya unsur manfaat, jika manfaat itu telah tiada, maka ia akan cenderung untuk meninggalkannya.
  • 12. Adanya perbedaan pandangan ini, akan mempunyai implikasi hukum tertentu, khususnya dalam hal ghasab (menggunakan barang orang lain tanpa izin), ijarah (sewa-menyewa) atau pun hukum waris. Menurut Hanafiyah, orang yang meng-ghasab barang orang lain dalam kurun waktu tertentu, kemudian barang tersebut dikembalikan kepada pemiliknya, maka orang yang meng-ghasab tersebut, tidak berkewajiban untuk mengganti nilai manfaat yang telah dipakai. Dengan catatan, barang tersebut masih utuh dan bukan milik anak yatim, barang waqf, atau barang yang secara khusus dimaksudkan untuk dikomersilkan. Berbeda dengan jumhur ulama, si peng-ghasab berkewajiban untuk mengganti nilai manfaat selama ia menggunakan barang ghasab tersebut.
  • 13. PEMBAGIAN HARTA Ulama ahli fiqh, membagi harta dalam 4 kategori, dimana setiap kategori memiliki implikasi hukum tertentu.  Dilihat dari boleh tidaknya kita memanfaatkan harta, ulama membagi harta menjadi mutaqawwim dan ghair mutaqawwim.  Dilihat dari menetap atau tidaknya harta dalam suatu tempat, harta dibagi mejadi „iqar dan manqul.
  • 14.  Jika harta itu terdapat padanannya atau tidak di pasaran, maka dapat dikategorikan menjadi harta mitsli dan qimi,  Jika harta itu habis setelah dikonsumsi, atau tetap dalam wujudnya semula, maka harta ini dikategorikan dalam istihlaki dan isti‟mali. Untuk lebih jelasnya, akan dibahas untuk masing-masing kategori
  • 15. MUTAQAWWIM DAN GHAIR MUTAQAWWIM Menurut Wahbah Zuhaili (1989, IV, hal. 44), al maal al mutaqowwim adalah harta yang dicapai/ diperoleh manusia dengan sebuah upaya, dan diperbolehkan oleh syara‟ untuk memanfaatkannya, seperti makanan, pakaian, kebun apel, dan lainnya. al maal ghair al mutaqawwim adalah harta yang belum diraih/ dicapai dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia, seperti mutiara di dasar lautan, minyak di perut bumi, dan lainnya
  • 16. Atau harta tersebut tidak diperbolehkan syara‟ untuk dimanfaatkan, kecuali dalam kondisi darurat, seperti minuman keras. Bagi seorang muslim, harta ghair mutaqawwim tidak boleh dikonsumsi, kecuali dalam keadaan dlarurat. Namun demikian, yang diperbolehkan adalah kadar minimal yang bisa menyelamatkan hidup, tidak boleh berlebihan.
  • 17. IMPLIKASI HUKUM Dengan adanya pembagian harta menjadi mutaqawwim dan ghair mutaqawwim, terdapat implikasi hukum yang harus diperhatikan:  Sah dan tidaknya harta tersebut menjadi obyek transaksi. Al maal al mutaqawwim bisa dijadikan sebagai obyek transaksi, dan transaksi yang dilakukan sah adanya. Misalnya jual beli, sewa-menyewa, hibah, syirkah, dan lainya. Untuk al maal ghair mutaqawwim, tidak bisa dijadikan sebagai obyek transaksi, jika ia dipaksakan menjadi obyek transaksi, maka transaksinya rusak atau batal adanya. Al maal al mutaqawwim sebagai obyek transaksi, merupakan syarat sahnya sebuah transaksi.
  • 18.  Adanya kewajiban untuk menggantinya, ketika terjadi kerusakan. Jika harta mutaqawwim dirusak, maka harus diganti. Jika terdapat padanannya, maka harus diganti dengan semisalnya, namun jika tidak, bisa diganti sesuai dengan nilainya.  Jika harta ghair mutaqawwim dimiliki oleh seorang muslim, maka tidak ada kewajiban untuk menggantinya. Berbeda dengan non-muslim (yang hidup dalam daerah kekuasaan Islam), jika hewan babi-nya dibunuh, atau minuman kerasnya dibakar, maka ada kewajiban untuk menggantinya, karena keduanya merupakan al maal al mutaqawwim bagi kehidupan mereka, ini merupakan pandangan ulama fiqh Hanafiyah.
  • 19. ‘IQAR DAN MANQUL  Menurut Hanafiyah (1989, IV, hal. 46), manqul adalah harta yang memungkinkan untuk dipindah, ditransfer dari satu tempat ke tempat lainnya, baik bentuk fisiknya (dzat/ ain) berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan tersebut. Diantaranya adalah uang, harta perdagangan, hewan, atau pun komoditas lain yang dapat ditimbang atau diukur.  Sedangkan „iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak bisa dipindah dari satu tempat ke tempat lainnya, seperti tanah dan bangunan. Namun demikian, tanaman, bangunan atau apapun yang terdapat di atas tanah, tidak bisa dikatakan sebagai „iqar kecuali ia tetap mengikuti/ bersatu dengan tanahnya.
  • 20.  Berbeda dengan Hanafiyah, ulama madzhab Malikiyah cenderung mempersempit makna harta manqul, dan memperluas makna harta „iqar. Menurut Malikiyah, manqul adalah harta yang mungkin untuk dipindahkan atau ditransfer dari satu tempat ke tempat lainnya, tanpa adanya perubahan atas bentuk fisik semula, seperti kendaraan, buku, pakaian dan lainnya. Sedangkan „iqar adalah harta yang secara asal tidak mungkin dapat dipindah atau ditransfer, seperti tanah, atau mungkin dapat ditransfer dan dipindah, akan tetapi terdapat perubahan atas bentuk fisiknya, seperti pohon, ketika dipindah akan berubah menjadi lempengan kayu.
  • 21. Dalam perkembangannya, harta manqul dapat berubah menjadi harta „iqar, dan begitu juga sebaliknya. Pintu, listrik, batu bata, semula merupakan harta manqul, akan tetapi setelah melekat pada bangunan, maka akan berubah menjadi harta „iqar. Begitu juga dengan batu bara, minyak bumi, emas, ataupun barang tambang lainnya, semula merupakan harta „iqar, akan tetapi setelah terpisah dari tanah, maka akan berubah menjadi harta manqul.
  • 22. Dengan adanya pembagian harta menjadi „iqar dan manqul, akan terdapat beberapa implikasi hukum sebagai berikut:  Dalam harta „iqar terdapat hak syuf‟ah, sedangkan harta manqul tidak terdapat di dalamnya, kecuali harta manqul tersebut menempel pada harta „iqar.  Menurut Hanafiyah, harta yang diperbolehkan untuk di-waqf-kan adalah harta „iqar. Harta manqul diperbolehkan jika menempel atau ikut terhadap harta „iqar, seperti me-waqf-kan tanah beserta bangunan, perabotan, dan segala sesuatu yang terdapat di atasnya. Atau harta manqul yang secara umum sudah menjadi obyek waqf, seperti mushaf, kitab-kitab, atau peralatan jenazah. Berbeda dengan jumhur ulama, menurut mereka, kedua macam harta tersebut dapat dijadikan sebagai obyek waqf.
  • 23.  Seorang wali tidak boleh menjual harta „iqar atas orang yang berada dalam tanggungannya, kecuali mendapatkan alasan yang dibenarkan syara‟, seperti untuk membayar hutang, memenuhi kebutuhan dlarurat, atau kemaslahatan lain yang bersifat urgen. Alangkah baiknya, jika harta manqul yang lebih diprioritaskan untuk dijual, karena harta „iqar diyakini memiliki kemaslahatan yang lebih besar bagi pemiliknya, jadi tidak mudah untuk menjualnya.  Menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf, harta „iqar boleh ditransaksikan, walaupun belum diserahterimakan. Berbeda dengan harta manqul, ia tdak bisa ditransaksikan sebelum ada serah terima, karena kemungkinan terjadinya kerusakan sangat besar.
  • 24. MITSLI DAN QIMI Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya di pasaran, tanpa adanya perbedaan atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya. Harta mitsli dapat dikategorikan menjadi 4 bagian:  al makilaat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandum, terigu, beras  al mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti; kapas, besi, tembaga,  al ‘adadiyaat (sesuatu yang dapat dihitung dan memilki kemiripan bentuk fisik) seperti; pisang, telor, apel, begitu juga dengan hasil-hasil industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah, dan lainnya,  al dzira’iyaat (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagian-bagiannya) seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian), maka dikategorikan sebagai harta qimi, seperti tanah.
  • 25.  Al maal al qimi adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba, tanah, kayu, dan lainnya. Walaupun mungkin sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi setiap satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainya. Juga termasuk dalam harta qimi adalah durian, semangka yang memiliki kualitas dan bentuk fisik yang berbeda.
  • 26. Dalam perjalanannya, harta mitsli bisa berubah menjadi harta qimi atau sebaliknya;  Jika harta mitsli susah untuk didapatkan di pasaran (terjadi kelangkaan/ scarcity), maka secara otomatis berubah menjadi harta qimi,  Jika terjadi pecampuran antara dua harta mitsli dari dua jenis yang berbeda, seperti hasil modifikasi mobil Toyota dan Honda, maka mobil tersebut menjadi harta qimi,  Jika harta qimi terdapat banyak padanannya di pasaran, maka secara otomatis berubah menjadi harta mitsli.
  • 27. Dengan adanya pembagian harta mitsli dan qimi, memiliki implikasi hukum sebagai berikut;  Harta mitsli bisa menjadi tsaman (harga) dalam jual beli hanya dengan menyebutkan jenis dan sifatnya, sedangkan harta qimi tidak bisa menjadi tsaman. Jika harta qimi dikaitkan dengan hak-hak finansial, maka harus disebutkan secara detail, karena hal itu akan mempengaruhi nilai yang dicerminkannya, seperti domba Australia, tentunya akan berbeda nilainya dengan domba Indonesia, walaupun mungkin jenis dan sifatnya sama  Jika harta mitsli dirusak oleh orang, maka wajib diganti dengan padanannya yang mendekati nilai ekonomisnya (finansial), atau sama. Tapi jika harta qimi dirusak, maka harus diganti sesuai dengan nilai ekonomis (finansial) harta qimi tersebut, karena memang susah untuk mendapatkan padanannya di pasaran.
  • 28.  Jika terjadi percampuran beberapa harta mitsli, maka pemiliknya mempunyai kebebasan untuk mengambil harta tersebut sesuai dengan keinginannya, walaupun tanpa izin dari pihak yang lain. Berbeda dengan harta qimi, walaupun mungkin jenisnya sama, tapi nilainya bisa berbeda, dengan demikian pengambilan harus atas izin orang-orang yang berserikat  Harta mitsli rentan terhadap riba fadl. Jika terjadi pertukaran diantara harta mitsli, dan tidak terdapat persamaan dalam kualitas, kuantitas, dan kadarnya, maka akan terjebak dalam riba fadl. Berbeda dengan harta qimi yang relatif resisten terhadap riba. Jika dipertukarkan dan terdapat perbedaan, maka tidak ada masalah. Diperbolehkan menjual satu domba dengan dua domba.
  • 29. ISTIHLAKI DAN ISTI’MALI  Al maal al istihlaki adalah harta yang tidak mungkin bisa dimanfaatkan kecuali dengan merusak bentuk fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan minuman, kayu bakar, BBM, uang, dan lainnya. Jika kita ingin memanfaatkan makanan dan minuman, maka kita harus memakan dan meminumnya sampai bentuk fisiknya tidak kita jumpai, artinya barang tersebut tidak akan mendatangkan manfaat, kecuali dengan merusaknya.  Adapun untuk uang, cara mengkonsumsikannya adalah dengan membelanjakannya. Ketika uang tersebut keluar dari saku dan genggaman sang pemilik, maka uang tersebut dinyatakan hilang dan hangus, karena sudah menjadi milik orang lain, walaupun mungkin secara fisik, bentuk dan wujudnya masih tetap sama. Intinya, harta istihlaki adalah harta yang hanya bisa dikonsumsi untuk sekali saja.
  • 30. Al maal al isti‟mali adalah harta yang mungkin untuk bisa dimanfaatkan tanpa harus merusak bentuk fisiknya, seperti perkebunan, rumah kontrakan, kendaraan, pakaian, dan lainnya. Berbeda dengan istihlaki, harta isti‟mali bisa dipakai dan dikonsumsi untuk beberapa kali.
  • 31. Implikasi Hukum:  Harta istihlaki bisa ditransaksikan dengan tujuan untuk konsumsi, tidak bisa misalnya kita meminjamkan dan atau menyewakan makanan. Sebaliknya, harta isti‟mali bisa digunakan sebagai obyek ijarah (sewa). Namun demikian kedua harta tersebut bisa dijadikan sebagai obyek jual beli atau titipan16.  Di samping itu, Mustafa A. Zarqa‟ juga membagi harta menjadi maal al ashl dan maal al tsamarah. Yang dimaksud dengan maal al ashl adalah harta benda yang dapat menghasilkan harta lain. Sedangkan maal al tsamarah adalah harta benda yang tumbuh atau dihasilkan dari maal al ashl tanpa menimbulkan kerusakan atau kerugian atasnya. Misalnya sebidang kebun menghasilkan buah-buahan. Maka, kebun merupakan maal al ashl, sedang buah-buahan merupakan maal al tsamarah (Zarqa, III, hal. 217-218).
  • 32. Pembagian harta ini menimbulkan beberapa konsekuensi hukum sebagai berikut:  Pada prinsipnya, harta wakaf tidak dapat dimiliki atau ditasharrufkan menjadi milik perorangan, namun hal serupa dapat dilakukan terhadap hasil harta wakaf  Harta yang diperuntukkan bagi kepentingan dan fasilitas umum, seperti jalan dan pasar, pada prinsipnya tidak dapat dimiliki oleh perseorangan. Sedangkan penghasilan dari harta umum ini dapat dimiliki (Mas‟adi, 2002, hal. 27-28)
  • 33. PENGERTIAN HARTA • Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. • Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim).
  • 34. PENGERTIAN HARTA DALAM BAHASA ARAB • Di dalam kamus Lisanul-'Arab karya Ibnu Manzur diterangkan bahwa kata mâL (harta) berasal dari kata kerja ‫مول‬ ، ‫ملت‬ ، ‫لت‬ ّ ‫تمو‬ ، ‫تمو‬ . Jadi, harta mâL didefinisikan sebagai "segala sesuatu yang dimiliki” • Rasulullah dalam salah satu hadistnya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan idha’atul maal dalam hadis ini ialah menafkahkan di jalan yang haram, maksiat, atau pada hal-hal yang tidak disukai Allah • Jadi pengertian harta (maal) dalam bahasa Arab ialah apa saja yang dimiliki manusia. Kata maal itu sendiri berakar dari kata dan frase: ‫مول‬ ، ‫ملت‬ ، ‫لت‬ ّ ‫تمو‬ ، ‫تمو‬
  • 35. PENGERTIAN HARTA DALAM AL-QUR’AN • Dalam Al-Qur’an harta disebutkan dalam 25 surat dan 46 ayat. Menurut Muhammad Abdul Baqi, al-maal disebutkan 86 kali dalam Al-Qur’an. • Lafal al-maal terdapat pada ayat-ayat yang disebutkan di dalam beberapa ayat berikut ini. ”Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (al-Fajar:20) ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [unta, lembu, kambing dan biri-biri] dan sawah ladang.” (Ali-Imran:14). • Jadi, yang dimaksud dengan maal (harta) itu berbeda-beda sesuai dengan tempat di mana kata-kata itu disebutkan dalam Al-Qur’an. Akan tetapi, makna maal (harta) secara umum ialah segala sesuatu yang disukai manusia, seperti hasil pertanian, perak atau emas, ternak, atau barang-barang lain yang termasuk perhiasan dunia.
  • 36. PENGERTIAN HARTA DALAM AS-SUNNAH • Di dalam kitab-kitab hadis terdapat banyak hadis yang mengandung kata maal (harta), diantaranya hadis Rasulullah • Di dalam hadis ini menunjukkan bahwa maal itu adalah nikmat Allah jika digunakan untuk kebaikan. Walaupun begitu, manusia tidak boleh menyembah harta dan menjadikannya sebagai tujuan hidup dunia dan lupa mengabdi kepada Allah. • Hadis-hadis ini secara tegas melarang penahanan atau penimbunan harta, me-nasionalisasi-kan (seperti sistem komunis) atau mengganggu harta seseorang oleh pemerintah tanpa alasan yang tegas.
  • 37. PENGERTIAN HARTA MENURUT ULAMA ATAU DALAM FIQH • Segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.(Nasrun Haroen et.All:2003) • Apa-apa yang memiliki manfaat yang mubah untuk suatu keperluan dan atau untuk kondisi darurat. (Ulama Hambali) • Barang-barang yang mempunyai nilai untuk dijual dan nilai harta itu akan terus ada kecuali kalau semua orang telah meninggalkannya (tidak berguna bagi manusia). Kalau baru sebagian orang saja yang meninggalkannya, barang itu masih dianggap harta karena barang itu mungkin masih bermanfaat bagi orang lain dan masih mempunyai nilai bagi mereka. (Imam Syafi’i) • Tidak ada yang bias disebut mal (harta) kecuali apa-apa yang memiliki nilai penjualan dan diberi sanksi bagi orang yang merusaknya. Harta itu mengandung nilai.( as-Suyuti) • Sesuatu yang layak dimiliki menurut syarat dapat dimanfaatkan, disimpan/dikuasai dan bersifat konkret. (madzab Hanafi)
  • 38. PENGERTIAN HARTA MENURUT ULAMA ATAU DALAM FIQH • Hasbi ash-Shiddiqy membuat kesimpulan, bahwa yang termasuk harta ialah: – Nama bagi selain manusia yang diciptakan Allah untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat dan dikelola (tasharruf) dengan jalan ikhtiar. – Sesuatu yang dapat dimiliki setiap manusia. – Sesuatu yang sah untuk diperjualbelikan. – Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai (harga). – Sesuatu yang berwujud. – Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau sebentar dan dapat diambil manfaatnya ketika dibutuhkan.
  • 39. Pandangan Islam terhadap Harta HARTA ADALAH ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN sirkulasi (tadâwul) belanja (infâq) tabungan (iddikhâr)
  • 40. Pnndangan Islam terhadap Harta Islam telah menetapkan hukum-hukum bagi masing-masing peruntukan harta itu yang menjamin harta tetap sebagai pelayan manusia untuk dimanfaatkan dan memberikan manfaat kepada orang lain; bukan sebaliknya, yaitu manusia menjadi hamba dan pelayan harta yang menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
  • 41. KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM... • Kepemilikan • Harta sebagai amanah dari Allah SWT • Harta sebagai perhiasan hidup manusia • Harta sebagai ujian keimanan • Harta sebagai bekal ibadah • Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha (a’mal) atau mata pencaharian (ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan- aturan-Nya
  • 42. ASAS POKOK TENTANG HARTA DALAM EKONOMI ISLAM ASAS POKOK HARTA DALAM ISLAM Allah Maha Pencipta Iman Kepada Hari Akhir Semua harta adalah milik Allah
  • 43. PENGELOLAAN HARTA DALAM ISLAM • Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal) • Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal) Pengelolaan Harta yang Dihalalkan • Riba • Ihtikar (menimbun di saat orang membutahkan) • Penipuan • Berdagang barang-barang yang diharamkan • Segala sesuatu yang bertentangan dengan akhlaq Pengeloaan Harta yang Diharamkan
  • 44. PENGELOLAAN HARTA YANG DIHALALKAN • Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal): pemberian harta kekayaan yang telah dimiliki • Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal): kegiatan memperbanyak jumlah harta yang telah dimiliki.
  • 45. PENGELOLAAN HARTA YANG DIHARAMKAN • Riba • Ihtikar (menimbun disaat orang membutuhkan) • Penipuan • Berdagang barang-barang yang diharamkan • Segala sesuatu yang bertentangan dengan akhlak
  • 46. DISTRIBUSI DAN KEPEMILIKAN HARTA Hukum-hukum distribusi harta dalam Islam mencakup sebuah pemahaman yang unik, yaitu kepemilikan umum.
  • 47. KEPEMILIKAN DALAM NEGARA KHILAFAH Kepemilikan Kepemilikan Umum Kepemilikan Negara Kepemilikan Individu
  • 48. KEPEMILIKAN UMUM... a. Harta yang dari sisi pembentukannya tidak mungkin dimiliki secara individu, seperti sungai, danau, laut, dsb. b. Apa saja yang menjadi hajat hidup orang banyak seperti jalan, masjid, dsb c. Barang tambang yang depositnya banyak dan tidak terputus; baik yang berbentuk padat, cair maupun gas; baik tambang dipermukaan maupun di dalam perut bumi. Semuanya merupakan kepemilikan umum.
  • 49. KEPEMILIKAN NEGARA... Beberapa harta yang dapat dikategorikan ke dalam jenis kepemilikan negara menurut al-shari' dan khalifah/negara berhak mengelolanya dengan pandangan ijtihadnya adalah: • Harta ghanimah, anfal fay' dan khumus • Harta yang berasal dari kharaj • Harta yang berasal dari jizyah • Harta yang berasal dari daribah (pajak) • Harta yang berasal dari ushur • Harta yang tidak ada ahli warisnya atau kelebihan harta dari sisa waris (amwal al-fadla) • Harta yang ditinggalkan oleh orang-orang murtad • Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa, pegawai negara, harta yang didapat tidak sejalan dengan shara' • Harta lain milik negara
  • 50. KEPEMILIKAN INDIVIDU... • Kepemilikan individu adalah harta yang pengelolaannya diserahkan kepada individu, pada selain harta milik umum. • Ada beberapa ketentuan hak milik pribadi untuk sumber daya ekonomi dalam Islam: – harta kekayaan harus dimanfaatkan untuk kegiatan produktif (melarang penimbunan dan monopoli – pembayaran zakat serta pendistribusian (produktif/konsumtif) – penggunaan yang berfaidah (untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan material-spiritual) – penggunaan yang tidak merugikan secara pribadi maupun secara kemasyarakatan dalam aktivitas ekonomi maupun non ekonomi.
  • 51. Perbedaan harta dalam akuntansi syariah & akuntansi konvensional Pembagian Harta Menurut Konsep Akuntansi Konvensional Pembagian Harta Menurut Konsep Akuntansi Islam Segi Tujuan dan Segi Pemakaian Segi Penilaian Harta Tetap ( ushul tsabitah) Harta Bergerak (ushul mutadwilah) Muamalah Diambil Manfaatnya Bernilai Tidak Mengandung Nilai
  • 52. Perbedaan Aset antara Akuntansi Syariah dan Konvensional • akuntansi konvensional Assets (harta) dibedakan atas dua hal yakni harta lancar (current assets) dan harta tetap (fixed assets), • akuntansi syariah harta terbagi atas harta berupa uang (cash), harta berupa barang (stock) yang kemudian dibagi kembali menjadi harta dagang dan harta milik
  • 53. PEMBAGIAN HARTA MENURUT KONSEP AKUNTANSI ISLAM TUJUAN & SEGI PEMAKAIAN • MUAMALAH • DIAMBIL MANFAATNYA PENILAIAN • HARTA YANG MEMILIKI NILAI • HARTA YANG TIDAK MEMILIKI NILAI
  • 54. KLASIFIKASI HARTA Menurut Abdullah al-Mushlih dan Shalah ash- Shawi, harta terbagi menjadi berbagai macam tergantung dengan orientasi pembagiannya. Di antara bentuk klasifikasi tersebut adalah – Harta tetap adalah harta yang tidak mungkin dipindahkan seperti tanah dan yang melekat dengan tanah, seperti bangunan permanen. – Harta bergerak adalah yang dapat dengan cepat dipindahkan dan dialihkan.
  • 55. PEMBAGIAN HARTA DARI SEGI BENDA • maal mutaqawwim dan maal gair mutaqawwim • maal manqul dan ’uqar • maal mamluk dan maal mubah • maal khass dan maal ‘amm • maal misli dan maal qimi • maal istihlaki dan maal gair istihlaki • usul dan simar • maal qabil lil al-qismah dan maal gair qabil lil al- qismah
  • 56. PSAK SYARIAH MENGENAI HARTA • Definisi dan Sifat Harta (poin 75-81,104) • Pengakuan Asset (poin 116,117) • Posisi Asset dalam Neraca a. Pembagian asset lancar dengan tidak lancar dan jangka pendek dengan jangka panjang terdapat dijelaskan pada nomor 101 poin 44,45,46 b. Klasifikasi asset lancar diuraikan pada PSAK nomor 101 poin 47,48
  • 57. AKUN-AKUN DALAM HARTA a. Kas; b. Penempatan pada Bank Indonesia; c. Giro pada bank lain, d. Penempatan pada bank lain; e. Efek-efek; f. Piutang: (i) piutang murabahah; (ii) piutang salam; (iii) piutang istishna’; (iv) piutang pendapatan ijarah; g. Pembiayaan: (i) pembiayaan mudharabah; (ii) Pembiayaan musyarakah; h. Persediaan (aset yang dibeli untuk dijual kembali kepada klien); i. Aset yang diperoleh untuk ijarah; j. Aset istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin istishna); k. Penyertaan; l. Aset tetap dan akumulasi penyusutan; dan m. Aset lain.