SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
HUKUM KEPEMILIKAN TANAH DARI MASA NABI HINGGA SUSILO
                                   BAMBANG YUDOYONO

                                   OLEH : YUANDA KUSUMA

    Latar Belakang Masalah

    Tanah merupakan benda yang paling diperebutkan oleh umat manusia. Hal ini
dikarenakan tanah sarat dengan nilai-nilai, baik nilai sosial, ekonomi, pertahanan dan
keamanan bahkan nilai psikologi dan spiritual. Menurut Dr. Mohammed Syaikhun, ada
beberapa tujuan manusia dalam menguasai tanah:1

    Tanah adalah tempat kelahiran. Di atasnya, manusia lahir, tumbuh dan berkembang serta
        bergaul dengan sanak saudara, tetangga dan sahabat. Faktor ini sarat dengan nilai
        psikologi dan spiritual yang pada akhirnya akan melahirkan semangat nasionalisme.

    Tanah untuk tujuan pertanian

    Tanah untuk tujuan peternakan

    Tanah untuk tujuan penguasaan air, baik yang mengalir di atasnya maupun air yang
        berada di dalamnya.

    Tanah untuk tujuan penguasaan material pertambangan, baik yang berada di atasnya
        maupun di dalamnya.

    Lebih lanjut Dr. Mohammad Syaikun menjelaskan bahwa dilihat dari kacamata ekonomi,
tanah merupakan faktor pertama dari tiga faktor produksi (barang dan jasa). Keempat faktor
produksi itu adalah:2

    Tanah

    Usaha manusia

    Manajer

    Modal


1ِ Dr. Mohammed Syaikhun, ‫ ,أحكام ملكية الرض في صدر السلم‬Hal : 16-18. Disampaikan pada seminar
international ekonomi Islam yang diselenggarakan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada hari Senin 14
Juni 2010.
2 ibid
                                                                                              Hal|1
Di lihat dari manfaat dan kegunaan tanah yang holistik dan komprehensif di atas, tak
heran jika banyak aliran pemikiran/filsafat bahkan agama yang mengatur dan menata
kepemilikan tanah agar menjadi tolok ukur/patokan bagi umat manusia. Saat ini, terdapat tiga
aliran besar yang tolok ukurnya dijadikan rujukan. Pertama, aliran Sosialis Komunis yang
menyatakan bahwa individu tidak diperkenankan memiliki tanah. Kepemilikan tanah
seluruhnya dikuasai oleh negera. Kedua, aliran Kapitalis yang mengatakan bahwa individu
diperkenankan sebebas-bebasnya untuk memiliki dan menguasai tanah. Ketiga, Islam yang
membagi kepemilikan atas tanah menjadi dua, kepemilikan umum / ‫ الملكيةة العامة‬dan
kepemilikan individu atau khusus / ‫.الملكية الخاصة‬

   Dalam makalah ini, penulis hanya akan membicarakan aliran yang ketiga. Pertama,
Penulis akan menerangkan arti dari tanah dan kepemilikan kemudian hakekat kepemilikan
dalam Islam, jenis-jenis kepemilikan dalam Islam dan sebab-sebab kepemilikan. Kedua,
penulis akan menggambarkan bentangan sejarah kepemilikan tanah dalam Islam mulai dari
zaman Nabi hingga SBY, dalam penjelasan bentangan sejarah, penulis akan menerangkan
secara singkat tapi padat dan membaginya menjadi:

   Tanah di zaman Jahiliyah

   Tanah di zaman Nabi

   Tanah di zaman Majapahit

   Tanah di zaman Kerajaan Islam Demak

   Tanah di zaman Penjajahan Belanda dan Jepang

   Tanah di zaman Orde Lama

   Tanah di zaman Orde Baru

   Tanah di era SBY

   Ketiga, kesimpulan dan masukan.

   Definisi-Definisi

           Pengertian Bahasa

   Kata tanah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti : Pertama,
permukaan atau lapisan bumi yang di atas sekali. Kedua, keadaan bumi di suatu tempat.
Ketiga, permukaan bumi yang diberi batas. Keempat, daratan. Kelima, permukaan bumi yang
terbatas yang ditempati suatu bangsa yang diperintah suatu negara atau menjadi daerah
negara.3

Kata kepemilikan berasal dari kata milik yang dalam kamus besar bahasa indonesia berarti:
Pertama, Kepunyaan. Kedua, Hak. Jika ditambahi dengan tambahan (PE dan AN) pe – milik
– an berarti : Pertama, proses memiliki. Kedua, perbuatan memiliki. Ketiga, cara memiliki.
Jika ditambahi dengan tambahan (KE – PE dan AN) kepe – milik – an berarti: hasil dari
proses, perbuatan dan cara memiliki.4

       "Kepemilikan" sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang
artinya memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu
(barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara
hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki
sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat
mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara
individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan
barang yang dimilikinya itu. Contohnya Ahmad memiliki sepeda motor. Ini berarti bahwa
sepeda motor itu dalam kekuasaan dan genggaman Ahmad. Dia bebas untuk
memanfaatkannya dan orang lain tidak boleh menghalanginya dan merintanginya dalam
menikmati sepeda motornya.

       Para ahli hukum Islam (Fuqoha’) memberikan batasan-batasan syar'i "kepemilikan"
dengan berbagai ungkapan yang memiliki inti pengertian yang sama. Di antara yang paling
terkenal adalah definisi kepemilikan yang mengatakan bahwa "milik" adalah hubungan
khusus seseorang dengan sesuatu (barang) di mana orang lain terhalang untuk memasuki
hubungan ini dan si empunya berkuasa untuk memanfaatkannya selama tidak ada hambatan
legal yang menghalanginya.
       Batasan teknis ini dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika ada orang yang
mendapatkan suatu barang atau harta melalui caara-cara yang dibenarkan oleh syara', maka
terjadilah   suatu   hubungan khusus antara         barang   tersebut dengan      orang    yang
memperolehnya. Hubungan khusus yang dimiliki oleh orang yang memperoleh barang

3 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Balai Pustaka, 1999. Hal 655.
4 Ibid.
                                                                                          Hal|3
(harta) ini memungkinkannya untuk menikmati manfaatnya dan mempergunakannya sesuai
dengan keinginannya selama ia tidak terhalang hambatan-hambatan syar'i seperti gila, sakit
ingatan, hilang akal, atau masih terlalu kecil sehingga belum paham memanfaatkan barang.


         Dimensi lain dari hubungan khusus ini adalah bahwa orang lain, selain si empunya,
 tidak berhak untuk memanfaatkan atau mempergunakannya untuk tujuan apapun kecuali si
 empunya telah memberikan ijin, surat kuasa atau apa saja yang serupa dengan itu
 kepadanya. Dalam hukum Islam, si empunya atau si pemilik boleh saja seorang yang
 masih kecil, belum balig atau orang yang kurang waras atau gila tetapi dalam hal
 memanfaatkan dan menggunakan barang- barang "miliknya" mereka terhalang oleh
 hambatan syara' yang timbul karena sifat-sifat kedewasaan tidak dimiliki. Meskipun
 demikian hal ini dapat diwakilkan kepada orang lain seperti wali, washi (yang diberi
wasiat) dan wakil (yang daiberi kuasa untuk mewakili)
 Imam Hanafi membagi harta menjadi dua bagian:5
         Harta Berharga ‫المال المتقوم‬
         Harta tidak berharga ‫المال الغير المتقوم‬
Jika digambarkan pembagian jenis harta tersebut dan dikomparasikan dengan jenis harta
menurut ekonomi konvensional adalah sebagai berikut :
                                      MAL                 MAL                 FREE             ECONOMIC
                              MUTAQAWI                  GHAIR                GOODS                GOODS
                                      M               MUTAQWI
                                                          M
       DEFINISI               Segala         hal     Segala       hal     Seluruh              Seluruh benda
                              yang dikuasai          yang     belum       benda      yang      yang memiliki
                                                                                               nilai ekonomis
                              dan         secara     dikuasai dan         tidak
                              syari’at mubah         atau     haram       memiliki
                              digunakan              digunakan            nilai
                                                                          ekonomis
 BENTUK/CONTO                 Uang, barang,          Ikan di laut,        Angin,               Uang, hewan,
            H                 jasa,     piutang      burung        di     matahari             barang dan
                                                                                               jasa
                              dan hak                udara,    babi,
                                                     khamr
  UNSUR HALAL /               Ada                    Ada                  Tidak ada            Tidak ada

5 Ibn Rushd, Bidayat al Mujtahid wa Nihayat al Muqtashid, Dar al Fikr, Lebanon. Vol II, 1995. Kitab al Istihqoq
wa Ahkamihi, hal 265.
???????
          ?????? ???????            ?????? ???????       ?????? ???????
                                    KEPEMILIKAN
DIMILIKI OLEH INDIVIDU ATAU BEBERAPA INDIVIDU
                        HARTA YANG KEMANFAATANNYA MILIK SEMUA ORANG DAN TIDAK BBOLEH DIKUASAI OLEH INDIVIDU
       KEPEMILIKAN PRIBADI       KEPEMILIKAN INDIVIDU KEPEMILIKAN PUBLIK

                  HARAM
               PENGGUNAAN           Boleh              Tidak boleh      Tidak            Digunakan
                                    digunakan dan      digunakan        ditransaksika    dan
                                                                                         ditransaksikan
                                    ditransaksikan     dan              n
                                                       ditransaksika
                                                       n

                       Hakekat Kepemilikan Dalam Islam
                    Hakekat kepemilikan dalam sudut pandang Islam adalah bahwa kepemilikan mutlak
              dan absolut adalah milik Allah SWT. Semata. Manusia hanyalah pemegang amanah.Allah
              lah pemilik hakiki dan absolut. Dia yang menciptakan apa yang berada di alam semesta.


                          tB Îû ÏN ºuq»yJ¡¡ 9$# $ tBur Îû ÇÚö‘ F{$# 3 $ !°
                    “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi......”

              (Al Baqarah : 284)
                         Nè dqè ?# uäur `Ïi B É A$¨B «! $# ü “Ï%©!$# ö Nä 38 s?# uä )
             “........ dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
             kepadamu.” (An Nur : 33).
                    Dengan demikian, manusia terhadap harta yang dimiliki adalah :
                Bukan pemilik hakiki tetapi pemegang amanah.
                Manusia menerima harta yang dimiliki terikat oleh aturan-aturan yang di tetapkan oleh
                    pemilik hakiki. Allah SWT.
                       Jenis Kepemilikan Dalam Islam




                       Jenis Kepemilikan Pribadi



                                                                                                Hal|5
KEPEMILIKAN PERSERIKATAN
KEPEMILIKAN INDIVIDU

ATNYA HANYA BERKAITAN DENGAN SATU ORANG SAJA
              KEPEMILIKAN YANG MANFAATNYA DAPAT DIGUNAKAN OLEH BEBERAPA ORANG YANG DIBENTUK DENGAN




                         Sumber-Sumber Kepemilikan Pribadi

             Ada beberapa sebab yang menjadikan seorang individu memiliki harta :

                Perniagaan / perdagangan

                Upah pekerjaan

                Pertanian

                Pengelolaan tanah mati

                Keahlian profesi

                Ekplorasi tambang yang bukan kategori kepemilikan umum

                Berburu

                Hadiah dan Hibah dari penguasa

                Barang temuan

                Wasiat

                Warisan

                Mahar

                Harta yang diperoleh dari zakat dan nafkah
Sepintas Bentangan Sejarah Kepemilikan Tanah

             Zaman Jahiliyah

         Pada zaman Jahiliyah, penggunaan tanah di Makkah untuk penggembalaan ternak, di
Madinah untuk perkebunan kurma dan di Thaif untuk perkebunan anggur dan sayur mayur. 6
Sedangkan untuk sumber pengairan dan mata air berasal dari sumur, oasis, serta "kubangan"
hujan yang hanya cukup untuk menutupi kebutuhan dasar manusia, hewan dan tumbuhan.
Tidak lebih. Tanah-tanah yang memiliki sumber air tersebut disebut dengan tanah Huma.
Setiap kabilah yang memilikinya akan melindunginya dengan nyawa. Karena langkanya air
pada saat itu. Kadang beberapa kabilah bersatu untuk melindungi tanah Huma mereka. Jika
suatu kabilah merasa kekurangan atau merasa memiliki kekuatan, ia akan menyerang dan
mengambil dengan paksa tanah Huma milik kabilah lain. Singkatnya, asas kepemilikan tanah
pada zaman Jahiliyah adalah kekuatan dan kekuasaan. Sehingga, kabilah yang lemah akan
menjadi bulan-bulanan kabilah yang kuat.7

             Zaman Nabi SAW

Di zamannya, Nabi SAW mereformasi dasar-dasar kepemilikan tanah yang sebelumnya
berasaskan kekuatan dan kekuasaan. Beliau SAW mulai menerapkan sistem pengelompokan
dalam kepemilikan tanah, air dan padang gembala. Hal ini dapat kita lihat pada hadithnya
yang berbunyi "‫ ."الناس شركاء في الكلء و الماء و النار‬Pengelompokan dalam kepemilikan tanah
di bagi menjadi dua. Kepemilikan individu dan kepemilikan umum.8

Skema kepemilikan individu sebagai berikut :9

    Kepemilikan tanah individu di bagi menjadi tiga :

             Tanah yang pemiliknya masuk Islam pada zaman Nabi SAW tetap menjadi hak
                  sang pemilik. Contoh, tanahnya kaum Anshor,

             Tanah ghanimah yang diambil dari Yahudi Bani Quraizah dan Yahudi Khaibar
                  yang dibagikan pada para pejuang secara individual.

6 Al Bahi Al Khuli, ‫ ,الثروة في ظل السلم, كي ل يكون دولة بين الغنياء منكم‬Dar al I'tisham Kairo, cet ke III, 1978.
Hal 62.
7 Amin Mustafa Abdullah, ‫ ,أصول القتصاد السلمى و نظرية التوازن القتصادى في السلم‬Dar al Fikr al Islami
Kairo, hal 52.
8 Muhammad Ghazali, ‫ ,السلم و الوضاع القتصادية‬Dar al Qalam Damaskus, 2000. Hal 41.
9 Dr. Mohammed Syauqie al Fanggari, ‫ ,المذهب القتصادي في السلم‬al Hai'ah al 'Ammah al Mishriyah lil
Kitab,1998. Hal 159 – 163.
                                                                                                        Hal|7
Tanah Qata'i'. Atau tanah terlantar yang kemudian dikelola oleh individu muslim.

Skema kepemilikan umum adalah sebagai berikut:10

    Tanah-tanah Huma

    Tanah milik Nabi SAW yang berasal dari Fai' dan Shadaqah seperti tanah Hawaith
        Mukhiraq.

    Tanah-tanah perkebunan yang berasal dari daerah yang telah ditaklukkan oleh umat Islam
        setelah wafatnya Nabi SAW seperti Irak, Syam dan Mesir.

    Tanah wakaf.

Dari dua skema di atas, dapat kita simpulkan bahwa di zaman Nabi SAW, asas dasar
kepemilikan tanah dan pemanfaatannya beradasarkan pada kaidah kemaslahatan dan Negara
memiliki peranan penting dalam penentuan kepemilikan tanah. Jika tanah tersebut memiliki
sumber daya yang dibutuhkan oleh orang banyak maka kepemilikannya menjadi kepemilikan
umum atau dimiliki oleh negara. Kepemilikan individu di Islam tetap diakui dan dihargai.
Meskipun demikian, tidak berarti sang pemilik dapat menggunakannya dengan bebas dan
tanpa ikatan. Karena dalam islam, kepemilikan individu masih terikat dengan aturan-aturan
lain semisal, zakat dan waris.

            Zaman Majapahit

Di zaman Majapahit sebelum Islam, seluruh tanah yang ada di bawah kekuasaan kerajaan
adalah milik raja, kerabat dan adipati. Posisi rakyat hanyalah sebagai pengelola tanah yang
diwajibkan membayar upeti dari tanah garapannya kepada adipati setempat atau kerabat raja
yang memiliki tanah. Kemudian disetor ke bendahara kerajaan di Trowulan (Mojokerto
sekarang). Apabila ada kelebihan atau sisa dari target upeti yang dibebankan maka menjadi
hak sang pengelola. Posisi raja beserta jajaran di bawahnya yang paling diuntungkan dalam
sistem seperti ini. Sedangkan rakyat adalah sapi perah yang terus diperas keringatnya untuk
memuaskan hasrat penguasa.11 Asas dasar kepemilikan tanah mirip dengan apa yang terjadi di
zaman Jahiliyah, yaitu kekuatan dan kekuasaan.

            Zaman Kerajaan Islam Demak

10 Ibid.
11 Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat? Rakyat Kecil Dunia Ketiga Berjuang Demi Keadilan, Kreasi Wacana
Yogyakarta, 2002, hal 67.
Terdapat kemiripan dengan zaman Majapahit pada sistem kepemilikan tanah. Yaitu raja
beserta kerabat dan adipatinya adalah pemilik tanah sedangkan rakyat adalah buruh pengelola
tanah. Meskipun terdapat kemiripan, tetapi ada beberapa tambahan positif yang berasal dari
ajaran Islam seperti zakat, sedekah dan wakaf mulai diterapkan pada masa itu. 12 Asas dasar
kepemilikan tanah mirip dengan apa yang terjadi di zaman Jahiliyah, yaitu kekuatan dan
kekuasaan.

             Zaman Penjajahan Belanda dan Jepang

Pada masa kelam ini. Semua tanah yang berada dalam kawasan jajahan adalah milik penjajah
Belanda dan Jepang. Rakyat sekali lagi tidak memiliki hak kepemilikan atas tanah yang
digarap. Lebih kejam lagi, semua hasil garapan diambil oleh penjajah, sehingga rakyat tidak
memiliki apa-apa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini berbeda dengan zaman
Majapahit dan zaman Kerajaan Islam Demak yang masih memberikan keleluasaan bagi
rakyat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.13 Asas dasar kepemilikan tanah mirip dengan
apa yang terjadi di zaman Jahiliyah, yaitu kekuatan dan kekuasaan.

             Zaman Orde Lama

Selama periode transisi 45-60, politik agraria kita masih menggunakan dasar hukum Belanda
dan sebagian tata cara pengelolaan tanah pertanian dan perkebunan ala Jepang. Pola
penguasaan tanah belum diatur dalam undang-undang. Selanjutnya, terdapat dua buah blok
besar kebijakan agraria nasional selama 64 tahun Indonesia merdeka. Pertama, kebijakan
agraria populis yang dimulai semenjak disahkannya UUPA 1960 hingga dipenghujung
kekuasaan rezim Soekarno. Kedua, kebijakan agraria pro-pasar (kapitalisme) semasa
pemerintahan Orde Baru Soeharto hingga seluruh pemerintahan di masa reformasi. Memang,
semua presiden di negara kita secara formal sesungguhnya menggunakan UUPA 1960
sebagai payung pelaksanaan hukum agraria nasional. Namun dengan pendulum yang sama
sekali berlainan. Soekarno di sisi kiri dan Seoharto hingga SBY di sisi kanan. Pilihan-pilihan
ini memberi gambaran kepada kita semua, bahwa dasar ekonomi politik nasional yang secara
sadar dipilih oleh pemerintah yang berkuasa menentukan model rezim agraria yang berlaku.
Land reform di masa Soekarno dijalankan melalui ”Paket UU Landreform” seperti UUPA,
UU Pokok Bagi Hasil. UU Penetapan Batas Maksimum Tanah Pertanian. Dalam
operasionalisasinya digunakan PP 224/1961 tentang Pelaksanaan Distribusi dan Ganti Rugi

12 ibid.
13 Ibid
                                                                                      Hal|9
Tanah, PP No.10/1961 tentang Pendaftaran Tanah, UU No.21/1964 Pengadilan Landreform.14

Secara historis, Orde Lama telah menempatkan landreform sebagai kebijakan revolusioner
dalam pembangunan semestanya. Bahwa syarat pokok untuk pembangunan tata
perekonomian adalah antara lain pembebasan berjuta-juta kaum tani dan rakyat pada
umumnya dari pengaruh kolonialisme, imperialisme, feodalisme dan kapitalisme dengan
melaksanakan landreform menurut ketentuan hukum nasional Indonesia, seraya meletakkan
dasar-dasar bagi industrialisasi, terutama industri dasar dan industri berat yang harus
diusahakan dan dikuasai negara. TAP MPRS RI Nomor II/MPRS/1960 dan Manifesto Politik
menyebut tiga landasan filosofis pembangunan pada masa itu yaitu: anti penghisapan atas
manusia oleh manusia (Iâexploitation de Iâ homme per Iâ homme); kemandirian ekonomi;
dan anti kolonialisme, imperialisme, feodalisme dan kapitalisme dengan landreform sebagai
agenda pokoknya. Dari sini dapat kita lihat kemiripan dengan spirit pembagian kepemilikan
tanah di zaman Nabi SAW.
Demikian juga dari jumlah Peraturan Perundang-Undangan bidang Hukum Pertanahan
Periode 1960-1966, sebagian besar dari keseluruhan peraturan perundang-undangan yang
diterbitkan pada masa ini adalah tentang landreform dan pengurusan hak atas tanah. Tampak
jelas bahwa era pemerintahan ini meletakkan isu agraria sebagai pokok bidang yang harus
segera diprioritaskan. Landreform sebagai bagian mutlak daripada revolusi Indonesia adalah
basis pembangunan semesta yang berdasarkan prinsip bahwa tanah sebagai alat produksi
tidak boleh dijadikan sebagai alat penghisapan.
Landreform merupakan strategi politik agraria yang dilatarbelakangi oleh perseteruan
beberapa kepentingan, terutama kepentingan para petani tak bertanah melawan kepentingan
para tuan tanah. Kepentingan dari dua golongan ini muncul pula di tingkat elite kenegaraan,
dimana terbentuk tiga golongan yaitu golongan pertama, golongan radikal yang mengusulkan
pembagian tanah berdasar prinsip “tanah bagi mereka yang benar-benar menggarapnya”.
Sedangkan mereka yang memiliki tanah luas adalah telah melakukan penghisapan terhadap
manusia lainnya. Golongan ini terdiri dari PKI, PNI dan Partai Murba. Golongan kedua
adalah golongan konservatif yang terdiri dari Partai-partai Islam dan sebagian PNI. Inti dari
pendapat golongan ini adalah penolakan dilakukannya pembatasan atas luas pemilikan tanah
dan tuduhan pemilikan tanah luas sebagai penghisapan. Sedangkan golongan ketiga adalah
golongan yang kompromis terhadap kedua golongan lainnya. Mereka menerima pendapat
golongan radikal tetapi dengan penerapan yang bertahap. Dalam golongan inilah Soekarno
14 B.N. Pandey, South and South East Asia 1945-1979 Problems and Policies, The Macmillan Press LTD, London,
1980. Hal 113.
dan Sadjarwo (Menteri Agraria) sebagai dua tokoh penting dalam perumusan UUPA.15
Pelaksanaan program ini ditandai dengan program pendaftaran tanah berdasar Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, untuk mengetahui dan memberi kepastian hukum tentang
pemilikan dan penguasaan tanah. Kemudian penentuan tanah-tanah berlebih (melebihi batas
maksimum pemilikan) yang selanjutnya dibagi-bagikan kepada sebanyak mungkin petani
tidak bertanah. Termasuk juga pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang
Perjanjian Bagi Hasil.
Tetapi ketiga program tersebut mengalami hambatan berupa kelemahan administrasi yang
tidak sempurna yang menyulitkan redistribusi tanah; dan kurangnya dukungan baik itu dari
rakyat, organisasi petani, organisasi politik, tokoh-tokoh dan panitia landreform sendiri. Hal
ini kemudian menyebabkan terjadinya aksi sepihak, baik itu oleh petani yang lapar tanah
maupun tuan tanah. Akibat banyaknya aksi sepihak ini, dikeluarkanlah Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1964 tentang Pengadilan Landreform.Sehingga dapat dikatakan bahwa
program landreform sebagai awalan pelaksanaan tujuan tersebut, pada penerapannya
mengalami kegagalan. Hal itu karena:16
    1. Kelambanan praktek-praktek pemerintah dalam pelaksanaan Hak Penguasaan Negara.
    2. Tuntutan organisasi dan massa petani yang ingin meredistribusikan tanah secara segera
        sehingga kemudian timbul aksi sepihak;
    3. Unsur-unsur anti landreform yang melakukan berbagai mobilisasi kekuatan tanding
        dan siasat mengelak dari dan untuk menggagalkan landreform;
    4. Terlibatnya unsur kekerasan antara kedua pihak yaitu yang pro dan kontra
        landreform. Konflik horizontal terjadi antara buruh tani dan tuan tanah, khususnya di
        Jawa Timur, di mana golongan agama merupakan tuan tanah yang relatif kaya.
        Konflik yang meluas pada perkembangannya telah                          berubah dari konflik
        memperebutkan tanah menjadi konflik antara golongan komunis dan non-komunis
        bahkan antara golongan agama dan golongan anti agama. Konflik vertikal yang lebih
        besar di dalam konflik elite politik yang berujung pada peristiwa Gerakan 30
        September 1965 dan jatuhnya rezim Orde Lama.
Kesimpulan pada era ini adalah bahwa meskipun golongan agama telah memahami spirit
awal di buatnya UUPA 1960 yang senyawa dengan apa yang telah dilakukan oleh Nabi
dalam mengatur kepemilikan tanah, tetap mereka menolaknya dan mengalihkan isu menjadi
15 Noer Fauzi, Petani&Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria di Indonesia, kerjasama Insist Press dan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999. hal. 141.
16 Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat? Rakyat Kecil Dunia Ketiga Berjuang Demi Keadilan, Kreasi Wacana
Yogyakarta, 2002, hal 77
                                                                                                  H a l | 11
pertentangan antara kaum anti agama dengan kaum agamawan. Sehingga hukum kepemilikan
tanah yang sejatinya dari awal telah menjadi undang-undang tidak dapat dilaksanakan dengan
baik.
           Zaman Orde Baru

Berbeda dengan Orde Lama, pemerintahan Soeharto ini memfokuskan pembangunan pada
pertumbuhan ekonomi, dan memulai kebijakan pembangunan ekonominya dengan
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing untuk
menarik investasi asing dalam pengelolaan sumber daya alam. Terjadi denasionalisasi
(privatisasi) perusahaan asing pada tahun 1967 yang sebelumnya telah dinasionalisasi oleh
pemerintahan Soekarno pada tahun 1958. Hal ini dengan alasan kondisi perekonomian yang
kritis dan defisit sebagai peninggalan Orde Lama. Bahkan sebelumnya dilakukan negosiasi
penjadwalan ulang atas utang-utang luar negeri sekaligus mengajukan pinjaman-pinjaman
baru.
Stigma “PKI” atau subversif sering dicapkan kepada orang-orang atau organisasi-organisasi
yang tidak se-ide dengan rezim ini sehingga terjadi pembekuan gerakan-gerakanrevolusioner.
Sebagaimana landreform yang merupakan salah satu kebijakan Orde Lama yang populis,
dianggap sebagai produk PKI sehingga dihentikan secara total. Bahkan perebutan kembali
tanah-tanah yang semula ditentukan sebagai tanah kelebihan—dan karenanya menjadi objek
redistribusi tanah—dilakukan oleh sejumlah tuan tanah.
Kebijakan landreform pada masa ini hanya sebagai masalah tehnis, atau sebagai program
rutin birokrasi pembangunan. Rezim ini menghapus peraturan perundang-undangan yang
menjadi pokok landreform, terutama dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1970
yang menghapus Undang-Undang tentang Pengadilan Landreform dan Undang-Undang
Perjanjian Bagi Hasil yang secara sosiologis tidak diberlakukan pada era ini. Konsepsi
hukum agraria Orde Lama yang cenderung populis sebagaimana dalam UUPA, diganti
dengan konsepsi yang berorientasi pada pembangunan ekonomi. Landreform yang menjadi
program pokok Orde Lama dalam pemerataan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
menjadi terabaikan. Kebijakan pertanahan Orde Baru lebih ditujukan pada pemusatan
penguasaan atas tanah dan pembangunan ekonomi yaitu dengan peningkatan produksi
pertanian sehingga tercapai swasembada pangan (melalui Revolusi Hijau) dan bahkan ekspor
hasil pertanian ke sejumlah negara lain.Selain itu, dalam hal pendaftaran tanah, rezim ini juga
kemudian mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang dinilai banyak pihak
merupakan agenda Bank Dunia dan lembaga keuangan internasional lainnya di Indonesia.
Berbeda dengan produk Orde Lama yang bertujuan untuk kepentingan penataan penguasaan
tanah melalui landreform, produk hukum Orde Baru tentang pendaftaran tanah ini adalah
demi yang disebut kepastian hukum dari pemilikan hak atas tanah melalui sertifikat.17
Asas dasar dari kepemilikan tanah pada zaman ini mirip dengan apa yang terjadi di zaman
jahiliyah, yaitu kekuatan dan kekuasaan.
            Zaman Susilo Bambang Yudoyono
Seiring dengan perubahan konstelasi politik, alam demokrasi yang semakin menguat, dan
dilaksanakannya sistem desentralisasi, maka semangat pembaruan agraria juga menggema
dan kemudian melahirkan Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 yang merekomendasikan
dilakukannya pembaruan atau revisi terhadap UUPA. Beberapa peraturan perundang-
undangan tentang pengelolaan sumber daya alam (agraria) dikeluarkan sejak dilakukannya
reformasi pemerintahan di tahun 1998. Baik itu yang kemudian dinilai merupakan langkah
maju maupun yang justru dinilai mundur dari substansi peraturan-peraturan sebelumnya.
Landreform kembali masuk dalam program penting pembaruan agraria, yaitu disebutkan
dalam pasal 5 TAP MPR RI No. IX/MPR/2001 bahwa salah satu arah kebijakan pembaruan
agraria adalah:18
    Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
        tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah oleh
        rakyat.
    Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi penguasaan,
        pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sisematis
        dalam rangka pelaksanaan landreform.
Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, redistribusi tanah pun kembali
diagendakan. Berdasarkan catatan Kompas, pembagian 8,15 juta hektar lahan ini akan
dilakukan pemerintah tahun 2007 hingga 2014. Diperkirakan, 6 juta hektar lahan akan
dibagikan pada masyarakat miskin. Sisanya 2,15 juta hektar diberikan kepada pengusaha
untuk usaha produktif yang melibatkan petani perkebunan. Tanah yang di bagian ini tersebar
di Indonesia, dengan prioritas di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi Selatan. Tanah itu
berasal dari lahan kritis, hutan produksi konversi, tanah telantar, tanah milik negara yang hak
guna usahanya habis.19
17 Sartaj Aziz, Rural Development, The Macmillan LTD, London 1978. Hal. 130.
18 Maria SW Sumardjono, Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi dan Implementasi, edisi revisi, Kompas,
Jakarta, 2001. hal. 51.
19 Pembagian Lahan agar Hati-hati: Ada yang Dijual atau Digadaikan, Kompas 30 Januari 2007.
                                                                                                H a l | 13
Kesimpulan dan Masukan
Dari uraian aspek historis dari landreform di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
   dan pelaksanaan landreform dipengaruhi oleh politik hukum agraria pada masing-
   masing rezim. Tetapi satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa
   seharusnya landreform bertujuan untuk merombak penguasaan dan pemilikan tanah
   sehingga berpihak pada petani terutama petani kecil. Bukan suatu program yang
   digunakan suatu rezim untuk kepentingan politis semata, atau kepentingan ekonomis
   semata.
Di kisaran tahun 65-an terjadi konflik antara kelompok santri dan kubu pembela
   landreform. Belajar dari sejarah tersebut, dapat kita pahami bahwa meskipun tolok
   ukur yang telah ditetapkan Islam dalam hal kepemilikan tanah dan telah
   diimplementasikan juga di zaman Nabi SAW, juga Undang-Undang Dasar 1945 serta
   UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria). Tetapi jika berhubungan dengan masalah
   Tanah, maka kelompok santri pun akan menolak penerapannya sesuai dengan
   ketetapan yang ada.
Seyogyanya, masalah kepemilikan tanah ini juga dibahas dalam KHI (Kompilasi Hukum
   Islam). Hal ini karena signifikansinya dan potensi untuk memicu konflik dan
   pertentangan dalam hal pertanahan.


                                      REFERENSI


Dr. Mohammed Syaikhun, ‫ ,أحكام ملكية الرض في صدر السلم‬Hal : 16-18. Disampaikan
   pada seminar international ekonomi Islam yang diselenggarakan di UIN Maulana
   Malik Ibrahim Malang pada hari Senin 14 Juni 2010.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
   Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka, 1999. Hal 655.
Al Bahi Al Khuli, ‫ ,الثروة في ظل السلم, كي ل يكون دولة بين الغنياء منكم‬Dar al I'tisham
   Kairo, cet ke III, 1978. Hal 62.
Amin Mustafa Abdullah, ‫ ,أصول القتصاد السلمى و نظرية التوازن القتصادى في السلم‬Dar
   al Fikr al Islami Kairo, hal 52.
Muhammad Ghazali, ‫ ,السلم و الوضاع القتصادية‬Dar al Qalam Damaskus, 2000. Hal 41.
Dr. Mohammed Syauqie al Fanggari, ‫ ,المذهب القتصادي في السلم‬al Hai'ah al 'Ammah
   al Mishriyah lil Kitab,1998. Hal 159 – 163.
Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat? Rakyat Kecil Dunia Ketiga Berjuang Demi
Keadilan, Kreasi Wacana Yogyakarta, 2002, hal 67.
B.N. Pandey, South and South East Asia 1945-1979 Problems and Policies, The
   Macmillan Press LTD, London, 1980. Hal 113.
Noer Fauzi, Petani&Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria di Indonesia,
   kerjasama Insist Press dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999. hal. 141.
Sartaj Aziz, Rural Development, The Macmillan LTD, London 1978. Hal. 130.
Maria SW Sumardjono, Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi dan Implementasi, edisi
   revisi, Kompas, Jakarta, 2001. hal. 51.
Pembagian Lahan agar Hati-hati: Ada yang Dijual atau Digadaikan, Kompas 30 Januari
   2007.
Ibn Rushd, Bidayat al Mujtahid wa Nihayat al Muqtashid, Dar al Fikr, Lebanon. Vol II,
   1995. Kitab al Istihqoq wa Ahkamihi, hal 265.




                                                                             H a l | 15

More Related Content

What's hot

02 02 17_slide minggu 2 - syi34102
02 02 17_slide minggu 2 - syi3410202 02 17_slide minggu 2 - syi34102
02 02 17_slide minggu 2 - syi34102abuhannan78
 
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 201402 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014Encep Bahauddin
 
Tugas Fiqh Zakat dan Wakaf - Pengantar Umum Wakaf
Tugas Fiqh Zakat dan Wakaf - Pengantar Umum WakafTugas Fiqh Zakat dan Wakaf - Pengantar Umum Wakaf
Tugas Fiqh Zakat dan Wakaf - Pengantar Umum WakafNasruddin Asnah
 
Negara dan usaha bina negara di masa lampau
Negara dan usaha bina negara di masa lampauNegara dan usaha bina negara di masa lampau
Negara dan usaha bina negara di masa lampauListiana Nurwati
 

What's hot (6)

02 02 17_slide minggu 2 - syi34102
02 02 17_slide minggu 2 - syi3410202 02 17_slide minggu 2 - syi34102
02 02 17_slide minggu 2 - syi34102
 
Luqatah
LuqatahLuqatah
Luqatah
 
Konsep kepemilikan
Konsep kepemilikanKonsep kepemilikan
Konsep kepemilikan
 
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 201402 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014
 
Tugas Fiqh Zakat dan Wakaf - Pengantar Umum Wakaf
Tugas Fiqh Zakat dan Wakaf - Pengantar Umum WakafTugas Fiqh Zakat dan Wakaf - Pengantar Umum Wakaf
Tugas Fiqh Zakat dan Wakaf - Pengantar Umum Wakaf
 
Negara dan usaha bina negara di masa lampau
Negara dan usaha bina negara di masa lampauNegara dan usaha bina negara di masa lampau
Negara dan usaha bina negara di masa lampau
 

Viewers also liked

Surat keterangan
Surat keteranganSurat keterangan
Surat keteranganDhe Trisman
 
bisnis plan bengkel mobil
bisnis plan bengkel mobilbisnis plan bengkel mobil
bisnis plan bengkel mobilBa Tha
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agrariayoko14
 
Process Valuation
Process ValuationProcess Valuation
Process ValuationFITT
 
Valuation Methods
Valuation MethodsValuation Methods
Valuation MethodsFITT
 

Viewers also liked (6)

Surat keterangan
Surat keteranganSurat keterangan
Surat keterangan
 
bisnis plan bengkel mobil
bisnis plan bengkel mobilbisnis plan bengkel mobil
bisnis plan bengkel mobil
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agraria
 
Permohonan surat dukungan bank
Permohonan surat dukungan bankPermohonan surat dukungan bank
Permohonan surat dukungan bank
 
Process Valuation
Process ValuationProcess Valuation
Process Valuation
 
Valuation Methods
Valuation MethodsValuation Methods
Valuation Methods
 

Similar to Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby

Makalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islamMakalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islamHarta R
 
Teori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam IslamTeori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam IslamEkonomiIslam
 
HARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMHARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMNurul Husna
 
syariat harta benda dalam islam
syariat harta benda dalam islamsyariat harta benda dalam islam
syariat harta benda dalam islamsujud123
 
Tugas tik makalah 1
Tugas tik makalah 1Tugas tik makalah 1
Tugas tik makalah 1sujud123
 
ppt fikih muamalah kel.2.pptx
ppt fikih muamalah kel.2.pptxppt fikih muamalah kel.2.pptx
ppt fikih muamalah kel.2.pptxNurKhusenPambudi
 
konsep kepemilikan dalam islam
konsep kepemilikan dalam islam konsep kepemilikan dalam islam
konsep kepemilikan dalam islam Linda Andhara
 
Al-MAL (HAK MILIK) DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS SYARIAH .ppt
Al-MAL (HAK MILIK) DALAM PERSPEKTIF  HUKUM BISNIS SYARIAH .pptAl-MAL (HAK MILIK) DALAM PERSPEKTIF  HUKUM BISNIS SYARIAH .ppt
Al-MAL (HAK MILIK) DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS SYARIAH .pptSafwanMulyani1
 
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp021sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02Hamzah Robbani
 
Sistem kepemilikan dalam islam
Sistem kepemilikan dalam islamSistem kepemilikan dalam islam
Sistem kepemilikan dalam islamMuhammad Jamhuri
 
Presentasi Fiqh Siyasah 8
Presentasi Fiqh Siyasah 8Presentasi Fiqh Siyasah 8
Presentasi Fiqh Siyasah 8Marhamah Saleh
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamGazali Mdr
 

Similar to Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby (20)

Makalah f.m
Makalah f.mMakalah f.m
Makalah f.m
 
Makalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islamMakalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islam
 
Teori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam IslamTeori Harta Dalam Islam
Teori Harta Dalam Islam
 
HARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAMHARTA DALAM ISLAM
HARTA DALAM ISLAM
 
Fiqmul sessi 2
Fiqmul sessi 2Fiqmul sessi 2
Fiqmul sessi 2
 
Fiqmul sessi 2
Fiqmul sessi 2Fiqmul sessi 2
Fiqmul sessi 2
 
syariat harta benda dalam islam
syariat harta benda dalam islamsyariat harta benda dalam islam
syariat harta benda dalam islam
 
Tugas tik makalah 1
Tugas tik makalah 1Tugas tik makalah 1
Tugas tik makalah 1
 
Konsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam IslamKonsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam Islam
 
ppt fikih muamalah kel.2.pptx
ppt fikih muamalah kel.2.pptxppt fikih muamalah kel.2.pptx
ppt fikih muamalah kel.2.pptx
 
Wakaf
WakafWakaf
Wakaf
 
konsep kepemilikan dalam islam
konsep kepemilikan dalam islam konsep kepemilikan dalam islam
konsep kepemilikan dalam islam
 
Al-MAL (HAK MILIK) DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS SYARIAH .ppt
Al-MAL (HAK MILIK) DALAM PERSPEKTIF  HUKUM BISNIS SYARIAH .pptAl-MAL (HAK MILIK) DALAM PERSPEKTIF  HUKUM BISNIS SYARIAH .ppt
Al-MAL (HAK MILIK) DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS SYARIAH .ppt
 
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp021sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
 
Sistem kepemilikan dalam islam
Sistem kepemilikan dalam islamSistem kepemilikan dalam islam
Sistem kepemilikan dalam islam
 
Presentasi Fiqh Siyasah 8
Presentasi Fiqh Siyasah 8Presentasi Fiqh Siyasah 8
Presentasi Fiqh Siyasah 8
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
 
Harta dan Kepemilikan
Harta dan Kepemilikan Harta dan Kepemilikan
Harta dan Kepemilikan
 
Konsep
KonsepKonsep
Konsep
 
Harta
HartaHarta
Harta
 

More from yuandakusuma

Pendidikan islam dan tuntutan zaman
Pendidikan islam dan tuntutan zamanPendidikan islam dan tuntutan zaman
Pendidikan islam dan tuntutan zamanyuandakusuma
 
Fungsi & peran masjid
Fungsi & peran masjidFungsi & peran masjid
Fungsi & peran masjidyuandakusuma
 
Ideologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiIdeologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiyuandakusuma
 
Mega proyek hassan hanafi
Mega proyek hassan hanafiMega proyek hassan hanafi
Mega proyek hassan hanafiyuandakusuma
 
Filsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamFilsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamyuandakusuma
 
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...yuandakusuma
 
Nu dan gerakan transnasional
Nu dan gerakan transnasionalNu dan gerakan transnasional
Nu dan gerakan transnasionalyuandakusuma
 
Akar ideologi ekonomi islam
Akar ideologi ekonomi islamAkar ideologi ekonomi islam
Akar ideologi ekonomi islamyuandakusuma
 
Pendidikan mu'tazilah
Pendidikan mu'tazilahPendidikan mu'tazilah
Pendidikan mu'tazilahyuandakusuma
 
Analisis sosial malang raya
Analisis sosial malang rayaAnalisis sosial malang raya
Analisis sosial malang rayayuandakusuma
 
Potensi ekonomi tartiila
Potensi ekonomi tartiilaPotensi ekonomi tartiila
Potensi ekonomi tartiilayuandakusuma
 

More from yuandakusuma (17)

Pendidikan islam dan tuntutan zaman
Pendidikan islam dan tuntutan zamanPendidikan islam dan tuntutan zaman
Pendidikan islam dan tuntutan zaman
 
Fungsi & peran masjid
Fungsi & peran masjidFungsi & peran masjid
Fungsi & peran masjid
 
Ekonomi islam
Ekonomi islamEkonomi islam
Ekonomi islam
 
Ideologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiIdeologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islami
 
Ekonomi islam
Ekonomi islamEkonomi islam
Ekonomi islam
 
Doa
DoaDoa
Doa
 
Mega proyek hassan hanafi
Mega proyek hassan hanafiMega proyek hassan hanafi
Mega proyek hassan hanafi
 
Islam di perancis
Islam di perancisIslam di perancis
Islam di perancis
 
Filsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamFilsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islam
 
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
Pemberdayaan metode cepat baca al quran di TAMAN PENDIDIKAN AL QURAN malang r...
 
Nu vs im & hti
Nu vs im & htiNu vs im & hti
Nu vs im & hti
 
Nu vs hti
Nu vs htiNu vs hti
Nu vs hti
 
Nu dan gerakan transnasional
Nu dan gerakan transnasionalNu dan gerakan transnasional
Nu dan gerakan transnasional
 
Akar ideologi ekonomi islam
Akar ideologi ekonomi islamAkar ideologi ekonomi islam
Akar ideologi ekonomi islam
 
Pendidikan mu'tazilah
Pendidikan mu'tazilahPendidikan mu'tazilah
Pendidikan mu'tazilah
 
Analisis sosial malang raya
Analisis sosial malang rayaAnalisis sosial malang raya
Analisis sosial malang raya
 
Potensi ekonomi tartiila
Potensi ekonomi tartiilaPotensi ekonomi tartiila
Potensi ekonomi tartiila
 

Hukum kepemilikan tanah dari nabi hingga sby

  • 1. HUKUM KEPEMILIKAN TANAH DARI MASA NABI HINGGA SUSILO BAMBANG YUDOYONO OLEH : YUANDA KUSUMA Latar Belakang Masalah Tanah merupakan benda yang paling diperebutkan oleh umat manusia. Hal ini dikarenakan tanah sarat dengan nilai-nilai, baik nilai sosial, ekonomi, pertahanan dan keamanan bahkan nilai psikologi dan spiritual. Menurut Dr. Mohammed Syaikhun, ada beberapa tujuan manusia dalam menguasai tanah:1 Tanah adalah tempat kelahiran. Di atasnya, manusia lahir, tumbuh dan berkembang serta bergaul dengan sanak saudara, tetangga dan sahabat. Faktor ini sarat dengan nilai psikologi dan spiritual yang pada akhirnya akan melahirkan semangat nasionalisme. Tanah untuk tujuan pertanian Tanah untuk tujuan peternakan Tanah untuk tujuan penguasaan air, baik yang mengalir di atasnya maupun air yang berada di dalamnya. Tanah untuk tujuan penguasaan material pertambangan, baik yang berada di atasnya maupun di dalamnya. Lebih lanjut Dr. Mohammad Syaikun menjelaskan bahwa dilihat dari kacamata ekonomi, tanah merupakan faktor pertama dari tiga faktor produksi (barang dan jasa). Keempat faktor produksi itu adalah:2 Tanah Usaha manusia Manajer Modal 1ِ Dr. Mohammed Syaikhun, ‫ ,أحكام ملكية الرض في صدر السلم‬Hal : 16-18. Disampaikan pada seminar international ekonomi Islam yang diselenggarakan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada hari Senin 14 Juni 2010. 2 ibid Hal|1
  • 2. Di lihat dari manfaat dan kegunaan tanah yang holistik dan komprehensif di atas, tak heran jika banyak aliran pemikiran/filsafat bahkan agama yang mengatur dan menata kepemilikan tanah agar menjadi tolok ukur/patokan bagi umat manusia. Saat ini, terdapat tiga aliran besar yang tolok ukurnya dijadikan rujukan. Pertama, aliran Sosialis Komunis yang menyatakan bahwa individu tidak diperkenankan memiliki tanah. Kepemilikan tanah seluruhnya dikuasai oleh negera. Kedua, aliran Kapitalis yang mengatakan bahwa individu diperkenankan sebebas-bebasnya untuk memiliki dan menguasai tanah. Ketiga, Islam yang membagi kepemilikan atas tanah menjadi dua, kepemilikan umum / ‫ الملكيةة العامة‬dan kepemilikan individu atau khusus / ‫.الملكية الخاصة‬ Dalam makalah ini, penulis hanya akan membicarakan aliran yang ketiga. Pertama, Penulis akan menerangkan arti dari tanah dan kepemilikan kemudian hakekat kepemilikan dalam Islam, jenis-jenis kepemilikan dalam Islam dan sebab-sebab kepemilikan. Kedua, penulis akan menggambarkan bentangan sejarah kepemilikan tanah dalam Islam mulai dari zaman Nabi hingga SBY, dalam penjelasan bentangan sejarah, penulis akan menerangkan secara singkat tapi padat dan membaginya menjadi: Tanah di zaman Jahiliyah Tanah di zaman Nabi Tanah di zaman Majapahit Tanah di zaman Kerajaan Islam Demak Tanah di zaman Penjajahan Belanda dan Jepang Tanah di zaman Orde Lama Tanah di zaman Orde Baru Tanah di era SBY Ketiga, kesimpulan dan masukan. Definisi-Definisi Pengertian Bahasa Kata tanah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti : Pertama,
  • 3. permukaan atau lapisan bumi yang di atas sekali. Kedua, keadaan bumi di suatu tempat. Ketiga, permukaan bumi yang diberi batas. Keempat, daratan. Kelima, permukaan bumi yang terbatas yang ditempati suatu bangsa yang diperintah suatu negara atau menjadi daerah negara.3 Kata kepemilikan berasal dari kata milik yang dalam kamus besar bahasa indonesia berarti: Pertama, Kepunyaan. Kedua, Hak. Jika ditambahi dengan tambahan (PE dan AN) pe – milik – an berarti : Pertama, proses memiliki. Kedua, perbuatan memiliki. Ketiga, cara memiliki. Jika ditambahi dengan tambahan (KE – PE dan AN) kepe – milik – an berarti: hasil dari proses, perbuatan dan cara memiliki.4 "Kepemilikan" sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang artinya memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan barang yang dimilikinya itu. Contohnya Ahmad memiliki sepeda motor. Ini berarti bahwa sepeda motor itu dalam kekuasaan dan genggaman Ahmad. Dia bebas untuk memanfaatkannya dan orang lain tidak boleh menghalanginya dan merintanginya dalam menikmati sepeda motornya. Para ahli hukum Islam (Fuqoha’) memberikan batasan-batasan syar'i "kepemilikan" dengan berbagai ungkapan yang memiliki inti pengertian yang sama. Di antara yang paling terkenal adalah definisi kepemilikan yang mengatakan bahwa "milik" adalah hubungan khusus seseorang dengan sesuatu (barang) di mana orang lain terhalang untuk memasuki hubungan ini dan si empunya berkuasa untuk memanfaatkannya selama tidak ada hambatan legal yang menghalanginya. Batasan teknis ini dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika ada orang yang mendapatkan suatu barang atau harta melalui caara-cara yang dibenarkan oleh syara', maka terjadilah suatu hubungan khusus antara barang tersebut dengan orang yang memperolehnya. Hubungan khusus yang dimiliki oleh orang yang memperoleh barang 3 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka, 1999. Hal 655. 4 Ibid. Hal|3
  • 4. (harta) ini memungkinkannya untuk menikmati manfaatnya dan mempergunakannya sesuai dengan keinginannya selama ia tidak terhalang hambatan-hambatan syar'i seperti gila, sakit ingatan, hilang akal, atau masih terlalu kecil sehingga belum paham memanfaatkan barang. Dimensi lain dari hubungan khusus ini adalah bahwa orang lain, selain si empunya, tidak berhak untuk memanfaatkan atau mempergunakannya untuk tujuan apapun kecuali si empunya telah memberikan ijin, surat kuasa atau apa saja yang serupa dengan itu kepadanya. Dalam hukum Islam, si empunya atau si pemilik boleh saja seorang yang masih kecil, belum balig atau orang yang kurang waras atau gila tetapi dalam hal memanfaatkan dan menggunakan barang- barang "miliknya" mereka terhalang oleh hambatan syara' yang timbul karena sifat-sifat kedewasaan tidak dimiliki. Meskipun demikian hal ini dapat diwakilkan kepada orang lain seperti wali, washi (yang diberi wasiat) dan wakil (yang daiberi kuasa untuk mewakili) Imam Hanafi membagi harta menjadi dua bagian:5 Harta Berharga ‫المال المتقوم‬ Harta tidak berharga ‫المال الغير المتقوم‬ Jika digambarkan pembagian jenis harta tersebut dan dikomparasikan dengan jenis harta menurut ekonomi konvensional adalah sebagai berikut : MAL MAL FREE ECONOMIC MUTAQAWI GHAIR GOODS GOODS M MUTAQWI M DEFINISI Segala hal Segala hal Seluruh Seluruh benda yang dikuasai yang belum benda yang yang memiliki nilai ekonomis dan secara dikuasai dan tidak syari’at mubah atau haram memiliki digunakan digunakan nilai ekonomis BENTUK/CONTO Uang, barang, Ikan di laut, Angin, Uang, hewan, H jasa, piutang burung di matahari barang dan jasa dan hak udara, babi, khamr UNSUR HALAL / Ada Ada Tidak ada Tidak ada 5 Ibn Rushd, Bidayat al Mujtahid wa Nihayat al Muqtashid, Dar al Fikr, Lebanon. Vol II, 1995. Kitab al Istihqoq wa Ahkamihi, hal 265.
  • 5. ??????? ?????? ??????? ?????? ??????? ?????? ??????? KEPEMILIKAN DIMILIKI OLEH INDIVIDU ATAU BEBERAPA INDIVIDU HARTA YANG KEMANFAATANNYA MILIK SEMUA ORANG DAN TIDAK BBOLEH DIKUASAI OLEH INDIVIDU KEPEMILIKAN PRIBADI KEPEMILIKAN INDIVIDU KEPEMILIKAN PUBLIK HARAM PENGGUNAAN Boleh Tidak boleh Tidak Digunakan digunakan dan digunakan ditransaksika dan ditransaksikan ditransaksikan dan n ditransaksika n Hakekat Kepemilikan Dalam Islam Hakekat kepemilikan dalam sudut pandang Islam adalah bahwa kepemilikan mutlak dan absolut adalah milik Allah SWT. Semata. Manusia hanyalah pemegang amanah.Allah lah pemilik hakiki dan absolut. Dia yang menciptakan apa yang berada di alam semesta. tB Îû ÏN ºuq»yJ¡¡ 9$# $ tBur Îû ÇÚö‘ F{$# 3 $ !° “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi......” (Al Baqarah : 284) Nè dqè ?# uäur `Ïi B É A$¨B «! $# ü “Ï%©!$# ö Nä 38 s?# uä ) “........ dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu.” (An Nur : 33). Dengan demikian, manusia terhadap harta yang dimiliki adalah : Bukan pemilik hakiki tetapi pemegang amanah. Manusia menerima harta yang dimiliki terikat oleh aturan-aturan yang di tetapkan oleh pemilik hakiki. Allah SWT. Jenis Kepemilikan Dalam Islam Jenis Kepemilikan Pribadi Hal|5
  • 6. KEPEMILIKAN PERSERIKATAN KEPEMILIKAN INDIVIDU ATNYA HANYA BERKAITAN DENGAN SATU ORANG SAJA KEPEMILIKAN YANG MANFAATNYA DAPAT DIGUNAKAN OLEH BEBERAPA ORANG YANG DIBENTUK DENGAN Sumber-Sumber Kepemilikan Pribadi Ada beberapa sebab yang menjadikan seorang individu memiliki harta : Perniagaan / perdagangan Upah pekerjaan Pertanian Pengelolaan tanah mati Keahlian profesi Ekplorasi tambang yang bukan kategori kepemilikan umum Berburu Hadiah dan Hibah dari penguasa Barang temuan Wasiat Warisan Mahar Harta yang diperoleh dari zakat dan nafkah
  • 7. Sepintas Bentangan Sejarah Kepemilikan Tanah Zaman Jahiliyah Pada zaman Jahiliyah, penggunaan tanah di Makkah untuk penggembalaan ternak, di Madinah untuk perkebunan kurma dan di Thaif untuk perkebunan anggur dan sayur mayur. 6 Sedangkan untuk sumber pengairan dan mata air berasal dari sumur, oasis, serta "kubangan" hujan yang hanya cukup untuk menutupi kebutuhan dasar manusia, hewan dan tumbuhan. Tidak lebih. Tanah-tanah yang memiliki sumber air tersebut disebut dengan tanah Huma. Setiap kabilah yang memilikinya akan melindunginya dengan nyawa. Karena langkanya air pada saat itu. Kadang beberapa kabilah bersatu untuk melindungi tanah Huma mereka. Jika suatu kabilah merasa kekurangan atau merasa memiliki kekuatan, ia akan menyerang dan mengambil dengan paksa tanah Huma milik kabilah lain. Singkatnya, asas kepemilikan tanah pada zaman Jahiliyah adalah kekuatan dan kekuasaan. Sehingga, kabilah yang lemah akan menjadi bulan-bulanan kabilah yang kuat.7 Zaman Nabi SAW Di zamannya, Nabi SAW mereformasi dasar-dasar kepemilikan tanah yang sebelumnya berasaskan kekuatan dan kekuasaan. Beliau SAW mulai menerapkan sistem pengelompokan dalam kepemilikan tanah, air dan padang gembala. Hal ini dapat kita lihat pada hadithnya yang berbunyi "‫ ."الناس شركاء في الكلء و الماء و النار‬Pengelompokan dalam kepemilikan tanah di bagi menjadi dua. Kepemilikan individu dan kepemilikan umum.8 Skema kepemilikan individu sebagai berikut :9 Kepemilikan tanah individu di bagi menjadi tiga : Tanah yang pemiliknya masuk Islam pada zaman Nabi SAW tetap menjadi hak sang pemilik. Contoh, tanahnya kaum Anshor, Tanah ghanimah yang diambil dari Yahudi Bani Quraizah dan Yahudi Khaibar yang dibagikan pada para pejuang secara individual. 6 Al Bahi Al Khuli, ‫ ,الثروة في ظل السلم, كي ل يكون دولة بين الغنياء منكم‬Dar al I'tisham Kairo, cet ke III, 1978. Hal 62. 7 Amin Mustafa Abdullah, ‫ ,أصول القتصاد السلمى و نظرية التوازن القتصادى في السلم‬Dar al Fikr al Islami Kairo, hal 52. 8 Muhammad Ghazali, ‫ ,السلم و الوضاع القتصادية‬Dar al Qalam Damaskus, 2000. Hal 41. 9 Dr. Mohammed Syauqie al Fanggari, ‫ ,المذهب القتصادي في السلم‬al Hai'ah al 'Ammah al Mishriyah lil Kitab,1998. Hal 159 – 163. Hal|7
  • 8. Tanah Qata'i'. Atau tanah terlantar yang kemudian dikelola oleh individu muslim. Skema kepemilikan umum adalah sebagai berikut:10 Tanah-tanah Huma Tanah milik Nabi SAW yang berasal dari Fai' dan Shadaqah seperti tanah Hawaith Mukhiraq. Tanah-tanah perkebunan yang berasal dari daerah yang telah ditaklukkan oleh umat Islam setelah wafatnya Nabi SAW seperti Irak, Syam dan Mesir. Tanah wakaf. Dari dua skema di atas, dapat kita simpulkan bahwa di zaman Nabi SAW, asas dasar kepemilikan tanah dan pemanfaatannya beradasarkan pada kaidah kemaslahatan dan Negara memiliki peranan penting dalam penentuan kepemilikan tanah. Jika tanah tersebut memiliki sumber daya yang dibutuhkan oleh orang banyak maka kepemilikannya menjadi kepemilikan umum atau dimiliki oleh negara. Kepemilikan individu di Islam tetap diakui dan dihargai. Meskipun demikian, tidak berarti sang pemilik dapat menggunakannya dengan bebas dan tanpa ikatan. Karena dalam islam, kepemilikan individu masih terikat dengan aturan-aturan lain semisal, zakat dan waris. Zaman Majapahit Di zaman Majapahit sebelum Islam, seluruh tanah yang ada di bawah kekuasaan kerajaan adalah milik raja, kerabat dan adipati. Posisi rakyat hanyalah sebagai pengelola tanah yang diwajibkan membayar upeti dari tanah garapannya kepada adipati setempat atau kerabat raja yang memiliki tanah. Kemudian disetor ke bendahara kerajaan di Trowulan (Mojokerto sekarang). Apabila ada kelebihan atau sisa dari target upeti yang dibebankan maka menjadi hak sang pengelola. Posisi raja beserta jajaran di bawahnya yang paling diuntungkan dalam sistem seperti ini. Sedangkan rakyat adalah sapi perah yang terus diperas keringatnya untuk memuaskan hasrat penguasa.11 Asas dasar kepemilikan tanah mirip dengan apa yang terjadi di zaman Jahiliyah, yaitu kekuatan dan kekuasaan. Zaman Kerajaan Islam Demak 10 Ibid. 11 Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat? Rakyat Kecil Dunia Ketiga Berjuang Demi Keadilan, Kreasi Wacana Yogyakarta, 2002, hal 67.
  • 9. Terdapat kemiripan dengan zaman Majapahit pada sistem kepemilikan tanah. Yaitu raja beserta kerabat dan adipatinya adalah pemilik tanah sedangkan rakyat adalah buruh pengelola tanah. Meskipun terdapat kemiripan, tetapi ada beberapa tambahan positif yang berasal dari ajaran Islam seperti zakat, sedekah dan wakaf mulai diterapkan pada masa itu. 12 Asas dasar kepemilikan tanah mirip dengan apa yang terjadi di zaman Jahiliyah, yaitu kekuatan dan kekuasaan. Zaman Penjajahan Belanda dan Jepang Pada masa kelam ini. Semua tanah yang berada dalam kawasan jajahan adalah milik penjajah Belanda dan Jepang. Rakyat sekali lagi tidak memiliki hak kepemilikan atas tanah yang digarap. Lebih kejam lagi, semua hasil garapan diambil oleh penjajah, sehingga rakyat tidak memiliki apa-apa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini berbeda dengan zaman Majapahit dan zaman Kerajaan Islam Demak yang masih memberikan keleluasaan bagi rakyat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.13 Asas dasar kepemilikan tanah mirip dengan apa yang terjadi di zaman Jahiliyah, yaitu kekuatan dan kekuasaan. Zaman Orde Lama Selama periode transisi 45-60, politik agraria kita masih menggunakan dasar hukum Belanda dan sebagian tata cara pengelolaan tanah pertanian dan perkebunan ala Jepang. Pola penguasaan tanah belum diatur dalam undang-undang. Selanjutnya, terdapat dua buah blok besar kebijakan agraria nasional selama 64 tahun Indonesia merdeka. Pertama, kebijakan agraria populis yang dimulai semenjak disahkannya UUPA 1960 hingga dipenghujung kekuasaan rezim Soekarno. Kedua, kebijakan agraria pro-pasar (kapitalisme) semasa pemerintahan Orde Baru Soeharto hingga seluruh pemerintahan di masa reformasi. Memang, semua presiden di negara kita secara formal sesungguhnya menggunakan UUPA 1960 sebagai payung pelaksanaan hukum agraria nasional. Namun dengan pendulum yang sama sekali berlainan. Soekarno di sisi kiri dan Seoharto hingga SBY di sisi kanan. Pilihan-pilihan ini memberi gambaran kepada kita semua, bahwa dasar ekonomi politik nasional yang secara sadar dipilih oleh pemerintah yang berkuasa menentukan model rezim agraria yang berlaku. Land reform di masa Soekarno dijalankan melalui ”Paket UU Landreform” seperti UUPA, UU Pokok Bagi Hasil. UU Penetapan Batas Maksimum Tanah Pertanian. Dalam operasionalisasinya digunakan PP 224/1961 tentang Pelaksanaan Distribusi dan Ganti Rugi 12 ibid. 13 Ibid Hal|9
  • 10. Tanah, PP No.10/1961 tentang Pendaftaran Tanah, UU No.21/1964 Pengadilan Landreform.14 Secara historis, Orde Lama telah menempatkan landreform sebagai kebijakan revolusioner dalam pembangunan semestanya. Bahwa syarat pokok untuk pembangunan tata perekonomian adalah antara lain pembebasan berjuta-juta kaum tani dan rakyat pada umumnya dari pengaruh kolonialisme, imperialisme, feodalisme dan kapitalisme dengan melaksanakan landreform menurut ketentuan hukum nasional Indonesia, seraya meletakkan dasar-dasar bagi industrialisasi, terutama industri dasar dan industri berat yang harus diusahakan dan dikuasai negara. TAP MPRS RI Nomor II/MPRS/1960 dan Manifesto Politik menyebut tiga landasan filosofis pembangunan pada masa itu yaitu: anti penghisapan atas manusia oleh manusia (Iâexploitation de Iâ homme per Iâ homme); kemandirian ekonomi; dan anti kolonialisme, imperialisme, feodalisme dan kapitalisme dengan landreform sebagai agenda pokoknya. Dari sini dapat kita lihat kemiripan dengan spirit pembagian kepemilikan tanah di zaman Nabi SAW. Demikian juga dari jumlah Peraturan Perundang-Undangan bidang Hukum Pertanahan Periode 1960-1966, sebagian besar dari keseluruhan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan pada masa ini adalah tentang landreform dan pengurusan hak atas tanah. Tampak jelas bahwa era pemerintahan ini meletakkan isu agraria sebagai pokok bidang yang harus segera diprioritaskan. Landreform sebagai bagian mutlak daripada revolusi Indonesia adalah basis pembangunan semesta yang berdasarkan prinsip bahwa tanah sebagai alat produksi tidak boleh dijadikan sebagai alat penghisapan. Landreform merupakan strategi politik agraria yang dilatarbelakangi oleh perseteruan beberapa kepentingan, terutama kepentingan para petani tak bertanah melawan kepentingan para tuan tanah. Kepentingan dari dua golongan ini muncul pula di tingkat elite kenegaraan, dimana terbentuk tiga golongan yaitu golongan pertama, golongan radikal yang mengusulkan pembagian tanah berdasar prinsip “tanah bagi mereka yang benar-benar menggarapnya”. Sedangkan mereka yang memiliki tanah luas adalah telah melakukan penghisapan terhadap manusia lainnya. Golongan ini terdiri dari PKI, PNI dan Partai Murba. Golongan kedua adalah golongan konservatif yang terdiri dari Partai-partai Islam dan sebagian PNI. Inti dari pendapat golongan ini adalah penolakan dilakukannya pembatasan atas luas pemilikan tanah dan tuduhan pemilikan tanah luas sebagai penghisapan. Sedangkan golongan ketiga adalah golongan yang kompromis terhadap kedua golongan lainnya. Mereka menerima pendapat golongan radikal tetapi dengan penerapan yang bertahap. Dalam golongan inilah Soekarno 14 B.N. Pandey, South and South East Asia 1945-1979 Problems and Policies, The Macmillan Press LTD, London, 1980. Hal 113.
  • 11. dan Sadjarwo (Menteri Agraria) sebagai dua tokoh penting dalam perumusan UUPA.15 Pelaksanaan program ini ditandai dengan program pendaftaran tanah berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, untuk mengetahui dan memberi kepastian hukum tentang pemilikan dan penguasaan tanah. Kemudian penentuan tanah-tanah berlebih (melebihi batas maksimum pemilikan) yang selanjutnya dibagi-bagikan kepada sebanyak mungkin petani tidak bertanah. Termasuk juga pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil. Tetapi ketiga program tersebut mengalami hambatan berupa kelemahan administrasi yang tidak sempurna yang menyulitkan redistribusi tanah; dan kurangnya dukungan baik itu dari rakyat, organisasi petani, organisasi politik, tokoh-tokoh dan panitia landreform sendiri. Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya aksi sepihak, baik itu oleh petani yang lapar tanah maupun tuan tanah. Akibat banyaknya aksi sepihak ini, dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1964 tentang Pengadilan Landreform.Sehingga dapat dikatakan bahwa program landreform sebagai awalan pelaksanaan tujuan tersebut, pada penerapannya mengalami kegagalan. Hal itu karena:16 1. Kelambanan praktek-praktek pemerintah dalam pelaksanaan Hak Penguasaan Negara. 2. Tuntutan organisasi dan massa petani yang ingin meredistribusikan tanah secara segera sehingga kemudian timbul aksi sepihak; 3. Unsur-unsur anti landreform yang melakukan berbagai mobilisasi kekuatan tanding dan siasat mengelak dari dan untuk menggagalkan landreform; 4. Terlibatnya unsur kekerasan antara kedua pihak yaitu yang pro dan kontra landreform. Konflik horizontal terjadi antara buruh tani dan tuan tanah, khususnya di Jawa Timur, di mana golongan agama merupakan tuan tanah yang relatif kaya. Konflik yang meluas pada perkembangannya telah berubah dari konflik memperebutkan tanah menjadi konflik antara golongan komunis dan non-komunis bahkan antara golongan agama dan golongan anti agama. Konflik vertikal yang lebih besar di dalam konflik elite politik yang berujung pada peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan jatuhnya rezim Orde Lama. Kesimpulan pada era ini adalah bahwa meskipun golongan agama telah memahami spirit awal di buatnya UUPA 1960 yang senyawa dengan apa yang telah dilakukan oleh Nabi dalam mengatur kepemilikan tanah, tetap mereka menolaknya dan mengalihkan isu menjadi 15 Noer Fauzi, Petani&Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria di Indonesia, kerjasama Insist Press dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999. hal. 141. 16 Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat? Rakyat Kecil Dunia Ketiga Berjuang Demi Keadilan, Kreasi Wacana Yogyakarta, 2002, hal 77 H a l | 11
  • 12. pertentangan antara kaum anti agama dengan kaum agamawan. Sehingga hukum kepemilikan tanah yang sejatinya dari awal telah menjadi undang-undang tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Zaman Orde Baru Berbeda dengan Orde Lama, pemerintahan Soeharto ini memfokuskan pembangunan pada pertumbuhan ekonomi, dan memulai kebijakan pembangunan ekonominya dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing untuk menarik investasi asing dalam pengelolaan sumber daya alam. Terjadi denasionalisasi (privatisasi) perusahaan asing pada tahun 1967 yang sebelumnya telah dinasionalisasi oleh pemerintahan Soekarno pada tahun 1958. Hal ini dengan alasan kondisi perekonomian yang kritis dan defisit sebagai peninggalan Orde Lama. Bahkan sebelumnya dilakukan negosiasi penjadwalan ulang atas utang-utang luar negeri sekaligus mengajukan pinjaman-pinjaman baru. Stigma “PKI” atau subversif sering dicapkan kepada orang-orang atau organisasi-organisasi yang tidak se-ide dengan rezim ini sehingga terjadi pembekuan gerakan-gerakanrevolusioner. Sebagaimana landreform yang merupakan salah satu kebijakan Orde Lama yang populis, dianggap sebagai produk PKI sehingga dihentikan secara total. Bahkan perebutan kembali tanah-tanah yang semula ditentukan sebagai tanah kelebihan—dan karenanya menjadi objek redistribusi tanah—dilakukan oleh sejumlah tuan tanah. Kebijakan landreform pada masa ini hanya sebagai masalah tehnis, atau sebagai program rutin birokrasi pembangunan. Rezim ini menghapus peraturan perundang-undangan yang menjadi pokok landreform, terutama dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1970 yang menghapus Undang-Undang tentang Pengadilan Landreform dan Undang-Undang Perjanjian Bagi Hasil yang secara sosiologis tidak diberlakukan pada era ini. Konsepsi hukum agraria Orde Lama yang cenderung populis sebagaimana dalam UUPA, diganti dengan konsepsi yang berorientasi pada pembangunan ekonomi. Landreform yang menjadi program pokok Orde Lama dalam pemerataan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat menjadi terabaikan. Kebijakan pertanahan Orde Baru lebih ditujukan pada pemusatan penguasaan atas tanah dan pembangunan ekonomi yaitu dengan peningkatan produksi pertanian sehingga tercapai swasembada pangan (melalui Revolusi Hijau) dan bahkan ekspor hasil pertanian ke sejumlah negara lain.Selain itu, dalam hal pendaftaran tanah, rezim ini juga kemudian mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang dinilai banyak pihak
  • 13. merupakan agenda Bank Dunia dan lembaga keuangan internasional lainnya di Indonesia. Berbeda dengan produk Orde Lama yang bertujuan untuk kepentingan penataan penguasaan tanah melalui landreform, produk hukum Orde Baru tentang pendaftaran tanah ini adalah demi yang disebut kepastian hukum dari pemilikan hak atas tanah melalui sertifikat.17 Asas dasar dari kepemilikan tanah pada zaman ini mirip dengan apa yang terjadi di zaman jahiliyah, yaitu kekuatan dan kekuasaan. Zaman Susilo Bambang Yudoyono Seiring dengan perubahan konstelasi politik, alam demokrasi yang semakin menguat, dan dilaksanakannya sistem desentralisasi, maka semangat pembaruan agraria juga menggema dan kemudian melahirkan Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 yang merekomendasikan dilakukannya pembaruan atau revisi terhadap UUPA. Beberapa peraturan perundang- undangan tentang pengelolaan sumber daya alam (agraria) dikeluarkan sejak dilakukannya reformasi pemerintahan di tahun 1998. Baik itu yang kemudian dinilai merupakan langkah maju maupun yang justru dinilai mundur dari substansi peraturan-peraturan sebelumnya. Landreform kembali masuk dalam program penting pembaruan agraria, yaitu disebutkan dalam pasal 5 TAP MPR RI No. IX/MPR/2001 bahwa salah satu arah kebijakan pembaruan agraria adalah:18 Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah oleh rakyat. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sisematis dalam rangka pelaksanaan landreform. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, redistribusi tanah pun kembali diagendakan. Berdasarkan catatan Kompas, pembagian 8,15 juta hektar lahan ini akan dilakukan pemerintah tahun 2007 hingga 2014. Diperkirakan, 6 juta hektar lahan akan dibagikan pada masyarakat miskin. Sisanya 2,15 juta hektar diberikan kepada pengusaha untuk usaha produktif yang melibatkan petani perkebunan. Tanah yang di bagian ini tersebar di Indonesia, dengan prioritas di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi Selatan. Tanah itu berasal dari lahan kritis, hutan produksi konversi, tanah telantar, tanah milik negara yang hak guna usahanya habis.19 17 Sartaj Aziz, Rural Development, The Macmillan LTD, London 1978. Hal. 130. 18 Maria SW Sumardjono, Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi dan Implementasi, edisi revisi, Kompas, Jakarta, 2001. hal. 51. 19 Pembagian Lahan agar Hati-hati: Ada yang Dijual atau Digadaikan, Kompas 30 Januari 2007. H a l | 13
  • 14. Kesimpulan dan Masukan Dari uraian aspek historis dari landreform di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dan pelaksanaan landreform dipengaruhi oleh politik hukum agraria pada masing- masing rezim. Tetapi satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa seharusnya landreform bertujuan untuk merombak penguasaan dan pemilikan tanah sehingga berpihak pada petani terutama petani kecil. Bukan suatu program yang digunakan suatu rezim untuk kepentingan politis semata, atau kepentingan ekonomis semata. Di kisaran tahun 65-an terjadi konflik antara kelompok santri dan kubu pembela landreform. Belajar dari sejarah tersebut, dapat kita pahami bahwa meskipun tolok ukur yang telah ditetapkan Islam dalam hal kepemilikan tanah dan telah diimplementasikan juga di zaman Nabi SAW, juga Undang-Undang Dasar 1945 serta UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria). Tetapi jika berhubungan dengan masalah Tanah, maka kelompok santri pun akan menolak penerapannya sesuai dengan ketetapan yang ada. Seyogyanya, masalah kepemilikan tanah ini juga dibahas dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam). Hal ini karena signifikansinya dan potensi untuk memicu konflik dan pertentangan dalam hal pertanahan. REFERENSI Dr. Mohammed Syaikhun, ‫ ,أحكام ملكية الرض في صدر السلم‬Hal : 16-18. Disampaikan pada seminar international ekonomi Islam yang diselenggarakan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada hari Senin 14 Juni 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka, 1999. Hal 655. Al Bahi Al Khuli, ‫ ,الثروة في ظل السلم, كي ل يكون دولة بين الغنياء منكم‬Dar al I'tisham Kairo, cet ke III, 1978. Hal 62. Amin Mustafa Abdullah, ‫ ,أصول القتصاد السلمى و نظرية التوازن القتصادى في السلم‬Dar al Fikr al Islami Kairo, hal 52. Muhammad Ghazali, ‫ ,السلم و الوضاع القتصادية‬Dar al Qalam Damaskus, 2000. Hal 41. Dr. Mohammed Syauqie al Fanggari, ‫ ,المذهب القتصادي في السلم‬al Hai'ah al 'Ammah al Mishriyah lil Kitab,1998. Hal 159 – 163. Sosialisme Religius Suatu Jalan Keempat? Rakyat Kecil Dunia Ketiga Berjuang Demi
  • 15. Keadilan, Kreasi Wacana Yogyakarta, 2002, hal 67. B.N. Pandey, South and South East Asia 1945-1979 Problems and Policies, The Macmillan Press LTD, London, 1980. Hal 113. Noer Fauzi, Petani&Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria di Indonesia, kerjasama Insist Press dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999. hal. 141. Sartaj Aziz, Rural Development, The Macmillan LTD, London 1978. Hal. 130. Maria SW Sumardjono, Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi dan Implementasi, edisi revisi, Kompas, Jakarta, 2001. hal. 51. Pembagian Lahan agar Hati-hati: Ada yang Dijual atau Digadaikan, Kompas 30 Januari 2007. Ibn Rushd, Bidayat al Mujtahid wa Nihayat al Muqtashid, Dar al Fikr, Lebanon. Vol II, 1995. Kitab al Istihqoq wa Ahkamihi, hal 265. H a l | 15