Analisis situasi Kota Serang membahas tentang profil kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat Kota Serang. Prevalensi stunting masih diatas standar WHO dan Kota Serang masuk kategori kuning untuk kasus stunting. Dilakukan analisis terhadap ketersediaan sumber daya, anggaran, dan kebijakan untuk percepatan penurunan stunting.
2. Koordinator Pelaksana : dr. Siti Darifah, M.K.K, Sp.Ok
Wakil Koordinator : Bohari S.Gz., M. Kes
Sekretaris : Rakhmi Setyani S.Gz, M.FoodScTech
Anggota : Dr. Hj Lili Amaliah S.K.M., M.Kes., DNM
Muhammad Ansori, S.K.M., M.Kes
Annisa Nuradhiani, S.K.M, M.Si
Fachruddin Perdana, S.Gz, M.Si
dr. Ita Marlita Sari, M. Epid
dr. Kenny Cantika Abadi., M. Biomed
dr. Reqgi First Trasia., M.Biomed
dr Trismiyanti M.Gizi., Sp.GK (K)
dr. Robby Ocktadinata, Sp.B
dr. Tricahyani Endah, M.PH., Sp,EM
Rizky Rachmatullah., M.Kep
3. Klik untuk edit isi
1.1 Latar Belakang
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi
berulang, yang ditandai dengan
panjang atau tinggi badannya
berada di bawah standar yang
ditetapkan
(PP Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting)
Stunting
4. Klik untuk edit isi
Prevalensi Stunting masih diatas standar WHO
Indonesia
24,4% Prov. Banten
24,5% Kota Serang
23,4%
(Studi Status Gizi Indonesia, 2021)
Kota Serang sendiri masuk dalam kategori
kuning dan menduduki peringkat keempat
kasus stunting tertinggi di Provinsi Banten
5. Stunting
masalah nasional
perlu adanya dukungan dari banyak pihak baik itu pemerintah
maupun swasta untuk percepatan penurunan stunting
Untirta sebagai perguruan tinggi turut berperan mendampingi
pemerintah daerah untuk mengupayakan percepatan penurunan
stunting dan peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan
intervensi sensitif di lembaga dan pemerintah Kota Serang
6. Klik untuk edit isi
1.2 Tujuan
• Analisis situasi ini dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang gap,
hambatan, tantangan, dan peluang dari ketersediaan kebijakan,
ketersediaan anggaran, ketersediaan sumber daya manusia, dan
ketersediaan data yang pendukung percepatan penurunan stunting di
Kota Serang.
• Di samping itu, dilakukan pula analisis efektivitas tim percepatan
penurunan stunting di Kota Serang
7. Klik untuk edit isi
1.3 Metode
1.3.1 Tahapan Kuantitatif
• Data yang dikumpulkan berupa data Profil Kesehatan kota Serang, data PK
21, dan capaian indicator intervensi spesifik dan sensitive, ketersediaan
anggaran, ketersediaan sumber daya manusia.
1.3.2 Tahapan Kualitatif
• Tahapan kualitatif dilakukan dengan menganalisis gap, hambatan,
tantangan, dan peluang dari ketersediaan kebijakan, ketersediaan
anggaran, ketersediaan sumber daya manusia, dan ketersediaan data yang
pendukung percepatan penurunan stunting di Kota Serang
8. 2.1 STRUKTUR PENDUDUK MENURUT GOLONGAN UMUR
Tabel 1 Struktur penduduk menurut golongan umur
Kelompok Umur
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (Jiwa)
Laki-laki Perempuan
2018 2019 2020 2018 2019 2020
0-4 34 942,00 34 689,00 33 555,00 33 748,00 33 510,00 31 849,00
5-9 36 458,00 36 822,00 33 703,00 34 748,00 35 256,00 32 226,00
10-14 33 518,00 34 337,00 31 981,00 31 637,00 32 392,00 29 988,00
15-19 31 214,00 31 159,00 32 195,00 29 985,00 29 974,00 30 116,00
20-24 31 102,00 31 144,00 33 331,00 28 508,00 28 455,00 31 739,00
25-29 29 086,00 29 085,00 31 954,00 27 094,00 27 042,00 30 625,00
30-34 28 908,00 29 123,00 31 228,00 27 712,00 27 779,00 29 777,00
35-39 27 861,00 28 250,00 27 214,00 27 742,00 28 111,00 25 962,00
40-44 25 856,00 26 329,00 25 100,00 24 253,00 24 944,00 24 007,00
45-49 21 673,00 22 332,00 21 833,00 20 154,00 20 951,00 21 206,00
50-54 17 269,00 18 064,00 17 955,00 15 340,00 16 107,00 17 129,00
55-59 12 414,00 13 072,00 13 753,00 11 664,00 12 365,00 13 043,00
60-64 7 955,00 8 484,00 9 471,00 7 600,00 8 205,00 8 903,00
65-69 4 745,00 5 136,00 6 232,00 4 843,00 5 188,00 6 134,00
70-74 2 569,00 2 761,00 2 403,00 2 974,00 3 136,00 2 771,00
75+ 1 735,00 1 814,00 2 063,00 2 497,00 2 587,00 2 655,00
Jumlah 347 305,00 352 601,00 353 971,00 330 499,00 336 002,00 338 130,00
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Banten mencapai 11,9 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 6,07 juta
jiwa berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 5,83 juta jiwa adalah perempuan. Sedangkan di Kota Serang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 353.971 dan perempuan 338.130.
9. 2.2 KEPADATAN PENDUDUK
Jumlah penduduk Kota Serang pada hingga
semester I tahun 2021 jumlah penduduk mencapai
687.881 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 206.578
jiwa, dan jumlah wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk
(KTP) sebanyak 474.694 jiwa. Kepadatan penduduk
di Kota Serang mencapai 2.456 jiwa/km2. Kecamatan
dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan
Serang dengan kepadatan mencapai 8.681 jiwa/km2
sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk
terendah yaitu Kecamatan Curug dengan kepadatan
sebesar 1.018 jiwa/km2.
10. 2.3 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Tabel 2 Indeks Pembangunan Manusia
Komponen Penyusun IPM
Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Penyusunnya
2018 2019 2020
Angka Harapan Hidup (AHH) 67,58 67,83 68,00
Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,65 12,77 12,78
IPM 71,68 72,10 72,16
Pengeluaran per Kapita 13 261,00 13 418,00 13 212,00
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,62 8,67 8,76
11. 2.4 UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA KESEHATAN
Secara umum upaya kesehatan terdiri dari atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah dan atau Masyarakat serta Swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
1. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Perbaikan Gizi Keluarga
2. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular
3. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan dan
Bahan Berbahaya
4. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Upaya Kesehatan Masyarakat
5. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
6. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Pengembangan Lingkungan Sehat
7. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
8. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
9. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
10.Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
11.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
12.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
12. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Program Perbaikan Gizi Keluarga
1. Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang Gizi;
2. Pemberian Makanan Tambahan dan Vitamin;
3. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemi Gizi Besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan
Kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya;
4. Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian Keluarga Sadar
Gizi;
5. Peningkatan Pengetahuan Tentang Penanganan Anak Gizi Lebih.
13. 2.5 PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
PHBS pada tatanan rumah tangga dinilai
berdasarkan 10 indikator:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Bayi diberi ASI sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan.
4. Ketersediaan air bersih.
5. Ketersediaan jamban.
6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.
7. Lantai rumah bukan dari tanah.
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
10.Tidak merokok dalam rumah.
Tahun 2020 Persentase Rumah Tangga berPerilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Kota Serang sebanyak 84,9% atau 21.286
rumah tangga dari 108.464 rumah tangga yang dipantau di
wilayah kota Serang
Target Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih
dan Sehat dalam Indikator ISO 2012 adalah sebesar 100%, dan
masih belum mencapai angka persentase tersebut.
Dengan demikian masih diperlukan upaya pemantauan
berkelanjutan untuk pencapaian rumah tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat. Pemeliharaan dan peningkatan PHBS di
tengah masyarakat, antara lain melalui pendekatan pimpinan,
bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar semua
indikator rumah tangga PHBS diterapkan.
14. 2.6 ANGGARAN KESEHATAN (2022)
NO PELAKSANA URAIAN KEGIATAN ANGGARAN SUMBER DANA
1
DINAS KESEHATAN
Pasangan Usia Subur yang mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi
2.825.000 DAK NON-FISIK
2
DINAS KESEHATAN
Terpantaunya remaja putri yang mengonsumsi tablet
tambah darah
1.144.198.250
DAK NON-FISIK
3
DINAS KESEHATAN Jumlah ibu hamil yang mendapatkan minimal 90 tablet 293.800.000 APBD
4
LAINNYA (DINKES )
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet tambah
darah
467.853.480 APBN
5
DINAS KESEHATAN
Jumlah balita gizi buruk yang mendapatkan makanan
tambahan
190.971.000 APBD
6
DINAS KESEHATAN
Adanya komitmen daerah dalam percepatan penurunan
stunting
85.560.000 DAK NON-FISIK
7
DINAS KESEHATAN Adanya prevalensi stunting tingkat Kota Serang 53.738.000 DAK NON-FISIK
8
DINAS KESEHATAN
Balita gizi buruk yang mendapatkan pelayanan tata
laksana gizi buruk
257.300.000 DAK NON-FISIK
9
DINAS KESEHATAN Adanya pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu 1.880.100.000 DAK NON-FISIK
15. 2.6 ANGGARAN KESEHATAN
NO PELAKSANA URAIAN KEGIATAN ANGGARAN SUMBER DANA
10 DINAS KESEHATAN
Terselenggaranya Program Pemenuhan
Upaya Kesehatan Porangan dan Upaya
Kesehatan Masyarakat
66.290.000 DAK NON-FISIK
11 DINAS KESEHATAN
Penguatan percepatan penurunan
stunting
914.834.000 DAK FISIK
12 DINAS KESEHATAN Tercapainya imunisasi dasar lengkap 119.300.000 APBD
13 DINAS KESEHATAN
Terselenggaranya orientasi STBM bagi
natural Leader dan kepentingan
lainnya
139.200.000 DAK NON-FISIK
14 DINAS KESEHATAN
Adanya sanitasi total berbasis
masyarakat di kota serang
62.025.000 DAK NON-FISIK
15 DINAS KESEHATAN
Adanya Kegiatan promosi kampanye
perbaikan gizi masyarakat
89.840.000 DAK NON-FISIK
16 DINAS PU / CIPTA KARYA
Pembangunan IPAL skala Permukiman
minimal 50 KK - Tematik
Penanggulangan Kemiskinan
3.838.303.000 DAK FISIK
17 LAINNYA (KEMENSOS/DINSOS)
Memberikan pemahaman tentang
Modul yang ada di PKH, kepada KPM
PKH
17.027.775.000 APBN
18 DINAS SOSIAL
Pengelolaan Data Fakir Miskin
Cakupan Daerah Kabupaten/Kota
302.159.500 APBD
19 DINAS SOSIAL
Pengelolaan Data Fakir Miskin
Cakupan Daerah Kabupaten/Kota
485.535.500 APBD
16. 2.6 ANGGARAN KESEHATAN
NO PELAKSANA URAIAN KEGIATAN ANGGARAN SUMBER DANA
21 DINAS KOMINFO
Promosi dan Sosialisasi Kelompok
Kegiatan Ketahanan dan Kesejahteraan
Keluarga (Menjadi Orang Tua Hebat,
Generasi Berencana, Kelanjutusiaan
serta Pengelolaan Keuangan Keluarga)
87.100.000 APBD
22 DINAS KETAHANAN PANGAN
Pelaksanaan pencapaian target
konsumsi pangan Perkapita/Tahun
sesuai dengan angka kecukupan gizi
210.000.000 DAK NON-FISIK
23 DINAS PU / CIPTA KARYA
Pengelolaan dan Pengembangan
sistem penyediaan air minum (SPAM)
di daerah kabupaten kota
2.840.400.000 DAK FISIK
24 DINAS PU / CIPTA KARYA
Pengelolaan dan pengembangan
sistem penyediaan air minum (SPAM)
di daerah kabupaten kota
1.999.000.000 APBD
25 BKKBN/DINAS KB
Adanya pendampingan terhadap ibu
hamil dan ibu pasca salin
3.467.080.000 DAK NON-FISIK
26 BKKBN/DINAS KB Adanya data keluarga resiko stunting 93.600.000 DAK NON-FISIK
27 BKKBN/DINAS KB Adanya pengendalian program KKBPK 40.000.000 DAK NON-FISIK
28 DINAS KETAHANAN PANGAN
Adanya capaian penanganan lokasi
rentan atau rawan pangan (SKPG)
50.700.000 APBD
29 Bappeda
Koordinasi Pelaksanaan Sinergitas
dan Harmonisasi Perencanaan
Pembangunan Daerah Bidang
Pembangunan Manusia
10.940.000 APBD
JUMLAH PAGU 36.220.427.730
17. 2.6 ANGGARAN KESEHATAN 2023
NO PELAKSANA ANGGARAN SUMBER DANA
1 PUPR 7.692.732.000 DAK
2 Kominfo 81.700.000 APBD
3 DP3AKB 4.424.420.000 APBD dan DAK
4 Ketahanan Pangan 590.000.000 APBD dan DAK
5 Dinsos 787.695.000 APBD
6 Dindik 200.000.000 APBD
7 Bappeda 35.000.000 APBD
8 Dinkes (Belum termasuk dengan DAK Non Fisik) 6.119.284.500 APBD dan DAK
JUMLAH 19.930.831.500
18. 2.7 PELAYANAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL
Cakupan pemberian imunisasi Td baik itu pada WUS maupun ibu hamil masih rendah,
hal ini disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
imunisasi Td bagi kesehatannya.
Selain itu masih kurangnya petugas kesehatan melaksanakan screening Td pada WUS,
mengenai pelaporan dan pencatatan masih menjadi kendala pada petugas kesehatan.
Untuk meminimalisasi permasalahan ini penting dilakukan pelatihan bagi petugas
kesehatan mengenai imunisasi dan pencatatan. Selain itu harus ada kerjasama lintas sektor
untuk meningkatkan imunisasi pada calon pengantin (Catin).
Cakupan Imunisasi Td di Kota Serang Selama Tahun 2020 hanya 19.0 % dari total
seluruh target Ibu Hamil di Kota Serang.
19. 2.8 PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TTD
Berdasarkan laporan yang diterima menunjukkan bahwa cakupan
pendistribusian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil mengalami
penurunan dari tahun 2015 capainnya 69,63%, pada tahun 2016 menjadi
67,8%, pada Tahun 2017 cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet besi (Fe)
meningkat sebanyak 78,6%, pada Tahun 2018 cakupan ibu hamil mendapat
90 tablet besi (Fe) meningkat kembali menjadi 80,89%. Tahun 2019
meningkat menjadi 90,7% sedangkan tahun 2020 menurun menjadi 79,4%
20. 2.9 PELAYANAN PESERTA KB
Pada Tahun 2016 jumlah PUS 108.172 yang terdiri dari peserta KB baru 13.077 (12,1%)
dan peserta KB aktif 114.644 (106%). Tahun 2017 jumlah PUS 110.494 yang terdiri dari
peserta KB baru 10.470 (9,5%) dan peserta KB aktif 79.005 (71,5%). Dan pada Tahun 2018
jumlah PUS 108.057 yang terdiri dari peserta KB baru 7.039 (6,51%) dan peserta KB
aktif 69.826 (64,62%). Tahun 2019 jumlah PUS 108.057 dan peserta KB aktif 51.705
(47,80%). Sedangkan di Tahun 2020 terjadi peningkatan yang tidak signifikan dari
tahun sebelumnya jumlah PUS 110.871 dan peserta KB aktif 54.117 (48,8%).
21. 2.10 CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Bayi dengan Asi Eksklusif
Persentase ASI yang diberi ASI Eksklusif pada Tahun 2016 bayi yang
diberi ASI Eksklusif sebanyak 3.387 bayi dari 8.516 bayi atau sebesar
(39,8%). Pada Tahun 2017 bayi yang diberi ASI Eksklusif sebanyak 2.544
bayi dari 5.865 bayi atau sebesar (43,4%). Dan pada Tahun 2018 bayi yang
diberi ASI Eksklusif sebanyak 4.712 bayi dari 12.560 bayi atau sebesar
(37,52%). Sedangkan pada Tahun 2019 bayi di Kota Serang yang diberi ASI
Eksklusif sebanyak 2.827 dari 10.147 target bayi atau sebesar 27,9%
22. Cakupan Distribusi Vitamin A
Cakupan pemberian vitamin A bayi pada Tahun 2016 cakupan vitamin A pada bayi
meningkat menjadi 71,3%, Tahun 2017 cakupan Vitamin A pada bayi meningkat menjadi
83,6%. dan Tahun 2018 cakupan Vitamin A pada bayi menurun menjadi 47,74%. Pada tahun
2019 cakupan pemberian Vitamin A pada bayi di Kota Serang menurun menjadi 46,0%.
Sedangkan tahun 2020 cakupan pemberian Vitamin A pada bayi di Kota Serang meningkat
menjadi 54,6%.
Cakupan pemberian vitamin A pada balita (12-59 bulan) tahun 2016 meningkat menjadi
87,8% dari tahun 2015. Pada Tahun 2017 meningkat menjadi 91,6%. Sedangkan pada
Tahun 2018 menurun menjadi 79,12% dan pada tahun 2019 menurun menjadi 62,4%. Tahun
2019 cakupan pemberian vitamin A meningkat menjadi 72,4%
23. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Besi (Fe)
Berdasarkan laporan yang diterima menunjukkan bahwa cakupan
pendistribusian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil mengalami
penurunan dari tahun 2015 capainnya 69,63%, pada tahun 2016 menjadi
67,8%, pada Tahun 2017 cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet besi (Fe)
meningkat sebanyak 78,6%, pada Tahun 2018 cakupan ibu hamil mendapat
90 tablet besi (Fe) meningkat kembali menjadi 80,89%. Tahun 2019
meningkat menjadi 90,7% sedangkan tahun 2020 menurun menjadi 79,4%
24. Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Pada Tahun 2016 untuk kasus gizi buruk di Kota Serang di temukan 86
anak dan semuanya mendapat perawatan. Pada Tahun 2017 untuk kasus
gizi buruk di Kota Serang di temukan 80 anak dan semuanya mendapat
perawatan. Dan pada Tahun 2018 untuk kasus gizi buruk di Kota Serang di
temukan 58 orang dan semuanya mendapat perawatan. Pada Tahun 2019
meningkat menjadi 111 anak dan semuanya mendapat perawatan.
Sedangkan tahun 2020 untuk kasus gizi buruk di Kota Serang di temukan
1.922 anak dan semuanya mendapat perawatan.
25. 2.11 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI/BALITA
Imunisasi
Kota Serang yang terdiri dari 6 Kecamatan, 66 Kelurahan, pada Tahun 2019 terdapat 57
Kelurahan (86,4%) telah Universal Child Immunization (UCI). pada Tahun 2020 terjadi
penurunan dimana terdapat 21 Kelurahan (31,8%) telah UCI. Kelurahan-Kelurahan yang
belum mencapai UCI dikarenakan Kelurahan-Kelurahan tersebut selain sulit terjangkau
ditambah kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan penyebarannya sangat luas dan tidak
merata, sehingga sangat menyulitkan bagi petugas kesehatan untuk menjangkau mereka
yang berada pada posisi yang tidak menguntungkan tersebut. Disamping itu masih adanya
perilaku dan budaya bagi ibu yang takut jika anaknya diimunisasi. Namun disisi lain yang
perlu dipertanyakan apakah cakupan pelayanan imunisasi tersebut telah diikuti dengan
kualitas atau mutu pelayanan yang standar atau yang telah memenuhi standar operasional
prosedur (SOP).
26. 2.12 PERSENTASE BALITA DITIMBANG
Keberhasilan Penimbangan
Pada Tahun 2019 Partisipasi Masyarakat (D/S) di Kota Serang menjadi 54,3% menurun
bila dibandingkan Tahun 2018. Dari 16 Puskesmas Tertinggi adalah di Puskesmas Banten
Girang sebesar 88,3% dan Puskesmas Kilasah sebesar 87,6%.
Pencapaian N/D Kota Serang pada Tahun 2013 sebanyak 77,9%, pada Tahun 2015
menurun menjadi 74,2%. Pada Tahun 2016 capainnya N/D Kota Serang menurun menjadi
71,8%. Pada Tahun 2017 capainnya N/D Kota Serang menurun menjadi 56.3%. Dan pada
Tahun 2018 capainnya N/D Kota Serang meningkat menjadi 74%. Sedangkan di Tahun 2019
capaian N/D di Kota Serang menurun menjadi 54,3%.
27. 2.13 PERSENTASE BALITA GIZI KURANG (BB/UMUR),
PENDEK (TB/UMUR), DAN KURUS (BB/TB)
Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Kecamatan bebas rawan gizi adalah kecamatan dengan prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk pada balita <15%.Pada Tahun 2016 untuk kasus gizi buruk di Kota Serang di temukan
86 balita dan semuanya mendapat perawatan. Pada Tahun 2017 untuk kasus gizi buruk di
Kota Serang di temukan 80 balita dan semuanya mendapat perawatan. Dan Pada Tahun
2018 untuk kasus gizi buruk di Kota Serang di temukan 58 balita dan semuanya mendapat
perawatan. Pada Tahun 2019 untuk kasus gizi buruk di Kota Serang ditemukan 111 balita
dan semua telah mendapat perawatan di masing-masing Puskesmas. Sedangkan tahun
2020 untuk kasus gizi buruk di Kota Serang di temukan 1.922 anak dan semuanya
mendapat perawatan.
28. 2.14 SARANA AIR MINUM MEMENUHI SYARAT
Sarana Air Minum
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan adalah upaya penyehatan
lingkungan pemukiman yaitu perumahan. Salah satu kegiatan penyehatan lingkungan
perumahan seperti inspeksi kesehatan lingkungan.Inspeksi kesehatan lingkungan ini
tercermin dari sarana air minum yang tersedia di lingkungan tersebut layak dan memenuhi
syarat sehat untuk digunakan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari masing-masing Puskesmas, pada tahun 2020
terdapat 110.358 sarana air minum yang memenuhi syarat sehat dari 8503 sampel air yang
diambil. Di Kota Serang sudah 79,9 % sarana air minum yang memenuhi syarat sehat.
29. 2.15 KELUARGA DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI
YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT)
Jamban Sehat
Menurut panduan 5 Pilar STBM untuk masyarakat, Jamban Sehat adalah jamban yang
memenuhi kriteria bangunan dan persyaratan kesehatan. Persyaratan Kesehatan yang
dimaksud adalah tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran bahan-bahan yang berbahaya
bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia dan dapat mencegah vektor pembawa
untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitar.
30. 2.16 DESA SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
Masyarakat menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan berpedoman pada pilar STBM yang
bertujuan untuk memutus mata rantai penyakit dan keracunan. Pilar STBM terdiri atas perilaku :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan
2. Cuci Tangan Pakai Sabun
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Pada Tahun 2020 di Kota Serang sudah ada 100% dari 66 Kelurahan yang melaksanakan Sanitasi
Terpadu Berbasis Masyarakat (STBM) ada di Kota Serang.
31. 2.17 PENGELUARAN PER KAPITA PER BULAN
Kabupaten/Kota
Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten (ribu
rupiah/tahun)
2019 2020 2021
Kota Serang 13 418 13 212 13 281
Provinsi Banten 12 267 11 964 12 033
35. Kec. Cipocok jaya
40 Balita Stunting
- Kelurahan Tembong
- Kelurahan Gelam
Kec. Curug
274 Balita Stunting
- Kelurahan Pancalaksana
- Kelurahan Cilaku
Kec. Walantaka
205 Balita Stunting
- Kelurahan Pengampelan
- Kelurahan Pipitan
Kec. Serang
379 Balita Stunting
- Kelurahan Serang
- Kelurahan Kagungan
Kec. Kasemen
849 Balita Stunting
- Kelurahan Bendung
- Kelurahan Kasunyatan
- Kelurahan Sawah Luhur
Kec. Taktakan
148 Balita Stunting
- Kelurahan Kuranji
- Kelurahan Taktakan
13 Lokus Stunting di Kota Serang Tahun 2021
1 Serang 379
2 Kasemen 849
3 Walantaka 205
4 Curug 274
5 Cipocok jaya 40
6 Taktakan 148
Jumlah 1895
36.
37.
38. Analisa Data PK21 Berdasarkan Kategori Usia Perkawinan Kota Serang
< 10 tahun
0%
10 - 14 tahun
1%
15 - 19 tahun
12%
20 - 24 tahun
38%
25 - 29 tahun
37%
30 - 34 tahun
9%
35 - 39 tahun
2%
40 - 45 tahun
1%
≥ 46 tahun
0%
< 10 tahun 10 - 14 tahun 15 - 19 tahun 20 - 24 tahun 25 - 29 tahun
ANALISIS DATA PK21 KOTA SERANG
Kota Serang masih terdapat pernikahan dengan usia di bawah 15 tahun yaitu sebesar 1.05% dan usia 15 – 19
tahun sebesar 12.1%. Selain itu pernihakan di atas usia 35 tahun yaitu 3.05%. Hal ini menunjukkan bahwa di
Kota Serang masih tinggi kelompok perkawinan yang berisiko yaitu < 19 tahun dan > 35 tahun
39. Analisa Data PK21 Berdasarkan Jumlah Ibu Hamil Di Kota Serang
Ya, 4
Tidak, 96
Status
Kehamilan
n %
Ya 4196 4.0
Tidak 100827 96.0
Total 105023 100.0
40. Analisa Data PK21 Berdasarkan Unmeet Need Di Kota Serang
Using for
limiting
21%
Using for
spacing
39%
Unmet need for
limiting
9%
Unmet need for
spacing
4%
Met need
27% Kategori Unmeet Need n %
Using for limiting 21962 20.91
Using for spacing 40625 38.68
Unmet need for limiting 9396 8.95
Unmet need for spacing 4610 4.39
Met need 28430 27.07
Total 105023 100.0
Unmet Need adalah kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi, merupakan persentase perempuan kawin yang tidak
ingin memiliki anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran tetapi tidak memakai kontrasepsi. Tabel 3.3 menunjukkan
bahwa Sebagian besar kelompok pasangan usia subur termasuk dalam Using for spacing sebesar 38.68%.
41. Analisa Data PK21 pada Pembangunan Keluarga Berdasarkan Kategori Selama 6 (enam) bulan terakhir,
terdapat paling sedikit 1 (satu) anggota keluarga yang memiliki sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan pokok per bulan (pk4) Di Kota Serang
Ya, 95.9
Tidak, 4.1
Selama 6 (enam) bulan terakhir,
terdapat paling sedikit 1 (satu)
anggota keluarga yang memiliki
sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan pokok per
bulan
n %
Ya 152032 95.9
Tidak 6474 4.1
Total 158506 100.0
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa di Kota Serang masih terdapat
4.1% keluarga yang Selama 6 (enam) bulan terakhir, tidak
terdapat paling sedikit 1 (satu) anggota keluarga yang memiliki
sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok per
bulan
42. Analisa Data PK21 pada Pembangunan Keluarga Berdasarkan Kategori Selama 6 (enam) bulan terakhir,
setiap anggota keluarga makan “makanan beragam” (makanan pokok, sayur/buah dan lauk) paling
sedikit 2 (dua) kali sehari (pk5) Di Kota Serang
Ya
97%
Tidak
3%
Selama 6 (enam) bulan terakhir, setiap
anggota keluarga makan “makanan
beragam” (makanan pokok,
sayur/buah dan lauk) paling sedikit 2
(dua) kali sehari
n %
Ya 153913 97.1
Tidak 4593 2.9
Total 158506 100.0
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa di Kota Serang masih terdapat 2.9%
keluarga yang selama 6 (enam) bulan terakhir, setiap anggota keluarga
tidak makan “makanan beragam” (makanan pokok, sayur/buah dan
lauk) paling sedikit 2 (dua) kali sehari
43. Analisa Data PK21 pada Pembangunan Keluarga Berdasarkan Kategori Keluarga memiliki
tabungan/simpanan (uang kontan, perhiasan, hewan ternak, hasil kebun, dll) yang dapat digunakan
sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam 3 (tiga) bulan ke depan (pk6) di Kota Serang
Ya
75%
Tidak
25%
Keluarga memiliki tabungan/simpanan
(uang kontan, perhiasan, hewan ternak,
hasil kebun, dll) yang dapat digunakan
sewaktu-waktu untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam 3 (tiga) bulan
ke depan
n %
Ya 119522 75.4
Tidak 38984 24.6
Total 158506 100.0
di Kota Serang masih terdapat 24.6% Keluarga yang tidak memiliki
tabungan/simpanan (uang kontan, perhiasan, hewan ternak, hasil kebun,
dll) yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan
pokok dalam 3 (tiga) bulan ke depan (pk6) di Kota Serang
44. Analisa Data PK21 Berdasarkan Jenis Atap Rumah Terluas (PK 19) Kota Serang
Beton
1%
Genteng
95%
Asbes/Seng
4%
Kayu/Sirap
0% Bambu
0%
Jerami/ijuk
/rumbia/da
un-daunan
0%
Lainnya
0%
Jenis Atap Rumah Terluas (PK 19) n %
Beton 2086 1.32
Genteng 149943 94.60
Asbes/Seng 6030 3.80
Kayu/Sirap 67 0.04
Bambu 25 0.02
Jerami/ijuk/rumbia/daun-daunan 57 0.04
Lainnya 298 0.19
Total 158506 100.00
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa sebagian besar atap rumah terluas di
Kota Serang yaitu menggunakan genteng sebesar 94.60% dan masih
terdapat sekitar 0.04% yang menggunakan
Jerami/ijuk/rumbia/daun-daunan
45. Analisa Data PK21 Berdasarkan Jenis dinding rumah terluas (PK20) Kota Serang
Tembok
99%
Kayu
1% Seng
0%
Bambu
0%
Lainnya
0%
Jenis dinding rumah
terluas
n %
Tembok 156489 98.73
Kayu 1653 1.04
Seng 16 0.01
Bambu 156 0.10
Lainnya 192 0.12
Total 158506 100.00
Tabel 3.8 menunjukkan bahwa sebagian besar dinding rumah
terluas di Kota Serang yaitu menggunakan tembok sebesar
98.73% dan masih terdapat 0.10% yang menggunakan bamboo.
46. Analisa Data PK21 Berdasarkan Jenis lantai Rumah Terluas (PK21) Kota Serang
Keramik/gra
nit
92%
Semen
7%
Kayu/papan
0%
Bambu
0%
Tanah
1%
Lainnya
0%
Jenis lantai Rumah
Terluas
n %
Keramik/granit 145555 91.80
Semen 11083 7.00
Kayu/papan 489 0.30
Bambu 52 0.00
Tanah 1168 0.70
Lainnya 159 0.10
Total 158506 100.00
Tabel 3.9 menunjukkan bahwa Sebagian besar jenis lantai
rumah terluas di Kota Serang menggunakan kemarik/granit
sebesar 91.80% dan masih terdapat 0.70% yang menggunakan
tanah.
47. Analisa Data PK21 Berdasarkan Sumber Air Minum Utama (PK23) Kota Serang
Air
Kemasan/Isi
Ulang
56%
Ledeng/PAM
4%
Sumur Bor
27%
Sumur
Terlindung
13%
Sumur Tidak
Terlindung
0%
Air Permukaan
(Sungai, Danau,
Dll)
0%
Air Hujan
0%
Lainnya
0%
Sumber Air Minum
Utama
n %
Air Kemasan/Isi Ulang 88001 55.52
Ledeng/PAM 6179 3.90
Sumur Bor 42510 26.82
Sumur Terlindung 20164 12.72
Sumur Tidak Terlindung 528 0.33
Air Permukaan (Sungai,
Danau, Dll)
259 0.16
Air Hujan 119 0.08
Lainnya 746 0.47
Total 158506 100.00
Tabel 3.10 menunjukkan bahwa Sebagian besar sumber air
minum utama rumah tangga di Kota Serang yaitu menggunakan
air kemasan/isi ulang sebesar 55.52% dan masih terdapat 0.33%
yang menggunakan sumur tidak terlindungi.
48. Analisa Data PK21 Berdasarkan Memiliki fasilitas tempat buang air besar (pk24) Kota Serang
Ya Dengan
Septic Tank
94%
Ya Tanpa
Septic Tank
2%
Tidak, Jamban
Umum/Bersa
ma
3%
Lainnya
1%
Kepemilikan fasilitas
tempat buang air besar
n %
Ya Dengan Septic Tank 149016 94.01
Ya Tanpa Septic Tank 3347 2.11
Tidak, Jamban
Umum/Bersama
3887 2.45
Lainnya 2256 1.42
Total 158506 100.00
Tabel 3.11 menunjukkan bahwa Kepemilikan fasilitas tempat buang
air besar rumah tangga di Kota Serang yaitu Sebagian besar memiliki
septic tank sebesar 94.01% dan masih terdapat 2.11 yang memiliki
fasilitas tempat buang air besar tanpa septic tank.
49. NO Intervensi Rata-rata Cakupan
Intervensi Saat Ini
Skala Kab/Kota
Rata-rata Cakupan
Intervensi Saat Ini
Desa/Kel Fokus
1 Cakupan Bumil KEK yang mendapat PMT pemulihan 65,81 57,97
2 Cakupan Ibu Hamil mendapat IFA (TTD) minimal 90 tablet
selama kehamilan
51,19 49,87
3 Cakupan balita kurus yang mendapatkan PMT 59,55 57,16
4 Cakupan kehadiran di posyandu (rasio yang datang
terhadap total sasaran)
67,62 70,3
5 Cakupan Ibu Hamil-K4 42,2 36,65
6 Cakupan anak 6-59 bulan yang memperoleh Vit A 80,65 82,61
7 Cakupan bayi 0-11 bulan telah diimunisasi dasar secara
lengkap
43,41 47,82
8 Cakupan balita diare yang memperoleh suplementasi zinc 45,99 58,7
9 Cakupan remaja putri mendapatkan TTD 36,12 39,08
10 Cakupan layanan Ibu Nifas 49,39 51,81
CAKUPAN INTERVENSI SPESIFIK DAN SENSITIF
50. NO Intervensi Rata-rata Cakupan
Intervensi Saat Ini
Skala Kab/Kota
Rata-rata Cakupan
Intervensi Saat Ini
Desa/Kel Fokus
11 Cakupan kelas ibu hamil (ibu mengikuti konseling gizi
dan kesehatan)
16,98 10,95
12 Cakupan keluarga yang mengikuti Bina Keluarga Balita 9,86 8,9
13 Cakupan rumah tangga yang menggunakan sumber air
minum layak
60,39 52
14 Cakupan rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak 47,65 41,87
15 Cakupan orang tua yang mengikuti kelas parenting 14,72 16,88
16 Cakupan anak usia 2-6 tahun terdaftar (peserta didik) di
PAUD
63,61 65,11
17 Cakupan rumah tangga peserta JKN/Jamkesda 0,12 0,13
18 Cakupan KPM PKH yang mendapatkan FDS gizi dan
kesehatan
0 0
19 Cakupan keluarga 1000 HPK kelompok miskin sebagai
penerima BPNT
0 0
20 Cakupan desa menerapkan KRPL 36,36 48,39
51. Di Kota Serang telah terdapat kebijakan pendukung yaitu
SK Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), SK Lokus
Stunting, Perwal Kota Serang tentang stunting namun
dalam Perwal Kota Serang belum ada Rencana Aksi Daerah
(RAD)
Kurangnya koordinasi antar Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) terkait dalam penyusunan RAD
Perlunya RAD dalam Perwal Kota Serang
Penyusunan RAD untuk melengkapi Perwal Kota Serang
Analisis GAP
Hambatan
Tantangan
Peluang
I. KETERSEDIAAN KEBIJAKAN PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
ANALISIS GAP, HAMBATAN DAN PELUANG
52. II. KETERSEDIAAN ANGGARAN PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Analisis GAP
Alokasi anggaran program penanggulangan stunting belum terfokus
pada sebaran Lokus Stunting
Anggaran APBD yang ada belum memadai
Anggaran pengadaan alat antropometri sudah ada namun realisasi
kecukupan untuk pengadaan alat antropometri belum memadai
Pembagian pagu anggaran untuk menunjang program kegiatan
konvergensi stunting harus lebih dimaksimalkan baik anggaran dari
pusat maupun daerah dan tepat sasaran terutama pada sebaran
lokus Stunting
Analisis GAP
53. II. KETERSEDIAAN ANGGARAN PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Hambatan
Pemahaman OPD belum komprehensif dalam menetapkan anggaran
untuk program terkait stunting dan menyusun prioritas nya
Dana anggaran utk program penanggulangan stunting khususnya PMT
mengalami relokasi dana untuk penanganan Covid-19
Penggunaan anggaran pengadaan antropometri belum bisa maksimal
karena data kebutuhan alat di tiap posyandu belum terlaporkan
Belum maksimalnya program penyaluran bantuan P2L ( Program
Pekarangan Pangan Lestari)
Hambatan
54. Tantangan
Meningkatkan koordinasi antar OPD dalam menyusun anggaran untuk
menyusun program terkait stunting
Dana anggaran untuk stunting baik pemerintah pusat dan daerah
difokuskan untuk lokus stunting agar program dapat berjalan dengan baik
dan tepat sasaran
Pendataan ulang ketersediaan alat antropometri terstandar pada semua
puskesmas dan posyandu serta diajukan pengadaanya dan anggarannya
Pendataan dana untuk intervensi spesifik, sensitif, anggaran SDM seperti
tersedianya ahli gizi di tiap Puskesmas, anggaran untuk pendataan berbasis
IT sehingga data terpusat dan mudah untuk diakses atau komponen lainnya
untuk program percepatan penurunan stunting secara komprehensif
Meningkatkan Pemahaman OPD dalam menetapkan jumlah dan prioritas
anggaran untuk program terkait stunting
Alternatif pembiayaan anggaran dari hasil kerjasama dengan mitra industry
atau stakeholder lainnya, bantuan internasional (Unicef, WHO) dll
II. KETERSEDIAAN ANGGARAN PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Tantangan
55. II. KETERSEDIAAN ANGGARAN PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Peluang
Workshop penyusunan anggaran dan RAD yang melibatkan OPD-OPD
terkait penanganan stunting
Pembiayaan anggaran bekerjasama melibatkan BUMN, BUMD, mitra
industry pangan, CSR, bantuan internasional (Unicef, WHO) atau
lainnya
Pengadaan alat antropometri terstandarisasi dan menyeluruh di
semua puskesmas dan Posyandu
Peluang
56. Analisis GAP
SDM pelaksana program terkait stunting secara kuantitas dan kualitas
masih kurang. Baik SDM yang terlibat langsung dalam program
program penurunan stunting maupun yang terlibat tidak langsung.
Seperti kurangnya SDM verifikator antropometri, SDM Tenaga
Pelaksana Gizi , saat ini ada dengan basic pendidikannya bukan gizi,
kurangnya SDM petugas pendamping Program Pekarangan Pangan
Lestari (P2L), kurangnya SDM tenaga kerja perpipaan, kader posyandu
yang belum terlatih dll.
Proses penginputan data EPPGBM kurang maksimal sehingga terjadi
ketimpangan data.
Analisis GAP
III. KETERSEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
57. Hambatan
Ketidaksesuaian bidang keilmuan SDM yang menangani program
stunting
Kurangnya tenaga verifikator antropometri
Terbatasnya tenaga penginput data EPPGBM di Puskesmas.
Kurangnya tenaga pendukung program Stunting
Kader yang ada di posyandu belum semua terlatih dalam hal
keterampilan pengukuran antropometri secara tepat.
Hambatan
III. KETERSEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
58. Tantangan
Menambah tenaga verifikator antropometri dan penginput data
EPPGBM
Dibutuhkan kader posyandu yang terlatih dan terampil agar data
antopometri tepat
Penyesuaian bidang keilmuan SDM yang menangani program
stunting yang akan melakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif
Tercukupinya SDM tenaga pendukung program stunting
Tantangan
III. KETERSEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
59. Peluang
Workshop tenaga verifikator dan penginput data EPPGBM serta
pelatihan kader kesehatan
Penyesuaian bidang keilmuan SDM yang menangani program stunting
yang akan melakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif
Rekruitmen SDM untuk intervensi gizi spesifik dan sensitive.
Kerjasama pemberian beasiswa bagi mahasiswa gizi yang nantinya
setelah lulus akan ditempatkan di Puskesmas-Puskesmas.
Peluang
III. KETERSEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDUKUNG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
60. IV. KETERSEDIAAN DATA
• Analisis GAP
• Pemerintah menargetkan prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen namun
hasil survey Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) masih tinggi yaitu 23.4%
• Terdapat perbedaan prevalensi stunting yang signifikan antara SSGI dan elektronik-
Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (EPPGBM)
• Masih terdapat 9.15 % keluarga pra sejahtera yang berisiko stunting
• Kepemilikan jamban dan rumah layak huni serta akses air minum yang layak masih
menjadi masalah yang serius di Kota Serang
• Kondisi PUS 4 Terlalu yang termasuk tinggi yaitu Terlalu TUA dan Terlalu Banyak
• Cakupan Ibu Hamil mendapat Iron and Folic Acid (IFA) dan Tablet Tambah Darah TTD
minimal 90 tablet selama kehamilan masih rendah
• Cakupan balita kurus yang mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) masih
rendah
• Cakupan bayi 0-11 bulan telah diimunisasi dasar secara lengkap masih rendah
• Cakupan balita diare yang memperoleh suplementasi zinc masih rendah
• Cakupan remaja putri mendapatkan TTD masih rendah
• Cakupan kelas ibu hamil (ibu mengikuti konseling gizi dan kesehatan) masih rendah
• Cakupan keluarga yang mengikuti Bina Keluarga Balita masih rendah
• Cakupan orang tua yang mengikuti kelas parenting masih rendah
• Cakupan Keluarga Miskin (KM) Program Keluarga Harapan (PKH) yang mendapatkan
Family Development Session (FDS) gizi dan kesehatan masih belum ada
• Cakupan keluarga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) kelompok miskin sebagai penerima
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) masih belum ada
• Cakupan desa menerapkan Kampung Rumah Pangan Lestari (KRPL) masih rendah
Analisis GAP
61. IV. KETERSEDIAAN
DATA
24.62 28.75 23.4
4
0
20
40
Tahun 2018 (Riskesdas) Tahun 2019 (SSGBI) Tahun 2021 (SSGI) Tahun 2021 (EPPGBM)
PREVALENSI STUNTING DI KOTA SERANG
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Cakupan Bumil KEK yang mendapat PMT pemulihan
Cakupan Ibu Hamil mendapat IFA (TTD) minimal 90 tablet selama…
Cakupan balita kurus yang mendapatkan PMT
Cakupan kehadiran di posyandu (rasio yang datang terhadap total…
Cakupan Ibu Hamil-K4
Cakupan anak 6-59 bulan yang memperoleh Vit A
Cakupan bayi 0-11 bulan telah diimunisasi dasar secara lengkap
Cakupan balita diare yang memperoleh suplementasi zinc
Cakupan remaja putri mendapatkan TTD
Cakupan layanan Ibu Nifas
Cakupan kelas ibu hamil (ibu mengikuti konseling gizi dan kesehatan)
Cakupan keluarga yang mengikuti Bina Keluarga Balita
Cakupan rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak
Cakupan rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak
Cakupan orang tua yang mengikuti kelas parenting
Cakupan anak usia 2-6 tahun terdaftar (peserta didik) di PAUD
Cakupan rumah tangga peserta JKN/Jamkesda
Cakupan KPM PKH yang mendapatkan FDS gizi dan kesehatan
Cakupan keluarga 1000 HPK kelompok miskin sebagai penerima BPNT
Cakupan desa menerapkan KRPL
Rata-rata Cakupan Intervensi Saat Ini Desa/Kel Fokus Rata-rata Cakupan Intervensi Saat Ini Skala Kab/Kota
62. Hambatan
Kurangnya tenaga Verifikator Pengukuran Antropometri dilapangan
dan Tenaga yang menganalisa hasil pengukuran antropometeri
dilapangan
Terbatasnya tenaga penginput data EPPGBM di Puskesmas Kader yang
ada di posyandu belum semua terlatih dalam hal keterampilan
pengukuran antropometri secara tepat
Beberapa cakupan program intervensi penanggulangan stunting masih
rendah, apakah pendataan yang belum benar atau cakupan nya masih
sedikit? Misal : ibu hamil yang atau remaja wanita yang mendapat TTD
apakah memang tidak dapat atau mereka mendapat subtitusi (bukan
dari PKM), jika dapat apa dijamin diminum setiap hari?
Pemberian TTD ibu hamil dan remaja wanita belum efektif
Cakupan program-program terkait stunting masih rendah
Hambatan
IV. KETERSEDIAAN DATA
63. Tantangan
Perlunya tenaga verifikator pengukuran antropometri
Kebutuhan tenaga penginput data EPPGBM di Puskesmas khusus nya di
lokus stuting
Kebutuhan kader yang terlatih dan terampil dalam pengukuran
antropometri
Perlunya evaluasi dan monitoring beberapa program intervensi
penanggulangan stunting dan pencatatan data yang tepat. Misal :
pendampingan atau sistem follow up konsumsi TTD pada ibu hamil dan
remaja Wanita
Observasi/ Survei ke lapangan mengapa program-program terkait
stunting ini masih rendah cakupannya
Tantangan
IV. KETERSEDIAAN DATA
64. Peluang
Keterlibatan Perguruan Tinggi khusus mahasiswa gizi dan kesehatan
sebagai Tim Verifikator pengukuran antropometri , serta analisa terkait
rendahnya cakupan program-program terkait stunting
Pengabdian masyarakat oleh Dosen dan Mahasiswa dalam peningkatan
kualitas data EPPGBM di lokus stunting
Workshop peningkatan keterampilan kader pengukuran antropometri
oleh Dosen dan Mahasiswa FK Untirta
Dibutuhkan evaluasi dan monitoring berkala terhadap program
intervensi penanggulangan stunting yang telah berjalan
Dibentuknya tim pengawasan minum obat TTD pada ibu hamil, remaja
wanita, dan PMT balita kurus, serta difollow up oleh petugas puskesmas
Peluang
IV. KETERSEDIAAN DATA
65. V. EFEKTIVITAS TPPS
• Gap
• Desain pelaksanaan intervensi / pelaksanaan program oleh TPPS sudah
terlaksana namun belum maksimal yang ditandai dengan tingginya
angka stunting dan capaian indicator di lokus stunting masih rendah
• Proses perencanaan, penganggaran, pemantauan dan pengawasan
layanan program oleh TPPS sudah terlaksana namun belum maksimal
yang ditandai dengan tingginya angka stunting dan capaian indicator di
lokus stunting masih rendah
• Program yang tidak sepenuhnya dijalankan, cakupan program, kualitas
dan sasaran yang masih rendah
• Belum adanya RAD terkait Penurunan Stunting
Analisis GAP
66. Hambatan
Perlu adanya koordinasi OPD terkait dan TPPS untuk Menyusun RAD
Belum Optimalnya kerja sama dan koordinasi Lintas sektor sehingga
menghambat pelaksanaan program penanganan stunting
Kota Serang belum mempunyai dokumen Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL)
Idle Capacity yang masih rendah untuk air minum di Kota Serang
Belum adanya perencanaan menyeluruh terhadap jaringan perpipaan di
Kota Serang
Kurang maksimalnya program P2L di Lokus Stunting yang sudah
ditentukan
Kurangnya pendampingan P2L dan penyuluh pertanian
Hambatan
V. EFEKTIVITAS TPPS
67. Tantangan
Membuat dokumen RAD terkait penurunan stunting
Mengoptimalnya kerja sama dan koordinasi Lintas sektor sehingga
tidak menghambat pelaksanaan program penanganan stunting
Melengkapi dokumen AMPL
Meningkatkan Idle Capacity untuk air minum di Kota Serang
Perlunya perencanaan dan pembuatan jaringan perpipaan di Kota
Serang
Memaksimalkan program P2L di Lokus Stunting yang sudah ditentukan
Peningkatan pendampingan P2L dan penyuluh pertanian
Tantangan
V. EFEKTIVITAS TPPS
68. Peluang
Workshop penyusunan dokumen RAD dan AMPL
Rapat koordinasi (workshop) berkala untuk mengoptimalkan kerja sama
dan koordinasi Lintas sektor
Melaksanakan Idle Capacity untuk air minum di Kota Serang
Perlunya perencanaan dan pembuatan jaringan perpipaan di Kota Serang
Memaksimalkan program P2L di Lokus Stunting yang sudah ditentukan
Peningkatan pendampingan P2L dan penyuluh pertanian
Peluang
V. EFEKTIVITAS TPPS
69. VI. ALTERNATIF KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
Menambahkan kegiatan daring atau kegiatan asinkronus untuk kelas ibu hamil, ibu
balita, bina keluarga balita, dan FDS Gizi dan Kesehatan
Menjalankan sistem PMO untuk memastikan pemberian TTD , IFA pada ibu hamil dan
remaja wanita
Pemanfaatan aplikasi pemantauan status gizi oleh ibu balita
Mengintegrasikan program Dapur Sehat dan Pos Gizi
Berkolaborasi dengan Universitas melalui Program KKM pengabdian masyarakat
untuk Program Stunting, pendampingan keluarga stunting oleh mahasiswa yang
direkognisi oleh Universitas.
Monitoring dan evaluasi berkala Program Stunting dengan melibatkan institusi
Pendidikan, atau Non Government Organization (NGO)
Pemberian beasiswa untuk mahasiswa gizi yang setelah lulus akan mengabdi/ bekerja
di puskesmas sebagai tenaga ahli gizi
Kerjasama CSR dengan mitra industry, Internasional Unicef/ WHO program- program
penurunan stunting
70. VII. ALTERNATIF SUMBER DAYA
Alternatif SDM Kegiatan
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dengan latar
Pendidikan murni Gizi pada setiap
puskesmas di Kota Serang
• Melakukan penginputan data EPPGBM
• Pendamping kader dalam melakukan
pengukuran dan penginputan data
antropometri
Mahasiswa khususnya di bidang Kesehatan • Mahasiswa yang mengikuti MBKM/KKN
memberikan edukasi terkait stunting
• Mahasiswa gizi memberikan pelatihan
kepada Kader Desa terkait pengukuran
antropometri dan penentuan status gizi
Karang Taruna pada setiap desa di Kota
Serang
• Mendukung penyampaian informasi
terkait stunting di setiap kegiatan Karang
Taruna
71. VIII. REKOMENDASI PERBAIKAN KEBIJAKAN,
PROGRAM, DAN KEGIATAN
1. Komitmen & Visi Kepemimpinan: mencakup komitmen politik &
kebijakan pelaksanaan, keterlibatan pemerintah & lintas sektor
2. Konvergensi Program Pusat, Daerah dan Desa: jalur komunikasi yang
sinergis
3. Kegiatan tidak hanya dititikberatkan pada intervensi gizi spesifik,
optimalisasi intervensi gizi sensitif terutama terkait AMPL, Pembuatan
RAD terkait penurunan Stunting.
4. Pembuatan aplikasi warning sign terkait gizi balita sebelum ke stunting,
aplikasi ini dapat digunakan untuk keluarga berisiko/ masyarakat
5. Peningkatan kuantitas & kualitas kapasitas SDM pelaksana &
pendukung:
Petugas pendamping P2L, penyuluh pertanian
Terkait pengukuran antropometri: tim validasi alat ukur, verifikator,
penginput data, & kader
Kontribusi tenaga dari akademisi gizi & kesehatan mencakup
kegiatan pengabdian masyarakat
Pelatihan berkala tenaga pelaksana & pendukung terkait program
penurunan stunting
72. VIII. REKOMENDASI PERBAIKAN KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN
KEGIATAN
Pemberian beasiswa bagi mahasiswa gizi yang setelah lulus mengabdi
menjadi tenaga gizi di puskesmas (pemenuhan sdm gizi di puskesmas)
Pemberdayaan karang taruna untuk mendukung program stunting
6. Alokasi program & bantuan difokuskan pada sebaran lokus stunting
7. Pengadaan fasilitas pendukung:
Alat ukur antropometri yang tervalidasi & homogen pada setiap
posyandu & faskes
Aplikasi khusus: untuk kemudahan penginputan data
8. Pengadaan anggaran khusus Stunting yang memadai
9. Inovasi tambahan kegiatan intervensi efektif lainnya berdasarkan
pengalaman dan praktik
Optimalisasi penyuluhan & sosialisasi
10. Program dilaksanakan secara berkesinambungan diikuti dengan
pemantauan evaluasi berkala terhadap capaian/output yang diharapkan
11. Menetapkan target indikator utama dalam intervensi penurunan
stunting
12. Kerjasama CSR dengan mitra industri, NGO, bantuan internasional
UNICEF, WHO untuk optimalisasi program-program penurunan stunting