Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan status gizi masyarakat secara teratur dan berkelanjutan untuk mengambil keputusan dalam meningkatkan status gizi. Dokumen ini menjelaskan cara melakukan surveilans gizi melalui pengumpulan data secara rutin dari berbagai sumber untuk dianalisis dan diinterpretasi agar hasilnya dapat digunakan untuk tindakan yang tepat waktu dalam rangka meningkatkan status g
Diseminasi dan Publikasi hasil Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan.pptx
1. D I S E M I N A S I D ATA
S U R V E I L A N S G I Z I
M E L A L U I E P P G B M
2. Surveilans gizi (nutrition surveillance) dikenalkan pada
Kongres Pangan Sedunia di Roma 1974 oleh FAO/ WHO,
Unicef, dan dipublikasikan “metodologi surveilans gizi” tahun
1976, diartikan sebagai “kegiatan pengamatan secara
teratur dan terus menerus terhadap status gizi
masyarakat sebagai dasar untuk membuat keputusan
dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat”.
SURVEILANS GIZI
3. • Mengamati secara terus menerus, tepat waktu dan teratur
• TERHADAP
• Keadaan gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
UNTUK
Tindakan segera, perumusan kebijakan, perencanaan program, monitoring dan
evaluasi program gizi masyarakat
SURVEILENS GIZI
4. • Melalui pengumpulan data secara teratur:
1. Dilakukan secara khusus untuk keperluan surveilans (PSG, SSGI, dsb)
2. Dari data laporan rutin yang sudah ada (e-PPGBM)
BAGAIMANA CARANYA?
5. APA SYARATNYA?
Data atau informasi yang dikumpulkan harus:
1. Tepat waktu, teratur dan berkelanjutan (rutin)
2. Akurat
3. Segera dianalisis dan diinterpretasikan
4. Hasilnya segera didiseminasikan kepada stake holder
AGAR Dapat digunakan untuk berbagai tindakan yang
tepat waktu
6. Data
Informasi
Interpretasi
Masih merupakan
angka, belum bisa
dipahami
Data yang sudah
dianalisis,
lebih dipahami, dan
mulai jelas pesan apa
yang akan diteruskan/
diprioritaskan
Informasi yang sudah
lebih jelas dan punya arti
serta siap untuk diambil
Actions (ada rekomendasi)
Informasi apa lagi yang
diperlukan untuk memper-
kuat rekomendasi
Data apa lagi yang diperlukan untuk
Analisis informasi berikutnya
Sumber : Dr. Atmarita
8. 9
Input Antropometri
Data dari
POSYANDU/Yankes :
• Tanggal Ukur
• Berat
• Tinggi
• Perkembangan
• imunisasi
Penghitungan Status Gizi
Implementasi Surveilans Gizi melalui ePPGBM
Konfirmasi dan
Validasi
Menentukan
kebijakan intervensi
yang tepat
Intervensi
Spesifik
Intervensi
Sensitif
1
2
3
4
5
Kader/TPG/Bidan
U
p
d
a
t
e
D
a
t
a
17. STUNTING ADALAH SIKLUS YANG AKAN BERLANGSUNG TERUS-MENERUS JIKA TIDAK SEGERA DIATASI SAAT INI
ANAK STUNTING
REMAJA PUTRI
KURANG GIZI
BUMIL KEK/
KURANG GIZI
BAYI BBLR
SIKLUS
STUNTING
18. Di Indonesia, 1 dari 9 anak perempuan menikah
di bawah usia 18 tahun (Susenas 2016)
= 375 menikah setiap harinya!
Anak perempuan di wilayah
pedesaan berpeluang 3x lebih
besar untuk menikah di usia
anak
Anak perempuan dari rumah
tangga berpendapatan rendah
berpeluang 5x lebih besar
untuk menikah di usia anak
Anak perempuan berpeluang 3x
lebih rendah untuk menikah di
usia anak jika kepala Rumah
tangga mereka telah
menyelesaikan universitas
FAKTA YANG
MEMPERHATIKAN….
MENGERIKAN
……………………
21. Secara umum, koordinasi program di berbagai tingkat administrasi sangat lemah.
Di tingkat lapangan (desa) berbagai kegiatan yang terkait dengan stunting belum terpadu, baik dalam penetapan sasaran,perencanaan
kegiatan, peran dan tugas antarpihak. Akibatnya cakupan dan kualitas berbagai pelayanan kurang optimal
Terdapat keterbatasan kapasitas penyelenggara program, ketersediaan, kualitas, dan pemanfaatan data untuk
mengembangkan kebijakan. Program advokasi, sosialisasi, kampanye stunting, kegiatan konseling, dan keterlibatan
masyarakat masih sangat terbatas
Pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan sumber dana belum efektif dan efisien. Belum ada kepastian pemenuhan kebutuhan
sumber dana untuk pencegahan stunting di tingkat kabupaten/kota. Potensi sumber daya dan sumber dana tersedia dari berbagai sumber,
namun belum diidentifikasi dan dimobilisasi secara optimal.
Kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh berbagai sektor belum memprioritaskan intervensi yang terbukti efektif. Stunting yang telah
ditetapkan sebagai prioritas nasional di dalam RPJMN 2019 -2024 belum dijabarkan menjadi program dan kegiatan prioritas oleh
sektor/lembaga terkait
Penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif masih belum terpadu, baik dari proses perencanaan dan
penganggaran pelaksanaan, pemantauan, maupun evaluasi
22. STRATEGI PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DALAM DOKUMEN PERENCANAAN
1) Peningkatansurveilansgizitermasukpemantauanpertumbuhan
2) Peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi dengan fokus utama pada
1.000 hari pertama kehidupan (ibu hamil hingga anak usia 23 bulan), balita, remaja, dan calon
pengantin
3) Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi, higiene, dan
pengasuhan
4) Peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi termasuk melalui Upaya Kesehatan
BerbasisMasyarakat/UKBM(PosyandudanPosPAUD)
5) Penguatanpelaksanaan,danpengawasanregulasidanstandargizi
6) Penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan spesifik yang didukung
olehpeningkatankapasitasrencanaaksipangandangizi
23. STUNTING BISA DICEGAH MELALUI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
(MEMASTIKAN KESEHATAN YANG BAIK DAN GIZI YANG CUKUP)
2/15/2018
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang Optimal
Gizi tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang Optimal = Mencegah Stunting
24. AKAR MASALAH
Kemiskinan
Kurangnya
pemberdayaan
perempuan
Politik, sosial dan
budaya
Rendahnya akses
terhadap
MAKANAN
dari segi jumlah
dan kualitas gizi
POLA ASUH
yang kurang baik
terutama pada
perilaku dan praktek
pemberian makan
bayi dan anak
Rendahnya akses
terhadap
PELAYANAN
KESEHATAN
termasuk akses
sanitasi dan air
bersih
PERBAIKAN POLA MAKAN-POLA ASUH- PELAYANAN KESEHATAN
(PERBAIKAN AKSES SANITASI DAN AIR BERSIH) DAN PERUBAHAN PERILAKU
Degradasi
Lingkungan
26. UPAYA yang DILAKUKAN DILUAR 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
2/15/2018
Pemeriksaan Anemia Remaja
dan Pemberian TTD pada
Remaja Puteri
AKI
AKB
Stuntin
g Turun
STIMULASI Anak Stunting di
Keluarga dan PAUD
Pendidikan Gizi
di Sekolah
28. FRAMEWORK INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, 2018-2024
Penurunan Stunting memerlukan
implementasi intervensi lintas sektor
(spesifik dan sensitif) secara terintegrasi
di tingkat pusat dan daerah.
29. 30
PENDEKATAN MULTISEKTOR
INTERVENSI PENURUNAN STUNTING
Kemenkes
• Suplementasi gizi makro dan mikro
• Promosi ASI Eksklusif dan MP-ASI
• Penanganan kekurangan gizi
• Surveilans Gizi (pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan)
• Pelayanan antenatal dan neonatal
• Imunisasi
• Pemberian obat cacing
• Pencegahan diare
Intervensi Gizi Spesifik Intervensi Gizi Sensitif
• Kemenko PMK
• Bappenas
• Kemdagri (Advokasi Pemda, NIK, Akta Lahir)
• Kemendes PDTT (Dana Desa)
• Kemenkeu (Sistem Insentif)
• Kemen Kominfo (Sosialisasi & Kampanye)
Enabling Factors
Keamanan Pangan
Air bersih dan
sanitasi
Ketahanan
pangan
PAUD,
Parenting,
UKS
Fortifikasi
Produk
Pangan
Bantuan pangan
non tunai, PKH
Sosialisasi Gizi
bagi Anak &
Keluarga
Pemasaran &
Promosi Hasil
Kelautan
Kemristek
Dikti
Edukasi dan
pendampingan
masyarakat
(Program KKN)
30. 31
ARAH KEBIJAKAN RPJMN 2020 – 2024
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan
kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan
upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi
UHC
PHC
PENCEGAHAN
INOVASI
31. 32
INDIKATOR PEMBANGUNAN KESEHATAN
1. Angka kematian ibu (per 100.000 KH) 305
(SUPAS, 2015) 183
2. Angka kematian bayi (per 1.000 KH) 24
(SDKI, 2017)
16
Meningkatnya
Status
Kesehatan Ibu
dan Anak
Baseline 2024
1. Insidensi TB (per 100.000 penduduk)
319
(Global TB Report, 2017)
190
2. Insidensi HIV (per 1000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV) 0,24
(Pemodelan Kemkes, 2018)
0,18
3. Eliminasi malaria (Kab/Kota) 285
(Kemkes, 2018)
405
4. Merokok usia 10-18 tahun (%) 9,1
(Riskesdas, 2018)
8,7
5. Obesitas usia 18+ tahun (%) 21,8
(Riskesdas, 2018)
21,8
2024
Meningkatnya
pengendalian
penyakit menular
dan faktor risiko
penyakit tidak
menular
Baseline
1. Prevalensi stunting balita (%) 30,8
(Riskesdas, 2018)
19
2. Prevalensi wasting balita (%) 10,2
(Riskesdas, 2018)
7
Meningkatnya
Status Gizi
Masyarakat
Baseline 2024
32. 33
INDIKATOR PEMBANGUNAN KESEHATAN
1. Imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-
23 bulan (%)
57,9
(Riskesdas, 2018)
80
2. Fasilitas kesehatan tingkat pertama
terakreditasi (%)
40
(Kemkes, 2018)
85
3. RS terakreditasi (%) 63
(Kemkes, 2018)
95
4. Puskesmas dengan jenis tenaga kesehatan
sesuai standar (%)
23
(Kemkes, 2018)
83
5. Puskesmas tanpa dokter (%) 15
(Kemkes, 2018)
0
6. Puskesmas dengan ketersediaan obat
esensial (%)
86
(Kemkes, 2018)
96
7. Obat memenuhi syarat (%) 80,9
(BPOM, 2018)
92,3
8. Makanan memenuhi syarat (%) 71
(BPOM, 2018)
90
2024
Meningkatnya kinerja
sistem kesehatan &
Meningkatnya
pemerataan akses
pelayanan kesehatan
berkualitas
Baseline
1. Cakupan kepesertaan JKN (persen) 81,4
(1 Jan 2019) 98
2. Cakupan penerima bantuan iuran (PBI) JKN
(juta jiwa)
96,6
(1 Feb 2019)
112,9
Meningkatnya
Perlindungan
Sosial bagi
Seluruh Penduduk
Baseline 2024
33. IndikatorKinerjadanCapaian
Capaian Indikator Kinerja
Dampak Penurunan prevalensi stunting pada rumah tangga 1.000 HPK di tingkat Kecamatan dan Desa
prioritas
Jumlah Desa prioritas yang berhasil menurunkan prevalensi stunting bertambah setiap tahun
Jumlah kasus stunting yang berhasil dicegah setiap tahunnya
Intermediate
Outcome
Insidens diare
Insidens Kecacingan
Prevalensi Gizi Buruk
Prevalensi anemia pada ibu hamil
Prevalensi BBLR
Cakupan ASI Eksklusif
Output Cakupan hasil intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif di Desa prioritas
Cakupan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif pada sasaran prioritas (1.000
HPK)
34. Capaian Indikator Kinerja
Dampak Penurunan prevalensi stunting pada rumah tangga 1.000 HPK di tingkat Kecamatan dan Desa prioritas
Jumlah Desa prioritas yang berhasil menurunkan prevalensi stunting bertambah setiap tahun
Jumlah kasus stunting yang berhasil dicegah setiap tahunnya
Intermediate
Outcome
• Insidens diare
• Insidens Kecacingan
• Prevalensi Gizi Buruk
• Prevalensi anemia pada ibu hamil
• Prevalensi BBLR
• Cakupan ASI Eksklusif
Output Cakupan hasil intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif di Desa prioritas
Cakupan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif pada sasaran prioritas (1.000
HPK)
Hasil Pilar Satu Rembuk stunting tahunan di tingkat Kecamatan
Nota kesepakatan (Memo of Agreement) pencegahan stunting yang ditandatangani oleh pimpinan di
desa prioritas
Rembuk Stunting tahunan di tingkat Kecamatan prioritas dan desa
35. Capaian Indikator Kinerja
Hasil Pilar Dua Persentase masyarakat yang menilai stunting sebagai 10 masalah penting dalam gizi dan kesehatan
anak
Pelaksanaan kampanye perubahan perilaku yang konsisten dan berkelanjutan di tingkat kecamatan
dan desa
Terbitnya kebijakan daerah yang memuat kampanye publik dan komunikasi perubahan perilaku
Hasil Pilar Tiga Pelaksanaan konvergensi program/kegiatan Kecamatan atau puskesmasl untuk pencegahan stunting
pada desa prioritas
Kinerja pelaksanaan program/kegiatan di tingkat Desa prioritas untuk pencegahan stunting
Jumlah Desa prioritas yang melaksanakan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi
Persentase pemanfaatan Dana Desa untuk kegiatan intervensi gizi prioritas
Hasil Pilar Empat Persentase sasaran prioritas yang mendapat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan/atau bantuan
pangan lainnya di desa prioritas
Kebijakan terkait peningkatan fortifikasi pangan
Akses sasaran prioritas kepada pangan bergizi
Hasil Pilar Lima Publikasi tahunan angka penurunan stunting pada tingkat Kecamatan dan Desa
Kajian anggaran dan belanja pemerintah untuk pencegahan stunting
Pemanfaatan dan perbaikan sistem pendataan, termasuk dashboard
Pelaksanaan dan pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi secara berkala
36. Komitmen Pemkab Lombok Timur Tangani
Stunting?
Bupati hadir dalam Penandatanganan Komitmen Nasional
dalam konvergensi integrasi percepatan pencegahan
Stunting.
Peraturan Bupati nomor 31 tahun 2017 tentang
Penurunan Stunting
Peraturan Bupati nomor 48 tahun 2019 tentang
Perubahan Peraturan Bupati nomor 31 tahun 2017
tentang Penurunan Stunting
Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting
tingkat Kabupaten sejak tahun 2018 s/d 2021.
Tanda tangani komitmen
Nasional : 22 Nopember 2018
37. PENUTUP
1. Penguatan Komunikasi, Koordinasi dan Komitmen program dalam
pelaksanaan intervensi kepada Kelompok sasaran prioritas;
2. Lakukan mapping (identifikasi) dan Optimalisasi pemanfaatan
sumber daya termasuk pemanfaatan dana dan sumber data yang
tersedia untuk melaksanakan kegiatan konvergensi percepatan
penurunan stunting;
3. Perlu peningkatan peran Pemberdayaan masyarakat dalam
mendukung upaya percepatan perbaikan kesehatan dan gizi yang
berkelanjutan.
Implementasi Surveilans gizi melalui ePPGBm di tingkat Desa;
Input data antropometri dari Posyandu beruda data tanggal ukur, Berat, tinggi juga perkembangan dan imunisasi
Setelah diinput aplikasi akan secara otomatis menghitung status gizi dengan rumus WHO Anthrop sehingga diketahui status gizi secara cepat
Deteksi dini dengan munculnya lonceng masalah gizi yang selanjutnya
Dilakukan konfirmasi dan validasi pengukuran oleh tenaga Kesehatan, apabila ada kesalahan ukur maka data dapat di update oleh tenaga kesehatan
Sehingga kita dapat menentukan intervensi yang tepat untuk sasaran tersebut, apakah cukup dengan intervensi spesifik atau dari bidang Kesehatan saja atau juga memerlukan intervensi sensitive dari sektor lain.
Around 1 in 9 girls are married before 18
Girls in rural areas are 3x more likely to marry before 18
Girls from households with the lowest levels of expenditure are almost 5x more likely to be married
Girls are 3x less likely to marry before 18 if their household head has completed university
Every 47 per 1000 childbirth done by girls adolescent age 15-19 years old
Stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan, dimulai sejak saat kehamilannya ibu membutuhkan membutuhkan gizi yang cukup untuk pertubuhan otak janin, membangun berat badan dan tinggi badan janin. Setelah lahir, bayi juga membutuhkan gizi yang cukup dengan ASI dan MP ASI sesuai standar untuk mencapai tumbuh kembang yang baik, disertai upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi dan pola hidup bersih.
Tiga komponen penanggulangan stunting adalah :
Pola asuh
Pola Makan
Air bersih
Stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan, dimulai sejak saat kehamilannya ibu membutuhkan membutuhkan gizi yang cukup untuk pertubuhan otak janin, membangun berat badan dan tinggi badan janin. Setelah lahir, bayi juga membutuhkan gizi yang cukup dengan ASI dan MP ASI sesuai standar untuk mencapai tumbuh kembang yang baik, disertai upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi dan pola hidup bersih.