Model pembacaan teks keagamaan dalam kultur pesantren memungkinkan pemaknaan (atas teks) lebih cair dan bertaut dalam konteks masyarakat tempatnya berpijak.
Model pembacaan teks keagamaan dalam kultur pesantren memungkinkan pemaknaan (atas teks) lebih cair dan bertaut dalam konteks masyarakat tempatnya berpijak.
Makalah Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
ArsipKuliahTarbiyah.Blogspot.Com
by : Haristian Sahroni Putra
At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan secara istilah tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i’rab lafadz sebelumnya secara mutlak.
At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (نَعْتٌ), ‘athfun (عَطْفٌ), taukiidun (تَوْكِيْدٌ), dan badlun (بَدْلٌ).
Na’tu (نَعْتٌ) secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah nu’uutun (نَعُوتٌ), sedangkan sinonimnya adalah shifatun (صفة). Secara istilah na’at atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim sebelumnya. Na’at atau sifat wajib mengikuti mausufnya dalam empat hal, (1) i’rab, (2) mudzakkar dan muannats, (3) ma’rifat dan nakirah, dan (4) mufrad, mutsanna dan jama’.
Secara bahasa athaf berarti condong atau cenderung. Sedangkan secara istilah athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf. Adapun huruf-huruf athaf itu adalah: (1) وَ = dan (2) ف = maka (3) ثم = kemudian (4) أو = atau (5) أم = ataukah (6) حتى = sehingga (7) لكن = tetapi (8) لا = tidak (9) بل= melainkan. Ketika ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih dengan huruf athaf maka i’rabnya mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih. Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il.
Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti. Sedangkan secara istilah badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya). Badal terbagi menjadi empat macam, yaitu badal syai minasysyai atau badal kul minal kul, badal ba’dh minal kul, badal isytimal, dan badal ghalath.
Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan. Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar. Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma’rifatnya. Taukid terbagi kepada dua bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi’il, atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad atau lafazh lain. Sedangkan taukid ma’nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu, diantaranya: النَّفْسُ الْعَيْنُ كُلُّ أَجْمَعُ كِلَا كِلْتَ dan kata-kata yang mengikuti أَجْمَعُ, yaitu اكتمع ابتع ابصع.
Dr. Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Quran; menyoal otentisitas alquranHasaniahmadsaid
kajian Munasabah Alquran dalam rangka menjawab dan menjaga otentisitas Alquran menjadi kajian penting dalam kajian Alquran. Kajian dalam tulisan ini menjawab diskursus bahasan ini.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. Mata diklat ini membahas tentang ancangan
dalam penyusunan naskah Bimluh dengan
Tafsir Terurai dan TafsirTematis sebagai
pembekalan bagi para Penyuluh Agama untuk
melengkapi persiapan dalam melaksanakan
bimbingan dan penyuluhan .
Dikdik Indisav G@rut
3. Setelah mengikuti
pembelajaran mata
diklat ini, diharapkan
peserta mengetahui
beberapa ancangan
yang biasa
digunakan dalam
menyusun tafsir
terurai dan tafsir
tematis dan mampu
mengaplikasikannya
untuk melengkapi
persiapan sebagaian
dari tugas –tugas
pokok dan fungsinya
dalam melaksanakan
bimbingan dan
penyuluhan.
Dikdik Indisav G@rut
4. Peserta mampu :
menjelaskan beberapa corak dalam
ancangan Tafsir dalam tsaqafah islamiyah.
memahami beberapa ancangan dalam
menyusun tafsir terurai dan tafsir tematis
mengaplikasikan teknik penyusunan materi
bimluh dengan pendekatan tafsir
Dikdik Indisav G@rut
5. 1. Al Farmawy, Abdul Hayy.1977. Al Bidayah fi Tafsir Al
Mawdhu’iy. Kairo. Terbitan Al-Hadharah Al-’Arabiyah.
2. Al-Qaththan, Manna Khalil. 1992. Mabaahits fi ‘Uluum
Al-Quraan. Riyadh. Terbitan Mansyurat Al-Asr al-
Hadits.
3. Al Nadwy, Abu Al_Hasan Ali. 1977. Al Syura Bayn Al-
Fiqrah Al-Islamiyyah wa Al- Gharbiyyah. Kairo.
Maktabah Al- Taqaddum.
4. Al Zahabi, Husain. 1963. Al Tafsir wa Al-Muaffsiruun.
Kairo. Dar Al_kitab Al-’Arabiy.
Dikdik Indisav G@rut
6. 5. Ignaz Goldziher. 1985. Mazahib Al-Tafsir
Al-Islamiy. (Terjemah Abdul Mun’im
Najjar).Kairo. Al-Sunnah Al-Muhammadiyyah.
6. Qardhawi, Yusuf. 1998. Al Quran Berbicara
tentang Akal dan IPTEK. Jakarta. Gema Insan
Press.
7. Shihab, Quraish. 1998. Wawasan Al Quran.
Bandung. Mizan
8. Shihab, Quraish. 1998. Membumikan Al
Quran. Bandung. Mizan.
9. Taufiq Hidayat, Rachmat. 1993. Khazanah
Istilah Al Qur’an. Bandung. Mizan.
10. Team Penerjemah Al Quran DEPAG RI.
1990. Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta.
Dikdik_ Indisav172 G@rut
7. 1. Tafsir bi al ma’tsur
2. Tafsir bi al ra’yi
Dick Indisav G@rut
8. Para Sahabat : Ali bin Abi Thalib,Ibnu Abbas,Ubay
bin Ka’ab dan Ibnu Mas’ud
Para Tabi’in : Sa’id bin Jubair, Mujahid bin Jbr di
Makkah berguru kepada Ibnu Abbas, Muhammad
bin Ka’ab,Zaid bin Aslam di Madinah berguru
kepada Ubay bin Ka’ab; Hasan Al Bashri,Amir al
Sya’bi berguru kepada Ibnu Mas’ud di Irak
Dick Indisav G@rut
9. Abdullah Darraaz (1960:111)dalam Al Naba’
al Azhim : “Bagaikan intan yang setiap
sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda,
tidak mustahil jika anda mempersilahkan
orang lain untuk memahami (memandang) Al
Qur’an ,maka orang itu akan melihat lebih
banyak dari apa yang anda lihat (pahami).”
Muhammad Arkoun (1988:182-183) dalam
The Politics of Islamic Revivalisme, Shireen
T.Hunter (Ed.) menuliskan : “ Al Qur’an
memberikan kemungkinan –kemungkinan arti
yang tak terbatas, selalu terbuka untuk
interpretasi baru, tdk pernah pasti dan tertutup
dalam interpretasi tunggal.”
Dick Indisav G@rut
10. 1.Corak Sastra/Bahasa : Zamakhsary al kassaaf,
Baidhawy anwar al tanziil
2. Corak Tata bahasa : Al Waahidy al Basith,
Abu Hayyan Muh.Yusuf Al
Andalusy al Bahrul
Muhith
3. Corak Hukum/Fiqh : Al Qurtuby al Jami’ li ahkami
al Qur’an,
4. Hasan Shidiq Khan Nail al Maraam
Dikdik Indisav G@rut
11. 4. Corak filsafat dan teologi : Abu Muhammad
bin Zakaria Ar Razi Mafaatih
al Ghaib
5. Corak Tashawwuf: Abu Muhammad Sahl bin
Abdullah At Tustury Al Tustury
6. Corak Ilmiah : Fahmi Basya One Millions
Fenomena : a good News for Modern Men
Dikdik Indisav G@rut
13. A.TAFSIR TAHLILI (TAJZI-I):
menyajikan tafsir sesuai urutan ayat
sebagaimana yang tertulis dalam
mushaf,misalnya dari ayat pertama alfatihah
(QS1) sampai ayat terakhir, kemudian beralih ke
ayat pertama surah albaqarah (QS 2) sampai
ayat terakhir dan seterusnya. Bagaikan
menyajikan hidangan prasmanan, menurut
Quraish Shihab.
Dikdik Indisav G@rut
14. TAFSIR TAHLILY /TAJZI’IY:
suatu metode yang Mufassirnya
berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat
Al Qur’an dari berbagai seginya (mufradat,
asbabun nuzul, munasabah ayat ) dengan
memperhatikan runtut ayat sebagaimana
tercantum dalam mushaf.
Dick Indisav G@rut
16. B. TAFSIR MAUDHU’ I (TAUHIDY):
Menyajikan tafsir dengan memilih topik
tertentu,kemudian menghimpun ayat-ayat yang
berkaitan dengan topik tersebut, selanjutnya
menyajikan kandungan pesan-pesan yang berkaitan
dengan topik yang dipilihnya itu dengan tanpa
memperhatikan urutan ayat dan surah sebagaimana
tertulis dlm mushaf. Dalam tafsir maudhu’I ini sang
penafsir ibarat menyajikan sebuah kotak hidangan
yang telah dipilihnya dan disiapkannya untuk siap
disantap,demikian menurut istilah Quraish Shihab.
Dick Indisav G@rut
17. Pemaknaan Metode MAUDHU’I
1. Penafsiran SATU SURAH dlm Al Qur’an, dengan
TEMA SENTRAL (dan tujuan-tujuannya secara umum)
dengan menghubungkan persoalan-persoalan yang
beragam dalam surah tadi (dibahas dengan dikaitkan
kepada TEMA SENTRAL) sehingga SATU SURAH itu dg
berbagai masalahnya merupakan kesatuan yang tak
terpisahkan.
2. Penafsiran SATU TEMA SENTRAL (suatu masalah
yang hendak dibahas),dengan mencari petunjuk dari
BERBAGAI AYAT DAN BERBAGAI SURAH (sedapat mungkin
secara berurutan) sehingga didapatkan petunjuk Al
Qur’an secara utuh (holistik) tentang TEMA (masalah)
yang dibahas.
Dick Indisav G@rut
18. Prof.Dr.Abdul Hay Al Farmawy (1977: 62) dalam
buku Al Bidayah fi Al Tafsir al Mawdhu’i,
Kairo,Terbitan Al Hadharah Al Arabiyah,
menyatakan bahwa langkah-langkah untuk
menerapkan tafsir maudhu’i (tematik) adalah :
1. menetapkan masalah yang akan dibahas
(Topik)
2. menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan
topik tersebut
3. menyusun runtut ayat sesuai dengan masa
turunnya (tanzilnya)disertai dengan asbab
nuzulnya.
Dick Indisav G@rut
19. 4. Memahami korelasi (munasabah) ayat dlm surah
yang telah dihimpun itu
5. Menyusunnya dalam kerangka yang sempurna
6. Melengkapi pembahasan dengan Hadits-hadits
yang relevan
7. Mempelajari kandungan pesan-pesan dari ayat-
ayat tersebut secara keseluruhan (‘aam)
sehingga bertemu dalam satu muara
Dick Indisav G@rut