Presentasion (Powerpoint) BK- Adab membaca Al- Quran
Grd8
Hello.
I'm used another font, that not exist on Microsoft PowerPoint.
So i'm sorry for the text fall apart on that.
I'm glad if you get helped from this ppt.
Thank you!
[and sorry for my bad eng lol]
Sekar H
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
Presentasion (Powerpoint) BK- Adab membaca Al- Quran
Grd8
Hello.
I'm used another font, that not exist on Microsoft PowerPoint.
So i'm sorry for the text fall apart on that.
I'm glad if you get helped from this ppt.
Thank you!
[and sorry for my bad eng lol]
Sekar H
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
Beberapa kata-kata mesra tentang Alquran. Menunjukkan betapa luar biasanya pengaruh Alquran terhadap kehidupan. Ia cahaya, ia petunjuk, ia jawaban semua permasalahan. Tunggu apa lagi? mulai detik ini kita jadikan ia sebagai 'teman' :)
Muhasabah adalah rangkaian amal yang sangat kita perlukan, apakah amal kita telah sesuai dengan ketentuan..? apakah amal kita ada peningkatan...? mari kita ulas amal kita, dan tingkatkan dimasa yang akan datang
POWER POINT INI DIBUAT UNTUK SEBAGAI REFERENSI BAGI YANG MENCARI POWER POINT DENGAN TEMA JUDUL HAJI DAN KURBAN. POWER POINT INI DIKHUSUSKAN BAGI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS 5 SEMESTER 2 KURIKUMUM MERDEKA DAN JUGA BISA DIGUNAKAN UNTUK KALANGAN UMUM. SEMOGA BERMANFAAT
Beberapa kata-kata mesra tentang Alquran. Menunjukkan betapa luar biasanya pengaruh Alquran terhadap kehidupan. Ia cahaya, ia petunjuk, ia jawaban semua permasalahan. Tunggu apa lagi? mulai detik ini kita jadikan ia sebagai 'teman' :)
Muhasabah adalah rangkaian amal yang sangat kita perlukan, apakah amal kita telah sesuai dengan ketentuan..? apakah amal kita ada peningkatan...? mari kita ulas amal kita, dan tingkatkan dimasa yang akan datang
POWER POINT INI DIBUAT UNTUK SEBAGAI REFERENSI BAGI YANG MENCARI POWER POINT DENGAN TEMA JUDUL HAJI DAN KURBAN. POWER POINT INI DIKHUSUSKAN BAGI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS 5 SEMESTER 2 KURIKUMUM MERDEKA DAN JUGA BISA DIGUNAKAN UNTUK KALANGAN UMUM. SEMOGA BERMANFAAT
Tafsir qs al qalam - 68, ayat 44-45 - memahami dan menyikapi fenomena istridraj
1. 1
MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB
AKHLAQ QUR’ANI
MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA
Tafsir QS al-Qalam/68: 44-45
Memahami dan Menyikapi Fenomena Istidrâj
Nash (Teks) Ayat al-Quran
ۖ
ۚ
"Maka serahkanlah (Ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang
mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, Dan
Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh"
(QS al-Qalam/68: 44-45).
Tafsîr al-Mufradât
: Maka serahkanlah kepada-Ku. Kata fadzarnî
terambil dari kata wadzara, yang berarti
memutus. Kemudian berkembang
pengertiannya menjadi (bermakna)
‘meninggalkan’, karena sesuatu yang putus
berarti tertinggal. Kata ini di dalam al-Quran
lazimnya digunakan dalam konteks ancaman
yang secara keseluruhan ditujukan kepada
orang-orang mendustakan firman-firman Allah
(al-Quran), sebagaimana yang juga disebut di
dalam QS al-Muzammil/73: 11 dan al-
Muddatstsir/74: 11. Kalimat fadzarnî
merupakan perintah langsung dari Allah
kepada Rasulullah (Muhammad) shallallâhu
‘alaihi wa sallam agar membiarkan para
penentang dakwahnya, dan menyerahkan
urusan mereka – sepenuhnya -- kepada-Nya
(Allah).
: Kami akan menarik mereka dengan berangsur-
angsur. Kata sanastadrijuhum terambil dari kata
2. 2
daraja, yang makna harfiahnya adalah
“berjalan”. Kalau dinyatakan dengan kalimat:
daraja al-binâ, berarti menjadikan bangunan itu
bertingkat. Sehingga kata ad-darj bermakna
‘tingkat’. Sedang bila dikatakan dengan
tadarraja berarti berpindah dari satu
tingkat/tahap ke tingkat atau tahap lain
(berikut)-nya, untuk mencapai satu tujuan.
Kemudian kata ‘istadraja’, yang semula
bermakna ‘meningkatkan secara berangsung-
angsur’ itu, kemudian populer dalam arti
perlakuan yang secara lahiriah baik, tetapi
bertujuan memberi sanksi terhadap siapa pun
yang melanggar. Hal itu terjadi setahap demi
setahap, sehingga mencapai puncaknya dengan
jatuhnya azab (siksa) dari Allah. Sehingga
dipahami sama artinya dengan kata ‘khadza’a,
yang bermakna ‘memerdaya atau menipu’.
: Dari arah yang tidak mereka ketahui. Maksudnya,
bahwa jatuhnya sanksi itu melalui sebab, gejala
atau situasi dan kondisi yang tampak (secara
lahiriah) baik dan mengisyaratkan ni’mah ()نعمة
– dengan menggunakan huruf ‘ain -- (karunia
atau anugerah), tetapi – pada hakikatnya –
(justeru) membawa niqmah ()نقمة – dengan
menggunakan huruf qaf -- (bencana atau
malapetaka).
: Aku memberi tangguh. Maksudnya Allah sendiri
yang berkehendak untuk menangguhkan
kehendakNya, tanpa melibatkan makhlukNya
sama sekali.
: Rencana-Ku amat tangguh. Maksudnya rencana
Allah sangat akurat, teliti, tidak mungkin keliru
atau gagal. Karena tidak satu pun makhluk
Allah, yang ‘berkemampuan’ untuk
menggagalkan setiap rencana-Nya (Allah).
Al-Îdhâh (Penjelasan)
Di dalam rangkaian ayat di atas, Allah mengingatkan kepada diri
kita (utamanya orang-orang yang beriman), bahwa jika ada di antara kita,
saat ini bergelimang harta dan kemewahan atau meraih tahta dan
menduduki jabatan bergengsi, jangan terburu-buru untuk mengucapkan
alhamdulillâh, sebagai ungkapan syukur, melainkan (hendaknya) ia
bermuhâsabah (berkaca diri dan melakukan introspeksi). Sebab, apabila
semua itu didapat – misalnya -- dari tindakan –korupsi, suap atau cara-cara
3. 3
haram lainnya, semua kemewahan dunia dan jabatan yang nyaman itu
bukanlah ni'mah (nikmat) yang harus disyukuri, melainkan justeru
merupakan niqmah (malapetaka) yang seharusnya diwaspadai. Dalam
terminologi syar'i (Islam) hal ini disebut dengan istidrâj.
Istidrâj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja (Arab: درج ) yang
artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Sementara istidrâj
dari Allah kepada hamba dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit
demi sedikit dan tidak diberikan langsung. Allah biarkan orang ini dan tidak
disegerakan adzabnya. Sebagaimana yang telah ditegaskan Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Uqbah bin
'Āmir radhiyyallâhu ‘anhu,
"Apabila engkau melihat Allah memberi seorang hamba kelimpahan dunia atas
maksiat-maksiatnya, apa yang ia suka, maka ingatlah sesungguhnya hal itu adalah
istidrâj". Kemudian Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam membaca [QS al-
An'âm/6: 44, pen.], "maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan
untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa " (Hadits Riwayat Ahmad, Musnad Ahmad ibn
Hanbal, juz IV, hal 145, no. 17349; Ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabîr, juz
XII, hal. 300, hadits no. 14327, dari ‘Uqbah bin 'Āmir radhiyyallâhu ‘anhu.
Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani di dalam kitab
As-Silsilah ash-Shahîhah, juz I, hal. 412, hadits no. 414; Ibnu Katsir
mengutipnya dalam kitab tafsirnya, Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, juz. III, hal.
256).
Hadits dan ayat di atas menggariskan sunnatullah dalam kehidupan
pendosa (pelaku perbuatan dosa) dan pelaku maksiat. Terkadang Allah
Subhânahu Wa Ta’âlâ membukakan beragam pintu rezeki dan pintu
kesejahteraan hidup serta kemajuan dalam banyak aspek kehidupan seperti
termaktub dalam redaksi ayat di atas, "Kami pun membukakan semua pintu-
pintu kesenangan untuk mereka". Bisa berbentuk kemajuan di bidang ekonomi,
4. 4
pendidikan, teknologi, militer, kesehatan, kebudayaan, stabilitas keamanan
dan lain sebagainya.
Ini (semuanya) merupakan istidrâj (mengulur-ulur) dan imlâ'
(penangguhan) dari Allah bagi mereka, sebagaimana firman Allah tersebut di
atas,
ۖ
ۚ
"Maka serahkanlah (Ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang
mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, Dan
Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh"
(QS al-Qalam/68: 44-45).
Kita (umat Islam) sudah seharusnya bersikap hati-hati da waspada
terhadap hak ini, Sebagaimana sikap Umar ibn al-Khaththab. Karena sangat
berbahayanya istidrâj, sampai-sampai Umar bin al-Khaththab radhiyallâhu
‘anhu pernah berdoa,
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu menjadi mustadraj (orang yang
ditarik dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan)" (Imam asy-Syafi’i, Al-Umm,
juz IV, hal. 157).
Al-‘Ibrah
Pelajaran penting yang dapat diambil dari ayat tersebut antara lain:
Pertama, ketika ada orang yang tidak menegakkan shalat, tidak
menunaikan ibadah puasa Ramadhan, hidup dalam kubangan maksiat,
namun hidupnya makmur, sejahtera dan bergelimang kemewahan, ini --
‘mungkin saja’ -- adalah istidrâj.
Kedua, ketika ada kelompok atau organisasi menghidupi kelompok
dan organisasinya dengan uang haram, tetapi ‘kelihatannya’ tambah maju
dengan semakin bertambah banyaknya anggota dan pendukungnya serta
semakin meluasnya pengaruh dan cabang-cabangnya, ini pun -- ‘mungkin
saja’ -- termasuk istidrâj.
5. 5
Ketiga, ketika seseorang bisa meraih pangkat dan jabatan atau
kemenangan dengan cara-cara yang zhalim dan menghalalkan segala cara,
sesungguhnya hal ini juga – ‘mungkin saja’ -- merupakan istidrâj.
Keempat, demikian pula, kalau ada sebuah ‘sistem kekuasaan’
(baca: pemerintah, pen.) yang ‘kufur’ kepada Allah, menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Allah, melegalkan beragam bentuk maksiat, memerangi
orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, membatasi atau melarang
berbagai aktivitas dakwah, namun secara zhâhir (lahiriah) tampak maju di
dalam beragam aspek kehidupan, hal ini -- ‘mungkin saja’ -- termasuk dalam
kategori istidrâj.
Oleh karena itu, waspadalah terhadap istidrâj, karena ‘ia’ adalah
kenikmatan yang terlihat sangat memesona, tetapi sesungguhnya merupakan
sesuatu yang pada akhirnya akan membinasakan.
Na'ûdzbillâhi min dzâlik.
Yogyakarta, 12 Januari 2015