Sumber-sumber hukum utama dalam mazhab Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) adalah Al-Quran, hadis, ijma', dan qiyas. Al-Quran merupakan sumber pertama karena merupakan wahyu Allah. Hadis menduduki posisi kedua sebagai penjelas Al-Quran. Ijma' adalah kesepakatan ulama setelah rasul wafat, yang dibagi menjadi ijma' bayani dan sukuti. Keempat sumber tersebut
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Empat sumber hukum dalam aswaja www.zakypotensi.blogspot.com
1. BAB I
PEMBAHASAN
A. SUMBER-SUMBER HUKUM DALAM ASWAJA
Di dalam menentukan hukum fiqih, madzhab Ahlussunnah wal
Jama’ah (Aswaja) bersumber kepada empat pokok; Al-Qur’an, Hadits/as-
Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Secara singkat, paparannya sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama dalam
pengambilan hukum. Karena Al-Qur’an adalah perkataan Allah yang
merupakan petunjuk kepada ummat manusia dan diwajibkan untuk
berpegangan kepada Al-Qur’an1
. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah
ayat 2; Al-Maidah Ayat 44-45, 47 :
نَ يَْنقِنْيتَّقمُّت لَْنلِنْي د ىً ىهُّت هِنْي يَْنفِنْي بَ يَْنرَ الَ بَ تَكِنْي الَْن كَ لِنْيذ
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa”. (Al-Baqarah; 2)2
1
Al-Qur’an adalah sumber hukum pertama dalam ahlu sunnah waljamaah
2
Al-Qur’an dan terjemahannya, percetakan Thoha. Jakarta :1990
1
2. وَْن رُّت فِنْيالكَْن مُّتهُّت كَ ئِنْيولَْن أُّتفَ هللُّت ا لَ زَ نَْنأَ م اَ بِنْي مَْن كُّتحَْن يَ مَْن لَ نَْن مَ وَ
“Dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka adalah golongan orang-orang
kafir”.
Tentu dalam hal ini yang bersangkutan dengan aqidah, lalu;
نَ وَْن مُّت ظلّل ال مُّتهُّت كَ ئِنْيولَْن أُّتفَ هللُّت ا لَ زَ نَْنأَ م اَ بِنْي مَْن كُّتحَْن يَ مَْن لَ نَْن مَ وَ
“Dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang
diturunkan Allah maka mereka adalah orang-orang yang
dhalim”3
.
Dalam hal ini urusan yang berkenaan dengan hak-hak sesama manusia
ونَْن قُّتسِنْي الفَْن مُّتهُّت كَ ئِنْيولَْن أُّتفَ هللُّت ا لَ زَ نَْنأَ م اَ بِنْي مَْن كُّتحَْن يَ مَْن لَ نَْن مَ وَ َ
“Dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang
diturunkan Allah maka mereka adalah golongan orang-orang
fasik”.
Dalam hal ini yang berkenaan dengan ibadat dan larangan-
larangan Allah.
2. Al-Hadits/Sunnah
Sumber kedua dalam menentukan hukum ialah sunnah Rasulullah ٍSAW.
3
http://www.google.com/search?sumber-sumber aswaja
2
3. Karena Rasulullah yang berhak menjelaskan dan menafsirkan Al-Qur’an,
maka As-Sunnah menduduki tempat kedua setelah Al-Qur’an. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 44 dan al-Hasyr ayat 7,
sebagai berikut;
نَ وَْن رُّت كَّقفَتَيَ مَْن هُّت لَّقعَ لَوَ مَْن هِنْي يَْنلَاِنْي لَ زِنْي نُّتم اَ سِنْي ن اَّقللِنْي نَ يِنْيبَتُّتلِنْي رَ كَْن ذِنْيال كَ يَْنلَاِنْي ن اَلَْنزَ نَْناَوَ
“Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada
ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
supaya mereka memikirkan”. (An-Nahl : 44)
بِنْي ق اَعِنْي الَْندُّتيَْندِنْيشَ هللَ ا نَّق اِنْي ,هللَ وااَْن قُّتتَّقواَ واَْن هَ تَنَْنف اَ هُّت نَْنعَ مَْن كُّتنهَم اَ وَ هُّتوَْن ذُّتخُّت فَ لُّت وَْن سُّت رَّق ال مُّتكُّتتَءاَ م اَ وَ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka ambillah dia, dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras sikapnya”. (Al-
Hasyr: 7)
Kedua ayat tersebut di atas jelas bahwa Hadits atau Sunnah menduduki
tempat kedua setelah Al-Qur’an dalam menentukan hukum.
3. Al-Ijma’
Yang disebut Ijma’ ialah kesepakatan para Ulama’ atas suatu hukum setelah
3
4. wafatnya Nabi Muhammad SAW4
. Karena pada masa hidupnya Nabi
Muhammad SAW seluruh persoalan hukum kembali kepada Beliau. Setelah
wafatnya Nabi maka hukum dikembalikan kepada para sahabatnya dan
para Mujtahid.
Kemudian ijma’ ada 2 macam :
• Ijma’ Bayani ialah apabila semua Mujtahid mengeluarkan
pendapatnya baik berbentuk perkataan maupun tulisan yang
menunjukan kesepakatannya.
• Ijma’ Sukuti ialah apabila sebagian Mujtahid mengeluarkan
pendapatnya dan sebagian yang lain diam, sedang diamnya
menunjukan setuju, bukan karena takut atau malu.5
Dalam ijma’ sukuti ini Ulama’ masih berselisih faham untuk diikuti, karena
setuju dengan sikap diam tidak dapat dipastikan. Adapun ijma’
bayani telah disepakati suatu hukum, wajib bagi ummat Islam
untuk mengikuti dan menta’ati. Karena para Ulama’ Mujtahid
itu termasuk orang-orang yang lebih mengerti dalam maksud
yang dikandung oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan mereka
itulah yang disebut Ulil Amri Minkum Allah berfirman dalam Al-
Qur’an surat An-Nisa’ ayat : 59.
4
Ijma’ adalah salah satu sumber hukum islam dan salah satu sumber hukum aswaja (ahlu sunnah
wal jama’ah).
5
W.James Popham Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, Yogyakarta, Cet.
IV.1992
4
6. 4. مAl-Qiyas
Qiyas مmenurut مbahasanya مberarti مmengukur, مsecara مetimologi مkata م
itu مberasal مdari مkata مQasa س(م م قاام). مYang مdisebut مQiyas مialah مmenyamakan م
sesuatu مdengan مsesuatu مyang مlain مdalam مhukum مkarena مadanya مsebab مyang م
antara مkeduanya. مRukun مQiyas مada م 4مmacam: مal-ashlu, مal-far’u, مal-hukmu م
dan م as-sabab. م Contoh م penggunaan م qiyas, م misalnya م gandum, م seperti م
disebutkan مdalam مsuatu مhadits مsebagai مyang مpokok (مal-ashlu)-nya, مlalu مal-
far’u-nya مadalah مberas (مtidak مtercantum مdalam مal-Qur’an مdan مal-Hadits), مal-
hukmu, م atau م hukum م gandum م itu م wajib م zakatnya, م as-sabab م atau م alasan م
hukumnya مkarena مmakanan مpokok.
Dengan م demikian, م hasil م gandum م itu م wajib م dikeluarkan م zakatnya, م
sesuai مdengan مhadits مNabi, مdan مbegitupun مdengan مberas, مwajib مdikeluarkan م
zakat. م Meskipun, م dalam م hadits م tidak م dicantumkan م nama م beras. م Tetapi, م
karena مberas مdan مgandum مitu مkedua-duanya مsebagai مmakanan مpokok. مDi م
sinilah مaspek مqiyas مmenjadi مsumber مhukum مdalam مsyareat مIslam. مDalam مAl-
Qur’an مAllah مS.WT. مberfirman :م
رِن صااَرْم يَْألَرْم اَْ ل ىمِنوَْ أُْمي وامَْ رُْم بِنِىتَعرْمَْ فااَرْم
“Ambilah م ibarat م (pelajaran م dari م kejadian م itu) م hai م orang-orang م yang م
mempunyai مpandangan”. (مAl-Hasyr )2م :م
6
7. Syafi’i مmemperkuat مpula مtentang مqiyas مdengan مfirman مAllah مS.W.T مdalam م
Al-Qur’an :م
نَرْم مِن لمَرْم ِىتَقرْمَرْم ماامَرْم لمُْم ثَْمِن ءمٌ زاَرْم جَرْم فَرْم دامًاامِن عَرْم ِىتَمرْمُْم ممَْ كُْمنَْمِن همُْم ىلَرْمِىتَقرْمَرْم نمَْ مَرْم وَرْم ممٌ رُْم حُْم ممَْ ِىتُنْمَْاَرْموَرْم دَرْميَْصَّ واام لَْ ىلُْمِىتُقْمَْ تَرْمالَرْم وامَْ نُْممَرْم ءم اَرْم نمَرْم يَْذِنالَّهااَرْم يُّهأَرْماام ي
مَْ كُْمنَْمِن لمٍ, دَْ عَرْم واَرْم ذَرْم همِن بِن ممُْمكُْمحَْ يَرْم ممِن عَرْم نَّال
“Hai م orang-orang م yang م beriman م janganlah م kamu م membunuh م binatang م
buruan مketika مkamu مsedang مihram, مbarang مsiapa مdiantara مkamu م
membunuhnya مdengan مsengaja, مmaka مdendanya مialah مmengganti م
dengan م binatang م ternak م yang م seimbang م dengan م buruan م yang م
dibunuhnya, مmenurut مputusan مdua مorang مyang مadil مdi مantara م
kamu”. م (Al-Maidah: م 95). م Sebagaimana م madzhab م Ahlussunnah م
wal مJama’ah مlebih مmendahulukan مdalil مAl-Qur’an مdan مAl-Hadits م
dari م pada م akal. م Maka م dari م itu م madzhab م Ahlussunnah م wal م
Jama’ah م mempergunakan م Ijma’ م dan م Qiyas م kalau م tidak م
mendapatkan مdalil مnash مyang مshareh (مjelas) مdari مAl-Qur’an مdan م
As-Sunnah. مSemua mengaku Ahlussunnah. Fenomena ini adalah hal
yang biasa, karena sejak abad ke 1 Hijriyyah, dalam sejarahnya
pernah ramai saling klaim mana yang ahlussunnah mana yang
bukan.Tetapi, fenomena sekarang adalah banyak bermunculan
kelompok Islam yang hanya mengaku Ahlussunnah tetapi tidak di
lengakpi dengan istilah wal jamaah. Kelompok Ahlussunnah,
mengaku dengan berlandaskan alqur’an dan hadits. bahkan, kelompok
ini pada saat-saat tertentu tidak percaya dengan pendapat sahabat nabi
7
8. yang empat (khalifah Rasyidin), karena pendapat khalifah adalah
bukan hadits, jadi tidak wajib diikuti. Tentu, kelompok ini selalu
mengedepankan hadits-hadits yang jelas shahih setidaknya (bukhari
Muslim) hadits yang perawinya di luar dua imam ini, patut di curigai
sebagai hadits dha’if, kurang kuat dan lain-lain, paling mentok ya
hadits hasan, yang juga tidak selengkap sanad dan rawi yang di
riwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim.
Kelompok ini juga berjargon, gerakan kembali ke Alquran. Jika terdapat
keterangan hadits, yang masih butuh penjelasan, dan penjelasan itu biasanya
adalah pendapat para sahabat selanjutnya tabi’in, yang pendapatnya juga
mengundang banyak perbedaan, maka kelompok ini selalu mengajak pada
‘kembalilah pada Alq’uran. Gerakan ini, bukannya tidak bagus dan jelek. tetapi,
kelompok ini lebih banyak menafikan pendapat para sahabat Rasul SAW dalam
menentukan hukum2 yang tidak dijelaskan secara rinci dalam alqur’an dan hadits.
Padahal, mengikuti sahabat Nabi SAW, di jelaskan dalam hadits Bukhari
Muslim, adalah wajib. kelompok ini, memakai pendapat Sahabat, hanya pada
kontek, permasalahn hukum Islam yang sesuai dengan paham mereka sendiri,
bahkan sesuai kepentingannya sendiri. Apalagi, pendapat para tabi’in, dan imam2
besar abad ke 1 dan 2 Hijriyah, nyaris di sepelakan, bahwa pendapat imam2
mujtahid juga bukan hadits, jadi tidak wajib diikuti. kita harus berterima kasih
pada para imam terdahulu, karena merekalah warisan Nabi, yang terus menerus
mengajarkan Alquran dan menjaga hadits-hadits Nabi SAW Jarak antara masa
8
9. Rasul dengan Imam Bukhari Muslim juga tidak kurang dari 1 abad. Tetapi, karena
riwayat haditsnya banyak diriwayatkan oleh imam yang lain, rawinya banyak,
sanadnya kuat, dan di anggap muttasil, sehingga Bukhari Muslim menjadi sangat
dominan dalam periwayatan hadits. Tetapi bukan berarti periwayatan hadits imam
lain, tidak shahih. Tentu, terdapat metodolgi tersendiri dalam memahami hadits,
melalui ilmu hadits dan ilmu lainnya.
Paham ahlussunnah wal jamaah, adalah lebih sempurna. dimana al jamaah,
dapat diartikan sebagai juga paham pengikut sahabat Nabi, tidak hanya sahabat
yang empat, tetapi, pendapat sahabat yang lain. Pengertian sahabt disini, adalah
yang hidup di masa Rasul SAW. genarasi setelah Rasul SAW wafat di namakan
tabi’in, tabi’inattabi’in, atau ulama, selanjutnya sampai sekarang adalah istilahnya
pemuka agama Islam di sebut ulama. Orang mencuri, dalam alquran,
hukumannya adalah di potong tanganya. Tetapi, setelah Nabi SAW wafat, salah
satu sahabat empat (umar RA) membuat pemahaman, keputusan baru yaitu
dengan menghukumi orang mencuri bukan dengan di potong tangannnya lagi
dengan alasan untuk maslahat ummat.
Ini bukan berarti bertentangan dengan alqura’an. Alquran tetaplah benar adanya
dan dijamin benar kebenarannya. Tetapi, yang berubah adalah pemahamannya.
karena turunnya alquran dan hadits juga tidak lepas dari faktor sebab-sebabnya,
sehingga turunlah ayat dan hadits. Dan masih banyak pendapat sahabat Nabi
sebagai bentuk penafsiran, pemahaman terhadap Alqur’an dan hadits. Adalah
contoh dari pengertian al jama’ah di atas. al jama’ah juga berarti paham mengikuti
9
10. pendapat sahabat. Alqur’an, tentu menjadi sumber hukum yang pertama,
selanjutnya hadits. pada generasi selanjutnya setelah kahlifah empat wafat, bahkan
semasa khalifah masih hidup, mulai banyak penafsiran alqur’an, terutama sesuatu
yang tidak tercantum secara rinci dalam alqur’an dan hadits.
Misalnya, merokok tidak ada dalam alqur’an dan hadits, yang ada hanya
keterangan untuk menjauhi yang merugikan diri sendiri berkait dengan kesehatan.
Hukum merokok, mulai dari haram, makruh, dan sebagainya menjadi perbedaan
para imam dalam berpendapat. Tentu, imam-imam dahulu adalah imam yang
terkenal dengan kesalehannya dan memiliki metode ijtihad tersendiri dalam
berpendapat. inilah kemudian, pendapat para imam-imam mujtahid, kemudian
juga diikuti oleh paham alussunnah waljama’ah. Al Jamaah6
, juga bisa diartikan
pendapat para imam empat, madzahibil arba’ah, Imam Syafi’i, Maliki, Hanafi dan
Hambali. Kemudian pada generasi selanjutnya, karena kejayaan Islam banyak
faktor yang mempengaruhinya waktu itu, maka banyak bermunculan para
pengikut banyak imam hingga muncullah aliran2 fanatisme imam.
Semakin jauhnya jarak masa Rasul SAW dengan para Imam dan ulama salaf dan
khalaf, semakin rawan juga dalam menganggap sebuah hadits. hadits dh’aif
adalah hadits yang perawinya diragukan dan sanadnya tidak kuat. Sanadnya kuat
tetapi perawinya tidak kuat, ini juga di ragukan. apalagi sanad dan rawinya tidak
kuat, mendekati dianggap sebagai hadits palsu.
6
Arti dari jama’ah yaitu perkumpulan atau kumpulan suatu majlis
10
11. Demikian juga, pada era abad 1 dan 2, muncullah istilah fiqh, banyak
kalangan menyebutnya dengan ilmu fiqh, ilmu pemahaman terhadap alquran dan
hadits. malah, beberapa kalngan meragukan ilmu fiqh karena adalah pemahaman
yang keluar dari para pendapat imam-imam, sehingga bisa jadi subyektif. Paham
ahlussunnah wal jamaah, tentu mengikuti pendapat para imam-imam yang dijamin
tidak bertentangan dengan alqur’an dan hadits. Persoalaannya, banyak sekte,
aliran yang tersebar di seluruh dunia, adalah mengaku kelompok yang paling
benar, kelompok yang mengkalim dirinyalah yang berpegangan dengan Alqur’an
dan hadits, yang lainnya adalah ahli bid’ah. Istilah “aljamaah” sering di pahami
sebagai sesuatu yang miring seolah-olah al jamaah keluar dari konteks al qur’an
dan hadits. padahal tidak. Al jamaah adalah hanya sebuah jalan (kesepakatan) atau
cara untuk juga memahami alqur’an dan hadits. ang dapat kita pelajari dari
banyaknya fanatisme imam, adalah tidak terjebak pada istilah derajat sebuah
hadits. karena apapun derajat sebuah hadits, kita tidak pernah tahu kebenarnnya.
Yang bisa kita lakukan adalah, meyakininya dan menjalankannya.
BAB II
KESIMPULAN
Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama dalam
pengambilan hukum. Karena Al-Qur’an adalah perkataan Allah yang
11
12. merupakan petunjuk kepada ummat manusia dan diwajibkan untuk
berpegangan kepada Al-Qur’an. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah
ayat 2; Al-Maidah Ayat 44-45, 47 :
نَ يَْنقِنْيتَّقمُّت لَْنلِنْي د ىً ىهُّت هِنْي يَْنفِنْي بَ يَْنرَ الَ بَ تَ كِنْي الَْن كَ لِنْيذ
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa”. (Al-Baqarah; 2).
Paham ahlussunnah wal jamaah, adalah lebih sempurna. dimana al jamaah, dapat
diartikan sebagai juga paham pengikut sahabat Nabi, tidak hanya
sahabat yang empat, tetapi, pendapat sahabat yang lain. Pengertian
sahabt disini, adalah yang hidup di masa Rasul SAW. genarasi setelah
Rasul SAW wafat di namakan tabi’in, tabi’inattabi’in, atau ulama,
selanjutnya sampai sekarang adalah istilahnya pemuka agama Islam di
sebut ulama.
12
13. DAFTAR PUSTAKA
• Aqib, Kharisudin. AL HIKMAH Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah
wa Naqsyabandiyah. Surabaya: Dunia Ilmu, 1998.
• Atjeh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat : Kajian historis tentang
Mistik. Cet. XI, Solo: Ramadani, 1995
• Abu Bakar al-Makky, Kifayat al-Atqiya’ wa Minhaj al-Asfiya’,
Surabaya:Sahabat Ilm,t, th, hal 49-51.
• http://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_Qodiriyah
13