Teks ini membahas pentingnya menjadi diri sendiri tanpa topeng kepalsuan dan menyarankan untuk tampil sebagai diri sejati dengan kejujuran dan kerendahhatian. Sang penulis mengingatkan bahwa berpura-pura menjadi orang luar biasa akan menyebabkan tersiksa karena harus terus berbohong dan menyembunyikan diri sebenarnya.
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
1. 1
Jadilah Diri Sendiri!
Kita yang ‘orang biasa’ ini, cobalah berpenampilan sebagai ‘orang
biasa’. Jangan pernah kita menjadi -- seolah-olah – ‘orang yang luar biasa’,
padahal kita tak memiliki apa-apa seperti ‘mereka’.
Ketika kita berpenampilan bukan sebagai ‘diri kita’ dengan kejujuran
dan kebersahajaan sebagai diri kita yang sesungguhnya, kita akan selalu tersiksa,
karena kita harsus senantias menipu diri kita dan – juga – setiap orang yang kita
jumpai dan menjumpai diri kita.
Ketika ‘kita’ tampilkan diri kita seolah-olah ‘orang yang luar biasa’,
padaha kita adalah orang ‘biasa saja’, maka diri kita tak akan pernah benar-benar
mendapatkan kedamaian, ketenteraman dan kebahagian. Kita akan terus diliputi
perasaan was-was, karena kita selalu akan bersembunyi di balik topeng
kepalsuan diri kita.
Karena diri kita terus dipaksa oleh ‘sesuatu yang kita ciptakan sendiri’
untuk menampilkan diri kita yang penuh dengan kepalsuan, maka diri kita pun
akan selalu terengah-engah untuk tampil dengan segala kebohongan yang
senantiasa memaksa diri kiat untk berpenampilan serba ‘palsu’.
Oleh karenanya, mari kita belajar untuk au dan berani untuk menjadi
diri kita sendiri dan tampil sebagai diri kita ‘sejati’ tanpa topeng-topeng
kepalsuan.
Segeralah kita menyadari kekeliruan diri kita selama ini, agar kita
segera bisa kembali menjadi diri kita sendiri.
Dengan kejujuran dan kebersahajaan, insyâallâh, diri kita akan selalu
diliputi oleh ketenangan, kedamaian dan kebahagian.
Ingat firman Allah, … َانَعَم َهَّلال َنِإ ْنَزْحَت َال … (janganlah kamu berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita). Serangkaian kata indah Nabi Muhammad
s.a.w. yang diucapkan kepada sahabatnya Abu Bakar ash-Shiddiq di Gua Tsur,
ketika Sang Sahabat mengeluh dengan keberadaannya, karena dirinya ‘merasa’
tengah berada dalam ancaman para musuhnya. [QS at-Taubah/9: 40]. Dan juga
firmanNya: “َنِيرِبَاّصال َعَم َهَّلال َنِإ ْاُورِبْصَاو” (… bersabarlah, (karena) sesungguhnya
Allah selalu beserta orang-orang yang bersabar) [QS al-Anfâl/8: 46].
Kenapa ‘kita’ tak pernah percaya diri untuk tampil sebagai diri
kita sendiri?
Mari kita ‘bersabar’ untuk – dengan sikap istiqâmah -- selalu berani
tampil sebagai ‘diri kita sendiri’, dengan sikap percaya diri dan kerendah-hatian,
tanpa kesombongan dan kerendah-dirian.