3. A. Sistem sosial Indonesia
Heterogenitas dan
homogenitas masyarakat dan
konsekuensi sosialnya.
4. Pengertian Kemajemukan Masyarakat
Indonesia
Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk pertama kali
diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands
India: A Study of Plural Economy (1967), untuk
menggambarkan kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri
dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu dalam
satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat
Indonesia ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang
unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal.
5. Faktor yang menyebabkan
kemajemukan masyarakat Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Keadaan geografi
b. Letak Indonesia diantara
Samudra Indonesia, Samudra
Pasifik dan diantara Benua Asia
dan Australia.
c. Iklim Dan struktur Tanah
6. Ciri-ciri Kemaajemukan Masyarakat
1.Segmentasi kedalam
kelompok-kelompok
4. Integrasi
sosial atas
dasar
paksaan.
3. Sering mengalami
konflik.
5. Dominasi suatu
kelompok
terhadap
kelompok lain
2. Kurang
mengembangkan
konsensus.
7. Apa Pengertian Sistem
sosial?
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan
bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan
yang terdiri komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi.
Jadi, sistem sosial Indonesia adalah Terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi , mengadakan Kontak, bergaul
dengan manusia lainnya dalam pola tertentu yang
berdasarkan adat kelakuan Indonesia dengan
sifatnya yang Kongret.
8. a) Pengertian Masyarakat Homogenitas (Pedesaan)
Menurt Koentjaraningrat sutu masyarakat desa menjadi suatu
persekutuan hidup dan kesatuan sosial didasarkan atas dua
macam prinsip:
prinsip hubungan kekerabatan (geneologis)
prinsip hubungan tinggal dekat (teritorial)
Prinsip ini tidak lengkap yang mengikat adanya aktifitas tidak
disertakan yaitu :
tujuan khusus yang ditentukan faktor ekologis
prinsip yang datang dari atas oleh aturan undang-undang
Heterogenitas dan
homogenitas masyarakat
dan konsekuensi
9. Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang
tenang, hal itu terjadi karena sifat keguyuban/ gemeinscharft sehingga oleh orang
kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah.
Masyarakat pedesaan mempunyai penilain yang tinggi terhadap mereka
yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi masyarakat pedesaan
bukan masyarakat yang senang diam tanpa aktivitas. Pada umumnya masyarakat
desa sudah bekerja dengan keras tetapi para ahli lebih memberikan perangsang
yang dapat menarik aktivitas masyarakat pedesaan, dan menjaga agar cara dan
irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan mengisi waktu-
waktu kosong bekerja karena keadaan musim/ iklim di indonesia)
Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau paham
yang menyebabkan ketegangan sosial, yaitu :
Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah sehari-hari/
rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dsb.
Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep
kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-
guna/ black magic.
Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif bila
wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila berhenti pada
sifat iri.
10. Menurut Paul H. Landis desa adalah dengan ciri-
ciri :
Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal
antara ribuan jiwa
Ada pertalian perasaan yang sama tentang
kesukaan terhadap kebiasaan
Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris, yang
dipengaruhi oleh iklim, keadaan alam, kekayaan
alam, sedang pekerjaan yang bukan agraris adalah
bersifat sampingan.
11. CIRI – CIRI MASYARAKAT PEDESAAN
Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya
mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar
batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok
dengan dasar kekeluargaan
4. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata
pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya
3. Sebagian besar warga masyarakat
pedesaan hidup dari pertanian
12. Dampak positif:
Masih terjaga nya etika dan moral
masyarakat warga.
Kehidupan yang lebih damai karna
kecilnya tindakan kerimnal mereka
hidup dengan sederhana.
Dampak negatif:
Cari berfikir masih primitif karna
mereka kurang nya wawasan
ilmu, dan juga masih percaya
dengan hal-hal mistis.
Jauh dari informasi kemajuan
zaman, karna kurang nya sarana dan
prasarana.
Dampak Positif dan negatif Masyarakat Homogenitas
13. b ). Pengertian dan Ciri-ciri Masyarakat Heterogenitas (Perkotaan)
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota
lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda
dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota
yaitu :
kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan
di desa
orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di
kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan
kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan
, menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor
kepentingan daripada factor pribadi.
pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-
batas yang nyata
kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak
diperoleh warga kota dari pada warga desa
interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa
factor pribadi
pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan individu
perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
14. Dampak positif:
Masyarakat lebih maju
dalam teknologi karna
masyarakat akan selalu
mengetahui adan mengikuti
perkembangan zaman
moderen.
Cara berfikir yang lebih
terbuka karena banyak nya
informasi yang didapatkan.
Dampak negatif:
Rusaknya etika dan moral
masyarakat karna melihat dan
meniru perilaku yang tidak sesuai
dengan lingkungan mereka.
Banyak terjadi tindakan
kriminal terjadi karna masyarakat
perkotaan memiliki biaya hidup
yang tinggi.
Hilang nya adat istiadat yang
dimiliki setiap daerah karna
masyarakt lupa akan kebudayaan
ssendiri, dengan kebudayaan
negara lain.
Hilangnya rasa sosilaisi antar
masyarakat.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
MASYARAKAT PERKOTAAN
15. Lingkungan Umum dan
Orientasi Terhadap Alam,
Pekerjaan atau Mata Pencaharian
Ukuran Komunitas,
Kepadatan Penduduk
Homogenitas dan Heterogenitas
Diferensiasi Sosial
Pelapisan Sosial
Perbedaan masyarakat Homogenitas
dan heterogenitas
17. a. Teori Sistem Sosial
Kejadian-
Genesis
Differensiasi Chaos System
18. Teori Sistem Menurut
Para Ahli
Niklas Luhman
• “Krisis Teori” dalam sosiology diatasi Luhmann melalui teori sistem
autopoiesis (“menghasilkan dirinya sendiri”).
• Luhmann mengatakan bahwa masyarakat bukanlah hasil interaksi sosial
antar individu, juga bukan teks, juga tidak ditopang oleh sebuah konsensus
tertentu, melainkan sistem sistem sosial yang secara terus menerus
menciptakan dirinya (self-creation) melalui komunikasi dengan lingkungan.
• Menganggap bhw fenomena masyarakat kontemporer (memusatkan diri pada
gejala sosial tertentu misal: globalisasi, krisis
kepercayaan, ketidakpastian, dsb.) harus menjadi undangan bagi sosiologi
utk merumuskan sebuah teori yg bersifat universal, teori dpt menjelaskan
seluruh kompleksitas yg ada dimasyarakat
• Teori tersebut dibangun dgn memanfaatkan perkembangan terbaru dari
disiplin ilmu lain, terutama model sibernetik dan biologi sbg teori organisme
• Masyarakat hendaknya dijelaskan melalui bantuan ilmu ilmu lain itu tidak lagi
dilihat secara ontologis atau esensialis (pengamat berada diluar masyarakat
yg diobservasi)
19. Teori Sistem Talcott Parsons:
Tatanan sosial bukanlah sebuah tatanan koersif
dan juga bukan produk transaksi para aktor
strategis yg egosentris, melainkan merupakan hasil
konsensus nilai nilai yang melibatkan 3 komponen
sekaligus, yakni masyarakat, kebudayaan dan
kepribadian
teori sistem struktural-fungsional, berpandangan
bahwa masyarakat terdiri atas bagian bagian (e.g.
polisi, rumah sakit, sekolah dll) dimana tiap tiap
bagian tersebut memiliki fungsi nya masing masing.
Masyarakat sbg sebuah keseluruhan (whole) yg
terdiri atas bagian-bagian (parts)
20. b. Teori Struktural
Fungsional
Pengertian
Fungsionalisme struktural sering menggunakan
konsep sistem ketika membahas struktur atau lembaga
sosial. Selama beberapa darsawarsa, fungsionalisme
struktural telah berkuasa sebagai suatu paradigma atau atau
model teoritis yang dominan didalam sosiologi Amerika
kontemporer.
Pemikiran struktural fungsional sangat dipengaruhi oleh
pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai
organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling
ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil
atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan
hidup
21. a. Teori Emile Durkheim
Menurut Emile Durkheim tentang Fungsional
Struktural ialah bila mana suatu Sistem
mengalamai Fluktuasi yang keras misalnya saja
ekonomi, maka hal itu akan berimbas pada
seluruh sistem yang ada, misalnya saja Politik
dan Sosial pun mengalami perubahan.
Menurut Emile Durkheim tentang Fungsional
Struktural ialah bila mana suatu Sistem
mengalamai Fluktuasi yang keras misalnya saja
ekonomi, maka hal itu akan berimbas pada
seluruh sistem yang ada, misalnya saja Politik
dan Sosial pun mengalami perubahan.
22. b. Teori fungsional struktural Talcot Parsons
Suatu pendekatan yang menganggap bahwa masyarakat pada dasarnya terintegrasi diatas dasar
kesepakatan para anggotanya terhadap nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Pendekatan structural
fungsional yang dikembangkan oleh Talcot Parsons dapat dikaji sebagai berikut :
1. Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem
2. Hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagian-bagian tersebut adalah beersifat ganda dan
timbal balik
3. Sistem sosial cenderung bergerak kea rah equilibrium yang bersifat dinamis
4. Disfungsi, ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi akan teratasi
melalui penyesuaian-penyesuaian dan institusionalisasi.
5. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada umumnya terjadi secara gradual
6. Perubahan sosial yang terjadi melalui : penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial
terhadap perubahan yang dating dari luar (extra systemic change), pertumbuhan melalui proses
diferensiasi structural dan fungsional dan penemuan-penemuan baru oleh anggota-anggota
masyarakat.
7. Daya pengintegrasi suatu sistem sosial adalah konsensus diantara para anggota masyarakat
mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
Pendekatan fungsionalisme struktural terlalu menekankan anggapan-anggapam dasarnya pada
peranan unsur-unsur normatif dari tingkah laku, khususnya pada proses-proses dengan hasrat-hasrat
perseorangan diatur secara normatif untuk menjamin terjadinya stabilitas sosial.
23. Masalah Stratifikasi
Fungsional Struktural
Masalah fungsionalnya
ialah menempatkan setiap
individu pada posisi yang
tepat. Penempatan sosial
dalam masyarakat menjadi
masalah karena posisi
tertentu akan terlihat lebih
menyenangkan. Posisi
tertentu lebih penting untuk
menjaga keberlangsungan
masyarakat. Setiap posisi
memiliki kualifikasi dan
bakat yang berbeda.
Jadi, dari penjelasan tersebut, kesimpulan
tentang teori ini adalah;
Fungsionalisme struktural adalah
sebuah sudut pandang luas dalam ilmu
sosiologi dan antropologi yang
berupaya menafsirkan masyarakat
sebagai sebuah struktur dengan
bagian-bagian yang saling
berhubungan.
Fungsionalisme menafsirkan
masyarakat secara keseluruhan dalam
fungsi dari elemen-elemen
konstituennya; terutama
norma, adat, tradisi, dan institusi.
25. Pengertian……..!!!!
! Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui
proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik
yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.Teori ini
didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas
dalam masyarakat.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang
wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Dalam sosiologi, kita mengenal adanya teori konflik yang berupaya memahami konflik dari
sudut pandang ilmu sosial. Teori konflik adalah sebuah teori yang memandang bahwa
perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa
perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi
yang berbeda dengan kondisi semula. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori
struktural fungsional yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat.
26. a. Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser
Selama lebih dari dua puluh tahun Lewis A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan
tertumpu kepada struktur sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa model
tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial. Berbeda dengan beberapa ahli
sosiologi yang menegaskan eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori fungsionalis
dan teori konflik), coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan
kedua pendekatan tersebut.
Katub penyelamat adalah mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mencegah
kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katub penyelamat merupakan institusi
pengungkapan rasa tidak puas atas sistem atau struktur sosial. Coser membagi konflik
menjadi dua yaitu konflik realistis dan konflik non-realistis. Konflik realistis adalah
konflik yang disebabkan tuntutan khusus yang dilakukan oleh partisipan terhadap objek
yang dianggap mengecewakan. Contoh: demonstarsi menuntut agar dilakukan
penurunan harga BBM. Konflik non-realistis adalah konflik yang bukan berasal dari
tujuan khusus, melainkan untuk meredakan ketegangan salah satu pihak. Contoh: santet
pada masyarakat tradisional dan pengkambinghitaman kelompok lain yang dilakukan
oleh masyarakat modern.
Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacuhkan analisis konflik
sosial, mereka melihatnya konflik sebagai penyakit bagi kelompok sosial. Coser
memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif
yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Coser
mengembangkan perspektif konflik karya ahli sosiologi Jerman George Simmel.
27. b. Teori Konflik George Simmel
Simmel memandang pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin
dihindari dalam masyarakat. Struktur sosial dilihatnya sebagai gejala
yang mencakup pelbagai proses asosiatif dan disosiatif yang tidak
mungkin terpisah- pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisis.
Menurut Simmel konflik tunduk pada perubahan. Coser
mengembangkan proposisi dan memperluas konsep Simmel tersebut
dalam menggambarkan kondisi- kondisi di mana konflik secara positif
membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan
memperlemah kerangka masyarakat.
George Simmel berangkat dari asumsinya yang bersifat realis dan
interaksionalis. Bagi simmel ketika individu menjalani proses
sosialisasi mereka pada dasarnya pasti mengalami konflik. Ketika
terjadinya sosialisasi terdapat dua hal yang mungkin terjadi
yaitu, sosialisasi yang menciptakan asosiasi ( individu berkumpul
sebagai kesatuan kelompok) dan disosiasi (individu saling bermusuhan
dalam satu kelompok). Simmel menyatakan bahwa unsur-unsur yang
sesungguhnya dari disosiasi adalah sebab-sebab konflik.
Simmel berargumen ketika konflik menjadi bagian dari interaksi
sosial, maka konflik menciptakan batas-batas antara kelompok dengan
memperkuat kesadaran internal . Permusuhan timbal balik tersebut
mengakibatkan terbentuk stratifikasi dan divisi-divisi sosial, yang pada
akhirnya akan menyelamatkan dan memelihara sistem sosial.
28. c. Teori Konflik Karl Mark
Teori konflik yang terkenal adalah teori yang disampaikan oleh
Karl Mark, bagi Mark konflik adalah sesuatu yang perlu karena
merupakan sebab terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang
terkenal adalah teori konflik kelas dimana dalam masyarakat
terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas
pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi
kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan
kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada
ahirnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk
bangkit melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu
revolusi sosial.
Teori konflik yang terkenal adalah teori yang disampaikan
oleh Karl Mark, bagi Mark konflik adalah sesuatu yang perlu karena
merupakan sebab terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang
terkenal adalah teori konflik kelas dimana dalam masyarakat
terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas
pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi
kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan
kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada
ahirnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk
bangkit melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu
revolusi sosial.
29. d. Teori Max Weber
konflik timbul dari stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Setiap stratifikasi adalah posisi yang pantas
diperjuangkan oleh manusia dan kelompoknya
.Weber berpendapat bahwa relasi-relasi yang timbul
adalah usaha-usaha untuk memperoleh posisi tinggi
dalam masyarakat. Weber menekankan arti penting
power (kekuasaan) dalam setiap tipe hubungan
sosial. Power (kekuasaan) merupakan generator
dinamika sosial yang mana individu dan kelompok
dimobilisasi atau memobilisasi. Pada saat
bersamaan power (kekuasaan) menjadi sumber dari
konflik, dan dalam kebanyakan kasus terjadi
kombinasi kepentingan dari setiap struktur sosial
sehingga menciptakan dinamika konflik.
30. Inti Pemikiran
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan
pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih
kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan
melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.
Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang
mengalami konflik dengan kelompok lain. Misalnya, pengesahan pemisahan gereja kaum tradisional (yang
memepertahankan praktik- praktik ajaran katolik pra- Konsili Vatican II) dan gereja Anglo- Katolik
(yang berpisah dengan gereja Episcopal mengenai masalah pentahbisan wanita). Perang yang terjadi
bertahun- tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat identitas kelompok Negara Arab dan
Israel.
Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang tanpa
itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin menajam. Katup
Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk
mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katup penyelamat merupakan sebuah
institusi pengungkapan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau struktur.
konflik pada dasarnya adalah sesuatu yang bukan saja tidak dapat dihindari tapi juga dibutuhkan oleh
masyarakat, karena konflik mempertegas identitas-identitas dalam kelompok dan membentuk dasar
stratifikasi sosial. Walaupun teori konflik klasik pada dasarnya sudak tidak dapat digunakan untuk
menganalisis fenomena konflik kontemporer, karena teori ini diciptakan pada konteks kesejarahan yang
berbeda dan perubahan struktur serta dinamika masyarakat telah diluar imajinasi para ilmuwan konflik
klasik. Namun antara teori klasik dan teori kontemporer pada dasarnya sepakat bahwa konflik
memainkan peran sentral dalam kehidupan karena mampu menjadi agen perubahan dan menjadi motor
yang memobilisasi tindakan sosial.
32. a. Tipe-tipe masyarakat dalam
konteks solidaritas
Solidaritas berasal dari kata solidarity yang berarti kesetiakawan atau
kekompakan. Sedangkan solid artinya kokoh dan kuat. Solidaritas
menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau
kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan
yang dianut bersama serta diperkuat oleh pengalaman emosional
bersama (Johnson, 1988:181).
Koentjaraningrat (1990:164), menyatakan bahwa solidaritas adalah suatu
bentuk kerjasama pada masyarakat yang meliputi aktivitas gotong
royong, tolong menolong dan musyawarah. Selain rasa kepatuhan yang
didasarkan kepada perasaan moral, masyarakat juga mengenal
seperangkat nilai yang intinya memupuk rasa solidaritas atau disebut
nilai yang mempersatukan (assosiatif) yang mempunyai butir-butir positif
yaitu persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan dan kegotong-royongan.
Fungsi dari solidaritas mencerminkan rasa tanggungjawab secara bersama
antara kelompok dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya wujud
solidaritas kelompok tersebut dapat dilihat dalam berbagai bentuk
peristiwa pada saat acara perkawinan, kematian dan peristiwa lain yang
membutuhkan kerjasama saling tolong menolong dalam setiap etnik
dalam satu lingkungan masyarakat.
33. Durkheim membagi solidaritas
menjadi dua macam, yaitu
a. Solidaritas Mekanikal
solidaritas yang muncul pada
masyarakat yang masih
sederhana dan diikat oleh
kesadaran kolektif serta belum
mengenal adanya pembagian
kerja diantara para anggota
kelompok (Masyarakat
Pedesaan).
Ciri solidaritas ini Merujuk kepada
ikatan sosial yang dibangun atas
kesamaan, kepercayaan dan adat
34. b. Solidaritas Organik
Merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas
kesamaan, kepercayaan dan adat bersama. Disebut
mekanik, karena orang yang hidup dalam unit keluarga suku
atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi
semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok lain.
Ciri dari solidaritas ini Merujuk kepada ikatan sosial yang
dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat bersama.
Disebut mekanik, karena orang yang hidup dalam unit
keluarga suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga
memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada
kelompok lain.
35. Perbedaan Solidaritas Mekanik
dan Solidaritas Organik
Solidaritas mekanik
Relatif berdiri sendiri (tidak
bergantung pada orang
lain) dalam keefisienan
kerja.
Terjadi di Masyarakat
Sederhana.
Ciri dari Masyarakat
Tradisional (Pedesaan)
Kerja tidak terorganisir
Beban lebih berat
Tidak bergantung dengan
orang lain
Solidaritas Organik
Saling Keterkaitan dan
mempengaruhi dalam
keefisienan kerja.
Dilangsungkan oleh
Masyarakat yang
kompleks.
Ciri dari Masyarakat
Modern (Perkotaan).
Kerja terorganisir dengan
baik.
Beban ringan.
Banyak saling
bergantungan dengan
yang lain.
36. Ancaman Terhadap Solidaritas
Peralihan dari solidaritas mekanik ke yang organik
tidak selalu merupakan proses yang lancer dan
penuh keseimbangan tanpa keteganga-
ketegangan.
Karena ikatan sosial primordial yang lama dalam
bidang agama, kekerabatan, dan komunitas
dirusak oleh meningkatnya pembagian
kerja, mungkin ada ikatan-ikatan sosial lainnya
yang tidak berhasil menggantikannya.
Akibatnya masyarakat menjadi terpecah di mana
individu terputus ikatan-ikatan sosialnya, dan di
mana kelompok-kelompok yang menjadi
perantara individu dengan masyarakat luas
tidak berkembang dengan baik.
38. a. Ciri-ciri Masyarakat majemukan
Indonesia
Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Indonesia yang pluralistis
diantaranya adalah keadaan geografis, letak Indonesia diantara Samudera
Pasifik dan Samudera Indonesia dan perbedaan iklim dan struktur tanah.
Piere L Van de Berghe menyebutkan sifat-sifat dasar dari masyarakat
majemuk, sebagai berikut :
1. Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam lembaga yang bersifat non
komplementer.
3. Kurang mengwmbangkan consensus.
4. Sering terjadi konflik-konflik.
5. Integrasi sosial tumbuh karena paksaan (coercion).
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.
Van de Berghe menganggap masyarakat majemuk tidak dapat
digolongkan kedalam salah satu jenis masyarakat menurut model analisis
39. b. Faktor yang
mengintegrasikan masyarakat
Integrasi adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat dan erat antara bagian-
bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat sehingga
menjadi penyatuan hubungan yang diangap harmonis
Faktor-faktor yang mendukung integrasi sosial di Indonesia:
a. adanya penggunaan bahasa Indonesia
b. adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam satu bangsa, satu bahasa, dan satu
tanah air
c. adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila
d. adanya jiwa dan semangat gotong royong yang kuat serta rasa solidaritas dan
toleransi keagamaan yang tinggi
e. adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang lama diderita oleh
seluruh bangsa di Indonesia
Integrasi Masyarakat Indonesia Yang Majemuk Masyarakat Indonesia yang terdiri
dari beragam suku bangsa, agama dan kebudayaan telah mengindikasikan bahwa
masyarakat Indonesia bersifat majemuk. Perbedaaan-perbedaan yang ada merupakan
kekayaan nasional yang semakin memperkaya kebudayaan Indonesia. Disamping itu
strukur masyaraat Indonesia yang plural juga menimbulkan persoalan tentang
bagaimana masyarakat Indonesia dapat terintegrasi secara nasional.