SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH STRUKTUR DAN KELAINAN PADA ENAMEL
BLOK 5: STRUKTUR SISTEM STOMATOGNASI
2017/2018
Pembimbing : Dr.drg. Didin Erma Indahyani M.Kes.
Oleh:
Kelompok 5A
Audia F Santoso ( 171610101062 )
Ananda Zaky ( 171610101063 )
Dhea Ayu Dewanti ( 171610101066 )
Vanny Septian ( 171610101069 )
Ferdiana Agustin ( 171610101071 )
Deri Abdul Aziz ( 171610101072 )
Shyntia Gabriel P. ( 171610101073 )
Safira Annisa Yasmin P. ( 171610101074 )
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, tentang Struktur dan
Kelainan Pada Enamel. Makalah ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi
kelompok 5A.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr.drg. Didin Erma Indahyani M.Kes. selaku pembimbing dalam menyelesaikan
makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan-
perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 29 Juli 2018
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................................2
BAB I. Pendahuluan..................................................................................................................3
A. Latar belakang..........................................................................................................3
BAB II. Pembahasan..................................................................................................................5
A. Definisi.....................................................................................................................4
B. Komposisi Enamel...................................................................................................6
C. Struktur Enamel.......................................................................................................8
D. Kelainan Enamel....................................................................................................13
BAB III. Penutup......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.............................................................................................................16
Daftar Pustaka .........................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta
jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan
dalam tubuh, sehingga kuman dapat masuk dan berkembang biak (Nursal, Indriani
dan Dewantini, 2012).
Enamel merupakan lapisan terluar gigi, yang menutupi seluruh mahkota gigi
dan merupakan bagian tubuh yang paling keras dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut
ameloblast. Meskipun sangat keras enamel sangat rentan terhadap asam yang dapat
berasal dari makanan atau dari hasil fermentasi makanan oleh bakteri yang ada pada
rongga mulut yang akan mempercepat kerusakan enamel gigi.
Warna dari enamel adalah putih dan bersifat translusen sehingga warna dentin
yang kuning sedikit terlihat, sehingga gigi pada umumnya tampilannya terlihat
kuning.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari enamel?
2. Bagaimana komposisi dari enamel?
3. Bagaimana struktur dari enamel?
4. Apa saja kelainan dari enamel?
C. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memahami dan mengkaji definisi dari enamel.
2. Memahami dan mengkaji komposisi dari enamel.
3. Memahami dan mengkaji struktur dari enamel.
4. Memahami dan mengkaji kelainan pada enamel.
D. Manfaat
Menambah wawasan tentang struktur dan kelainan pada enamel bagi para
pembaca.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Enamel adalah jaringan ikat yang mengalami mineralisasi. Enamel berasal dari
jaringan ektoderm, susunannya istimewa yaitu penuh dengan garam-garam Ca.
Enamel membentuk lapisan pelindung dari seluruh permukaan mahkota gigi. Pada
cusp gigi molar dan gigi premolar manusia, enamel mencapai ketebalan maksimum
sekitar 2 hingga 2,5 mm, dan menipis di leher gigi (gambar 1). Enamel ditemukan
lebih tebal di permukaan lingual molar rahang atas dan di buccal permukaan molar
mandibula. Karena ini mendukung cusp, peningkatan ketebalan di daerah-daerah ini
sebagai adaptasi terhadap tuntutan fungsional. (Itjiningisih, 2013)
Gambar 1
Sumber : Orban’s Oral Histology and Embryology
Email dihasilkan oleh ameloblas, yang dalam sehari membentuk email berupa
segmen 4-8 µm yang disebut segmen batang. Segmen batang yang berurutan saling
melekat membentuk batang (prisma) email berbentuk lubang kunci, yang meluas
5
keseluruh ketebalan email, mulai dari batas dentin-email sampai ke permukaan email.
Dalam batang email, orientasi kristal kalsium hidroksiapatit bervariasi. Hal ini
menyebabkan subdivisi batang email menjadi kepala silindris yang melekat pada ekor
(email antar-batang) berbentuk segi empat padat. Email adalah bahan nonvital; karena
ameloblas mati sebelum gigi bererupsi ke rongga mulut, tubuh tidak dapat
memperbaiki email bila rusak. (Gartner & Hiatt, 2007)
Selama pembentukannya, email dibentuk bertahap, berupa segmen harian;
karena itu, kualitas email yang terbentuk beragam tergantung kesehatan ibu selama
masa pranatal dan kesehatan anak sesudah lahir. Dengan demikian, batang email
menunjukkan status metabolik seseorang selama masa pembentukan email, yang hasil
akhirnya dapat berupa segmen batang berurutan yang mengalami hipokalsifikasi,
diikuti oleh email yang normal derajat kalsifikasinya. Urutan derajat kalsifikasi yang
berselang-seling ini terlihat secara histologi dan disebut striae Retzius, yang analog
dengan lingkaran pertumbuhan pada batang pohon. (Gartner & Hiatt, 2007)
Gambar 2
Sumber : Gartner Hiatts Color Textbook of Histology
6
Permukaan bebas gigi yang baru bererupsi dilapisi oleh bahan serupa lamina
basal, yaitu kutikula email primer, yang dibentuk oleh ameloblas. Kutikula ini segera
terlepas saat gigi muncul di rongga mulut. (Gartner & Hiatt, 2007)
Enamel tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-bagian
yang rusak, oleh karena itu, begitu gigi erupsi, akan terlepas dari jaringan lainnya
yang ada di dalam gusi atau rahang. Akan tetapi, ada hal-hal lain yang dapat
memperkuat enamel yaitu begitu gigi erupsi, lalu terjadi perubahan susunan kimia
sehingga enamel akan lebih kuat menghadapi rangsangan yang diterimanya. Jadi, jika
enamel rusak, harus ditambal karena tidak mempunyai kemampuan untuk
menggantikan bagian-bagian yang rusak. (Kumar, 2011)
Enamel merupakan bagian tubuh yang paling keras karena kandungan garam
mineral yang tinggi dan struktur kristalin mereka. Fungsi enamel adalah membentuk
penutup yang tahan terhadap gigi, sehingga cocok untuk mastikasi. Struktur dan
kekerasan enamel membuatnya rapuh yang sangat jelas ketika email kehilangan
fondasi kekuatan dentin. Struktur mikro kompleks dari enamel menyebabkan variasi
besar dalam sifat mekanik. Ini secara khusus ditegaskan ketika membandingkan sifat
mekanik permukaan oklusal, dengan yang dekat dengan dentinoenamel junction.
Massa jenis enamel adalah 2,8. Kepadatan semakin menurun dari permukaan ke
daerah yang lebih dalam dan dari cuspal ke daerah insisal. Enamel dapat menerima
tekanan yang besar kira-kira 100.000 psi. (Kumar, 2011)
Warna dari enamel putih kekuningan hingga putih keabu-abuan. Warna ini
ditentukan oleh perbedaan dalam translucency dari enamel gigi, gigi kekuning-
kuningan memiliki enamel yang tipis dan tembus cahaya yang menyebabkan warna
kuning dentin terlihat dan gigi keabu-abuan memiliki lebih banyak enamel.
Translucency disebabkan oleh variasi dalam derajat kalsifikasi dan homogenitas
enamel. Gigi keabu-abuan sering menunjukkan warna yang sedikit kekuningan pada
daerah servikal gigi, ini disebabkan karena ketebalan enamel semakin tipis dan dentin
yang berwarna kuning terlihat. (Kumar, 2011)
B. Komposisi Enamel
Enamel utamanya terdiri dari bahan anorganik (96%) dan hanya sejumlah
kecil zat organik dan air (4%). Bahan organik terdiri dari lipid dan beberapa protein
7
unik, ditemukan secara eksklusif dalam enamel. Protein yang ditemukan pada enamel
ada dua kelompok utama yaitu amelogenins dan nonamelogenins.(Kumar, 2011)
Amelogenins, adalah kelompok heterogen protein dengan berat molekul
rendah, terhitung sekitar 90% dari protein enamel. Mereka hidrofobik dan kaya akan
prolin, histidin, glutamin dan leusin. Nonamelogenins membentuk sekitar 10% protein
matriks enamel. Enamelin, ameloblastin dan tuftelin adalah protein penting dari
kelompok ini. Nonamelogenins adalah protein dengan berat molekul tinggi dan kaya
akan glisin, asam aspartat dan serin.(Kumar, 2011)
Bahan anorganik dari enamel adalah hidroksiapatit (Ca10 (PO4)6(OH4)2). Kristal
hidroksiapatit berbentuk heksagonal dalam penampang melintang. Bentuk kristal
tunggal diamati oleh SEM resolusi tinggi untuk menjadi batang dengan dasar segi
enam equilateral. Kristal disusun untuk membentuk batang enamel atau prisma
enamel. Kristal hidroksiapatit memiliki pusat inti atau sumbu C ion hidroksil di
sekitar ion kalsium dan fosfor yang disusun dalam bentuk segitiga (gambar 3). Selama
pembentukan, magnesium dapat menggantikan kalsium dan karbonat dapat
menggantikan ion hidroksil. Kedua substitusi ini dapat mendestabilisasi kisi karena
ketidakcocokan ion-ion ini dalam struktur kisi. Konsentrasi ion-ion ini meningkat dari
permukaan enamel menuju dentin sedangkan konsentrasi fluoride menurun dari
permukaan menuju dentin. Dengan demikian, inti dari kristal lebih kaya di Mg dan
karbonat dan ini menyumbang kelarutan dalam asam lebih besar daripada bagian
perifer. (Kumar, 2011)
8
Gambar 3
Sumber : Orban’s Oral Histology and Embryology
C. Struktur Enamel
1.) Enamel Rods
Secara struktural enamel terdiri atas jutaan enamel rod atau prisma yang
merupakan struktur komponen terluas. Struktur ini berubah-ubah jumlahnya dari kira-
kira 5 juta pada insisivus mandibula sampai sekitar 12 juta pada molar maksila.
Prisma ini memanjang dari arah perbatasan enamel dan dentin ke permukaan enamel,
serta saling mengikat satu sama lain. Pada potongan melintang tampak seperti keyhole
yang terdiri atas kepala dan ekor. Arah prisma ke permukaan tidak lurus melainkan
bergelombang. Pada bagian kepala prisma terdapat “prism sheath” yang di dalamnya
terdapat kristal hidroksiapatit. Sumbu kristal sejajar dengan arah prisma di dasar
prisma dan tampak memanjang di ujung prisma. Di antara kristal terdapat celah berisi
matriks yang sukar diamati sebab terdiri dari zat berupa “gel” yang tidak berstuktur.
Bentuk “gel” tersebut memungkinkan matriks mengikat kristal. Di antara kristal juga
terdapat “cross striations” dan di bagian lebih luar terdapat “striae of retzius” yang
arahnya dari perbatasan enamel-dentin ke permukaan bersudut tajam.(Kumar, 2011)
Dari dentinoenamel junction, enamel rods berjalan berliku ke luar ke
permukaan gigi. Peningkatan luas enamel di permukaan dibandingkan dengan daerah
mereka di DE junction bukan karena peningkatan jumlah prisma tetapi dijelaskan atas
dasar peningkatan diameter prisma dekat permukaan gigi dan orientasi prisma dari
prisma ke arah permukaan.(Kumar, 2011)
9
Gambar 4
Sumber : Orban’s Oral Histology and Embryology
2.) Garis retzius
Garis yang terbentuk dari hasil deposisi yang berulang pada enamel. Seperti
mineralisasi matriks enamel, garis retzius mengikuti bentuk deposisi matriks dan
mempercepat pertumbuhan garis enamel.(Kumar, 2011)
Gambar 5
Sumber: Respository USU
10
3.) Garis Hunter-Schreger
Garis Hunter-Schreger merupakan fenomena optis yang dihasilkan dari
perubahan arah antarkelompok prisma. Garis ini terlihat jelas pada potongan
longitudinal yang dilihat dari cahaya yang direfleksikan dan ditemukan di dalam
dua pertiga enamel. Garis-garis ini memiliki tampilan gelap dan terang yang dapat
dibalikkan dengan mengubah arah pencahayaan.(Kumar, 2011)
Gambar 6
Sumber : Orban’s Oral Histology and Embryology
4.) Enamel Kutikula
Membran halus yang disebut membran Nasmyth, atau kutikula enamel utama
menutupi seluruh mahkota gigi yang baru saja erupsi tetapi akan hilang saat
pengunyahan. Studi mikroskopis elektron telah mengindikasikan hal itu membran
ini adalah lamina basal khas yang ditemukan di bawah sebagian besar epitel. Hal
ini terlihat dengan mikroskop cahaya karena arahnya yang bergelombang. Lamina
basal ini disekresikan oleh ameloblas ketika pembentukan enamel telah lengkap.
Fungsi kutikula enamel adalah untuk melindungi permukaan enamel dari aktivitas
resorptif dari jaringan vaskular yang berdekatan sebelum erupsi gigi. Juga telah
diketahui bahwa area serviks dari email dilapisi oleh afibrillar sementum,
dilanjutkan oleh sementum dan mungkin asal mesodermal. Kutikula ini rupanya
disekresikan setelah epitel organ enamel menarik dari daerah serviks selama
perkembangan gigi.(Kumar, 2011)
11
Akhirnya, enamel yang telah dierupsi biasanya ditutupi oleh pelikel, yang
merupakan endapan protein saliva. Pembaruan pellikel ini dalam beberapa jam
setelah permukaan enamel dibersihkan secara mekanis. Dalam satu atau dua hari
pellikel terbentuk, ia menjadi terjajah oleh mikroorganisme untuk membentuk
bakteri plak.(Kumar, 2011)
5.) Enamel Lamellae
Lamellae enamel adalah struktur tipis seperti daun yang membentang dari
permukaan enamel menuju dentinoenamel junction. Mereka dapat meluas ke
dentin, dan kadang-kadang menembus ke dalam dentin. Mereka terdiri dari bahan
organik, dengan sedikit kandungan mineral.(Kumar, 2011)
Lamellae memanjang dalam arah longitudinal dan radial gigi, dari ujung
mahkota ke daerah serviks. Pengaturan ini menjelaskan mengapa mereka bisa
diamati lebih baik di bagian horizontal. Telah diketahui bahwa lamel enamel dapat
menjadi tempat kelemahan pada gigi dan dapat membentuk jalan masuk untuk
bakteri yang memulai karies. Belakangan diketahui bahwa enamel retakan atau
lamellae menunjukkan serapan pewarna yang menunjukkan bahwa ini struktur
dapat bertindak sebagai jalur untuk kuman yang menghasilkan bakteri.(Kumar,
2011)
6.) Enamel Tuft
Enamel tuft muncul di dentinoenamel junction dan mencapai enamel ke
sekitar seperlima hingga sepertiga dari ketebalan enamel. Mereka disebut
demikian karena mereka menyerupai jumbai rumput jika dilihat di bagian tanah.
Seberkas enamel tidak muncul dari satu area kecil tetapi merupakan struktur yang
sempit, seperti pita, ujung bagian dalamnya muncul di dentin. Kesan seberkas
rumput tercipta dengan memeriksa struktur seperti itu di bagian tebal di bawah
perbesaran rendah. Enamel Tufts terdiri dari batang enamel hypocalcified dan zat
interprismatik. Seperti lamellae, mereka meluas ke arahnya dari poros panjang
mahkota. Oleh karena itu mereka terlihat melimpah dalam bagian horisontal, dan
jarang di longitudinal.(Kumar, 2011)
12
Gambar 6
Sumber : Orbans Oral Histology
7.) Enamel Spindle
Kadang-kadang proses odontoblas melewati dentinoenamel junction kemudian
ke email. Karena banyak yang menebal di ujungnya, mereka telah disebut spindel
enamel. Mereka berasal dari proses odontoblas yang diperluas ke dalam epitel
enamel sebelum zat keras terbentuk. Arah proses odontoblast dan spindel di email
sesuai dengan arah asli dari ameloblas pada sudut kanan ke permukaan dentin.
Sejak batang enamel terbentuk pada sudut ke sumbu ameloblas, arah spindle dan
batang berbeda. Di bagian kandungan organik dari spindel hancur dan digantikan
oleh udara, dan ruang-ruang tampak gelap dalam cahaya yang
13
ditransmisikan.(Kumar, 2011)
Gambar 7
Sumber : Orbans Oral Histology
Gambar 8
Sumber : www.memorangapp.com
D. Kelainan Enamel
1.) Amelogenesis Imperfekta
Amelogenesis imperfecta (AI) adalah kumpulan beragam penyakit yang
diturunkan yang menunjukkan cacat enamel gigi kuantitatif atau kualitatif dengan
tidak adanya manifestasi sistemik. Juga dikenal dengan nama-nama yang
bervariasi seperti Hereditary enamel dysplasia, Hereditary brown enamel, dan
Hereditary brown opalescent teeth. Cacat ini sepenuhnya ectodermal, karena
komponen mesodermal gigi pada dasarnya normal. Ciri AI dapat ditularkan oleh
14
autosomal dominan, autosomal resesif, atau mode pewarisan X-linked. Gen yang
terlibat dalam bentuk autosomal adalah gen yang mengkode protein matriks
enamel, yaitu: enamelin dan ameloblastin, tuftelin, MMP-20 dan kallikrein - 4.
(Mayur, 2009)
amelogenesis imperfekta dapat dibagi atas tiga tipe besar yaitu: tipe hipoplasia
enamel, tipe hipokalsifikasi enamel dan tipe hipomaturasi enamel. Perbedaan
hipoplasia enamel dan hipomaturasi enamel dapat dilihat secara klinis dan
radiografis. Secara klinis hipoplasia enamel menunjukkan ketebalan enamel
secara nyata berkurang sedangkan pada hipomaturasi enamel, ketebalan enamel
dalam bentuk dan ukuran masih normal pada hipoplasia enamel tidak terlihat
adanya kontak proksimal gigi sedangkan pada hipomaturasi enamel terlihat
kontak proksimal gigi tetapi secara radiografis enamelnya kelihatan lebih
radiolusen daripada enamel gigi normal Hal ini disebabkan pada hipomaturasi
enamel masih belum sempurna proses pematangannya sehingga enamel kelihatan
lunak dan mudah abrasi. (Winter dan Brook, 1969)
Prevalensi bervariasi dari 1: 700 hingga 1: 14.000, menurut populasi yang
diteliti. Enamel mengalami hipoplastik, hypomineralised atau keduanya dan gigi
yang terkena dapat berubah warna, sensitif atau rentan terhadap
disintegrasi.(Peter, 2007)
Gambar 9
Sumber : ojrd.biomedcentral.com
15
2.) Enamel Hipoplasia
Hipoplasia enamel adalah kerusakan permukaan mahkota gigi yang
disebabkan oleh gangguan sekresi matriks enamel. Cacat enamel bisa bawaan atau
tidak. Dalam kasus-kasus bencana massal, atau ketika tubuh benar-benar hangus,
membusuk dan dimutilasi tanpa dapat dikenali, fitur gigi unik dapat membantu
mengidentifikasi korban. (Tanuj, 2015)
Hipoplasia enamel adalah defek dalam pembentukan matriks enamel,
menyebabkan cacat permukaan email dan penyimpangan. Pembentukan enamel
yang cacat dapat disebabkan oleh faktor sistemik atau lokal. Gambaran klinis dari
hipoplasia email dapat berupa lekukan enamel yang tipis atau lubang di
permukaan email. Kondisi gigi primer atau permanen sangat mengganggu fungsi
gigi, sensitivitas gigi dan estetika yang buruk. Untuk dokter gigi anak, tujuan
jangka panjang dari perawatan adalah untuk mempertahankan jumlah maksimum
jaringan gigi yang keras sampai pasien mencapai usia di mana teknik restorasi
lanjutan dapat digunakan untuk merehabilitasi gigi. Namun, dalam jangka pendek,
seringkali diperlukan intervensi untuk meredakan gejala pasien, sensitivitas, untuk
memperbaiki estetik, dan untuk mencegah hilangnya dimensi vertikal. (Ike, 2000)
Gambar 10
Sumber : http://rema31qisthi.blogspot.com
16
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Enamel adalah lapisan terluar gigi yang menyelimuti seluruh mahkota gigi dan
dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Enamel ini merupakan bagian tubuh
yang paling keras tetapi rapuh karena kandungan garam mineral yang tinggi dan
struktur kristalin mereka. Warna dari enamel putih kekuningan hingga putih keabu-
abuan. Enamel utamanya terdiri dari bahan anorganik (96%) yang berupa
hidroksiapatit dan hanya sejumlah kecil zat organik dan air (4%). Enamel tersusun
dari enamel rods, garis retzius, enamel lamellae, enamel kutikula, enamel tuft, enamel
spindle, dan Garis Hunter-Schreger. Enamel dapat mengalami kelainan, kelainan
tersebut ada amelogenesis imperfekta dan hipoplasia enamel.
17
DAFTAR PUSTAKA
Gartner, J.P dan Hiatt, J.L. 2007. Color Text Book Histology. Philadelphia:
Elsevier Saunders
Ike Siti. 2000. Penatalaksaan Gigi Hipoplasia Email. 132-136
Itjingningsih. 2012. Anatomi Gigi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Kumar, G.S. 2011. Orban’s Oral Histology & Embryology. Thirteenth Edition 2
Mayur, dkk. 2009. Amelogenesis imperfecta: Report of a case and review of literature
Peter, dkk. 2007. Orphanet Journal of Rare Diseases
Tanuj, dkk. 2015. Enamel hypoplasia and its role in identification of individuals

More Related Content

What's hot

Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Vina Widya Putri
 
Proses Tumbuh Kembang Gigi
Proses Tumbuh Kembang GigiProses Tumbuh Kembang Gigi
Proses Tumbuh Kembang Gigi
PSPDG-UNUD
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..
asih gahayu
 
KARIES
KARIESKARIES
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
asih gahayu
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
asih gahayu
 
5. anatomi gigi premolar 1 & 2 atas
5. anatomi gigi premolar 1 & 2 atas5. anatomi gigi premolar 1 & 2 atas
5. anatomi gigi premolar 1 & 2 atas
hasril hasanuddin
 
Dental asistant ii
Dental asistant iiDental asistant ii
Dental asistant ii
wahyuni majid
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
07051994
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psa
Chusna Wardani
 
Histologi Gigi
Histologi Gigi Histologi Gigi
Histologi Gigi PSPDG-UNUD
 
prinsip preparasi
prinsip preparasiprinsip preparasi
prinsip preparasi
Mira Khairunnisa
 
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre KlinikAlat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
wahyuni majid
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Vina Widya Putri
 
Karies gigi presentation
Karies gigi presentationKaries gigi presentation
Karies gigi presentation
Sinta Gitaning
 
Dk 2 sk 9 ikgk
Dk 2 sk 9 ikgkDk 2 sk 9 ikgk
Dk 2 sk 9 ikgk
Rossy Basman
 
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
devita nuryco
 
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faalSistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Budionno Abdulloh
 

What's hot (20)

Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
 
Proses Tumbuh Kembang Gigi
Proses Tumbuh Kembang GigiProses Tumbuh Kembang Gigi
Proses Tumbuh Kembang Gigi
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..
 
KARIES
KARIESKARIES
KARIES
 
Tugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtpTugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtp
 
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
 
5. anatomi gigi premolar 1 & 2 atas
5. anatomi gigi premolar 1 & 2 atas5. anatomi gigi premolar 1 & 2 atas
5. anatomi gigi premolar 1 & 2 atas
 
Dental asistant ii
Dental asistant iiDental asistant ii
Dental asistant ii
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psa
 
Histologi Gigi
Histologi Gigi Histologi Gigi
Histologi Gigi
 
prinsip preparasi
prinsip preparasiprinsip preparasi
prinsip preparasi
 
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre KlinikAlat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
Pulp capping fix
Pulp capping fixPulp capping fix
Pulp capping fix
 
Karies gigi presentation
Karies gigi presentationKaries gigi presentation
Karies gigi presentation
 
Dk 2 sk 9 ikgk
Dk 2 sk 9 ikgkDk 2 sk 9 ikgk
Dk 2 sk 9 ikgk
 
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
 
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faalSistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
 

Similar to Struktur dan kelainan enamel

struktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigistruktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigi
Ferdiana Agustin
 
struktur histologis gigi
struktur histologis gigistruktur histologis gigi
struktur histologis gigi
wayan sugiritama
 
Enamel Dentin Pulpa
Enamel Dentin PulpaEnamel Dentin Pulpa
Enamel Dentin Pulpa
PSPDG-UNUD
 
Struktur jaringan gigi
Struktur jaringan gigiStruktur jaringan gigi
Struktur jaringan gigiDede Krhezna
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Ferdiana Agustin
 
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigiKerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Pebrian Prestya
 
Makalah Karies Gigi
Makalah Karies GigiMakalah Karies Gigi
Makalah Karies Gigi
Yusuf Saktian
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2RSIGM
 
Nurwanti membersikan mult dan gigi
Nurwanti membersikan mult dan gigiNurwanti membersikan mult dan gigi
Nurwanti membersikan mult dan gigi
Operator Warnet Vast Raha
 
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Yasirecin Yasir
 
divya pprithu athu ethu kalaka puvathu yaaru pedo.pptx
divya pprithu athu ethu  kalaka puvathu yaaru pedo.pptxdivya pprithu athu ethu  kalaka puvathu yaaru pedo.pptx
divya pprithu athu ethu kalaka puvathu yaaru pedo.pptx
AlaghenVespanathan
 
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
RSIGM
 
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan GigiLaporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan GigiAlninda Hutami
 
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppty PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
NisaNafiahOktaviani
 
Kista dentigerous
Kista dentigerousKista dentigerous
Kista dentigerous
Gowri Krishnarao
 
Rema 7 j
Rema 7 jRema 7 j
Rema 7 j
rema rema
 
Anatomi periodonsium normal
Anatomi periodonsium normalAnatomi periodonsium normal
Anatomi periodonsium normal
MellaniCindera
 
Restorasi gigi sulung
Restorasi gigi sulungRestorasi gigi sulung
Restorasi gigi sulung
LuluAmandaUtami
 
KARIES.pptx
KARIES.pptxKARIES.pptx
KARIES.pptx
nurhikmah438356
 

Similar to Struktur dan kelainan enamel (20)

struktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigistruktur gigi dan karies gigi
struktur gigi dan karies gigi
 
struktur histologis gigi
struktur histologis gigistruktur histologis gigi
struktur histologis gigi
 
Enamel Dentin Pulpa
Enamel Dentin PulpaEnamel Dentin Pulpa
Enamel Dentin Pulpa
 
Struktur jaringan gigi
Struktur jaringan gigiStruktur jaringan gigi
Struktur jaringan gigi
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
 
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigiKerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
Kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi
 
Makalah Karies Gigi
Makalah Karies GigiMakalah Karies Gigi
Makalah Karies Gigi
 
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
Laporan lbm 1 blok 19 sgd 2
 
Nurwanti membersikan mult dan gigi
Nurwanti membersikan mult dan gigiNurwanti membersikan mult dan gigi
Nurwanti membersikan mult dan gigi
 
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...Skripsi aal  analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
Skripsi aal analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertam...
 
divya pprithu athu ethu kalaka puvathu yaaru pedo.pptx
divya pprithu athu ethu  kalaka puvathu yaaru pedo.pptxdivya pprithu athu ethu  kalaka puvathu yaaru pedo.pptx
divya pprithu athu ethu kalaka puvathu yaaru pedo.pptx
 
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
 
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan GigiLaporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
 
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppty PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
y PPT pertumbuhan-dan-perkembangan-gigi-geligi.ppt
 
Kista dentigerous
Kista dentigerousKista dentigerous
Kista dentigerous
 
inlay
inlayinlay
inlay
 
Rema 7 j
Rema 7 jRema 7 j
Rema 7 j
 
Anatomi periodonsium normal
Anatomi periodonsium normalAnatomi periodonsium normal
Anatomi periodonsium normal
 
Restorasi gigi sulung
Restorasi gigi sulungRestorasi gigi sulung
Restorasi gigi sulung
 
KARIES.pptx
KARIES.pptxKARIES.pptx
KARIES.pptx
 

More from Ferdiana Agustin

Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi DentomaskilofasialSkenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Ferdiana Agustin
 
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan PeriodontalDefinisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Ferdiana Agustin
 
Makalah Gingiva
Makalah GingivaMakalah Gingiva
Makalah Gingiva
Ferdiana Agustin
 
Makalah torus mandibula
Makalah torus mandibulaMakalah torus mandibula
Makalah torus mandibula
Ferdiana Agustin
 
Struktur kelenjar limfe
Struktur kelenjar limfeStruktur kelenjar limfe
Struktur kelenjar limfe
Ferdiana Agustin
 
Anatomi gigi permanen premolar
Anatomi gigi permanen premolarAnatomi gigi permanen premolar
Anatomi gigi permanen premolar
Ferdiana Agustin
 
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Ferdiana Agustin
 
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Ferdiana Agustin
 
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuhFungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Ferdiana Agustin
 
Laporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascularLaporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascular
Ferdiana Agustin
 
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaanLaporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Ferdiana Agustin
 
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Ferdiana Agustin
 
Mikroskop cahaya
Mikroskop cahayaMikroskop cahaya
Mikroskop cahaya
Ferdiana Agustin
 
Proses pencernaan pada usus besar
Proses pencernaan pada usus besarProses pencernaan pada usus besar
Proses pencernaan pada usus besar
Ferdiana Agustin
 
Pencernaan di usus besar
Pencernaan di usus besarPencernaan di usus besar
Pencernaan di usus besar
Ferdiana Agustin
 
Utang Piutang
Utang PiutangUtang Piutang
Utang Piutang
Ferdiana Agustin
 
Berbakti pada orang Tua
Berbakti pada orang TuaBerbakti pada orang Tua
Berbakti pada orang Tua
Ferdiana Agustin
 
Laporan Kimia Koloid
Laporan Kimia KoloidLaporan Kimia Koloid
Laporan Kimia Koloid
Ferdiana Agustin
 
Sistem Koloid
Sistem KoloidSistem Koloid
Sistem Koloid
Ferdiana Agustin
 
Jaringan Pengangkut Tumbuhan
Jaringan Pengangkut TumbuhanJaringan Pengangkut Tumbuhan
Jaringan Pengangkut Tumbuhan
Ferdiana Agustin
 

More from Ferdiana Agustin (20)

Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi DentomaskilofasialSkenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
 
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan PeriodontalDefinisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
 
Makalah Gingiva
Makalah GingivaMakalah Gingiva
Makalah Gingiva
 
Makalah torus mandibula
Makalah torus mandibulaMakalah torus mandibula
Makalah torus mandibula
 
Struktur kelenjar limfe
Struktur kelenjar limfeStruktur kelenjar limfe
Struktur kelenjar limfe
 
Anatomi gigi permanen premolar
Anatomi gigi permanen premolarAnatomi gigi permanen premolar
Anatomi gigi permanen premolar
 
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
 
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
 
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuhFungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
 
Laporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascularLaporan tutorial sistem cardiovascular
Laporan tutorial sistem cardiovascular
 
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaanLaporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
 
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
Gangguan sistem pernapasan manusia (asma)
 
Mikroskop cahaya
Mikroskop cahayaMikroskop cahaya
Mikroskop cahaya
 
Proses pencernaan pada usus besar
Proses pencernaan pada usus besarProses pencernaan pada usus besar
Proses pencernaan pada usus besar
 
Pencernaan di usus besar
Pencernaan di usus besarPencernaan di usus besar
Pencernaan di usus besar
 
Utang Piutang
Utang PiutangUtang Piutang
Utang Piutang
 
Berbakti pada orang Tua
Berbakti pada orang TuaBerbakti pada orang Tua
Berbakti pada orang Tua
 
Laporan Kimia Koloid
Laporan Kimia KoloidLaporan Kimia Koloid
Laporan Kimia Koloid
 
Sistem Koloid
Sistem KoloidSistem Koloid
Sistem Koloid
 
Jaringan Pengangkut Tumbuhan
Jaringan Pengangkut TumbuhanJaringan Pengangkut Tumbuhan
Jaringan Pengangkut Tumbuhan
 

Recently uploaded

Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
opkcibungbulang
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
Kanaidi ken
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 

Recently uploaded (20)

Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 

Struktur dan kelainan enamel

  • 1. MAKALAH STRUKTUR DAN KELAINAN PADA ENAMEL BLOK 5: STRUKTUR SISTEM STOMATOGNASI 2017/2018 Pembimbing : Dr.drg. Didin Erma Indahyani M.Kes. Oleh: Kelompok 5A Audia F Santoso ( 171610101062 ) Ananda Zaky ( 171610101063 ) Dhea Ayu Dewanti ( 171610101066 ) Vanny Septian ( 171610101069 ) Ferdiana Agustin ( 171610101071 ) Deri Abdul Aziz ( 171610101072 ) Shyntia Gabriel P. ( 171610101073 ) Safira Annisa Yasmin P. ( 171610101074 ) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2018
  • 2. 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, tentang Struktur dan Kelainan Pada Enamel. Makalah ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi kelompok 5A. Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Dr.drg. Didin Erma Indahyani M.Kes. selaku pembimbing dalam menyelesaikan makalah ini. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan- perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Jember, 29 Juli 2018 Tim Penyusun
  • 3. 2 DAFTAR ISI Kata Pengantar...........................................................................................................................1 Daftar Isi....................................................................................................................................2 BAB I. Pendahuluan..................................................................................................................3 A. Latar belakang..........................................................................................................3 BAB II. Pembahasan..................................................................................................................5 A. Definisi.....................................................................................................................4 B. Komposisi Enamel...................................................................................................6 C. Struktur Enamel.......................................................................................................8 D. Kelainan Enamel....................................................................................................13 BAB III. Penutup......................................................................................................................16 A. Kesimpulan.............................................................................................................16 Daftar Pustaka .........................................................................................................................17
  • 4. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam tubuh, sehingga kuman dapat masuk dan berkembang biak (Nursal, Indriani dan Dewantini, 2012). Enamel merupakan lapisan terluar gigi, yang menutupi seluruh mahkota gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Meskipun sangat keras enamel sangat rentan terhadap asam yang dapat berasal dari makanan atau dari hasil fermentasi makanan oleh bakteri yang ada pada rongga mulut yang akan mempercepat kerusakan enamel gigi. Warna dari enamel adalah putih dan bersifat translusen sehingga warna dentin yang kuning sedikit terlihat, sehingga gigi pada umumnya tampilannya terlihat kuning. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari enamel? 2. Bagaimana komposisi dari enamel? 3. Bagaimana struktur dari enamel? 4. Apa saja kelainan dari enamel? C. Tujuan Penyusunan makalah ini bertujuan untuk : 1. Memahami dan mengkaji definisi dari enamel. 2. Memahami dan mengkaji komposisi dari enamel. 3. Memahami dan mengkaji struktur dari enamel. 4. Memahami dan mengkaji kelainan pada enamel. D. Manfaat Menambah wawasan tentang struktur dan kelainan pada enamel bagi para pembaca.
  • 5. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Enamel adalah jaringan ikat yang mengalami mineralisasi. Enamel berasal dari jaringan ektoderm, susunannya istimewa yaitu penuh dengan garam-garam Ca. Enamel membentuk lapisan pelindung dari seluruh permukaan mahkota gigi. Pada cusp gigi molar dan gigi premolar manusia, enamel mencapai ketebalan maksimum sekitar 2 hingga 2,5 mm, dan menipis di leher gigi (gambar 1). Enamel ditemukan lebih tebal di permukaan lingual molar rahang atas dan di buccal permukaan molar mandibula. Karena ini mendukung cusp, peningkatan ketebalan di daerah-daerah ini sebagai adaptasi terhadap tuntutan fungsional. (Itjiningisih, 2013) Gambar 1 Sumber : Orban’s Oral Histology and Embryology Email dihasilkan oleh ameloblas, yang dalam sehari membentuk email berupa segmen 4-8 µm yang disebut segmen batang. Segmen batang yang berurutan saling melekat membentuk batang (prisma) email berbentuk lubang kunci, yang meluas
  • 6. 5 keseluruh ketebalan email, mulai dari batas dentin-email sampai ke permukaan email. Dalam batang email, orientasi kristal kalsium hidroksiapatit bervariasi. Hal ini menyebabkan subdivisi batang email menjadi kepala silindris yang melekat pada ekor (email antar-batang) berbentuk segi empat padat. Email adalah bahan nonvital; karena ameloblas mati sebelum gigi bererupsi ke rongga mulut, tubuh tidak dapat memperbaiki email bila rusak. (Gartner & Hiatt, 2007) Selama pembentukannya, email dibentuk bertahap, berupa segmen harian; karena itu, kualitas email yang terbentuk beragam tergantung kesehatan ibu selama masa pranatal dan kesehatan anak sesudah lahir. Dengan demikian, batang email menunjukkan status metabolik seseorang selama masa pembentukan email, yang hasil akhirnya dapat berupa segmen batang berurutan yang mengalami hipokalsifikasi, diikuti oleh email yang normal derajat kalsifikasinya. Urutan derajat kalsifikasi yang berselang-seling ini terlihat secara histologi dan disebut striae Retzius, yang analog dengan lingkaran pertumbuhan pada batang pohon. (Gartner & Hiatt, 2007) Gambar 2 Sumber : Gartner Hiatts Color Textbook of Histology
  • 7. 6 Permukaan bebas gigi yang baru bererupsi dilapisi oleh bahan serupa lamina basal, yaitu kutikula email primer, yang dibentuk oleh ameloblas. Kutikula ini segera terlepas saat gigi muncul di rongga mulut. (Gartner & Hiatt, 2007) Enamel tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-bagian yang rusak, oleh karena itu, begitu gigi erupsi, akan terlepas dari jaringan lainnya yang ada di dalam gusi atau rahang. Akan tetapi, ada hal-hal lain yang dapat memperkuat enamel yaitu begitu gigi erupsi, lalu terjadi perubahan susunan kimia sehingga enamel akan lebih kuat menghadapi rangsangan yang diterimanya. Jadi, jika enamel rusak, harus ditambal karena tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-bagian yang rusak. (Kumar, 2011) Enamel merupakan bagian tubuh yang paling keras karena kandungan garam mineral yang tinggi dan struktur kristalin mereka. Fungsi enamel adalah membentuk penutup yang tahan terhadap gigi, sehingga cocok untuk mastikasi. Struktur dan kekerasan enamel membuatnya rapuh yang sangat jelas ketika email kehilangan fondasi kekuatan dentin. Struktur mikro kompleks dari enamel menyebabkan variasi besar dalam sifat mekanik. Ini secara khusus ditegaskan ketika membandingkan sifat mekanik permukaan oklusal, dengan yang dekat dengan dentinoenamel junction. Massa jenis enamel adalah 2,8. Kepadatan semakin menurun dari permukaan ke daerah yang lebih dalam dan dari cuspal ke daerah insisal. Enamel dapat menerima tekanan yang besar kira-kira 100.000 psi. (Kumar, 2011) Warna dari enamel putih kekuningan hingga putih keabu-abuan. Warna ini ditentukan oleh perbedaan dalam translucency dari enamel gigi, gigi kekuning- kuningan memiliki enamel yang tipis dan tembus cahaya yang menyebabkan warna kuning dentin terlihat dan gigi keabu-abuan memiliki lebih banyak enamel. Translucency disebabkan oleh variasi dalam derajat kalsifikasi dan homogenitas enamel. Gigi keabu-abuan sering menunjukkan warna yang sedikit kekuningan pada daerah servikal gigi, ini disebabkan karena ketebalan enamel semakin tipis dan dentin yang berwarna kuning terlihat. (Kumar, 2011) B. Komposisi Enamel Enamel utamanya terdiri dari bahan anorganik (96%) dan hanya sejumlah kecil zat organik dan air (4%). Bahan organik terdiri dari lipid dan beberapa protein
  • 8. 7 unik, ditemukan secara eksklusif dalam enamel. Protein yang ditemukan pada enamel ada dua kelompok utama yaitu amelogenins dan nonamelogenins.(Kumar, 2011) Amelogenins, adalah kelompok heterogen protein dengan berat molekul rendah, terhitung sekitar 90% dari protein enamel. Mereka hidrofobik dan kaya akan prolin, histidin, glutamin dan leusin. Nonamelogenins membentuk sekitar 10% protein matriks enamel. Enamelin, ameloblastin dan tuftelin adalah protein penting dari kelompok ini. Nonamelogenins adalah protein dengan berat molekul tinggi dan kaya akan glisin, asam aspartat dan serin.(Kumar, 2011) Bahan anorganik dari enamel adalah hidroksiapatit (Ca10 (PO4)6(OH4)2). Kristal hidroksiapatit berbentuk heksagonal dalam penampang melintang. Bentuk kristal tunggal diamati oleh SEM resolusi tinggi untuk menjadi batang dengan dasar segi enam equilateral. Kristal disusun untuk membentuk batang enamel atau prisma enamel. Kristal hidroksiapatit memiliki pusat inti atau sumbu C ion hidroksil di sekitar ion kalsium dan fosfor yang disusun dalam bentuk segitiga (gambar 3). Selama pembentukan, magnesium dapat menggantikan kalsium dan karbonat dapat menggantikan ion hidroksil. Kedua substitusi ini dapat mendestabilisasi kisi karena ketidakcocokan ion-ion ini dalam struktur kisi. Konsentrasi ion-ion ini meningkat dari permukaan enamel menuju dentin sedangkan konsentrasi fluoride menurun dari permukaan menuju dentin. Dengan demikian, inti dari kristal lebih kaya di Mg dan karbonat dan ini menyumbang kelarutan dalam asam lebih besar daripada bagian perifer. (Kumar, 2011)
  • 9. 8 Gambar 3 Sumber : Orban’s Oral Histology and Embryology C. Struktur Enamel 1.) Enamel Rods Secara struktural enamel terdiri atas jutaan enamel rod atau prisma yang merupakan struktur komponen terluas. Struktur ini berubah-ubah jumlahnya dari kira- kira 5 juta pada insisivus mandibula sampai sekitar 12 juta pada molar maksila. Prisma ini memanjang dari arah perbatasan enamel dan dentin ke permukaan enamel, serta saling mengikat satu sama lain. Pada potongan melintang tampak seperti keyhole yang terdiri atas kepala dan ekor. Arah prisma ke permukaan tidak lurus melainkan bergelombang. Pada bagian kepala prisma terdapat “prism sheath” yang di dalamnya terdapat kristal hidroksiapatit. Sumbu kristal sejajar dengan arah prisma di dasar prisma dan tampak memanjang di ujung prisma. Di antara kristal terdapat celah berisi matriks yang sukar diamati sebab terdiri dari zat berupa “gel” yang tidak berstuktur. Bentuk “gel” tersebut memungkinkan matriks mengikat kristal. Di antara kristal juga terdapat “cross striations” dan di bagian lebih luar terdapat “striae of retzius” yang arahnya dari perbatasan enamel-dentin ke permukaan bersudut tajam.(Kumar, 2011) Dari dentinoenamel junction, enamel rods berjalan berliku ke luar ke permukaan gigi. Peningkatan luas enamel di permukaan dibandingkan dengan daerah mereka di DE junction bukan karena peningkatan jumlah prisma tetapi dijelaskan atas dasar peningkatan diameter prisma dekat permukaan gigi dan orientasi prisma dari prisma ke arah permukaan.(Kumar, 2011)
  • 10. 9 Gambar 4 Sumber : Orban’s Oral Histology and Embryology 2.) Garis retzius Garis yang terbentuk dari hasil deposisi yang berulang pada enamel. Seperti mineralisasi matriks enamel, garis retzius mengikuti bentuk deposisi matriks dan mempercepat pertumbuhan garis enamel.(Kumar, 2011) Gambar 5 Sumber: Respository USU
  • 11. 10 3.) Garis Hunter-Schreger Garis Hunter-Schreger merupakan fenomena optis yang dihasilkan dari perubahan arah antarkelompok prisma. Garis ini terlihat jelas pada potongan longitudinal yang dilihat dari cahaya yang direfleksikan dan ditemukan di dalam dua pertiga enamel. Garis-garis ini memiliki tampilan gelap dan terang yang dapat dibalikkan dengan mengubah arah pencahayaan.(Kumar, 2011) Gambar 6 Sumber : Orban’s Oral Histology and Embryology 4.) Enamel Kutikula Membran halus yang disebut membran Nasmyth, atau kutikula enamel utama menutupi seluruh mahkota gigi yang baru saja erupsi tetapi akan hilang saat pengunyahan. Studi mikroskopis elektron telah mengindikasikan hal itu membran ini adalah lamina basal khas yang ditemukan di bawah sebagian besar epitel. Hal ini terlihat dengan mikroskop cahaya karena arahnya yang bergelombang. Lamina basal ini disekresikan oleh ameloblas ketika pembentukan enamel telah lengkap. Fungsi kutikula enamel adalah untuk melindungi permukaan enamel dari aktivitas resorptif dari jaringan vaskular yang berdekatan sebelum erupsi gigi. Juga telah diketahui bahwa area serviks dari email dilapisi oleh afibrillar sementum, dilanjutkan oleh sementum dan mungkin asal mesodermal. Kutikula ini rupanya disekresikan setelah epitel organ enamel menarik dari daerah serviks selama perkembangan gigi.(Kumar, 2011)
  • 12. 11 Akhirnya, enamel yang telah dierupsi biasanya ditutupi oleh pelikel, yang merupakan endapan protein saliva. Pembaruan pellikel ini dalam beberapa jam setelah permukaan enamel dibersihkan secara mekanis. Dalam satu atau dua hari pellikel terbentuk, ia menjadi terjajah oleh mikroorganisme untuk membentuk bakteri plak.(Kumar, 2011) 5.) Enamel Lamellae Lamellae enamel adalah struktur tipis seperti daun yang membentang dari permukaan enamel menuju dentinoenamel junction. Mereka dapat meluas ke dentin, dan kadang-kadang menembus ke dalam dentin. Mereka terdiri dari bahan organik, dengan sedikit kandungan mineral.(Kumar, 2011) Lamellae memanjang dalam arah longitudinal dan radial gigi, dari ujung mahkota ke daerah serviks. Pengaturan ini menjelaskan mengapa mereka bisa diamati lebih baik di bagian horizontal. Telah diketahui bahwa lamel enamel dapat menjadi tempat kelemahan pada gigi dan dapat membentuk jalan masuk untuk bakteri yang memulai karies. Belakangan diketahui bahwa enamel retakan atau lamellae menunjukkan serapan pewarna yang menunjukkan bahwa ini struktur dapat bertindak sebagai jalur untuk kuman yang menghasilkan bakteri.(Kumar, 2011) 6.) Enamel Tuft Enamel tuft muncul di dentinoenamel junction dan mencapai enamel ke sekitar seperlima hingga sepertiga dari ketebalan enamel. Mereka disebut demikian karena mereka menyerupai jumbai rumput jika dilihat di bagian tanah. Seberkas enamel tidak muncul dari satu area kecil tetapi merupakan struktur yang sempit, seperti pita, ujung bagian dalamnya muncul di dentin. Kesan seberkas rumput tercipta dengan memeriksa struktur seperti itu di bagian tebal di bawah perbesaran rendah. Enamel Tufts terdiri dari batang enamel hypocalcified dan zat interprismatik. Seperti lamellae, mereka meluas ke arahnya dari poros panjang mahkota. Oleh karena itu mereka terlihat melimpah dalam bagian horisontal, dan jarang di longitudinal.(Kumar, 2011)
  • 13. 12 Gambar 6 Sumber : Orbans Oral Histology 7.) Enamel Spindle Kadang-kadang proses odontoblas melewati dentinoenamel junction kemudian ke email. Karena banyak yang menebal di ujungnya, mereka telah disebut spindel enamel. Mereka berasal dari proses odontoblas yang diperluas ke dalam epitel enamel sebelum zat keras terbentuk. Arah proses odontoblast dan spindel di email sesuai dengan arah asli dari ameloblas pada sudut kanan ke permukaan dentin. Sejak batang enamel terbentuk pada sudut ke sumbu ameloblas, arah spindle dan batang berbeda. Di bagian kandungan organik dari spindel hancur dan digantikan oleh udara, dan ruang-ruang tampak gelap dalam cahaya yang
  • 14. 13 ditransmisikan.(Kumar, 2011) Gambar 7 Sumber : Orbans Oral Histology Gambar 8 Sumber : www.memorangapp.com D. Kelainan Enamel 1.) Amelogenesis Imperfekta Amelogenesis imperfecta (AI) adalah kumpulan beragam penyakit yang diturunkan yang menunjukkan cacat enamel gigi kuantitatif atau kualitatif dengan tidak adanya manifestasi sistemik. Juga dikenal dengan nama-nama yang bervariasi seperti Hereditary enamel dysplasia, Hereditary brown enamel, dan Hereditary brown opalescent teeth. Cacat ini sepenuhnya ectodermal, karena komponen mesodermal gigi pada dasarnya normal. Ciri AI dapat ditularkan oleh
  • 15. 14 autosomal dominan, autosomal resesif, atau mode pewarisan X-linked. Gen yang terlibat dalam bentuk autosomal adalah gen yang mengkode protein matriks enamel, yaitu: enamelin dan ameloblastin, tuftelin, MMP-20 dan kallikrein - 4. (Mayur, 2009) amelogenesis imperfekta dapat dibagi atas tiga tipe besar yaitu: tipe hipoplasia enamel, tipe hipokalsifikasi enamel dan tipe hipomaturasi enamel. Perbedaan hipoplasia enamel dan hipomaturasi enamel dapat dilihat secara klinis dan radiografis. Secara klinis hipoplasia enamel menunjukkan ketebalan enamel secara nyata berkurang sedangkan pada hipomaturasi enamel, ketebalan enamel dalam bentuk dan ukuran masih normal pada hipoplasia enamel tidak terlihat adanya kontak proksimal gigi sedangkan pada hipomaturasi enamel terlihat kontak proksimal gigi tetapi secara radiografis enamelnya kelihatan lebih radiolusen daripada enamel gigi normal Hal ini disebabkan pada hipomaturasi enamel masih belum sempurna proses pematangannya sehingga enamel kelihatan lunak dan mudah abrasi. (Winter dan Brook, 1969) Prevalensi bervariasi dari 1: 700 hingga 1: 14.000, menurut populasi yang diteliti. Enamel mengalami hipoplastik, hypomineralised atau keduanya dan gigi yang terkena dapat berubah warna, sensitif atau rentan terhadap disintegrasi.(Peter, 2007) Gambar 9 Sumber : ojrd.biomedcentral.com
  • 16. 15 2.) Enamel Hipoplasia Hipoplasia enamel adalah kerusakan permukaan mahkota gigi yang disebabkan oleh gangguan sekresi matriks enamel. Cacat enamel bisa bawaan atau tidak. Dalam kasus-kasus bencana massal, atau ketika tubuh benar-benar hangus, membusuk dan dimutilasi tanpa dapat dikenali, fitur gigi unik dapat membantu mengidentifikasi korban. (Tanuj, 2015) Hipoplasia enamel adalah defek dalam pembentukan matriks enamel, menyebabkan cacat permukaan email dan penyimpangan. Pembentukan enamel yang cacat dapat disebabkan oleh faktor sistemik atau lokal. Gambaran klinis dari hipoplasia email dapat berupa lekukan enamel yang tipis atau lubang di permukaan email. Kondisi gigi primer atau permanen sangat mengganggu fungsi gigi, sensitivitas gigi dan estetika yang buruk. Untuk dokter gigi anak, tujuan jangka panjang dari perawatan adalah untuk mempertahankan jumlah maksimum jaringan gigi yang keras sampai pasien mencapai usia di mana teknik restorasi lanjutan dapat digunakan untuk merehabilitasi gigi. Namun, dalam jangka pendek, seringkali diperlukan intervensi untuk meredakan gejala pasien, sensitivitas, untuk memperbaiki estetik, dan untuk mencegah hilangnya dimensi vertikal. (Ike, 2000) Gambar 10 Sumber : http://rema31qisthi.blogspot.com
  • 17. 16 BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Enamel adalah lapisan terluar gigi yang menyelimuti seluruh mahkota gigi dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Enamel ini merupakan bagian tubuh yang paling keras tetapi rapuh karena kandungan garam mineral yang tinggi dan struktur kristalin mereka. Warna dari enamel putih kekuningan hingga putih keabu- abuan. Enamel utamanya terdiri dari bahan anorganik (96%) yang berupa hidroksiapatit dan hanya sejumlah kecil zat organik dan air (4%). Enamel tersusun dari enamel rods, garis retzius, enamel lamellae, enamel kutikula, enamel tuft, enamel spindle, dan Garis Hunter-Schreger. Enamel dapat mengalami kelainan, kelainan tersebut ada amelogenesis imperfekta dan hipoplasia enamel.
  • 18. 17 DAFTAR PUSTAKA Gartner, J.P dan Hiatt, J.L. 2007. Color Text Book Histology. Philadelphia: Elsevier Saunders Ike Siti. 2000. Penatalaksaan Gigi Hipoplasia Email. 132-136 Itjingningsih. 2012. Anatomi Gigi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta Kumar, G.S. 2011. Orban’s Oral Histology & Embryology. Thirteenth Edition 2 Mayur, dkk. 2009. Amelogenesis imperfecta: Report of a case and review of literature Peter, dkk. 2007. Orphanet Journal of Rare Diseases Tanuj, dkk. 2015. Enamel hypoplasia and its role in identification of individuals