Dokumen tersebut membahas tentang strategi pembelajaran kooperatif (SPK) di sekolah dasar. SPK adalah model pembelajaran kelompok kecil heterogen yang bertujuan meningkatkan hasil belajar, penerimaan perbedaan, dan keterampilan sosial siswa. Dokumen ini menjelaskan pengertian, tujuan, ciri-ciri, karakteristik, unsur-unsur, peran guru dan siswa, teknik, tipe, serta kelebihan dan kele
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Dosen : Dr. Unang Wahidin, S.Pd., M.Pd.I.
Perkuliahan STAI Al-Hidayah Bogor - Program Beasiswa Al-Hidayah (PBA) - Kampus 2 Ma'had Huda Islami
Semester VII - Pertemuan 1 - Sabtu, 17 September 2016
Model Pembelajaran AUD hope this will bw manfaat aamiin :)
this is my first presentation that i have upload in my new account
i'm newbie, please guide me and be good friends, thanks :)
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Dosen : Dr. Unang Wahidin, S.Pd., M.Pd.I.
Perkuliahan STAI Al-Hidayah Bogor - Program Beasiswa Al-Hidayah (PBA) - Kampus 2 Ma'had Huda Islami
Semester VII - Pertemuan 1 - Sabtu, 17 September 2016
Model Pembelajaran AUD hope this will bw manfaat aamiin :)
this is my first presentation that i have upload in my new account
i'm newbie, please guide me and be good friends, thanks :)
Problem Solving PowerPoint Presentation Content slides include topics such as: teaching problem solving skills, evaluating how you solve problems, understanding the process: how to solve problems, 8 active listening techniques, primary issues for problem solvers, group or individual brainstorming, the problem solving framework, vertical and lateral thinking, adaptors and innovators as problem solvers, collaborative problem solving, leadership and creative work environments, four models of problem solving, SWOT, the 6 C's of decision making, how to's and much more.
Irama hidup manusia itu adalah masalah (problem). Seseorang tidak dapat dikatakan hidup, bila tidak pernah menghadapi masalah. Siapa pun orangnya, tidak akan bisa luput dari masalah. Dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, timpa-bertimpa masalah yang harus diselesaikannya. Namun, dengan kiat-kiat khusus, para utusan Allah itu berhasil menyelesaikan (to solve) masalah-masalah yang dihadapi. Dengan demikian, kita haruslah menyadari bahwa hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang datang dari diri kita sendiri mau-pun masalah yang datang dari luar kita. Hidup adalah masalah. Masalah adalah jarak antara keinginan dan kenyataan yang dihadapi saat ini. Masalah adalah suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Kemam-puan kita mempertemukan keinginan dan kenyataan, itulah yang dinamakan dengan memecahkan masalah.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat didefenisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses peme-cahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making) yang didefe-nisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan.
Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah keteram-pilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam aspek kehidupannya. Akan tetapi, keterampilan ini menjadi lebih penting lagi perannya, bila dikait-kan dengan posisi seorang pemimpin yang melaksanakan tugas-tugas kepemim-pinannya dalam suatu organisasi. Pimpinan yang mampu menyelesaikan masa-lah organisasinya dengan tepat dan benar, dipastikan akan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memperlancar kepemimpinannya.
2. Kelompok 5:
1. Dede Ramdani (1003532)
2. Nur Aisyah (1003550)
3. Indri Arani (1003556)
4. Adika Argaripta (1003568)
5. Wini Nur Asyiani (1003570)
6. Rega Satria Purnama (1003588)
3. A. Pengertian
I. Keunggulan SPK
dan
Kelemahan B. Tujuan
SPK SPK
H. Tipe C. Ciri-ciri
SPK SPK
DEMOKRASI
D.
G. Teknik Karakteris-
SPK tik SPK
F. Peran Guru
E. Unsur-
dan Siswa
Unsur SPK
dalam SPK
4. A. Pengertian SPK
Pembelajaran Kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/ tim kecil, yaitu antara empat
sampaienam orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
BACK
5. B. Tujuan SPK
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1. Hasil belajar akademik
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
3. Pengembangan keterampilan sosial
BACK
6. C. Ciri-Ciri SPK
Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan
ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, seorang guru
hendaklah dapat membentuk kelompok sesuai dengan
ketentuan, sehingga setiap kelompok dapat bekerja dengan
optimal.
BACK
7. D. Karakteristik SPK
1. Pembelajaran Secara Tim
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
4. Keterampilan Bekerja Sama
BACK
8. E. Unsur-Unsur Strategi Pembelajaran
Kooperatif (SPK)
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative
Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur
model pembelajaran gotong royong yaitu :
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
BACK
9. F. Peran Guru dan Siswa dalam
Pembelajaran Kooperatif
1. Guru berperan sebagai fasilitator, moderator, organisator dan
mediator.
2. Guru mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran
Kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan.
3. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas
merupakan kelas heterogen.
4. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
Cooperative Learning.
5. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku
sumber.
6. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi
dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
BACK
10. BACK
G. Teknik Pembelajaran Kooperatif
1. Mencari Pasangan (Make a Match)
2. Bertukar Pasangan
3. Kepala Bernomor (Numbered Heads)
4. Kepala Bernomor Terstruktur.
5. Keliling Kelas
6. Kancing Gemerincing
7. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)
8. Berpikir-Berpasangan-Berempat
9. Berkirim Salam dan Soal
10. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (inside Outside
Circle)
11. Tari Bambu
12. Jigsaw
13. Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling)
11. H. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4
tipe, yaitu:
1. Tipe STAD
2. Tipe Jigsaw
3. Investigasi Kelompok
4. Tipe Struktural
BACK
12. I. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif
Penelitian telah menunjukkan bahwa kelebihan pembelajaran
Kooperatif yaitu:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya
2. Meningkatkan daya ingatan siswa.
3. Meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar.
4. Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan.
5. Mengembangkan keterampilan sosial siswa.
6. Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
7. Membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.
8. Meningkatkan harga diri tiap individu.
9. Menerima setiap perbedaan individu yang lebih besar.
10. Mengurangi konflik antar pribadi.
11. Mengurangi sikap apatis.
12. Mempunyai motivasi yang lebih besar.
13. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
14. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan
BACK
keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
13. Lanjutan
Adapun kelemahan Cooperative Learning yaitu:
1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa
tidak belajar jika mereka di tempatkan dalam grup.
1. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompok.
2. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara
adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
3. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran
Cooperative Learning.
4. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru
terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya
segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai
penonton.
5. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
Cooperative Learning.
6. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
7. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi
yang dapat mendukung proses pembelajaran. BACK