SlideShare a Scribd company logo
2 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
STUDI ISLAM I
Akidah
Akhlak
Dr. Akhmad Alim
Pusat Kajian Islam
Universitas Ibn Khladun Bogor
3 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ALIM, Akhmad
STUDI ISLAM I: Akidah Akhlak, Penulis, Dr. Akhmad Alim, M.A; Penyunting,
Bahrum Subagia, --Cet. 1-Bogor: Pusat Kajian Islam Universitas Ibn Khaldun, 2012. 261
HLM.; 25,7 cm.
ISBN: 978-979-1324-13-7
STUDI ISLAM I: Akidah Akhlak
Penulis:
Dr. Akhmad Alim, M.A
Penyunting:
Bahrum Subagia
Penata Letak:
Irfan Habibie
Desain Sampul:
Fathurrohman Saifuddin
Penerbit:
Pusat Kajian Islam Universitas Ibn Khaldun
Jl. K.H. Sholeh Iskandar Km. 2 Kedung Badak Bogor
Telp./Fax. (0251) 8356884
Cetakan Pertama, Shafar 1435 H- Januari 2014 M
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Ketentuan Pidana
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal
49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
palling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 72 UU No.19 Tahun 2002
i | Studi Islam I
Akidah Akhlak
KATA PENGANTAR
‫ْتٛب‬ٚ ،ٙ‫ْطتػؿس‬ٚ ،٘ٓٝ‫ْطتع‬ٚ ،ٙ‫حنُد‬ ،‫هلل‬ ‫احلُد‬ ٕ‫إ‬‫ْؿطٓا‬‫أ‬ ‫غسٚز‬ َٔ ‫باهلل‬ ‫ْعٛذ‬ٚ ،٘ٝ‫ي‬‫إ‬
٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٕ‫أ‬ ‫ٚأغٗد‬ ،٘‫ي‬ ٟ‫ٖاد‬ ٬‫ؾ‬ ًٌ‫ٜك‬ َٔٚ ،٘‫ي‬ ٌ‫َك‬ ٬‫ؾ‬ ‫اهلل‬ ٙ‫ٜٗد‬ َٔ ،‫يٓا‬‫ا‬ُ‫أع‬ ‫ضٝ٦ات‬ َٔٚ
‫احلل‬ ٜٔ‫د‬ٚ ٣‫باهلد‬ ‫تعاىل‬ ‫اهلل‬ ً٘‫أزض‬ ،٘‫ي‬ٛ‫ٚزض‬ ٙ‫عبد‬ ٟ‫ا‬‫ذلُد‬ ٕ‫أ‬ ‫ٚأغٗد‬ ،٘‫ي‬ ‫ٜو‬‫س‬‫غ‬ ٫ ٙ‫ٚسد‬ ‫اهلل‬
،١ْ‫ا‬َ‫ا٭‬ ٣‫ٚأد‬ ،١‫ي‬‫ا‬‫يسض‬‫ا‬ ‫٤ؼ‬ً‫ؾب‬ ،ً٘‫ن‬ ٜٔ‫د‬‫ي‬‫ا‬ ٢ً‫ع‬ ٙ‫يٝعٗس‬،ٙ‫دٗاد‬ ‫سل‬ ‫اهلل‬ ‫يف‬ ‫ٚداٖد‬ ،١َ‫ا٭‬ ‫ْؿح‬ٚ
ً٘ٝ‫ع‬ َ٘٬‫ٚض‬ ‫اهلل‬ ‫ؾؿًٛات‬ ،‫يو‬‫ا‬ٖ ٫‫إ‬ ‫عٓٗا‬ ‫ٜؼ‬‫ص‬ٜ ٫ ‫نٓٗازٖا‬ ‫يًٝٗا‬ ٤‫بٝكا‬ ١‫ذلذ‬ ٢ً‫ع‬ ٘‫أَت‬ ‫ٚتسى‬
‫بعد‬ ‫أَا‬ .ٜٔ‫د‬‫ي‬‫ا‬ ّٜٛ ‫إىل‬ ٕ‫بإسطا‬ ِٗ‫تبع‬ َٔٚ ،٘‫ٚأؾشاب‬ ٘‫ي‬‫آ‬ ٢ً‫ٚع‬
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan dan
ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan dari
keburukan perbuatan. Barangsiapa yang memperoleh petunjuk Allah, maka
tidak seorang pun dapat menyesatkannya. Barangsiapa disesatkan Allah, maka
tidak seorang pun dapat menunjukinya. Kita bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
berhak diibadahi kecuali Allah semata tanpa sekutu apa pun bagi-Nya. Kita
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Amma Ba‟du.
Akidah dan Akhlak adalah ibarat saudara kandung yang saling
berhubungan. Akidah adalah fondasi, sementara akhlak adalah bangunannya.
Fondasi tanpa bangunan adalah sia-sia belaka. Demikian juga bangunan tanpa
fondasi juga akan runtuh. Itu perumpamaan yang dipertegas oleh firman Allah
dalam Al-Qur‟an yaitu surat Ibrahim ayat 24-27 berikut ini :
ٔ٤‫َا‬ُٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬ ‫َا‬ُٗ‫ع‬ِ‫س‬ٜ‫ؾ‬َٚ ْ‫ت‬ٔ‫ب‬‫َا‬‫ث‬ ‫َا‬ًِٗٝ‫ؾ‬ٜ‫أ‬ ٕ١َ‫ب‬ٜٚٝ‫ط‬ ٕ٠َ‫س‬َ‫ذ‬َ‫ػ‬ٜ‫ن‬ ٟ١َ‫ب‬ٜٚٝ‫ط‬ ٟ١ًَُٜٔ‫ن‬ ‫ٟا‬ًَ‫ج‬ََ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َ‫ب‬َ‫س‬َ‫ق‬ َ‫ـ‬ِٜٝ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ت‬ ِِٜ‫ي‬ٜ‫أ‬ٞٔ‫ت‬ِ٪ُ‫ت‬
َ‫ت‬َٜ ُِِٗ٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٢‫ع‬‫ٖا‬ًٓٔ‫ي‬ ٍَ‫َا‬‫ج‬َِٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬٢‫س‬ِ‫ك‬ََٜٚ ‫َا‬ٗٚ‫ب‬َ‫ز‬ ٢ِٕ‫ذ‬٢‫إ‬ٔ‫ب‬ ٣‫ني‬ٔ‫س‬ ٌٖٝ‫ن‬ ‫َا‬ًٜٗٝ‫ن‬ٝ‫أ‬ٕ٠َ‫س‬َ‫ذ‬َ‫ػ‬ٜ‫ن‬ ٕ١َ‫ج‬ٝٔ‫ب‬َ‫خ‬ ٕ١ًَُٜٔ‫ن‬ ٌَُ‫ج‬َََٚ َُٕٚ‫س‬٤‫ن‬َ‫ر‬
ٔ‫ت‬ٔ‫ب‬‫ٖا‬‫ج‬‫ي‬‫ا‬ ٢ٍِٜٛ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫ُٛا‬ََٜٓ‫آ‬ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ُ‫ت‬ٚ‫ب‬َ‫ج‬ُٜ ٣‫ز‬‫َا‬‫س‬ٜ‫ق‬ َِٔٔ ‫َا‬ٜٗ‫ي‬ ‫َا‬َ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٢‫م‬ِٜٛ‫ؾ‬ َِٔٔ ِ‫ت‬ٖ‫ج‬ُ‫ت‬ِ‫د‬‫ا‬ ٕ١َ‫ج‬ٝٔ‫ب‬َ‫خ‬ٔ٠‫َا‬َٝ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬
ََٜٚ َ‫ني‬ُٔٔ‫ي‬‫ا‬٤‫ع‬‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٌٗٔ‫ك‬َُٜٚ ٔ٠َ‫س‬ٔ‫خ‬ٜ‫آ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬َٚ ‫َا‬ِْٝٗ‫د‬‫ي‬‫ا‬ُ٤‫َا‬‫ػ‬َٜ ‫َا‬َ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٌَُ‫ع‬ٞ‫ؿ‬
ii | Studi Islam I
Akidah Akhlak
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan
akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 24-27).
Ayat-ayat tersebut menggambarkan akan hubungan antara tauhid dengan
akhlak. Tauhid ibarat pohon yang baik dan kokoh akarnya, yang tidak tumbang
diterpa angin, bahkan badai sekalipun tidak mampu merobohkannya. Pohon itu
pun berbuah setiap saat tanpa terbatas musim. Buahnya itu tidak lain adalah
akhlak. Menurut Ibn Abbas, mengutip sabda Rasulallah Shalallahu 'Alaihi wa
Sallam: “Yang dimaksud dengan kalimat yang baik (kalimah thayyibah) adalah
syahadat tiada Ilah selain Allah”. Ini menunjukkan bahwa tauhid merupakan
fondasi berdirinya sebuah bangunan. Namun, bangunan ini tidak cukup
melindungi pemiliknya tanpa amal shaleh sebagai pilar akhlaknya. Akar pohon
juga tidak berguna tanpa tumbuhnya dahan dan buah.
Sebaliknya, lawan dari tauhid adalah syirik. Syirik dalam ayat di atas
digambarkan seperti pohon yang buruk, yang tidak memiliki pokok batang dan
tidak kokoh berdiri di atas bumi. Kadang, ia tumbuh tinggi menjulang dan
sekilas tampak kokoh, namun sejatinya ia mudah tumbang, karena berdiri di atas
akar yang lemah dan mudah tercabut. Itulah kondisi manusia musyrik yang
hidup dalam kondisi yang rentan depresi dan mudah gelisah. Tak ada ketenangan
dalam jiwanya. Batang utamanya telah terpotong, tidak memiliki hubungan
dengan fitrah yang suci yang diberikan oleh Allah kepada jiwa.
Dari sini telah jelas bahwa Allah meneguhkan iman orang-orang yang
bertauhid agar keimanan mereka teguh dan kokoh, serta membuahkan amal
shaleh. Sebaliknya, Allah juga menambah kesesatan dan depresi kepada orang-
orang musyrik, karena tindak penyimpangan mereka dari jalan yang benar, serta
berpaling dari seruan fitrah. Dalam hal ini Allah telah berfirman dalam surat Al-
An‟am ayat 125 berikut ini :
iii | Studi Islam I
Akidah Akhlak
َُٙ‫ز‬ِ‫د‬َ‫ؾ‬ ِ‫ح‬َ‫س‬ِ‫ػ‬َٜ َُٜ٘ٔ‫د‬َٜٗ ِٕٜ‫أ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٔ‫د‬٢‫س‬ُٜ َُِٜٔ‫ؾ‬‫ّا‬‫د‬َ‫س‬َ‫س‬ ‫ٟا‬‫ك‬َٚٝ‫ق‬ َُٙ‫ز‬ِ‫د‬َ‫ؾ‬ ٌَِ‫ع‬ِ‫ذ‬َٜ ُ٘٤ًٔ‫ك‬ُٜ ِٕٜ‫أ‬ ِ‫د‬٢‫س‬ُٜ َََِٔٚ ٢ّ‫ٜا‬ًِ‫ض‬٢‫إ‬ًٞٔ‫ي‬
ََُِٕٛٓٔ٪ُٜ ‫ٜا‬‫ي‬ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ٢ًَٜ‫ع‬ َ‫ظ‬ِ‫د‬ٚ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٌَُ‫ع‬ِ‫ذ‬َٜ ٜ‫و‬ٔ‫ي‬َ‫ر‬ٜ‫ن‬ ٔ٤‫َا‬ُٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬ ُ‫د‬ٖ‫ع‬ٖ‫ؿ‬َٜ ‫َا‬ُْٖٜ‫أ‬ٜ‫ن‬.
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-
orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am : 125)
Ayat ini menjelaskan kondisi orang beriman, di mana fitrahnya teguh di
atas tauhid, maka dari itu Allah melapangkan dadanya untuk menerima Islam.
Hal inilah sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibn abbas bahwa tauhid akan
selalu membawa pelakunya pada kelapangan. Hal yang sama juga ditegaskan
oleh Ibn Katsir bahwa tauhid akan menyinari hati pelakunya sehingga lapang,
menuntun jalannya, membimbingnya pada kebenaran. Ibn Mas‟ud
menambahkan dengan hadist Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bahwa yang
dimaksud kelapangan di sini adalah cahaya yang dipancarkan oleh Allah ke
dalam dada, sehingga membuat dada tersebut menjadi lapang. Kelapangan itu
ditandai dengan tiga hal, yaitu senantiasa inabah demi hari yang kekal, menjauhi
dunia fana, senantiasa siaga menyambut ajal sebelum datang waktunya.
: ‫قسأ‬ ًِ‫ٚض‬ ً٘ٝ‫ع‬ ‫اهلل‬ ٢ً‫ؾ‬ ‫يٓيب‬‫ا‬ ٕ‫أ‬ " ‫َطعٛد‬ ٔ‫اب‬ ٣ٚ‫ز‬{َٙ‫ز‬‫ؾد‬ ِ‫ح‬‫ٜػس‬ َٜ٘‫د‬ٜٗ ٕ‫أ‬ ‫اهلل‬ ‫ٜسد‬ ُٔ‫ؾ‬
ّ٬‫يإلض‬}: ٍ‫قا‬ ‫يػسح؟‬‫ا‬ ‫ٖرا‬ ‫َٚا‬ ، ‫اهلل‬ ٍٛ‫زض‬ ‫ٜا‬ : ٘‫ي‬ ٌٝ‫ؾك‬«، ‫يكًب‬‫ا‬ ‫يف‬ ‫اهلل‬ ٘‫ٜكرؾ‬ ‫ْٛز‬
‫ؾٝٓؿتح‬‫يكًب‬‫ا‬»: ٍ‫قا‬ ‫أَاز٠؟‬ َٔ ‫يو‬‫ر‬‫ي‬ ٌٗ‫ؾ‬ : ‫يٛا‬‫ا‬‫ق‬«ِ‫ْع‬. »١‫ْاب‬‫إل‬‫ا‬ : ٍ‫قا‬ ‫ٖٞ؟‬ ‫َٚا‬ : ٌٝ‫ق‬
٘‫ي‬ٚ‫ْص‬ ٌ‫قب‬ ‫يًُٛت‬ ‫ٚا٫ضتعداد‬ ، ‫يػسٚز‬‫ا‬ ‫داز‬ ٔ‫ع‬ ‫يتذايف‬‫ا‬ٚ ، ‫اخلًٛد‬ ‫داز‬ ‫إىل‬.
“Diriwayatkan dari Ibn mas‟ud, Radhiyallahu 'anhu. Bahwa sesungguhnya Nabi
Shalallahu 'Alaihi wa Sallam membaca firman Allah, “Maka barangsiapa yang
dikehendaki oleh Allah memperoleh hidayah, maka dilapangkanlah baginya dadanya untuk
menerima Islam”. Maka ditanyakan kepada-Nya, wahai Rasulallah, apa yang dimaksud
kelapangan di sini?, beliau menjawab, yaitu cahaya Allah yang disinarkan dalam hati
seseorang, maka jadilah hati tersebut terbuka lapang. Mereka bertanya lagi, apakah hal itu
iv | Studi Islam I
Akidah Akhlak
ada tandanya?, beliau menjawab, ya ada. Ditanyakan lagi, apa itu tandanya?, beliau
menjawab, yaitu kembali pada orientasi negeri kekekalan (akhirat), menjauhi negeri tipuan
(dunia), dan memiliki persiapan untuk kematian sebelum ajal tiba.”
Demikian juga sebaliknya, syirik adalah penyebab utama kesempitan. Hal
itu berawal dari menolak dari keimanan, dan condong kepada kesesatan,
sehingga Allah pun menambah kesesatan tersebut hingga mambuat pelakunya
semakin terjepit dalam kesempitan. Kesempitan pada ayat tersebut digambarkan
seperti orang yang terbang ke langit. Semakin tinggi terbangnya, semakin sesak
pula dadanya, ia tidak mampu bernafas akibat ketiadaan oksigen, hingga ia tidak
mampu untuk menyelamatkan dirinya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa tauhid (akidah) adalah landasan utama dalam
membentuk akhlak. Tanpa landasan tauhid bangunan akhlak tidak akan pernah
berdiri kokoh. Karena tauhid adalah akar yang menghunjam ke bawah, yang
mendasari berdirinya bangunan-bangunan akhlak beserta penopang-
penopangnya. Sebaliknya, syirik sebagai lawan tauhid tidak mampu mendasari
akhlak dalam meraih bangunan-bangunan dirinya, karena syirik berasal dari akar
yang lemah yang mudah tercerabut, sehingga tiada satu bangunan pun yang
mampu berdiri dan bertahan di atasnya.
Penulisan buku “Studi Islam I: Akidah Akhlak” ini diharapkan dapat
menjadi pedoman bagi kaum muslimin, khususnya masyarakat akademik yang
sedang mendalami kajian akidah akhlak. Saya yakin dengan sepenuh hati, bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga membutuhkan koreksi dari
semua pihak yang membacanya. Karena Imam Syafi‟i mengatakan: “Tidak ada
yang sempurna selain Al-Qur‟an dan Sunah, maka apabila kalian menjumpai
kesalahan dalam tulisanku, maka aku akan menariknya dan mengembalikannya
pada Al-Qur‟an dan Al-Sunah”. Akhirnya hanya kepada Allah saya memohon
hidayah, hanya kepada-Nya saya kembali.Wallahu A‟lam Bisshawab.
Bogor, 01 Januari 2014.
Dr. Akhmad Alim, M.A
v | Studi Islam I
Akidah Akhlak
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Bab I : Akidah Islamiyah ............................................................................ 1
Bab II : Pembagian Tauhid ........................................................................... 18
Bab III : Syahadatain ..................................................................................... 26
Bab IV : Pembatal Tauhid ............................................................................. 39
Bab V : Hakikat Syirik Dan Macam-Macamnya .......................................... 47
Bab VI : Wala’ Dan Bara’ ............................................................................. 56
Bab VII : Akhlak Dan Ruang Lingkupnya ................................................... 72
Bab VIII : Akhlak Terpuji (Karimah) ........................................................... 88
Bab IX : Akhlak Buruk (Madzmumah) ......................................................... 149
Bab X : Terapi Akhlak Buruk (Madzmumah) .............................................. 175
Bab XI : Tazkiyatun Nafs ............................................................................. 195
Bab XII : Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar.................................................... 222
Daftar Pustaka................................................................................................ 251
Riwayat Hidup Penulis .................................................................................. 255
1 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
BAB 1
AKIDAH ISLAMIYAH
A. Definisi Akidah
Akidah menurut bahasa (etimologi) berasal dari kata al-„aqdu yang
berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat,
al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquwwah
yang berarti mengikat dengan kuat.1
Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah keimanan yang
teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban,
bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya,
rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi
ijma‟ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath‟i (pasti),
baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut
Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma‟ salafush shalih.2
Kata akidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya. Di
antara nama-nama tersebut adalah:
1. Al-Iman, karena akidah membahas rukun iman yang enam dan hal-
hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman
dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits Jibril
Alaihis sallam. Istilah ini dipopulerkan oleh Imam Abu „Ubaid al-
Qasim bin Sallam, Abu Bakar „Abdullah bin Muhammad bin Abi
Syaibah, Ibnu Mandah, dan Ibnu Taimiyyah.
2. Tauhid, karena pembahasannya berkaitan dengan tauhid atau
pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma‟ wa
Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu akidah yang paling mulia
dan merupakan tujuan utamanya. Istiah ini dipopulerkan oleh Imam
Bukhari dan Ibnu Huzaimah.
1 Ibn Mandzur, Lisan Al-Arab, jilid IX, hlm 311
2 Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql, Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah, Daarul ‘Ashimah,
1419 H, hlm 11-12
2 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
3. As-Sunnah, karena para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh
oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan para Sahabat di dalam
masalah akidah. Istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada
tiga generasi pertama. Istilah ini dipopulerkan oleh imam Ahmad.
4. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah, karena dalam kajian akidah
dibicarakan tentang ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun
Islam dan masalah-masalah yang qath‟i serta hal-hal yang telah
menjadi kesepakatan para ulama. Istilah ini dipopulerkan oleh Al-
Baghdadi, Ibnu Baththah Al-Ukbari, Abul Hasan Al-Asy‟ari.
5. Al-Fiqhul Akbar, karena berhubungan dengan masalah ushul yang
besar, yaitu pengesaan Allah. Istilah ini dipopulerkan oleh Abu
Hanifah.
6. Asy-Syari‟ah, karena akidah adalah landasan utama dalam syari‟ah.
Istilah ini dipopulerkan oleh Al-Ajurri.
7. Adapun menamakan akidah dengan ilmu kalam, filsafat, tashawuf,
ilaahiyyat (teologi), metafisika, adalah menempatkan istilah yang kurang
tepat, karena tidak memiliki landasan yang kuat.
B. Tujuan Akidah Islamiyah
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan baik yang harus dipegang
teguh, yaitu :
1. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah semata. Karena
Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari
ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul karena
jiwa yang kosong dari akidah. Orang yang jiwanya kosong dari
akidah, terkadang ia menyembah (menjadi budak) materi yang nyata
saja, dan ada kalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan
khurafat.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, terhindar dari kecemasan dalam jiwa
dan kegoncangan pikiran. Karena akidah akan menghubungkan
orang mukmin dengan penciptanya, lalu meridhai Dia sebagai Tuhan
yang mengatur, hakim yang membuat syari`at. Oleh karena itu
3 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
jiwanya menerima takdir, dadanya lapang, menyerah, lalu tidak
mencari Tuhan pengganti.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam
beribadah kepada Allah dan dalam bermuamalah dengan orang lain.
Karena di antara dasar akidah adalah mengimani para rasul, dengan
mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.
5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu, tidak melewatkan
kesempatan beramal kebajikan, dan selalu menggunakan waktu
hidupnya dengan baik untuk meraup pahala. Serta tidak melihat
tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa.
Karena, di antara dasar akidah adalah mengimani hari kebangkitan
serta hari pembalasan terhadap seluruh perbuatan.
6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala daya dan
upaya untuk menegakkan agama Allah serta memperkuat tiang
penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi ketika menempuh
jalan itu.
7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki pribadi-
pribadi maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan
kemuliaan.3
C. Ruang Lingkup Akidah
Secara umum, ruang lingkup akidah mencakup rukun iman yang enam,
yaitu:
1. Beriman kepada Allah
Beriman kepada Allah dapat diwujudkan dengan hal-hal berikut:
a) Beriman kepada rububiyyah Allah Ta‟ala, maksudnya, Allah adalah
Tuhan, pencipta, pemilik dan pengatur segala urusan.
b) Beriman kepada uluhiyyah Allah Ta‟ala, maksudnya, hanya Allah
Ta‟ala sajalah Tuhan yang berhak disembah, dan semua
sesembahan selain-Nya adalah batil.
3 - Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarhu Ushulil Iman,. Edisi Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar
Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim
Zone,hlm.52.
4 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
c) Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya (asma‟ wa sifat),
maksudnya, bahwasanya Allah Ta‟ala memiliki nama-nama yang
mulia, dan sifat-sifat yang sempurna serta agung sesuai dengan
yang ada dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya Shalallahu
'Alaihi wa Sallam
2. Beriman kepada para Malaikat
Kita harus meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba yang
mulia. Mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya,
serta tunduk dan patuh menta‟ati-Nya. Allah telah membebankan
kepada mereka berbagai tugas. Di antara mereka adalah Jibril;
ditugaskan menurunkan wahyu dari sisi Allah kepada nabi-nabi dan
rasul-rasul yang dikehendaki-Nya. Mikail yang ditugaskan untuk
mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan. Israfil yang bertugas
meniupkan sangsakala di hari terjadinya kiamat. Malaikat Maut,
bertugas mencabut nyawa ketika ajal tiba.
Iman kepada malaikat dapat diwujudkan dalam hal-hal berikut:
a) Mengimani wujud mereka
b) Mengimani mereka yang kita kenali nama-namanya, seperti
Jibril, dan juga terhadap nama-nama malaikat yang tidak kita
kenal.
c) Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat
bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mempunyai 600 sayap yang
menutup ufuk.
d) Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada
mereka yang sudah kita ketahui, seperti bacaan tasbih, dan
menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala siang-malam tanpa
merasa lelah.
Buah Iman kepada Malaikat:
a) Mengetahui keagungan Allah, kekuatan-Nya, dan kekuasaan-
Nya. Kebesaran makhluk pada hakikatnya adalah dari
keagungan sang Pencipta.
5 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
b) Syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas perhatian-Nya
terhadap manusia sehingga menugasi malaikat untuk
memelihara, mencatat amal-amal dan berbagai
kemaslahatannya yang lain.
c) Cinta kepada para malaikat karena ibadah yang mereka
lakukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Beriman kepada Kitab-kitab.
Allah telah menurunkan kepada para rasul-Nya kitab-kitab,
mengandung petunjuk dan kebaikan. Yang kita ketahui di antara
kitab-kitab itu adalah:
a) Taurat, diturunkan Allah kepada Nabi Musa „alaihi salam, ia
merupakan kitab Bani Israil yang paling agung.
b) Injil, diturunkan Allah kepada Nabi Isa „alaihi salam.
c) Zabur, diturunkan Allah kepada Daud „alaihi salam.
d) Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa „alaihima salam.
e) Al-Qur‟an yang agung, diturunkan Allah Ta‟ala kepada nabi-
Nya Muhammad, penutup para nabi. Dengannya Allah telah
me-nasakh (menghapus) semua kitab sebelumnya. Dan Allah
telah menjamin untuk memelihara dan menjaganya; karena ia
akan tetap menjadi hujjah atas semua makhluk, sampai hari
kiamat.
Iman kepada kitab-kitab ini mengandung empat unsur, yaitu:
a) Mengimani bahwa benar-benar diturunkan dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
b) Mengimani kitab-kitab yang sudah kita kenali namanya,
seperti Al-Qur'an yang diturunkan kepada nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa „alaihi sallam, Injil yang diturunkan kepada Nabi
Isa „alaihi sallam, dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi
Daud „alaihi sallam. Adapun kitab-kitab yang tidak kita ketahui
namanya, kita mengimaninya secara global.
c) Membenarkan seluruh beritanya yang benar, seperti berita-
berita yang ada di dalam Al Qur'an, dan berita-berita kitab-
6 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
kitab terdahulu yang belum diganti atau belum
diselewengkan.
d) Mengerjakan seluruh berita yang belum di-nasakh (dihapus)
serta rela dan menyerah pada hukum itu, baik kita memahami
hikmahnya atau tidak. Seluruh kitab terdahulu telah di-nasakh
oleh Al-Qur'an, seperti firman-Nya: “Dan Kami telah turunkan
kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya),
dan sebagai batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu". (QS. Al-
Maa’idah: 48).
Adapun buah Iman kepada Kitabullah adalah:
a) Mengetahui perhatian Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap
hamba-hamba-Nya sehingga menurunkan kitab yang menjadi
hidayah (petunjuk) bagi setiap kaum.
b) Mengetahui hikmah Allah dalam syara' atau hukum-Nya
sehingga menetapkan hukum yang sesuai dengan tingkah laku
setiap umat, seperti firman-Nya yang artinya: “Untuk tiap-tiap
umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang".
(QS. Al-Maa’idah: 48)
c) Mensyukuri nikmat Allah.
4. Beriman Kepada Para Rasul
Allah telah mengutus para rasul kepada makhluk-Nya. Rasul
pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Shalallahu
'Alaihi wa Sallam. Semua rasul itu adalah manusia biasa, tidak
memiliki sedikitpun sifat-sifat ketuhanan. Mereka adalah hamba-
hamba Allah yang telah dimuliakan dengan kerasulan. Allah telah
mengakhiri semua syari‟at dengan syari‟at Muhammad Shalallahu
'Alaihi wa Sallam. Beliau diutus untuk seluruh manusia. Maka tidak
ada lagi nabi sesudahnya. Iman kepada rasul mengandung empat
unsur. Yaitu
a) Mengimani bahwa riasalah mereka benar-benar dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Barangsiapa mengingkari risalah mereka,
walaupun hanya seorang, maka menurut pendapat seluruh
ulama dia dikatakan kafir. Allah Subhanahu wa Ta'ala
7 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
berfirman: “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul".(QS. Asy
Syu'araa: 105). Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan
mereka mendustakan semua rasul, padahal hanya seorang
rasul saja yang ada ketika mereka mendustakannya. Oleh
karena itu umat Nasrani yang mendustakan dan tidak mau
mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
berarti mereka juga telah mendustakan dan tidak mengikuti
nabi Isa Al Masih bin Maryam, karena nabi Isa sendiri
pernah menyampaikan kabar gembira dengan akan
datangnya nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ke
alam semesta ini sebagai rahmat bagi semesta alam. Kata
"memberi kabar gembira" ini mengandung makna bahwa
Muhammad adalah seorang rasul mereka yang menyebabkan
Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan dan memberi
petunjuk kepada mereka jalan yan lurus
b) Mengimani para rasul yang sudah kita kenali nama-namanya,
misalnya Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh. Kelima
nabi rasul itu dikenal dengan "Ulul Azmi". Allah Subhanahu
wa Ta'ala telah meyebut mereka dalam dua tempat dari Al-
Qur'an, surat Al Ahzab dan surat Asy Syura, "Dan (ingatlah)
ketika Kami megambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu
(sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putera Maryam".(QS.
Al Ahzab: 7). Firman Allah, "Dia telah mensyariatkan bagi
kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya." (QS. Asy-
Syuura: 13). Terhadap para rasul yang tidak dikenal nama-
namanya, juga wajib kita imani secara global. Allah
berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul
sebalum kamu, di antara mereaka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami
ceritakan kepadamu". (QS. Al Mu'min: 78).
c) Membenarkan berita-berita mereka yang benar.
d) Mengamalkan syariat orang dari merka yang diutus kepada
kita. Dia adalah nabi terakhir Muhammad Shallallahu 'Alaihi
8 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
wa Sallam yang diutus Allah kepada seluruh manusia. Allah
berfirman: “Maka demi Robbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian merka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu kebaratan terhadfap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya". (QS. An Nisaa: 65)
Adapun buah Iman kepada Rasul-rasul adalah
a) Mengetahui rahmat serta perhatian Allah kepada hamba-
hamba-Nya sehingga mengutus para rasul untuk menunjuki
mereka pada jalan Allah serta menjelaskan bagaimana
seharusnya mereka menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala,
karena memang akal manusia tidak bisa mengetahui hal itu
dengan sendirinya.
b) Mensyukuri nikmat Allah yang amat besar ini.
c) Mencintai para rasul, mengagungkannya, serta memujinya
karena mereka adalah para rasul Allah Subhanahu wa Ta'ala,
dan karena mereka hanya menyembah Allah, menyampaikan
risalah-Nya, dan menasihati hamba-Nya.
5. Beriman Kepada Hari Akhirat
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah
membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal di tempat
yang penuh kenikmatan atau di tempat siksaan yang amat pedih.
Beriman kepada Hari Akhir meliputi beriman kepada semua yang
akan terjadi setelah kematian, yaitu: ujian kubur, kenikmatan dan
siksaannya, serta apa yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan
dan hisab, kemudian surga atau neraka.
Iman kepada hari Akhir mengandung tiga unsur, yaitu:
a) Mengimani ba'ts (kebangkitan), yaitu menghidupkan kembali
orang-orang yang sudah mati ketika tiupan sangkakala yang
kedua kali. Pada waktu itu semua manusia bangkit untuk
menghadap Rabb alam semesta dengan tidak beralas kaki,
bertelanjang, dan tidak disunat. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman: “Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama,
begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti
9 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya".
(Al-Anbiyaa: 104)
b) Mengimani hisab (perhitungan) dan jaza' (pembalasan)
dengan meyakini bahwa seluruh perbuatan manusia akan
dihisab dan dibalas. Hal ini dipaparkan dengan jelas di dalam
Al-Qur'an, Sunnah dan ijma (kesepakatan) umat Islam. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:“Sesungguhnya kepada Kamilah
kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah
menghisab mereka." (QS.Al-Ghasyiyah: 25-26)
c) Mengimani surga dan neraka sebagai tempat manusia yang
abadi. Surga tempat kenikmatan yang disediakan Allah untuk
orang-orang mukmin yang bertaqwa, yang mengimani apa-
apa yang harus diimani, yang taat kepada Allah dan rasul-
Nya, dan kepada orang-orang yang ikhlas. Di dalam Surga
terdapat berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata,
tidak pernah didengar telinga, serta tidak terlintas dalam
benak manusia. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah
surga Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka
pun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Rabbnya".(QS. Al-Bayyinnah: 7-8).
Sedangkan neraka adalah tempat adzab yang disediakan oleh
Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk orang-orang kafir, yang
berbuat zhalim, serta bagi yang mengingkari Allah dan rasul-
Nya. Di dalam Neraka terdapat berbagai adzab dan sesuatu
yang menakutkan, yang tidak pernah terlintas dalam hati.
Allah berfirman:“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-
orang yang zhalim itu Neraka yang gejolaknya mengepung mereka.
Jika mereka meminta minum, maka mereka akan diberi minuman
dengan air seperti besi yang mendidih yang dapat menghanguskan
muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek". (QS.Al-Kahfi : 29)
Adapun buah iman kepada hari akhir adalah:
10 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
a) Mencintai ketaatan dengan mengharap balasan pahala pada
hari itu.
b) Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan siksa
pada hari itu.
c) Menghibur orang mukmin tentang apa yang didapatkan di
dunia dengan mengharap kenikmatan serta pahala di akhirat.
6. Beriman Kepada Takdir
Artinya beriman bahwasanya Allah telah mentakdirkan semua
yang ada dan menciptakan seluruh makhluk sesuai dengan ilmu-Nya
yang terdahulu, dan menurut kebijaksanaan-Nya. Maka segala sesuatu
telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan
Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.
Iman terhadap qadha' dan qadar mempunyai empat tingkatan,
yaitu:
a) Al-'Ilm (pengetahuan), yaitu mengimani dan meyakini bahwa
Allah Mahatahu atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terinci,
baik itu termasuk perbuatan-Nya sendiri atau perbuatan
makhluk-Nya. Tak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-
Nya.
b) Al-Kitabah (penulisan), yaitu mengimani bahwa Allah telah
menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh
yang ada di sisi-Nya. Kedua tingkatan ini sama-sama
dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya: "Apakah kamu tidak
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada
di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam
sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat
mudah bagi Allah”.(QS. Al-Hajj: 70).
c) Al-Masyi'ah (kehendak) artinya, bahwa segala sesuatu yang
terjadi, atau tidak terjadi, di langit dan di bumi, adalah
dengan kehendak Allah. Hal ini dinyatakan jelas dalam Al-
Qur'an Al-Karim. Dan Allah telah menetapkan bahwa apa
yang diperbuat-Nya adalah dengan kehendak-Nya, serta apa
yang diperbuat para hamba-Nya juga dengan kehendak-Nya.
11 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
Firman Allah, artinya: “(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang
mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat
menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah, Tuhan Semesta Alam” (QS. At-Takwir: 28-29)
d) Al-Khalq (penciptaan) yaitu, mengimani bahwa Allah
Pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan di bumi
Penciptanya tiada lain adalah Allah. “Yang menjadikan mati dan
hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya". (QS.Al-Mulk: 2)
Adapun hikmah beriman kepada qada dan qadar adalah:
a) Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar.
Firman Allah, artinya:“Dan apa saja nikmat yang ada pada
kamu, maka dari Allah(datangnya), dan bila ditimpa oleh
kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan.” (QS. An-Nahl: 53)
b) Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, artinya: “Hai anak-
anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87)
c) Memupuk sifat optimis dan giat bekerja. Firman Allah:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”. (QS. Al- Qashas: 77)
d) Menenangkan jiwa. Allah berfirman yang artinya: “Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.”(QS. Al-
Fajr: 27-30)
12 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
D. Keutamaan Tauhid
1. Tauhid adalah tujuan diciptakannya jin dan manusia. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman :
ُٕٚ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َٝٔ‫ي‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ َ‫ظ‬ِْٔ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٖٔٔ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ت‬ٞ‫ك‬ًَٜ‫خ‬ ‫َا‬ََٚ
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk
beribadahkepada-Ku.”(QS. Adz-Dzariyat: 56)
2. Tauhid adalah risalah yang dibawa oleh para rasul.
‫ٝٛت‬‫غ‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ب‬َٔٓ‫ت‬ِ‫د‬‫َا‬ٚ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬ ٢ٕٜ‫أ‬ ٟ٫ُٛ‫ض‬َ‫ز‬ ٕ١َٖٝ‫أ‬ ٌٚٝ‫ن‬ ٞٔ‫ؾ‬ ‫َا‬ِٓ‫ج‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ِ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ي‬َٚ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk
menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah thoghut.” .
(QS.
An-Nahl: 36)
3. Tauhid adalah landasan dari semua ibadah dan muamalah
ُُٖ‫د‬َ‫س‬ٜ‫أ‬ َ‫س‬َ‫ب‬ٔ‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٜ‫ى‬َ‫د‬ِٓٔ‫ع‬ َٖٔ‫ػ‬ًِٝ‫ب‬َٜ ‫ٖا‬َ٢‫إ‬ ‫ّا‬ْ‫ا‬َ‫ط‬ِ‫س‬٢‫إ‬ ٢َِٜٔ‫د‬ٔ‫ي‬‫ا‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬َٚ ُٙ‫ٖا‬ٜ٢‫إ‬ ٤٫٢‫إ‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ ٤٫ٜ‫أ‬ ٜ‫و‬ٗ‫ب‬َ‫ز‬ ٢َ‫ك‬ٜ‫ق‬َٚ‫َا‬ُ
َ‫ح‬‫َا‬َٓ‫د‬ ‫َا‬ُُٜٗ‫ي‬ ِ‫ض‬ٔ‫ؿ‬ِ‫خ‬‫َا‬ٚ ‫ّا‬‫مي‬٢‫س‬ٜ‫ن‬ ٟ٫ِٜٛ‫ق‬ ‫َا‬ُُٜٗ‫ي‬ ٌِٝ‫ق‬َٚ ‫َا‬ُُِٖ‫س‬ََِٗٓ‫ت‬ ٜ٫َٚ ٩‫ف‬ٝ‫أ‬ ‫َا‬ُُٜٗ‫ي‬ ٌِٝ‫ك‬َ‫ت‬ ٜ٬ٜ‫ؾ‬ ‫َا‬ُُٖٜ٬ٔ‫ن‬ ِٜٚ‫أ‬
ٗ‫ر‬‫ي‬‫ا‬‫ّا‬‫ري‬ٔ‫ػ‬َ‫ؾ‬ ْٞٔ‫ا‬َٖٝ‫ب‬َ‫ز‬ ‫َا‬ُٜ‫ن‬ ‫َا‬َُُُِٗ‫س‬ِ‫ز‬‫ا‬ ٚ‫ب‬َ‫ز‬ ٌِٝ‫ق‬َٚ ٔ١َُِ‫س‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ََٔٔ ٍٚ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali
hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan, dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’:
23-24)
13 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
٤٫ٜ‫أ‬ ِِٝ‫ه‬ًَِٜٝ‫ع‬ ِِٝ‫ه‬ٗ‫ب‬َ‫ز‬ َّٖ‫س‬َ‫س‬ ‫َا‬َ ٌُِ‫ت‬ٜ‫أ‬ ‫ِا‬ٜٛ‫ي‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ٌِٝ‫ق‬ٜ٫َٚ ‫ّا‬ْ‫ا‬َ‫ط‬ِ‫س‬٢‫إ‬ ٢َِٜٔ‫د‬ٔ‫ي‬‫ا‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬َٚ ‫ّا‬٦َِٝ‫غ‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ ‫ٝٛا‬‫ن‬٢‫س‬ِ‫ػ‬ُ‫ت‬
‫َا‬َِٗٓٔ َ‫س‬َٜٗ‫ظ‬ ‫َا‬َ َ‫ؼ‬ٔ‫س‬‫َا‬ٜٛ‫ؿ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ب‬َ‫س‬ٞ‫ك‬َ‫ت‬ ٜ٫َٚ ُِِٖ‫ٖا‬ٜ٢‫إ‬َٚ ِِٝ‫ه‬ٝ‫ق‬ُ‫ش‬ِ‫س‬َْ ُِٔ‫ش‬َْ ٣‫م‬ٜ٬َِ٢‫إ‬ َِٔٔ ِِٝ‫ن‬َ‫د‬ٜ٫ِٜٚ‫أ‬ ‫ٝٛا‬ًُ‫ت‬ٞ‫ك‬َ‫ت‬
٤٫٢‫إ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َّٖ‫س‬َ‫س‬ ٞٔ‫ت‬٤‫ي‬‫ا‬ َ‫ظ‬ٞ‫ؿ‬ٖٓ‫ي‬‫ا‬ ‫ٝٛا‬ًُ‫ت‬ٞ‫ك‬َ‫ت‬ ٜ٫َٚ ََٜٔٛ‫ب‬ ‫َا‬ًَََٕٚٛٝٔ‫ك‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ن‬‫ٖا‬‫ؾ‬َٚ ِِٝ‫ه‬ٔ‫ي‬َ‫ذ‬ ٚ‫ل‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬
َٕ‫َا‬‫ص‬ُٝٔٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٌَِٜٝ‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ‫ٝٛا‬‫ؾ‬ِٜٚ‫أ‬َٚ ُٖٙ‫د‬ُ‫غ‬ٜ‫أ‬ َ‫ؼ‬ًِٝ‫ب‬َٜ ٢ٖ‫ت‬َ‫س‬ َُٔ‫ط‬ِ‫س‬ٜ‫أ‬ َٖٞٔ ٞٔ‫ت‬٤‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ٤٫٢‫إ‬ ٢ِٝٔ‫ت‬َٝٞ‫ي‬‫ا‬ ٍَ‫َا‬َ ‫ُٛا‬‫ب‬َ‫س‬ٞ‫ك‬َ‫ت‬ ٜ٫َٚ
ٜ‫ؾ‬ ُِِ‫ت‬ًٞٝ‫ق‬ ‫َا‬‫ذ‬٢‫إ‬َٚ ‫َا‬َٗ‫ع‬ِ‫ض‬ُٚ ٤٫٢‫إ‬ ‫ّا‬‫ط‬ٞ‫ؿ‬َْ ُ‫ـ‬٨ًٜ‫ه‬ُْ ٜ٫ ٔ‫ط‬ِ‫ط‬ٔ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٔ‫د‬َِٗ‫ع‬ٔ‫ب‬َٚ ٢َ‫ب‬ِ‫س‬ٝ‫ق‬ ‫َا‬‫ذ‬ َٕ‫ٜا‬‫ن‬ ِٜٛ‫ي‬َٚ ‫ٝٛا‬‫ي‬ٔ‫د‬ِ‫ع‬‫ا‬
ٜ٫َٚ ُُٙٛ‫ع‬ٔ‫ب‬ٖ‫ت‬‫ٜا‬‫ؾ‬ ‫ّا‬ُٝٔ‫ك‬َ‫ت‬ِ‫ط‬َُ ٞٔ‫ط‬‫َا‬‫س‬ٔ‫ؾ‬ ‫َا‬‫ر‬َٖ ٖٕٜ‫أ‬َٚ َُٕٚ‫س‬٤‫ن‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ن‬‫ٖا‬‫ؾ‬َٚ ِِٝ‫ه‬ٔ‫ي‬َ‫ذ‬ ‫ٝٛا‬‫ؾ‬ِٜٚ‫أ‬
٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ن‬‫ٖا‬‫ؾ‬َٚ ِِٝ‫ه‬ٔ‫ي‬َ‫ذ‬ ًٔ٘ٔٝٔ‫ب‬َ‫ض‬ َِٔ‫ع‬ ِِٝ‫ه‬ٔ‫ب‬ َ‫م‬ٖ‫س‬ٜ‫ؿ‬َ‫ت‬ٜ‫ؾ‬ ٌَُ‫ب‬ٗ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٔ‫ب‬ٖ‫ت‬َ‫ت‬َٕٛٝ‫ك‬ٖ‫ت‬َ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬
“Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan
kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu, dan janganlah
kamu membunuh anak anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu
yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami(nya).
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu). Dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat. Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-An’am: 151-153)
14 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
4. Tauhid mencakup seluruh ajaran Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa
Sallam. Ibnu Mas‟ud Radhiyallahu 'anhu berkata: “Barang siapa yang
ingin melihat wasiat Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang
tertera di atasnya cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: “Katakanlah (Muhammad) marilah
kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah
kamu berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, dan “Sungguh inilah jalan-Ku
berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah
kalian ikuti jalan-jalan yang lain”. (HR.Tirmidzi)
5. Tauhid adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang hamba
kepada Rabb-nya. Mu‟adz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu berkata :
‫يٓيب‬‫ا‬ ‫ٜـ‬‫د‬‫ز‬ ‫نٓت‬٢ً‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫سل‬ ‫َا‬ ٟ‫أتدز‬ ،‫َعاذ‬ ‫ٜا‬ ": ٞ‫ي‬ ٍ‫ؾكا‬ ،‫محاز‬ ٢ً‫ع‬
: ٍ‫قا‬ ،ًِ‫أع‬ ٘‫ي‬ٛ‫ٚزض‬ ‫اهلل‬ : ‫قًت‬ ‫؟‬ ‫اهلل‬ ٢ً‫ع‬ ‫يعباد‬‫ا‬ ‫سل‬ ‫َٚا‬ ،‫يعباد‬‫ا‬‫اهلل‬ ‫سل‬
َٔ ‫ٜعرب‬ ٫ ٕ‫أ‬ ‫اهلل‬ ٢ً‫ع‬ ‫يعباد‬‫ا‬ ‫ٚسل‬ ،‫غٝ٦ا‬ ٘‫ب‬ ‫ٜػسنٛا‬ ٫ٚ ٙٚ‫ٜعبد‬ ٕ‫أ‬ ‫يعباد‬‫ا‬ ٢ً‫ع‬
ِٖ‫تبػس‬ ٫ " : ٍ‫قا‬ ‫؟‬ ‫يٓاع‬‫ا‬ ‫أبػس‬ ٬‫أؾ‬ ،‫اهلل‬ ٍٛ‫زض‬ ‫ٜا‬ : ‫قًت‬ ،‫غٝ٦ا‬ ٘‫ب‬ ‫ٜػسى‬ ٫
." ‫ؾٝتهًٛا‬
“Aku pernah diboncengkan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam di atas
keledai, kemudian beliau berkata kepadaku: “Wahai muadz, tahukah kamu
apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya, dan apa hak
hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah?, Aku menjawab: “Allah
dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda: “Hak
Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka
beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,
sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak
akan menyiksa orang orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
pun, lalu aku bertanya: ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita
gembira ini kepada orang-orang?, beliau menjawab: “Jangan engkau lakukan
itu, karena Khawatir mereka nanti bersikap pasrah”. (HR. Bukhari-
Muslim)
6. Tauhid akan mendatangkan ketenangan hidup.
15 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
ٕٚ‫َٗتد‬ ِٖٚ َٔ‫ا٭‬ ِ‫هل‬ ‫ي٦و‬ٚ‫أ‬ ًِ‫بع‬ ِْٗ‫ا‬‫إمي‬ ‫ًٜبطٛا‬ ‫ٚمل‬ ‫آَٓٛا‬ ٜٔ‫ر‬‫ي‬‫ا‬
“Orang-orang yang beriman dan tidak menodai keimananmereka dengan
kedzoliman (kemusyrikan) mereka itulah orang-orang yang mendapat
ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang mendapat jalan hidayah”.
(QS. Al An’am: 82)
7. Tauhid adalah penyebab masuk surga. Ubadah bin Shomit
Radhiyallahu 'anhu menuturkan: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda:
‫ذلُدا‬ ٕ‫ٚأ‬ ،٘‫ي‬ ‫ٜو‬‫س‬‫غ‬ ٫ ٙ‫ٚسد‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٕ‫أ‬ ‫غٗد‬ َٕٔ‫ٚأ‬ ،٘‫ي‬ٛ‫ٚزض‬ ٙ‫عبد‬
‫يٓاز‬‫ا‬ٚ ‫سل‬ ١ٓ‫ٚاجل‬ َ٘ٓ ‫ٚزٚح‬ ِٜ‫س‬َ ‫إىل‬ ‫يكاٖا‬‫أ‬ ٘‫ٚنًُت‬ ،٘‫ي‬ٛ‫ٚزض‬ ‫اهلل‬ ‫عبد‬ ٢‫عٝط‬
ٌُ‫يع‬‫ا‬ َٔ ٕ‫نا‬ ‫َا‬ ٢ً‫ع‬ ١ٓ‫اجل‬ ‫اهلل‬ ً٘‫أدخ‬ ‫سل‬.
“Barang siapa yang bersyahadatbahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar)
selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, dan kalimat-Nya
yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari pada-Nya, dan surga itu
benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya ke
dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari -
Muslim)
8. Tauhid dapat menyelamatkan dari siksa neraka. Rasulullah bersabda:
"" ‫اهلل‬ ٘‫ٚد‬ ‫يو‬‫ر‬‫ب‬ ٞ‫ٜبتػ‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٍ‫قا‬ َٔ ‫يٓاز‬‫ا‬ ٢ً‫ع‬ ّ‫سس‬ ‫اهلل‬ ٕ‫ؾإ‬
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata‟ala mengharamkan neraka bagi orang-
orang yang mengucapkan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan
(pahala melihat) wajah Allah.” (HR. Bukhari)
9. Tauhid dapat memperberat timbangan amal (mizan). Diriwayatkan
dari Abu Said Al Khudri Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
16 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
٘‫ي‬‫إ‬ ٫ : ٢‫َٛض‬ ‫ٜا‬ ٌ‫ق‬ : ٍ‫قا‬ ،٘‫ب‬ ‫ٚأدعٛى‬ ‫أذنسى‬ ‫غٝ٦ا‬ ‫عًُين‬ ،‫زب‬ ‫ٜا‬ ٢‫َٛض‬ ٍ‫قا‬ "
‫يطبع‬‫ا‬ ‫يطُٛات‬‫ا‬ ٕ‫أ‬ ٛ‫ي‬ : ٢‫َٛض‬ ٍ‫قا‬ ،‫ٖرا‬ ٕٛ‫ي‬ٛ‫ٜك‬ ‫عبادى‬ ٌ‫ن‬ ‫زب‬ ‫ٜا‬ : ٍ‫قا‬ ،‫اهلل‬ ٫‫إ‬
ٖٔ‫ٚعاَس‬–ٟ‫غري‬–‫يت‬‫ا‬َ ،١‫نؿـ‬ ‫يف‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ٚ ،١‫نؿ‬ ‫يف‬ ‫يطبع‬‫ا‬ ‫ٚا٭زقني‬
)٘‫ٚؾشش‬ ِ‫ٚاحلان‬ ٕ‫سبا‬ ٔ‫اب‬ ٙ‫(زٚا‬ " ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٔ‫بٗـ‬
“Musa berkata: “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingat-
Mu dan berdoa kepada-Mu”, Allah berfirman: “Ucapkan hai Musa
”, Musa berkata: “Ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu”, Allah
menjawab: “Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya,
selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat
diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat
lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban)
10. Tauhid memudahkan pelakunya untuk mendapatkan ampunan.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
‫تػسى‬ ٫ ‫يكٝتين‬ ِ‫ث‬ ،‫ٜا‬‫ا‬ٛ‫خ‬ ‫ا٭زض‬ ‫بكساب‬ ‫أتٝتين‬ ٛ‫ي‬ ،ّ‫آد‬ ٔ‫اب‬ ‫ٜا‬ : ‫تعاىل‬ ‫اهلل‬ ٍ‫قا‬ "
" ٠‫َػؿس‬ ‫بكسابٗا‬ ‫٭تٝتو‬ ،‫غٝ٦ا‬ ٞ‫ب‬
“Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman: “Hai anak Adam, jika engkau
datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati
dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan
datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.
(HR.Tirmidzi)
11. Tauhid adalah tingkat keimanan yang tertinggi. Rasulullah bersabda :
٢َٔ‫ع‬ ٣َ‫ذ‬ٜ‫٭‬ٞ‫ا‬ ٝ١ٜ‫ط‬‫َا‬َ٢‫إ‬ ‫َا‬ٖ‫َا‬ِْ‫د‬ٜ‫أ‬َٚ ‫٤اهلل‬٫٢‫إ‬ َ٘‫ي‬٢‫إ‬ٜ٫ ٍُِٜٛ‫ق‬ ‫َا‬ًَٗٝ‫ك‬ٞ‫ؾ‬ٜ‫أ‬ٜ‫ؾ‬ ٟ١َ‫ب‬ِ‫ع‬ُ‫غ‬ َٕٛٗ‫ت‬ٔ‫ض‬َٚ ْ‫ع‬ِ‫ك‬ٔ‫ب‬ ُٕ‫َا‬ُِٜ٢‫إل‬ٜ‫ا‬
٢‫ل‬ٜ٢‫س‬٤ٛ‫ي‬‫ا‬
17 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
“Iman itu ada enam puluh cabang lebih, paling tinggi adalah perkataan /
ucapan Laa Ilaaha Illallah dan paling rendahnya menyingkirkan gangguan
dari jalan.” (HR. Muslim)
12. Tauhid sebagai syarat diterimanya suatu ibadah. Allah berfirman:
ًََُِٕٛٝ‫ع‬َٜ ‫ُٛا‬ْ‫ا‬ٜ‫ن‬ ‫ٖا‬َ َُِِٗٓ‫ع‬ ٜ‫ط‬ٔ‫ب‬َ‫ش‬ٜ‫ي‬ ‫ٝٛا‬‫ن‬َ‫س‬ِ‫غ‬ٜ‫أ‬ ِٜٛ‫ي‬َٚ
“Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am: 88)
13. Orang yang benar-benar merealisasikan tauhid akan masuk jannah
(surga) tanpa hisab. Ketika para shahabat bertanya-tanya tentang
70.000 orang dari umat Muhammad yang masuk jannah tanpa hisab
dan tanpa adzab, maka Rasulullah bersabda:
ِ‫ط‬َٜ ٜ٫ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ًَُُِٖٕٛٝ٤‫ن‬ََٛ‫ت‬َٜ ِِ٢ٗٚ‫ب‬َ‫ز‬ ٢ًَٜ‫ع‬َٚ َُٕٚ‫س‬َٖٜٝٛ‫ت‬َٜ ٜ٫َٚ ََُٕٚٛ‫ت‬ٞ‫ه‬َٜ ٜ٫َٚ َٕٛٝ‫ق‬ِ‫س‬َ‫ت‬
“… Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak minta dikay
dan tidak mengundi nasib dengan burung dan sejenisnya dan mereka
bertawakkal hanya kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
18 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
BAB II
PEMBAGIAN TAUHID
Tauhid secara bahasa diambil dari kata (‫ا‬ ). Artinya
mentauhidkan sesuatu, jika menjadikannya satu. Ketika diderivasi menjadi
tawhid, yang merupakan bentuk mashdar dari wahada, tawhid maknanya adalah
keyakinan atas keesaan Allah, al-I‟tiqadu biwahdaniyyatillah.4
Adapun menurut istilah tauhid berarti mengesakan Allah terhadap
segala sesuatu yang menjadi kekhususan-Nya, baik pada perkara Rububiyah,
Uluhiyyah, maupun Al-Asma` was shifat.
Dalam bahasan secara umum, tauhid memiliki arti keimanan yang
mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan kata lain seorang mukmin
tidak mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan siapapun dan
hanya beribadah dengan setulus hati kepada-Nya semata. Dalam bahasa
Arab, tauhid berarti iman pada ke-Esaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, al-iman bi
wahdaniyatillah.
Dalam sebuah hadits, disebutkan secara langsung istilah tauhid ini, yaitu
dengan menggunakan redaksi (ُ‫للا‬ َ‫د‬َّ‫ح‬ َ‫ُو‬ٌ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬). Maknanya agar Allah
ditauhidkan. Hal itu sebagaimana terdapat dalam riwayat Ibn Umar,
،ٝ‫هلل‬‫ا‬ َ‫د‬ٖ‫س‬َُٜٛ ِٕٜ‫أ‬ ٢ًَٜ‫ع‬ :ٕ١َ‫ط‬َُِ‫خ‬ ٢ًَٜ‫ع‬ ُّٜ٬ِ‫ض‬٢‫إل‬ٞ‫ا‬ َُٞٔٓ‫ب‬ :َُِ٘ٓ‫ع‬ ٝ‫هلل‬‫ا‬ َٞٔ‫ق‬َ‫ز‬ َ‫س‬َُُ‫ع‬ ٢ِٔ‫ب‬‫ا‬ ٢َٔ‫ع‬،ٔ٠ٜ٬ٖ‫ؿ‬‫ي‬‫ا‬ ٢ّ‫ٜا‬‫ق‬٢‫إ‬ٚ
َ‫ك‬َََ‫ز‬ ٢ّ‫َا‬ٝٔ‫ؾ‬َٚ ،ٔ٠‫ٜا‬‫ن‬ٖ‫ص‬‫ي‬‫ا‬ ٔ٤‫َا‬‫ت‬ِٜ٢‫إ‬ٚ٢‫ر‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ،َٕ‫ا‬
“Dari Ibnu Umar, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda:
Islam dibangun atas lima rukun: Allah k ditauhidkan, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan, dan haji.” (HR. Bukhari)
4 AW. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, yang ditashih oleh KH Ali
Ma’shum, KH. Zainal Abiidin Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif 2002. hlm. 1542-1543.
19 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
Menurut Ibn Qayyim, secara umum tauhid terbagi menjadi tiga
bagian, hal itu berdasarkan istiqra (penelitian menyeluruh) terhadap dalil-dalil
yang ada di dalam Al-Quran dan As-Sunnah, yaitu: 5
1. Pertama: Tauhid Rububiyyah
Pengertian tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam segala
perbuatan-Nya, dengan keyakinan bahwa Dialah satu-satunya dzat yang
maha Pencipta, Penguasa, Pengatur segala urusan alam semesta.
Di antara dalil-dalil tauhid rububiyyah adalah firman Allah ta'ala :
ٝ‫ن‬ ُ‫ل‬ٔ‫ي‬‫ا‬َ‫خ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ْٕ٤َِٞ‫غ‬ ٌٚ
“Allah menciptakan segala sesuatu”. (QS. Az-Zumar: 62)
ٞٔ‫ؾ‬ ٌٙٝ‫ن‬ ‫َا‬َٗ‫ع‬َ‫د‬َِٛ‫ت‬ِ‫ط‬ََُٚ ‫َا‬ٖٖ‫س‬ٜ‫ك‬َ‫ت‬ِ‫ط‬َُ ًُِِٜ‫ع‬ََٜٚ ‫َا‬ٗٝ‫ق‬ِ‫ش‬٢‫ز‬ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٢ًَٜ‫ع‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬ ٕ١ٖ‫ب‬‫َا‬‫د‬ َِٔٔ ‫َا‬ََٚ‫ٔني‬‫ب‬َُ ٕ‫ب‬‫َا‬‫ت‬ٔ‫ن‬
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis di dalam kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh)”. (QS.
Hud: 6)
ًَُِٜٔ َِٖٜٔ‫أ‬ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ٤‫َا‬ُٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ََٔٔ ِِٝ‫ه‬ٝ‫ق‬ُ‫ش‬ِ‫س‬َٜ ََِٔ ٌِٝ‫ق‬ََٔٔ َٖٞ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬٢‫س‬ِ‫د‬ُٜ َََِٔٚ َ‫ز‬‫َا‬‫ؿ‬ِ‫ب‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ َ‫ع‬ُِٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٝ‫و‬
َٕٛٝ‫ك‬ٖ‫ت‬َ‫ت‬ ٬ٜ‫ؾ‬ٜ‫أ‬ ٌِٝ‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َٕٛٝ‫ي‬ٛٝ‫ك‬ََٝ‫ط‬ٜ‫ؾ‬ َ‫س‬َِٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٚ‫ب‬َ‫د‬ُٜ َََِٔٚ َٚٞ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ََٔٔ َ‫ت‬َُٚٝٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬٢‫س‬ِ‫د‬َُٜٚ ٔ‫ت‬َُٚٝٞ‫ي‬‫ا‬
“Katakanlah: „Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang menguasai (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup daripada yang mati dan yang mengeluarkan
yang mati daripada yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan" Maka
mereka menjawab:"Allah". Maka katakanlah:"Mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepada-Nya)? (QS. Yunus: 31)
Mengenai tauhid rububiyah ini, hampir seluruh manusia dari anak cucu
Adam, tidak ada yang mengingkarinya kecuali hanya sebagian kecil dari
kelompok atheis yang tidak mengakui keberadaan Tuhan. Akan tetapi,
pengakuan terhadap rububiyah saja tidak cukup, harus dilengkapi dengan
5 - Ibn Qayyim, Miftah Dar As-Sa’adah, Maktabah Dar Ibn Affan, 1996, Jilid 1, hlm.86
20 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
pengakuan terhadap tauhid uluhiyah dan asma wa sifat yang akan dijelaskan
pada pembahasan berikutnya.
ًُٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ َٓٔٝ‫ي‬ٛٝ‫ك‬َٜٝ‫ي‬ ُِِٜٗ‫ك‬ًَٜ‫خ‬ ََِٔ َُِِٗ‫ت‬ٞ‫ي‬ٜ‫أ‬َ‫ض‬ ِٔٔ٦ٜ‫ي‬َٚ
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah),
‟Siapa yang telah menciptakan mereka?‟, niscaya mereka akan menjawab „Allah”.
(QS. Az-Zukhruf: 87)
ًُٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ َٓٔٝ‫ي‬ٛٝ‫ك‬َٜٝ‫ي‬ َ‫س‬َُٜ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ َ‫ظ‬َُِٓ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ َ‫س‬َٓ‫د‬َ‫ض‬َٚ َ‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ‫ت‬‫َا‬ٚ‫َا‬َُٓ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ َ‫ل‬ًَٜ‫خ‬ ََِٔ َُِِٗ‫ت‬ٞ‫ي‬ٜ‫أ‬َ‫ض‬ ِٔٔ٦ٜ‫ي‬َٚ
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah),
‟Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga
bulan?‟, niscaya mereka akan menjawab „Allah .” (QS. Al Ankabut: 61)
2. Kedua: Tauhid uluhiyah
Pengertian tauhid uluhiyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala
bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Dalilnya firman Allah:
ُ‫ني‬ٔ‫ع‬َ‫ت‬ِ‫ط‬َْ ٜ‫ى‬‫ٓا‬َٜ٢‫إ‬َٚ ُ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َْ ٜ‫ى‬‫ٓا‬َٜ٢‫إ‬
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5)
ٟ‫ا‬َُٓٝٔ‫ض‬ ُٜ٘‫ي‬ ًُِِٜ‫ع‬َ‫ت‬ ٌَِٖ ٔ٘ٔ‫ت‬َ‫د‬‫َا‬‫ب‬ٔ‫ع‬ٔ‫ي‬ ِ‫س‬ٔ‫ب‬ِٜٛ‫ؾ‬‫َا‬ٚ ُِٙ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬‫ٜا‬‫ؾ‬ ‫َا‬ََُُِٗٓٝ‫ب‬ ‫َا‬ََٚ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ‫ت‬‫َا‬ٚ‫َا‬ُٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ب‬َ‫ز‬
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya.
Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)”.
(QS. Maryam:65)
ٜٞٔٓٔ‫د‬ ُٜ٘‫ي‬ ٟ‫ا‬‫ٔؿ‬ًِ‫د‬َُ ُ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬ٜ‫أ‬ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٢ٌٝ‫ق‬
“Katakanlah:"Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.” (QS. Az-Zumar: 14)
Adapun makna ibadah yang dimaksudkan di sini adalah semua hal
yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Maksud
21 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
„yang dicintai Allah‟, adalah segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila
melakukannya, seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk
ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti‟anah. Maka seorang
yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah
semata, dan tidak kepada yang lain.
َ‫ت‬ٛٝ‫غ‬‫ٓا‬ٜٛ‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ب‬َٔٓ‫ت‬ِ‫د‬‫َا‬ٚ ًَٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬ ٢ٕٜ‫أ‬ ‫ٟا‬‫ي‬ُٛ‫ض‬َ‫ز‬ ٕ١ََٓٝ‫أ‬ ٓ٢ٌٝ‫ن‬ ٞٔ‫ؾ‬ ‫َا‬ِٓ‫ج‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ِ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ي‬َٚ
“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk
mengatakan: „Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut” (QS. An Nahl: 36)
Ayat tersebut, secara tegas menjelaskan bahwa misi dakwah para rasul,
dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di
jalan Allah, agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan
kepada selain-Nya ditinggalkan.
3. Hubungan tauhid uluhiyah dan rububiyah
Antara tauhid uluhiyah dan rububiyah, memiliki hubungan yang amat
erat, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal itu karena alasan berikut:
- Tauhid rububiyah mengharuskan kepada tauhid uluhiyah. Siapa yang
mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Esa, Dia lah Rabb,
Pencipta, yang memiliki, dan yang memberi rizki niscaya
mengharuskan dia mengakui bahwa tidak ada yang berhak disembah
selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka dia tidak boleh berdoa
melainkan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak meminta
tolong kecuali kepada-Nya, tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya.
Dia tidak memalingkan sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, bukan kepada yang lainnya.
Tauhid uluhiyah mengharuskan bagi tauhid rububiyah agar setiap orang
hanya menyembah Allah saja, tidak menyekutukan sesuatu
dengannya. Dia harus meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
adalah Rabb-Nya, Penciptanya, dan pemiliknya.
- Tauhid rububiyah dan uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama-
sama, akan tetapi keduanya mempunyai pengertian berbeda. Makna
Rabb adalah yang memiliki dan yang mengatur dan sedangkan makna
ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang berhak untuk
22 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
disembah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Seperti firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala, katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb manusia.
Raja manusia. Sembahan manusia". (QS. An-Naas: 1-3). Dan terkadang
keduannya disebutkan secara terpisah, maka keduanya mempunyai
pengertian yang sama, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
“Katakanlah, „Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, …". (QS.
An-An'aam: 164)
4. Ketiga: Tauhid Asma’ wa Sifat.
Pengertian tauhid asma‟ wa sifat adalah mentauhidkan Allah Ta‟ala dalam
penetapan nama dan sifat Allah, yang sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa
Sallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan
sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dan menafikan nama dan
sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya, dengan tanpa tahrif, ta‟thil, takyif, dan
tafwidh.
- Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau
sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil.
Sebagai misalnya kata „istiwa‟ yang artinya „bersemayam‟ dipalingkan
menjadi „menguasai‟.
- Ta‟thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah.
Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di
atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.
- Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah
sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada
makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya
sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan
Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
- Tasybihadalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-
Nya.
- Tafwidh yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan
menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata „Allah
Ta‟ala memang ber-istiwa di atas „Arsy namun kita tidak tahu
maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah‟. Pemahaman ini
tidak benar karena Allah Ta‟ala telah mengabarkan sifat-sifat-Nya
23 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
dalam Al-Qur‟an dan Sunnah agar hamba-hamba-Nya
mengetahui.Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang
jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama
dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifat-Nya
dalam Al-Qur‟an adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh
hamba-Nya.
Adapun dalil tauhid asma‟ dan sifat adalah berdasarkan firman Allah
berikut ini:
ُ‫ري‬ٔ‫ؿ‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬َُٝٔٓ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ََُٖٛٚ ْ٤َِٞ‫غ‬ ًِٔ٘ٔ‫ج‬ُٜٔ‫ن‬ َ‫ظ‬ِٜٝ‫ي‬
“Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar Lagi Maha Melihat”. (QS. Asy Syura: 11)
ََِٕٚ‫ص‬ِ‫ذ‬َُٝ‫ض‬ ٔ٘ٔ٥‫ا‬َُِ‫ض‬ٜ‫أ‬ ٞٔ‫ؾ‬ َُٕٚ‫د‬ٔ‫ش‬ًُٜٞ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫ز‬َ‫ذ‬َٚ ‫َا‬ٗٔ‫ب‬ ُُٙٛ‫ع‬ِ‫د‬‫ٜا‬‫ؾ‬ ٢َِٓ‫ط‬ُ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٤‫َآ‬ُِ‫ض‬ٜ‫٭‬ٞ‫ا‬ ٔ‫هلل‬َٚ‫ُٛا‬ْ‫ا‬ٜ‫ن‬‫َا‬َ
ًََُِٕٛٝ‫ع‬َٜ
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A`raf: 180)
َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ِ‫د‬‫ا‬ ٢ٌٝ‫ق‬٢َِٓ‫ط‬ُ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٤‫َا‬ُِ‫ض‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ًُٜٜ٘‫ؾ‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ِ‫د‬َ‫ت‬ ‫َا‬َ ٟ‫ا‬ٜٜٓ‫أ‬ ََُِٔ‫س‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ِ‫د‬‫ا‬ ٢ٜٚ‫أ‬
“Katakanlah:"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang
mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)”
(QS. Al-Isra: 110)
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mengajarkan tentang nama-
nama Allah Subhanahu wa Ta'ala yang indah dan sifat-sifat-Nya yang
sempurna.
٣ًِِٔ‫ط‬َُ ُِٔ‫ب‬ ُ‫د‬ٝٔ‫ي‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ ‫َا‬َٓ‫ث‬ٖ‫د‬َ‫س‬ ٣‫ح‬ٔ‫ي‬‫ا‬َ‫ؾ‬ ُِٔ‫ب‬ ُٕ‫َا‬ٛٞ‫ؿ‬َ‫ؾ‬ ‫َا‬َٓ‫ث‬ٖ‫د‬َ‫س‬ ْٗٞٔ‫ا‬َ‫د‬َ‫ش‬ُٛ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ َ‫ب‬ٛٝ‫ك‬ِ‫ع‬َٜ ُِٔ‫ب‬ ُِٖٝٔ‫َا‬‫س‬ِ‫ب‬٢‫إ‬ ‫َا‬َٓ‫ث‬ٖ‫د‬َ‫س‬
٤ً‫ي‬‫ا‬ ٍُُٛ‫ض‬َ‫ز‬ ٍَ‫ٜا‬‫ك‬ٜ‫ي‬‫ا‬ٜ‫ق‬ ٜ٠َ‫س‬َِٜ‫س‬ُٖ ٞٔ‫ب‬ٜ‫أ‬ َِٔ‫ع‬ ٢‫ز‬َ‫س‬ِ‫ع‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ َِٔ‫ع‬ ٔ‫د‬‫َا‬ْٚ‫ص‬‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ب‬ٜ‫أ‬ َِٔ‫ع‬ ٜ٠َ‫ص‬َُِ‫س‬ ٞٔ‫ب‬ٜ‫أ‬ ُِٔ‫ب‬ ُ‫ب‬َِٝ‫ع‬ُ‫غ‬ ‫َا‬َٓ‫ث‬ٖ‫د‬َ‫س‬ٔ٘
24 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
َ‫د‬ ‫َا‬ٖ‫َا‬‫ؿ‬ِ‫س‬ٜ‫أ‬ ََِٔ ٕ‫د‬ٔ‫س‬‫َا‬ٚ َ‫س‬ِٜٝ‫غ‬ ٟ١َ٥‫ا‬َٔ ‫ّا‬ُِ‫ض‬‫ا‬ َ‫ني‬ٔ‫ع‬ِ‫ط‬ٔ‫ت‬َٚ ٟ١َ‫ع‬ِ‫ط‬ٔ‫ت‬ ٢ٜ‫ي‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ٔ٘٤ًٔ‫ي‬ ٖٕ٢‫إ‬ َِ٤ًَ‫ض‬َٚ ًَِٜٔ٘ٝ‫ع‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٢٤ًَ‫ؾ‬َ‫خ‬ٌَ
ٞ‫ي‬‫ا‬ َُِٔٔ٪ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُّ‫ٜا‬ًٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٚٗ‫د‬ٝ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫و‬ًَُٔٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٝٔ‫س‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ َُُِٔ‫س‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ َُٖٛ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ َٜ٘‫ي‬٢‫إ‬ ‫ٜا‬‫ي‬ ٟٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َُٖٛ ٜ١َٖٓ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َُُُُِٔٔٝٗ
ٖ‫ش‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬‫ٖا‬َٖٛٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬‫ٖا‬ٜٗ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬‫٤ا‬‫ؿ‬َ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬َٚٛ‫ؿ‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٨٢‫ز‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ل‬ٔ‫ي‬‫ا‬َ‫د‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٚ‫ب‬ٜ‫ه‬َ‫ت‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬‫ٖا‬‫ب‬َ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ص‬ٜ٢‫ص‬َ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ًَُِٝٔ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ح‬‫ٖا‬‫ت‬ٜ‫ؿ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫م‬‫ا‬
ٔ‫ب‬َ‫د‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ـ‬ٝٔٛ٤ً‫ي‬‫ا‬ ٍُِ‫د‬َ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٜ‫ه‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ري‬ٔ‫ؿ‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ُٖٝٔ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٍٗٔ‫ر‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ص‬ٔ‫ع‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٔ‫ؾ‬‫ٖا‬‫س‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ض‬ٔ‫ؾ‬‫َا‬‫د‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫ط‬ٔ‫ض‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ض‬ٔ‫ب‬‫ٜا‬‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ُ‫ري‬
ُ‫ب‬ٝٔ‫ط‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ت‬ٝٔ‫ك‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫غ‬ٝٔ‫ؿ‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ري‬ٔ‫ب‬ٜ‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ًَٗٞٔ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٛٝ‫ه‬ٖ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٛٝ‫ؿ‬َ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٝٔ‫ع‬َ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ًَُِٝٔ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ُِٜ٢‫س‬ٜ‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ًٌَُٝٔ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬
ٔ‫ت‬َُٞ‫ي‬‫ا‬ ٟٗ٢ٜٛ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٌُٝٔ‫ن‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ل‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٝ٢ٖٗ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ح‬ٔ‫ع‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٝٔ‫ذ‬َُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ُٚ‫د‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٝٔ‫ه‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٔ‫ض‬‫َا‬ٛٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬ٝٔ‫ذ‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬ٝٔ‫ق‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ُ‫ني‬
ٞ‫ي‬‫ا‬ ُّٜٛٗٝ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ َٗٞ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ت‬ُُُٝٔٞ‫ي‬‫ا‬ ِٞٔٝ‫ش‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٝٔ‫ع‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٨ٔ‫د‬ِ‫ب‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؿ‬ِ‫ش‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬َُٝٔ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٗٞٔ‫ي‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ُ‫د‬ٔ‫د‬‫َا‬ُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٔ‫د‬‫َا‬ٛ
َٞٔ‫ي‬‫ا‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ ُٔٔ‫ط‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٖٔ‫٤ا‬‫ع‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٔ‫خ‬‫ٞآ‬‫ي‬‫ا‬ ٍُٖٜٚ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٚ‫خ‬َ٪ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُّٚ‫د‬ٜ‫ك‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٔ‫د‬َ‫ت‬ٞ‫ك‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٔ‫د‬‫ٜا‬‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬َُٖ‫ؿ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٔ‫س‬‫َا‬ٛٞ‫ي‬‫ا‬ٞٔ‫ي‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬
ٞ‫ن‬٢‫إ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٢ٍ‫ٜا‬ًَ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُٚ‫ذ‬ ٔ‫و‬ًُُٞٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫و‬ٔ‫ي‬‫ا‬ََ ُ‫ف‬ُٚ٤ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ٗٛٝ‫ؿ‬َ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٔ‫ك‬َ‫ت‬ُُِٓٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬‫ٖا‬ٖٛ‫ت‬‫ي‬‫ا‬ ٗ‫س‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٗٞٔٓ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬َٔ‫َا‬‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫ط‬ٔ‫ط‬ٞ‫ك‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٢ّ‫َا‬‫س‬
ُ‫ب‬ٜ‫أ‬ ٍَ‫ٜا‬‫ق‬ُ‫ز‬ُٛ‫ب‬ٖ‫ؿ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٝٔ‫غ‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫خ‬٢‫ز‬‫َا‬ٛٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ق‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٜٔ‫د‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٟٔ‫د‬‫َا‬ٗٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٛٗٓ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٔ‫ؾ‬‫ٖا‬ٓ‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ز‬‫ٖا‬‫ك‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ْٔ‫ا‬َُٞ‫ي‬‫ا‬ ِٞٔٓ‫ػ‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬٢َ‫ط‬ٝٔ‫ع‬ ٛ
ْ‫ب‬ٜ٢‫س‬ٜ‫غ‬ ْ‫ح‬ٜٔ‫د‬َ‫س‬ ‫َا‬‫ر‬َٖ
“Telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm Ibn Ya'qûb Al Jurjānī telah
menceritakan kepada kami Shafwān Ibn Shālih telah menceritakan kepada kami al-
Wālid Ibn Muslim telah menceritakan kepada kami Syu'aib Ibn Abû Hamzah dari
Abû al-Zinād dari al-A'rāj dari Abû Hurairah ia berkata; Rasulullah Shalallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah ta'ala memiliki sembilan puluh
sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa yang hafal, mengamalkan dan
membenarkannya akan masuk Surga. Yaitu; Allah yang tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Dia al-Rahmān, al-Rahīm, al-Mālik, al-Quddûs, al-Salām, al-
Mu`min, al-Muhaimin, al-'Azīz, al-Jabbār, al-Mutakabbir, al-Khāliq, al-Bāri, al-
Mushawwir, al-Ghaffār, al-Qahhār, al-Wahhāb, al-Razzāq, al-Fattāh, al-'Alīm, al-
Qābidh, al-Bāsith, al-Khāfidh, al-Mu'iz, al-Mudzill, al-Samī', al-Bashīr, al-Hakam,
al-'Adl, al-Lathīf, al-Khabīr, al-Halīm, al-'Azhīm, al-Ghafûr, al-Syakûr, al-'Aliy, al-
Kabīr, al-Hafīzh, al-Muqīt, al-Hasīb, al-Jalīl, al-Karīm, al-Raqīb, al-Mujīb, al-Wāsi',
25 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
al-Hakīm, al-Wadûd, al-Majīd, al-Bā'its, al-Syahīd, al-Haq, al-Wakīl, al-Qawiy, al-
Matīn, al-Waliy, al-Hamīd, al-Muhshī, al-Mubdi`, al-Mu'īd, al-Muhyi, al-Mumīt, al-
Hay, al-Qayyûm, al-Wājid, al-Majīd, al-Wāhid, al-Shamad, al-Qadīr, al-Muqtadir, al-
Muqaddim, al-Muakhkhir, al-Awwal, al-Akhir, al-Zhāhir, al-Bāthin, al-Wali, al-
Muta' āli, al-Bar, al-Tawwāb, al-Muntaqim, al-`Afuw, al-Raûf, Mālik al-Mulk, Dzu
al-Jalāl wa al-Ikrām, al-Muqsith, al-Jāmi', al-Ghani, al-Māni', al-Dhar, al-Nāfi', al-
Hādi, al-Badī', al-Bāqi, al-Wārits, al-Rāsyid, al-Shabûr.” (HR: Tirmidzi)6
6- Muhammad Ibn `Īsā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, Beirut: Dār al-Fikr, 1994, Juz. V, hal. 303, No
Hadis: 3518
26 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
BAB III
SYAHADATAIN
A. Pengertian Syahadat
Syahadat berasal dari bahasa arab ( ), yang memiliki
makna persumpahan atau persaksian (bersumpah atau bersaksi).
Syahadat terdiri dari syahdat laa ilaha illallah, dan syahadat
Muhammadur Rasulullah. Kedua syahadat ini disebut dengan istilah syahadatain.
1. Makna Syahadat Laa ilaha illallah
Maknanya adalah Laa ma‟buda bi haqqin illallah yaitu tiada sesembahan
yang haq (berhak disembah) melainkan Allah.
 Rukun Syahadat Laa ilaha illallah
Syahadat Laa ilaha illallah memiliki dua rukun yaitu An-Nafyu
(penafian/peniadaan) dan Al-Itsbat (penetapan). Kedua rukun ini diambil dari
dua penggalan kalimat tauhid laa ilaha dan illallah. Rinciannya sebagai berikut:
- Laa ilaha (An-Nafyu), yaitu meniadakan dan meninggalkan segala
bentuk kesyirikan serta mengingkari segala sesuatu yang disembah
selain Allah Ta‟ala.
- Illallah (Al-Itsbat), yaitu menetapkan bahwa tidak ada yang berhak
disembah dan diibadahi melainkan Allah serta beramal dengan
landasan ini.
Hal itu berdasarkan firman Allah,
ٔ‫ب‬ ِ‫س‬ٝ‫ؿ‬ٞ‫ه‬َٜ َُِٜٔ‫ؾ‬‫ٱ‬ٔ‫ب‬ َِٔٔ٪َِٜٚ ٔ‫ت‬ٛٝ‫غ‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ٱ‬ٔ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ٱ‬ٔ‫ب‬ ٜ‫و‬َ‫ط‬َُِ‫ت‬ِ‫ض‬‫ٱ‬ٔ٠َِٚ‫س‬ُ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ٱ‬٢ٜ‫ك‬ِ‫ث‬ُٛٞ‫ي‬ٰ
“Maka barangsiapa yang mengingkari Thoghut (sesembahan selain Allah) dan
beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang dengan tali yang
sangat kuat (yaitu kalimat Laa ilaha illallah).” (QS.Al-Baqarah:256)
27 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
Ayat tersebut, secara tegas melarang kepada kita agar menjauhi thoghut
(sesembahan selain Allah). Itu adalah cerminan dari rukun An-Nafyu
(Laa ilaha). Kemudian redaksi berikutnya, Allah memerintahkan agar
kita beriman kepada Allah. Itu adalah cerminan dari rukun Al-Itsbat
(illallah).
 Syarat Syahadat Laa ilaha illallah
a) Ilmu. Yaitu mengetahui makna lailaha illah. Seandainya
mengucapkannya, tanpa mengerti apa maknanya, maka persaksian itu
tidak sah dan tidak berguna. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ٝ‫هلل‬‫ا‬ ٤٫٢‫إ‬ َٜ٘‫ي‬٢‫إ‬ ٜ٫ ُْٖٜ٘‫أ‬ ًِِِٜ‫ع‬‫ٜا‬‫ؾ‬.
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang
patut diibadahi kecuali Allah.” (QS.Muhammad: 19)
ًَُُِٕٜٛ‫ع‬َٜ َُِِٖٚ ٓ٢‫ل‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ َ‫د‬٢َٗ‫غ‬ ََِٔ ‫ٓا‬ٜ‫ي‬٢‫إ‬ ٜ١َ‫ع‬‫ٜا‬‫ؿ‬َٓ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ُْٔ٘ٔٚ‫د‬ َِٔٔ َُٕٛ‫ع‬ِ‫د‬َٜ َٜٔٔ‫ر‬ٜٓ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫و‬ًَُِٜٔ ‫ٜا‬‫ي‬َٚ
“Dan tidaklah orang-orang yang menyebah kepada selain Allah mampu
memberikan syafaat. Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah)
orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui (nya).” (QS.
Az-Zukhruf: 86)
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
١ٓ‫اجل‬ ٌ‫دخ‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٕ‫أ‬ ًِ‫ٜع‬ ٖٛ ٚ ‫َات‬ َٔ
“Barangsiapa meninggal dunia dan dia mengetahui tentang la ilaha illallah,
niscaya masuk surga.” (HR. Muslim)
b) Yaqin (yakin). Maksudnya orang yang mengikrarkannya harus
meyakini kandungan syahadat itu. Manakala ia meragukannya, maka ia
sama dengan orang munafik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
‫َا‬ُْٖ٢‫إ‬‫ُٛا‬‫ب‬‫َا‬‫ت‬ِ‫س‬َٜ ِِٜ‫ي‬ ُِٖ‫ث‬ ٔ٘ٔ‫ي‬ُٛ‫ض‬َ‫ز‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫ُٛا‬ََٓ‫آ‬ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ََُِٕٛٓٔ٪ُُٞ‫ي‬‫ا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..." (QS.Al-
Hujurat: 15)
28 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
١ٓ‫اجل‬ ٌ‫دخ‬ ٫‫إ‬ ‫ؾُٝٗا‬ ‫غاى‬ ‫غري‬ ‫عبد‬ ‫بُٗا‬ ‫اهلل‬ ٢‫ًٜك‬ ٫
“Tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan membawa dua kalimat
syahadat dan tidak ragu-ragu terhadapnya, kecuali dia akan masuk surga”.
(HR. Muslim)
‫٥ط‬‫ا‬‫احل‬ ‫ٖرا‬ ٤‫ٚزا‬ َٔ ‫يكٝت‬ َٔٙ‫ؾبػس‬ ٘‫قًب‬ ‫بٗا‬ ‫َطتٝكٓا‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٕ‫أ‬ ‫ٜػٗد‬
١ٓ‫باجل‬
“Barangsiapa yang engkau jumpai dari balik tirai ini yang bersaksi atas la
ilaha illallah dengan penuh keyakinan dalam hatinya, maka berilah kabar
gembira kepadanya dengan surga”. (HR. Bukhari)
c) Qabul (menerima). Yaitu menerima kandungan dan konsekuensi dari
syahadat, yakni menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah
kepada selain-Nya. Sebaliknya, jika mengucapkannya, tetapi tidak
menerima dan mentaati, maka ia termasuk orang-orang kafir, yang
difirmankan Allah:
ٍَ٢‫إ‬ ‫ٜا‬‫ي‬ ُِِٜٗ‫ي‬ ٌَٝٔ‫ق‬ ‫َا‬‫ذ‬٢‫إ‬ ‫ُٛا‬ْ‫ا‬ٜ‫ن‬ ُِِْٖٗ٢‫إ‬ٰ٣‫س‬ٔ‫ع‬‫َا‬‫ػ‬ٔ‫ي‬ ‫َا‬ٓٔ‫ت‬َٗٔ‫ي‬‫آ‬ ٛٝ‫ن‬٢‫ز‬‫َا‬‫ت‬ٜ‫ي‬ ‫ٖا‬ٓٔ٥ٜ‫أ‬ َٕٛٝ‫ي‬ٛٝ‫ك‬ََٜٚ َُٕٚ‫س‬ٔ‫ب‬ٞ‫ه‬َ‫ت‬ِ‫ط‬َٜ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ َٙ
٣ُِٕٛٓ‫ذ‬ََ
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa ilaaha
illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?". (QS.
Ash-Shafat: 35-36)
d) Inqiyaad. Yaitu tunduk dan patuh dengan kandungan makna
syahadat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
٢‫ِك‬‫ث‬ُٛٞ‫ي‬‫ا‬ ٠َِٚ‫س‬ُ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬‫ب‬ ٜ‫و‬َ‫ط‬َُِ‫ت‬ِ‫ض‬‫ا‬ ‫ٜد‬‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ْٔ‫ِط‬‫ش‬َُ ََُٖٛٚ ًٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ ٢ٜ‫ي‬‫إ‬ َُِ٘ٗ‫د‬َٚ ًِِِ‫ط‬ُٜ َََِٔٚ
29 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh (laa ilaaha illallah).” (QS. Luqman : 22)
e) Shidq (jujur). Yaitu mengucapkan syahadat, dengan pembenaran
dalam hatinya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya
mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman
‫ٔا‬‫ب‬َٚ ًٜٔ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫ٓا‬َََٜٓ‫آ‬ ٍُٛٝ‫ك‬َٜ ََِٔ ٢‫ع‬‫ٓا‬َٓ‫ي‬‫ا‬ ََََٜٔٔٚٔٔ‫ر‬ٜٓ‫ي‬‫ا‬َٚ ًَٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ َُٕٛ‫ع‬ٔ‫د‬‫َا‬‫د‬ُٜ َ‫ني‬َِٔٓٔ٪ُُٔ‫ب‬ ُِِٖ ‫َا‬ََٚ ٢‫س‬ٔ‫خ‬ٜ‫آ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٢َِّٛٝٞ‫ي‬
َُٕٚ‫س‬ُ‫ع‬ِ‫ػ‬َٜ ‫َا‬ََٚ َُِِٗ‫ط‬ٝ‫ؿ‬ِْٜ‫أ‬ ‫ٓا‬ٜ‫ي‬٢‫إ‬ َُٕٛ‫ع‬َ‫د‬ِ‫د‬َٜ ‫َا‬ََٚ ‫ُٛا‬ََٜٓ‫آ‬
"Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah dan
Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada
hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS.
Al-Baqarah: 8-10)
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
‫إ‬ ٫ ٍ‫قا‬ َٔ١ٓ‫اجل‬ ٌ‫دخ‬ ٘‫قًب‬ َٔ ‫ؾادقا‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬
“Barangsiapa yang mengucapkan la ilaha illallah dan benar-benar keluar dari
lubuk hatinya, niscaya masuk surga.” (HR: Ahmad)
f) Ikhlas. Yaitu membersihkan amal dari kepentingan selain Allah,
sehingga terbebas dari syirik, riya‟, sum‟ah.
ٜ٠‫ٜا‬‫ن‬ٖ‫ص‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ت‬ِ٪َُٜٚ ٜ٠‫ٜا‬ًٖ‫ؿ‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬ُٝٔ‫ك‬َُٜٚ ٤‫ٜا‬‫ؿ‬َُٓ‫س‬ َٜٔٚ‫د‬‫ي‬‫ا‬ ُٜ٘‫ي‬ َ‫ني‬ٔ‫ؿ‬ًِٔ‫د‬َُ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َٝٔ‫ي‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ ‫ُٚا‬‫س‬َٔٝ‫أ‬ ‫َا‬ََٚ
ٔ١َُٜٚٝ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُٜٔٔ‫د‬ ٜ‫و‬ٔ‫ي‬َ‫ذ‬َٚ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
َٜٔٓٔ‫د‬‫ي‬‫ا‬ ُٜ٘ٓ‫ي‬ ‫ّا‬‫ؿ‬ًِٔ‫د‬َُ ًَٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ َ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬ٜ‫أ‬ ِٕٜ‫أ‬ ُ‫ت‬ِ‫س‬َٔٝ‫أ‬ ْٞٓٔ٢‫إ‬ ٌِٝ‫ق‬
30 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
“Katakanlah:“Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.”
(QS. Al-Zumar: 11)
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
٘‫قًب‬ َٔ ‫يؿا‬‫ا‬‫خ‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٍ‫قا‬ َٔ ‫بػؿاعيت‬ ‫يٓاع‬‫ا‬ ‫أضعد‬
“Orang yang paling berbahagia dengan syafa‟atku adalah yang mengucapkan la
ilaha illallah dengan ikhlash dari dalam hatinya.” (HR. Bukhari)
‫اهلل‬ ٕ‫ؾإ‬‫اهلل‬ ٘‫ٚد‬ ‫يو‬‫ر‬‫ب‬ ٞ‫ٜبتػ‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٍ‫قا‬ َٔ ‫يٓاز‬‫ا‬ ٢ً‫ع‬ ّ‫سس‬
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi siapa saja yang
mengucapkan la ilaha illallah yang dengannya ia mengharapkan wajah Allah.”
(HR. Bukhari)
g) Mahabbah (kecintaan). Maksudnya mencintai syahadat dengan cinta
yang tulus bersih, tanpa tercampur kepentingan hawa nafsu. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ٟ‫ا‬ٓ‫ب‬ُ‫س‬ ُٓ‫د‬َ‫غ‬ٜ‫أ‬ ‫ُٛا‬ََٓ‫آ‬ َٜٔٔ‫ر‬ٜٓ‫ي‬‫ا‬َٚ ًٜٔ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ ٓٔ‫ب‬ُ‫ش‬ٜ‫ن‬ َُُِِْٗٛٓ‫ب‬ٔ‫ش‬ُٜ ٟ‫ا‬‫َاد‬‫د‬ِْٜ‫أ‬ ًٜٔ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ ٢ُٕٚ‫د‬ َِٔٔ ُ‫ر‬ٔ‫د‬َٓ‫ت‬َٜ ََِٔ ٢‫ع‬‫ٓا‬َٓ‫ي‬‫ا‬ َََٔٔٚ
ًٜٔ٘ٓٔ‫ي‬
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”. (QS.
Al-Baqarah: 165)
h) Mengingkari Thaghut. Yaitu mengingkari segala sesuatu yang diibadahi
selain Allah. Bentuk-bentuknya bisa bermacam-macam, bisa matbu‟
(panutan), ma‟bud (sesembahan) atau mutha‟ (yang ditaati). Allah
Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
ٝ‫غ‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ِ‫س‬ٝ‫ؿ‬ٞ‫ه‬َٜ َُِٜٔ‫ؾ‬ َٚٞ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ََٔٔ ُ‫د‬ِ‫غ‬ٗ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ََٖٔٝ‫ب‬َ‫ت‬ ِ‫د‬ٜ‫ق‬ٔ٠َِٚ‫س‬ُ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ٜ‫و‬َ‫ط‬َُِ‫ت‬ِ‫ض‬‫ا‬ ٔ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ َِِٔٔ٪َُٜٚ ٔ‫ت‬ٛ
.ًَِْٝٔ‫ع‬ ْ‫ع‬َُٝٔ‫ض‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬َٚ ‫َا‬ٜٗ‫ي‬ َّ‫َا‬‫ؿ‬ٔ‫ؿ‬ِْ‫ا‬ ٜ٫ ٢ٜ‫ك‬ِ‫ث‬ُٛٞ‫ي‬‫ا‬
31 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
“Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena
itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-
Baqarah: 256)
Thaghut itu banyak sekali dan yang paling utama ada lima macam:
 Pertama: Syaithan yang mengajak beribadah kepada selain Allah.
Dalilnya adalah firman Allah:
ْ‫ني‬ٔ‫ب‬َٗ ُٙٚ‫د‬َ‫ع‬ ِِٝ‫ه‬ٜ‫ي‬ ُْٖ٘٢‫إ‬ َٕ‫ٜا‬ِٖٛٝ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َ‫ت‬٤٫ ٕٜ‫أ‬ ََّ‫د‬‫َا‬٤ َٞٔٓ‫ب‬‫َا‬ٜ ِِٝ‫ه‬ِٜٝ‫ي‬٢‫إ‬ ِ‫د‬َِٗ‫ع‬ٜ‫أ‬ ِِٜ‫ي‬ٜ‫أ‬
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya
kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagi kamu." (QS. Yasin: 60)
 Kedua: Pemerintahan zhalim yang merubah hukum Allah.
Dalilnya adalah firman Allah :
َٚ ٜ‫و‬ِٜٝ‫ي‬٢‫إ‬ ٍَ٢‫ص‬ْٝ‫أ‬‫َآ‬ُٔ‫ب‬ ‫ُٛا‬ََٓ‫َا‬٤ ُِِْٖٜٗ‫أ‬ َُُُٕٛ‫ع‬ِ‫ص‬َٜ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ َ٢ٔ‫ي‬‫إ‬َ‫س‬َ‫ت‬ ِِٜ‫ي‬ٜ‫أ‬ٕٜ‫أ‬ َُٕٚ‫د‬ٜ٢‫س‬ُٜ ٜ‫و‬ًِٔ‫ب‬ٜ‫ق‬ َٔٔ ٍَ٢‫ص‬ْٝ‫أ‬‫َآ‬َ
ٟ٫ٜ٬َ‫ق‬ ُِِٗ٤ًٔ‫ك‬ُٜ ٕٜ‫أ‬ ُٕ‫ٜا‬ِٖٛٝ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٜ٢‫س‬َُٜٚ ٔ٘ٔ‫ب‬ ‫ُٚا‬‫س‬ٝ‫ؿ‬ٞ‫ه‬َٜ ٕٜ‫أ‬ ‫ُٚا‬‫س‬َٔٝ‫أ‬ ِ‫د‬ٜ‫ق‬َٚ ٔ‫ت‬ٛٝ‫غ‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ا‬ ٢ٜ‫ي‬٢‫إ‬ ‫ُٛا‬ُٜ‫ن‬ٜ‫ا‬‫َش‬‫ت‬َٜ
‫ّا‬‫د‬ٝٔ‫ع‬َ‫ب‬
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang
diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal
mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-
Nisa`:60)
 Ketiga: Yang berhukum kepada selain yang diturunkan Allah.
َُٕٚ‫س‬ٔ‫ؾ‬‫ٜا‬‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُُِٖ ٜ‫و‬ٔ٥ٜ٫ِٚٝ‫أ‬ٜ‫ؾ‬ ٝ‫هلل‬‫ا‬ ٍََ‫ص‬ْٜ‫أ‬‫َآ‬ُٔ‫ب‬ ِٝ‫ه‬ِ‫ش‬َٜ ِِ٤‫ي‬ َََٔٚ
32 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-oang yang kafir.” (QS. Al-Maa’idah: 44)
 Keempat: Yang mengaku mengetahui yang ghaib (yang bersumber)
dari Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah:
‫ّا‬‫د‬َ‫س‬ٜ‫أ‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ِٜٝ‫غ‬ ٢ًَٜ‫ع‬ ُ‫س‬٢ٗٞ‫ع‬ُٜ ٜ٬ٜ‫ؾ‬ ٔ‫ب‬َِٝ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ َِٔ‫ي‬‫ا‬َ‫ع‬.َٔٔ ٝ‫و‬ًِٝ‫ط‬َٜ ُْٖ٘٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٣ٍُٛ‫ض‬ٖ‫ز‬ َٔٔ ٢َ‫ك‬َ‫ت‬ِ‫ز‬‫ا‬ ٢ََٔ٤٫٢‫إ‬
َ‫د‬َٜ ٢َِٔٝ‫ب‬‫ّا‬‫د‬َ‫ؾ‬َ‫ز‬ ٔ٘ٔ‫ؿ‬ًَٞ‫خ‬ ََِٔٔٚ ِٜٔ٘
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada
rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga
(malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin :26-27)
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
ٕ١ٜ‫ق‬َ‫ز‬َٚ َٔٔ ٝ‫ط‬ٝ‫ك‬ِ‫ط‬َ‫ت‬ ‫َا‬ََٚ ٢‫س‬ِ‫ش‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚٚ‫س‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬‫َا‬َ ًُِِٜ‫ع‬ََٜٚ َُٖٛ ٤٫٢‫إ‬ ‫َآ‬ًُُِٜٗ‫ع‬َٜٜ٫ ٔ‫ب‬َِٝ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ح‬ٔ‫ت‬‫ٜا‬‫ؿ‬ََ َُٙ‫د‬ِٓٔ‫ع‬َٚ
٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫٭‬ٞ‫ا‬ ٔ‫ت‬‫َا‬ًُٝٝ‫ظ‬ ٞٔ‫ؾ‬ ٕ١ٖ‫ب‬َ‫س‬ٜ٫َٚ ‫َا‬ًُُِٜٗ‫ع‬َٜ٣‫ني‬ٔ‫ب‬َ٘ ٕ‫ب‬‫َا‬‫ت‬ٔ‫ن‬ ٞٔ‫ؾ‬ ٤٫٢‫إ‬ ٣‫ظ‬ٔ‫ب‬‫َا‬ٜٜ٫َٚ ٕ‫ب‬ٞ‫ط‬َ‫ز‬ٜ٫َٚ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An'aam:59)
 Kelima: yang disembah selain Allah dan ia ridha dengan ibadah
tersebut. Dalilnya firman Allah:
َ‫ني‬ُٔٔ‫ي‬‫ا‬٤‫ع‬‫ي‬‫ا‬ ٟ٢‫ص‬ِ‫ذ‬َْ ٜ‫و‬ٔ‫ي‬َ‫ر‬ٜ‫ن‬ َََِٖٓٗ‫د‬ ٜٔ٘٢‫ص‬ِ‫ذ‬َْ ٜ‫و‬ٔ‫ي‬َ‫ر‬ٜ‫ؾ‬ ُْٔ٘ٔٚ‫د‬ َٔٚ ْٜ٘‫ي‬٢‫إ‬ ْٞٚ٢‫إ‬ َُِِِٗٓٔ ٌِٝ‫ك‬َٜ َََٔٚ
“Dan barangsiapa diantara mereka mengatakan:"Sesungguhnya aku adalah
ilah selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan
Jahanam, demikian Kami memberi balasan kepada orang-oramg zalim.” (QS.
Al-Anbiya`:29)
2. Makna Syahadat Muhammadur Rasulullah
33 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
Beriman bahwasanya Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai
utusan Allah, yaitu dengan cara membenarkan apa yang
dikabarkannya, menta'ati apa yang diperintahkannya, dan
meninggalkan apa yang dilarang dan diperingatkan darinya, serta kita
menyembah Allah dengan apa yang disyari'atkannya.
 Rukun Syahadat Muhammadur Rasulullah
a) Menaati semua yang diperintahkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
wa Sallam.
ِِٝ‫ه‬َٓٔ ٢‫س‬َِٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ي‬ٚٝ‫أ‬َٚ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬َٚ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬ ‫ُٛا‬ََٓ‫آ‬ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ‫َا‬ٜٜٗٗ‫أ‬ ‫َا‬ُِِٰٜ‫ت‬ِ‫ع‬َ‫ش‬‫َا‬َٓ‫ت‬ ٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬
ٓٝ‫ن‬ ٕ٢‫إ‬ ٢ٍُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٢ٜ‫ي‬٢‫إ‬ ُٙٚٗ‫د‬ُ‫س‬ٜ‫ؾ‬ ٕ٤َِٞ‫غ‬ ٞٔ‫ؾ‬٢‫س‬ٔ‫خ‬‫ٞآ‬‫ي‬‫ا‬ ٢َِّٛٝٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ََُِٕٛٓٔ٪ُ‫ت‬ ُِِ‫ت‬َٰ‫ذ‬ٰٜ‫و‬ٔ‫ي‬
‫ٟا‬ًٜ٢ٚٞ‫أ‬َ‫ت‬ َُٔ‫ط‬ِ‫س‬ٜ‫أ‬َٚ ْ‫س‬َِٝ‫خ‬{:٤‫يٓطا‬‫ا‬٩٥{
“Wahai orang-orang yang beriman, ta‟atilah Allah dan ta‟atilah Rasulullah,
dan ulil amri di antara kalian. Jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (sunnahnya),
jika memang kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir.
Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (QS.
An-Nisa: 59)
ِ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ٢‫ع‬ُٜٔٛ َََِٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َ‫ع‬‫ٜا‬‫ط‬ٜ‫أ‬
“Barangsiapa yang taat kepada rasul maka sungguh dia telah taat kepada
Allah.” (QS. An-Nisa: 80)
ََُُٕٛ‫س‬ِ‫س‬ُ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬َٚ
“Taatlah kalian kepada rasul semoga kalian dirahmati.” (QS. An-Nuur:
56)
َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬ ٌِٝ‫ق‬ُِِ‫ت‬ًُُٞٚ‫س‬ ‫َا‬َ ِِٝ‫ه‬ًَِٜٝ‫ع‬َٚ ٌَُُٚ‫س‬ ‫َا‬َ ًَِٜٔ٘ٝ‫ع‬ ‫َا‬ُْٖ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ‫ِا‬ٛ٤‫ي‬ََٛ‫ت‬ ِٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬َٚ
ُ‫ني‬ٔ‫ب‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ؽ‬‫ٜا‬ًَ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ ٢ٍُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ٢ًَٜ‫ع‬ ‫َا‬ََٚ ‫ُٚا‬‫د‬َ‫ت‬َِٗ‫ت‬ ُُٙٛ‫ع‬ُٝٔٛ‫ت‬ ِٕ٢‫إ‬َٚ
34 | Studi Islam I
Akidah Akhlak
“Katakanlah: „Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu
berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang
dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata
apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya
kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.‟” (QS. An-Nuur: 54)
َٜٔ٢‫س‬ٔ‫ؾ‬‫ٜا‬‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ب‬ٔ‫ش‬ُٜ ‫ٜا‬‫ي‬ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٖٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ‫ِا‬ٛ٤‫ي‬ََٛ‫ت‬ ِٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬َٚ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬ ٌِٝ‫ق‬
“Katakanlah: „Ta‟atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.‟” (QS. Ali-Imran:
32)
ٔ‫س‬َ‫ز‬ ْ‫ز‬ٛٝ‫ؿ‬ٜ‫غ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬َٚ ِِٝ‫ه‬َ‫ب‬ُُْٛ‫ذ‬ ِِٝ‫ه‬ٜ‫ي‬ ِ‫س‬ٔ‫ؿ‬ِ‫ػ‬ََٜٚ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ُِٝ‫ه‬ِ‫ب‬ٔ‫ب‬ِ‫ش‬ُٜ ُْٞٔٛ‫ع‬ٔ‫ب‬ٖ‫ت‬‫ٜا‬‫ؾ‬ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َٕٛٗ‫ب‬ٔ‫ش‬ُ‫ت‬ ُِِ‫ت‬ِٓٝ‫ن‬ ِٕ٢‫إ‬ ٌِٝ‫ق‬ِْٝ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali-Imran: 31)
َِٗ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ُُٙٛ‫ع‬ٔ‫ب‬ٖ‫ت‬‫َا‬ٚ ٔ٘ٔ‫ت‬‫َا‬ًُٜٔ‫ن‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ َُِٔٔ٪ُٜ ٟٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ َٚٞٚٝ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٚٞٔ‫ب‬ٖٓ‫ي‬‫ا‬ ٔ٘ٔ‫ي‬ُٛ‫ض‬َ‫ز‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫ُٛا‬َٓٔ‫ٜآ‬‫ؾ‬َُٕٚ‫د‬َ‫ت‬
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang
beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia,
supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 158)
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ه‬ٝٔ‫ؾ‬ٚٝ‫أ‬٣ٔ‫د‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ ِِٝ‫ه‬َِٓٔ ِ‫ؼ‬ٔ‫ع‬َٜ ََِٔ ُْٖ٘٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ‫٘ا‬ٝٔ‫ػ‬َ‫ب‬َ‫س‬ ‫ّا‬‫د‬ِ‫ب‬َ‫ع‬ ِٕ٢‫إ‬َٚ ٔ١َ‫ع‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ا‬َٚ ٢‫ع‬ُِٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٣َٛٞ‫ك‬َ‫ت‬
‫َا‬ٗٔ‫ب‬ ‫ٝٛا‬‫ه‬ٖ‫ط‬ََُ‫ت‬ َٜٔٔ‫د‬ٔ‫غ‬‫ٖا‬‫س‬‫ي‬‫ا‬ َ‫ني‬ٜٚٔ‫د‬َُِٗٞ‫ي‬‫ا‬ ٔ٤‫ٜا‬‫ؿ‬ًُٜ‫د‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٔ١ُٖٓ‫ض‬َٚ ٢ٔ‫ت‬ُٖٓ‫ط‬ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ه‬ًَِٜٝ‫ع‬ٜ‫ؾ‬ ‫ّا‬‫ري‬ٔ‫ج‬ٜ‫ن‬ ‫ٟا‬‫ؾ‬ٜ٬ٔ‫ت‬ِ‫خ‬‫ا‬ ٣َ‫س‬ََٝ‫ط‬ٜ‫ؾ‬
‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫َا‬ًَِٜٗٝ‫ع‬ ‫ٗٛا‬‫ك‬َ‫ع‬َٕٚ١َ‫ع‬ِ‫د‬ٔ‫ب‬ ٌٖٝ‫ن‬َٚ ٠١َ‫ع‬ِ‫د‬ٔ‫ب‬ ٕ١َ‫ث‬َ‫د‬ِ‫ش‬َُ ٌٖٝ‫ن‬ ٖٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٢‫ز‬َُٛٝ‫٭‬‫ا‬ ٔ‫ت‬‫َا‬‫ث‬َ‫د‬ِ‫ش‬ََُٚ ِِٝ‫ن‬‫ٖا‬ٜ٢‫إ‬َٚ ٔ‫ر‬ٔ‫د‬‫َا‬ٖٛٓ
١ٜ‫ي‬ٜ٬َ‫ق‬
“Aku wasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah Azza
wajalla,mendengar dan taat, meskipun seorang budak habsyi.Karena
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak
Sti 1 akidah akhlak

More Related Content

What's hot

Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinahMengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Alvie Messi
 
Arbain nawawiyah
Arbain nawawiyahArbain nawawiyah
Arbain nawawiyahDimaryapati
 
sunnah dan bidaah
sunnah dan bidaahsunnah dan bidaah
sunnah dan bidaahNur Hidayah
 
pengertian ihsan dan masalah ihsan
pengertian ihsan dan masalah ihsanpengertian ihsan dan masalah ihsan
pengertian ihsan dan masalah ihsan
Eko Widyanto Napitupulu
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
hellykurniawan
 
Memahami Hadist tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah
Memahami Hadist tentang ciri iman dan ibadah yang diterima AllahMemahami Hadist tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah
Memahami Hadist tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah
Eloknadlifah
 
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ahtugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
Anin Rodahad
 
konsep akidah
konsep akidahkonsep akidah
konsep akidah
Normurni Mohamad
 
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
badruzaman82
 
2. memahami dua kalimat syahadat
2. memahami dua kalimat syahadat2. memahami dua kalimat syahadat
2. memahami dua kalimat syahadat
Singgih Septiyan
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiMohd Nur Addin
 
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi KehidupanIman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
ananovia99
 

What's hot (19)

Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinahMengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
 
Arbain nawawiyah
Arbain nawawiyahArbain nawawiyah
Arbain nawawiyah
 
Tugas agama islam
Tugas agama islamTugas agama islam
Tugas agama islam
 
sunnah dan bidaah
sunnah dan bidaahsunnah dan bidaah
sunnah dan bidaah
 
Maksud bid
Maksud bidMaksud bid
Maksud bid
 
pengertian ihsan dan masalah ihsan
pengertian ihsan dan masalah ihsanpengertian ihsan dan masalah ihsan
pengertian ihsan dan masalah ihsan
 
Presentation bid'ah
Presentation bid'ahPresentation bid'ah
Presentation bid'ah
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
 
Memahami Hadist tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah
Memahami Hadist tentang ciri iman dan ibadah yang diterima AllahMemahami Hadist tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah
Memahami Hadist tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah
 
Aqidah islamiyyah
Aqidah islamiyyahAqidah islamiyyah
Aqidah islamiyyah
 
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ahtugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
 
konsep akidah
konsep akidahkonsep akidah
konsep akidah
 
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
 
Iman dan Taqwa
Iman dan TaqwaIman dan Taqwa
Iman dan Taqwa
 
2. memahami dua kalimat syahadat
2. memahami dua kalimat syahadat2. memahami dua kalimat syahadat
2. memahami dua kalimat syahadat
 
AA101 - Konsep Akidah
AA101 - Konsep AkidahAA101 - Konsep Akidah
AA101 - Konsep Akidah
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawi
 
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi KehidupanIman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
 
6.7.2012
6.7.20126.7.2012
6.7.2012
 

Viewers also liked

Panduan islam dalam mencari rejeki
Panduan islam dalam mencari rejekiPanduan islam dalam mencari rejeki
Panduan islam dalam mencari rejekiBahRum Subagia
 
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)BahRum Subagia
 
How green tea helps to burn fat
How green tea helps to burn fatHow green tea helps to burn fat
How green tea helps to burn fatFat2FitSteps
 
№123 (12_2014)
№123 (12_2014)№123 (12_2014)
№120 (09_2014)
№120 (09_2014)№120 (09_2014)
№121 (10_2014)
№121 (10_2014)№121 (10_2014)
Inginku sempurnakan separuh agamaku
Inginku sempurnakan separuh agamakuInginku sempurnakan separuh agamaku
Inginku sempurnakan separuh agamaku
BahRum Subagia
 
Meraih hidup bahagia cet 2
Meraih hidup bahagia cet 2Meraih hidup bahagia cet 2
Meraih hidup bahagia cet 2BahRum Subagia
 
№125 (02_2015)
№125 (02_2015)№125 (02_2015)
№122 (11_2014)
№122 (11_2014)№122 (11_2014)

Viewers also liked (19)

Panduan islam dalam mencari rejeki
Panduan islam dalam mencari rejekiPanduan islam dalam mencari rejeki
Panduan islam dalam mencari rejeki
 
Kisah abu dahdah
Kisah abu dahdahKisah abu dahdah
Kisah abu dahdah
 
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
 
#110 (2013)
#110 (2013)#110 (2013)
#110 (2013)
 
2013_8
2013_82013_8
2013_8
 
How green tea helps to burn fat
How green tea helps to burn fatHow green tea helps to burn fat
How green tea helps to burn fat
 
№123 (12_2014)
№123 (12_2014)№123 (12_2014)
№123 (12_2014)
 
№120 (09_2014)
№120 (09_2014)№120 (09_2014)
№120 (09_2014)
 
Line Balancing Atlas Autos
Line Balancing Atlas AutosLine Balancing Atlas Autos
Line Balancing Atlas Autos
 
2013_4
2013_42013_4
2013_4
 
№121 (10_2014)
№121 (10_2014)№121 (10_2014)
№121 (10_2014)
 
Inginku sempurnakan separuh agamaku
Inginku sempurnakan separuh agamakuInginku sempurnakan separuh agamaku
Inginku sempurnakan separuh agamaku
 
№113 (2014)
№113 (2014)№113 (2014)
№113 (2014)
 
2013_7
2013_72013_7
2013_7
 
№111 (2013)
№111 (2013)№111 (2013)
№111 (2013)
 
Meraih hidup bahagia cet 2
Meraih hidup bahagia cet 2Meraih hidup bahagia cet 2
Meraih hidup bahagia cet 2
 
№125 (02_2015)
№125 (02_2015)№125 (02_2015)
№125 (02_2015)
 
№114 (2014)
№114 (2014)№114 (2014)
№114 (2014)
 
№122 (11_2014)
№122 (11_2014)№122 (11_2014)
№122 (11_2014)
 

Similar to Sti 1 akidah akhlak

9. Macam2 Akhlak.pptx
9. Macam2 Akhlak.pptx9. Macam2 Akhlak.pptx
9. Macam2 Akhlak.pptx
windajubaidah2
 
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) downloadbukumafahim
 
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhiratKhutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Eko Sufian
 
Kiat meningkatkan iman
Kiat meningkatkan imanKiat meningkatkan iman
Kiat meningkatkan iman
Helmon Chan
 
An 19 Muslim Idaman
An 19 Muslim IdamanAn 19 Muslim Idaman
An 19 Muslim Idaman
Doddy Elzha Al Jambary
 
9. Macam2 Akhlak.pptx
9. Macam2 Akhlak.pptx9. Macam2 Akhlak.pptx
9. Macam2 Akhlak.pptx
windajubaidah2
 
ASAS AKIDAH
ASAS AKIDAHASAS AKIDAH
ASAS AKIDAH
@f!Q@H @F!N@
 
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptxAKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
SitiZukhaeriyah1
 
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabianMembangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabianTaufan Iswandi
 
khutbah idul adha ZHQ 2023.docx
khutbah idul adha ZHQ 2023.docxkhutbah idul adha ZHQ 2023.docx
khutbah idul adha ZHQ 2023.docx
Abi Iklil
 
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatShalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Yulian Purnama
 
15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman
nyongkoh
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
ade orreo
 
Kritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar Abdallah
Kritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar AbdallahKritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar Abdallah
Kritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar Abdallah
Mohammad Luqman Firmansyah
 
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahAhlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahMuhamad Yogi
 
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragama
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragamaAkidah asas dasar dalam kehidupan beragama
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragama
pramujiwo
 
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptxAKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
IkhsanFuadi
 

Similar to Sti 1 akidah akhlak (20)

9. Macam2 Akhlak.pptx
9. Macam2 Akhlak.pptx9. Macam2 Akhlak.pptx
9. Macam2 Akhlak.pptx
 
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
 
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhiratKhutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
Khutbah Jumat; Meraih sukses dunia dan akhirat
 
Buku mafahim bkldk
Buku mafahim bkldkBuku mafahim bkldk
Buku mafahim bkldk
 
Kiat meningkatkan iman
Kiat meningkatkan imanKiat meningkatkan iman
Kiat meningkatkan iman
 
An 19 Muslim Idaman
An 19 Muslim IdamanAn 19 Muslim Idaman
An 19 Muslim Idaman
 
9. Macam2 Akhlak.pptx
9. Macam2 Akhlak.pptx9. Macam2 Akhlak.pptx
9. Macam2 Akhlak.pptx
 
ASAS AKIDAH
ASAS AKIDAHASAS AKIDAH
ASAS AKIDAH
 
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptxAKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM MABIT.pptx
 
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabianMembangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
Membangun rahmatan lil alamin berparas kenabian
 
Bab 4 new.pptx
Bab 4 new.pptxBab 4 new.pptx
Bab 4 new.pptx
 
khutbah idul adha ZHQ 2023.docx
khutbah idul adha ZHQ 2023.docxkhutbah idul adha ZHQ 2023.docx
khutbah idul adha ZHQ 2023.docx
 
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatShalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
 
15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
 
Kritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar Abdallah
Kritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar AbdallahKritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar Abdallah
Kritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar Abdallah
 
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahAhlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
 
Esaimen agama
Esaimen agamaEsaimen agama
Esaimen agama
 
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragama
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragamaAkidah asas dasar dalam kehidupan beragama
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragama
 
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptxAKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
AKHLAK_PELAJAR_MUSLIM.pptx
 

More from BahRum Subagia

10 sahabat yang dijamin masuk surga
10 sahabat yang dijamin masuk surga10 sahabat yang dijamin masuk surga
10 sahabat yang dijamin masuk surga
BahRum Subagia
 
Sultan Muhammad Al Fatih
Sultan Muhammad Al FatihSultan Muhammad Al Fatih
Sultan Muhammad Al FatihBahRum Subagia
 
Kata kata positif dalam mendidik Anak
Kata kata positif dalam mendidik AnakKata kata positif dalam mendidik Anak
Kata kata positif dalam mendidik AnakBahRum Subagia
 
Catatan Parenting: Strategi 1 fokus pada solusi
Catatan Parenting: Strategi 1 fokus pada solusiCatatan Parenting: Strategi 1 fokus pada solusi
Catatan Parenting: Strategi 1 fokus pada solusiBahRum Subagia
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan KPI UIKA 2014
Laporan Praktek Kerja Lapangan KPI UIKA  2014Laporan Praktek Kerja Lapangan KPI UIKA  2014
Laporan Praktek Kerja Lapangan KPI UIKA 2014BahRum Subagia
 
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)BahRum Subagia
 
Power fiqh siyasah (2)
Power fiqh siyasah (2)Power fiqh siyasah (2)
Power fiqh siyasah (2)BahRum Subagia
 
Dengan amalan sederhana, raih banyak pahala
Dengan amalan sederhana, raih banyak pahalaDengan amalan sederhana, raih banyak pahala
Dengan amalan sederhana, raih banyak pahalaBahRum Subagia
 
Komunikasi kelompok dalam perspektif psikologi
Komunikasi kelompok dalam perspektif psikologiKomunikasi kelompok dalam perspektif psikologi
Komunikasi kelompok dalam perspektif psikologiBahRum Subagia
 
Makalah mata kuliah manajemen dakwah (orientalisme)
Makalah mata kuliah manajemen dakwah (orientalisme)Makalah mata kuliah manajemen dakwah (orientalisme)
Makalah mata kuliah manajemen dakwah (orientalisme)BahRum Subagia
 
Revisi tafsir al quran
Revisi tafsir al quranRevisi tafsir al quran
Revisi tafsir al quranBahRum Subagia
 
Satu hari satu doa (1)
Satu hari satu doa (1)Satu hari satu doa (1)
Satu hari satu doa (1)BahRum Subagia
 
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
BahRum Subagia
 
Konsep kebahagiaan
Konsep kebahagiaanKonsep kebahagiaan
Konsep kebahagiaan
BahRum Subagia
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiBahRum Subagia
 

More from BahRum Subagia (20)

10 sahabat yang dijamin masuk surga
10 sahabat yang dijamin masuk surga10 sahabat yang dijamin masuk surga
10 sahabat yang dijamin masuk surga
 
Studi ilmu hadis
Studi ilmu hadisStudi ilmu hadis
Studi ilmu hadis
 
Sultan Muhammad Al Fatih
Sultan Muhammad Al FatihSultan Muhammad Al Fatih
Sultan Muhammad Al Fatih
 
Kata kata positif dalam mendidik Anak
Kata kata positif dalam mendidik AnakKata kata positif dalam mendidik Anak
Kata kata positif dalam mendidik Anak
 
Catatan Parenting: Strategi 1 fokus pada solusi
Catatan Parenting: Strategi 1 fokus pada solusiCatatan Parenting: Strategi 1 fokus pada solusi
Catatan Parenting: Strategi 1 fokus pada solusi
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan KPI UIKA 2014
Laporan Praktek Kerja Lapangan KPI UIKA  2014Laporan Praktek Kerja Lapangan KPI UIKA  2014
Laporan Praktek Kerja Lapangan KPI UIKA 2014
 
Dzikir setelah shalat
Dzikir setelah shalatDzikir setelah shalat
Dzikir setelah shalat
 
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
 
Power fiqh siyasah (2)
Power fiqh siyasah (2)Power fiqh siyasah (2)
Power fiqh siyasah (2)
 
Dengan amalan sederhana, raih banyak pahala
Dengan amalan sederhana, raih banyak pahalaDengan amalan sederhana, raih banyak pahala
Dengan amalan sederhana, raih banyak pahala
 
Komunikasi kelompok dalam perspektif psikologi
Komunikasi kelompok dalam perspektif psikologiKomunikasi kelompok dalam perspektif psikologi
Komunikasi kelompok dalam perspektif psikologi
 
Hukum musik
Hukum musikHukum musik
Hukum musik
 
Makalah mata kuliah manajemen dakwah (orientalisme)
Makalah mata kuliah manajemen dakwah (orientalisme)Makalah mata kuliah manajemen dakwah (orientalisme)
Makalah mata kuliah manajemen dakwah (orientalisme)
 
Revisi tafsir al quran
Revisi tafsir al quranRevisi tafsir al quran
Revisi tafsir al quran
 
Satu hari satu doa (1)
Satu hari satu doa (1)Satu hari satu doa (1)
Satu hari satu doa (1)
 
Fiqih dakwah
Fiqih dakwahFiqih dakwah
Fiqih dakwah
 
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
 
Konsep kebahagiaan
Konsep kebahagiaanKonsep kebahagiaan
Konsep kebahagiaan
 
Dakwah melalui radio
Dakwah melalui radioDakwah melalui radio
Dakwah melalui radio
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 

Sti 1 akidah akhlak

  • 1.
  • 2. 2 | Studi Islam I Akidah Akhlak STUDI ISLAM I Akidah Akhlak Dr. Akhmad Alim Pusat Kajian Islam Universitas Ibn Khladun Bogor
  • 3. 3 | Studi Islam I Akidah Akhlak Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ALIM, Akhmad STUDI ISLAM I: Akidah Akhlak, Penulis, Dr. Akhmad Alim, M.A; Penyunting, Bahrum Subagia, --Cet. 1-Bogor: Pusat Kajian Islam Universitas Ibn Khaldun, 2012. 261 HLM.; 25,7 cm. ISBN: 978-979-1324-13-7 STUDI ISLAM I: Akidah Akhlak Penulis: Dr. Akhmad Alim, M.A Penyunting: Bahrum Subagia Penata Letak: Irfan Habibie Desain Sampul: Fathurrohman Saifuddin Penerbit: Pusat Kajian Islam Universitas Ibn Khaldun Jl. K.H. Sholeh Iskandar Km. 2 Kedung Badak Bogor Telp./Fax. (0251) 8356884 Cetakan Pertama, Shafar 1435 H- Januari 2014 M Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Ketentuan Pidana (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara palling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 72 UU No.19 Tahun 2002
  • 4. i | Studi Islam I Akidah Akhlak KATA PENGANTAR ‫ْتٛب‬ٚ ،ٙ‫ْطتػؿس‬ٚ ،٘ٓٝ‫ْطتع‬ٚ ،ٙ‫حنُد‬ ،‫هلل‬ ‫احلُد‬ ٕ‫إ‬‫ْؿطٓا‬‫أ‬ ‫غسٚز‬ َٔ ‫باهلل‬ ‫ْعٛذ‬ٚ ،٘ٝ‫ي‬‫إ‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٕ‫أ‬ ‫ٚأغٗد‬ ،٘‫ي‬ ٟ‫ٖاد‬ ٬‫ؾ‬ ًٌ‫ٜك‬ َٔٚ ،٘‫ي‬ ٌ‫َك‬ ٬‫ؾ‬ ‫اهلل‬ ٙ‫ٜٗد‬ َٔ ،‫يٓا‬‫ا‬ُ‫أع‬ ‫ضٝ٦ات‬ َٔٚ ‫احلل‬ ٜٔ‫د‬ٚ ٣‫باهلد‬ ‫تعاىل‬ ‫اهلل‬ ً٘‫أزض‬ ،٘‫ي‬ٛ‫ٚزض‬ ٙ‫عبد‬ ٟ‫ا‬‫ذلُد‬ ٕ‫أ‬ ‫ٚأغٗد‬ ،٘‫ي‬ ‫ٜو‬‫س‬‫غ‬ ٫ ٙ‫ٚسد‬ ‫اهلل‬ ،١ْ‫ا‬َ‫ا٭‬ ٣‫ٚأد‬ ،١‫ي‬‫ا‬‫يسض‬‫ا‬ ‫٤ؼ‬ً‫ؾب‬ ،ً٘‫ن‬ ٜٔ‫د‬‫ي‬‫ا‬ ٢ً‫ع‬ ٙ‫يٝعٗس‬،ٙ‫دٗاد‬ ‫سل‬ ‫اهلل‬ ‫يف‬ ‫ٚداٖد‬ ،١َ‫ا٭‬ ‫ْؿح‬ٚ ً٘ٝ‫ع‬ َ٘٬‫ٚض‬ ‫اهلل‬ ‫ؾؿًٛات‬ ،‫يو‬‫ا‬ٖ ٫‫إ‬ ‫عٓٗا‬ ‫ٜؼ‬‫ص‬ٜ ٫ ‫نٓٗازٖا‬ ‫يًٝٗا‬ ٤‫بٝكا‬ ١‫ذلذ‬ ٢ً‫ع‬ ٘‫أَت‬ ‫ٚتسى‬ ‫بعد‬ ‫أَا‬ .ٜٔ‫د‬‫ي‬‫ا‬ ّٜٛ ‫إىل‬ ٕ‫بإسطا‬ ِٗ‫تبع‬ َٔٚ ،٘‫ٚأؾشاب‬ ٘‫ي‬‫آ‬ ٢ً‫ٚع‬ Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan dari keburukan perbuatan. Barangsiapa yang memperoleh petunjuk Allah, maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya. Barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak seorang pun dapat menunjukinya. Kita bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata tanpa sekutu apa pun bagi-Nya. Kita bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Amma Ba‟du. Akidah dan Akhlak adalah ibarat saudara kandung yang saling berhubungan. Akidah adalah fondasi, sementara akhlak adalah bangunannya. Fondasi tanpa bangunan adalah sia-sia belaka. Demikian juga bangunan tanpa fondasi juga akan runtuh. Itu perumpamaan yang dipertegas oleh firman Allah dalam Al-Qur‟an yaitu surat Ibrahim ayat 24-27 berikut ini : ٔ٤‫َا‬ُٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬ ‫َا‬ُٗ‫ع‬ِ‫س‬ٜ‫ؾ‬َٚ ْ‫ت‬ٔ‫ب‬‫َا‬‫ث‬ ‫َا‬ًِٗٝ‫ؾ‬ٜ‫أ‬ ٕ١َ‫ب‬ٜٚٝ‫ط‬ ٕ٠َ‫س‬َ‫ذ‬َ‫ػ‬ٜ‫ن‬ ٟ١َ‫ب‬ٜٚٝ‫ط‬ ٟ١ًَُٜٔ‫ن‬ ‫ٟا‬ًَ‫ج‬ََ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َ‫ب‬َ‫س‬َ‫ق‬ َ‫ـ‬ِٜٝ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ت‬ ِِٜ‫ي‬ٜ‫أ‬ٞٔ‫ت‬ِ٪ُ‫ت‬ َ‫ت‬َٜ ُِِٗ٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٢‫ع‬‫ٖا‬ًٓٔ‫ي‬ ٍَ‫َا‬‫ج‬َِٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬٢‫س‬ِ‫ك‬ََٜٚ ‫َا‬ٗٚ‫ب‬َ‫ز‬ ٢ِٕ‫ذ‬٢‫إ‬ٔ‫ب‬ ٣‫ني‬ٔ‫س‬ ٌٖٝ‫ن‬ ‫َا‬ًٜٗٝ‫ن‬ٝ‫أ‬ٕ٠َ‫س‬َ‫ذ‬َ‫ػ‬ٜ‫ن‬ ٕ١َ‫ج‬ٝٔ‫ب‬َ‫خ‬ ٕ١ًَُٜٔ‫ن‬ ٌَُ‫ج‬َََٚ َُٕٚ‫س‬٤‫ن‬َ‫ر‬ ٔ‫ت‬ٔ‫ب‬‫ٖا‬‫ج‬‫ي‬‫ا‬ ٢ٍِٜٛ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫ُٛا‬ََٜٓ‫آ‬ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ُ‫ت‬ٚ‫ب‬َ‫ج‬ُٜ ٣‫ز‬‫َا‬‫س‬ٜ‫ق‬ َِٔٔ ‫َا‬ٜٗ‫ي‬ ‫َا‬َ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٢‫م‬ِٜٛ‫ؾ‬ َِٔٔ ِ‫ت‬ٖ‫ج‬ُ‫ت‬ِ‫د‬‫ا‬ ٕ١َ‫ج‬ٝٔ‫ب‬َ‫خ‬ٔ٠‫َا‬َٝ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬ ََٜٚ َ‫ني‬ُٔٔ‫ي‬‫ا‬٤‫ع‬‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٌٗٔ‫ك‬َُٜٚ ٔ٠َ‫س‬ٔ‫خ‬ٜ‫آ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬َٚ ‫َا‬ِْٝٗ‫د‬‫ي‬‫ا‬ُ٤‫َا‬‫ػ‬َٜ ‫َا‬َ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٌَُ‫ع‬ٞ‫ؿ‬
  • 5. ii | Studi Islam I Akidah Akhlak “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 24-27). Ayat-ayat tersebut menggambarkan akan hubungan antara tauhid dengan akhlak. Tauhid ibarat pohon yang baik dan kokoh akarnya, yang tidak tumbang diterpa angin, bahkan badai sekalipun tidak mampu merobohkannya. Pohon itu pun berbuah setiap saat tanpa terbatas musim. Buahnya itu tidak lain adalah akhlak. Menurut Ibn Abbas, mengutip sabda Rasulallah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam: “Yang dimaksud dengan kalimat yang baik (kalimah thayyibah) adalah syahadat tiada Ilah selain Allah”. Ini menunjukkan bahwa tauhid merupakan fondasi berdirinya sebuah bangunan. Namun, bangunan ini tidak cukup melindungi pemiliknya tanpa amal shaleh sebagai pilar akhlaknya. Akar pohon juga tidak berguna tanpa tumbuhnya dahan dan buah. Sebaliknya, lawan dari tauhid adalah syirik. Syirik dalam ayat di atas digambarkan seperti pohon yang buruk, yang tidak memiliki pokok batang dan tidak kokoh berdiri di atas bumi. Kadang, ia tumbuh tinggi menjulang dan sekilas tampak kokoh, namun sejatinya ia mudah tumbang, karena berdiri di atas akar yang lemah dan mudah tercabut. Itulah kondisi manusia musyrik yang hidup dalam kondisi yang rentan depresi dan mudah gelisah. Tak ada ketenangan dalam jiwanya. Batang utamanya telah terpotong, tidak memiliki hubungan dengan fitrah yang suci yang diberikan oleh Allah kepada jiwa. Dari sini telah jelas bahwa Allah meneguhkan iman orang-orang yang bertauhid agar keimanan mereka teguh dan kokoh, serta membuahkan amal shaleh. Sebaliknya, Allah juga menambah kesesatan dan depresi kepada orang- orang musyrik, karena tindak penyimpangan mereka dari jalan yang benar, serta berpaling dari seruan fitrah. Dalam hal ini Allah telah berfirman dalam surat Al- An‟am ayat 125 berikut ini :
  • 6. iii | Studi Islam I Akidah Akhlak َُٙ‫ز‬ِ‫د‬َ‫ؾ‬ ِ‫ح‬َ‫س‬ِ‫ػ‬َٜ َُٜ٘ٔ‫د‬َٜٗ ِٕٜ‫أ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٔ‫د‬٢‫س‬ُٜ َُِٜٔ‫ؾ‬‫ّا‬‫د‬َ‫س‬َ‫س‬ ‫ٟا‬‫ك‬َٚٝ‫ق‬ َُٙ‫ز‬ِ‫د‬َ‫ؾ‬ ٌَِ‫ع‬ِ‫ذ‬َٜ ُ٘٤ًٔ‫ك‬ُٜ ِٕٜ‫أ‬ ِ‫د‬٢‫س‬ُٜ َََِٔٚ ٢ّ‫ٜا‬ًِ‫ض‬٢‫إ‬ًٞٔ‫ي‬ ََُِٕٛٓٔ٪ُٜ ‫ٜا‬‫ي‬ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ٢ًَٜ‫ع‬ َ‫ظ‬ِ‫د‬ٚ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٌَُ‫ع‬ِ‫ذ‬َٜ ٜ‫و‬ٔ‫ي‬َ‫ر‬ٜ‫ن‬ ٔ٤‫َا‬ُٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬ ُ‫د‬ٖ‫ع‬ٖ‫ؿ‬َٜ ‫َا‬ُْٖٜ‫أ‬ٜ‫ن‬. “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang- orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am : 125) Ayat ini menjelaskan kondisi orang beriman, di mana fitrahnya teguh di atas tauhid, maka dari itu Allah melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Hal inilah sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibn abbas bahwa tauhid akan selalu membawa pelakunya pada kelapangan. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Ibn Katsir bahwa tauhid akan menyinari hati pelakunya sehingga lapang, menuntun jalannya, membimbingnya pada kebenaran. Ibn Mas‟ud menambahkan dengan hadist Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bahwa yang dimaksud kelapangan di sini adalah cahaya yang dipancarkan oleh Allah ke dalam dada, sehingga membuat dada tersebut menjadi lapang. Kelapangan itu ditandai dengan tiga hal, yaitu senantiasa inabah demi hari yang kekal, menjauhi dunia fana, senantiasa siaga menyambut ajal sebelum datang waktunya. : ‫قسأ‬ ًِ‫ٚض‬ ً٘ٝ‫ع‬ ‫اهلل‬ ٢ً‫ؾ‬ ‫يٓيب‬‫ا‬ ٕ‫أ‬ " ‫َطعٛد‬ ٔ‫اب‬ ٣ٚ‫ز‬{َٙ‫ز‬‫ؾد‬ ِ‫ح‬‫ٜػس‬ َٜ٘‫د‬ٜٗ ٕ‫أ‬ ‫اهلل‬ ‫ٜسد‬ ُٔ‫ؾ‬ ّ٬‫يإلض‬}: ٍ‫قا‬ ‫يػسح؟‬‫ا‬ ‫ٖرا‬ ‫َٚا‬ ، ‫اهلل‬ ٍٛ‫زض‬ ‫ٜا‬ : ٘‫ي‬ ٌٝ‫ؾك‬«، ‫يكًب‬‫ا‬ ‫يف‬ ‫اهلل‬ ٘‫ٜكرؾ‬ ‫ْٛز‬ ‫ؾٝٓؿتح‬‫يكًب‬‫ا‬»: ٍ‫قا‬ ‫أَاز٠؟‬ َٔ ‫يو‬‫ر‬‫ي‬ ٌٗ‫ؾ‬ : ‫يٛا‬‫ا‬‫ق‬«ِ‫ْع‬. »١‫ْاب‬‫إل‬‫ا‬ : ٍ‫قا‬ ‫ٖٞ؟‬ ‫َٚا‬ : ٌٝ‫ق‬ ٘‫ي‬ٚ‫ْص‬ ٌ‫قب‬ ‫يًُٛت‬ ‫ٚا٫ضتعداد‬ ، ‫يػسٚز‬‫ا‬ ‫داز‬ ٔ‫ع‬ ‫يتذايف‬‫ا‬ٚ ، ‫اخلًٛد‬ ‫داز‬ ‫إىل‬. “Diriwayatkan dari Ibn mas‟ud, Radhiyallahu 'anhu. Bahwa sesungguhnya Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam membaca firman Allah, “Maka barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah memperoleh hidayah, maka dilapangkanlah baginya dadanya untuk menerima Islam”. Maka ditanyakan kepada-Nya, wahai Rasulallah, apa yang dimaksud kelapangan di sini?, beliau menjawab, yaitu cahaya Allah yang disinarkan dalam hati seseorang, maka jadilah hati tersebut terbuka lapang. Mereka bertanya lagi, apakah hal itu
  • 7. iv | Studi Islam I Akidah Akhlak ada tandanya?, beliau menjawab, ya ada. Ditanyakan lagi, apa itu tandanya?, beliau menjawab, yaitu kembali pada orientasi negeri kekekalan (akhirat), menjauhi negeri tipuan (dunia), dan memiliki persiapan untuk kematian sebelum ajal tiba.” Demikian juga sebaliknya, syirik adalah penyebab utama kesempitan. Hal itu berawal dari menolak dari keimanan, dan condong kepada kesesatan, sehingga Allah pun menambah kesesatan tersebut hingga mambuat pelakunya semakin terjepit dalam kesempitan. Kesempitan pada ayat tersebut digambarkan seperti orang yang terbang ke langit. Semakin tinggi terbangnya, semakin sesak pula dadanya, ia tidak mampu bernafas akibat ketiadaan oksigen, hingga ia tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa tauhid (akidah) adalah landasan utama dalam membentuk akhlak. Tanpa landasan tauhid bangunan akhlak tidak akan pernah berdiri kokoh. Karena tauhid adalah akar yang menghunjam ke bawah, yang mendasari berdirinya bangunan-bangunan akhlak beserta penopang- penopangnya. Sebaliknya, syirik sebagai lawan tauhid tidak mampu mendasari akhlak dalam meraih bangunan-bangunan dirinya, karena syirik berasal dari akar yang lemah yang mudah tercerabut, sehingga tiada satu bangunan pun yang mampu berdiri dan bertahan di atasnya. Penulisan buku “Studi Islam I: Akidah Akhlak” ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi kaum muslimin, khususnya masyarakat akademik yang sedang mendalami kajian akidah akhlak. Saya yakin dengan sepenuh hati, bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga membutuhkan koreksi dari semua pihak yang membacanya. Karena Imam Syafi‟i mengatakan: “Tidak ada yang sempurna selain Al-Qur‟an dan Sunah, maka apabila kalian menjumpai kesalahan dalam tulisanku, maka aku akan menariknya dan mengembalikannya pada Al-Qur‟an dan Al-Sunah”. Akhirnya hanya kepada Allah saya memohon hidayah, hanya kepada-Nya saya kembali.Wallahu A‟lam Bisshawab. Bogor, 01 Januari 2014. Dr. Akhmad Alim, M.A
  • 8. v | Studi Islam I Akidah Akhlak DAFTAR ISI Kata Pengantar .............................................................................................. i Bab I : Akidah Islamiyah ............................................................................ 1 Bab II : Pembagian Tauhid ........................................................................... 18 Bab III : Syahadatain ..................................................................................... 26 Bab IV : Pembatal Tauhid ............................................................................. 39 Bab V : Hakikat Syirik Dan Macam-Macamnya .......................................... 47 Bab VI : Wala’ Dan Bara’ ............................................................................. 56 Bab VII : Akhlak Dan Ruang Lingkupnya ................................................... 72 Bab VIII : Akhlak Terpuji (Karimah) ........................................................... 88 Bab IX : Akhlak Buruk (Madzmumah) ......................................................... 149 Bab X : Terapi Akhlak Buruk (Madzmumah) .............................................. 175 Bab XI : Tazkiyatun Nafs ............................................................................. 195 Bab XII : Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar.................................................... 222 Daftar Pustaka................................................................................................ 251 Riwayat Hidup Penulis .................................................................................. 255
  • 9. 1 | Studi Islam I Akidah Akhlak BAB 1 AKIDAH ISLAMIYAH A. Definisi Akidah Akidah menurut bahasa (etimologi) berasal dari kata al-„aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquwwah yang berarti mengikat dengan kuat.1 Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma‟ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath‟i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma‟ salafush shalih.2 Kata akidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya. Di antara nama-nama tersebut adalah: 1. Al-Iman, karena akidah membahas rukun iman yang enam dan hal- hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihis sallam. Istilah ini dipopulerkan oleh Imam Abu „Ubaid al- Qasim bin Sallam, Abu Bakar „Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Ibnu Mandah, dan Ibnu Taimiyyah. 2. Tauhid, karena pembahasannya berkaitan dengan tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma‟ wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu akidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Istiah ini dipopulerkan oleh Imam Bukhari dan Ibnu Huzaimah. 1 Ibn Mandzur, Lisan Al-Arab, jilid IX, hlm 311 2 Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql, Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah, Daarul ‘Ashimah, 1419 H, hlm 11-12
  • 10. 2 | Studi Islam I Akidah Akhlak 3. As-Sunnah, karena para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan para Sahabat di dalam masalah akidah. Istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi pertama. Istilah ini dipopulerkan oleh imam Ahmad. 4. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah, karena dalam kajian akidah dibicarakan tentang ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath‟i serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama. Istilah ini dipopulerkan oleh Al- Baghdadi, Ibnu Baththah Al-Ukbari, Abul Hasan Al-Asy‟ari. 5. Al-Fiqhul Akbar, karena berhubungan dengan masalah ushul yang besar, yaitu pengesaan Allah. Istilah ini dipopulerkan oleh Abu Hanifah. 6. Asy-Syari‟ah, karena akidah adalah landasan utama dalam syari‟ah. Istilah ini dipopulerkan oleh Al-Ajurri. 7. Adapun menamakan akidah dengan ilmu kalam, filsafat, tashawuf, ilaahiyyat (teologi), metafisika, adalah menempatkan istilah yang kurang tepat, karena tidak memiliki landasan yang kuat. B. Tujuan Akidah Islamiyah Akidah Islam mempunyai banyak tujuan baik yang harus dipegang teguh, yaitu : 1. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya. 2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul karena jiwa yang kosong dari akidah. Orang yang jiwanya kosong dari akidah, terkadang ia menyembah (menjadi budak) materi yang nyata saja, dan ada kalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat. 3. Ketenangan jiwa dan pikiran, terhindar dari kecemasan dalam jiwa dan kegoncangan pikiran. Karena akidah akan menghubungkan orang mukmin dengan penciptanya, lalu meridhai Dia sebagai Tuhan yang mengatur, hakim yang membuat syari`at. Oleh karena itu
  • 11. 3 | Studi Islam I Akidah Akhlak jiwanya menerima takdir, dadanya lapang, menyerah, lalu tidak mencari Tuhan pengganti. 4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan dalam bermuamalah dengan orang lain. Karena di antara dasar akidah adalah mengimani para rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan. 5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu, tidak melewatkan kesempatan beramal kebajikan, dan selalu menggunakan waktu hidupnya dengan baik untuk meraup pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena, di antara dasar akidah adalah mengimani hari kebangkitan serta hari pembalasan terhadap seluruh perbuatan. 6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala daya dan upaya untuk menegakkan agama Allah serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi ketika menempuh jalan itu. 7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki pribadi- pribadi maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.3 C. Ruang Lingkup Akidah Secara umum, ruang lingkup akidah mencakup rukun iman yang enam, yaitu: 1. Beriman kepada Allah Beriman kepada Allah dapat diwujudkan dengan hal-hal berikut: a) Beriman kepada rububiyyah Allah Ta‟ala, maksudnya, Allah adalah Tuhan, pencipta, pemilik dan pengatur segala urusan. b) Beriman kepada uluhiyyah Allah Ta‟ala, maksudnya, hanya Allah Ta‟ala sajalah Tuhan yang berhak disembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah batil. 3 - Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarhu Ushulil Iman,. Edisi Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone,hlm.52.
  • 12. 4 | Studi Islam I Akidah Akhlak c) Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya (asma‟ wa sifat), maksudnya, bahwasanya Allah Ta‟ala memiliki nama-nama yang mulia, dan sifat-sifat yang sempurna serta agung sesuai dengan yang ada dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya Shalallahu 'Alaihi wa Sallam 2. Beriman kepada para Malaikat Kita harus meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba yang mulia. Mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta‟ati-Nya. Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas. Di antara mereka adalah Jibril; ditugaskan menurunkan wahyu dari sisi Allah kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang dikehendaki-Nya. Mikail yang ditugaskan untuk mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan. Israfil yang bertugas meniupkan sangsakala di hari terjadinya kiamat. Malaikat Maut, bertugas mencabut nyawa ketika ajal tiba. Iman kepada malaikat dapat diwujudkan dalam hal-hal berikut: a) Mengimani wujud mereka b) Mengimani mereka yang kita kenali nama-namanya, seperti Jibril, dan juga terhadap nama-nama malaikat yang tidak kita kenal. c) Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mempunyai 600 sayap yang menutup ufuk. d) Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti bacaan tasbih, dan menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala siang-malam tanpa merasa lelah. Buah Iman kepada Malaikat: a) Mengetahui keagungan Allah, kekuatan-Nya, dan kekuasaan- Nya. Kebesaran makhluk pada hakikatnya adalah dari keagungan sang Pencipta.
  • 13. 5 | Studi Islam I Akidah Akhlak b) Syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas perhatian-Nya terhadap manusia sehingga menugasi malaikat untuk memelihara, mencatat amal-amal dan berbagai kemaslahatannya yang lain. c) Cinta kepada para malaikat karena ibadah yang mereka lakukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 3. Beriman kepada Kitab-kitab. Allah telah menurunkan kepada para rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Yang kita ketahui di antara kitab-kitab itu adalah: a) Taurat, diturunkan Allah kepada Nabi Musa „alaihi salam, ia merupakan kitab Bani Israil yang paling agung. b) Injil, diturunkan Allah kepada Nabi Isa „alaihi salam. c) Zabur, diturunkan Allah kepada Daud „alaihi salam. d) Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa „alaihima salam. e) Al-Qur‟an yang agung, diturunkan Allah Ta‟ala kepada nabi- Nya Muhammad, penutup para nabi. Dengannya Allah telah me-nasakh (menghapus) semua kitab sebelumnya. Dan Allah telah menjamin untuk memelihara dan menjaganya; karena ia akan tetap menjadi hujjah atas semua makhluk, sampai hari kiamat. Iman kepada kitab-kitab ini mengandung empat unsur, yaitu: a) Mengimani bahwa benar-benar diturunkan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. b) Mengimani kitab-kitab yang sudah kita kenali namanya, seperti Al-Qur'an yang diturunkan kepada nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa „alaihi sallam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa „alaihi sallam, dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud „alaihi sallam. Adapun kitab-kitab yang tidak kita ketahui namanya, kita mengimaninya secara global. c) Membenarkan seluruh beritanya yang benar, seperti berita- berita yang ada di dalam Al Qur'an, dan berita-berita kitab-
  • 14. 6 | Studi Islam I Akidah Akhlak kitab terdahulu yang belum diganti atau belum diselewengkan. d) Mengerjakan seluruh berita yang belum di-nasakh (dihapus) serta rela dan menyerah pada hukum itu, baik kita memahami hikmahnya atau tidak. Seluruh kitab terdahulu telah di-nasakh oleh Al-Qur'an, seperti firman-Nya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya), dan sebagai batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu". (QS. Al- Maa’idah: 48). Adapun buah Iman kepada Kitabullah adalah: a) Mengetahui perhatian Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap hamba-hamba-Nya sehingga menurunkan kitab yang menjadi hidayah (petunjuk) bagi setiap kaum. b) Mengetahui hikmah Allah dalam syara' atau hukum-Nya sehingga menetapkan hukum yang sesuai dengan tingkah laku setiap umat, seperti firman-Nya yang artinya: “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang". (QS. Al-Maa’idah: 48) c) Mensyukuri nikmat Allah. 4. Beriman Kepada Para Rasul Allah telah mengutus para rasul kepada makhluk-Nya. Rasul pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Semua rasul itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat-sifat ketuhanan. Mereka adalah hamba- hamba Allah yang telah dimuliakan dengan kerasulan. Allah telah mengakhiri semua syari‟at dengan syari‟at Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau diutus untuk seluruh manusia. Maka tidak ada lagi nabi sesudahnya. Iman kepada rasul mengandung empat unsur. Yaitu a) Mengimani bahwa riasalah mereka benar-benar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Barangsiapa mengingkari risalah mereka, walaupun hanya seorang, maka menurut pendapat seluruh ulama dia dikatakan kafir. Allah Subhanahu wa Ta'ala
  • 15. 7 | Studi Islam I Akidah Akhlak berfirman: “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul".(QS. Asy Syu'araa: 105). Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan mereka mendustakan semua rasul, padahal hanya seorang rasul saja yang ada ketika mereka mendustakannya. Oleh karena itu umat Nasrani yang mendustakan dan tidak mau mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, berarti mereka juga telah mendustakan dan tidak mengikuti nabi Isa Al Masih bin Maryam, karena nabi Isa sendiri pernah menyampaikan kabar gembira dengan akan datangnya nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ke alam semesta ini sebagai rahmat bagi semesta alam. Kata "memberi kabar gembira" ini mengandung makna bahwa Muhammad adalah seorang rasul mereka yang menyebabkan Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan dan memberi petunjuk kepada mereka jalan yan lurus b) Mengimani para rasul yang sudah kita kenali nama-namanya, misalnya Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh. Kelima nabi rasul itu dikenal dengan "Ulul Azmi". Allah Subhanahu wa Ta'ala telah meyebut mereka dalam dua tempat dari Al- Qur'an, surat Al Ahzab dan surat Asy Syura, "Dan (ingatlah) ketika Kami megambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putera Maryam".(QS. Al Ahzab: 7). Firman Allah, "Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya." (QS. Asy- Syuura: 13). Terhadap para rasul yang tidak dikenal nama- namanya, juga wajib kita imani secara global. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebalum kamu, di antara mereaka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu". (QS. Al Mu'min: 78). c) Membenarkan berita-berita mereka yang benar. d) Mengamalkan syariat orang dari merka yang diutus kepada kita. Dia adalah nabi terakhir Muhammad Shallallahu 'Alaihi
  • 16. 8 | Studi Islam I Akidah Akhlak wa Sallam yang diutus Allah kepada seluruh manusia. Allah berfirman: “Maka demi Robbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian merka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu kebaratan terhadfap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". (QS. An Nisaa: 65) Adapun buah Iman kepada Rasul-rasul adalah a) Mengetahui rahmat serta perhatian Allah kepada hamba- hamba-Nya sehingga mengutus para rasul untuk menunjuki mereka pada jalan Allah serta menjelaskan bagaimana seharusnya mereka menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena memang akal manusia tidak bisa mengetahui hal itu dengan sendirinya. b) Mensyukuri nikmat Allah yang amat besar ini. c) Mencintai para rasul, mengagungkannya, serta memujinya karena mereka adalah para rasul Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan karena mereka hanya menyembah Allah, menyampaikan risalah-Nya, dan menasihati hamba-Nya. 5. Beriman Kepada Hari Akhirat Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal di tempat yang penuh kenikmatan atau di tempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada Hari Akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah kematian, yaitu: ujian kubur, kenikmatan dan siksaannya, serta apa yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka. Iman kepada hari Akhir mengandung tiga unsur, yaitu: a) Mengimani ba'ts (kebangkitan), yaitu menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati ketika tiupan sangkakala yang kedua kali. Pada waktu itu semua manusia bangkit untuk menghadap Rabb alam semesta dengan tidak beralas kaki, bertelanjang, dan tidak disunat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti
  • 17. 9 | Studi Islam I Akidah Akhlak Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya". (Al-Anbiyaa: 104) b) Mengimani hisab (perhitungan) dan jaza' (pembalasan) dengan meyakini bahwa seluruh perbuatan manusia akan dihisab dan dibalas. Hal ini dipaparkan dengan jelas di dalam Al-Qur'an, Sunnah dan ijma (kesepakatan) umat Islam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:“Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka." (QS.Al-Ghasyiyah: 25-26) c) Mengimani surga dan neraka sebagai tempat manusia yang abadi. Surga tempat kenikmatan yang disediakan Allah untuk orang-orang mukmin yang bertaqwa, yang mengimani apa- apa yang harus diimani, yang taat kepada Allah dan rasul- Nya, dan kepada orang-orang yang ikhlas. Di dalam Surga terdapat berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, serta tidak terlintas dalam benak manusia. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya".(QS. Al-Bayyinnah: 7-8). Sedangkan neraka adalah tempat adzab yang disediakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk orang-orang kafir, yang berbuat zhalim, serta bagi yang mengingkari Allah dan rasul- Nya. Di dalam Neraka terdapat berbagai adzab dan sesuatu yang menakutkan, yang tidak pernah terlintas dalam hati. Allah berfirman:“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang- orang yang zhalim itu Neraka yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta minum, maka mereka akan diberi minuman dengan air seperti besi yang mendidih yang dapat menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek". (QS.Al-Kahfi : 29) Adapun buah iman kepada hari akhir adalah:
  • 18. 10 | Studi Islam I Akidah Akhlak a) Mencintai ketaatan dengan mengharap balasan pahala pada hari itu. b) Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan siksa pada hari itu. c) Menghibur orang mukmin tentang apa yang didapatkan di dunia dengan mengharap kenikmatan serta pahala di akhirat. 6. Beriman Kepada Takdir Artinya beriman bahwasanya Allah telah mentakdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh makhluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu, dan menurut kebijaksanaan-Nya. Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya. Iman terhadap qadha' dan qadar mempunyai empat tingkatan, yaitu: a) Al-'Ilm (pengetahuan), yaitu mengimani dan meyakini bahwa Allah Mahatahu atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terinci, baik itu termasuk perbuatan-Nya sendiri atau perbuatan makhluk-Nya. Tak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi- Nya. b) Al-Kitabah (penulisan), yaitu mengimani bahwa Allah telah menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh yang ada di sisi-Nya. Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya: "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”.(QS. Al-Hajj: 70). c) Al-Masyi'ah (kehendak) artinya, bahwa segala sesuatu yang terjadi, atau tidak terjadi, di langit dan di bumi, adalah dengan kehendak Allah. Hal ini dinyatakan jelas dalam Al- Qur'an Al-Karim. Dan Allah telah menetapkan bahwa apa yang diperbuat-Nya adalah dengan kehendak-Nya, serta apa yang diperbuat para hamba-Nya juga dengan kehendak-Nya.
  • 19. 11 | Studi Islam I Akidah Akhlak Firman Allah, artinya: “(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan Semesta Alam” (QS. At-Takwir: 28-29) d) Al-Khalq (penciptaan) yaitu, mengimani bahwa Allah Pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan di bumi Penciptanya tiada lain adalah Allah. “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya". (QS.Al-Mulk: 2) Adapun hikmah beriman kepada qada dan qadar adalah: a) Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar. Firman Allah, artinya:“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah(datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl: 53) b) Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, artinya: “Hai anak- anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87) c) Memupuk sifat optimis dan giat bekerja. Firman Allah: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al- Qashas: 77) d) Menenangkan jiwa. Allah berfirman yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.”(QS. Al- Fajr: 27-30)
  • 20. 12 | Studi Islam I Akidah Akhlak D. Keutamaan Tauhid 1. Tauhid adalah tujuan diciptakannya jin dan manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : ُٕٚ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َٝٔ‫ي‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ َ‫ظ‬ِْٔ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٖٔٔ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ت‬ٞ‫ك‬ًَٜ‫خ‬ ‫َا‬ََٚ “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadahkepada-Ku.”(QS. Adz-Dzariyat: 56) 2. Tauhid adalah risalah yang dibawa oleh para rasul. ‫ٝٛت‬‫غ‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ب‬َٔٓ‫ت‬ِ‫د‬‫َا‬ٚ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬ ٢ٕٜ‫أ‬ ٟ٫ُٛ‫ض‬َ‫ز‬ ٕ١َٖٝ‫أ‬ ٌٚٝ‫ن‬ ٞٔ‫ؾ‬ ‫َا‬ِٓ‫ج‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ِ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ي‬َٚ “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah thoghut.” . (QS. An-Nahl: 36) 3. Tauhid adalah landasan dari semua ibadah dan muamalah ُُٖ‫د‬َ‫س‬ٜ‫أ‬ َ‫س‬َ‫ب‬ٔ‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٜ‫ى‬َ‫د‬ِٓٔ‫ع‬ َٖٔ‫ػ‬ًِٝ‫ب‬َٜ ‫ٖا‬َ٢‫إ‬ ‫ّا‬ْ‫ا‬َ‫ط‬ِ‫س‬٢‫إ‬ ٢َِٜٔ‫د‬ٔ‫ي‬‫ا‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬َٚ ُٙ‫ٖا‬ٜ٢‫إ‬ ٤٫٢‫إ‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ ٤٫ٜ‫أ‬ ٜ‫و‬ٗ‫ب‬َ‫ز‬ ٢َ‫ك‬ٜ‫ق‬َٚ‫َا‬ُ َ‫ح‬‫َا‬َٓ‫د‬ ‫َا‬ُُٜٗ‫ي‬ ِ‫ض‬ٔ‫ؿ‬ِ‫خ‬‫َا‬ٚ ‫ّا‬‫مي‬٢‫س‬ٜ‫ن‬ ٟ٫ِٜٛ‫ق‬ ‫َا‬ُُٜٗ‫ي‬ ٌِٝ‫ق‬َٚ ‫َا‬ُُِٖ‫س‬ََِٗٓ‫ت‬ ٜ٫َٚ ٩‫ف‬ٝ‫أ‬ ‫َا‬ُُٜٗ‫ي‬ ٌِٝ‫ك‬َ‫ت‬ ٜ٬ٜ‫ؾ‬ ‫َا‬ُُٖٜ٬ٔ‫ن‬ ِٜٚ‫أ‬ ٗ‫ر‬‫ي‬‫ا‬‫ّا‬‫ري‬ٔ‫ػ‬َ‫ؾ‬ ْٞٔ‫ا‬َٖٝ‫ب‬َ‫ز‬ ‫َا‬ُٜ‫ن‬ ‫َا‬َُُُِٗ‫س‬ِ‫ز‬‫ا‬ ٚ‫ب‬َ‫ز‬ ٌِٝ‫ق‬َٚ ٔ١َُِ‫س‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ََٔٔ ٍٚ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua- duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 23-24)
  • 21. 13 | Studi Islam I Akidah Akhlak ٤٫ٜ‫أ‬ ِِٝ‫ه‬ًَِٜٝ‫ع‬ ِِٝ‫ه‬ٗ‫ب‬َ‫ز‬ َّٖ‫س‬َ‫س‬ ‫َا‬َ ٌُِ‫ت‬ٜ‫أ‬ ‫ِا‬ٜٛ‫ي‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ٌِٝ‫ق‬ٜ٫َٚ ‫ّا‬ْ‫ا‬َ‫ط‬ِ‫س‬٢‫إ‬ ٢َِٜٔ‫د‬ٔ‫ي‬‫ا‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬َٚ ‫ّا‬٦َِٝ‫غ‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ ‫ٝٛا‬‫ن‬٢‫س‬ِ‫ػ‬ُ‫ت‬ ‫َا‬َِٗٓٔ َ‫س‬َٜٗ‫ظ‬ ‫َا‬َ َ‫ؼ‬ٔ‫س‬‫َا‬ٜٛ‫ؿ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ب‬َ‫س‬ٞ‫ك‬َ‫ت‬ ٜ٫َٚ ُِِٖ‫ٖا‬ٜ٢‫إ‬َٚ ِِٝ‫ه‬ٝ‫ق‬ُ‫ش‬ِ‫س‬َْ ُِٔ‫ش‬َْ ٣‫م‬ٜ٬َِ٢‫إ‬ َِٔٔ ِِٝ‫ن‬َ‫د‬ٜ٫ِٜٚ‫أ‬ ‫ٝٛا‬ًُ‫ت‬ٞ‫ك‬َ‫ت‬ ٤٫٢‫إ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َّٖ‫س‬َ‫س‬ ٞٔ‫ت‬٤‫ي‬‫ا‬ َ‫ظ‬ٞ‫ؿ‬ٖٓ‫ي‬‫ا‬ ‫ٝٛا‬ًُ‫ت‬ٞ‫ك‬َ‫ت‬ ٜ٫َٚ ََٜٔٛ‫ب‬ ‫َا‬ًَََٕٚٛٝٔ‫ك‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ن‬‫ٖا‬‫ؾ‬َٚ ِِٝ‫ه‬ٔ‫ي‬َ‫ذ‬ ٚ‫ل‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ َٕ‫َا‬‫ص‬ُٝٔٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٌَِٜٝ‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ‫ٝٛا‬‫ؾ‬ِٜٚ‫أ‬َٚ ُٖٙ‫د‬ُ‫غ‬ٜ‫أ‬ َ‫ؼ‬ًِٝ‫ب‬َٜ ٢ٖ‫ت‬َ‫س‬ َُٔ‫ط‬ِ‫س‬ٜ‫أ‬ َٖٞٔ ٞٔ‫ت‬٤‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ٤٫٢‫إ‬ ٢ِٝٔ‫ت‬َٝٞ‫ي‬‫ا‬ ٍَ‫َا‬َ ‫ُٛا‬‫ب‬َ‫س‬ٞ‫ك‬َ‫ت‬ ٜ٫َٚ ٜ‫ؾ‬ ُِِ‫ت‬ًٞٝ‫ق‬ ‫َا‬‫ذ‬٢‫إ‬َٚ ‫َا‬َٗ‫ع‬ِ‫ض‬ُٚ ٤٫٢‫إ‬ ‫ّا‬‫ط‬ٞ‫ؿ‬َْ ُ‫ـ‬٨ًٜ‫ه‬ُْ ٜ٫ ٔ‫ط‬ِ‫ط‬ٔ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٔ‫د‬َِٗ‫ع‬ٔ‫ب‬َٚ ٢َ‫ب‬ِ‫س‬ٝ‫ق‬ ‫َا‬‫ذ‬ َٕ‫ٜا‬‫ن‬ ِٜٛ‫ي‬َٚ ‫ٝٛا‬‫ي‬ٔ‫د‬ِ‫ع‬‫ا‬ ٜ٫َٚ ُُٙٛ‫ع‬ٔ‫ب‬ٖ‫ت‬‫ٜا‬‫ؾ‬ ‫ّا‬ُٝٔ‫ك‬َ‫ت‬ِ‫ط‬َُ ٞٔ‫ط‬‫َا‬‫س‬ٔ‫ؾ‬ ‫َا‬‫ر‬َٖ ٖٕٜ‫أ‬َٚ َُٕٚ‫س‬٤‫ن‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ن‬‫ٖا‬‫ؾ‬َٚ ِِٝ‫ه‬ٔ‫ي‬َ‫ذ‬ ‫ٝٛا‬‫ؾ‬ِٜٚ‫أ‬ ٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ن‬‫ٖا‬‫ؾ‬َٚ ِِٝ‫ه‬ٔ‫ي‬َ‫ذ‬ ًٔ٘ٔٝٔ‫ب‬َ‫ض‬ َِٔ‫ع‬ ِِٝ‫ه‬ٔ‫ب‬ َ‫م‬ٖ‫س‬ٜ‫ؿ‬َ‫ت‬ٜ‫ؾ‬ ٌَُ‫ب‬ٗ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٔ‫ب‬ٖ‫ت‬َ‫ت‬َٕٛٝ‫ك‬ٖ‫ت‬َ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬ “Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu). Dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am: 151-153)
  • 22. 14 | Studi Islam I Akidah Akhlak 4. Tauhid mencakup seluruh ajaran Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Ibnu Mas‟ud Radhiyallahu 'anhu berkata: “Barang siapa yang ingin melihat wasiat Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang tertera di atasnya cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: “Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, dan “Sungguh inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan yang lain”. (HR.Tirmidzi) 5. Tauhid adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang hamba kepada Rabb-nya. Mu‟adz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu berkata : ‫يٓيب‬‫ا‬ ‫ٜـ‬‫د‬‫ز‬ ‫نٓت‬٢ً‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫سل‬ ‫َا‬ ٟ‫أتدز‬ ،‫َعاذ‬ ‫ٜا‬ ": ٞ‫ي‬ ٍ‫ؾكا‬ ،‫محاز‬ ٢ً‫ع‬ : ٍ‫قا‬ ،ًِ‫أع‬ ٘‫ي‬ٛ‫ٚزض‬ ‫اهلل‬ : ‫قًت‬ ‫؟‬ ‫اهلل‬ ٢ً‫ع‬ ‫يعباد‬‫ا‬ ‫سل‬ ‫َٚا‬ ،‫يعباد‬‫ا‬‫اهلل‬ ‫سل‬ َٔ ‫ٜعرب‬ ٫ ٕ‫أ‬ ‫اهلل‬ ٢ً‫ع‬ ‫يعباد‬‫ا‬ ‫ٚسل‬ ،‫غٝ٦ا‬ ٘‫ب‬ ‫ٜػسنٛا‬ ٫ٚ ٙٚ‫ٜعبد‬ ٕ‫أ‬ ‫يعباد‬‫ا‬ ٢ً‫ع‬ ِٖ‫تبػس‬ ٫ " : ٍ‫قا‬ ‫؟‬ ‫يٓاع‬‫ا‬ ‫أبػس‬ ٬‫أؾ‬ ،‫اهلل‬ ٍٛ‫زض‬ ‫ٜا‬ : ‫قًت‬ ،‫غٝ٦ا‬ ٘‫ب‬ ‫ٜػسى‬ ٫ ." ‫ؾٝتهًٛا‬ “Aku pernah diboncengkan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku: “Wahai muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah?, Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda: “Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, lalu aku bertanya: ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?, beliau menjawab: “Jangan engkau lakukan itu, karena Khawatir mereka nanti bersikap pasrah”. (HR. Bukhari- Muslim) 6. Tauhid akan mendatangkan ketenangan hidup.
  • 23. 15 | Studi Islam I Akidah Akhlak ٕٚ‫َٗتد‬ ِٖٚ َٔ‫ا٭‬ ِ‫هل‬ ‫ي٦و‬ٚ‫أ‬ ًِ‫بع‬ ِْٗ‫ا‬‫إمي‬ ‫ًٜبطٛا‬ ‫ٚمل‬ ‫آَٓٛا‬ ٜٔ‫ر‬‫ي‬‫ا‬ “Orang-orang yang beriman dan tidak menodai keimananmereka dengan kedzoliman (kemusyrikan) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang mendapat jalan hidayah”. (QS. Al An’am: 82) 7. Tauhid adalah penyebab masuk surga. Ubadah bin Shomit Radhiyallahu 'anhu menuturkan: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ‫ذلُدا‬ ٕ‫ٚأ‬ ،٘‫ي‬ ‫ٜو‬‫س‬‫غ‬ ٫ ٙ‫ٚسد‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٕ‫أ‬ ‫غٗد‬ َٕٔ‫ٚأ‬ ،٘‫ي‬ٛ‫ٚزض‬ ٙ‫عبد‬ ‫يٓاز‬‫ا‬ٚ ‫سل‬ ١ٓ‫ٚاجل‬ َ٘ٓ ‫ٚزٚح‬ ِٜ‫س‬َ ‫إىل‬ ‫يكاٖا‬‫أ‬ ٘‫ٚنًُت‬ ،٘‫ي‬ٛ‫ٚزض‬ ‫اهلل‬ ‫عبد‬ ٢‫عٝط‬ ٌُ‫يع‬‫ا‬ َٔ ٕ‫نا‬ ‫َا‬ ٢ً‫ع‬ ١ٓ‫اجل‬ ‫اهلل‬ ً٘‫أدخ‬ ‫سل‬. “Barang siapa yang bersyahadatbahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari pada-Nya, dan surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya ke dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari - Muslim) 8. Tauhid dapat menyelamatkan dari siksa neraka. Rasulullah bersabda: "" ‫اهلل‬ ٘‫ٚد‬ ‫يو‬‫ر‬‫ب‬ ٞ‫ٜبتػ‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٍ‫قا‬ َٔ ‫يٓاز‬‫ا‬ ٢ً‫ع‬ ّ‫سس‬ ‫اهلل‬ ٕ‫ؾإ‬ “Sesungguhnya Allah Subhanahu wata‟ala mengharamkan neraka bagi orang- orang yang mengucapkan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah.” (HR. Bukhari) 9. Tauhid dapat memperberat timbangan amal (mizan). Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
  • 24. 16 | Studi Islam I Akidah Akhlak ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ : ٢‫َٛض‬ ‫ٜا‬ ٌ‫ق‬ : ٍ‫قا‬ ،٘‫ب‬ ‫ٚأدعٛى‬ ‫أذنسى‬ ‫غٝ٦ا‬ ‫عًُين‬ ،‫زب‬ ‫ٜا‬ ٢‫َٛض‬ ٍ‫قا‬ " ‫يطبع‬‫ا‬ ‫يطُٛات‬‫ا‬ ٕ‫أ‬ ٛ‫ي‬ : ٢‫َٛض‬ ٍ‫قا‬ ،‫ٖرا‬ ٕٛ‫ي‬ٛ‫ٜك‬ ‫عبادى‬ ٌ‫ن‬ ‫زب‬ ‫ٜا‬ : ٍ‫قا‬ ،‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٖٔ‫ٚعاَس‬–ٟ‫غري‬–‫يت‬‫ا‬َ ،١‫نؿـ‬ ‫يف‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ٚ ،١‫نؿ‬ ‫يف‬ ‫يطبع‬‫ا‬ ‫ٚا٭زقني‬ )٘‫ٚؾشش‬ ِ‫ٚاحلان‬ ٕ‫سبا‬ ٔ‫اب‬ ٙ‫(زٚا‬ " ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٔ‫بٗـ‬ “Musa berkata: “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingat- Mu dan berdoa kepada-Mu”, Allah berfirman: “Ucapkan hai Musa ”, Musa berkata: “Ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu”, Allah menjawab: “Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban) 10. Tauhid memudahkan pelakunya untuk mendapatkan ampunan. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ‫تػسى‬ ٫ ‫يكٝتين‬ ِ‫ث‬ ،‫ٜا‬‫ا‬ٛ‫خ‬ ‫ا٭زض‬ ‫بكساب‬ ‫أتٝتين‬ ٛ‫ي‬ ،ّ‫آد‬ ٔ‫اب‬ ‫ٜا‬ : ‫تعاىل‬ ‫اهلل‬ ٍ‫قا‬ " " ٠‫َػؿس‬ ‫بكسابٗا‬ ‫٭تٝتو‬ ،‫غٝ٦ا‬ ٞ‫ب‬ “Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman: “Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”. (HR.Tirmidzi) 11. Tauhid adalah tingkat keimanan yang tertinggi. Rasulullah bersabda : ٢َٔ‫ع‬ ٣َ‫ذ‬ٜ‫٭‬ٞ‫ا‬ ٝ١ٜ‫ط‬‫َا‬َ٢‫إ‬ ‫َا‬ٖ‫َا‬ِْ‫د‬ٜ‫أ‬َٚ ‫٤اهلل‬٫٢‫إ‬ َ٘‫ي‬٢‫إ‬ٜ٫ ٍُِٜٛ‫ق‬ ‫َا‬ًَٗٝ‫ك‬ٞ‫ؾ‬ٜ‫أ‬ٜ‫ؾ‬ ٟ١َ‫ب‬ِ‫ع‬ُ‫غ‬ َٕٛٗ‫ت‬ٔ‫ض‬َٚ ْ‫ع‬ِ‫ك‬ٔ‫ب‬ ُٕ‫َا‬ُِٜ٢‫إل‬ٜ‫ا‬ ٢‫ل‬ٜ٢‫س‬٤ٛ‫ي‬‫ا‬
  • 25. 17 | Studi Islam I Akidah Akhlak “Iman itu ada enam puluh cabang lebih, paling tinggi adalah perkataan / ucapan Laa Ilaaha Illallah dan paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR. Muslim) 12. Tauhid sebagai syarat diterimanya suatu ibadah. Allah berfirman: ًََُِٕٛٝ‫ع‬َٜ ‫ُٛا‬ْ‫ا‬ٜ‫ن‬ ‫ٖا‬َ َُِِٗٓ‫ع‬ ٜ‫ط‬ٔ‫ب‬َ‫ش‬ٜ‫ي‬ ‫ٝٛا‬‫ن‬َ‫س‬ِ‫غ‬ٜ‫أ‬ ِٜٛ‫ي‬َٚ “Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am: 88) 13. Orang yang benar-benar merealisasikan tauhid akan masuk jannah (surga) tanpa hisab. Ketika para shahabat bertanya-tanya tentang 70.000 orang dari umat Muhammad yang masuk jannah tanpa hisab dan tanpa adzab, maka Rasulullah bersabda: ِ‫ط‬َٜ ٜ٫ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ًَُُِٖٕٛٝ٤‫ن‬ََٛ‫ت‬َٜ ِِ٢ٗٚ‫ب‬َ‫ز‬ ٢ًَٜ‫ع‬َٚ َُٕٚ‫س‬َٖٜٝٛ‫ت‬َٜ ٜ٫َٚ ََُٕٚٛ‫ت‬ٞ‫ه‬َٜ ٜ٫َٚ َٕٛٝ‫ق‬ِ‫س‬َ‫ت‬ “… Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak minta dikay dan tidak mengundi nasib dengan burung dan sejenisnya dan mereka bertawakkal hanya kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
  • 26. 18 | Studi Islam I Akidah Akhlak BAB II PEMBAGIAN TAUHID Tauhid secara bahasa diambil dari kata (‫ا‬ ). Artinya mentauhidkan sesuatu, jika menjadikannya satu. Ketika diderivasi menjadi tawhid, yang merupakan bentuk mashdar dari wahada, tawhid maknanya adalah keyakinan atas keesaan Allah, al-I‟tiqadu biwahdaniyyatillah.4 Adapun menurut istilah tauhid berarti mengesakan Allah terhadap segala sesuatu yang menjadi kekhususan-Nya, baik pada perkara Rububiyah, Uluhiyyah, maupun Al-Asma` was shifat. Dalam bahasan secara umum, tauhid memiliki arti keimanan yang mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan kata lain seorang mukmin tidak mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan siapapun dan hanya beribadah dengan setulus hati kepada-Nya semata. Dalam bahasa Arab, tauhid berarti iman pada ke-Esaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, al-iman bi wahdaniyatillah. Dalam sebuah hadits, disebutkan secara langsung istilah tauhid ini, yaitu dengan menggunakan redaksi (ُ‫للا‬ َ‫د‬َّ‫ح‬ َ‫ُو‬ٌ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬). Maknanya agar Allah ditauhidkan. Hal itu sebagaimana terdapat dalam riwayat Ibn Umar, ،ٝ‫هلل‬‫ا‬ َ‫د‬ٖ‫س‬َُٜٛ ِٕٜ‫أ‬ ٢ًَٜ‫ع‬ :ٕ١َ‫ط‬َُِ‫خ‬ ٢ًَٜ‫ع‬ ُّٜ٬ِ‫ض‬٢‫إل‬ٞ‫ا‬ َُٞٔٓ‫ب‬ :َُِ٘ٓ‫ع‬ ٝ‫هلل‬‫ا‬ َٞٔ‫ق‬َ‫ز‬ َ‫س‬َُُ‫ع‬ ٢ِٔ‫ب‬‫ا‬ ٢َٔ‫ع‬،ٔ٠ٜ٬ٖ‫ؿ‬‫ي‬‫ا‬ ٢ّ‫ٜا‬‫ق‬٢‫إ‬ٚ َ‫ك‬َََ‫ز‬ ٢ّ‫َا‬ٝٔ‫ؾ‬َٚ ،ٔ٠‫ٜا‬‫ن‬ٖ‫ص‬‫ي‬‫ا‬ ٔ٤‫َا‬‫ت‬ِٜ٢‫إ‬ٚ٢‫ر‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ،َٕ‫ا‬ “Dari Ibnu Umar, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: Islam dibangun atas lima rukun: Allah k ditauhidkan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji.” (HR. Bukhari) 4 AW. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, yang ditashih oleh KH Ali Ma’shum, KH. Zainal Abiidin Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif 2002. hlm. 1542-1543.
  • 27. 19 | Studi Islam I Akidah Akhlak Menurut Ibn Qayyim, secara umum tauhid terbagi menjadi tiga bagian, hal itu berdasarkan istiqra (penelitian menyeluruh) terhadap dalil-dalil yang ada di dalam Al-Quran dan As-Sunnah, yaitu: 5 1. Pertama: Tauhid Rububiyyah Pengertian tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan keyakinan bahwa Dialah satu-satunya dzat yang maha Pencipta, Penguasa, Pengatur segala urusan alam semesta. Di antara dalil-dalil tauhid rububiyyah adalah firman Allah ta'ala : ٝ‫ن‬ ُ‫ل‬ٔ‫ي‬‫ا‬َ‫خ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ْٕ٤َِٞ‫غ‬ ٌٚ “Allah menciptakan segala sesuatu”. (QS. Az-Zumar: 62) ٞٔ‫ؾ‬ ٌٙٝ‫ن‬ ‫َا‬َٗ‫ع‬َ‫د‬َِٛ‫ت‬ِ‫ط‬ََُٚ ‫َا‬ٖٖ‫س‬ٜ‫ك‬َ‫ت‬ِ‫ط‬َُ ًُِِٜ‫ع‬ََٜٚ ‫َا‬ٗٝ‫ق‬ِ‫ش‬٢‫ز‬ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٢ًَٜ‫ع‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬ ٕ١ٖ‫ب‬‫َا‬‫د‬ َِٔٔ ‫َا‬ََٚ‫ٔني‬‫ب‬َُ ٕ‫ب‬‫َا‬‫ت‬ٔ‫ن‬ “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis di dalam kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Hud: 6) ًَُِٜٔ َِٖٜٔ‫أ‬ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ٤‫َا‬ُٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ََٔٔ ِِٝ‫ه‬ٝ‫ق‬ُ‫ش‬ِ‫س‬َٜ ََِٔ ٌِٝ‫ق‬ََٔٔ َٖٞ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬٢‫س‬ِ‫د‬ُٜ َََِٔٚ َ‫ز‬‫َا‬‫ؿ‬ِ‫ب‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ َ‫ع‬ُِٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٝ‫و‬ َٕٛٝ‫ك‬ٖ‫ت‬َ‫ت‬ ٬ٜ‫ؾ‬ٜ‫أ‬ ٌِٝ‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َٕٛٝ‫ي‬ٛٝ‫ك‬ََٝ‫ط‬ٜ‫ؾ‬ َ‫س‬َِٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٚ‫ب‬َ‫د‬ُٜ َََِٔٚ َٚٞ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ََٔٔ َ‫ت‬َُٚٝٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬٢‫س‬ِ‫د‬َُٜٚ ٔ‫ت‬َُٚٝٞ‫ي‬‫ا‬ “Katakanlah: „Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang menguasai (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup daripada yang mati dan yang mengeluarkan yang mati daripada yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan" Maka mereka menjawab:"Allah". Maka katakanlah:"Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)? (QS. Yunus: 31) Mengenai tauhid rububiyah ini, hampir seluruh manusia dari anak cucu Adam, tidak ada yang mengingkarinya kecuali hanya sebagian kecil dari kelompok atheis yang tidak mengakui keberadaan Tuhan. Akan tetapi, pengakuan terhadap rububiyah saja tidak cukup, harus dilengkapi dengan 5 - Ibn Qayyim, Miftah Dar As-Sa’adah, Maktabah Dar Ibn Affan, 1996, Jilid 1, hlm.86
  • 28. 20 | Studi Islam I Akidah Akhlak pengakuan terhadap tauhid uluhiyah dan asma wa sifat yang akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya. ًُٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ َٓٔٝ‫ي‬ٛٝ‫ك‬َٜٝ‫ي‬ ُِِٜٗ‫ك‬ًَٜ‫خ‬ ََِٔ َُِِٗ‫ت‬ٞ‫ي‬ٜ‫أ‬َ‫ض‬ ِٔٔ٦ٜ‫ي‬َٚ “Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ‟Siapa yang telah menciptakan mereka?‟, niscaya mereka akan menjawab „Allah”. (QS. Az-Zukhruf: 87) ًُٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ َٓٔٝ‫ي‬ٛٝ‫ك‬َٜٝ‫ي‬ َ‫س‬َُٜ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ َ‫ظ‬َُِٓ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ َ‫س‬َٓ‫د‬َ‫ض‬َٚ َ‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ‫ت‬‫َا‬ٚ‫َا‬َُٓ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ َ‫ل‬ًَٜ‫خ‬ ََِٔ َُِِٗ‫ت‬ٞ‫ي‬ٜ‫أ‬َ‫ض‬ ِٔٔ٦ٜ‫ي‬َٚ “Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ‟Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?‟, niscaya mereka akan menjawab „Allah .” (QS. Al Ankabut: 61) 2. Kedua: Tauhid uluhiyah Pengertian tauhid uluhiyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Dalilnya firman Allah: ُ‫ني‬ٔ‫ع‬َ‫ت‬ِ‫ط‬َْ ٜ‫ى‬‫ٓا‬َٜ٢‫إ‬َٚ ُ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َْ ٜ‫ى‬‫ٓا‬َٜ٢‫إ‬ “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5) ٟ‫ا‬َُٓٝٔ‫ض‬ ُٜ٘‫ي‬ ًُِِٜ‫ع‬َ‫ت‬ ٌَِٖ ٔ٘ٔ‫ت‬َ‫د‬‫َا‬‫ب‬ٔ‫ع‬ٔ‫ي‬ ِ‫س‬ٔ‫ب‬ِٜٛ‫ؾ‬‫َا‬ٚ ُِٙ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬‫ٜا‬‫ؾ‬ ‫َا‬ََُُِٗٓٝ‫ب‬ ‫َا‬ََٚ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ‫ت‬‫َا‬ٚ‫َا‬ُٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ب‬َ‫ز‬ “Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)”. (QS. Maryam:65) ٜٞٔٓٔ‫د‬ ُٜ٘‫ي‬ ٟ‫ا‬‫ٔؿ‬ًِ‫د‬َُ ُ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬ٜ‫أ‬ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٢ٌٝ‫ق‬ “Katakanlah:"Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.” (QS. Az-Zumar: 14) Adapun makna ibadah yang dimaksudkan di sini adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Maksud
  • 29. 21 | Studi Islam I Akidah Akhlak „yang dicintai Allah‟, adalah segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya, seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti‟anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. َ‫ت‬ٛٝ‫غ‬‫ٓا‬ٜٛ‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ب‬َٔٓ‫ت‬ِ‫د‬‫َا‬ٚ ًَٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬ ٢ٕٜ‫أ‬ ‫ٟا‬‫ي‬ُٛ‫ض‬َ‫ز‬ ٕ١ََٓٝ‫أ‬ ٓ٢ٌٝ‫ن‬ ٞٔ‫ؾ‬ ‫َا‬ِٓ‫ج‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ِ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ي‬َٚ “Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: „Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut” (QS. An Nahl: 36) Ayat tersebut, secara tegas menjelaskan bahwa misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah, agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selain-Nya ditinggalkan. 3. Hubungan tauhid uluhiyah dan rububiyah Antara tauhid uluhiyah dan rububiyah, memiliki hubungan yang amat erat, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal itu karena alasan berikut: - Tauhid rububiyah mengharuskan kepada tauhid uluhiyah. Siapa yang mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Esa, Dia lah Rabb, Pencipta, yang memiliki, dan yang memberi rizki niscaya mengharuskan dia mengakui bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka dia tidak boleh berdoa melainkan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak meminta tolong kecuali kepada-Nya, tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya. Dia tidak memalingkan sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, bukan kepada yang lainnya. Tauhid uluhiyah mengharuskan bagi tauhid rububiyah agar setiap orang hanya menyembah Allah saja, tidak menyekutukan sesuatu dengannya. Dia harus meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Rabb-Nya, Penciptanya, dan pemiliknya. - Tauhid rububiyah dan uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama- sama, akan tetapi keduanya mempunyai pengertian berbeda. Makna Rabb adalah yang memiliki dan yang mengatur dan sedangkan makna ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang berhak untuk
  • 30. 22 | Studi Islam I Akidah Akhlak disembah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia". (QS. An-Naas: 1-3). Dan terkadang keduannya disebutkan secara terpisah, maka keduanya mempunyai pengertian yang sama, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: “Katakanlah, „Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, …". (QS. An-An'aam: 164) 4. Ketiga: Tauhid Asma’ wa Sifat. Pengertian tauhid asma‟ wa sifat adalah mentauhidkan Allah Ta‟ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya, dengan tanpa tahrif, ta‟thil, takyif, dan tafwidh. - Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata „istiwa‟ yang artinya „bersemayam‟ dipalingkan menjadi „menguasai‟. - Ta‟thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana. - Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain. - Tasybihadalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk- Nya. - Tafwidh yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata „Allah Ta‟ala memang ber-istiwa di atas „Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah‟. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta‟ala telah mengabarkan sifat-sifat-Nya
  • 31. 23 | Studi Islam I Akidah Akhlak dalam Al-Qur‟an dan Sunnah agar hamba-hamba-Nya mengetahui.Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifat-Nya dalam Al-Qur‟an adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya. Adapun dalil tauhid asma‟ dan sifat adalah berdasarkan firman Allah berikut ini: ُ‫ري‬ٔ‫ؿ‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬َُٝٔٓ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ََُٖٛٚ ْ٤َِٞ‫غ‬ ًِٔ٘ٔ‫ج‬ُٜٔ‫ن‬ َ‫ظ‬ِٜٝ‫ي‬ “Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi Maha Melihat”. (QS. Asy Syura: 11) ََِٕٚ‫ص‬ِ‫ذ‬َُٝ‫ض‬ ٔ٘ٔ٥‫ا‬َُِ‫ض‬ٜ‫أ‬ ٞٔ‫ؾ‬ َُٕٚ‫د‬ٔ‫ش‬ًُٜٞ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫ز‬َ‫ذ‬َٚ ‫َا‬ٗٔ‫ب‬ ُُٙٛ‫ع‬ِ‫د‬‫ٜا‬‫ؾ‬ ٢َِٓ‫ط‬ُ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٤‫َآ‬ُِ‫ض‬ٜ‫٭‬ٞ‫ا‬ ٔ‫هلل‬َٚ‫ُٛا‬ْ‫ا‬ٜ‫ن‬‫َا‬َ ًََُِٕٛٝ‫ع‬َٜ “Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A`raf: 180) َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ِ‫د‬‫ا‬ ٢ٌٝ‫ق‬٢َِٓ‫ط‬ُ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٤‫َا‬ُِ‫ض‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ًُٜٜ٘‫ؾ‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ِ‫د‬َ‫ت‬ ‫َا‬َ ٟ‫ا‬ٜٜٓ‫أ‬ ََُِٔ‫س‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ِ‫د‬‫ا‬ ٢ٜٚ‫أ‬ “Katakanlah:"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)” (QS. Al-Isra: 110) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mengajarkan tentang nama- nama Allah Subhanahu wa Ta'ala yang indah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna. ٣ًِِٔ‫ط‬َُ ُِٔ‫ب‬ ُ‫د‬ٝٔ‫ي‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ ‫َا‬َٓ‫ث‬ٖ‫د‬َ‫س‬ ٣‫ح‬ٔ‫ي‬‫ا‬َ‫ؾ‬ ُِٔ‫ب‬ ُٕ‫َا‬ٛٞ‫ؿ‬َ‫ؾ‬ ‫َا‬َٓ‫ث‬ٖ‫د‬َ‫س‬ ْٗٞٔ‫ا‬َ‫د‬َ‫ش‬ُٛ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ َ‫ب‬ٛٝ‫ك‬ِ‫ع‬َٜ ُِٔ‫ب‬ ُِٖٝٔ‫َا‬‫س‬ِ‫ب‬٢‫إ‬ ‫َا‬َٓ‫ث‬ٖ‫د‬َ‫س‬ ٤ً‫ي‬‫ا‬ ٍُُٛ‫ض‬َ‫ز‬ ٍَ‫ٜا‬‫ك‬ٜ‫ي‬‫ا‬ٜ‫ق‬ ٜ٠َ‫س‬َِٜ‫س‬ُٖ ٞٔ‫ب‬ٜ‫أ‬ َِٔ‫ع‬ ٢‫ز‬َ‫س‬ِ‫ع‬ٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ َِٔ‫ع‬ ٔ‫د‬‫َا‬ْٚ‫ص‬‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ب‬ٜ‫أ‬ َِٔ‫ع‬ ٜ٠َ‫ص‬َُِ‫س‬ ٞٔ‫ب‬ٜ‫أ‬ ُِٔ‫ب‬ ُ‫ب‬َِٝ‫ع‬ُ‫غ‬ ‫َا‬َٓ‫ث‬ٖ‫د‬َ‫س‬ٔ٘
  • 32. 24 | Studi Islam I Akidah Akhlak َ‫د‬ ‫َا‬ٖ‫َا‬‫ؿ‬ِ‫س‬ٜ‫أ‬ ََِٔ ٕ‫د‬ٔ‫س‬‫َا‬ٚ َ‫س‬ِٜٝ‫غ‬ ٟ١َ٥‫ا‬َٔ ‫ّا‬ُِ‫ض‬‫ا‬ َ‫ني‬ٔ‫ع‬ِ‫ط‬ٔ‫ت‬َٚ ٟ١َ‫ع‬ِ‫ط‬ٔ‫ت‬ ٢ٜ‫ي‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ٔ٘٤ًٔ‫ي‬ ٖٕ٢‫إ‬ َِ٤ًَ‫ض‬َٚ ًَِٜٔ٘ٝ‫ع‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٢٤ًَ‫ؾ‬َ‫خ‬ٌَ ٞ‫ي‬‫ا‬ َُِٔٔ٪ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُّ‫ٜا‬ًٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٚٗ‫د‬ٝ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫و‬ًَُٔٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٝٔ‫س‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ َُُِٔ‫س‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ َُٖٛ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ َٜ٘‫ي‬٢‫إ‬ ‫ٜا‬‫ي‬ ٟٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َُٖٛ ٜ١َٖٓ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َُُُُِٔٔٝٗ ٖ‫ش‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬‫ٖا‬َٖٛٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬‫ٖا‬ٜٗ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬‫٤ا‬‫ؿ‬َ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬َٚٛ‫ؿ‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٨٢‫ز‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ل‬ٔ‫ي‬‫ا‬َ‫د‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٚ‫ب‬ٜ‫ه‬َ‫ت‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬‫ٖا‬‫ب‬َ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ص‬ٜ٢‫ص‬َ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ًَُِٝٔ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ح‬‫ٖا‬‫ت‬ٜ‫ؿ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫م‬‫ا‬ ٔ‫ب‬َ‫د‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ـ‬ٝٔٛ٤ً‫ي‬‫ا‬ ٍُِ‫د‬َ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٜ‫ه‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ري‬ٔ‫ؿ‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ُٖٝٔ‫ط‬‫ي‬‫ا‬ ٍٗٔ‫ر‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ص‬ٔ‫ع‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٔ‫ؾ‬‫ٖا‬‫س‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ض‬ٔ‫ؾ‬‫َا‬‫د‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫ط‬ٔ‫ض‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ض‬ٔ‫ب‬‫ٜا‬‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ُ‫ري‬ ُ‫ب‬ٝٔ‫ط‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ت‬ٝٔ‫ك‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫غ‬ٝٔ‫ؿ‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ري‬ٔ‫ب‬ٜ‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ًَٗٞٔ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٛٝ‫ه‬ٖ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٛٝ‫ؿ‬َ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٝٔ‫ع‬َ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ًَُِٝٔ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ُِٜ٢‫س‬ٜ‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ًٌَُٝٔ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٔ‫ت‬َُٞ‫ي‬‫ا‬ ٟٗ٢ٜٛ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٌُٝٔ‫ن‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ل‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٝ٢ٖٗ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ح‬ٔ‫ع‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٝٔ‫ذ‬َُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ُٚ‫د‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٝٔ‫ه‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٔ‫ض‬‫َا‬ٛٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬ٝٔ‫ذ‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬ٝٔ‫ق‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ُ‫ني‬ ٞ‫ي‬‫ا‬ ُّٜٛٗٝ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ َٗٞ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ت‬ُُُٝٔٞ‫ي‬‫ا‬ ِٞٔٝ‫ش‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٝٔ‫ع‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ٨ٔ‫د‬ِ‫ب‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؿ‬ِ‫ش‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬َُٝٔ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٗٞٔ‫ي‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ُ‫د‬ٔ‫د‬‫َا‬ُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٔ‫د‬‫َا‬ٛ َٞٔ‫ي‬‫ا‬َٛٞ‫ي‬‫ا‬ ُٔٔ‫ط‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٖٔ‫٤ا‬‫ع‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٔ‫خ‬‫ٞآ‬‫ي‬‫ا‬ ٍُٖٜٚ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫س‬ٚ‫خ‬َ٪ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُّٚ‫د‬ٜ‫ك‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٔ‫د‬َ‫ت‬ٞ‫ك‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٔ‫د‬‫ٜا‬‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬َُٖ‫ؿ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٔ‫س‬‫َا‬ٛٞ‫ي‬‫ا‬ٞٔ‫ي‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٞ‫ن‬٢‫إ‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٢ٍ‫ٜا‬ًَ‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُٚ‫ذ‬ ٔ‫و‬ًُُٞٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫و‬ٔ‫ي‬‫ا‬ََ ُ‫ف‬ُٚ٤ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ٗٛٝ‫ؿ‬َ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُِٔ‫ك‬َ‫ت‬ُُِٓٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ب‬‫ٖا‬ٖٛ‫ت‬‫ي‬‫ا‬ ٗ‫س‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٗٞٔٓ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬َٔ‫َا‬‫ذ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫ط‬ٔ‫ط‬ٞ‫ك‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ٢ّ‫َا‬‫س‬ ُ‫ب‬ٜ‫أ‬ ٍَ‫ٜا‬‫ق‬ُ‫ز‬ُٛ‫ب‬ٖ‫ؿ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٝٔ‫غ‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫خ‬٢‫ز‬‫َا‬ٛٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ق‬‫َا‬‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٜٔ‫د‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٟٔ‫د‬‫َا‬ٗٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ز‬ٛٗٓ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ٔ‫ؾ‬‫ٖا‬ٓ‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ز‬‫ٖا‬‫ك‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫ع‬ْٔ‫ا‬َُٞ‫ي‬‫ا‬ ِٞٔٓ‫ػ‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬٢َ‫ط‬ٝٔ‫ع‬ ٛ ْ‫ب‬ٜ٢‫س‬ٜ‫غ‬ ْ‫ح‬ٜٔ‫د‬َ‫س‬ ‫َا‬‫ر‬َٖ “Telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm Ibn Ya'qûb Al Jurjānī telah menceritakan kepada kami Shafwān Ibn Shālih telah menceritakan kepada kami al- Wālid Ibn Muslim telah menceritakan kepada kami Syu'aib Ibn Abû Hamzah dari Abû al-Zinād dari al-A'rāj dari Abû Hurairah ia berkata; Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah ta'ala memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa yang hafal, mengamalkan dan membenarkannya akan masuk Surga. Yaitu; Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia al-Rahmān, al-Rahīm, al-Mālik, al-Quddûs, al-Salām, al- Mu`min, al-Muhaimin, al-'Azīz, al-Jabbār, al-Mutakabbir, al-Khāliq, al-Bāri, al- Mushawwir, al-Ghaffār, al-Qahhār, al-Wahhāb, al-Razzāq, al-Fattāh, al-'Alīm, al- Qābidh, al-Bāsith, al-Khāfidh, al-Mu'iz, al-Mudzill, al-Samī', al-Bashīr, al-Hakam, al-'Adl, al-Lathīf, al-Khabīr, al-Halīm, al-'Azhīm, al-Ghafûr, al-Syakûr, al-'Aliy, al- Kabīr, al-Hafīzh, al-Muqīt, al-Hasīb, al-Jalīl, al-Karīm, al-Raqīb, al-Mujīb, al-Wāsi',
  • 33. 25 | Studi Islam I Akidah Akhlak al-Hakīm, al-Wadûd, al-Majīd, al-Bā'its, al-Syahīd, al-Haq, al-Wakīl, al-Qawiy, al- Matīn, al-Waliy, al-Hamīd, al-Muhshī, al-Mubdi`, al-Mu'īd, al-Muhyi, al-Mumīt, al- Hay, al-Qayyûm, al-Wājid, al-Majīd, al-Wāhid, al-Shamad, al-Qadīr, al-Muqtadir, al- Muqaddim, al-Muakhkhir, al-Awwal, al-Akhir, al-Zhāhir, al-Bāthin, al-Wali, al- Muta' āli, al-Bar, al-Tawwāb, al-Muntaqim, al-`Afuw, al-Raûf, Mālik al-Mulk, Dzu al-Jalāl wa al-Ikrām, al-Muqsith, al-Jāmi', al-Ghani, al-Māni', al-Dhar, al-Nāfi', al- Hādi, al-Badī', al-Bāqi, al-Wārits, al-Rāsyid, al-Shabûr.” (HR: Tirmidzi)6 6- Muhammad Ibn `Īsā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, Beirut: Dār al-Fikr, 1994, Juz. V, hal. 303, No Hadis: 3518
  • 34. 26 | Studi Islam I Akidah Akhlak BAB III SYAHADATAIN A. Pengertian Syahadat Syahadat berasal dari bahasa arab ( ), yang memiliki makna persumpahan atau persaksian (bersumpah atau bersaksi). Syahadat terdiri dari syahdat laa ilaha illallah, dan syahadat Muhammadur Rasulullah. Kedua syahadat ini disebut dengan istilah syahadatain. 1. Makna Syahadat Laa ilaha illallah Maknanya adalah Laa ma‟buda bi haqqin illallah yaitu tiada sesembahan yang haq (berhak disembah) melainkan Allah.  Rukun Syahadat Laa ilaha illallah Syahadat Laa ilaha illallah memiliki dua rukun yaitu An-Nafyu (penafian/peniadaan) dan Al-Itsbat (penetapan). Kedua rukun ini diambil dari dua penggalan kalimat tauhid laa ilaha dan illallah. Rinciannya sebagai berikut: - Laa ilaha (An-Nafyu), yaitu meniadakan dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan serta mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah Ta‟ala. - Illallah (Al-Itsbat), yaitu menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi melainkan Allah serta beramal dengan landasan ini. Hal itu berdasarkan firman Allah, ٔ‫ب‬ ِ‫س‬ٝ‫ؿ‬ٞ‫ه‬َٜ َُِٜٔ‫ؾ‬‫ٱ‬ٔ‫ب‬ َِٔٔ٪َِٜٚ ٔ‫ت‬ٛٝ‫غ‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ٱ‬ٔ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ٱ‬ٔ‫ب‬ ٜ‫و‬َ‫ط‬َُِ‫ت‬ِ‫ض‬‫ٱ‬ٔ٠َِٚ‫س‬ُ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ٱ‬٢ٜ‫ك‬ِ‫ث‬ُٛٞ‫ي‬ٰ “Maka barangsiapa yang mengingkari Thoghut (sesembahan selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat (yaitu kalimat Laa ilaha illallah).” (QS.Al-Baqarah:256)
  • 35. 27 | Studi Islam I Akidah Akhlak Ayat tersebut, secara tegas melarang kepada kita agar menjauhi thoghut (sesembahan selain Allah). Itu adalah cerminan dari rukun An-Nafyu (Laa ilaha). Kemudian redaksi berikutnya, Allah memerintahkan agar kita beriman kepada Allah. Itu adalah cerminan dari rukun Al-Itsbat (illallah).  Syarat Syahadat Laa ilaha illallah a) Ilmu. Yaitu mengetahui makna lailaha illah. Seandainya mengucapkannya, tanpa mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: ٝ‫هلل‬‫ا‬ ٤٫٢‫إ‬ َٜ٘‫ي‬٢‫إ‬ ٜ٫ ُْٖٜ٘‫أ‬ ًِِِٜ‫ع‬‫ٜا‬‫ؾ‬. “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang patut diibadahi kecuali Allah.” (QS.Muhammad: 19) ًَُُِٕٜٛ‫ع‬َٜ َُِِٖٚ ٓ٢‫ل‬َ‫ش‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ َ‫د‬٢َٗ‫غ‬ ََِٔ ‫ٓا‬ٜ‫ي‬٢‫إ‬ ٜ١َ‫ع‬‫ٜا‬‫ؿ‬َٓ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ُْٔ٘ٔٚ‫د‬ َِٔٔ َُٕٛ‫ع‬ِ‫د‬َٜ َٜٔٔ‫ر‬ٜٓ‫ي‬‫ا‬ ٝ‫و‬ًَُِٜٔ ‫ٜا‬‫ي‬َٚ “Dan tidaklah orang-orang yang menyebah kepada selain Allah mampu memberikan syafaat. Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui (nya).” (QS. Az-Zukhruf: 86) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ١ٓ‫اجل‬ ٌ‫دخ‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٕ‫أ‬ ًِ‫ٜع‬ ٖٛ ٚ ‫َات‬ َٔ “Barangsiapa meninggal dunia dan dia mengetahui tentang la ilaha illallah, niscaya masuk surga.” (HR. Muslim) b) Yaqin (yakin). Maksudnya orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat itu. Manakala ia meragukannya, maka ia sama dengan orang munafik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: ‫َا‬ُْٖ٢‫إ‬‫ُٛا‬‫ب‬‫َا‬‫ت‬ِ‫س‬َٜ ِِٜ‫ي‬ ُِٖ‫ث‬ ٔ٘ٔ‫ي‬ُٛ‫ض‬َ‫ز‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫ُٛا‬ََٓ‫آ‬ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ََُِٕٛٓٔ٪ُُٞ‫ي‬‫ا‬ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..." (QS.Al- Hujurat: 15)
  • 36. 28 | Studi Islam I Akidah Akhlak Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ١ٓ‫اجل‬ ٌ‫دخ‬ ٫‫إ‬ ‫ؾُٝٗا‬ ‫غاى‬ ‫غري‬ ‫عبد‬ ‫بُٗا‬ ‫اهلل‬ ٢‫ًٜك‬ ٫ “Tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan membawa dua kalimat syahadat dan tidak ragu-ragu terhadapnya, kecuali dia akan masuk surga”. (HR. Muslim) ‫٥ط‬‫ا‬‫احل‬ ‫ٖرا‬ ٤‫ٚزا‬ َٔ ‫يكٝت‬ َٔٙ‫ؾبػس‬ ٘‫قًب‬ ‫بٗا‬ ‫َطتٝكٓا‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٕ‫أ‬ ‫ٜػٗد‬ ١ٓ‫باجل‬ “Barangsiapa yang engkau jumpai dari balik tirai ini yang bersaksi atas la ilaha illallah dengan penuh keyakinan dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga”. (HR. Bukhari) c) Qabul (menerima). Yaitu menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat, yakni menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Sebaliknya, jika mengucapkannya, tetapi tidak menerima dan mentaati, maka ia termasuk orang-orang kafir, yang difirmankan Allah: ٍَ٢‫إ‬ ‫ٜا‬‫ي‬ ُِِٜٗ‫ي‬ ٌَٝٔ‫ق‬ ‫َا‬‫ذ‬٢‫إ‬ ‫ُٛا‬ْ‫ا‬ٜ‫ن‬ ُِِْٖٗ٢‫إ‬ٰ٣‫س‬ٔ‫ع‬‫َا‬‫ػ‬ٔ‫ي‬ ‫َا‬ٓٔ‫ت‬َٗٔ‫ي‬‫آ‬ ٛٝ‫ن‬٢‫ز‬‫َا‬‫ت‬ٜ‫ي‬ ‫ٖا‬ٓٔ٥ٜ‫أ‬ َٕٛٝ‫ي‬ٛٝ‫ك‬ََٜٚ َُٕٚ‫س‬ٔ‫ب‬ٞ‫ه‬َ‫ت‬ِ‫ط‬َٜ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ َٙ ٣ُِٕٛٓ‫ذ‬ََ “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?". (QS. Ash-Shafat: 35-36) d) Inqiyaad. Yaitu tunduk dan patuh dengan kandungan makna syahadat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: ٢‫ِك‬‫ث‬ُٛٞ‫ي‬‫ا‬ ٠َِٚ‫س‬ُ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬‫ب‬ ٜ‫و‬َ‫ط‬َُِ‫ت‬ِ‫ض‬‫ا‬ ‫ٜد‬‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ْٔ‫ِط‬‫ش‬َُ ََُٖٛٚ ًٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ ٢ٜ‫ي‬‫إ‬ َُِ٘ٗ‫د‬َٚ ًِِِ‫ط‬ُٜ َََِٔٚ
  • 37. 29 | Studi Islam I Akidah Akhlak “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh (laa ilaaha illallah).” (QS. Luqman : 22) e) Shidq (jujur). Yaitu mengucapkan syahadat, dengan pembenaran dalam hatinya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman ‫ٔا‬‫ب‬َٚ ًٜٔ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫ٓا‬َََٜٓ‫آ‬ ٍُٛٝ‫ك‬َٜ ََِٔ ٢‫ع‬‫ٓا‬َٓ‫ي‬‫ا‬ ََََٜٔٔٚٔٔ‫ر‬ٜٓ‫ي‬‫ا‬َٚ ًَٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ َُٕٛ‫ع‬ٔ‫د‬‫َا‬‫د‬ُٜ َ‫ني‬َِٔٓٔ٪ُُٔ‫ب‬ ُِِٖ ‫َا‬ََٚ ٢‫س‬ٔ‫خ‬ٜ‫آ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٢َِّٛٝٞ‫ي‬ َُٕٚ‫س‬ُ‫ع‬ِ‫ػ‬َٜ ‫َا‬ََٚ َُِِٗ‫ط‬ٝ‫ؿ‬ِْٜ‫أ‬ ‫ٓا‬ٜ‫ي‬٢‫إ‬ َُٕٛ‫ع‬َ‫د‬ِ‫د‬َٜ ‫َا‬ََٚ ‫ُٛا‬ََٜٓ‫آ‬ "Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 8-10) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ‫إ‬ ٫ ٍ‫قا‬ َٔ١ٓ‫اجل‬ ٌ‫دخ‬ ٘‫قًب‬ َٔ ‫ؾادقا‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬ “Barangsiapa yang mengucapkan la ilaha illallah dan benar-benar keluar dari lubuk hatinya, niscaya masuk surga.” (HR: Ahmad) f) Ikhlas. Yaitu membersihkan amal dari kepentingan selain Allah, sehingga terbebas dari syirik, riya‟, sum‟ah. ٜ٠‫ٜا‬‫ن‬ٖ‫ص‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ت‬ِ٪َُٜٚ ٜ٠‫ٜا‬ًٖ‫ؿ‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬ُٝٔ‫ك‬َُٜٚ ٤‫ٜا‬‫ؿ‬َُٓ‫س‬ َٜٔٚ‫د‬‫ي‬‫ا‬ ُٜ٘‫ي‬ َ‫ني‬ٔ‫ؿ‬ًِٔ‫د‬َُ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َٝٔ‫ي‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ ‫ُٚا‬‫س‬َٔٝ‫أ‬ ‫َا‬ََٚ ٔ١َُٜٚٝ‫ك‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُٜٔٔ‫د‬ ٜ‫و‬ٔ‫ي‬َ‫ذ‬َٚ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5) َٜٔٓٔ‫د‬‫ي‬‫ا‬ ُٜ٘ٓ‫ي‬ ‫ّا‬‫ؿ‬ًِٔ‫د‬َُ ًَٜ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ َ‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬ٜ‫أ‬ ِٕٜ‫أ‬ ُ‫ت‬ِ‫س‬َٔٝ‫أ‬ ْٞٓٔ٢‫إ‬ ٌِٝ‫ق‬
  • 38. 30 | Studi Islam I Akidah Akhlak “Katakanlah:“Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. Al-Zumar: 11) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: ٘‫قًب‬ َٔ ‫يؿا‬‫ا‬‫خ‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٍ‫قا‬ َٔ ‫بػؿاعيت‬ ‫يٓاع‬‫ا‬ ‫أضعد‬ “Orang yang paling berbahagia dengan syafa‟atku adalah yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlash dari dalam hatinya.” (HR. Bukhari) ‫اهلل‬ ٕ‫ؾإ‬‫اهلل‬ ٘‫ٚد‬ ‫يو‬‫ر‬‫ب‬ ٞ‫ٜبتػ‬ ‫اهلل‬ ٫‫إ‬ ٘‫ي‬‫إ‬ ٫ ٍ‫قا‬ َٔ ‫يٓاز‬‫ا‬ ٢ً‫ع‬ ّ‫سس‬ “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengucapkan la ilaha illallah yang dengannya ia mengharapkan wajah Allah.” (HR. Bukhari) g) Mahabbah (kecintaan). Maksudnya mencintai syahadat dengan cinta yang tulus bersih, tanpa tercampur kepentingan hawa nafsu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: ٟ‫ا‬ٓ‫ب‬ُ‫س‬ ُٓ‫د‬َ‫غ‬ٜ‫أ‬ ‫ُٛا‬ََٓ‫آ‬ َٜٔٔ‫ر‬ٜٓ‫ي‬‫ا‬َٚ ًٜٔ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ ٓٔ‫ب‬ُ‫ش‬ٜ‫ن‬ َُُِِْٗٛٓ‫ب‬ٔ‫ش‬ُٜ ٟ‫ا‬‫َاد‬‫د‬ِْٜ‫أ‬ ًٜٔ٘ٓ‫ي‬‫ا‬ ٢ُٕٚ‫د‬ َِٔٔ ُ‫ر‬ٔ‫د‬َٓ‫ت‬َٜ ََِٔ ٢‫ع‬‫ٓا‬َٓ‫ي‬‫ا‬ َََٔٔٚ ًٜٔ٘ٓٔ‫ي‬ “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 165) h) Mengingkari Thaghut. Yaitu mengingkari segala sesuatu yang diibadahi selain Allah. Bentuk-bentuknya bisa bermacam-macam, bisa matbu‟ (panutan), ma‟bud (sesembahan) atau mutha‟ (yang ditaati). Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman: ٝ‫غ‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ِ‫س‬ٝ‫ؿ‬ٞ‫ه‬َٜ َُِٜٔ‫ؾ‬ َٚٞ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ََٔٔ ُ‫د‬ِ‫غ‬ٗ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ََٖٔٝ‫ب‬َ‫ت‬ ِ‫د‬ٜ‫ق‬ٔ٠َِٚ‫س‬ُ‫ع‬ٞ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ٜ‫و‬َ‫ط‬َُِ‫ت‬ِ‫ض‬‫ا‬ ٔ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ َِِٔٔ٪َُٜٚ ٔ‫ت‬ٛ .ًَِْٝٔ‫ع‬ ْ‫ع‬َُٝٔ‫ض‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬َٚ ‫َا‬ٜٗ‫ي‬ َّ‫َا‬‫ؿ‬ٔ‫ؿ‬ِْ‫ا‬ ٜ٫ ٢ٜ‫ك‬ِ‫ث‬ُٛٞ‫ي‬‫ا‬
  • 39. 31 | Studi Islam I Akidah Akhlak “Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al- Baqarah: 256) Thaghut itu banyak sekali dan yang paling utama ada lima macam:  Pertama: Syaithan yang mengajak beribadah kepada selain Allah. Dalilnya adalah firman Allah: ْ‫ني‬ٔ‫ب‬َٗ ُٙٚ‫د‬َ‫ع‬ ِِٝ‫ه‬ٜ‫ي‬ ُْٖ٘٢‫إ‬ َٕ‫ٜا‬ِٖٛٝ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٚا‬‫د‬ُ‫ب‬ِ‫ع‬َ‫ت‬٤٫ ٕٜ‫أ‬ ََّ‫د‬‫َا‬٤ َٞٔٓ‫ب‬‫َا‬ٜ ِِٝ‫ه‬ِٜٝ‫ي‬٢‫إ‬ ِ‫د‬َِٗ‫ع‬ٜ‫أ‬ ِِٜ‫ي‬ٜ‫أ‬ “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu." (QS. Yasin: 60)  Kedua: Pemerintahan zhalim yang merubah hukum Allah. Dalilnya adalah firman Allah : َٚ ٜ‫و‬ِٜٝ‫ي‬٢‫إ‬ ٍَ٢‫ص‬ْٝ‫أ‬‫َآ‬ُٔ‫ب‬ ‫ُٛا‬ََٓ‫َا‬٤ ُِِْٖٜٗ‫أ‬ َُُُٕٛ‫ع‬ِ‫ص‬َٜ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ َ٢ٔ‫ي‬‫إ‬َ‫س‬َ‫ت‬ ِِٜ‫ي‬ٜ‫أ‬ٕٜ‫أ‬ َُٕٚ‫د‬ٜ٢‫س‬ُٜ ٜ‫و‬ًِٔ‫ب‬ٜ‫ق‬ َٔٔ ٍَ٢‫ص‬ْٝ‫أ‬‫َآ‬َ ٟ٫ٜ٬َ‫ق‬ ُِِٗ٤ًٔ‫ك‬ُٜ ٕٜ‫أ‬ ُٕ‫ٜا‬ِٖٛٝ‫ػ‬‫ي‬‫ا‬ ُ‫د‬ٜ٢‫س‬َُٜٚ ٔ٘ٔ‫ب‬ ‫ُٚا‬‫س‬ٝ‫ؿ‬ٞ‫ه‬َٜ ٕٜ‫أ‬ ‫ُٚا‬‫س‬َٔٝ‫أ‬ ِ‫د‬ٜ‫ق‬َٚ ٔ‫ت‬ٛٝ‫غ‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ا‬ ٢ٜ‫ي‬٢‫إ‬ ‫ُٛا‬ُٜ‫ن‬ٜ‫ا‬‫َش‬‫ت‬َٜ ‫ّا‬‫د‬ٝٔ‫ع‬َ‫ب‬ “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An- Nisa`:60)  Ketiga: Yang berhukum kepada selain yang diturunkan Allah. َُٕٚ‫س‬ٔ‫ؾ‬‫ٜا‬‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُُِٖ ٜ‫و‬ٔ٥ٜ٫ِٚٝ‫أ‬ٜ‫ؾ‬ ٝ‫هلل‬‫ا‬ ٍََ‫ص‬ْٜ‫أ‬‫َآ‬ُٔ‫ب‬ ِٝ‫ه‬ِ‫ش‬َٜ ِِ٤‫ي‬ َََٔٚ
  • 40. 32 | Studi Islam I Akidah Akhlak “Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oang yang kafir.” (QS. Al-Maa’idah: 44)  Keempat: Yang mengaku mengetahui yang ghaib (yang bersumber) dari Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah: ‫ّا‬‫د‬َ‫س‬ٜ‫أ‬ ٔ٘ٔ‫ب‬ِٜٝ‫غ‬ ٢ًَٜ‫ع‬ ُ‫س‬٢ٗٞ‫ع‬ُٜ ٜ٬ٜ‫ؾ‬ ٔ‫ب‬َِٝ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ َِٔ‫ي‬‫ا‬َ‫ع‬.َٔٔ ٝ‫و‬ًِٝ‫ط‬َٜ ُْٖ٘٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٣ٍُٛ‫ض‬ٖ‫ز‬ َٔٔ ٢َ‫ك‬َ‫ت‬ِ‫ز‬‫ا‬ ٢ََٔ٤٫٢‫إ‬ َ‫د‬َٜ ٢َِٔٝ‫ب‬‫ّا‬‫د‬َ‫ؾ‬َ‫ز‬ ٔ٘ٔ‫ؿ‬ًَٞ‫خ‬ ََِٔٔٚ ِٜٔ٘ “(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin :26-27) Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: ٕ١ٜ‫ق‬َ‫ز‬َٚ َٔٔ ٝ‫ط‬ٝ‫ك‬ِ‫ط‬َ‫ت‬ ‫َا‬ََٚ ٢‫س‬ِ‫ش‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬َٚٚ‫س‬َ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ؾ‬‫َا‬َ ًُِِٜ‫ع‬ََٜٚ َُٖٛ ٤٫٢‫إ‬ ‫َآ‬ًُُِٜٗ‫ع‬َٜٜ٫ ٔ‫ب‬َِٝ‫ػ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ح‬ٔ‫ت‬‫ٜا‬‫ؿ‬ََ َُٙ‫د‬ِٓٔ‫ع‬َٚ ٢‫ض‬ِ‫ز‬ٜ‫٭‬ٞ‫ا‬ ٔ‫ت‬‫َا‬ًُٝٝ‫ظ‬ ٞٔ‫ؾ‬ ٕ١ٖ‫ب‬َ‫س‬ٜ٫َٚ ‫َا‬ًُُِٜٗ‫ع‬َٜ٣‫ني‬ٔ‫ب‬َ٘ ٕ‫ب‬‫َا‬‫ت‬ٔ‫ن‬ ٞٔ‫ؾ‬ ٤٫٢‫إ‬ ٣‫ظ‬ٔ‫ب‬‫َا‬ٜٜ٫َٚ ٕ‫ب‬ٞ‫ط‬َ‫ز‬ٜ٫َٚ “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An'aam:59)  Kelima: yang disembah selain Allah dan ia ridha dengan ibadah tersebut. Dalilnya firman Allah: َ‫ني‬ُٔٔ‫ي‬‫ا‬٤‫ع‬‫ي‬‫ا‬ ٟ٢‫ص‬ِ‫ذ‬َْ ٜ‫و‬ٔ‫ي‬َ‫ر‬ٜ‫ن‬ َََِٖٓٗ‫د‬ ٜٔ٘٢‫ص‬ِ‫ذ‬َْ ٜ‫و‬ٔ‫ي‬َ‫ر‬ٜ‫ؾ‬ ُْٔ٘ٔٚ‫د‬ َٔٚ ْٜ٘‫ي‬٢‫إ‬ ْٞٚ٢‫إ‬ َُِِِٗٓٔ ٌِٝ‫ك‬َٜ َََٔٚ “Dan barangsiapa diantara mereka mengatakan:"Sesungguhnya aku adalah ilah selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberi balasan kepada orang-oramg zalim.” (QS. Al-Anbiya`:29) 2. Makna Syahadat Muhammadur Rasulullah
  • 41. 33 | Studi Islam I Akidah Akhlak Beriman bahwasanya Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai utusan Allah, yaitu dengan cara membenarkan apa yang dikabarkannya, menta'ati apa yang diperintahkannya, dan meninggalkan apa yang dilarang dan diperingatkan darinya, serta kita menyembah Allah dengan apa yang disyari'atkannya.  Rukun Syahadat Muhammadur Rasulullah a) Menaati semua yang diperintahkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. ِِٝ‫ه‬َٓٔ ٢‫س‬َِٜ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٞٔ‫ي‬ٚٝ‫أ‬َٚ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬َٚ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬ ‫ُٛا‬ََٓ‫آ‬ َٜٔٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ ‫َا‬ٜٜٗٗ‫أ‬ ‫َا‬ُِِٰٜ‫ت‬ِ‫ع‬َ‫ش‬‫َا‬َٓ‫ت‬ ٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٓٝ‫ن‬ ٕ٢‫إ‬ ٢ٍُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٢ٜ‫ي‬٢‫إ‬ ُٙٚٗ‫د‬ُ‫س‬ٜ‫ؾ‬ ٕ٤َِٞ‫غ‬ ٞٔ‫ؾ‬٢‫س‬ٔ‫خ‬‫ٞآ‬‫ي‬‫ا‬ ٢َِّٛٝٞ‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ََُِٕٛٓٔ٪ُ‫ت‬ ُِِ‫ت‬َٰ‫ذ‬ٰٜ‫و‬ٔ‫ي‬ ‫ٟا‬ًٜ٢ٚٞ‫أ‬َ‫ت‬ َُٔ‫ط‬ِ‫س‬ٜ‫أ‬َٚ ْ‫س‬َِٝ‫خ‬{:٤‫يٓطا‬‫ا‬٩٥{ “Wahai orang-orang yang beriman, ta‟atilah Allah dan ta‟atilah Rasulullah, dan ulil amri di antara kalian. Jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (sunnahnya), jika memang kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59) ِ‫د‬ٜ‫ك‬ٜ‫ؾ‬ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ٢‫ع‬ُٜٔٛ َََِٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َ‫ع‬‫ٜا‬‫ط‬ٜ‫أ‬ “Barangsiapa yang taat kepada rasul maka sungguh dia telah taat kepada Allah.” (QS. An-Nisa: 80) ََُُٕٛ‫س‬ِ‫س‬ُ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬َٚ “Taatlah kalian kepada rasul semoga kalian dirahmati.” (QS. An-Nuur: 56) َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬ ٌِٝ‫ق‬ُِِ‫ت‬ًُُٞٚ‫س‬ ‫َا‬َ ِِٝ‫ه‬ًَِٜٝ‫ع‬َٚ ٌَُُٚ‫س‬ ‫َا‬َ ًَِٜٔ٘ٝ‫ع‬ ‫َا‬ُْٖ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ‫ِا‬ٛ٤‫ي‬ََٛ‫ت‬ ِٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬َٚ ُ‫ني‬ٔ‫ب‬ُُٞ‫ي‬‫ا‬ ُ‫ؽ‬‫ٜا‬ًَ‫ب‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ‫٤ا‬‫ي‬٢‫إ‬ ٢ٍُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬ ٢ًَٜ‫ع‬ ‫َا‬ََٚ ‫ُٚا‬‫د‬َ‫ت‬َِٗ‫ت‬ ُُٙٛ‫ع‬ُٝٔٛ‫ت‬ ِٕ٢‫إ‬َٚ
  • 42. 34 | Studi Islam I Akidah Akhlak “Katakanlah: „Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.‟” (QS. An-Nuur: 54) َٜٔ٢‫س‬ٔ‫ؾ‬‫ٜا‬‫ه‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٗ‫ب‬ٔ‫ش‬ُٜ ‫ٜا‬‫ي‬ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٖٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ‫ِا‬ٛ٤‫ي‬ََٛ‫ت‬ ِٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٍَُٛ‫ض‬ٖ‫س‬‫ي‬‫ا‬َٚ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ‫ُٛا‬‫ع‬ٝٔ‫ط‬ٜ‫أ‬ ٌِٝ‫ق‬ “Katakanlah: „Ta‟atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.‟” (QS. Ali-Imran: 32) ٔ‫س‬َ‫ز‬ ْ‫ز‬ٛٝ‫ؿ‬ٜ‫غ‬ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬َٚ ِِٝ‫ه‬َ‫ب‬ُُْٛ‫ذ‬ ِِٝ‫ه‬ٜ‫ي‬ ِ‫س‬ٔ‫ؿ‬ِ‫ػ‬ََٜٚ ُ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ُِٝ‫ه‬ِ‫ب‬ٔ‫ب‬ِ‫ش‬ُٜ ُْٞٔٛ‫ع‬ٔ‫ب‬ٖ‫ت‬‫ٜا‬‫ؾ‬ َ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ َٕٛٗ‫ب‬ٔ‫ش‬ُ‫ت‬ ُِِ‫ت‬ِٓٝ‫ن‬ ِٕ٢‫إ‬ ٌِٝ‫ق‬ِْٝ “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali-Imran: 31) َِٗ‫ت‬ ِِٝ‫ه‬٤ًَ‫ع‬ٜ‫ي‬ ُُٙٛ‫ع‬ٔ‫ب‬ٖ‫ت‬‫َا‬ٚ ٔ٘ٔ‫ت‬‫َا‬ًُٜٔ‫ن‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ َُِٔٔ٪ُٜ ٟٔ‫ر‬٤‫ي‬‫ا‬ َٚٞٚٝ‫أ‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٚٞٔ‫ب‬ٖٓ‫ي‬‫ا‬ ٔ٘ٔ‫ي‬ُٛ‫ض‬َ‫ز‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫ُٛا‬َٓٔ‫ٜآ‬‫ؾ‬َُٕٚ‫د‬َ‫ت‬ “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 158) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ه‬ٝٔ‫ؾ‬ٚٝ‫أ‬٣ٔ‫د‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ ِِٝ‫ه‬َِٓٔ ِ‫ؼ‬ٔ‫ع‬َٜ ََِٔ ُْٖ٘٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ‫٘ا‬ٝٔ‫ػ‬َ‫ب‬َ‫س‬ ‫ّا‬‫د‬ِ‫ب‬َ‫ع‬ ِٕ٢‫إ‬َٚ ٔ١َ‫ع‬‫٤ا‬ٛ‫ي‬‫ا‬َٚ ٢‫ع‬ُِٖ‫ط‬‫ي‬‫ا‬َٚ ٔ٘٤ً‫ي‬‫ا‬ ٣َٛٞ‫ك‬َ‫ت‬ ‫َا‬ٗٔ‫ب‬ ‫ٝٛا‬‫ه‬ٖ‫ط‬ََُ‫ت‬ َٜٔٔ‫د‬ٔ‫غ‬‫ٖا‬‫س‬‫ي‬‫ا‬ َ‫ني‬ٜٚٔ‫د‬َُِٗٞ‫ي‬‫ا‬ ٔ٤‫ٜا‬‫ؿ‬ًُٜ‫د‬ٞ‫ي‬‫ا‬ ٔ١ُٖٓ‫ض‬َٚ ٢ٔ‫ت‬ُٖٓ‫ط‬ٔ‫ب‬ ِِٝ‫ه‬ًَِٜٝ‫ع‬ٜ‫ؾ‬ ‫ّا‬‫ري‬ٔ‫ج‬ٜ‫ن‬ ‫ٟا‬‫ؾ‬ٜ٬ٔ‫ت‬ِ‫خ‬‫ا‬ ٣َ‫س‬ََٝ‫ط‬ٜ‫ؾ‬ ‫ي‬‫ا‬ٔ‫ب‬ ‫َا‬ًَِٜٗٝ‫ع‬ ‫ٗٛا‬‫ك‬َ‫ع‬َٕٚ١َ‫ع‬ِ‫د‬ٔ‫ب‬ ٌٖٝ‫ن‬َٚ ٠١َ‫ع‬ِ‫د‬ٔ‫ب‬ ٕ١َ‫ث‬َ‫د‬ِ‫ش‬َُ ٌٖٝ‫ن‬ ٖٕ٢‫إ‬ٜ‫ؾ‬ ٢‫ز‬َُٛٝ‫٭‬‫ا‬ ٔ‫ت‬‫َا‬‫ث‬َ‫د‬ِ‫ش‬ََُٚ ِِٝ‫ن‬‫ٖا‬ٜ٢‫إ‬َٚ ٔ‫ر‬ٔ‫د‬‫َا‬ٖٛٓ ١ٜ‫ي‬ٜ٬َ‫ق‬ “Aku wasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah Azza wajalla,mendengar dan taat, meskipun seorang budak habsyi.Karena