Teks tersebut membahas kritik terhadap pemikiran Ulil Abshar Abdallah. Menurut teks, pemikiran Ulil seringkali tidak didasarkan pada metodologi ilmiah sehingga buah pikirannya tidak terlalu penting. Teks juga menjelaskan bahwa produk pemikiran Islam harus didasarkan pada dalil-dalil al-Quran, hadis, ijma', dan qiyas.
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Kritik Terhadap Pemikiran Ulil Abshar Abdallah
1. Oleh: Muhammad Idrus Ramli
| www.ebookislami.net |
2013
KRITIK TERHADAP PEMIKIRAN
ULIL ABSHAR ABDALLAH
2. Halaman 2
Usaha Membaca dan memahami pikiran ulil dan teman-temannya
termasuk dalam kategori “pekerjaan” berat. Hal ini disebabkan karena
lontaran pikirannya seringkali tidak didasarkan pada dasar metodologi
yang absah dan ilmiyah, sehingga buah pikiran yang dilontarkannya
tidak lebih dari hanya sekedar “pikiran nakal” yang tidak terlalu penting
untuk ditanggapi.
Sebuah produk pemikiran dari siapapun, apabila akan dijadikan sebagai
bagian dari pemikiran Islam, maka harus ada dasar yang melandasinya,
baik dari alqur’an, hadits, ijma’, qiyas atau dalil-dalil yang lain. Sulit
menerima dan menganggap sebuah produk pemikiran merupakan bagian
dari Islam ketika produk pemikiran tersebut tidak didasarkan pada dalil-
dalil yang sah.Pandangan semacam ini sebenarnya didasarkan pada
sebuah ayat al-qur’an yang berbunyi
َﯾَﺷ ِﻲﻓ ْﻢُﺘْﻋَزَﺎﻨَﺗ ِْنﺈَﻓ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ِﺮْﻣَ ْاﻷ ِﻲﻟُوأَو َُﻮلﺳﱠﺮاﻟ ُﻮاﻌﯿَِطأَو َ ﱠﷲ ُﻮاﻌﯿِطَأ ُﻮاﻨَﻣآ َِﯾﻦﺬﱠﻟا َﺎﮭﱡﯾَأ ﺎُهﱡودُﺮَﻓ ٍءْﻲ
ًﯾﻼ
Abdul Wahab Khalaf menjelaskan ayat di atas dengan :
ﻣﻦ اﻻﻣﺮ اوﻟﻰ ﺑﺎطﺎﻋﺔ واﻻﻣﺮ واﻟﺴﻨﺔ اﻟﻘﺮأن ﺑﺎﺗﺒﺎع اﻣﺮ رﺳﻮﻟﮫ واطﺎﻋﺔ ﷲ ﺑﺎطﺎﻋﺔ ﻓﺎﻻﻣﺮ
ﻣﻦ اﻻﻣﺮاﻟﺘﺸﺮﯾﻌﻲ اوﻟﻮ ﻻﻧﮭﻢ اﻻﺣﻜﺎم ﻣﻦ اﻟﻤﺠﺘﮭﺪﯾﻦ ﻛﻠﻤﺔ ﻋﻠﯿﮫ اﺗﻔﻘﺖ ﻣﺎ ﺑﺎﺗﺒﺎع اﻣﺮ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ
ا ﺑﺮد واﻻﻣﺮ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦوﻻ ﻧﺺ ﻻ ﺣﯿﺚ اﻟﻘﯿﺎس ﺑﺎﺗﺒﺎع اﻣﺮ واﻟﺮﺳﻮل ﷲ اﻟﻰ ﻓﯿﮭﺎ اﻟﻤﺘﻨﺎزع ﻟﻮﻗﺎﺋﻊ
اﺟﻤﺎع
Dan diperkuat oleh hadits tentang Muadz bin Jabal yang berbunyi :
َْﺧأ ، ٍﺮَﻔْﻌَﺟ ُْﻦﺑ ِ ﱠﷲ ُﺪْﺒَﻋ َﺎﻧَﺮَﺒَْﺧأ ، ٍكَُﻮرﻓ ِﻦْﺑ ِﻦَﺴَﺤْﻟا ُْﻦﺑ ُﺪﱠﻤَُﺤﻣ ٍﺮْﻜَﺑ ُﻮﺑَأ َﺎﻧََﺮﺒَْﺧأ، ٍﺐِﯿﺒَﺣ ُْﻦﺑ ُُﺲﻧُﻮﯾ َﺎﻧَﺮَﺒ
َلَﺎﻗ ، ِﻲﱡﻔَﻘﱠﺜاﻟ ٍنَْﻮﻋ ُﻮﺑَأ ِﻲﻧََﺮﺒَْﺧأ ، ُﺔَﺒْﻌُﺷ ِﻲﻧََﺮﺒَْﺧأ ، ُﺔَﺒْﻌُﺷ َﺎﻧََﺮﺒَْﺧأ ، َدُوَاد ُﻮﺑَأ َﺎﻧََﺮﺒَْﺧأ:ُﺖْﻌِﻤَﺳ
َلَﺎﻗ َْﺺﻤِﺣ ِﻞْھَأ ِْﻦﻣ ٍذَﺎﻌُﻣ ِبﺎَﺤَْﺻأ َْﻦﻋ ، ُﱢثﺪَُﺤﯾ ، ٍوﺮْﻤَﻋ َْﻦﺑ َِثرﺎَﺤْﻟا:َﺎﻗَوَّنأ ٍذَﺎﻌُﻣ َْﻦﻋ ًةﱠﺮَﻣ َل
ُﮫَﻟ َلَﺎﻗ ، ِﻦَﻤَﯿْﻟا َﻰﻟِإ ًاذَﺎﻌُﻣ ََﺚﻌَﺑ ﱠﺎﻤَﻟ ، وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ ِ ﱠﷲ َلُﻮﺳَر : َﻚَﻟ ََضﺮَﻋ َاذِإ ِﻲﻀْﻘَﺗ َْﻒﯿَﻛ
َلَﺎﻗ ، ؟ ٌءﺎَﻀَﻗ:َلَﺎﻗ ، ِ ﱠﷲ ِبَﺎﺘِﻜِﺑ ِﻲﻀْﻗَأ:ََﺎلﻗ ، ؟ ِ ﱠﷲ ِبَﺎﺘِﻛ ِﻲﻓ ْﺪِﺠَﺗ ْﻢَﻟ ِْنﺈَﻓ : ِلُﻮﺳَر ِﺔﱠﻨُﺴِﺑ ِﻲﻀْﻗَأ
ََﺎلﻗ ، وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ ِ ﱠﷲ:ََﺎلﻗ ، ؟ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ ِ ﱠﷲ ُِﻮلﺳَر ِﺔﱠﻨُﺳ ِﻲﻓ ْﺪِﺠَﺗ ْﻢَﻟ ِْنﺈَﻓ :
َلَﺎﻗ ، ُﻮﻟآ ﻻَو ِﻲﯾْأَر ُﺪِﮭَﺘَْﺟأ:َلَﺎﻗ ، ِيرْﺪَﺻ ِهِﺪَﯿِﺑ ِ ﱠﷲ ُلُﻮﺳَر َبَﺮَﻀَﻓ:َلُﻮﺳَر َﻖﱠﻓَو ِيﺬ
وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ ِ ﱠﷲ َلُﻮﺳَر ﻲِﺿُْﺮﯾ َﺎﻤِﻟ ، وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ ِ ﱠﷲ ِلُﻮﺳَر
3. Halaman 3
Bahkan, lebih spesifik lagi bagi kalangan nahdliyin – termasuk di
dalamnya Ulil dan teman-temannya dari kalangan Islam Liberal- dalam
berpikir dan mengembangkan pemikirannya harus juga didasarkan pada
“rambu-rambu” yang telah disepakati oleh para ulama sebagai manhaj
pemikiran Nahdlatul Ulama. Secara substansial, pembuktian bahwa
seseorang dianggap sebagai warga atau kader Nahdlatul Ulama
sebenarnya bukan hanya terletak pada apakah yang bersangkutan
memiliki kartu anggota Nahdatul Ulama (KARTANU) atau tidak, akan
tetapi lebih jauh dan lebih penting dari itu adalah yang bersangkutan
harus bertindak, bersikap dan berperilaku serta berpikir sesuai dengan
manhaj yang telah digariskan oleh Nahdlatul Ulama.
Dalam Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama Bab IV (Tujuan dan Usaha)
pasal 5 ditegaskan tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran
Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal jamaah menurut salah satu
madzhab empat untuk terwujudnya masyarakat yang demokratis dan
berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahtreraan umat.
Secara lebih operasional, Nahdlatul Ulama juga telah merumuskan
tentang sistem pengambilan keputusan hukum dalam bahtsul masail di
lingkungan Nahdlatul Ulama yang meliputi bagaimana prosedur
penjawaban masalah, hirarki dan sifat keputusan bahtsul masail,
kerangka analisis masalah, prosedur pemilihan qaul /wajah, prosedur
ilhaq dan prosedur istinbat. Semua ini terangkum dalam keputusan
Munas Alim Ulama di Bandar lampung pada tanggal 16-20 rajab 1412
H/ 21-25 Januari 1992 M.
Mengkritisi Pemikiran Mas Ulil
Mengkritisi pemikiran ulil tidak boleh lepas dari dua sudut pandang ;
sudut pandang bahwa Ulil merupakan seorang muslim dan sudut
pandang bahwa Ulil merupakan cendekiawan muda Nahdlatul Ulama.
Sebagai seorang muslim yang baik Ulil tidak boleh keluar dari koridor
sumber hukum Islam (al-Qur’an dan al-Hadits), sedangkan sebagai
tokoh intelektual Nahdlatul Ulama, Ulil harus menjunjung tinggi dan
4. Halaman 4
menghormati keputusan-keputusan yang telah disepakati oleh para
ulama, baik di tingkat Munas, maupun muktamar. Karena demikian,
maka alat analisis yang digunakan untuk mengkritisi pemikiran Ulil
adalah al-qur’an, al-hadits dan al-kutub al-mu’tabarah yang telah
disepakati dikalangan Nahdlatul Ulama.
Yang menonjol dari seorang Ulil dan teman-teman kalangan Islam
liberal yang lain sebenarnya pada predikat seorang pejuang “hak asasi
manusia”, tidak lebih dari itu. Hal ini sangat terlihat dengan jelas dari
pemikiran-pemikiran yang dilontarkannya yang terakadang “nabrak” al-
qur’an, hadits dan pandangan mayoritas ulama, ketika mereka
beranggapan ada kepentingan yang “lebih tinggi” yang diabaikan, yaitu
Hak Asasi Manusi (HAM).
Pandangan Ulil tentang : pembenaran terhadap agama-agama yang lain
selain Islam ; tidak mengakui bahwa Islam adalah agama yang berfungsi
sebagai agama pembatal (nasikh) terhadap agama-agama sebelumnya ;
tidak sepakat terminology “kafir” disandangkan kepada kelompok non
muslim; tidak mengakui adanya wacana “dar al-islam dan dar al-harbi”;
Ahmadiyah masih dianggap sebagai “komunitas muslim” jarang sekali
didasarkan pada argumentasi yang diakui oleh kaum muslimin, atau
kalangan nahdliyin. Kalaupun menampilkan ayat al-qur’an sebagai
argumentasi, biasanya hanya dipotong untuk mendukung pandangan
pribadinya. Berikut ini beberapa pandangan kontroversial Ulil yang
banyak ditolak karena tidak didasarkan pada dalil dan argumentasi yang
kuat.
Pemikiran Ulil tentang masalah ini masih belum dijelaskan secara utuh,
sehingga yang bisa dilakukan selanjutnya adalah mencoba menebak
kira-kira yang dimaksud “bebas” dalam konteks di atas, apakah bebas –
sebebas-bebasnya (tanpa resiko), ataukah bebas beresiko. Nampaknya
yang dimaksud oleh Ulil sehingga menjadi kontroversial adalah bebas-
sebebas-bebasnya (tanpa resiko). Hal ini sangat tampak dari
pemikirannya tentang bahwa Agama Islam tidaklah memiliki fungsi
5. Halaman 5
membatalkan (nasikh) untuk agama-agama sebelumnya. Semua agama
dalam pandangan Ulil adalah benar.
Ada dua potongan ayat al-qur’an yang dijadikan sebagai dasar oleh Ulil
dalam mengemukakan pandangannya, yaitu surat al-baqarah :256. dan
al-Kahfi : 29 yang berbunyi :
ِﻦﱢﯾﺪاﻟ ِﻲﻓ َهاَﺮْﻛِإ َﻻ
ُْﺮﻔْﻜَﯿْﻠَﻓ َءَﺎﺷ َْﻦﻣَو ِْﻦﻣُْﺆﯿْﻠَﻓ َءَﺎﺷ َْﻦﻤَﻓ
Dua potongan ayat di atas, apabila dipahami lepas dari konteks dan
konsiderannya, seakan-akan memberikan kebebasan yang mutlak dan
tanpa batas kepada siapapun untuk beragama, atau tidak beragama;
untuk beragama islam atau bukan Islam. Pemahaman yang lepas dari
konteks dan konsiderannya semacam inilah nampaknya yang dipilih
oleh Ulil, dan hal ini oleh Ulil dianggap bagian dari ajaran agama yang
paling qath’iy setelah ajaran tentang monoteisme.
Untuk mengklarifikasi, apakah potongan ayat di atas harus dipahami
demikian, marilah kita baca ayat di atas secara lengkap. Bunyi lengkap
surat al-baqarah : 256 adalah :
” Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada
Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang
amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.”
Secara sederhana ayat di atas ditafsirkan oleh tafsir al-jalalain dengan :
{ اﻟﺪﯾﻦ ِﻰﻓ َهاَﺮْﻛِإ ﻵ{ﻓﯿﮫ اﻟﺪﺧﻮل ﻋﻠﻰ}اﻟﻐﻲ َِﻦﻣ اﻟﺮﺷﺪ َﱠﻦﯿَﺒﱠﺗ َﺪﻗ{أن اﻟﺒﯿﻨﺎت ﺑﺎﻵﯾﺎت ظﮭﺮ أي
6. Halaman 6
رﺷ اﻹﯾﻤﺎنّﻲﻏ واﻟﻜﻔﺮ ﺪ
Sementara Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas dengan :
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﯾﻘﻮل:}ﱢﯾﻦﺪاﻟ ِﻲﻓ َهاَﺮْﻛِإ ﻻ{أي:ﺑﯿﻦ ﻓﺈﻧﮫ اﻹﺳﻼم دﯾﻦ ﻓﻲ اﻟﺪﺧﻮل ﻋﻠﻰ ًاﺪأﺣ ﺗﻜﺮھﻮا ﻻ
ﷲ ھﺪاه ﻣﻦ ﺑﻞ ،ﻓﯿﮫ اﻟﺪﺧﻮل ﻋﻠﻰ أﺣﺪ ﯾﻜﺮه أن إﻟﻰ ﯾﺤﺘﺎج ﻻ وﺑﺮاھﯿﻨﮫ دﻻﺋﻠﮫ ﺟﻠﻲ واﺿﺢ
ﻟﻺﺳﻼمﺳﻤﻌﮫ ﻋﻠﻰ وﺧﺘﻢ ﻗﻠﺒﮫ ﷲ أﻋﻤﻰ وﻣﻦ ،ﺑﯿﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﻓﯿﮫ دﺧﻞ ﺑﺼﯿﺮﺗﮫ وﻧﻮر ﺻﺪره وﺷﺮح
ًارﻣﻘﺴﻮ ﻣﻜﺮھﺎ اﻟﺪﯾﻦ ﻓﻲ اﻟﺪﺧﻮل ﯾﻔﯿﺪه ﻻ ﻓﺈﻧﮫ .وﺑﺼﺮه
Dari penafsiran dua kitab tafsir yang biasa dijadikan sebagai rujukan
oleh kalangan nahdliyin di atas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
Seseorang dilarang untuk dipaksa untuk masuk agama Islam.
Mempercayai Islam adalah sebuah kebenaran, sedangkan ingkar
terhadap Islam merupakan sebuah kesesatan
Orang yang masuk Islam termasuk dalam kategori orang yang
mendapatkan petunjuk ari Allah, sedangkan orang yang menolak
Islam termasuk orang yang buta hatinya.
Sedangkan bunyi lengkap surat al-Kahfi : 29 adalah :
َأ ًارَﺎﻧ َِﯿﻦﻤِﻟﱠﺎﻈِﻠﻟ َﺎﻧْﺪَﺘْﻋَأ ﱠﺎﻧِإ ُْﺮﻔْﻜَﯿْﻠَﻓ َءَﺎﺷ َْﻦﻣَو ِْﻦﻣُْﺆﯿْﻠَﻓ َءَﺎﺷ َْﻦﻤَﻓ ْﻢُﻜﱢﺑَر ِْﻦﻣ ﱡﻖَﺤْﻟا ِﻞُﻗَوَطﺎَﺣَﺎﮭُﻗِداَﺮُﺳ ْﻢِﮭِﺑ
ًﺎﻘَﻔَﺗُْﺮﻣ َْتءَﺎﺳَو ُابَﺮﱠﺸاﻟ َْﺲﺌِﺑ َهُﻮﺟُﻮْﻟا ِيﻮْﺸَﯾ ِﻞْﮭُﻤْﻟَﺎﻛ ٍءَﺎﻤِﺑ ُﻮاﺛَﺎﻐُﯾ ُﻮاﺜﯿَِﻐﺘْﺴَﯾ ِْنإَو
” Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya kami
Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.”
Imam al-Thabari memberikan penafsiran ayat di atas dengan :
وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﻟﻨﺒﯿﮫ ذﻛﺮه ﺗﻌﺎﻟﻰ ﯾﻘﻮل:ﻋﻦ ﻗﻠﻮﺑﮭﻢ أﻏﻔﻠﻨﺎ اﻟﺬﯾﻦ ﻟﮭﺆﻻء ﻣﺤﻤﺪ ﯾﺎ وﻗﻞ
اﻟﮭﺪى وﺑﯿﺪه ،واﻟﺤﺬﻻن اﻟﺘﻮﻓﯿﻖ وإﻟﯿﮫ ،ﻋﻨﺪرﺑﻜﻢ ﻣﻦ اﻟﻨﺎس أﯾﮭﺎ ّﻖاﻟﺤ ،أھﻮاءھﻢ واﺗﺒﻌﻮا ،ذﻛﺮﻧﺎ
إﻟﻲ ﻟﯿﺲ ،ﻓﯿﻜﻔﺮ اﻟﮭﺪى ﻋﻦ ﯾﺸﺎء ﻣﻦ ّﻞوﯾﻀ ،ﻓﯿﺆﻣﻦ ،ﻟﻠﺮﺷﺎد ﻣﻨﻜﻢ ﯾﺸﺎء ﻣﻦ ﯾﮭﺪي واﻟﻀﻼلﻣﻦ
7. Halaman 7
ﺑﻜﻢ أﺣﺎط ﻧﺎر ﺑﮫ ﻛﻔﺮﻛﻢ ﻋﻠﻰ رﺑﻜﻢ ﻟﻜﻢ أﻋﺪ ﻓﻘﺪ ﻛﻔﺮﺗﻢ إن ﻓﺈﻧﻜﻢ ،ﻓﺎﻛﻔﺮوا ﺷﺌﺘﻢ وإن ،ﻓﺂﻣﻨﻮا
طﺎﻋﺘﮫ ﻷھﻞ ﷲ وﺻﻒ ﻣﺎ ﻟﻜﻢ ﻓﺈن ،ﺑﻄﺎﻋﺘﮫ وﻋﻤﻠﺘﻢ ﺑﮫ آﻣﻨﺘﻢ وإن ،.ﺳﺮادﻗﮭﺎ
Sementara wahbah Zuhaili di dalam tafsir Munirnya menafsirkan ayat di
atas dengan :
وﻷﺻﺤﺎﺑﮫ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﺧﻄﺎب ِﻞُﻗَو.اﻟﻘﺮآن وﻣﻨﮫ اﻟﺤﻖ ْﻢُﻜﱢﺑَر ِْﻦﻣ ﱡﻖَْﺤﻟا : ﻻ ،ﺗﻌﺎﻟﻰ ّﷲ ﺟﮭﺔ ﻣﻦ ﯾﻜﻮن ﻣﺎ
اﻟﮭﻮى ﯾﻘﺘﻀﯿﮫ ﻣﺎ.ووﻋﯿﺪ ﻟﮭﻢ ﺗﮭﺪﯾﺪ ُْﺮﻔْﻜَﯿْﻠَﻓ َءﺷﺎ َْﻦﻣَو ِْﻦﻣُْﺆﯿْﻠَﻓ َءﺷﺎ َْﻦﻤَﻓ
Sedangkan Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas dengan :
وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﻟﺮﺳﻮﻟﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﯾﻘﻮل:ﻟﻠﻨﺎس ﻣﺤﻤﺪ ﯾﺎ وﻗﻞ:ﻣﻦ ﺑﮫ ﺟﺌﺘﻜﻢ اﻟﺬي ھﺬا
ﺷﻚ وﻻ ﻓﯿﮫ ﻣﺮﯾﺔ ﻻ اﻟﺬي اﻟﺤﻖ ھﻮ رﺑﻜﻢ}ُْﺮﻔْﻜَﯿْﻠَﻓ َءَﺎﺷ َْﻦﻣَو ِْﻦﻣُْﺆﯿْﻠَﻓ َءَﺎﺷ َْﻦﻤَﻓ{ﺑﺎب ﻣﻦ ھﺬا
واﻟﻮﻋﯿ اﻟﺘﮭﺪﯾﺪاﻟﺸﺪﯾﺪ؛ ﺪ
Dari penafsiran tiga kitab tafsir yang cukup mu’tabar di atas dapat
disimpulkan bahwa tidak tepat menjadikan ayat di atas sebagai
argumentasi untuk sebuah “kebebasan beragama” dalam arti sebebas-
bebasnya, karena ayat di atas disebutkan dalam konteks ancaman atau
al-tahdid wa al-wa’id al-syadid.
Dari uraian di atas jelas sekali bahwa yang dimaksud dengan kebebasan
beragama adalah bebas beresiko, bukan bebas dalam arti sebebas-
bebasnya. Hal ini menjadi lebih jelas lagi dengan adanya dukungan dari
ayat dalam surat Ali Imran : 19 yang berbunyi :
ِﻌْﻟا ُﻢُھَءﺎَﺟ َﺎﻣ ِﺪْﻌَﺑ ِْﻦﻣ ﱠِﻻإ ََﺎبﺘِﻜْﻟا ُﻮاﺗُوأ َِﯾﻦﺬﱠﻟا ََﻒﻠَﺘْاﺧ َﺎﻣَو ُم َْﻼﺳِ ْاﻹ ِ ﱠﷲ َﺪْﻨِﻋ َﱢﯾﻦﺪاﻟ ِنﱠإْﻢُﮭَﻨْﯿَﺑ ًﺎﯿْﻐَﺑ ُﻢْﻠ
ا ُﻊِﯾﺮَﺳ َ ﱠﷲ ِنﱠﺈَﻓ ِ ﱠﷲ ِتَﺎﯾِﺂﺑ ُْﺮﻔْﻜَﯾ َْﻦﻣَوِبَﺎﺴِﺤْﻟ
” Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Dan ayat yang lain dalam surat Ali Imran : 85 yang berbunyi :
َِﯾﻦﺮِﺳﺎَﺨْﻟا َِﻦﻣ ِةَﺮِﺧ ْاﻵ ِﻲﻓ َﻮُھَو ُﮫْﻨِﻣ َﻞَﺒْﻘُﯾ َْﻦﻠَﻓ ًﺎﻨِﯾد ِم َْﻼﺳِ ْاﻹ َﺮْﯿَﻏ ِﻎَﺘْﺒَﯾ َْﻦﻣَو
8. Halaman 8
” Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi.”
Dua ayat di atas sebenarnya juga disitir oleh Ulil di beberapa tulisannya,
akan tetapi Ulil tidak sepakat terhadap pengertian dhahir nash karena hal
ini akan mengarah pada absolutisme yang pada gilirannya akan
mengancam adanya dialog antar agama . Harus ditafsiri bagaimana dua
ayat di atas ? sayang sekali Ulil tidak memberikan komentar dan
penjelasan sama sekali.
Bagi Ulil, seseorang bebas apakah akan masuk Islam, atau tidak. Pun
juga demikian, setelah masuk Islam seseorang bebas menentukan pilihan
paham keislamannya; apakah akan berpaham wahabi, syi’ah,
ahlussunnah, atau yang lain. Yang menarik disini adalah Ulil tidak
berani menentukan sikap mana yang benar diantara paham-paham
tersebut, bahkan nampaknya mengarah pada sebuah pemahaman bahwa
aliran-aliran yang ada di dalam Islam semuanya benar. Dan hal ini
bertentangan dengan hadits nabi yang berbunyi :
ﱠﺪَﺣِﻦْﺑ ِﺲَﻧَأ َْﻦﻋ ُةَدَﺎﺘَﻗ َﺎﻨَﺛﱠﺪَﺣ ٍوﺮْﻤَﻋ ُﻮﺑَأ َﺎﻨَﺛﱠﺪَﺣ ٍِﻢﻠْﺴُﻣ ُْﻦﺑ ُﺪِﯿﻟَﻮْﻟا َﺎﻨَﺛﱠﺪَﺣ ٍرﱠﺎﻤَﻋ ُْﻦﺑ ُمَﺎﺸِھ َﺎﻨَﺛَلَﺎﻗ ٍﻚِﻟَﺎﻣ
ِ ﱠﷲ ُلُﻮﺳَر َلَﺎﻗ-وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ-»ًﺔَﻗِْﺮﻓ َﯿﻦِْﻌﺒَﺳَو َىﺪِْﺣإ َﻰﻠَﻋ َْﺖﻗَﺮَﺘْﻓا َِﯿﻞﺋاَﺮْﺳِإ ِﻰﻨَﺑ ِنﱠإِنﱠإَو
ُﺔَﻋَﺎﻤَﺠْﻟا َﻰِھَو ًةَﺪِﺣاَو ﱠﻻِإ ِرﱠﺎﻨاﻟ ِﻰﻓ َﺎﮭﱡﻠُﻛ ًﺔَﻗِْﺮﻓ َﯿﻦِْﻌﺒَﺳَو ِﻦْﯿَﺘْﻨِﺛ َﻰﻠَﻋ ُقِﺮَﺘْﻔَﺘَﺳ ِﻰﺘﱠﻣُأ«)ﻣﺎﺟﮫ اﺑﻦ رواه
)
Sisi Lain dalam Kebebasan Beragama
Ada dua hal yang perlu direnungkan dalam kaitannya dengan kebebasan
beragama; yang pertama adalah : semua agama, keyakinan, kepercayaan,
madzhab dan firqah yang ada di dunia ini pasti memiliki konsep
dakwah. Dengan konsep ini semua agama, keyakinan, kepercayaan,
madzhab dan firqah yang ada di dunia ini pasti memiliki keinginan
untuk menyebarluaskan keyakinan dan ajarannya. Kristenisasi,
wahabisasi, syi’aisasi dan seterusnya bukanlah merupakan sekedar
wacana yang tidak konkrit dan hanya ada di dalam tataran ide, akan
tetapi secara real memang ada wujud nyatanya. Karena demikian,
meskipun penting untuk selalu mengembangkan dan menjunjung tinggi
9. Halaman 9
ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah, akan tetapi penting juga
untuk selalu memperhatikan peringatan Allah yang terdapat di dalam
surat al-Baqarah : 120 yang berbunyi :
ﻰَﺿَْﺮﺗ َْﻦﻟَوْﻢُﮭَﺘﱠﻠِﻣ َﻊِﺒﱠﺘَﺗ ﱠﻰﺘَﺣ ىَرﺎَﺼﱠﻨاﻟ ََﻻو ُدُﻮﮭَﯿْﻟا َﻚْﻨَﻋ
” Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka.”
Dan juga ayat al-qur’an dalam surat al-Baqrah : 217 yang berbunyi :
َُﻮنﻟاَﺰَﯾ ََﻻوُﻮاﻋَﺎﻄَﺘْﺳا ِنِإ ْﻢُﻜِﻨِﯾد َْﻦﻋ ْﻢُﻛﱡودُﺮَﯾ ﱠﻰﺘَﺣ ْﻢُﻜَﻧُﻮﻠِﺗَﺎﻘُﯾ
“mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya
mereka sanggup.”
Untuk memberikan kepastian kepada umat, khususnya warga nahdliyin
–agar mereka memiliki pegangan yang kuat dan pada akhirnya dapat
menolak dakwah dan ajakan kelompok lain- kita harus berani secara
tegas mengatakan bahwa agama yang benar hanyalah Islam, sedangkan
yang lain salah, atau bahkan kita harus berani mengatakan bahwa faham
keislaman yang paling benar adalah faham ahlu sunnah wa al-jama’ah.
Yang perlu dijadikan sebagai catatan adalah pandangan bahwa agama
yang benar hanyalah Islam, dan faham keagamaan yang paling benar
hanyalah ahlussunnah wa al-jama’ah tidak lantas justru menjadikan kita
beringas, anarkis, ekstrim dan lain sebagainya. Watak tasamuh terhadap
kelompok laion yang berbeda yang menjadi ciri khas Nahdlatul Ulama
sudah terbukti dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Nahdlatul Ulama
tidak sama sekali melarang warganya untuk berinteraksi dengan
kelompok lain, karena kita yakin secara pasti bahwa pluralitas agama
dan faham keagamaan merupakan realitas yang harus diterima. Sikap
lakum dinukum wa liya dini, serta sikap lana a’maluna wa lakum
a’malukum adalah sikap yang biasa dilakukan oleh kalangan Nahdlatul
Ulama dalam menghadapi realitas ini.
Dan yang kedua adalah konsep al-amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu ‘an al-
munkar. Jika kebebasan beragama dan berfaham keagamaan dalam arti
10. Halaman 10
sebebas-bebasnya hanya dimaksudkan untuk sebuah toleransi, maka
sebenarnya NU tidak perlu diajari tentang masalah ini. Karena sejak
awal NU telah membuktikan sikap toleran terhadap realitas
keberagaman (pluralitas) yang ada. Jadi permasalahan utamanya bukan
terletak pada toleransi atau intoleransi, akan tetapi terletak pada realitas
dimana faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah sedang dirongrong dan
digerogoti oleh berbagai pihak. Dalam konteks semacam ini, maka NU
harus melakukan al-amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu an al-munkar demi
tetap tegakkan ajaran ahlu al-sunnah wa al-jamaah di bumi pertiwi ini.
Hal ini sesuai dengan tujuan NU didirikan, sebagaimana yang terdapat di
dalam anggaran dasar Nahdlatul Ulama.
== Selesai ==