Dokumen tersebut membahas tentang stabilitas lereng dan jenis-jenis longsor. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan longsor seperti kondisi geologi, iklim, topografi, air, dan faktor manusia seperti pemotongan tebing dan penggundulan hutan. Ada beberapa metode untuk menganalisis stabilitas lereng seperti analisis lereng tak berhingga, lereng berhingga, dan metode jenis longsor seperti translasi, rotasi, dan per
2. Longsor
• Longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng
berupa batuan, tanah, atau material campuran tersebut,
bergerak kebawah atau keluar lereng.
• Proses terjadinya longsor diawali oleh air yang meresap
ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air
tersebut menembus sampai ke tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi
licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng.
3. Bentuk kelongsoran
Ada beberapa jenis bentuk kelongsoran, yaitu:
1. translasi, 5. rayapan tanah
2. rotasi, 6. aliran
3. pergerakan blok, 7. jungkiran
4. jatuhan, 8. nendatan
Di Indonesia jenis longsor yang paling sering
terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi.
4. Tipe Kelongsoran
1. Translasi:
Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Lereng Asli
Massa tanah
yang bergerak
5.
6. 2. Rotasi:
Longsoran ini muncul akibat bergeraknya massa
tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
cekung.
Lereng Asli
Massa tanah
yang bergerak
7.
8. 3. Pergerakan Blok:
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang
bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsor jenis
ini disebut juga longsor translasi blok batu.
Posisi awal
Blok yang bergerak
9. 4. Jatuhan
Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material
lain bergerak kebawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya, longsor
ini terjadi pada lereng yang terjal sampai menggantung, terutama
di daerah pantai.
Posisi awal
Jatuhan batu
10.
11. 5. Rayapan Tanah:
Longsor ini bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar
dan halus. Longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama
terjadi longsor jenis rayapan, posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan
rumah akan miring kebawah.
Sebagian
jalan tertutup
material
longsoran
Lapisan
batuan
dasar
dibawah
tanah
12. 6. Aliran
Longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air
dan terjadi di sepanjang lembah yang mencapai ratusan meter
jauhnya. Kecepatan bergantung pada kemiringan lereng, volume
air, tekanan air dan jenis materialnya.
Material longsoran berasal
dari lereng bagian atas,
melanda alur dan meluas
pada daerah landai
16. Faktor-faktor
yang menyebabkan longsor
gaya pendorong pada lereng > gaya penahan
Gaya pendorong dipengaruhi oleh:
- sudut kemiringan lereng,
- air,
- beban,
- berat jenis tanah atau batuan.
Gaya penahan dipengaruhi oleh:
- kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
17. Faktor alam
• Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan,
sisipan lapisan batu lempung, struktur sesar dan
kekar, gempa bumi, stratigrafi, dan gunung berapi.
• Iklim : curah hujan yang tinggi.
• Keadaan topografi : lereng yang curam.
• Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat,
akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan
tekanan hidrostatika.
• Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi,
ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas
kendaraan.
18. Faktor manusia
• Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang
terjal.
• Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
• Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
• Penggundulan hutan.
• Budidaya kolam ikan diatas lereng.
• Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
• Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan
kesadaran masyarakat menjaga lingkungan
• Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
19. Tujuan Analisis Stabilitas Lereng
• Mengetahui stabilitas jangka pendek dan jangka panjang
• Mengetahui kemungkinan terjadinya longsor
• Mengetahui cara untuk mendesain ulang lereng yang
telah longsor
20. Hubungan Nilai Faktor Keamanan
Lereng dan Intensitas Longsor
Nilai F Kejadian longsor
F < 1,07 Sering terjadi longsor (lereng labil)
1,07 < F < 1.25 Pernah terjadi longsor (lereng kritis)
F > 1,25 Jarang terjadi longsor (lereng relatif stabil)
22. METODE ANALISIS
KELONGSORAN TRANSLASI
• LERENG TAK BERHINGGA
• Tanah Kohesif
• Tanah Tak Kohesif
• LERENG BERHINGGA
• Plane Failure Surface
• Block Slides Analysis
23. Stabilitas Lereng Menerus (infinite slope)
Tanpa rembesan air
2
cos..
cos
cos...
H
L
HL
bc
Na
sin.cos..
cos
sin..
H
L
HL
bc
Ta
L
b
c
WNa
Ta
H
W = LH
Na = LH . cos
Ta = LH . sin
Tegangan normal () akibat berat W adalah
Tegangan geser () akibat berat W adalah
24. Stabilitas Lereng Menerus (infinite slope)
Tanpa rembesan air
sin.cos..
tan.cos.. 2
H
Hc
SF
d
Tegangan geser () diimbangi/ ditahan oleh kuat geser tanah (f)
= c + tan
f = c + L H cos tan
Stabilitas lereng :
25. Pada kondisi kritis f = d
c + .H cos2 tan = . H. cos . sin
1. Untuk tanah berbutir kasar, c = 0
.H cos2 tan = . H. cos . sin
tan = tan
2. Untuk tanah berbutir halus, = 0
c = . H. cos . sin
26. Stabilitas Lereng Menerus (infinite slope)
Dengan Rembesan Air
2
cos..
cos
cos...
H
L
HL
bc
N
sat
sata
sin.cos..
cos
sin..
H
L
HL
bc
T
sat
sata
d
L
b
c
WNa
Ta
H
W = LH sat
Na = LH sat . cos
Ta = LH sat . sin
tegangan normal () akibat berat W adalah
tegangan geser () akibat berat W adalah
H cos
arah
rembesan air
H cos2
27. Tegangan geser () diimbangi/ ditahan oleh kuat geser tanah (f)
= c + ’ tan
f = c + (-u) tan
dimana
u = w H cos2
= sat H cos2
f = c + (sat H cos2 - wH cos2 ) tan
f = c + (sat - w ) H cos2 tan
f = c + ’H cos2 tan
sin.cos..
tan.cos.'. 2
H
Hc
SF
satd
f
28. Pada kondisi kritis (seimbang), f = d
c + ’ .H cos2 tan = sat. H. cos . sin
tan
'
'
tan
w
1. Untuk tanah berbutir kasar, c = 0
‘ .H cos2 tan = sat. H. cos . sin
Kemiringan lereng maksimum adalah
2. Untuk tanah berbutir halus, = 0
c = sat. H. cos . sin
30. Stabilitas Lereng Tinggi Terbatas (finite slope)
dengan Bidang Longsor Lurus
.ABCW
sin.sin
)sin(2
.5,0 -
HW
H
A
B C
Ta
Na
W
-
-
sin
)sin(
5,0
sin.
sin.sin
)sin(
5,0
sin
2
2
HT
HT
WT
a
a
a
cos.
sin.sin
)sin(
5,0
cos
2
-
HN
WN
a
a
Gaya pendorong (Ta) Gaya normal (Na)
Berat massa ABC
31. Stabilitas Lereng Tinggi Terbatas (finite slope)
dengan Bidang Longsor Lurus
Tegangan normal () adalah
cos.
sin
)sin(
5,0
sin
cos.
sin.sin
)sin(
5,0 2
-
-
H
H
H
AC
Na
sin.
sin
)sin(
5,0
sin
sin.
sin.sin
)sin(
5,0 2
-
-
H
H
H
AC
T
d
d
a
d
Tegangan geser () adalah
32. Stabilitas Lereng Tinggi Terbatas (finite slope)
dengan Bidang Longsor Lurus
Tegangan geser akan ditahan (diimbangi) oleh kuat geser tanah
tan.cos.
sin
)sin(
5,0
tan
-
Hc
c
f
f
d
f
SF
Stabilitas lereng ditentukan dari perbandingan kuat geser tanah (f )
dengan tegangangeser tanah ()
SF (safety factor) adalah faktor keamanan. Lereng akan stabil bila SF
bernilai 1 atau lebih
33. Pada kondisi kritis SF = 1, atau f = , maka
sin.
sin
)sin(
5,0tan.cos.
sin
)sin(
5,0
-
-
HHc
--
cos.sin
)cos(1
4
.H
c
--
)cos(1
cos.sin.4
c
H
Sehingga dengan penyederhanaan diperoleh
Tinggi maksimum lereng adalah
34. METODE ANALISIS
KELONGSORAN ROTASI
• CIRCULAR SURFACE ANALYSIS
• Circular Arc Method
• Friction Circle Method
• METHOD OF SLICE
• Ordinary Method Of Slices (OMS)
• Janbu’s Simplified Method
• Bishop’s Simplified Method
• Morgenstren-Price Method
• dll
42. 1 2
3
4
5
6
7
Nai = Wi cos a
Tai = Wi sin a
Fri = . b
= (c + tan ) b
= c.b + b tan
5
Fri
a
y
x
W5
b
Nai
Tai
= Nai/b atau Nai = . b
a tan-1 (y/x)
= c (x/cos a) + W . cos a tan
= c.b + Nai tan
43. Analisis stabilitas lereng menggunakan
metode irisan (slice method)
a
a
sin
)tan.cos.(
.
.
.
_
_
i
i
a
ri
a
ri
W
Wbc
SF
TR
FR
TR
FR
SF
peruntuhmomen
penahanmomen
SF