SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
PENDAHULUAN
                                                            KODE MK / STEKPI / BAB 3




                                                       BAB            3
       LINEAR PROGRAMMING : METODE SIMPLEKS
                                  PERMASALAHAN MINIMISASI


            PENDAHULUAN




           ingga saat ini yang telah kita pelajari adalah penyelesaian permasalahan
linear programming dengan tanda pertidaksamaan ≤ yang biasanya kita jumpai dalam
permasalahan dengan fungsi tujuan maksimisasi. Prosedur dalam penyelesaian
permasalahan maksimisasi dapat juga kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan
minimisasi yang biasanya mempunyai tanda ≥ dan atau = pada fungsi kendalanya.
     Pada bab 3 ini akan kita bahas penyelesaian permasalahan LP dengan fungsi
tujuan minimisasi. Pembahasan akan dimulai dengan memformulasikan permasalahan
sesuai dengan standard simpleks, kemudian dilanjutkan dengan melakukan iterasi atau
perbaikan tabel hingga optimal dan bagian terakhir pada bab ini akan dikemukakan
beberapa issue teknis yang sering kita jumpai dalam metode simpleks
     Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat:
1.     Memformulasikan permasalahan sesuai standard simpleks untuk fungsi kendala
       dengan tanda ≥ dan atau = .
2.     Menyelesaikan permasalahan linear programming dengan iterasi simpleks
       untuk fungsi tujuan minimisasi.
3.     Menginterpretasikan tabel optimal simpleks
4.     Memahami adanya kasus khusus di dalam metode simpleks.


                                                                             3.29 55
KODE MK / STEKPI / BAB 3




                                                                            TOPIK 1




           Formulasi Permasalahan LP sesuai dengan Standard
                                            Simpleks :Kasus Minimisasi


A. FORMULASI PERMASALAHAN MENURUT METODE SIMPLEKS UNTUK
   TANDA PERTIDAKSAMAAN ≥ DAN ═


     Pada topik ini akan kita bahas mengenai penyelesaian permasalahan LP dengan
fungsi tujuan minimisasi. Pada permasalahan minimisasi, biasanya kita jumpai tanda ≥
pada fungsi kendala. Kendati demikian tidak menutup kemungkinan fungsi kendala
mempunyai tanda ═ .
     Dalam menyelesaikan permasalahan LP dengan metode simpleks, langkah
pertama yang harus kita lakukan adalah menyesuaikan formulasi permasalahan dengan
standard simpleks. Dengan kata lain kita harus merubah tanda pertidaksamaan menjadi
persamaan.
     Pada fungsi kendala dengan tanda ≤ kita harus menambahkan slack variabel yang
menyatakan kapasitas yang tidak digunakan atau yang tersisa pada departemen tersebut.
Hal ini karena ada kemungkinan kapasitas yang tersedia tidak semuanya digunakan
dalam proses produksi. Pada permasalahan minimisasi kita jumpai fungsi kendala
dengan tanda ≥ , artinya bahwa kita dapat menggunakan sumberdaya lebih dari yang
tersedia. Pertanyaan yang muncul adalah berapa besarnya kelebihan sumberdaya yang
telah kita gunakan dari yang tersedia ?. Untuk menyatakan kelebihan sumberdaya yang
digunakan dari yang tersedia ini, maka kita harus mengurangi kendala tersebut dengan
surplus variabel. Surplus variabel ini sering juga disebut sebagai slack variabel yang
negatif.
     Karena nilai solusi pada permasalahan LP harus non-negatif maka untuk
mengatasi masalah ini kita harus menambahkan artificial variabel (A). Artificial


                                                                              3.29 56
KODE MK / STEKPI / BAB 3




variabel ini secara phisik tidak mempunyai arti, dan hanya digunakan untuk kepentingan
perhitungan saja.
     Untuk lebih memahami permasalahan ini marilah kita lihat permasalahan Galuh
Chemical Company. Galuh Chemical Company harus membuat 1000 unit campuran
phospate dan postassium. Biaya per unit phospate adalah $5, sedangkan biaya per unit
postassium $6. Jumlah phospate yang dapat digunakan tidak lebih dari 300 unit
sedangkan postassium harus digunakan minimal 150 unit. Berapa masing-masing
jumlah phospate dan postassium yang harus digunakan agar biaya total minimum ?
     Permasalahan Galuh Chemical Company dapat kita             formulasikan ke dalam
bentuk LP sebagai berikut :
     Fungsi Tujuan :
     Minimisasikan Cost       Z = 5X1 + 6X2
     Fungsi kendala :
                              X1 + X2        = 1000
                              X1             ≤ 300
                                       X2    ≥ 150
                               X1, X2        ≥ 0
     Dimana     X1 = jumlah phospate dalam unit
                X2 = jumlah postassium dalam unit
     Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan metode simpleks kita harus
memformulasikan kembali permasalahan tersebut sesuai dengan standard simpleks.
Formulasi sesuai standard simpleks artinya kita harus merubah tanda pertidaksamaan (≤
maupun ≥ ) menjadi persamaan. Untuk kendala dengan tanda = kita hanya
menambahkan artificial variabel saja. Sehingga kendala yang pertama akan menjadi :
     X1 + X2 + A1       = 1000
Kendala kedua, X1 ≤ 300 , kita tambahkan slack variabel sehingga menjadi :
     X1 + S1 = 300
Sedangkan kendala ketiga, X2       ≥    150, harus dikurangi dengan surplus variabel dan
ditambah dengan artificial variabel, sehingga menjadi :
      X2 – S2 + A2 = 150
Terakhir kita harus menuliskan fungsi tujuan. Karena dalam fungsi kendala ada artificial
variabel, maka kita harus memberikan koefisien +M untuk artificial variable tersebut di



                                                                                3.29 57
KODE MK / STEKPI / BAB 3




fungsi tujuan. Koefisien +M ini menunjukkan angka yang sangat besar nilainya,
sehingga dalam kasus ini dapat diinterpretasikan biaya yang sangat tinggi. Fungsi tujuan
dalam permasalahan Galuh Chemical Company akan menjadi :
       Minimisasikan biaya Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2
Formulasi sesuai standard simpleks dari permasalahan Galuh Chemical Company secara
lengkap adalah :
      Fungsi Tujuan :
            Minimisasikan biaya Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2
     Fungsi kendala :
            X1 + X2 + A1      = 1000
            X1 + S1 = 300
            X2 – S2 + A2 = 150
            X1, X2, S1, S2, A1, A2 ≥ 0
     Apabila pada fungsi kendala terdapat artificial variabel, sedangkan fungsi
tujuannya maksimisasi, maka koefisien artificial variabel pada fungsi tujuan adalah –M.


B. MEMBUAT TABEL AWAL SIMPLEKS
       Seperti halnya yang telah kita pelajari pada bab 2 , langkah selanjutnya untuk
menyelsesaikan permasalahan LP dengan metode simpleks adalah membuat tabel awal.
Pada dasarnya untuk membuat tabel awal pada permasalahan minimisasi sama dengan
permasalahan maksimisasi yang telah kita bahas pada bab 2. Hanya saja karena pada
permasalahan Galuh Chemical Company kita mengenal variabel lain selain slack
variabel yaitu surplus variabel dan artificial variabel, maka variabel yang boleh masuk
ke kolom product mix pada tabel awal ini hanyalah slack variabel dan artificial variabel.
Tabel awal permasalahan Galuh Chemical Company dapat dilihat pada Tabel 3.1.




                                                                                3.29 58
KODE MK / STEKPI / BAB 3




          Tabel 3.1. Tabel Awal kasus Galuh Chemical Company

                    Cj        5       6      0        0        +M       +M
Product Mix                  X1      X2      S1       S2       A1        A2        Q
     A1            +M         1       1      0        0         1        0       1000
     S1              0        1       0      1        0         0        0        300
     A2            +M         0       1      0        -1        0        1        150
                    Zj       +M      2M      0        -M       +M       +M      1050M
                   Cj-Zj     5-M     6-2M    0        M         0        0


          Angka pada baris Cj (5, 6, 0, 0, +M, +M) tersebut adalah koefisien pada fungsi
tujuan. Sedangkan angka (1, 1, 0, 0, 1, 0) pada baris A1 serta angka (1, 0, 1, 0 0, 0)
pada baris S1 dan angka (0, 1, 0, -1, 0, 1) pada baris A2 adalah koefisien pada kendala
1, 2 dan 3. Angka          pada baris Zj (+M, 2M, 0, -M , +M, +M )       diperoleh dari
penjumlahan hasil kali kolom Cj dengan kolom yang bersesuaian. Sebagai contoh kita
akan menentukan nilai Zj kolom X1 = (M x 1) + (0 x 1) + (M x 0) = M. Dengan cara
yang sama kita peroleh nilai Zj pada kolom yang lain. Angka pada baris Cj – Zj
diperoleh dari angka pada baris Cj dikurangi dengan angka pada baris Zj. Sebagai
contoh kita akan menghitung nilai Cj – Zj pada kolom X1 = 5 (yaitu angka pada baris
Cj) – M (angka pada baris Zj) = 5 - M . Demikian juga untuk menghitung nilai Cj – Zj
untuk kolom-kolom yang lain digunakan cara yang sama.



                                                                              LATIHAN

     Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda
mengerjakan latihan berikut ini !
     1. Apakah yang dimaksud dengan surplus variabel ?
     2. Bagimanakah formulasi yang sesuai dengan standard simpleks untuk fungsi
           kendala dengan tanda ≥.
     3.     Variabel apa sajakah yang boleh masuk ke dalam kolom product mix pada
           tabel awal simpleks?
     4. Jika pada fun gsi kendala terdapat artificial variable, bagaimanakah
           dampaknya pada fungsi tujuan minimisasi?



                                                                                3.29 59
KODE MK / STEKPI / BAB 3




                                                                          RANGKUMAN




          Dalam formulasi permasalahan LP sesuai standard simpleks untuk
   fungsi kendala dengan tanda ≥ harus dikurangi dengan surplus variable dan
   ditambah dengan artificial variable. Sedangkan untuk fungsi kendala dengan
   tanda = hanya ditambah ariticial variable.
          Karena pada fungsi kendala terdapat artificial variable, maka pada
   fungsi tujuan harus ditambahkan koefisien -M untuk permasalahan
   maksimisasi serta koefisien +M untuk permasalahan minimisasi.




                                                                       TES FORMATIF 1

       Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!


1. Misal diketahui kendala suatu masalah program linier adalah :
          4x + 2y ≥ 10
              2x + y = 12
          Maka bila kendala itu diubah menjadi bentuk simplex yaitu
   A. 4x + 2y – SL = 10 , 2x + y = 12
   B. 4x + 2y + A1 = 10, 2x + y – A2 = 12
   C. 4x + 2y + SP = 10, 2x + y + SL = 12
   D. 4x + 2y – SL + A1 = 10, 2x + y + A2 = 12 *


          Keterangan :SL = slack variabel
                            SP = surplus variabel
                            A1 = artificial variabel untuk kendala 1
                            A2 = artificial variabel untuk kendala 2



                                                                                  3.29 60
KODE MK / STEKPI / BAB 3




2). Dalam table awal simpleks dengan fungsi tujuan minimisasi, variable yang masuk ke
   dalam kolom product mix adalah:
   A. hanya slack variable saja
   B. slack dan surplus variable
   C. surplus dan artificial variable
   D. slack dan / atau artificial variable *




3) Untuk masalah minimisasi, koefisien dari fungsi tujuan untuk artificial variable
   adalah:
   A. nol
   B. +M *
   C. –M
   D. 1




       Suatu permasalahan linear programming yang sudah diformulasikan adalah
sebagai berikut :
       Fungsi Tujuan Min Z = 3x + 2y
       Fungsi Kendala x + y ≥ 600
                        3x + y = 1500
                         x + 3y ≤ 1500
                              x,y ≥ 0


       Siapkan table awal simpleks kemudian jawablah pertanyaan berikut ini.


4) Apabila permasalahan tersebut di atas diselesaikan dengan metode simplex maka
   jumlah artificial variablenya adalah :
          A. 0
             B. 1
             C. 2 *
             D. 3



                                                                               3.29 61
KODE MK / STEKPI / BAB 3




5) Jumlah slack variable nya adalah :
         A. 0
           B. 1 *
           C. 2
           D. 3


6) Jumlah surplus variable nya adalah :
           A. 0
           B. 1 *
           C. 2
           D. 3


7) Variable yang masuk dalam kolom kolom product mix adalah :
   A. 1 artificial variable dan 2 surplus variable
   B. 1 artificial variable dan 2 slack variable
   C. 2 artifial variable dan 1 slack variable *
   D 3 slack variable


8) Nilai Zj pada kolom x adalah :
   A. 0
   B. M
   C. 3M
   D. 4M *

9) Nilai Cj – Zj kolom y adalah :
   A. 2
   B. 2 – M
   C. 2 – 2M *
   D. 2 – 4M

10) Nilai Zj pada kolom kuantitas adalah :
    A. 0
    B. 600M
    C. 1500 M
    D. 2100 M *




                                                                        3.29 62
KODE MK / STEKPI / BAB 3




     Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi
Kegiatan Belajar 1.

       Rumus

                              jumlah jawaban Anda yang benar
       Tingkat penguasaan =                                  x 100%
                                           10

       Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
           90 % - 100 % = baik sekali
           80 % - 89 %   = baik
           70 % - 79 %   = sedang
                 < 70 % = baik sekali


       Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda harus
mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama yang belum Anda kuasai.




                                                                           3.29 63
KODE MK / STEKPI / BAB 3




                                                                              TOPIK 2




               Penyelesaian Permasalahan LP dengan Metode
                                              Simpleks: Kasus Minimisasi

A. MENENTUKAN PIVOT COLUMN DAN PIVOT ROW


      Untuk melakukan perbaikan tabel kita harus menentukan pivot column dan pivot
row seperti yang telah kita bahas pada kasus maksimisasi. Hanya saja penentuan pivot
column pada kasus minimisasi berbeda dengan kasus maksimisasi. Pada kasus
minimisasi, pivot column ditentukan dengan cara memilih angka pada baris CJ – Zj
yang mempunyai tanda negatif serta angkanya paling besar.
      Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perbaikan tabel adalah sebagai-
berikut :
            1. Menentukan pivot column (variabel yang akan masuk ke dalam kolom
               Product Mix), yaitu dengan memilih variable yang mempunyai nilai Cj –
               Zj negatif serta angkanya paling besar. Pivot column ini disebut juga
               optimal column atau kolom kunci.
            2. menentukan pivot row (variable yang akan keluar dari kolom Product
               Mix), yaitu dengan membagi kolom quantitas dengan optimal column atau
               pivot column kemudian pilih hasil bagi non-negatif terkecil.


        Untuk lebih memahami bagaimana kita menentukan pivot column dan pivot
row, marilah kita lihat kembali tabel awal Galuh Chemical Company.




                                                                               3.29 64
KODE MK / STEKPI / BAB 3




          Tabel 3.2. Menentukan Pivot Column dan Pivot Row Kasus Galuh
                       Chemical Company

                  Cj       5      6       0     0       +M      +M
Product Mix                X1    X2       S1    S2      A1      A2      Q
    A1           +M        1      1       0     0       1        0    1000
     S1           0        1      0       1     0       0        0     300
    A2           +M        0      1       0     -1      0        1     150    Pivot row
                  Zj      +M     2M       0     -M      +M      +M    1050M
                 Cj-Zj    5-M   6-2M      0     M       0        0
                                 Pivot
                                column



          Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variable yang mempunyai nilai Cj – Zj
negatif dan angkanya paling besar adalah variabel X2, karena M menyatakan bilangan
yang sangat besar nilainya. Dengan demikian variabel X2 disebut sebagai Pivot
Column. Untuk menentukan pivot row, kita akan membagi angka pada kolom kuantitas
dengan pivot column (kolom X2), kemudian kita pilih hasil bagi non-negatif terkecil.
Pada kasus Galuh Chemical Company, variabel yang merupakan pivot row (baris kunci)
adalah variabel A2. Oleh karena itu pada tabel berikutnya (Tabel 2), variabel A2 akan
keluar dan digantikan oleh variabel X2.




B. MELAKUKAN ITERASI (PERBAIKAN TABEL)


          Dalam baris Cj – Zj tabel 3.1, dapat kita lihat terdapat 2 variabel yang
mempunyai nilai negatif yaitu X1 dan X2. Dalam aturan permasalahan minimisasi,
apabila pada baris Cj-Zj masih terdapat nilai negtif maka tabel tersebut belum optimal,
oleh karena itu kita perlu melakukan iterasi.
          Dalam melakukan iterasi langkah yang kita lakukan sama seperti pada
permasalahan maksimisasi, yaitu menentukan pivot column dan pivot row terlebih
dahulu. Penentuan pivot column dan pivot row ini sudah kita lakukan pada bagian A
topik ini. Yang merupakan pivot column adalah variabel X2 sedangkan pivot row
adalah variabel A2. Setelah pivot column dan pivot row ditentukan maka kita akan



                                                                              3.29 65
KODE MK / STEKPI / BAB 3




menghitung baris X2 untuk tabel 2 ini yaitu dengan cara baris A2 tabel awal dibagi
pivot number (angka kunci), yaitu 1.
       Perhitungan nilai pada baris X2 adalah sebagai berikut :
   X1                      0        ÷             1    =               0
   X2                      1        ÷             1    =               1
   S1                      0        ÷             1    =               0
   S2                  -1           ÷             1    =              -1
   A1                      0        ÷             1    =               0
   A2                      1        ÷             1    =               1
KUANTITAS             150           ÷             1    =             150


       Angka-angka pada baris X2 secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
 PRODUCT MIX          Cj            X1       X2        S1       S2         A1        A2          Q
     X2                6                 0        1         0    -1         0             1       150


          Langkah selanjutnya adalah mengisi baris yang lain yang bukan merupakan
pivot row, yaitu angka pada baris lama tabel sebelumnya dikurangi dengan hasil
perkalian antara angka pada pivot column baris bersangkutan, dengan angka pada baris
baris yang menggantikan. Dalam kasus Galuh Chemical Company ada 2 variabel yang
akan dihitung nilai pada baris yang baru yaitu baris A1 dan S1.




       Perhitungan angka pada baris A1 tabel 2 adalah sebagai berikut :
Angka Baris      ═ Angka Baris A1 ─ Angka pada Pivot                   ×        Angka yang bersesuaian
                                                                                    pada Baris X2
  A1 yang             yang Lama                   Column baris A1
    Baru
      1          ═              1            ─             1           ×                   0
      0          ═              1            ─             1           ×                  1
      0          ═              0            ─             1           ×                  0
      1          ═              0            ─             1           ×                  -1
      1          ═              1            ─             1           ×                  0
     -1          ═              0            ─             1           ×                  1
     850         ═             1000          ─             1           ×                  150




                                                                                                3.29 66
KODE MK / STEKPI / BAB 3




        Baris S2 yang baru pada tabel 2 akan terlihat sebagai berikut :
 PRODUCT MIX            Cj            X1               X2               S1       S2       A1          A2          Q
     A1                 +M                     1                   0         0        1         1          -1        850


        Perhitungan angka pada baris S1 tabel 2 adalah sebagai berikut :


Angka Baris     ═ Angka Baris S1                       ─ Angka pada Pivot                 ×     Angka yang bersesuaian
                                                                                                     pada Baris S2
S1 yang Baru            yang Lama                              Column baris S1
      1         ═                 1                    ─                    0             ×                 0
      0         ═                 0                    ─                    0             ×                 1
      1         ═                 1                    ─                    0             ×                 0
      0         ═                 0                    ─                    0             ×                 -1
      0         ═                 0                    ─                    0             ×                 0
      0         ═                 0                    ─                    0             ×                 1
     300        ═                300                   ─                    0             ×                150


        Baris S1yang baru pada tabel 2 akan terlihat sebagai berikut :
 PRODUCT MIX            Cj            X1               X2               S1       S2       A1          A2          Q
     S1                  0                     1                   0         1        0         0          0         300


        Tabel 2 dari kasus Galuh Chemical Company secara lengkap adalah sebagai
berikut :
        Tabel 3.3. Tabel 2 Kasus Galuh Chemical Company
                 Cj          5             6               0            0        +M           +M
Product Mix                  X1        X2               S1             S2        A1           A2        Q
    A1            +M       1                       0           0           1          1         -1        850
    S1              0      1                       0           1           0          0          0        300
    X2              6      0                       1           0          -1          0          1        150
                 Zj      +M                6               0           M-6       +M           6-M    900+850M
               Cj-Zj     5-M               0               0           6-M       0          -
                                                                                          6+2M



        Perbaikan tabel ini akan kita lakukan hingga kita memperoleh tabel optimal,
yaitu apabila baris Cj – Zj sudah positif atau nol. Karena pada tabel 2 ini masih kita
jumpai angka yang bertanda negatif pada baris Cj-Zj yaitu angka pada kolom X1 (5-M)


                                                                                                                 3.29 67
KODE MK / STEKPI / BAB 3




dan kolom S2 (6-M), maka kita akan melakukan perbaikan tabel dengan membuat tabel
3 dan seterusnya hingga memperoleh tabel optimal. Langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk membuat tabel perbaikkan sama dengan langkah-langkah yang telah
kita lakukan pada saat membuat tabel 2 yaitu: tentukan pivot column, pivot row, pivot
number, kemudian hitung angka pada baris yang menggantikan serta angka pada baris
yang lainnya.
       Pivot column pada tabel 2 di atas adalah kolom X1 (karena mempunyai angka
negatif terbesar yaitu 5-M), dan pivot row adalah baris S1 (karena merupakan hasil bagi
non-negatif terkecil). Untuk lebih jelasnya perhatikan perhitungan untuk menentukan
pivot row berikut ini :
       Untuk baris A1 : 850/1 = 850
       Untuk baris S1 : 300/1 = 300       rasio non-negatif terkecil   pivot row
       Untuk baris X2: 150/0               abaikan rasio seperti ini
       Seperti halnya pada saat kita membuat tabel 2, untuk membuat tabel 3 ini setelah
kita menentukan pivot column dan pivot row maka kita akan menentukan pivot number
dan kemudian akan mengisi angka pada baris yang menggantikan yaitu baris X1. Pivot
number pada tabel 2 adalah 1, yaitu angka pada perpotongan kolom X1 dan baris S1.
Angka-angka pivot column, pivot row serta pivot number pada tabel 2 dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
       Untuk mengisi angka-angka pada baris X1 tabel 3 kita akan membagi angka-
angka pada baris S1 tabel 2 dengan pivot number. Perhitungan selengkapnya adalah
sebagai berikut :
       Kolom X1                1 ÷ 1=1
       Kolom X2                0 ÷ 1= 0
       Kolom S1                1 ÷ 1= 1
       Kolom S2                0 ÷ 1= 0
       Kolom A1                0 ÷1 = 0
       Kolom A2                0÷ 1 = 0
       Kolom Kuantitas      300 ÷ 1 = 300




                                                                               3.29 68
KODE MK / STEKPI / BAB 3




       Sehingga baris X1 pada tabel 3 akan terlihat seperti berikut ini
Product Mix      Cj    X1          X2       S1        S1        A1        A2        Q
     X1          5      1          0        1         0         0         0         300


       Setelah mengisi angka-angka pada baris X1 maka untuk melengkapi tabel 3 kita
harus mengisi angka-angka pada baris A1 dan X2. Cara untuk mengisi angka-angka
pada baris A1 dan X2 sama dengan cara untuk mengisi baris lainnya pada tabel 2 di
atas. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini :
       Mengisi angka pada baris A1
Angka Baris     ═ Angka Baris A1 ─ Angka pada Pivot                       ×    Angka yang bersesuaian
                                                                                     pada Baris S1
A1yang Baru            yang Lama                 Column baris A1
      0         ═            1              ─              1              ×               1
      0         ═            1              ─              1              ×               0
      -1        ═            0              ─              1              ×               1
      1         ═            1              ─              1              ×               0
      1         ═            1              ─              1              ×               0
      -1        ═            -1             ─              1              ×               0
     550        ═            850            ─              1              ×               300


       Baris A1 yang baru pada tabel 3 akan terlihat sebagai berikut :
Product Mix     Cj      X1             X2        S1        S2        A1        A2          Q
    A1          M        0              0        -1        1         1         -1         550




                                                                                                3.29 69
KODE MK / STEKPI / BAB 3




         Menghitung angka pada baris X2 tabel 3.
Angka Baris            ═ Angka Baris X2 ─ Angka pada Pivot                    ×   Angka yang bersesuaian
                                                                                        pada Baris S1
  X2 yang                       yang Lama                Column baris X2
    Baru
        0              ═              0          ─             0              ×              1
        1              ═              1          ─             0              ×              0
        0              ═              0          ─             0              ×              1
        -1             ═              -1         ─             0              ×              0
        0              ═              0          ─             0              ×              0
        1              ═              1          ─             0              ×              0
     150               ═             150         ─             0              ×             300


         Sehingga angka Baris A1 pada tabel 3 akan terlihat sebagai berikut :
Product Mix            Cj        X1         X2       S1        S2     A1          A2          Q
    X2                 6         0          1         0        -1         0       1          150


             Tabel 3 secara lengkap dapat dilihat seperti tabel di bawah ini :
         Tabel 3.4 Tabel 3 Galuh Chemical Company
                Cj          5     6         0        0        +M    +M

 Product                   X1    X2        S1        S2       A1     A2           Q
  Mix
   A1           +M          0     0        -1        1         1     -1           550
   X1            5          1     0         1        0         0     0            300
   X2            6          0     1         0        -1        0     1            150        Pivot
                                                                                              row
                Zj          5     6        5-M   -6+M         +M     -6-      2400+550M
                                                                     5M
               Cj-Zj        0     0        5+M    6-M          0    6M-6
                                                  Pivot
                                                 column


         Dari tabel 3.4 ternyata belum optimal karena pada baris Cj-Zj masih kita jumpai
angka negatif yaitu pada kolom S2. Oleh karena itu kita akan membuat tabel yang ke 4.
pivot column pada tabel 3 adalah kolom S2 sedangkan pivot row adalah baris A1.
Perhatikan hasil perhitungan berikut ini.
         Baris A1: 550/1 = 550 pivot row


                                                                                                  3.29 70
KODE MK / STEKPI / BAB 3




           Baris X1 = 300/0 = 0             abaikan
           Baris X2 = 150/ -1 = -150              abaikan


           Dari informasi di atas berarti variabel yang akan masuk ke tabel 4 adalah
variabel S2 sedangkan variabel yang akan keluar adalah variabel A1. untuk membuat
tabel 4 kita akan mengisi angka pada baris S2 terlebih dahulu baru kemudian angka
pada baris X1 dan X2.


 X1              0        :     1       =          0
 X2               0       :     1       =          0
 S1              -1       :     1       =         -1
 S2              1        :     1       =          1
 A1              1        :     1       =          1

 A2             -1        :     1       =         -1
 Q             550        :     1       =        550


           Angka pada baris S2 secara lengkap sebagai berikut
  Product             Cj            X1      X2         S1    S2       A1          A2         Q
    Mix
    S2                0             0       0          -1       1     1             -1       550


           Perhitungan angka baris X1
   Angka          ═             Angka        ─          Angka pada         ×       Angka yang
  Baris X1                     Baris X1                Pivot Column                bersesuaian
                                                                                  pada Baris X2
 yang Baru                    yang Lama                   baris X1

       1          ═                 1        ─              0              ×             0

       0          ═              0           ─              0              ×            1
       1          ═              1           ─              0              ×            0
       0          ═              0           ─              0              ×            -1
       0          ═              0           ─              0              ×            0
       0          ═              0           ─              0              ×            1
      300         ═             300          ─              0              ×           150




                                                                                                   3.29 71
KODE MK / STEKPI / BAB 3




        Angka pada baris X1 secara lengkap adalah sebagai berikut:
 Product         Cj         X1          X2       S1           S2          A1        A2             Q
   Mix
   X1             5            1            0        1        0           0               0          300


        Perhitungan angka pada baris X2 tabael 4
   Angka           ═       Angka Baris               ─         Angka pada           ×          Angka yang
  Baris A1                  A1 yang                           Pivot Column                     bersesuaian
                                                                                              pada Baris X2
 yang Baru                   Lama                                baris A1
     0             ═           0                     ─              -1              ×                0

     1             ═                1                ─               -1             ×               0
     -1            ═                0                ─               -1             ×              -1
     0             ═               -1                ─               -1             ×               1
     1             ═                0                ─               -1             ×               1
     0             ═                1                ─               -1             ×              -1
    700            ═               150               ─               -1             ×             550


        Angka pada baris X2 secara lengkap adalah sebagai berikut
  Product             Cj           X1           X2            S1          S2        A1          A2         Q
    Mix
    X2                6            0             1             -1         0         1              0       700


        Tabel 4 secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Tabel Optimal Kasus Galuh Chemical Company
             Cj            5            6       0        0          +M         +M
Product                    X1          X2       S1       S2         A1         A2        Q
 Mix
  S2         0             0            0       -1       1           1         -1        550
  X1         5             1            0       1        0           0         0         300
  X2         6             0            1       -1       0           1         0         700
             Zj            5            6       -1       0           6         0        5700
           Cj-Zj           0            0       1        0          M-6        M



Karena pada baris Cj – Zj pada tabel 4 tersebut sudah positif dan nol maka tabel 4
merupakan tabel optimal. Dari tabel 4 dapat kita simpulkan bahwa jumlah X1 yang
diproduksi 300 unit, X2 700 unit dengan biaya total $ 5.700. S2 sebesar 550




                                                                                                                 3.29 72
KODE MK / STEKPI / BAB 3




menunjukkan bahwa jumlah postassium yang dipakai lebih dari yang tersedia. Besarnya
kelebihan tersebut adalah 550.




C. ISU TEKNIS PADA METODE SIMPLEKS
        Pada bab 1 sudah dijelaskan isu teknis permasalahan LP jika penyelesaian
dilakukan secara grafik. Pada bab ini akan dijelaskan kembali isu teknis dalam LP tetapi
dalam kaitannya dengan penyelesaian secara simpleks. Isu teknis yang akan dibahas
adalah infeasibility, unboundedness solution, degeneracy, serta alternative optima.
        Infeasibility   adalah suatu situasi dimana tidak ada solusi yang memenuhi
semua kendala. Jika kita menyelesaikan secara simpleks, infeasibility ini akan terlihat
jika semua angka pada baris Cj –Zj sudah menunjukkan solusi yang optimal, namun
artificial variable masih berada pada kolom product mix.
        FT Mks Z = 3 X1 + 2 X 2
        FK 2X1 + X 2 ≤ 2
             3 X1 + 4 X 2 ≥ 12
            X1 , X 2 ≥ 0


              Cj         3         2        0          0       -M
 Product                 X1       X2       S1         S2       A2         Q
  Mix
   S1         0            2         1      1          0        0         2
   A2        -M            3         4      0         -1        1         12
              Zj         -3M       -4M      0        +M        -M       -12 M
            Cj-Zj       3+3M      2+4M      0        -M         0
                                  Pivot
                                 column

              Cj         3         2        0          0       -M
 Product                 X1       X2       S1         S2       A2         Q
  Mix
   S1         2            2        1        1         0        0         2
   A2        -M           -5        0       -4        -1        1         4
              Zj        4+5M      -4M        0       +M        -M       4-4 M
            Cj-Zj       -1-5M       0     -2-4M      -M         0




                                                                                 3.29 73
KODE MK / STEKPI / BAB 3




          Solusi optimal tetapi artificial variable tetap menjadi variable keputusan.


          Unboundedness         solution adalah situasi yang menggambarkan bahwa
permasalahan LP tidak mempunyai batasan solusi. Hal ini terjadi pada kasus
maksimisasi. Dalam metode simpleks, situasi unboundedness akan terlihat apabila saat
kita akan menentukan pivot row, tidak ada angka yang memenuhi syarat, yaitu: tidak
ada hasil bagi yang non-negatif.
          Fungsi tujuan: Maks Z = 15 X1 + 10 X2
          Subject to               5 X2 ≤ 25
                                   2X1 + X2 ≥ 4
          Tabel
           Cj       15        10        -M        0         0
Product             X1        X2        A1        S1        S2       Q
Mix
S1         0        0         5         0         1         0        25     25/0
A2         -M       2         1         1         0         -1       4      4/2 =2
           Zj       -2M       -M        -M        0         +M       -4 M
           Cj-Zj    15+2M     10+M      0         0         -M
                    Pivot
                    column


            Cj      15   10        -M        0         0
Product             X1   X2        A1        S1        S2        Q
Mix
S1          0       0    5         0         1         0         25
X1          15      1    0.5       0.5       0         -0.5      2
            Zj      15   15/2      15/2      0         -15/2     30
            Cj-Zj   0    5/2       -M-15/2   0         15/2
                                                       unbounded
                                                       ness


          Degeneracy     adalah situasi dimana ada satu variabel solusi (product mix)
bernilai nol. Hal ini diindikasikan adanya hasil bagi yang mempunyai nilai terkecil
sama, saat kita menentukan pivot row.
          Kasus

          Max 5X1 + 8 X2



                                                                                        3.29 74
KODE MK / STEKPI / BAB 3




       Subject to

       4X1 + 6X2 < 24

       2X1 + X2 < 18

       3X1 + 9X2 < 36

       X1, X2 >= 0



Cj                    5 8       0      0      0
     Product    Q     X1 X2     S1     S2     S3
     mix
0    S1         24    4   6     1     0       0        4 Minimal Row
0    S2         18    2   1     0     1       0        18
0    S3         36    3   9     0     0       1        4 Minimal Row
     Zj         0     0   0     0     0       0
     Cj-Zj            5   8     0     0       0
                          *
                          Optimal column

       Pada table berikut Q pada S1 bernilai 0, kendati menjadi salah satu variabel pada
solusi. Kalau terjadi bahwa variabel pada solusi bernilai 0, variabel dan solusi tersebut
disebut degenerasi.


Cj                        5       8      0        0     0
     Product mix     Q    X1      X2     S1       S2    S3
0    S1              0    2       0      1        0     -0.7 #DIV/0!     Degenerasi
0    S2              14   1.67    0      0        1     -0.1 0.12
8    X2              4    0.33    1      0        0     0.11 0.08
     Zj              32   2.67    8      0        0     0.89
     Cj-Zj                2.33    0      0        0     -0.89
                          *
                          Optimal Solution

       Alternative optima adalah situasi dimana terdapat lebih dari satu solusi
optimal. Hal ini terjadi jika nilai pada baris Cj – Zj sama dengan nol untuk variabel
yang tidak berada pada kolom Product Mix.
FT Mks Z = 2 X1 + 4 X2
FK       X1 + 2 X2 ≤ 5
         X1 + X2 ≤ 4



                                                                                3.29 75
KODE MK / STEKPI / BAB 3




            X1 , X2 ≥ 0


              Cj       2            4      0         0
 Product               X1           X2     S1        S2        Q
  Mix
   S1          0          1         2      1          0         5     5/2
   S2          0          1         1      0          1         4     4/1
              Zj          0         0      0          0         0
             Cj-Zj        2         4      0          0
                                  Pivot
                                 column


              Cj          2         4       0         0
 Product                  X1        X2     S1        S2         Q
  Mix
   X2          4        1/2          1     1/2        0        5/2
   S2          0        1/2          0    -1/2        1        3/2
              Zj         2           4      2         0        10
             Cj-Zj       0           0     -2         0
                     non basic
                      variable
                        =0




                                                                              LATIHAN


     Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda
mengerjakan latihan berikut ini !
     1. Bagaimana cara menentukan pivot column untuk fungsi tujuan minimisasi?
     2. Bagaimana cara menentukan pivot row untuk fungsi tujuan minimisasi?
     3. Apa syarat tabel simpleks untuk fungsi tujuan minimisasi ini optimal ?
     4. Sebutkan langkah-langkah dalam penyelesaian permasalahan LP dengan
           fungsi tujuan minimum dengan menggunakan metode simpleks.
     5. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi infeasibility dalam simpleks.
     6. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi unboundedness dalam simpleks.




                                                                                 3.29 76
KODE MK / STEKPI / BAB 3




     7. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi degeneracy dalam simpleks.
     8. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi alternative optima dalam simpleks.




                                                                      RANGKUMAN


        Penyelesaian permasalahan simpleks untuk kasus minimisasi pada
   dasarnya sama dengan penyelesaian permasalahan maksimisasi. Perbedaannya
   hanyalah pada saat menentukan pivot column yaitu kita pilih angka pada baris
   Cj – Zj yang merupakan tanda negatif dan angkanya paling besar. Tabel
   disebut optimal jika angka pada baris Cj – Zj sudah positif atau nol.
        Pada metode simpleks seringkali dijumpai beberapa kasus yaitu
   infeasibility, unboundedness solution, degeneracy, serta alternative optima.




                                                                    TES FORMATIF 2

       Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan !




1) Manakah dari hal berikut ini yang mengindikasikan bahwa table simpleks dengan
   fungsi tujuan minimisasi sudah optimal ?
   A. Semua nilai baris Cj-Zj sudah positif atau nol *
   B. Semua nilai baris Cj-Zj sudah negative atau nol
   C. Tidak ada slack variable yang berada pada kolom product mix
   D. Semua angka yang berada pada pivot colum bernilai nol atau negative

2) Dalam menentukan pivot column untuk permasalahan LP dengan fungsi tujuan
   minimisasi adalah dengan memilih angka pada :
   A. baris Zj positif terbesar
   B. baris Zj negative terbesar
   C. baris Cj – Zj positif terbesar
   D. baris Cj – Zj negative terbesar *



                                                                                  3.29 77
KODE MK / STEKPI / BAB 3




3). Dalam menentukan pivot row untuk fungsi tujuan minimisasi adalah dengan
   memilih hasil bagi kolom kuantitas dengan pivot column :
   A.   positif terbesar
   B.   negative terbesar
   C.   negative terkecil
   D.   non-negatif terkecil *

4) Isue teknis infeasibility diindikasikan oleh :
   A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable
   B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil
   C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif
   D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah
       optimal*

5) Isue teknis unboundedness diindikasikan oleh :
   A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable
   B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil
   C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif *
   D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal

6) Isue teknis degeneracy diindikasikan oleh :
   A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable
   B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil *
   C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif
   D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal


7) Isue teknis alternative optima diindikasikan oleh :
   A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable *
   B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil
   C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif
   D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal


        Berikut adalah table simpleks yang tidak lengkap dengan fungsi tujuan
maksimisasi :
Product         Cj      3        2        0          0          -M
Mix                     X        Y        SL         SP         A          Kuantitas
Y               2       2        1        1          0          0          2
A               -M      -5       0        -4         -1         1          4
                Zj
                Cj-Zj




                                                                            3.29 78
KODE MK / STEKPI / BAB 3




       Keterangan :
       X = produk X
       Y = produk Y
       SL = slack variable
       SP = surplus variable
       A = artificial variable


       Selesauikan table di atas kemudian jawablah pertanyaan berikut ini


8) Nilai Zj kolom kuantitas adalah :
   A. 4
   B. 6
   C. – 6M
   D. 4 – 4M *

9) Yang merupakan pivot kolom adalah :
    A. kolom X
    B. kolom Y
    C. kolom SL
    D. tidak ada karena table sudah optimal *

10). Jika table di atas diselesaikan sampai dengan optimal maka kita jumpai adanya
   issue teknis yaitu :
           A. infeasibility *
           B. unboundedness
           C. alternative optima
           D. degeneracy




     Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi
Kegiatan Belajar 2.




                                                                            3.29 79
KODE MK / STEKPI / BAB 3




       Rumus


                              jumlah jawaban Anda yang benar
       Tingkat penguasaan =                                  x 100%
                                           10


       Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
          90 % - 100 % = baik sekali
          80 % - 89 %    = baik
          70 % - 79 %    = sedang
                < 70 % = baik sekali


       Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda harus
mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama yang belum Anda kuasai.




                                                                           3.29 80
KODE MK / STEKPI / BAB 3

                    KUNCI JAWABAN TES FORMATIF




                  Kunci Jawaban Tes Formatif


 Tes Formatif 1


1) D
2) D
3) B
4) C
5) B
6) B
7) C
8) D
9) C
10) D


 Tes Formatif 2


1) A
2) D
3) D
4) D
5) C
6) B
7) A
8) D
9) D
10) A




                                             3.29 81
KODE MK / STEKPI / BAB 3



                                                                    INDEX




                                                                INDEX



                            A                              M
alternative optima, 17          metode simpleks, 2, 3
angka negatif, 11               minimisasi, 1, 9
artificial variable, 3, 4
                                                            N
                            D
                                non-negatif terkecil, 11
degeneracy, 16
                                                            P
                            F
                                pivot column, 8, 9, 10
fungsi tujuan, 4                pivot row, 8, 9, 10


                            I                               U
infeasibility, 15               unboundedness, 15




                                                                    3.29 82
DAFTAR KEPUSTAKAAN
                                                          KODE MK / STEKPI / BAB 3




                                                         Daftar Kepustakaan



Levin, Richard I., David S. Rubin, Joel P. Stinson, dan Everette S. Gardner, Jr. (1992).
         Quantitative Approaches to Management, eighth edition, New York, McGraw-
         Hill.
Render, Barry dan Jay Heizer. (1997). Principles of Operations Management, second
         edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall, Inc.
Render, Barry, Ralph M. Stair Jr., dan Michael E. Hanna. (2003). Quantitative Analysis
         for Management, eighth edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice
         Hall, Inc.
Taha, Hamdy A. (1997). Operations Research, an Introduction, sixth edition, Upper
         Saddle River, New Jersey, Prentice Hall, Inc.




                                                                               3.29   2

More Related Content

What's hot

Pemodelan model optimasi
Pemodelan model optimasiPemodelan model optimasi
Pemodelan model optimasiChan Rizky
 
Metode Simpleks
Metode SimpleksMetode Simpleks
Metode Simplekshazhiyah
 
Metode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalMetode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalLelys x'Trezz
 
Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti
Pengambilan keputusan dalam kondisi pastiPengambilan keputusan dalam kondisi pasti
Pengambilan keputusan dalam kondisi pastiindra wahyudi
 
Analisis Sensitivitas
Analisis SensitivitasAnalisis Sensitivitas
Analisis SensitivitasAde Nurlaila
 
Isoquant. "ekonomi produksi"
Isoquant. "ekonomi produksi"Isoquant. "ekonomi produksi"
Isoquant. "ekonomi produksi"nuelsitohang
 
Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Jamil Sirman
 
Metode maximum likelihood
Metode maximum likelihoodMetode maximum likelihood
Metode maximum likelihoodririn12
 
Optimasi dengan satu variabel bebas
Optimasi dengan satu variabel bebasOptimasi dengan satu variabel bebas
Optimasi dengan satu variabel bebasAyu Sefryna sari
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)hazhiyah
 
Makalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksMakalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksNila Aulia
 
Metode transportasi
Metode transportasiMetode transportasi
Metode transportasisuparman11
 

What's hot (20)

Pemodelan model optimasi
Pemodelan model optimasiPemodelan model optimasi
Pemodelan model optimasi
 
Metode Simpleks
Metode SimpleksMetode Simpleks
Metode Simpleks
 
PENDUGAAN PARAMETER
PENDUGAAN PARAMETERPENDUGAAN PARAMETER
PENDUGAAN PARAMETER
 
Metode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalMetode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset Operasional
 
Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti
Pengambilan keputusan dalam kondisi pastiPengambilan keputusan dalam kondisi pasti
Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti
 
Analisis Sensitivitas
Analisis SensitivitasAnalisis Sensitivitas
Analisis Sensitivitas
 
Isoquant. "ekonomi produksi"
Isoquant. "ekonomi produksi"Isoquant. "ekonomi produksi"
Isoquant. "ekonomi produksi"
 
2 bunga majemuk
2 bunga majemuk2 bunga majemuk
2 bunga majemuk
 
Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1
 
Metode maximum likelihood
Metode maximum likelihoodMetode maximum likelihood
Metode maximum likelihood
 
Optimasi dengan satu variabel bebas
Optimasi dengan satu variabel bebasOptimasi dengan satu variabel bebas
Optimasi dengan satu variabel bebas
 
Pendugaan Parameter
Pendugaan ParameterPendugaan Parameter
Pendugaan Parameter
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
 
Akt 2-tabel-mortalitas
Akt 2-tabel-mortalitasAkt 2-tabel-mortalitas
Akt 2-tabel-mortalitas
 
Akt 4-anuitas-hidup
Akt 4-anuitas-hidupAkt 4-anuitas-hidup
Akt 4-anuitas-hidup
 
Makalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksMakalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleks
 
Metode transportasi
Metode transportasiMetode transportasi
Metode transportasi
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
Distribusi peluang
Distribusi peluangDistribusi peluang
Distribusi peluang
 

Viewers also liked

Contoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksContoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksReza Mahendra
 
Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasionalHenry Guns
 
Tugas Mandiri Riset Operasi
Tugas Mandiri Riset OperasiTugas Mandiri Riset Operasi
Tugas Mandiri Riset OperasiPrincess Nisa
 
Program Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode SimpleksProgram Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode Simpleksraaaka12
 
Erp μηχανογραφημένη λογιστική_2015_2016
Erp μηχανογραφημένη λογιστική_2015_2016Erp μηχανογραφημένη λογιστική_2015_2016
Erp μηχανογραφημένη λογιστική_2015_2016George Exarchopoulos
 
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleksMateri 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleksahmad fauzan
 
Program linier – metode simpleks revisi (msr)
Program linier – metode simpleks revisi (msr)Program linier – metode simpleks revisi (msr)
Program linier – metode simpleks revisi (msr)Ervica Badiatuzzahra
 
Transformasi linier (analisa kompleks)
Transformasi linier (analisa kompleks) Transformasi linier (analisa kompleks)
Transformasi linier (analisa kompleks) syandika Rafina
 
Pot p emograman linear 2016
Pot  p emograman linear 2016Pot  p emograman linear 2016
Pot p emograman linear 2016ogie saputra
 
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi PabrikMetode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrikhenrianto leo
 
Operations Research
Operations ResearchOperations Research
Operations Researchajithsrc
 

Viewers also liked (16)

Contoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksContoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode Simpleks
 
Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasional
 
Tugas Mandiri Riset Operasi
Tugas Mandiri Riset OperasiTugas Mandiri Riset Operasi
Tugas Mandiri Riset Operasi
 
Program Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode SimpleksProgram Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode Simpleks
 
Erp μηχανογραφημένη λογιστική_2015_2016
Erp μηχανογραφημένη λογιστική_2015_2016Erp μηχανογραφημένη λογιστική_2015_2016
Erp μηχανογραφημένη λογιστική_2015_2016
 
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleksMateri 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
Materi 4 programasi linier dan solusi metode simpleks
 
3.pl simpleks
3.pl simpleks3.pl simpleks
3.pl simpleks
 
Program linier – metode simpleks revisi (msr)
Program linier – metode simpleks revisi (msr)Program linier – metode simpleks revisi (msr)
Program linier – metode simpleks revisi (msr)
 
Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasional
 
Transformasi linier (analisa kompleks)
Transformasi linier (analisa kompleks) Transformasi linier (analisa kompleks)
Transformasi linier (analisa kompleks)
 
Transportasi
TransportasiTransportasi
Transportasi
 
Pot p emograman linear 2016
Pot  p emograman linear 2016Pot  p emograman linear 2016
Pot p emograman linear 2016
 
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi PabrikMetode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
 
Operations Research
Operations ResearchOperations Research
Operations Research
 
contoh soal program linear
contoh soal program linearcontoh soal program linear
contoh soal program linear
 
17. soal soal program linear.
17. soal soal program linear. 17. soal soal program linear.
17. soal soal program linear.
 

Similar to Formulasi LP Minimisasi

Metode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptMetode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptslotbandar21
 
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.Ochaa BeQii
 
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdfModul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdfwiwinastuti1
 
Linier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASILinier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASISusan Ucnk
 
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitasAnalisis sensitivitas
Analisis sensitivitasedykazok
 
DIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxDIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxZoroRoronoa64
 
Bahan ajar program linear
Bahan ajar program linearBahan ajar program linear
Bahan ajar program linearLalu Irpahlan
 
Modul 2 Variabel dan operasi dasar (1).pptx
Modul 2 Variabel dan operasi dasar (1).pptxModul 2 Variabel dan operasi dasar (1).pptx
Modul 2 Variabel dan operasi dasar (1).pptxssuser4e88af1
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasisuperjnr
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan
Penyelesaian  sistem persamaan  linear  denganPenyelesaian  sistem persamaan  linear  dengan
Penyelesaian sistem persamaan linear denganBAIDILAH Baidilah
 
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematikaSistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematikaWina Ariyani
 

Similar to Formulasi LP Minimisasi (20)

Metode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptMetode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.ppt
 
program linier.pptx
program linier.pptxprogram linier.pptx
program linier.pptx
 
M2 lp-2 met simpleks
M2  lp-2 met simpleks M2  lp-2 met simpleks
M2 lp-2 met simpleks
 
Big M Methode
Big M MethodeBig M Methode
Big M Methode
 
Bab1 c - Matematika Bisnis
Bab1 c - Matematika BisnisBab1 c - Matematika Bisnis
Bab1 c - Matematika Bisnis
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
 
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
Tugas program linier. maksimisasi sama dengan.
 
Pertemuan3&4
Pertemuan3&4Pertemuan3&4
Pertemuan3&4
 
LP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptx
LP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptxLP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptx
LP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptx
 
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdfModul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
 
Linier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASILinier simplek MAKSIMASI
Linier simplek MAKSIMASI
 
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitasAnalisis sensitivitas
Analisis sensitivitas
 
MPL ITS
MPL ITSMPL ITS
MPL ITS
 
DIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptxDIPELAJARI YA (1).pptx
DIPELAJARI YA (1).pptx
 
Bahan ajar program linear
Bahan ajar program linearBahan ajar program linear
Bahan ajar program linear
 
Modul 2 Variabel dan operasi dasar (1).pptx
Modul 2 Variabel dan operasi dasar (1).pptxModul 2 Variabel dan operasi dasar (1).pptx
Modul 2 Variabel dan operasi dasar (1).pptx
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan
Penyelesaian  sistem persamaan  linear  denganPenyelesaian  sistem persamaan  linear  dengan
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
 
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematikaSistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
 

Formulasi LP Minimisasi

  • 1. PENDAHULUAN KODE MK / STEKPI / BAB 3 BAB 3 LINEAR PROGRAMMING : METODE SIMPLEKS PERMASALAHAN MINIMISASI PENDAHULUAN ingga saat ini yang telah kita pelajari adalah penyelesaian permasalahan linear programming dengan tanda pertidaksamaan ≤ yang biasanya kita jumpai dalam permasalahan dengan fungsi tujuan maksimisasi. Prosedur dalam penyelesaian permasalahan maksimisasi dapat juga kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan minimisasi yang biasanya mempunyai tanda ≥ dan atau = pada fungsi kendalanya. Pada bab 3 ini akan kita bahas penyelesaian permasalahan LP dengan fungsi tujuan minimisasi. Pembahasan akan dimulai dengan memformulasikan permasalahan sesuai dengan standard simpleks, kemudian dilanjutkan dengan melakukan iterasi atau perbaikan tabel hingga optimal dan bagian terakhir pada bab ini akan dikemukakan beberapa issue teknis yang sering kita jumpai dalam metode simpleks Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat: 1. Memformulasikan permasalahan sesuai standard simpleks untuk fungsi kendala dengan tanda ≥ dan atau = . 2. Menyelesaikan permasalahan linear programming dengan iterasi simpleks untuk fungsi tujuan minimisasi. 3. Menginterpretasikan tabel optimal simpleks 4. Memahami adanya kasus khusus di dalam metode simpleks. 3.29 55
  • 2. KODE MK / STEKPI / BAB 3 TOPIK 1 Formulasi Permasalahan LP sesuai dengan Standard Simpleks :Kasus Minimisasi A. FORMULASI PERMASALAHAN MENURUT METODE SIMPLEKS UNTUK TANDA PERTIDAKSAMAAN ≥ DAN ═ Pada topik ini akan kita bahas mengenai penyelesaian permasalahan LP dengan fungsi tujuan minimisasi. Pada permasalahan minimisasi, biasanya kita jumpai tanda ≥ pada fungsi kendala. Kendati demikian tidak menutup kemungkinan fungsi kendala mempunyai tanda ═ . Dalam menyelesaikan permasalahan LP dengan metode simpleks, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menyesuaikan formulasi permasalahan dengan standard simpleks. Dengan kata lain kita harus merubah tanda pertidaksamaan menjadi persamaan. Pada fungsi kendala dengan tanda ≤ kita harus menambahkan slack variabel yang menyatakan kapasitas yang tidak digunakan atau yang tersisa pada departemen tersebut. Hal ini karena ada kemungkinan kapasitas yang tersedia tidak semuanya digunakan dalam proses produksi. Pada permasalahan minimisasi kita jumpai fungsi kendala dengan tanda ≥ , artinya bahwa kita dapat menggunakan sumberdaya lebih dari yang tersedia. Pertanyaan yang muncul adalah berapa besarnya kelebihan sumberdaya yang telah kita gunakan dari yang tersedia ?. Untuk menyatakan kelebihan sumberdaya yang digunakan dari yang tersedia ini, maka kita harus mengurangi kendala tersebut dengan surplus variabel. Surplus variabel ini sering juga disebut sebagai slack variabel yang negatif. Karena nilai solusi pada permasalahan LP harus non-negatif maka untuk mengatasi masalah ini kita harus menambahkan artificial variabel (A). Artificial 3.29 56
  • 3. KODE MK / STEKPI / BAB 3 variabel ini secara phisik tidak mempunyai arti, dan hanya digunakan untuk kepentingan perhitungan saja. Untuk lebih memahami permasalahan ini marilah kita lihat permasalahan Galuh Chemical Company. Galuh Chemical Company harus membuat 1000 unit campuran phospate dan postassium. Biaya per unit phospate adalah $5, sedangkan biaya per unit postassium $6. Jumlah phospate yang dapat digunakan tidak lebih dari 300 unit sedangkan postassium harus digunakan minimal 150 unit. Berapa masing-masing jumlah phospate dan postassium yang harus digunakan agar biaya total minimum ? Permasalahan Galuh Chemical Company dapat kita formulasikan ke dalam bentuk LP sebagai berikut : Fungsi Tujuan : Minimisasikan Cost Z = 5X1 + 6X2 Fungsi kendala : X1 + X2 = 1000 X1 ≤ 300 X2 ≥ 150 X1, X2 ≥ 0 Dimana X1 = jumlah phospate dalam unit X2 = jumlah postassium dalam unit Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan metode simpleks kita harus memformulasikan kembali permasalahan tersebut sesuai dengan standard simpleks. Formulasi sesuai standard simpleks artinya kita harus merubah tanda pertidaksamaan (≤ maupun ≥ ) menjadi persamaan. Untuk kendala dengan tanda = kita hanya menambahkan artificial variabel saja. Sehingga kendala yang pertama akan menjadi : X1 + X2 + A1 = 1000 Kendala kedua, X1 ≤ 300 , kita tambahkan slack variabel sehingga menjadi : X1 + S1 = 300 Sedangkan kendala ketiga, X2 ≥ 150, harus dikurangi dengan surplus variabel dan ditambah dengan artificial variabel, sehingga menjadi : X2 – S2 + A2 = 150 Terakhir kita harus menuliskan fungsi tujuan. Karena dalam fungsi kendala ada artificial variabel, maka kita harus memberikan koefisien +M untuk artificial variable tersebut di 3.29 57
  • 4. KODE MK / STEKPI / BAB 3 fungsi tujuan. Koefisien +M ini menunjukkan angka yang sangat besar nilainya, sehingga dalam kasus ini dapat diinterpretasikan biaya yang sangat tinggi. Fungsi tujuan dalam permasalahan Galuh Chemical Company akan menjadi : Minimisasikan biaya Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2 Formulasi sesuai standard simpleks dari permasalahan Galuh Chemical Company secara lengkap adalah : Fungsi Tujuan : Minimisasikan biaya Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2 Fungsi kendala : X1 + X2 + A1 = 1000 X1 + S1 = 300 X2 – S2 + A2 = 150 X1, X2, S1, S2, A1, A2 ≥ 0 Apabila pada fungsi kendala terdapat artificial variabel, sedangkan fungsi tujuannya maksimisasi, maka koefisien artificial variabel pada fungsi tujuan adalah –M. B. MEMBUAT TABEL AWAL SIMPLEKS Seperti halnya yang telah kita pelajari pada bab 2 , langkah selanjutnya untuk menyelsesaikan permasalahan LP dengan metode simpleks adalah membuat tabel awal. Pada dasarnya untuk membuat tabel awal pada permasalahan minimisasi sama dengan permasalahan maksimisasi yang telah kita bahas pada bab 2. Hanya saja karena pada permasalahan Galuh Chemical Company kita mengenal variabel lain selain slack variabel yaitu surplus variabel dan artificial variabel, maka variabel yang boleh masuk ke kolom product mix pada tabel awal ini hanyalah slack variabel dan artificial variabel. Tabel awal permasalahan Galuh Chemical Company dapat dilihat pada Tabel 3.1. 3.29 58
  • 5. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Tabel 3.1. Tabel Awal kasus Galuh Chemical Company Cj 5 6 0 0 +M +M Product Mix X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q A1 +M 1 1 0 0 1 0 1000 S1 0 1 0 1 0 0 0 300 A2 +M 0 1 0 -1 0 1 150 Zj +M 2M 0 -M +M +M 1050M Cj-Zj 5-M 6-2M 0 M 0 0 Angka pada baris Cj (5, 6, 0, 0, +M, +M) tersebut adalah koefisien pada fungsi tujuan. Sedangkan angka (1, 1, 0, 0, 1, 0) pada baris A1 serta angka (1, 0, 1, 0 0, 0) pada baris S1 dan angka (0, 1, 0, -1, 0, 1) pada baris A2 adalah koefisien pada kendala 1, 2 dan 3. Angka pada baris Zj (+M, 2M, 0, -M , +M, +M ) diperoleh dari penjumlahan hasil kali kolom Cj dengan kolom yang bersesuaian. Sebagai contoh kita akan menentukan nilai Zj kolom X1 = (M x 1) + (0 x 1) + (M x 0) = M. Dengan cara yang sama kita peroleh nilai Zj pada kolom yang lain. Angka pada baris Cj – Zj diperoleh dari angka pada baris Cj dikurangi dengan angka pada baris Zj. Sebagai contoh kita akan menghitung nilai Cj – Zj pada kolom X1 = 5 (yaitu angka pada baris Cj) – M (angka pada baris Zj) = 5 - M . Demikian juga untuk menghitung nilai Cj – Zj untuk kolom-kolom yang lain digunakan cara yang sama. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini ! 1. Apakah yang dimaksud dengan surplus variabel ? 2. Bagimanakah formulasi yang sesuai dengan standard simpleks untuk fungsi kendala dengan tanda ≥. 3. Variabel apa sajakah yang boleh masuk ke dalam kolom product mix pada tabel awal simpleks? 4. Jika pada fun gsi kendala terdapat artificial variable, bagaimanakah dampaknya pada fungsi tujuan minimisasi? 3.29 59
  • 6. KODE MK / STEKPI / BAB 3 RANGKUMAN Dalam formulasi permasalahan LP sesuai standard simpleks untuk fungsi kendala dengan tanda ≥ harus dikurangi dengan surplus variable dan ditambah dengan artificial variable. Sedangkan untuk fungsi kendala dengan tanda = hanya ditambah ariticial variable. Karena pada fungsi kendala terdapat artificial variable, maka pada fungsi tujuan harus ditambahkan koefisien -M untuk permasalahan maksimisasi serta koefisien +M untuk permasalahan minimisasi. TES FORMATIF 1 Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan! 1. Misal diketahui kendala suatu masalah program linier adalah : 4x + 2y ≥ 10 2x + y = 12 Maka bila kendala itu diubah menjadi bentuk simplex yaitu A. 4x + 2y – SL = 10 , 2x + y = 12 B. 4x + 2y + A1 = 10, 2x + y – A2 = 12 C. 4x + 2y + SP = 10, 2x + y + SL = 12 D. 4x + 2y – SL + A1 = 10, 2x + y + A2 = 12 * Keterangan :SL = slack variabel SP = surplus variabel A1 = artificial variabel untuk kendala 1 A2 = artificial variabel untuk kendala 2 3.29 60
  • 7. KODE MK / STEKPI / BAB 3 2). Dalam table awal simpleks dengan fungsi tujuan minimisasi, variable yang masuk ke dalam kolom product mix adalah: A. hanya slack variable saja B. slack dan surplus variable C. surplus dan artificial variable D. slack dan / atau artificial variable * 3) Untuk masalah minimisasi, koefisien dari fungsi tujuan untuk artificial variable adalah: A. nol B. +M * C. –M D. 1 Suatu permasalahan linear programming yang sudah diformulasikan adalah sebagai berikut : Fungsi Tujuan Min Z = 3x + 2y Fungsi Kendala x + y ≥ 600 3x + y = 1500 x + 3y ≤ 1500 x,y ≥ 0 Siapkan table awal simpleks kemudian jawablah pertanyaan berikut ini. 4) Apabila permasalahan tersebut di atas diselesaikan dengan metode simplex maka jumlah artificial variablenya adalah : A. 0 B. 1 C. 2 * D. 3 3.29 61
  • 8. KODE MK / STEKPI / BAB 3 5) Jumlah slack variable nya adalah : A. 0 B. 1 * C. 2 D. 3 6) Jumlah surplus variable nya adalah : A. 0 B. 1 * C. 2 D. 3 7) Variable yang masuk dalam kolom kolom product mix adalah : A. 1 artificial variable dan 2 surplus variable B. 1 artificial variable dan 2 slack variable C. 2 artifial variable dan 1 slack variable * D 3 slack variable 8) Nilai Zj pada kolom x adalah : A. 0 B. M C. 3M D. 4M * 9) Nilai Cj – Zj kolom y adalah : A. 2 B. 2 – M C. 2 – 2M * D. 2 – 4M 10) Nilai Zj pada kolom kuantitas adalah : A. 0 B. 600M C. 1500 M D. 2100 M * 3.29 62
  • 9. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi Kegiatan Belajar 1. Rumus jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = sedang < 70 % = baik sekali Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama yang belum Anda kuasai. 3.29 63
  • 10. KODE MK / STEKPI / BAB 3 TOPIK 2 Penyelesaian Permasalahan LP dengan Metode Simpleks: Kasus Minimisasi A. MENENTUKAN PIVOT COLUMN DAN PIVOT ROW Untuk melakukan perbaikan tabel kita harus menentukan pivot column dan pivot row seperti yang telah kita bahas pada kasus maksimisasi. Hanya saja penentuan pivot column pada kasus minimisasi berbeda dengan kasus maksimisasi. Pada kasus minimisasi, pivot column ditentukan dengan cara memilih angka pada baris CJ – Zj yang mempunyai tanda negatif serta angkanya paling besar. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perbaikan tabel adalah sebagai- berikut : 1. Menentukan pivot column (variabel yang akan masuk ke dalam kolom Product Mix), yaitu dengan memilih variable yang mempunyai nilai Cj – Zj negatif serta angkanya paling besar. Pivot column ini disebut juga optimal column atau kolom kunci. 2. menentukan pivot row (variable yang akan keluar dari kolom Product Mix), yaitu dengan membagi kolom quantitas dengan optimal column atau pivot column kemudian pilih hasil bagi non-negatif terkecil. Untuk lebih memahami bagaimana kita menentukan pivot column dan pivot row, marilah kita lihat kembali tabel awal Galuh Chemical Company. 3.29 64
  • 11. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Tabel 3.2. Menentukan Pivot Column dan Pivot Row Kasus Galuh Chemical Company Cj 5 6 0 0 +M +M Product Mix X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q A1 +M 1 1 0 0 1 0 1000 S1 0 1 0 1 0 0 0 300 A2 +M 0 1 0 -1 0 1 150 Pivot row Zj +M 2M 0 -M +M +M 1050M Cj-Zj 5-M 6-2M 0 M 0 0 Pivot column Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variable yang mempunyai nilai Cj – Zj negatif dan angkanya paling besar adalah variabel X2, karena M menyatakan bilangan yang sangat besar nilainya. Dengan demikian variabel X2 disebut sebagai Pivot Column. Untuk menentukan pivot row, kita akan membagi angka pada kolom kuantitas dengan pivot column (kolom X2), kemudian kita pilih hasil bagi non-negatif terkecil. Pada kasus Galuh Chemical Company, variabel yang merupakan pivot row (baris kunci) adalah variabel A2. Oleh karena itu pada tabel berikutnya (Tabel 2), variabel A2 akan keluar dan digantikan oleh variabel X2. B. MELAKUKAN ITERASI (PERBAIKAN TABEL) Dalam baris Cj – Zj tabel 3.1, dapat kita lihat terdapat 2 variabel yang mempunyai nilai negatif yaitu X1 dan X2. Dalam aturan permasalahan minimisasi, apabila pada baris Cj-Zj masih terdapat nilai negtif maka tabel tersebut belum optimal, oleh karena itu kita perlu melakukan iterasi. Dalam melakukan iterasi langkah yang kita lakukan sama seperti pada permasalahan maksimisasi, yaitu menentukan pivot column dan pivot row terlebih dahulu. Penentuan pivot column dan pivot row ini sudah kita lakukan pada bagian A topik ini. Yang merupakan pivot column adalah variabel X2 sedangkan pivot row adalah variabel A2. Setelah pivot column dan pivot row ditentukan maka kita akan 3.29 65
  • 12. KODE MK / STEKPI / BAB 3 menghitung baris X2 untuk tabel 2 ini yaitu dengan cara baris A2 tabel awal dibagi pivot number (angka kunci), yaitu 1. Perhitungan nilai pada baris X2 adalah sebagai berikut : X1 0 ÷ 1 = 0 X2 1 ÷ 1 = 1 S1 0 ÷ 1 = 0 S2 -1 ÷ 1 = -1 A1 0 ÷ 1 = 0 A2 1 ÷ 1 = 1 KUANTITAS 150 ÷ 1 = 150 Angka-angka pada baris X2 secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut: PRODUCT MIX Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q X2 6 0 1 0 -1 0 1 150 Langkah selanjutnya adalah mengisi baris yang lain yang bukan merupakan pivot row, yaitu angka pada baris lama tabel sebelumnya dikurangi dengan hasil perkalian antara angka pada pivot column baris bersangkutan, dengan angka pada baris baris yang menggantikan. Dalam kasus Galuh Chemical Company ada 2 variabel yang akan dihitung nilai pada baris yang baru yaitu baris A1 dan S1. Perhitungan angka pada baris A1 tabel 2 adalah sebagai berikut : Angka Baris ═ Angka Baris A1 ─ Angka pada Pivot × Angka yang bersesuaian pada Baris X2 A1 yang yang Lama Column baris A1 Baru 1 ═ 1 ─ 1 × 0 0 ═ 1 ─ 1 × 1 0 ═ 0 ─ 1 × 0 1 ═ 0 ─ 1 × -1 1 ═ 1 ─ 1 × 0 -1 ═ 0 ─ 1 × 1 850 ═ 1000 ─ 1 × 150 3.29 66
  • 13. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Baris S2 yang baru pada tabel 2 akan terlihat sebagai berikut : PRODUCT MIX Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q A1 +M 1 0 0 1 1 -1 850 Perhitungan angka pada baris S1 tabel 2 adalah sebagai berikut : Angka Baris ═ Angka Baris S1 ─ Angka pada Pivot × Angka yang bersesuaian pada Baris S2 S1 yang Baru yang Lama Column baris S1 1 ═ 1 ─ 0 × 0 0 ═ 0 ─ 0 × 1 1 ═ 1 ─ 0 × 0 0 ═ 0 ─ 0 × -1 0 ═ 0 ─ 0 × 0 0 ═ 0 ─ 0 × 1 300 ═ 300 ─ 0 × 150 Baris S1yang baru pada tabel 2 akan terlihat sebagai berikut : PRODUCT MIX Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q S1 0 1 0 1 0 0 0 300 Tabel 2 dari kasus Galuh Chemical Company secara lengkap adalah sebagai berikut : Tabel 3.3. Tabel 2 Kasus Galuh Chemical Company Cj 5 6 0 0 +M +M Product Mix X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q A1 +M 1 0 0 1 1 -1 850 S1 0 1 0 1 0 0 0 300 X2 6 0 1 0 -1 0 1 150 Zj +M 6 0 M-6 +M 6-M 900+850M Cj-Zj 5-M 0 0 6-M 0 - 6+2M Perbaikan tabel ini akan kita lakukan hingga kita memperoleh tabel optimal, yaitu apabila baris Cj – Zj sudah positif atau nol. Karena pada tabel 2 ini masih kita jumpai angka yang bertanda negatif pada baris Cj-Zj yaitu angka pada kolom X1 (5-M) 3.29 67
  • 14. KODE MK / STEKPI / BAB 3 dan kolom S2 (6-M), maka kita akan melakukan perbaikan tabel dengan membuat tabel 3 dan seterusnya hingga memperoleh tabel optimal. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat tabel perbaikkan sama dengan langkah-langkah yang telah kita lakukan pada saat membuat tabel 2 yaitu: tentukan pivot column, pivot row, pivot number, kemudian hitung angka pada baris yang menggantikan serta angka pada baris yang lainnya. Pivot column pada tabel 2 di atas adalah kolom X1 (karena mempunyai angka negatif terbesar yaitu 5-M), dan pivot row adalah baris S1 (karena merupakan hasil bagi non-negatif terkecil). Untuk lebih jelasnya perhatikan perhitungan untuk menentukan pivot row berikut ini : Untuk baris A1 : 850/1 = 850 Untuk baris S1 : 300/1 = 300 rasio non-negatif terkecil pivot row Untuk baris X2: 150/0 abaikan rasio seperti ini Seperti halnya pada saat kita membuat tabel 2, untuk membuat tabel 3 ini setelah kita menentukan pivot column dan pivot row maka kita akan menentukan pivot number dan kemudian akan mengisi angka pada baris yang menggantikan yaitu baris X1. Pivot number pada tabel 2 adalah 1, yaitu angka pada perpotongan kolom X1 dan baris S1. Angka-angka pivot column, pivot row serta pivot number pada tabel 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Untuk mengisi angka-angka pada baris X1 tabel 3 kita akan membagi angka- angka pada baris S1 tabel 2 dengan pivot number. Perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut : Kolom X1 1 ÷ 1=1 Kolom X2 0 ÷ 1= 0 Kolom S1 1 ÷ 1= 1 Kolom S2 0 ÷ 1= 0 Kolom A1 0 ÷1 = 0 Kolom A2 0÷ 1 = 0 Kolom Kuantitas 300 ÷ 1 = 300 3.29 68
  • 15. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Sehingga baris X1 pada tabel 3 akan terlihat seperti berikut ini Product Mix Cj X1 X2 S1 S1 A1 A2 Q X1 5 1 0 1 0 0 0 300 Setelah mengisi angka-angka pada baris X1 maka untuk melengkapi tabel 3 kita harus mengisi angka-angka pada baris A1 dan X2. Cara untuk mengisi angka-angka pada baris A1 dan X2 sama dengan cara untuk mengisi baris lainnya pada tabel 2 di atas. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini : Mengisi angka pada baris A1 Angka Baris ═ Angka Baris A1 ─ Angka pada Pivot × Angka yang bersesuaian pada Baris S1 A1yang Baru yang Lama Column baris A1 0 ═ 1 ─ 1 × 1 0 ═ 1 ─ 1 × 0 -1 ═ 0 ─ 1 × 1 1 ═ 1 ─ 1 × 0 1 ═ 1 ─ 1 × 0 -1 ═ -1 ─ 1 × 0 550 ═ 850 ─ 1 × 300 Baris A1 yang baru pada tabel 3 akan terlihat sebagai berikut : Product Mix Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q A1 M 0 0 -1 1 1 -1 550 3.29 69
  • 16. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Menghitung angka pada baris X2 tabel 3. Angka Baris ═ Angka Baris X2 ─ Angka pada Pivot × Angka yang bersesuaian pada Baris S1 X2 yang yang Lama Column baris X2 Baru 0 ═ 0 ─ 0 × 1 1 ═ 1 ─ 0 × 0 0 ═ 0 ─ 0 × 1 -1 ═ -1 ─ 0 × 0 0 ═ 0 ─ 0 × 0 1 ═ 1 ─ 0 × 0 150 ═ 150 ─ 0 × 300 Sehingga angka Baris A1 pada tabel 3 akan terlihat sebagai berikut : Product Mix Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q X2 6 0 1 0 -1 0 1 150 Tabel 3 secara lengkap dapat dilihat seperti tabel di bawah ini : Tabel 3.4 Tabel 3 Galuh Chemical Company Cj 5 6 0 0 +M +M Product X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q Mix A1 +M 0 0 -1 1 1 -1 550 X1 5 1 0 1 0 0 0 300 X2 6 0 1 0 -1 0 1 150 Pivot row Zj 5 6 5-M -6+M +M -6- 2400+550M 5M Cj-Zj 0 0 5+M 6-M 0 6M-6 Pivot column Dari tabel 3.4 ternyata belum optimal karena pada baris Cj-Zj masih kita jumpai angka negatif yaitu pada kolom S2. Oleh karena itu kita akan membuat tabel yang ke 4. pivot column pada tabel 3 adalah kolom S2 sedangkan pivot row adalah baris A1. Perhatikan hasil perhitungan berikut ini. Baris A1: 550/1 = 550 pivot row 3.29 70
  • 17. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Baris X1 = 300/0 = 0 abaikan Baris X2 = 150/ -1 = -150 abaikan Dari informasi di atas berarti variabel yang akan masuk ke tabel 4 adalah variabel S2 sedangkan variabel yang akan keluar adalah variabel A1. untuk membuat tabel 4 kita akan mengisi angka pada baris S2 terlebih dahulu baru kemudian angka pada baris X1 dan X2. X1 0 : 1 = 0 X2 0 : 1 = 0 S1 -1 : 1 = -1 S2 1 : 1 = 1 A1 1 : 1 = 1 A2 -1 : 1 = -1 Q 550 : 1 = 550 Angka pada baris S2 secara lengkap sebagai berikut Product Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q Mix S2 0 0 0 -1 1 1 -1 550 Perhitungan angka baris X1 Angka ═ Angka ─ Angka pada × Angka yang Baris X1 Baris X1 Pivot Column bersesuaian pada Baris X2 yang Baru yang Lama baris X1 1 ═ 1 ─ 0 × 0 0 ═ 0 ─ 0 × 1 1 ═ 1 ─ 0 × 0 0 ═ 0 ─ 0 × -1 0 ═ 0 ─ 0 × 0 0 ═ 0 ─ 0 × 1 300 ═ 300 ─ 0 × 150 3.29 71
  • 18. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Angka pada baris X1 secara lengkap adalah sebagai berikut: Product Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q Mix X1 5 1 0 1 0 0 0 300 Perhitungan angka pada baris X2 tabael 4 Angka ═ Angka Baris ─ Angka pada × Angka yang Baris A1 A1 yang Pivot Column bersesuaian pada Baris X2 yang Baru Lama baris A1 0 ═ 0 ─ -1 × 0 1 ═ 1 ─ -1 × 0 -1 ═ 0 ─ -1 × -1 0 ═ -1 ─ -1 × 1 1 ═ 0 ─ -1 × 1 0 ═ 1 ─ -1 × -1 700 ═ 150 ─ -1 × 550 Angka pada baris X2 secara lengkap adalah sebagai berikut Product Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q Mix X2 6 0 1 -1 0 1 0 700 Tabel 4 secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5. Tabel Optimal Kasus Galuh Chemical Company Cj 5 6 0 0 +M +M Product X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q Mix S2 0 0 0 -1 1 1 -1 550 X1 5 1 0 1 0 0 0 300 X2 6 0 1 -1 0 1 0 700 Zj 5 6 -1 0 6 0 5700 Cj-Zj 0 0 1 0 M-6 M Karena pada baris Cj – Zj pada tabel 4 tersebut sudah positif dan nol maka tabel 4 merupakan tabel optimal. Dari tabel 4 dapat kita simpulkan bahwa jumlah X1 yang diproduksi 300 unit, X2 700 unit dengan biaya total $ 5.700. S2 sebesar 550 3.29 72
  • 19. KODE MK / STEKPI / BAB 3 menunjukkan bahwa jumlah postassium yang dipakai lebih dari yang tersedia. Besarnya kelebihan tersebut adalah 550. C. ISU TEKNIS PADA METODE SIMPLEKS Pada bab 1 sudah dijelaskan isu teknis permasalahan LP jika penyelesaian dilakukan secara grafik. Pada bab ini akan dijelaskan kembali isu teknis dalam LP tetapi dalam kaitannya dengan penyelesaian secara simpleks. Isu teknis yang akan dibahas adalah infeasibility, unboundedness solution, degeneracy, serta alternative optima. Infeasibility adalah suatu situasi dimana tidak ada solusi yang memenuhi semua kendala. Jika kita menyelesaikan secara simpleks, infeasibility ini akan terlihat jika semua angka pada baris Cj –Zj sudah menunjukkan solusi yang optimal, namun artificial variable masih berada pada kolom product mix. FT Mks Z = 3 X1 + 2 X 2 FK 2X1 + X 2 ≤ 2 3 X1 + 4 X 2 ≥ 12 X1 , X 2 ≥ 0 Cj 3 2 0 0 -M Product X1 X2 S1 S2 A2 Q Mix S1 0 2 1 1 0 0 2 A2 -M 3 4 0 -1 1 12 Zj -3M -4M 0 +M -M -12 M Cj-Zj 3+3M 2+4M 0 -M 0 Pivot column Cj 3 2 0 0 -M Product X1 X2 S1 S2 A2 Q Mix S1 2 2 1 1 0 0 2 A2 -M -5 0 -4 -1 1 4 Zj 4+5M -4M 0 +M -M 4-4 M Cj-Zj -1-5M 0 -2-4M -M 0 3.29 73
  • 20. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Solusi optimal tetapi artificial variable tetap menjadi variable keputusan. Unboundedness solution adalah situasi yang menggambarkan bahwa permasalahan LP tidak mempunyai batasan solusi. Hal ini terjadi pada kasus maksimisasi. Dalam metode simpleks, situasi unboundedness akan terlihat apabila saat kita akan menentukan pivot row, tidak ada angka yang memenuhi syarat, yaitu: tidak ada hasil bagi yang non-negatif. Fungsi tujuan: Maks Z = 15 X1 + 10 X2 Subject to 5 X2 ≤ 25 2X1 + X2 ≥ 4 Tabel Cj 15 10 -M 0 0 Product X1 X2 A1 S1 S2 Q Mix S1 0 0 5 0 1 0 25 25/0 A2 -M 2 1 1 0 -1 4 4/2 =2 Zj -2M -M -M 0 +M -4 M Cj-Zj 15+2M 10+M 0 0 -M Pivot column Cj 15 10 -M 0 0 Product X1 X2 A1 S1 S2 Q Mix S1 0 0 5 0 1 0 25 X1 15 1 0.5 0.5 0 -0.5 2 Zj 15 15/2 15/2 0 -15/2 30 Cj-Zj 0 5/2 -M-15/2 0 15/2 unbounded ness Degeneracy adalah situasi dimana ada satu variabel solusi (product mix) bernilai nol. Hal ini diindikasikan adanya hasil bagi yang mempunyai nilai terkecil sama, saat kita menentukan pivot row. Kasus Max 5X1 + 8 X2 3.29 74
  • 21. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Subject to 4X1 + 6X2 < 24 2X1 + X2 < 18 3X1 + 9X2 < 36 X1, X2 >= 0 Cj 5 8 0 0 0 Product Q X1 X2 S1 S2 S3 mix 0 S1 24 4 6 1 0 0 4 Minimal Row 0 S2 18 2 1 0 1 0 18 0 S3 36 3 9 0 0 1 4 Minimal Row Zj 0 0 0 0 0 0 Cj-Zj 5 8 0 0 0 * Optimal column Pada table berikut Q pada S1 bernilai 0, kendati menjadi salah satu variabel pada solusi. Kalau terjadi bahwa variabel pada solusi bernilai 0, variabel dan solusi tersebut disebut degenerasi. Cj 5 8 0 0 0 Product mix Q X1 X2 S1 S2 S3 0 S1 0 2 0 1 0 -0.7 #DIV/0! Degenerasi 0 S2 14 1.67 0 0 1 -0.1 0.12 8 X2 4 0.33 1 0 0 0.11 0.08 Zj 32 2.67 8 0 0 0.89 Cj-Zj 2.33 0 0 0 -0.89 * Optimal Solution Alternative optima adalah situasi dimana terdapat lebih dari satu solusi optimal. Hal ini terjadi jika nilai pada baris Cj – Zj sama dengan nol untuk variabel yang tidak berada pada kolom Product Mix. FT Mks Z = 2 X1 + 4 X2 FK X1 + 2 X2 ≤ 5 X1 + X2 ≤ 4 3.29 75
  • 22. KODE MK / STEKPI / BAB 3 X1 , X2 ≥ 0 Cj 2 4 0 0 Product X1 X2 S1 S2 Q Mix S1 0 1 2 1 0 5 5/2 S2 0 1 1 0 1 4 4/1 Zj 0 0 0 0 0 Cj-Zj 2 4 0 0 Pivot column Cj 2 4 0 0 Product X1 X2 S1 S2 Q Mix X2 4 1/2 1 1/2 0 5/2 S2 0 1/2 0 -1/2 1 3/2 Zj 2 4 2 0 10 Cj-Zj 0 0 -2 0 non basic variable =0 LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini ! 1. Bagaimana cara menentukan pivot column untuk fungsi tujuan minimisasi? 2. Bagaimana cara menentukan pivot row untuk fungsi tujuan minimisasi? 3. Apa syarat tabel simpleks untuk fungsi tujuan minimisasi ini optimal ? 4. Sebutkan langkah-langkah dalam penyelesaian permasalahan LP dengan fungsi tujuan minimum dengan menggunakan metode simpleks. 5. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi infeasibility dalam simpleks. 6. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi unboundedness dalam simpleks. 3.29 76
  • 23. KODE MK / STEKPI / BAB 3 7. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi degeneracy dalam simpleks. 8. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi alternative optima dalam simpleks. RANGKUMAN Penyelesaian permasalahan simpleks untuk kasus minimisasi pada dasarnya sama dengan penyelesaian permasalahan maksimisasi. Perbedaannya hanyalah pada saat menentukan pivot column yaitu kita pilih angka pada baris Cj – Zj yang merupakan tanda negatif dan angkanya paling besar. Tabel disebut optimal jika angka pada baris Cj – Zj sudah positif atau nol. Pada metode simpleks seringkali dijumpai beberapa kasus yaitu infeasibility, unboundedness solution, degeneracy, serta alternative optima. TES FORMATIF 2 Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan ! 1) Manakah dari hal berikut ini yang mengindikasikan bahwa table simpleks dengan fungsi tujuan minimisasi sudah optimal ? A. Semua nilai baris Cj-Zj sudah positif atau nol * B. Semua nilai baris Cj-Zj sudah negative atau nol C. Tidak ada slack variable yang berada pada kolom product mix D. Semua angka yang berada pada pivot colum bernilai nol atau negative 2) Dalam menentukan pivot column untuk permasalahan LP dengan fungsi tujuan minimisasi adalah dengan memilih angka pada : A. baris Zj positif terbesar B. baris Zj negative terbesar C. baris Cj – Zj positif terbesar D. baris Cj – Zj negative terbesar * 3.29 77
  • 24. KODE MK / STEKPI / BAB 3 3). Dalam menentukan pivot row untuk fungsi tujuan minimisasi adalah dengan memilih hasil bagi kolom kuantitas dengan pivot column : A. positif terbesar B. negative terbesar C. negative terkecil D. non-negatif terkecil * 4) Isue teknis infeasibility diindikasikan oleh : A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal* 5) Isue teknis unboundedness diindikasikan oleh : A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif * D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal 6) Isue teknis degeneracy diindikasikan oleh : A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil * C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal 7) Isue teknis alternative optima diindikasikan oleh : A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable * B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal Berikut adalah table simpleks yang tidak lengkap dengan fungsi tujuan maksimisasi : Product Cj 3 2 0 0 -M Mix X Y SL SP A Kuantitas Y 2 2 1 1 0 0 2 A -M -5 0 -4 -1 1 4 Zj Cj-Zj 3.29 78
  • 25. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Keterangan : X = produk X Y = produk Y SL = slack variable SP = surplus variable A = artificial variable Selesauikan table di atas kemudian jawablah pertanyaan berikut ini 8) Nilai Zj kolom kuantitas adalah : A. 4 B. 6 C. – 6M D. 4 – 4M * 9) Yang merupakan pivot kolom adalah : A. kolom X B. kolom Y C. kolom SL D. tidak ada karena table sudah optimal * 10). Jika table di atas diselesaikan sampai dengan optimal maka kita jumpai adanya issue teknis yaitu : A. infeasibility * B. unboundedness C. alternative optima D. degeneracy Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi Kegiatan Belajar 2. 3.29 79
  • 26. KODE MK / STEKPI / BAB 3 Rumus jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = sedang < 70 % = baik sekali Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama yang belum Anda kuasai. 3.29 80
  • 27. KODE MK / STEKPI / BAB 3 KUNCI JAWABAN TES FORMATIF Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) D 2) D 3) B 4) C 5) B 6) B 7) C 8) D 9) C 10) D Tes Formatif 2 1) A 2) D 3) D 4) D 5) C 6) B 7) A 8) D 9) D 10) A 3.29 81
  • 28. KODE MK / STEKPI / BAB 3 INDEX INDEX A M alternative optima, 17 metode simpleks, 2, 3 angka negatif, 11 minimisasi, 1, 9 artificial variable, 3, 4 N D non-negatif terkecil, 11 degeneracy, 16 P F pivot column, 8, 9, 10 fungsi tujuan, 4 pivot row, 8, 9, 10 I U infeasibility, 15 unboundedness, 15 3.29 82
  • 29. DAFTAR KEPUSTAKAAN KODE MK / STEKPI / BAB 3 Daftar Kepustakaan Levin, Richard I., David S. Rubin, Joel P. Stinson, dan Everette S. Gardner, Jr. (1992). Quantitative Approaches to Management, eighth edition, New York, McGraw- Hill. Render, Barry dan Jay Heizer. (1997). Principles of Operations Management, second edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall, Inc. Render, Barry, Ralph M. Stair Jr., dan Michael E. Hanna. (2003). Quantitative Analysis for Management, eighth edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall, Inc. Taha, Hamdy A. (1997). Operations Research, an Introduction, sixth edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall, Inc. 3.29 2