2. Formalisme dan Sejarah Sastra
Viktor Sjklovski
Dalam formalisme sebuah Sejarah Sastra ada 2 peneliti
yang mengemukakan (pendapat) teorinya mengenai Sastra.
Viktor Sjklovski memberi dorongan pertama bagi teorinya
mengenai evolusi sastra bahwa “seni sebagai suatu prosede”. Cara
terbaik untuk memperbaharui prosede-prosode ialah
menggantikannya dengan prosede-prosede lain.
Menuru Sjklovski perkembangan sastra merupakan suatu
perubahan terus menerus dalam mengadakan suatu proses
perubahan. Itu perlu karena seorang pengamat harus selalu
berusaha mengganti norma literer yang sedang berlaku serta
menyimpang dari yang sudah ada.
Adapun jasanya adalah ia merupakan ahli pertama yang
memperhatikan gejala penggantian tradisi sastra oleh bentuk-
bentuk baru.
3. Selain Sjklovski masih ada Joeri Tynjanov, seorang
perintis teori strukturalisme yang memandang karya sastra
sebagai sebuah sistem dan menekankan fungsi berbagai
unsur di dalam sistem itu. Pandangan Tynjanov mengenai
karya sastra serta sastra sebagai suatu sistem, langsung
menghadapkannya dengan masalah mengenai
perkembangan sastra. Untuk menentukan fungsi mana yang
secara tepat dipenuhi sebuah unsur atau sebuah prosede di
dalam sistem sastra, maka harus diselidiki sejauh mana
fungsi tersebut sudah berakar di dalam tradisi.
Dengan demikian Tyjanov memperlihatkan bahwa
batas-batas antara bentuk-bentuk sastra yang dianggap
baku dan tidak baku, sebetulnya tidak beku, melainkan
ditentukan oleh zaman. Penelitian sinkron dan diakron
selalu perlu diadakan. Harus ditentukan fungsi mana
dipegang sebuah unsur terhadap unsur-unsur lain didalam
sisitem itu pada waktu yang sama dan disamping itu harus
ditinjau unsur itu sebagai suatu bagian di dalam arus
sejarah.
Joeri Tynjanov
4. Strukturalisme dan Sejarah Sastra
Karya sastra itu multitafsir. Boleh berpendapat apa saja terhadap karya sastra.
Bagi Sjklovski (Luxemburg dkk.,1989:211) karya sastra merupakan penjumlahan
prosede, tapi bagi Tyjanov merupakan sistem unsur-unsur fungsional. Pendapat
ini mengantarkan pemikiran bahwa karya sastra menjalin struktur. Vodicka
memandang karya sastra sebagai suatu tanda yang berfungsi estetik. Estetik juga
bagian dari struktur.
Dengan menganalisa dan membandingkan berbagai karya sastra terbukalah
kesempatan untuk menunjukkan arah perkembangan sastra. Karena Sebab
utama bagi perubahan terdapat dalam proses automatisasi dan
konvensionalisasi mengenai prosede-prosede sastra.
5. Segala sesuatu yang termuat di dalam sebuah karya
sastra berasal dari pengarang, tetapi pengarang
menimba dari berbagai sumber. Salah satu tugas
seorang penulis sejarah sastra adalah melacak
sumber-sumber itu. Untuk memahami perkembangan
sastra penting sekalilah mempelajari pengaruh-
pengaruh sastra.
Guna meneliti norma itu seorang peneliti sejarah dapat mengandalkan
berbagai sumber. Ia dapat menyimpulkan norma-norma itu dari sastra sendiri, dari
karya-karya yang pada suatu saat digemari dan dianggap sebagai norma bagi karya-
karya lain. Norma-norma itu juga kita jumpai dalam buku-buku pelajaran mengenai
seni sastra, dalam teori-teori sastra dan dalam kritik sastra yang berlaku dalam
suatu periode tertentu. Khusus kritik itu penting, karena yang memberikan penilaian
di sini ialah sejumlah penerima yang berpengaruh. Faktor-faktor ekstrn pun dapat
memainkan peran dalam membina norma, seperti misalnya kebijakan para penerbit,
sensor, dan peristiwa politik.
6. Resepsi Sastra dan Sejarah Sastra
Dalam hal ini perlu diperhatikan suatu aspek lagi dari sejarah
sastra yang barangkali sering sukar diteliti secara konkret, namun secara
prinsip perlu mutlak diikutsertakan berdasarkan model semiotik karya
sastra yang dikembangkan. Dinamika perkembangan sastra justru terungkap
lewat pergeseran nilai sastra, termasuk dalam lingkungan pembaca yang
menikmati karya sastra tertentu. Misalnya karya sastra yang pada awalnya
diterima hanya oleh kelompok kecil, yang dapat disebut avant-garde,
pelopor, tetapi kemudian diterima oleh masyarakan sebagai karya agung.
Justru resepsi karya sastra lama dalam masyarakat yang kemudian dapat
diperlihatkan pergeseran nilai dan konvensi yang merupakan aspek hakiki
sejarah sastra. Walaupun anggapan tentang pentingnya resepsi karya sastra
sebagai faktor dalam sejarah sastra sudah cukup luas diterima, namun harus
dikatakan pula bahwa penelitian resepsi itu menyediakan berbagai kesulitan
modis dan teknis. Seringkali data-data yang yang langsung dapat dipakai
untuk penelitian resepsi karya sastra tidak ada atau cukup terbatas
7. Semenjak Vodicka menerbitkan teori-teorinya mengenai sejarah sastra,
tidak dikembangkan pandangan-pandangan yang pada pokoknya bersifat
baru. Yang berpengaruh dalam kadangan ilmu sastra di dunia barat itulah
tulisan ahli sejarah sastra berkebangsaan jerman, Jauss,
Literaturgeschichate als Provokation der Literaturwissenschaft (1967),
Sejarah sastra sebagai tantangan bagi ilmu Sastra. Tanpa mengetahui
adanya teori Vodicka, Jauss mengusulkan suatu sejarah sastra yang
berdasarkan estetika resepsi yang mirip sekali dengan pandangan tokoh
strukturalis Ceko. Keduanya menggunakan pandangan kamum formalis
Rusia serta kritik sastra Marxtrix, dan keduanya melawan teori itu. Teori
Jauss tidak begitu luas seperti teori Vodicka. Dalam bidang teori
perbedaan pokok antara pandangan Vodicka dan Jauss disebabkan karena
perbedaan dalam titik pangkal antara kedua peneliti itu.
8. Tetapi Vodicka maupun Jauss menerapkan teori mereka dalam praktik
dan melukis bagian-bagian dari sastra Ceko dan Jerman dalam perkembangannya
dari abad ke abad. Dari karya-karya mereka nampak bahwa paket tugas yang
oleh teori penulisan sejarah sastra dibebankan kepada peneliti sejarah sastra,
tidak mudah dilaksanakan. Sekalipun demikian pandangan-pandangan mereka
telah memberikan dorongan baru bagi penulisan sejarah sastra.
9. Intertekstualitas dan Sejarah Sastra
Demikian pula kaitan antara jenis sastra dan karya
individual memperhadapkan peneliti dengan
berbagai masalah yang memperumit sejarah
sastra. Hali itu diakibatkan oleh hubungan yang
ambigu antara karya individual dan norma-norma
jenis sastra. Karya sastra sekaligus merupakan
pelaksanaan norma jenis sastra dan (sering kali)
pelanggaran terhadap norma yang sama.
Jadi penelitian kriteria jenis sastra
selalu harus berkaitan dengan hubungan
intertekstual antara karya individual,
dinamik perubahan sistem sastra ditentukan
oleh dan terjelma dalam karya-karya
individual dalam hubungan antarteksnya.
10. Sastra Lisan dan Sejarah Sastra
Masalah pertama yang menyangkut peran sastra lisan dalam sejarah sastra
jelaslah, sastra yang seluruhnya terdiri atas sastra oral sukar ditulis sejarahnya, kalau
tidak kebetulan terselamatkan bentuk lama yang tercatat oleh peneliti-peneliti atau
pecinta sastra di masa lampau, atau disuruh tulis oleh pembesar tertentu.
Sejarah sastra yang ideal tidak cukup melingkupi sejumlah (terbatas) teks
resmi atau yang diresmikan lewat edisi ilmiah oleh peneliti filologi tradisional
sebelumnya.
11. Sumber: Buku SEJARAH SASTRA JAWA (Teori, Evolusi dan
Transformasi)
Penulis: Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum.