Kesultanan Aceh Darussalam merupakan salah satu kerajaan Islam yang berdiri di Aceh, Sumatera Utara pada abad ke-14. Pada masa kejayaannya di bawah Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17, Kesultanan Aceh memperluas wilayahnya hingga menaklukkan Pahang dan Melaka serta menjadi kekuatan utama di Samudera Hindia. Kesultanan ini memiliki sistem pemerintahan yang kuat di bawah kepemimpinan Sultan.
Power point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islamSchool
isinya: Awal kerajaan, letak kerajaan, kehidupan politik, perang saudara di demak, penyebab kemunduran, dan foto peninggalan sejarah kerajaan demak dan mataram islam
Power point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islamSchool
isinya: Awal kerajaan, letak kerajaan, kehidupan politik, perang saudara di demak, penyebab kemunduran, dan foto peninggalan sejarah kerajaan demak dan mataram islam
Presentasi Sejarah SMA kelas X Kerajaan Mataram islamMeileni Nurhayati
Mengulas lengkap tentang kerajaan Mataram Islam. tentang awal berdiri, raja-raja, kemunduran, kehidupan politik sosial ekonomi dan budaya, serta hasil kebudayaan berupa bangunan maupun sastra
sumber : id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh, slideshare.net/kotrunnadaa/kerajaan-aceh-kls-xi-show, slideshare.net/MuliaFathan/kelompok-2-kerajaan-aceh-darussalam
Presentasi Sejarah SMA kelas X Kerajaan Mataram islamMeileni Nurhayati
Mengulas lengkap tentang kerajaan Mataram Islam. tentang awal berdiri, raja-raja, kemunduran, kehidupan politik sosial ekonomi dan budaya, serta hasil kebudayaan berupa bangunan maupun sastra
sumber : id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh, slideshare.net/kotrunnadaa/kerajaan-aceh-kls-xi-show, slideshare.net/MuliaFathan/kelompok-2-kerajaan-aceh-darussalam
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
3. • Kesultanan Aceh Darussalam merupakan salah
satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di
Indonesia.
• Kesultanan Aceh memulai pemerintahannya
ketika Kerajaan Samudera Pasai sedang
berada di ambang keruntuhan, yaitu sekitar
abad ke-14.
• Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali
Mughayat Syah pada tahun 1496.
4. A. Letak Geografis
• Kesultanan Aceh Darussalam berdiri di provinsi Aceh,
Indonesia.
• Kesultanan Aceh terletak di utara
pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Bandar
Aceh Darussalam).
• Pada awalnya kesultanan ini berdiri di atas
wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian mereka
menundukan dan menyatukan wilayah kerajaan
Daya, Pedir, Lidie, Nakur dan pada tahun 1524
wilayah kerajaan Samudera Pasai dan kerajaan Aru.
6. B. Kondisi Sosial Masyarakat
-Mata Pencaharian-
• Mata pencaharian utama rakyat Aceh adalah berdagang.
• Aceh memiliki banyak komoditas yang diperdagangkan,
antara lain :
– Minyak tanah dari Deli,
– Belerang dari Pulau Weh dan Gunung Seulawah,
– Kapur dari Singkil,
– Kapur Barus dan menyan dari Barus,
– Emas di pantai barat,
– Sutera di Banda Aceh.
• Namun, yang menjadi komoditas unggulan untuk diekspor
adalah lada.
7. B. Kondisi Sosial Masyarakat
-Mata Pencaharian-
• Di ibukota Aceh juga terdapat banyak
pandai emas, tembaga, dan suasa yang
mengolah barang mentah menjadi barang
jadi.
• Sedangkan lumbung beras bagi kesultanan ini
adalah Pidie (Kabupaten Pidie).
• Produksi terbesar Aceh terjadi pada tahun
1820 dimana nilai ekspor Aceh diperkirakan
mencapai 1,9 juta dollar Spanyol.
8. B. Kondisi Sosial Masyarakat
-Organisasi Sosial-
• Masyarakat Aceh mengenal beberapa lapisan
sosial. Di antaranya ada empat golongan
masyarakat, yaitu :
a) Golongan keluarga sultan
b) Golongan ulèëbalang
c) Golongan ulama
d) Golongan rakyat biasa
9. B.Kondisi Sosial Masyarakat
-Organisasi Sosial-
a) Golongan keluarga sultan: Keturunan bekas sultan-
sultan yang pernah berkuasa. Panggilan yang lazim
untuk keturunan sultan ini adalah ampon dan cut.
b) Golongan ulèëbalang: Keturunan dari golongan
keluarga sultan. Biasanya mereka bergelar Teuku.
c) Golongan ulama: Keturunan pemuka agama. Biasanya
mereka bergelar Teungku atau Tengku.
d) Golongan rakyat biasa: Keturunan suku Aceh biasa.
Namun, sekarang ini sistem organisasi sosial suku Aceh
sudah tidak begitu terlihat lagi.
11. • Dari awal berdiri hingga keruntuhannya, Kesultanan
Aceh Darussalam tercatat telah berganti sultan
hingga tiga puluh kali lebih.
• Berikut ini merupakan para sultan/sultanah Aceh
yang terkenal :
Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528)
Sultan Ala ad-Din Ri`ayat Syah al-Kahar (1577-1589)
Sultan Ala`udin Ri`ayat Syah Said Al-Mukammal Ibnu
Sultan Firmansyah (1589-1604)
Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta
Alam (1607-1636)
Sultanah (Ratu) Tsafiatu' ddin Taj 'Al-Alam / Puteri
Sri Alam (1641-1675)
Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)
13. • Ketika dipimpin oleh Sultan Ala ad-Din Ri`ayat
Syah al-Kahar, Kesultanan Aceh Darussalam
sudah memiliki undang-undang yang
terangkum dalam kitab Qanun Syarak
Kesultanan Aceh Darussalam.
• Undang-undang ini berbasis pada Al-Quran
dan Hadits yang mengikat seluruh rakyat dan
bangsa Aceh.
• Di dalamnya, terkandung berbagai aturan
mengenai kehidupan bangsa Aceh, termasuk
syarat-syarat pemilihan pegawai kerajaan.
14. • Pada era kepemimpinan Sultan Ala`udin
Ri`ayat Syah Said Al-Mukammal Ibnu Sultan
Firmansyah, kesultanan diperintah oleh Sultan
dengan bantuan lima orang besar (tokoh-
tokoh yang dihormati), bendahara, dan empat
syahbandar.
• Selanjutnya, pada masa Sultan Iskandar Muda
dirumuskan perundang-undangan yang
terkenal dengan sebutan Adat Makuta Alam
yang disadur dan dijadikan landasan dasar
oleh sultan-sultan setelahnya.
15. • Susunan pemerintahan Kesultanan Aceh pada
masa Sultan Iskandar Muda menempatkan Sultan
sebagai penguasa tertinggi pemerintahan (bidang
eksekutif, legislatif, dan yudikatif).
• Sebagai penguasa tertinggi, Sultan memiliki hak-
hak istimewa, antara lain:
– Pembebasan orang dari segala macam hukuman.
– Membuat mata uang.
– Memperoleh hak panggilan kehormatan “Deelat”
atau “Yang Berdaulat”.
– Mempunyai kewenangan untuk mengumumkan
dan memberhentikan perang.
16. • Dalam menjalankan roda pemerintahan, Sultan Aceh
dibantu oleh beberapa lembaga pendukung
kesultanan, yaitu:
1. Majelis Musyawarah
2. Pengadilan Sultan (Mahkamah Agung)
3. Majelis Wazir (Dewan Menteri)
• Sultan juga dibantu oleh dua orang Sekretaris
Kesultanan yang terdiri dari dua gelar, yaitu:
1. Teuku Keureukon Katibumuluk Sri
2. Teuku Keureukon Katibulmuluk Sri Indramuda
• Selain itu, Sultan Aceh Darussalam bertindak
sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang dan
Pemimpin Tertinggi Kepolisian.
17. • Selain sultan, ada juga Ulèëbalang, panglima Sagoe
(panglima sagi), kepala Mukim, dan Keuchiek atau
Geuchiek.
• Ulèëbalang mengepalai unit pemerintahan nanggroe.
• Panglima Sagoe (panglima sagi) memimpin unit
pemerintahan Sagi .
• Kepala Mukim menjadi pimpinan unit pemerintahan
mukim yang terdiri dari beberapa gampong.
• Keuchiek atau Geuchiek yang menjadi pimpinan unit
pemerintahan gampong (kampung).
• Sedangkan pemimpin yang mengurus masalah
keagamaan adalah Tengku Meunasah, Imam Mukim,
Kadli dan para Teungku.
19. • Arsitektur
a. Masjid
Masjid Indrapuri Aceh
o Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda.
o Dilihat dari bentuk atapnya, seni arsiteknya merupakan
hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan
kebudayaan Hindu Sumatera.
Masjid Raya Baiturrahman
o Masjid Raya Baiturrahman pertama kali dibangun
oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 M, tapi
riwayat lain menyebutkan bahwa yang mendirikan
Masjid Raya Baiturrahman adalah Sultan Alaidin
Mahmudsyah pada tahun 1292 M.
o Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada
tahun 1873, masjid ini dibakar. Namun, Belanda
membangun kembali masjid ini pada tahun 1875.
22. b. Keraton
Keraton Meuligue
(Istana Dalam Darud Donya)
o Istana Dalam Darud Donya telah terbakar pada
masa perang antara Aceh dengan Belanda.
o Di belakang keraton ini, terdapat taman dengan
pemandangan yang sangat indah, yaitu Taman
Putroe Phang .
o Selain itu, pintu belakang Keraton ini disebut
dengan Pinto Khob.
o Kini, bagian inti dari Istana Dalam Darud Donya
yang merupakan tempat kediaman Sultan Aceh,
telah berubah menjadi Keraton Meuligoe yang
digunakan sebagai Pendopo Gubernur Aceh.
24. c. Makam
Makam Sultan Ali Mughayat Syah
o Makam ini berada di Kandang XII Banda Aceh.
o Di batu nisan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam ini,
disebutkan bahwa Sultan Ali Mughayat Syah meninggal
dunia pada 12 Dzulhijah tahun 936 Hijriah atau pada 7
Agustus 1530.
o Dengan ditemukannya makam Sultan Ali Mughayat Syah,
keterangan mengenai keberadaaan Kesultanan Aceh
Darussalam semakin terkuak.
Makam Sultan Iskandar Muda
o Makam ini pernah hilang dan rusak akibat dari perang
antara Aceh dengan Belanda.
o Setelah hilang selama ratusan tahun, Makam Sultan
Iskandar Muda yang telah berusia tiga abad akhirnya
berhasil ditemukan dan kemudian dipugar kembali.
o Kini, lokasi makam ini berada tepat di samping keraton
Meuligoe Aceh .
27. d. Benteng
Benteng Indra Patra
o Benteng ini dibangun pada masa Pra-Islam, yaitu
oleh Raja Kerajaan Lamuri pada abad ke-7
Masehi.
o Kala itu, benteng Indra Patra dibangun untuk
membendung sekaligus membentengi masyarakat
kerajaan Lamuri dari gempuran meriam-meriam
yang berasal dari Kapal-kapal Perang Portugis.
o Di masa Sultan Iskandar Muda, benteng ini juga
dipergunakan sebagai benteng pertahanan
bagi Kesultanan Aceh dari serangan musuh yang
datang dari arah laut.
o Saat ini, tinggal dua dari tiga benteng yang masih
berdiri kokoh.
29. • Seni Lukis (Kaligrafi Arab)
Seni kaligrafi Arab merupakan salah satu kesenian
yang ada dalam suku Aceh.
Kaligrafi ini biasanya dilukis di atas kanvas yang
bertujuan sebagai hiasan dinding di dalam rumah
atau masjid dengan melukiskan Asmaul Husna dan
sebagainya.
Kesenian ini banyak terlihat pada berbagai ukiran
masjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan, dan
sebagainya.
30. • Seni Pahat
Seni pahat yang ada pada suku Aceh adalah
memahat hiasan pada rumah adat atau nisan.
Seni pahat yang diaplikasikan pada rumah adat
menunjukkan kepemilikan dan status sosial
pemiliknya.
Sedangkan seni pahat yang diaplikasikan pada
nisan menunjukkan status sosial yang dikuburkan,
dan juga memberikan informasi nama dan tahun
serta tanggal wafat dari tokoh yang dikuburkan.
31. • Kasusastraan
Beberapa karya kasustraan yang terkenal adalah;
a. Hikayat Malem Dagang
b. Hikayat Banta Beuransah
c. Hikayat Perang Goempeuni
d. Hikayat Prang Sabi
e. Kisah Abdullah Hadat
f. Bustanus Salatin (Taman Para Raja)
g. Asrar al-Arifin (Rahasia Orang yang Bijaksana)
h. Syair Si Burung Pingai
i. Syair Dagang
j. Syair Perahu.
33. • Bahasa
Bahasa asli yang digunakan rakyat Aceh, yaitu
bahasa Aceh, Gayo, Aneuk
Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigu
lai,Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias.
Bahasa Aceh termasuk dalam rumpun
bahasa Chamic, cabang dari rumpun
bahasa Melayu-Polinesia dan rumpun bahasa
Austronesia.
Kini, bahasa Aceh dituturkan di 10 kabupaten dan
4 kota di Aceh.
34. • Agama
Sebagian besar penduduk di Aceh menganut
agama Islam.
Banyak ahli sejarah baik dalam maupun luar
negeri yang berpendapat bahwa agama Islam
pertama sekali masuk ke Indonesia melalui Aceh.
Dari 13 suku asli yang ada di Aceh, hanya suku
Nias yang tidak semuanya memeluk agama Islam.
Sekarang, selain Islam ada juga penduduk Aceh
yang menganut agama Kristen dan Kong Hu Cu.
35. • Seni Tari
a. Tari Saman
Tari ini diciptakan oleh seorang ulama besar dari
Samudra Pasai untuk media dakwah Islam di
pegunungan Leuser yang penduduknya bersuku
bangsa Gayo, di bagian Tenggara Aceh.
Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan,
sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan
kebersamaan.
b. Rapai Geleng
Kesenian ini dilakukan oleh tiga belas laki-
laki/perempuan yang duduk berbanjar.
Masing-masing memegang alat tabuh sambil
bernyanyi bersama.
Antara gerak dan musik yang dimainkan bersenyawa.
38. • Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan
pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda
• Pada masa kepemimpinannya, Aceh
menaklukkan Pahang yang merupakan
sumber timah utama.
• Pada tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan
penyerangan terhadap Portugis di Malaka dalam
upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka
dan semenanjung Melayu.
• Sayangnya, ekspedisi ini gagal, meskipun pada tahun
yang sama Aceh menduduki Kedah dan banyak
membawa penduduknya ke Aceh.
40. • Pada masa itu juga, Aceh merupakan salah satu
pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia
Tenggara.
• Permintaan akan lada, yang kala itu menjadi
komoditas yang cukup laku di pasaran Eropa,
terus meningkat sehingga harganya pun
melambung tinggi.
• Dalam keadaan demikian, bisa dikatakan hampir
seluruh bandar dagang dan pelabuhan yang ada
di seantero Sumatra dan Malaya, telah berada di
dalam koordinasi kekuasaan Sultan Iskandar
Muda.
42. • Selain itu, Kerajaan Aceh juga memiliki hubungan
diplomatik dengan Inggris dan dinasti Usmani di
Turki.
• Pada masa Iskandar Muda, Aceh pernah
mengirim utusan ke Turki Usmani dengan
membawa hadiah.
• Kunjungan ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani
dan ia mengirim hadiah balasan berupa sebuah
meriam dan penasehat militer untuk membantu
memperkuat angkatan perang Aceh.
44. • Memasuki paruh kedua abad ke-18, Aceh mulai
terlibat konflik dengan Belanda dan Inggris.
• Pada akhir abad ke-18, wilayah kekuasaan Aceh di
Semenanjung Malaya, yaitu Kedah dan Pulau Pinang
dirampas oleh Inggris.
• Tahun 1871, Belanda mulai mengancam Aceh, dan
pada 26 Maret 1873, Belanda secara resmi
menyatakan perang terhadap Aceh. Namun, Belanda
gagal menaklukkan Aceh.
• Pada 1883, 1892 dan 1893, perang kembali meletus,
namun, lagi-lagi Belanda gagal merebut Aceh.
45. • Memasuki abad ke-20, Belanda menyusupkan
seorang pakar budaya dan tokoh pendidikan
Belanda, Dr. Snouck Hugronje, ke dalam
masyarakat adat Aceh.
• Snouck Hugronje menyarankan kepada
pemerintah kolonial Hindia Belanda agar
mengubah fokus serangan yang selama ini
selalu berkonsentrasi ke Sultan dan kaum
bangsawan, beralih kepada kaum ulama
karena tulang punggung perlawanan rakyat
Aceh adalah kaum ulama.
46. • Secara detail, Snouck Hugronje menyimpulkan hal-hal
yang harus dilakukan untuk dapat menguasai Aceh,
antara lain :
– Hentikan usaha mendekat Sultan dan orang besarnya,
– Jangan mencoba-coba mengadakan perundingan dengan musuh
yang aktif, terutama jika mereka terdiri dari para ulama,
– Rebut lagi Aceh Besar,
– Untuk mencapai simpati rakyat Aceh, giatkan pertanian,
kerajinan, dan perdagangan,
– Membentuk biro informasi untuk staf-staf sipil, yang
keperluannya memberi mereka penerangan dan mengumpulkan
pengenalan mengenai hal ikhwal rakyat dan negeri Aceh,
– Membentuk kader-kader pegawai negeri yang terdiri dari anak
bangsawan Aceh.
• Saran Snouck Hugronje membuahkan hasil, Belanda
akhirnya sukses menaklukkan Aceh.
47. • Pada tahun 1903, kekuatan Kesultanan Aceh
Darussalam semakin melemah seiring dengan
menyerahnya Sultan M. Daud kepada Belanda.
• Setahun kemudian, tahun 1904, hampir seluruh
wilayah Aceh berhasil dikuasai Belanda.
• Namun, sebenarnya Aceh tidak pernah tunduk
sepenuhnya terhadap penjajah. Perlawanan yang
dipimpin oleh tokoh-tokoh adat dan masyarakat
tetap berlangsung.
• Selain itu, kemunduran Kesultanan Aceh juga
disebabkan adanya perang saudara yang
memperebutkan kekuasaan di antara pewaris tahta
kesultanan.
49. 1. Meneladani Sultan Iskandar Muda yang dalam
menegakkan keadilan tidak pandang bulu.
2. Menjaga kerukunan antar sesama, tidak seperti
para pewaris tahta kesultanan yang berebut
kekuasaan.
3. Meniru rakyat Aceh yang menjunjung tinggi rasa
nasionalisme bangsa, mereka bersedia melakukan
apa saja untuk mengusir Belanda dari wilayah
mereka.
4. Tidak mudah menyerah dalam menghadapi
berbagai tantangan seperti rakyat Aceh yang
pantang menyerah saat melawan para penjajah.