kita akan mempelajari tentang Surveilans Epidemiologi.
Pada bab awal telah dijelaskan bahwa Epidemiologi merupakan suatu studi tentang distribusi dan determinan terkait permasalahan kesehatan di daerah tertentu atau kejadian yang spesifik dalam suatu populasi dan aplikasi penelitian ini yakni sebagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan permasalahan kesehatan (4) Ahli epidemiologi tidak hanya berfokus pada permasalahan yang terkait dengan kematian, penyakit dan kecacatan saja, tetapi juga pada isu kesehatan positif yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada suatu negara. Salah satunya adalah surveilans epidemiologi,
Lalu, apa yang dimaksud dengan surveilans ? Dan apa kaitannya dengan pencegahan penyakit ? Kita akan memahaminya pada sesi ini.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Surveilans merupakan suatu proses yang sistematik meliputi pengumpulan, pemeriksaan, analisis data serta diseminasi informasi pada waktu dan orang yang tepat sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan.
menurut WHO, surveilans merupakan ciri penting dalam praktik epidemiologi. Keutamaan dari kegiatan monitoring terhadap fakta adalah merupakan suatu proses dan berkelanjutan dimana monitoring merupakan kegiatan berselang dan tidak disengaja.
Pemasaran Sosial adalah prinsip-prinsip marketing yang digunakan untuk menjual produk ke konsumen bisa digunakan pula untuk “menjual” ide, sikap dan perilaku. (Philip Kotler and Gerald Zaltman)
Komersial produk cenderung menawarkan hasil yang cepat, sementara manfaat perilaku sehat butuh waktu lama. Sedangkan social marketing yang berusaha mengubah perilaku untuk lebih sehat, sering dirasakan butuh biaya mahal dan kurang menyenangkan.
Commersial marketing umumnya menjangkau kelompok yang sudah positif terhadap produk mereka, sementara social marketing sering kali ditujukan kepada kelompok yang sulit terjangkau, perilaku berisiko yang kerap kali menolak untuk perubahan. Dan mendefinisikan dan mengkomunikasikan “produk” lebih sulit di social marketing, terlebih lagi jika para ahli mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap subyek tersebut
puskesmas santun lansia salah satu inovasi untuk meningkatkan akses pada penduduk lansia dan mendukung SPM Bidang Kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan bagi lansia
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)NajMah Usman
Mahasiswa mampu menjelaskan perhitungan angka kematian dan interpretasi hasil perhitungan
�
Mampu menjelaskan perbedaan prevalensi dan insidensi
�
Mampu menjelaskan perhitungan odd rasio, risk rasio dan prevalensi rasio.
�
REFERENSI
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
kita akan mempelajari tentang Surveilans Epidemiologi.
Pada bab awal telah dijelaskan bahwa Epidemiologi merupakan suatu studi tentang distribusi dan determinan terkait permasalahan kesehatan di daerah tertentu atau kejadian yang spesifik dalam suatu populasi dan aplikasi penelitian ini yakni sebagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan permasalahan kesehatan (4) Ahli epidemiologi tidak hanya berfokus pada permasalahan yang terkait dengan kematian, penyakit dan kecacatan saja, tetapi juga pada isu kesehatan positif yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada suatu negara. Salah satunya adalah surveilans epidemiologi,
Lalu, apa yang dimaksud dengan surveilans ? Dan apa kaitannya dengan pencegahan penyakit ? Kita akan memahaminya pada sesi ini.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Surveilans merupakan suatu proses yang sistematik meliputi pengumpulan, pemeriksaan, analisis data serta diseminasi informasi pada waktu dan orang yang tepat sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan.
menurut WHO, surveilans merupakan ciri penting dalam praktik epidemiologi. Keutamaan dari kegiatan monitoring terhadap fakta adalah merupakan suatu proses dan berkelanjutan dimana monitoring merupakan kegiatan berselang dan tidak disengaja.
Pemasaran Sosial adalah prinsip-prinsip marketing yang digunakan untuk menjual produk ke konsumen bisa digunakan pula untuk “menjual” ide, sikap dan perilaku. (Philip Kotler and Gerald Zaltman)
Komersial produk cenderung menawarkan hasil yang cepat, sementara manfaat perilaku sehat butuh waktu lama. Sedangkan social marketing yang berusaha mengubah perilaku untuk lebih sehat, sering dirasakan butuh biaya mahal dan kurang menyenangkan.
Commersial marketing umumnya menjangkau kelompok yang sudah positif terhadap produk mereka, sementara social marketing sering kali ditujukan kepada kelompok yang sulit terjangkau, perilaku berisiko yang kerap kali menolak untuk perubahan. Dan mendefinisikan dan mengkomunikasikan “produk” lebih sulit di social marketing, terlebih lagi jika para ahli mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap subyek tersebut
puskesmas santun lansia salah satu inovasi untuk meningkatkan akses pada penduduk lansia dan mendukung SPM Bidang Kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan bagi lansia
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)NajMah Usman
Mahasiswa mampu menjelaskan perhitungan angka kematian dan interpretasi hasil perhitungan
�
Mampu menjelaskan perbedaan prevalensi dan insidensi
�
Mampu menjelaskan perhitungan odd rasio, risk rasio dan prevalensi rasio.
�
REFERENSI
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidananSiti Putri
Modul ini digunakan sebagai salah satu acuan untuk Mahasiswa dalam setiap pertemuan perkuliahan yang diampuh oleh saya. Silahkan Di download, semoga ini menjadi keberkahan bagi saya dan berguna untuk yang lainnya. mohon maaf jika masih ada kekurangan dalam penulisan. terima kasih
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT
A. Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani,
yakni Asclepius dun Higia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan
sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mangobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik.
Higea, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya, juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/
penanganan tnasalah kesehatan sebagai berikut: 1) Asclopus melakukan pendekatan
(pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia
mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan malalui ‘hidup
seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi
(baik), cukup istirahat, dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuli sakit, Higeia
lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya sacara alamiah untuk menyembuhkan
penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan
yang baik, daripada dengan pengobatan/ pembedahan.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua
kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan
pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat
perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara in-
dividual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran-cenderung jauh.
Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi
masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan
masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti antara dokter-pasien.
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien
datang di Puskesmas atau tempat praktik. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada
masalah maka selesailah tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.
2. Sedangkan kelompok preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak
menunggu adanya masalah, tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak
hanya menunggu pasien datang di kantor atau di" tempat praktik mereka, tetapi harus turun
ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan
melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia
terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang
lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem
biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial.
Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan partial, tetapi harus secara
menyeluruh atau holistik.
B. Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya
ilmu pengetahuan saja, melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan
modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat sebelum
perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu
berkembang (scientific period).
1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma
telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-
masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada
zaman tersebut terdapat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan
tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman
pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Dari catatan-catatan tersebut dapat dilihat bahwa masalah kesehatan
masyarakat khususnya penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan
dahsyat. Namun, upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh
belum dilakukan pada zaman itu.
2. Periode Ilmu Pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan mansuia, termasuk
3. kesehatan. Di samping itu, pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang
pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas, dan di
dalamnya terdapat sekolah (fakultas) kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah
kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan sebagainya. Dari kurikulum
sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah
diperhatikan Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan
penerapan ilmu di masyarakat. Pengembagan kurikulum sekolah kedokteran sudah
didasarkan pada to adumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan basil
interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Dan segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah
Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen
ini adalah menyelenggrakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk
perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
C. Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera sangat ditakuti masyarakat
pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937, terjadi wabah
kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia. Melalui
Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera
tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun 1807 pada
waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan dukun banyi dalam
praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian
bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena
langkanya tenaga pelatih kebinanan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan
didafaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya
4. baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi
tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun , 1934, dan 1935 terjadi
epidemi di beberapa tempat, tama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan
ram pemberantasan pes ini, dengan melakukan penyemtan DDT terhadap rumah-rumah
penduduk dan juga inasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15.000.000 Wang
telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925 Kydrich seorang petugas
kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka
kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya ia menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan
itu adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu
membuang kotorannya di sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan, bahkan
di pinggir jalan, padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia
berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku
penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat Hydrich
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan 'propaganda' pendidikan)
penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal
kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak panting perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung
'1(zrt) pada tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena dan dr yang Selanjutnya dikenal dengan
Patah-Leimena Konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh
dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di Puskesmas.
Pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyakarat (Puskesmas). Puskemas disepakati sebagai suatu unit pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif wore terpadu, menyeluruh
dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kota
madya atau kabupaten. Kegiatan pokok Puskesmas mencakup:
1. Kesehatan ibu dan anak.
2. Keluarga Berencana.
5. 3. Gizi.
4. Kesehatan lingkungan.
5. Pencegahan penyalit menular.
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
7. Pengobatan.
8. Perawatan kesehatan masyarakat.
9. Usaha kesehatan gizi.
10. Usaha kesehatan sekolah.
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Laboratorium
13. Pencatatan dan pelaporan.
Pada tahun 1969, sistem Puskesmas hanya disepakati 2 yakni tipe A dan B, di
mana tipe A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B hanya dikelola oleh seorang paramedis
saja. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka akhirnya pada tahun 1979 tidak
diadakan perbedaan Puskesmas tipe A dan tipe B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja,
yang dikepalai oleh seorang dokter. Pada tahun 1979 juga dikembangkan satu piranti
manajerial guna penilaian Puskemas, yakni stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan
adanya:
1. Strata satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik.
2. Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar.
3. Strata tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.
Selanjutnya Puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti manajerial yng lain,
yakni micro planning untuk perencanaan dan, lokakarya mini (lokmin) untuk
pengoperasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Akhirnya pada tahun 1984
tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan lagi, dengan berkembangnya program paket
terpadu kesehatan dan keluarga berencana. Program ini mencakup:
1. Kesehatan ibu dan anak.
2. Keluarga berencana.
3. Gizi.
4. Penanggulangan penyakit diare.
5. Imunisasi
Puskemas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan
Posyandu di wilayah kerjanya masin.gmasing. Tujuan dikembangkannya Posyandu
sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan yakni:
6. 1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita, dan angka kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagian dan sejahtera (NKKBS).
3. Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya,
Pelayanan Posyandu menganut sistem 5 meja dengan urutan sebagai berikut:
Meja 1. Pendaftaran pengunjung Posyandu dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 2. Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil, dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 3. Pencatatan dan hasil penimbangan dari Meja 2 di dalam KMS, dilayani
oleh kader kesehatan.
Meja 4. Penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ibu hamil, oleh kader kesehatan.
Meja 5. Pemberian imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi
yang memerlukan, dan periksa hamil, dilayani olel kader kesehatan. Bila ada kasus-
yang tidal dapat ditangani dirujuk ke Puskesmas.
D. Definisi Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan
meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian
pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit den beberapa
jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi
dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit Melalui
imunisasi.
Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang telah berjalan
sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan
masyarakat yang sampai sekarang masih relevan, yakni: kesehatan masyarakat (public health)
adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan, melalui Usaha-usaha Pengorganisasi Masyarakat.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu
kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah
cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
E. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh
sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai
7. ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu
bio-medis (medikal biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social science). Akan tetapi-sesuai dengan
perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun
berkembang. Sehingga sampai pada saat itu disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarakat antara lain, mencakup ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu
lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab
itu, ilmu kesehatan masyarakat- merupakan ilmu yang multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering
disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
1. Epidemiologi.
2. Biostatistik/statistik kesehatan.
3. Kesehatan lingkungan.
4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
5. Administrasi kesehatan masyarakat.
6. Gizi masyarakat.
7. Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara
multidisiplin. Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain:
1. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
2. Perbaikan sanitasi lingkungan.
3. Perbaikan lingkungan pemukiman.
4. Pemberantasan vektor.
5. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
7. Pembinaan gizi masyarakat.
8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
9. Pengawasan obat dan minuman.
10. Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
8. PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
1. Kesehatan menurut Undang Undang RI Nomor 36 tahun 2009 adalah kesehatan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Masyarakat menurut Linton adalah setiap kelompok manusia yang telah lama hidup
dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir dan
berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batasan tertentu.
3. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu “Ilmu dan Seni” mengenai cara pencegahan
penyakit untuk mencapai perpanjangan masa hidup dan peningkatan kesehatan fisik
dan mental secara berhasil guna melalui: pengorganisasian potensi yang ada dalam
masyarakat untuk mencapai kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit infeksi di
masyarakat, penyuluhan/pendidikan perorangan tentang prinsip-prinsip kesehatan
pribadi, pengorganisasian pelayanan pengobatan dan perawatan untuk diagnosis dini
penyakit, pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pengembangan gerakan sosial
yang akan mendorong setiap individu dimasyarakat memelihara kesehatan dalam
setiap perilaku kehidupan sehari-hari.
4. Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public
Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan
meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk :
Perbaikan sanitasi lingkungan
Pemberantasan penyakit-penyakit menular
Pendidikan untuk kebersihan perorangan
Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini
dan pengobatan.
Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
5. Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang
cara bagaimana memberdayakan masyarakat agar mereka mampu memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan tempat tinggal mereka.(ABC Medika,
2013).
6. Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa
9. kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu
kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan
itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
7. Menurut profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) Kesehatan
Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat
yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di
masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian
pelayanan medis dan perawatan, untuk mendeteksi dini, pencegahan penyakit dan
pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat
mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Jadi kesehatan masyarakat adalah suatu kelompok masyarakat untuk selalu berada
dalam keadaan sejahtera baik badan, jiwa sosial serta hidup produktif dilihat dari segi sosial
dan ekonomis.
Dapat juga kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik
(seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kualitas hidup dan penduduk
(masyarakat).
TUJUAN KESEHATAN MASYARAKAT
Menurut Syafrudin ( 2015 ) kesehatan masyarakat memiliki tujuan yang dibagi menjadi dua
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut adalah penjelasannya :
1. Tujuan Umum
Tujuan kesehatan masyarakat secara umum yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan
kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan kesehatan masyarakat memiliki tujuan yang lebih spesifik diantaranya
yaitu :
a. Meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.
b. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga kelompok, dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan.
10. c. Tertangani / terlayani kelompok keluarga rawan, kelompok khusus dan kasus
yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan kesehatan.
Tujuan kesehatan masyarakat adalah baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif adalah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik mental, sosial, serta diharapkan berumur
panjang.
Tujuan Umum
Secara umum tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan optimal agar
dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Tujuan khusus
1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus
dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit
2. Menunjang peningkatan fungsi puskesmas yang mencangkup kegiatan
pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan untuk mewujudkan kualitas
hidup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang lebih baik dengan indikator
utama penurunan angka kematian bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta semakin
diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
3. Membantu masyarakat mengenal sedini mungkin masalah kesehatan, menemukan dan
menetapkan upaya penanggulangannya, yang pada akhirnya mampu mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatan yang mereka hadapi sesuai dengan kemampuan yang
mereka miliki.
4. Membantu dan mendorong masyarakat berperan secara aktif dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keperawatan khususnya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
5. Membantu dan mendidik individu keluaraga dan masyarakat dan kelompok khusus
untuk memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi supaya lebih dapat
mandiri dalam bidang kesehatan.
6. Membantu individu, keluarga, masyarakat, dan kelompok khusus yang mempunyai
masalah kesehatan dalam keperawatan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
7. Tertanganinya kelompok keluarga rawan, kelompok khusus dan panti, kasus-kasus
yang memerlukan pembinaan asuhan keperawatan dasar, penanganan tindak lanjut di
rumah, panti-panti dan di puskesmas.
8. Terkendali dan teratasinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat yang optimal.
11. FALSAFAH KESEHATAN MASYARAKAT
Dalam kesehatan masyarakat menganut berbagai falsafah yang berkaitan dengan kegiatan
yang dilakukannya, yaitu :
1 Pelaksanaan kegiatan kesehatan masyarakat harus dapat diterima oleh semua
lapisan masyarakat
2 Mencakup semua upaya upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
3 Dalam melakukan kegiatannya selalu melibatkan peran serta aktif masyarakat
secara terorganisasi
4 Kegiatan kegiatan kesehatan masyarakat yang terorganisir tersebut, dalam
pelaksanaannya senantiasa melibatkan berbagai bidang spesialisasi
5 Menggalang kerjasama lintas sektoral dan lintas program dari instansi terkait
TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 lima tingkat pencegahan penyakit dari leavel and clark,
yaitu :
1. Peningkatan kesehatan / health promotion
2. Proteksi umum dn khusus terhadap penyakit tertentu / general and specific protection
3. Penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan cepat / early diagnosis and prompt
treatment
4. Pembatasan kecacatan / dissability limitation
5. Pemulihan kesehatan
Fase prepatogenesis
Pencegahan primer : peningkatan kesehatan, proteksi umu dan khusus terhadap penyakit
tertentu
Fase patogenesis
Pencegahan sekunder : penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan cepat
Pencegahan tersier : pembatasan kecacatan, pemulihan kesehatan
Kegiatan pada masing-masing tingkat pencegahan
12. 1. Peningkatan kesehatan / health promotion
Perbaikan dan peningkatan gizi
Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan perseorangan
Perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air bersih,
perbaikan dan penyediaan tempat pembuangan sampah, perumahan sehat
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-
masing individu
Kesemapatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan
perkembangan kesehetan mental dan sosial
Nasehat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab
2. Proteksi umum dan khusus terhadap penyakit tertentu
Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap
penyakit-penyakit tertentu
Isolasi terhadap penderita penyakit menular
Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat umum dan
di tempat kerja
Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan
racun maupun alergen
Pengendalian sumber-sumber pencemaran
3. Penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan cepat
Mencari kasus sedini mungkin / case finding
Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin
Pengawasan selektif terhadap penyakit terhadap penyakit tertentu seperti
kusta, TBC
Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita / case holding
Mencari orang-orang yang pernah berhubungan dengan penderita berpenyakit
menular
Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus
4. Pembatasan kecacatan
Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan afgar terarah dan tidak
menimbulkan komplikasi
Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
13. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pegobatan dan perawatan yang lebih intensif
5. Pemulihan kesehatan
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan
Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang
setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip dasar).
Jakarta : IKAPI
Effendi Nasrul. 1998. Dasar dasar keperawatan kesehatan masyarakat E2. Jakarta:
EGC
Syafrudin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : CV. Trans Info Media
Prof. Dr. Notoatmodjo, soekidjo. 2003. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
(prinsip-prinsip dasar). Jakarta. PT Rineka Cipta