SlideShare a Scribd company logo
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga Modul Kesehatan untuk mahasiswi Akademi Kebidanan Al-Ikhlas Cisarua ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Modul ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran
penunjang mata kuliah Kesehatan Masyarakat pada Akademi Kebidanan Al-Ikhlas Cisarua.
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswi dalam mempersiapkan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah
ditetapkan tujuan pelaksanaan pembelajaran dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh
mahasiswi serta teori singkat untuk memperdalam pemahaman mahasiswi mengenai materi
yang dibahas.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Kesehatan Masyarakat ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Cisarua, Febuari 2017
Penyusun
PERTEMUAN I-II
KONSEP DASAR
KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan masyarakat (public health) menurut Winslow (1920), adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan menungkaykan keseahatan melalui “usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat” untuk; perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan
penyakit-penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasian
pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan,
pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang
layak dalam memelihara kesehatannya.
Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup; ilmu
biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antarpologi
(ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat), psikologi, ilmu pendidikan. Oleh karena
itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.
A. Sejarah Kesehatan Masyarakat
Berbicara kesehatan masyarakat tidak harus dari dua tokoh metologi Yunani yaitu
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan
sebagai seseorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan
sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat
mengobati penyait dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu
dengan baik.
Hegia, seseorang asistennya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan.
Bedanya antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah keseahatan
adalah;
a. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut
terjadi pada seseorang.
b. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan
melalui “hidup seimbang”, seperti menghindari makanan/minuman yang beracun,
makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan olahraga.
Apabila orang sudah jatuh sakit Hegeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya
secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan
memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, dari pada dengan
pengobatan/pembedahan.
Dari cerita dua tokoh diatas, berkrmbanglah 2 aliran/pendekatan dalam menangani
masalah kesehatan.
1. Kelompok pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang
selanjutnya disebut pendekatan kuratif/pengobatan. Kelompok ini pada umumnya
terdiri terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang
melakukan pengobatan fisik, metal maupun sosial,
2. Sedangkan kelompok kedua seperti hanya pendekatan Higeia, cenderung melakukan
upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum
terjadi penyakit.
Kedua dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah/institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan
selanjutnya, seolah-olah terjadi dikotomi antara kelompok kedua profesi, yaitu pelayanan
kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan pencegahan/ preventif (preventive
health care).
Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan:
a. Pendekatan kuratif:
1. Dilakukan terhadap sasaran secar individual.
2. Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang, missal dokter menunggu
pasien datang di Puskesmas/ tempat praktik)
3. Melihat dan menangani klien/pasien kepada system biologis manusia/pasien
hanya dilihat secara parsial (padahal manusai terdiri dari bio-pskio-sosial yang
terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
b. Pendekatan preventif
1. Sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan).
2. Menggunagakan pendekatan proaktif, artinya tidak menggunakan masalah datang,
tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan
mengindentifikasi masalah dan melakukan tindakan.
3. Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik. Terjadi
penyakit tidak semata karena terganggunya system biologis tapi aspek bio-psiko-
sosial.
Memperluas pengatahuan mitos Yunani yang memunculkan dewa-dewa dalam
bidang kesehatan, bukan hanya Asclepius dan Hygiea, dan masih banyak
digunakan sebagai istilah dalam dunia kesehatan masyarakat dan kedokteran serta
farmasi.
B. Perode Perkembangan Masyarakat
Sejarah perpanjang perkembangan masyarakat, tidak hanya di mulai pada ilmu
pengatahuan saja tetapi sudah di mulai sebelum bekembangnya ilmu pengatahuan
modern. Berikut ini akan dinahas tentang pekembangan kesehatan masyarakat
sebelum perkembangan ilmu pengatahuan (pre-scientifice period) dan setelah ilmu
pengatahuan berkembang (scientific periode)
1. Periode sebelum ilmu pengatahuan (pre-scientific periode)
Sejak zaman kebudayaan Babilonia, Mesir Yunani dan Roma sudah tercatat
bahwa manusia telah melakukan upaya untuk menanggulangi masalah-masalah
kesehatan masyarakat dan penyakit. Pada zama ini telah di temukan adanya
dokumen –dokumen tertulis bahkan peraturan-peraturan tertulis yang di antaranya
mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman
npembangunan kota, penagturan air minum dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperboleh catatan tentang dibangunnya tempat
pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun pada saat itu alas an pembuatannya
bukan karena alas an kesehatan atau karena kotoran manusia menimbulkan bau
yang tidakenak dan pandangan yang tidak menyedapkan. Begitu juga dengan
alasan dibuatnya sumur pada waktu itu adalah alas am karena meminum air kali
yang mengalir dan sudah kotor itu terasa tidak enak dan bukan karena meminum
air kali dapat menyebabkan penyakit (Green, 1984)
Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan
suatau peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan
rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-
binatang peliharaan yang menimbulkan bau dan sebagainnya.
Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk
melakukan supervise atau peninjaun kepada tempat-tempat minuman (public bar),
warung makan, tempat-tempat prostitusi, dan lain sebagainya (Hanlon, 1974
dikutip oleh Notoamodjo, 2003).
2. Periode ilmu pengatahuan (scientific period).
Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika
pada periode sebelum ilmu pengatahuan belum ditemukan pemecahan masalah,
pada periode ini mulai ditemukan penyebab-penyebab penyakit dan vaksin
sebagai pencegah ini dibuktikan Louis Pasteur menemukan vaksin sebagai
pencegah, ini dibuktikan Louis Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar, Josep
Lister menemukanaasam karbol untuk sterilisi ruang oprasi dan William Marton
menemukan ether sebagai anestesi pada waktu oprasi. Penyelidikan dan upaya-
upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakan. Ini dibuktikan
dengan telah dikembangan pendidikan tenaga kesehatan professional oleh seorang
pedagang wiski dari Baltimor, Amerika dengan berdirinya univertas serta
pemerintah Amerika membentuk dapartemen kesehatan untuk menyelanggarakan
pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga perbaikan dan pengasan sanitasi
lingkungan.
Kesehatan masyarakat yang terjadi sebelum ilmu pengetahuan:
1. Zaman romawi dan Yunani kuno (BC), ditemukan dokumen tertulis yang
mengindikasikan:
a. Adanya upaya penanggulan penyakit.
b. Adanya peraturan tertulis tentang pemukiman, pembuangan air limbah dan
system drainase, air minum, pembuangan air limbah dan sistem draniase,
air minum pembuangan tinja, dan sebagainya, walaupun bukan karena
alasan kesehatan, malainkan untuk estetika.
c. Adanya keharusan dari pemerintah kerajaan untuk melakukan peninjauan
warung warung minuman (public bar), rumah makan, dan sebagainnya.
2. Zaman pertengahan (Abad ke 1-17);
Beberapa penyakit menular mulai menyerang penduduk dunia (typhus, kolera,
pes, dan sebagainnya).
3. Zaman pertengan (Abad 8-18)
a. Tahun 1340 terjadi wabah pes paling dasyat di Cina,India dan Mesir.
TErcatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan 60.000.000
orang meninggal untuk seluruh dunia. Sehingga masa itu disebut “the
black death”
b. Sementra itu wabah kolera,typhus dan disentri masih berlangsung sampai
abad ke 18.
c. Upaya-upaya penanggulangan penyakit menular secara menyeluruh dan
sistematis hampur dikatakan belum ada.
Kesehatan Masyarakat Periode Ilmu Pengetahuan
Abad bangkkitnya ilmu pengethauan dimulai pada akhir abad ke 18 dan
awal abad ke 19, termasuk ilmu kesehatan ( kedokteran dan kesehatan
masyarakat. ). Apabila sebelumnya masalah kesehatan, utamanya penyakit
hanya dilihat sebagai Fenomena biologis, Kemudian bergeser kefenomena
yang kompleks. Apabila sebelumnya pendekatan terhadap masalaha
kesehatan hanya dari satu segi (sector) saja, Kemudian bergeser
kapendekatan yang multisektoral.
Ditemukannya vaksin pencegah cacar oleh Louis Pasteur; asam karbol
( asam karbol) untuk sterilisasi ruang operasi oleh Joseph Lister, dan eter
Sebagai anestesi oleh Wiliam Marton. Tahun 1832 terjadi epidemic kolera
di inggris, terutama di daerah perkotaan. Kemudian Edwin Chardwich
seorang ilmuan sosial melakukan penyelidikan. Hasil penyelidikannya
Menyimpulkan bahwa penyebab wabah kolera ini adalah karena sanitasi
lingkungan penduduk kota yang sangat buruk, pekerja perkotaan yanag
upahnya sangat rendah , gizi mesayrakat rendah.
Hasil penyelidikan Chardwich ini dianalisis dan disajikan dengah baik
dan sahih.Berdasarkan laporan Chardwich ini akhirnya Palemen di inggris
mengeluarkan UU yang mengatur tentang sanitasi lingkungan, sanitasi
tempat kerja (pabrik), sanitasi tempat umum, dan sebagainya.
Tahun 1848 Jons Saimon diangkat sebagi menteri untuk menangani
kesehatan penduduk (masyarakat). Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke
20, di inggris dan Negara-negara Eropa lainnya, dan Amerika mulai
dibuka pendidikan bagi tenaga-tenaga kesehatan untuk kesehatan
masyarakat (public).
Pada tahun 1849 John Hopkins seorang pedagang wiski meperlopori
mendirikan universitas, yang di dalamnya terdapat program studi
kedokteran dan “public health”. Pada tshun 1855 pemerintahan Amerika
membentuk Kementiran Kesehatan yang pertama kali, yang di dalamnya
terdapat bagian yang menangani kesehatan masyarakat (public).
Tahun 1872 dibentu asosiaasi dari para akademisi dan praktisi
kesehatan masyarakat, yang disebut American Public Health Association.
Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Abad Ke-16 Pemerintahhan Belanda mengaedakan upaya
pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakatnpada waktu itu melakukan upaya-upaya
kesehtan masyarkat.
Tahun 1807
Pemerintahan Jendral Daendels, Telah dilakukan pelatihan
dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaaya ini dilakukan
dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada
waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama,karena langkanya
tenaga pelatih.
Tahun 1888
Berdiri pusat labiratorium Kedktedran di Bandung, yang
kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di
Medan, Semarang,Surabaya dan Yogyakarta.
Laboratorium ini menunjanng pemberantasan penyakit
seperti malaria,lepra,cacar,gizi dan sanitasi.
Tahun 1925
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
mengembangakan daerah percontohan dengan melakukan
propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di
Perwokerto,Banyumas, karena tingginya angka kematian
dan kesakitan.
Tahun 1927
STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi)
berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak
berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolaj
dokter tersebut punya andil besar dalam menhasilkan
tenaga-tenaga (dokter-doter) yang mengembang kesehatan
masyarakat Indonesia.
Tahun 1930
Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong danperawatan
persalinan.
Tahun 1935
Dilakukan program pemberantasaan pes, karena terjadi
epidemic, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi masal.
Tahun 1951
Diperkenalkannya koonsep Bandung (Bandung Plan) oleh
Dr.Y.Leimena dan dr.Patah ( yang kemudian di kenal
dengan Patah Leimena), yang intinya bahwa dalam
pelayangan kesehatan mesnyarakat, aspek kuratif dan
preventif tidak dpat di pisahkan.Konsep ini kemudian
diadopsi oleh WHO.Diyakini abhwa gagasan inilah yang
kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembngan
sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan
membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas
Kesehatan Kabuoaten di tiap kecamtan yang mulai
dikembangakan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian
disebut Puskesmas.
Tahun 1952
Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan.
Tahun 1956
Dr.Y.Sulianti mendiriksn “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percobaan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan
antara pelayanan kesehatan pesedaan dan pelayanan medis.
Tahun 1967
Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat
Indonesia.Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya
sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A,tipe
B dan C.
Tahun 1967
Rapat kerja kesehatan Nasional,dicetuskan bahwa
Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembangakan oleh pemerintah
(Depkes) menjadi pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (
Puskesmas ), Puskesmas disepakati sebagai suatu unit
pelayanan kesehatan yang memebrikan pelayanan kuratif
dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah
dijangkau,dlam wilayah kerja kecamatan atau sebagaian
kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969
Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A
(dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedic). Pada
tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita1,
dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah
kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Provinsi.
Tahun 1979
Tidak dibedakan antra Puskesmas A atau B hanya ada satu
tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan
stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan
standard) selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti
menjeral yang lain,yaitu Micro Planning untuk
perencanaan,dan Lokakarya Mini (lokMin) untuk
pengorganisasian kegiatan dan pengembangan Kerjasama
tim.
Tahun 1984
Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan
keluarga berencana di Puskesmas
(KIA,KB,Gizi,Penanggulangan Diare,Immunisasi).
Awal tahun
1990-an
Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
memberdayakan peran serta masyarakat, selain
memberikan pelayanan secaraa menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.
C. Pengertian Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat
sempit sampai batasan yang luas seperti yang di anut saat ini dapat diringkas sebagai
berikut.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya
untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata
lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki
dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan
masyarakat.
Kemudian pada akhir abad ke- 18 dengan ditemkan bakteri-bakteri penyebab
penyakit dan beberapa jenis imunisasi ,kegiatan kesehatan masyarakat adalah
pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi
lingkungan dan pencegahan penyait melalui imunisasi.
Pada awal abad ke- 19, Kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan bik,
Kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antra ilmu sanitasi dengan ilmu
kedoteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu
biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, Kesehatan masyarakat
diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (
kedokteran ) dalam mencegahan penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat
sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial
ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan
sebagai aplikasi keterpanduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam
mencegah penyakit yang trjadi di masyarakat.
Sebagai cabang ilmu kedokteran, ilmu kesehatan masyarakat dalam pembahasannya
sangat mencakup ilmu kedokteran pengobatan untuk masyarakat, tetapi juga
mencakup aspek pencegahan, peningkatan kesehatan umumnya, pemulihan kesehatan
fisik dan mental serta di masyarakat.
Dengan demikian ilmu Kesehatan Masyarakat membahas keadaan/kejadian (
phenomena ) dan berbagai segi kehidupan sosial individu maupun masyrakat yang
ada kaitannya dengan kesehatan individu/masyarakat yang bersangkutan.
Pembahasan ilmu kesehatan lebih luas dari pada pembahasan ilmu kedokteran,
kesehatan mencakup kebutuhan pokok dari kehidupan individu/masyrakat. Untuk
memenuhi kebutuhan pokok tersebut,upaya kea rah itu dipengaruhi oleh banyk factor
sosial (WHO). Sehingga mencapai keadaan ”sehat” tersebut, banyak unsure
kesejahteraan lainnya ikut berpengaruh.
Menurut sejarah perkembangannya,ilmu kesehatan bermula dari cara
pemeliharaan kesehatan/pengobatan yang berdasarkan kepercayaan bahwa ‘’penyakit
adalah ketukan dari Tuhan dan para dewa”. Pada tahap permulaan ini pengobatan juga
berdasarkan pemikiran primitive tersebut, yaitu pengobatan secara kuno atau
tradisional. Tahap ini disebut juga “Primitive Consept”.
Sejalan dengan bertumbuhan budaya manusia dan teknologi maka muncul
kemudian yang berdasarkan konsep-konsep pelopor/perintis ilmu kedokteran modern,
diantaranya:
1. Hippocrates (460-370 SM) dengan menggunakan pendekatan observatif
menemukan cara-cara prngobatan secara ilmiah yang sampai hari ini
masih dianut metodenya. Dengan penemuan tersebut beliau dikenal
sebagai bapak ilmu kedokteran.
2. Anthony van Leeuwen hoek (1632-1723) merintis perkembangan
mikrosop berlensa satu. Dengan alat tersebut ia menemukan protoxoa dan
spermatozoa.
3. John snow (1813-1723) memperdalam ilmu yang kani di sebut
epidemiologi, dan dengan prinsip ilmu ini pula beliau berhasil
membuktikan penyakit kolera disebabkan dan di bawa oleh air.
4. Louis Paster (1827-1912) merupakan sarjana pertama yang
memperkenalkan dan menyakitkan penggunaan antiseptic dalam ilmu
bedah.
5. Carlos Juan Finaly (1833-1915) menemukan dan membuktikan sebagai
penyebab dan pembawa demam kuning
6. Robert konch (1843-1910), pendirian dan ahli bakteriologi kedokteran dan
modern, beliau juga penemu kuman penyebab antaraks, tuberkulusis, dan
kolera.
7. Paul Echrlich (1854-1915), sarjana yang peratama kali menemukan obat
anti sifilis.
Ditunjang oleh penemuan-penemuan di atas, pada era berikutnya ditemukan pula
bebagai jenis obat-obatan yang menandai masa tersebut dan dikenal sebagai “Bacisn Science
Era” ( era ilmu dasar ) dalam ilmu kedikteran dan kesehatan.
Pada masa perkembangan berikutnya, sejalan dengan berkembangnya teknologi
kedokteran/kesehatan, cara penemuan obat-obatan baru, dan juga cara pengobatan serta
pencegahan berkembang pesat. Masa ini dikenal dengan “Era Clinical Science” ( era ilmu
klinik). Masa ini berlangsung dari tahun 1900-1950. Era Clinical Science bertujuan serta
merupakan filosofi serta penyempurnaan sistem kuratif, namun sasaran masih terbatas pada
individu yang sakit saja.
Menyusul era kedokteran/kesehatan yang terakhir ini, maka cara-cara pengobatan
mulai diperluas melalui lembaga pengobatan yang dikanal dengan poliklinik. Merupakan
salah satu lembaga perawatan/pengobatan, kedokteran, baik dalam bentuk rawat jalan
(ambulatory) maupun rawat inap di rumah sakit (in patient).
Dengan sistem pelayanan pengobatan di atas, masyarakat mulai diperkenalkan dengan
cara pengobatan modern dan maju, dan masyarakat mulai menyadari manfaat serta perlunya
lembaga pelayanan kesehatan/kedokteran. Sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan dari
sistem pengembangan perawatan kedokteran, muncullah lembaga pendidikan kedokteran
bagi lembaga perawatan.
Pada tahap-tahap berikutnya modernisasi perawatan kedokteran berjalan seiring
dengan kemajuan teknologinya, namun umumnya perawatan kedokteran tersebut masih
terbatas pada perawatan/pengobatan ditunjukan kea rah pencegahan penyakit. Dengan laju
pertumbuhan yang cepat sasaran perawatan/pelayanan kedokteran akhirnya menjadi lebih
luas, yaitu masyarakat banyak sebagi satu kesatuan sosial dari individu. Berbarengan dengan
itu, dunia kedokteran mulai memandang jauh ke depan, yaitu pada lingkungan hidup,
keadaan sosial, dan lain-lainnya yang senantiasa merupakan factor-faktor yang perlu
diperhitungan dalam timbulannya penyakit.
Dengan beralihnya pemandangan kedokteran terhadap factor penyebab penyakit,
maka muncullah era pelayanan kedokteran berikutnya, yang disebut “Era Kesehatan
MAsyarakat” (Public Health). Dalam era terakhir ini, pengobatan dan perawatan kedokteran
yang semua berorientasi klinis (clinical centered), era yang dilirisi oleh sarjana-sarjana
inggris ini (Edwin Chadwick dan Winslow) Mengalami pasang dan surut pula, namu apa
yang telah dirintis mereka sampai sekarang masih brlum using dan tetap dianut dalam
berbagai cara pemecahan masalah kesehatan.
Menurut Undang-undang RI. No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ada;ah keadaan
sejahtera dari bidan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara produktif
secara sosial dan ekonomi.
Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dianamis meliputi kesehatan jasmani,
rohani, sosial tidak hanya terbatas dari penyakit, cacat, dan kelamahan. Dikatan sehat secara
fisik adalah orang tubuhnya berfungsi secara baik, dan dia memang tidak sakit. Sehat secara
mental/pskis adalah sehatnya piiran sehatnya pikiran, emosional, maupun spiritual dari
seseorang. Ada suatu kasus seseorang yang memerikasakan kondisi badannya serba tidak
enak, akan tetapi secara klinis/hasil pemerikasaan dokter menunjukan bahwa orang tersebut
tidak sakit, hal ini bisa disebabkan karena orang tersebut mengalami gangguan secara
mental/psikis yang mengaruhi keadaan fisiknya. Contoh orang yang sehat secara
mentaladalah tidak autis tidak stress, tidak mengalami gangguan jiwa akut, tidak mempunyai
psikopat, dan lain-lain. Penderita penyakit hati juga merupakan contoh dari orang yang tidak
sehat mentalnya, karena tidak ada seorang dokter bedah jantung sekalipun yang bisa
menghilangkan penyakit ini dengan peralatan bedahnya.
Sedangkan diakatakan sehat secara sosial adalah kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan lingjkungan di mana ia tinggal. Contoh orang yang tidak sehat sosial di
antaran6ya adalah seorang Wanita Tuna Susila (WTS) . kemudian orang dengan kategori
sehat secara ekonomi adalah orang yang produktif, produktifikasnya mengantarkan ia untuk
bekerja dan dengan ia akan dapat menunjang kehidupan keluarganya.
Dari pengalaman pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang telah berjalan
sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan
masyarakat yang sampai sekarng masih relevan sebagai berikut:
Kesehatan masyarakat (public helath) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha perorganisasian
masyarakat untuk:
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pem,berantas penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
d. Perorganisasiaan pekayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diognasis dini dan
pengobatan
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuh kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari batas tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi
Antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan:
a. Untuk mencegah penyakit,
b. Memperpanjang hidup dan
c. Meningkatkan kesehatan pendudukan (masyarakat).
Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian
yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow adalah melalui upaya-
upaya perorganisasian masyarakat pada hakikatnya adalah menghimpun pontensi masyarakat
atau sumber daya (resources) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya
preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan merka sendiri.
Perorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan potensi
dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada hakikatnya adalah
menembuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi masyarakat di bidang
pembangunan kesehatan.
Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian,
kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masala-masalah kesehatan mereka
sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan
masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama
yang diajukan oleh Winslow (1920) bahwa Keshatan Masyarakat (Public Helath) adalah ilmu
dan seni: mencegah penyakit memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui
“Usaha-usaha perorganisasian masyarakat” untuk (Notoatmodjo, 2003)
1. Perbaikan santisiasi lingkungan.
2. Peberantasan penyakit-penyakit menular.
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
4. Perorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan (Manajemen/perorganisasian pelayanan masyarakat)
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatannya diantaranya yakni
kegiatan pendidikan higniene dan rakayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan
kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi, pemberantasan penyakit dan pelayanan
kesehatan sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik fasilitas kesehatan dan
pengobatan saja perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang
manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemiliharaan,
peningkatan dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan upaya-upaya ini
maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil serta optimal/
Batasan lain sampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948). Kesehatan masyarakatan
adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meninbgkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha perorganisasian masyarakat. Batasan ini mencangkup pula usaha-usaha
masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut di atas dapat
disinpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan santiasi, teknik
santiasi, ilmu kedokteran kuartif, ilmu kedokteran pencegahan samapi dengan ilmu sosial dan
itulah cangkupan ilmu keseahatan masyarakat.
Banyak disiplin ilmu yang di jadikan sebagai dasar ilmu keseahatan masyarakat antara
lain, Biologi, Kimia, Fisika, Kedokteran, Kesehatan Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan,
Antapologi dan lain-lain. Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat
merupakan ilmu yang multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang
ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan
masyarakat ini antara lain:
1. Administrasi kesehatan masyarakat
2. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
3. Biostatistik/statistik kesehatan
4. Kesehatan lingkungan
5. Gizi masyarakat
6. Kesehatan kerja
7. Epidemiogi
Mengapa ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi disipliner, karena memang
pada dasarnya masalah kesehatan masyarakat bersifat multikausal, maka pemecahaya harus
secara multidisiplin. Olwh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya
mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik berlangsung maupun tidak untuk
mencegah penyakit (preventif) meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik,
mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan
(fisik,mental,sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat (Notoadmadjo, 2003)
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehatan masyarakat antara lain sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat
antara lain sebagai berikut (Notoadmadjo,2003)
a. Pemberantasan penyakit, buik menular maupun tidak menular .
b. Perbaiki sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pemberantasn vector
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatann masyarakat.
f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
g. Pembeninaan gizi masyarakat
h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
i. Pengawasan obat dan minuman
j. Pembinaan peran serta masyarakat
Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat (Notoatmadjo, 2003)
Seperti relah disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh
sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat
Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencangkup:
a. Ilmu biologi
b. Ilmu kesehatan
c. Ilmu kimia
d. Fisika
e. Ilmu lingkungan
f. Sosiologi
g. Antarpologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat )
h. Psikologi
i. Ilmu pendidikan
Keberagaman ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat menjadikan ilmu
kesehatan masyarakat itu menjadi ilmu yang multidisiplin. Secara garis besar, disiplin ilmu
yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu
kesehatan masyarakat ini antara lain sebagai berikut:
a. Epidemiologi.
b. Biostastisik/statistik kesehatan.
c. Kesehatan lingkungan
d. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku.
e. Administrasi kesehatan masyarakat.
f. Gizi masyarakat.
g. Kesehatan kerja.
Meningkatkan masalah kesehatan masyarakat adalah multikausal, maka pemecahannya
harus secara multidisiplin, dengan pengembangan dan pendekatan beberapa aspek yang luas
tadi, maka cakupan kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit
(preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau
kuratif, maupun pemulihan (rehebilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya
kesehatan masyarakat.
Didalam UURI No.23, 1992, Bab V pasal 11, tertulis bahwa upaya kesehatan
dilaksanakaan melalui 15 kegiatan sebagai berikut:
a. Kesehatan keluarga
b. Perbaikan gizi
c. Pengamanan makanan dan minuman
d. Kesehatan lingkungan
e. Kesehatan kerja
f. Kesehatan jiwa
g. Pemberantasan penyakit
h. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
i. Penyuluhan kesehatan masyarakat
j. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
k. Pengamanan zat aditif
l. Kesehatan sekolah
m. Kesehatan olahraga
n. Pengobatan tradisional dan
o. Kesehatan matra
Kesemua ini perlu dilaksanakaaan secara terpadu menyeluruh dan berkesinambungan
agar dapat mencegahkan permasalahan kesehatan yang dihadapi. Mulai pelita V kegiatan
pokok yang tadinya ada 15 dinaikan menjadi 18 sebagai berikut:
a. Kesejahteraan ibu dan anak
b. Keluarga berencana
c. Gizi
d. Kesehatan lingkungan
e. Pemberantasan penyakit
f. Penyuluhan kesehatan
g. Pengobatan dan penanggulan kecelakaan
h. Perawatan kesehatan masyarakat
i. Usaha kesehatan sekolah
j. Kesehatan gigi dan mulut
k. Kesehatan jiwa
l. Pemeriksa laboratorium sederhana
m. Pencatatan dan pelapor
n. Kesehatan mata
o. Kesehatan olahraga
p. Kesehatan pekerjaan non formal
q. Pembinaan pengobatan tradisional, dan
r. Peningkatan upaya dana sehat masyarakat.
Dari daftar usaha dasar ini semakin jelas diperlukannya kerja multidisiplin di bidang
kesehatan. Misalnya program untuk kesehatan lingkungan akan memerlukan ahli rekayasa di
bidang air bersih, limbah, lingkungan kerja, udara dan lain-lainnya. Penyuluhan akan
memerlukan penyuluhan dan ikut sertaan tokoh masyarakat; penangulangan kecelakaan
antara lain akan memerlukan tenaga ahli mesin atau mesin ataupun listrik, untuk berbagai
peralatan bermotor atau tenaga ahli jajan, pemukiman, perindrustrian, ahli kimia, ahli
pertanian, pengaturan lalu lintas dan pendidikan penggunan jalan dan kendaraan bermotor:
Faktor yang mengaruhi tingkat kesehatan masyarakat
Menurut H.L Blum, ada 4 faktor yang bersama-sama memengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat, yaitu:
1. Kesehatan lingkungan.
2. Perilaku,
3. Pelayanan kesehatan.
4. Genetik.
Perbedaan Pelayanan Kedokteran dengan Pelayanan Kesehatan Masyarakat:
a. Pelayuanan Kedokteran
1. Tenaga pelaksananya terutama adalah para dokter:
2. Perhatian utamanya pada penyembuhan penyakit.
3. Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga.
4. Kurang memperhatikan efisien.
5. Tidak boleh menarik perhatian karena tertentangan dengan etika kedokteran.
6. Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat dengan undang-undang.
7. Penghasilan diperoleh dari imbal jasa.
8. Bertanggung jawab hanya kepada penderita.
9. Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan.
10. Masalah administrasi amat sederhana
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
1. Tenaga pelaksanaanya terutama ahli kesehatan masyarakat.
2. Perhatian utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan
3. Sasaran utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan.
4. Selalu berupaya mencari yang efiesien.
5. Dapat menarik perhatian masyarakat misalnya dengan penyeluhan kesehatan.
6. Tenaga pelaksananya terutama ahli kesehatan masyarakat.
7. Penghasilan berupa gaji dari perintah.
8. Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat
9. Dapat menopoli upaya kesehatan.
10. Menghadapi berbagai persoalan kemimpinan.
PERTEMUAN III
EPIDEMIOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
A. Pengertian Dan Epidemiologi
Pada mulanya epidemologi diartikan seebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti
bahwa epidemlogi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemlogi juga mempelajari penyakit-penyakit non
infeksi, sehingga dewasa ini epidemologi dapat diartikan sebagaistudi tentang
penyebaran penyakit. Pada manusia didlam konteks lingkungannya (Prof. Dr.
Soekidjo Notoatmodjo)
Epidemologi yang dulu dikenal sebagai ilmu, yang mempelajari tentang penyebab dan
distribusi suatu penyakit menular, saat ini kajiannya telah menyangkut semua
oeristiwa kesakitan ( menular ataupun tidak), kematian,bahkan peristiwa kesehatan
lailnnya, seperti kelahiran, kehamilan, kecelakaan, dan sebagainnya.
Di dalam batasan epidemologi ini sekurangnya kurangnya mencakupi tiga elemen
yaitu:
1. Mencakupi semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non
infeksi, seperti kanker,penyakit kekurangan gizi, kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya.
2. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorlentasi pada gambaran-gamabaran penyakit
penyakit individu-individu, maka epidemiologi ini memustkan perhatiannya pada
distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
3. Pendekatan Ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dan diuji dari latar belakang pada
keseluruhan lingkungan manusia. Hal inilahyang disebut pendekatan ekologis.
B. Metode-Metode Epidemologi Dan Survelians Epidemologi Metode Epidemologi
Dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau atau metode yaitu 1.
Epidemologi deskriptif
Di dalam epidemiologi deskripsi dipelajari bagaimanafrekuensi penyakit berubah
menurut perubahan variable-variabel epidemologi yang terdiri dari: orang(person),
tempat(place), dan waktu(time)
1. Orang (person)
a. Umur
Umur adalahan suatu variable yang selalu diperhatikan didalampenyellidikan-
penyelidikan epidemiologi. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan
mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO berikut:
➢ Menurut tingkat kedewasaan
0-14 tahun : bayi dan anak-anak
15-49 tahun : orang muda dan dewasa
50 tahun : orang tua
➢ Interval lima tahun
- Kurang dari 1 tahun 1-4
- 5-9
- 10-14vdan sebagainya
➢ Untuk mempelajari penyakit anak
0-4 bulan
5-10 bulan
11-23 bulan
2-4 tahun
5-9 tahun
9-14 tahun
b. Jenis Kelamin
Angka daari luar negri menujukan bhwa angka kesakitan lebih tinggi
dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalnagan pria,
juga ada pada semua golongan umur. Perbedaan angka kematian ini, dapat
disebabkan oleh factor-faktor intristik
Yang pertama diduga meliputi fator keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin,atau perbedaan hormonal,sedangkan yang kedua diduga oleh karena
berperannya factor-faktor lingkungan (lebih banyak pria menhisap rokok,
minum-minuman keras, candu, berkerja berat, behadapan dengan pekerjaan
pekerjaan berbahaya).
c. Kelas Sosialan
Kelas social adalah variable yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian,variable ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang. Kelas social ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikn,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat
tanggal.
d. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa
jalan yakni:
➢ Adanya faktor lingkugan yang langsung dpat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas beracun, radisi, benda-benda fisik yang
dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
➢ Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagi
factor yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung)
➢ Ada tidaknya gerakan badan didalam pekerjaan
➢ Karena berkerumun dalam satu tempat yang relative sempit, maka
dapat terjadi proses penularan penyakit antara pekerja
➢ Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan di
tambang
e. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.
f. GolonganEtnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaaanmakan, susunan
genetic, gaya hidup, dan sebagaainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-
perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Di dalam perbandingan angka kesakitan tau kematian suatu penyakit antar
golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasikan
menurut sususan umur dan kelamani ataupun factor-faktor lain yang dianggap
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
g. Status Perkawinan
Ditunjukan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun
kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda. Diduga bahwa
sebab-sebab angka kematian lebih tinggi dari pada yang tidak kawin di
banding dengan yang kawin ialah karena ada kecederungan orang-orang yang
tidak kawin kurang sehat.
h. Besarnya keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
pengahasilan keluarga harus digunakan oleh orang banyak.
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti
penyakit menular dan pengaruh gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatasn.
i. Paritas
Dikatakan umunya terdapat kecenderungan kesehatan Ibu yang berparitas
rendah lebih baik dari berparitas tinggi.
2. Tempat
Perbandignan pola penyakit sering dilakukan antara
a. Batas daerah-daerah pemerintahan
b. Kota dan pedesaan
c. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam
(pegunungan,sungai,laut,atau padang pasir.)
d. Negara-negara
e. Regional
Hal-hal yang memberikan kekhusuan pola penyakit sisuatu daerah dengan
batas-batas alam ialah; keadaan lingkunga yang khusus seperti
temperature,kelembaban,turun hujan,ketinggian di atas permukaan
laut,keadaan tanah,sumber air,derajat Isolasi terhadap pengaruh luar yang
tergambar dlama tingkat kemajuan ekonomi,pendidikan,industry,pelayanan
kesehatan,bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan
pembangunan, factor-faktor social budaya yang tidak menguntungkan
keshatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan bilogis (ada
tidaknya fator penyakit menular tertentu,reservolr penyakit menular tertentu).
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan
penyebaran penyakit didesa-desa yang bersangkutan maupun sekitarnya.
Di dalam perbandingan angka kesakitan atau kematian anatar daerah (tempat)
perlu di perhatikan terlebih dahulu ditiap-tiap daerah menurut: susunan umur,
sususan kelamin; kualiatas data, dan derajad reresentatif dan data terhadap
seluruh pendududk.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan satu atau lebih beberapa factor sebagai berikut:
➢ Lingkungan fisis,kemis,biologis,social dan ekonomi yang berbeda-
beda dari suatu tempat ketempat lainnya.
➢ Konstitusi genetis dan etnis dari penduduk yang berbeda-beda,
bervariasai seperti karakteristik demigrafi
➢ Variasi cultural terjadi dalam kebiasaaan,pekerjaan,keluarga,praktek
hygiene perorangan,dan bahkam persepsi tentang sakit dan sehat
➢ Variasi administrative termasuk factor-faktor seperti tersedianya dan
efisiensi pelayanan medis, program hygiene (sanitasi) dan lain-lain.
3. Waktu
Melihat panjanganya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan maka di
bedakan:
a. Fluktuasi jangka pendek
Fluktuasi jangan pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa
➢ Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu
bersamaan atau hampir bersamaan
➢ Waktu inkuabsi rata-rata pendek
b. Perubahan perubahan secara siklus
Timbuknya atau memuncaknya angka kesakitan atau kemtian suatu penyakit
yang (tularkan melalui factor secara siklus ini berhubungan dengan:
➢ Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh
vector yang bersangkutan,yakni apakah terperature dan kelembaban
memungkinkan transmisi.
➢ Adayanya tempat perkembangbiakanalami dari vectr sedemikian
banyak unutk menjamin adanya kepadatan vector yang perlu dalam
transmisi
➢ Selalu adanya kerentanan
➢ Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang
meyebabkan mereka terserang oleh “vector bomedlsease’ tertentu.
➢ Tetapnya kemampuan agent infektif untuk menimbulnya penyakit.
➢ Adanya factor-faktor lain yang belum diketahui.
4. Epidemiologi Analitik
Ada tiga studi tentang epidemologi ini;
a. Studi riwayat kasus
Dalam studi ini akan dibandingkan antara 2 kelompok orang, yakni orang
yang terkena penyebab penyakit dengan kelopok orangn tidak terkena
(kelompok control)
b. Studi kohort
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan pada suatu penyebab penyakit.
5. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada
kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok control (yang tidak
tikenai percobaan)
Metode-metode surveilans
a. Sistim rutin
Sistim rutin artinya menggukan formulir laporan yang sehari-hari telah biasa
digunakan untuk membuat laporan periodic.
b. Sistim laporan sentinel
Dibeberapa daerah sering kali dipilih wilayah trtentu dalam mementau dan
mengatasi suatu kejadian peristiwa dengan maksud agar upayanya lebih
sempurna dan hasilnya lebih berdaya guna dan verhasil guna wilayah terpilih
ini yang di sebut sentral area.
c. Survei dan studi khusus
d. Hasil investigasi dari suatu khusus kesakita/kematian atau kejadian luar
biasa
e. Sistim pencatanan dan pelaporan peristiwa-peristiwa penting
f. Metode sensus
C. Langkah-Langkah Kegiatan Survailan Epidemiologi
Apabila kita ingin mendapatkan hasil yang optimal maka kegiata survailan
epidemoloogi hendaknya dilakukan secara sistematis dengan menempuh langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Tetapkan tujuan
Sebelum melakukan kegiatan,menetapkan tujuan yang hendak dicapai hendaknya
menjadi pertama, tetapkan luasnya wilayah dan lamanya waktu kegiatan.
2. Tentukan data yang hendak dikumpulkan
Data yang hendak dikumpulkan sebaiknya hanya data yang berhubungan dengan
tujuan yang hendak diperolehdari kegiatan survailan epidemiologi
3. Tetapkan metode yang hendak digunakan
Langkah berikutnya adalah menentukan bagaimanan system pnegumpulannya,
dari sumber data yang akan diambil, setara frekuensi pengumpulannya.
4. Membuat/menetapkan, mempersiapkan instrument untuk pengumpulan dan
pengolahan data
5. Pengumpulan dan pengolahan data
Mengumpulakan data yang diperlukan untuk selanjutnya mengolah data
tersebut,pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan
komputer terga tung pada kompleksitas data yang dikumpulkannya.
6. Analisis data
Data yang telah di oleh selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kesimpula-
kesimpulan sebagai inti pemecahab masalah sesuai dengan tujunan yang telah
ditetapkan.
7. Membuat rencana penanggulangan
Apabila ini pemecahan masalah telah diketahui, barulah ditentukan rencana
penanggulagan dari permasalahan tersebut baik berupa peristiwa
kesakitan,kematian,maupun peristiwa-peristiwa kesehatan lainnya.
8. Pembuatan laporan
Langkah terahkir yang harus dilakukan dalam kegiatan survailan epidemologi
adalah membuat laporan lengkap serta menyampaikan atau menyebarluaskan
unutk pihak-pihak yang perkepentingan.
D. Kegunaan Survailan Epidemiologi
1. Untuk menginentifikasi, menginvestigasi,serta mengulangi KLB atau wabah
sekaligus mencegah terulangnya peristiwa yang sama
2. Untuk menginentifikasi kelompok yang resiko tinggi
3. Untuk menetapkan priorits penganggulangan penyakit
4. Untuk mengevaluasi keberhasilan program
5. Untuk memonitor kecenderunan (trends) penyakit, kematian, atau peristiwa
kesehan lainnya.
E. Kelemahan Survailan Epiemiologi
1. Memerlukan aktifitas petugas yang intensif
2. Pengumpulan, pengolahandan analisa data yang menyita waktu
3. Terbatas pada indikator-idikator tertentu
4. Untunk mmegetahui kecenderuangan suatu peristiwa diperlukan waktu beberapa
tahun
5. Sulit dipakai untuk menilai dampak jika populasi yang dipantau kecil atau jika
tidak ada populasi pembanding
6. Laporan data survailan sering kali tidak lengkap dan baik jenis data,jumlah data,
sumber data maupun frekuensinya.
F. Epidemiologi Penyakit Menular
1. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu penyakit Timbul akibat dari oprasinya berbagai factor baik dari angent,
induk semang atau lingkungan. Tiga model yang dikenal dewasa ini adalah:
a. Segitiga epidemiologi
b. Jaring farinf sebab akibat
c. Roda
2. Penyakit menular
Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yanag dapat ditularkan
berpindah dari orang yang saatu kali yang dapat ditularkan berpindah dari orangn
yang satu ke orang yang lain,baik secara langsung maupun melalui perantara.
Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya)agent atau penyebab
yanag hidup dan dapatberpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain, ditentukan
oleh iga factor yaitu:
a. Agent-agent infeksi (penyebab infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang
merupakan penyebab penyakit dapat digolongakan menjadi:
➢ Golongan virus, midalanya: influenza,trachoma,cacar dan sebagainya.
➢ Golongan riketsia, misalnya:typus
➢ Golongan bakteri, misalnya: disentri
➢ Golongan jamur yakni bermacam-macam panu,kurap dan sebagainya
➢ Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut sperti: cacing
gelang, cacing krei, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
Agar supaya angent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup, maka
perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
➢ Berkembang biak
➢ Bergerak atau berpindah dari induk semang
➢ Mencapai induk semang baru
➢ Menginfeksi induk semang baru tersebut
b. Sumber infeksi dan penyebaran penyakit
Yang di maksud sumber infeksi adalah semua benda, termaksuk orang tau
binatang yang dapat melewatkan/menyebabkan penyakit pada orang. Macam-
macam penularan;
1. Kontak
Kontak disini dapat terjadi kontak langung maupun kontak tidak langsung
melalui benda-benda yang terkontaminasi.
2. Inhalasi
Yaitu penularan melalui udara atau pemanasan
3. Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan atau minum
4. Penetrasi pada kulit
5. Infeksi melalui plasenta
c. Faktor induk semang (host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh
factor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri
d. Pencegahan dan penggulangnan penyakit menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada tiga pendekatan atau cara yang
dilakukan yaitu;
1. Eliminasi reservoir (sumber penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat
dilakukan dengan; mengisolasi penderita,karantina
2. Menutuskan mata rantai penularan
Meningkatan santitasi lingkungan dan hygiene perorangnan adlah
merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata
rental penularan penyakit menular.
3. Melindungi orang orang-orang tau kelompok yang rentan
Bayi dan anak balita adalh merupaka kelompok usia yang rentan terhadap
penyakit menular.
G. Pendapat dari Beberapa Penelitian
Epidemiologi adalah studi tentang penyakit yang dapat mewabah, dan epidemik
biasanya diartikan sebgai peningkatan yang drastic dari insidensi penyakit-penyakit
yang dpat menyebar (ditularkan). Studi edpidemiologi dapat juga lakukan terhadap
penyakit-penyakit lain yang dapat mengenal orang banyak dan dapat dicegah, karena
salah satu tujuan studi epidemiologi adalah mencari agar penyakit tersebut dapat
dicegah agar tidak mengenal lebih banyak lagi menusia, termasuk penyakit
kardiovaskular,diabetes,dan sebagainya.
Aspek gangguan kesehatan remaja yang lain adalah meningkatnya kebrutalan,
perilaku anti social dan hal-hal lain sebgai akibat dampak urbanisasi dan perubahan
social lainnya. Penyelesaian maslah gangguan kesehatan remaja ini melalui aspek
moralitas daja cenderung mengahsilkan “ hitam putih” dan tidak menghasilkan
penyelsaian yang benar-benar efektif.
PERTEMUAN IV
SURVEILANS DALAM KEBIDANAN
A. DEFINISI
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara
terusmenerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada
pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan
penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen,
vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada
pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
penyakit (Last, 2001). Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab
menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan
masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti
kesehatan masyarakat (core science of public health). Surveilans memungkinkan
pengambil keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Surveilans
kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil
keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada
suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai
menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan,
kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani
dengan baik (DCP2, 2008)
Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan
secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten
atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-
perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati
atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan
pengendalian penyakit dengan tepat.
B. TUJUAN SURVEILANS
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan
populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan
respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans: (1)
Memonitor kecenderungan (trends) penyakit; (2) Mendeteksi perubahan mendadak
insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak; (3) Memantau kesehatan populasi,
menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi; (4) Menentukan
kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan
evaluasi program kesehatan; (5) Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program
kesehatan; (6) Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU,
2002).
C. JENIS SURVEILANS
Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit; (3)
Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5) Surveilans terpadu; (6)
Surveilans kesehatan masyarakat global.
1. Surveilans Individu (individual surveillance)
mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit
serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu
memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga
penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat
tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan
karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi
infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS
1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.
Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular
selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar.
Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan
perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak
sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa
diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan,
sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas,
sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi,
akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai
tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007)
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta
data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan
individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui
program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program
surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi
tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah
kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung
paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang
masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan
informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik Syndromic surveillance (multiple disease surveillance)
melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit,
bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti
pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari
aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza
(flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans
tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi
kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan
mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis
kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk
memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,
sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen
untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik
untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas
(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010).
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit
infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap
daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).
5. Surveilans Terpadu Surveilans terpadu (integrated surveillance)
menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/
provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu
menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit.
Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan
data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans sebagai
pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
(3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara
fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan
fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium,
komunikasi, manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan
pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu
tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda
(WHO, 2002).
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global Perdagangan dan perjalanan internasional di
abad modern,
migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi
lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi
global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di
seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan
organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang
melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala
global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases),
maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti
HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif
melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan
ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008)
D. MANAJEMEN SURVEILANS
Surveilans mencakup dua fungsi manajemen: (1) fungsi inti; dan (2) fungsi pendukung.
Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah
intervensi kesehatan masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup deteksi, pencatatan,
pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis maupun laboratoris, umpan-balik
(feedback). Langkah intervensi kesehatan masyarakat mencakup respons segera
(epidemic type response) dan respons terencana (management type response). Fungsi
pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan sumber daya
manusia dan laboratorium, manajemen sumber daya, dan komunikasi (WHO, 2001;
McNabb et al., 2002). Hakikatnya tujuan surveilans adalah memandu intervensi
kesehatan. Karena itu sifat dari masalah kesehatan masyarakat menentukan desain dan
implementasi sistem surveilans. Sebagai contoh, jika tujuannya mencegah penyebaran
penyakit infeksi akut, misalnya SARS, maka manajer program kesehatan perlu
melakukan intervensi kesehatan dengan segera. Karena itu dibutuhkan suatu sistem
surveilans yang dapat memberikan informasi peringatan dini dari klinik dan
laboratorium. Sebaliknya penyakit kronis dan perilaku terkait kesehatan, seperti
kebiasaan merokok, berubah dengan lebih lambat. Para manajer program kesehatan
hanya perlu memonitor perubahanperubahan sekali setahun atau lebih jarang dari itu.
Sebagai contoh, sistem surveilans yang menilai dampak program pengendalian
tuberkulosis mungkin hanya perlu memberikan informasi sekali setahun atau lima tahun,
tergantung prevalensi. Informasi yang diperlukan bisa diperoleh dari survei rumah
tangga.
E. PENDEKATAN SURVEILANS
Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) Surveilans pasif; (2)
Surveilans aktif (Gordis, 2000).Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan
menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk
dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit
infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis
perbandingan penyakit internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif
dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-
reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal.
Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu
petugas terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen
pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas. Surveilans aktif menggunakan petugas
khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik
pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan
tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus
(case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih
akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang
dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat
mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit
untuk dilakukan daripada surveilans pasif. Sistem surveilans dapat diperluas pada level
komunitas, disebut community surveilance. Dalam community surveilance, informasi
dikumpulkan langsung dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan
pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang sensitif dapat
membantu para kader kesehatan mengenali dan merujuk kasus mungkin (probable cases)
ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih
menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi laboratorium.
Community surveilans mengurangi kemungkinan negatif palsu (JHU, 2006).
epidemiologi surveilans adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematis
dan berkesinambungan, analisis, dan interpretasi data kesehatan dalam proses
menjelaskan dan memantau (memonitor) peristiwa kesehatan.
Informasi hasil surveilans digunakan untuk perencanaan, penetapan
(implementasi), evaluasi tindakan (intervensi), program kesehatan masyarakat, atau
dengan kata lain ,epidemiologi surveilands merupakan kegiatan pengamatan secara
teratur dan terus-menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian
akibat panyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu
masyarakat tertentu untuk kepentinganpencegahan dan penanggulangannya. Dengan
demikian data surveilans dapat dipakai baik untuk menentukan prioritas kegiatan
kesehatan masyarakat maupun untuk menilai efektivitas kegiatan.
F. TUJUAN EPIDEMIOLOGI SURVEILANS
Untuk memperoleh gambaran kejadian morbilitas serta kejadian peristiwa
vitar secara teratur sehingga dapat digunakan dalam berbagai kepentingan
perencanaan dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan dalam masyarakat.
Secara rinci tujuan tersebut dapat meliputi hal berikut ini.
a) Identifikasi , investigasi dan penanggulangan situasi luar biasa atau wabah
yang terjadi dalam masyarakat sedini mungkin.
b) Identifikasi kelompok penduduk tertentu dengan resiko tinggi.
c) Untuk menentukan penyakit dengan prioritas penanggulangannya
d) Untuk bahan evaluasi antara input pada berbagai program kesehatan dengan
hasil luarannya berupa insiden dan prevalensi penyakit dalam masyarakat.
e) Untuk memonitoring kecenderungan (tren) perkembangan situasi kesehatan
G. KEGIATAN EPIDEMIOLOGI SURVEILANS
Untuk mencapai masing-masing tujuan tersebut di atas maka dapatlah
dikembangkan berbagai bentuk kegiatan epidemiologi surveilans. Bentuk kegiatan
tersebut dapat bersifat rutin dan dapat pula bersifat kegiatan khusus. Bentuk
kegiatan yang bersifat rutin meliputi berbagai kegiatan berikut ini.
a. Laporan rutin kasus penyakit tertentu, baik penyakit menular maupun penyakit
tidak menular, atau berbagai kejadiaan yang berhubungan dengan kesehatan
secara umum. Laporan ini dilakukan secara berkala dalam bentuk laporan
mingguan, bulanan, dan laporan tahunan. Hasil analisis dari laporan tersebut
dapat digunakan untuk berbagai keperluan bidang kesehatan, baik untuk
penyusunan program maupun untuk evaluasi program serta analisis status
kesehatan masyarakat.
b. Pencatatan dan pelaporankhusus kejian tertentu dalam masyarakat yang
biasanya terbatas pada berbagai kejadian yang mungkin mempunyai potensi
mewabah.
c. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan jenis penyakit yang wajib dilaporkan
termasuk berbagai penyakit menular tertentu atau penyakit karantina serta
berbagai penyakit yang dianggap mempunyai potensi mewabah atau penyakit
yang jarang dijumpai dalam masyarakat. Jenis penyakit yang wajib dilaporkan
ini, biasanya tidak sama untuk setiap Negara,
d. Surveilans ekologi dan lingkungan yakni surveilans yang khusus dilakukan
terhadap berbagai ektor penyakit menular, pengamatan terhadap pencemaran
lingkungan, tanah,air, dan udara serta pengamatan terhadap beradanya bahan
berbahaya lain dalam dalam lingkungan yang berupa vektor penyakit
tertentu,pengotoran lingkungan dan lain- lain
e. Pengamatan dan mengawasan pemakaian zat tertetu seperti insektisida ,
vaksin, obat-obat yang bersifat keras dan zat lainnya yang dianggap
berbahaya.
f. Pencatatan dan pelaporan peristiwa vital yang meliputi kelahiran, perkawinan,
perceraian dan kematiaan.
Pada umumnya pelaksanaan surveilans yang bersifat rutin ini dilakukan secara
terprogram melalui pusat- pusat pelayanan kesehatan pada tingkatan tertentu.
Selain itu dikenal pula pelaksanaan epidemiologi surveilans yang bersifat kegiatan
khusus dan dilakukan padabatas waktu tertentu atau secara periodik dengan selang
waktu tertentu.
a) Pelaksanaan survei berkala untuk berbagai hal tertentu seperti status
kesehatan masyarakat melalui survei kesehatan rumah tangga, berbagai
jenis survei epidemiologis penyakit tertentu (umpamanya HIV) dalam
masyarakat.
b) Pengamatan khusus terhadap kejadian luar biasa atau wabah serta
penalitian aktif penyakit tertentu.
c) Pengamatan khusus oleh dokter praktis swasta, pengamatan di klinik-
klinik swasta dan lain-lain (umpamanya penyakit menular seksual)
H. KOMPONEN SURVEILANS
Epidemiologi surveilans dalam pelaksanaan kegiatannya, secara teratur dan
terencana melakukan berbagai komponen utama surveilans.
a. Pengumpulan atau pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya.
b. Pengelolaan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti
c. Analisis dan interprestasi data untuk keperluan kegiatan
d. Penyebarluasan data atau keterangan termasuk umpan balik, penyebarluasan
data atau informasi dilakukan dalam tiga arah yang meliputi
(1) ditujukan ke tingkat administrasi yang lebih tinggi sebagai informasi untuk
dapat menentukan kebijakan selanjutnya.
(2) dikirim kepada instalasi pelapor atau ketinggkat administrasi yang lebih
rendah yang berfungsi sebagai pengumpul dan pelapor data dalam bentuk
umpan balik
(3) disebarluaskan kepada instalasi terkait dan kepada masyarakat luas.
e. Hasil evaluasi data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya, untuk
kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-
perbaikan korban dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi
atau penilaian hasil kegiatan.
Dalam pelaksanaan program epidemiologi surveilans, dialami berbagai
kendala dan keterbatasan.
a) Untuk melaksanakan berbagai kegiatan suatu sistem surveilans,
dibutuhkan sejumlah tenaga khusus dengan kegiatan yang cukup
intensif.
b) Untuk mendapatkan hasil analisis dibutuhkan waktu untuk tabulasi
dan analisis data.
c) Masih terbatasnya indikator kunci untuk berbagai nilai-nilai tertentu
dari hasil analisis sehingga sering sekali mengalami kesulitan dalam
membuat kesimpulan hasil analisis, umpamanya indikator kunci
tentang peran aktif masyarakat, tingkat pengetahuan dan motifasi
masyarakat terhadap kehidupan sehat,dll
d) Untuk melakukan analisis kecenderungan suatu proses dalam
masyarakat dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk pengumpulan
data. Data yang erbatas hanya satu atau dua tahun saja, sulit untuk
dijadikan patokan dalam membuat analisis maupun kecendrungan.
e) Untuk melakukan penilaian tehadap tingkat keberhasilan suatu
program, biasanya mengalami kesulitan bila dilakukan pada populasi
yang jumlahnya kecil atau bila tidak ada populasi atau kelompok
pembanding (kontrol)
f) Sering sekali kita memperoleh laporan hasil surveilans yang kurang
lengkap sehingga sulit membuat analisis maupun kesimpulan.
I. LANGKAH- LANGKAH MENGEMBANGKAN SURVEILANS
a. Kepentingan kesehatan masyarakat
Uraikan kesehatan masyarakat dari peristiwa kesehatan yang
diamati.dalam hal ini selain melihat situasi penyakit yang mungkin sedang
dirasakan oleh masyarakat. Juga harus memperhatikan penyakit-penyakit yang
mempunyai pentesi untuk timbul dan akan merupakan msalah yang berat
dalam masyarakat. Untuk menentukan pentingnya suatu peristiwa kesehatan
yang perlu mengalami surveilens,dapat dianalisis berdasarkan beberapa hal
berikut ini:
a) Jumlah kasus yang ada yang meliputi besarnya insiden atau prevalensi
gangguan kesehatan.
b) Berat ringannya akibat penyakit atau gangguan kesehata tersebut seperti
angka case fatality rate maupun angka kematian secara umum
c) Angkapenurunan produktivitas atau angka lamanya perawatan.
d) Angka kematian umur muda umpamanya angka kehilangan umur
poensial
e) Besarnya biaya perawatan dan pengobatan
f) Kemungkinannya untuk dapat dicegah dalam berbagai tingkat
pencegahan.
b. Kejelasan dari sistem surveilans
Uraian ini akak meliputi berbagai hal sebagai berikut:
a) Uraian tentang tujuan (objektif) dari sistem tersebut.objektif ini meliputi
pemantauan terhadap keadaan luar biasa (wabah), pemantauan
kecendrungan , identifikasi usaha pencegahan dan lain-lain
b) Uraian tentang peristiwa kesehatan yang mengalami surveilans. Dalam
hal ini harus dijelaskan definisi kasus dari setiap peristiwa kesehatan
tersebut.
c) Uraikan tentang komponen dari sistem surveilans yang dikembangkan
meliputi:
• Populasi yang menjalani surveilans
• Waktu pengumpulan data
• Bentuk dan jenis data atau informasi yang d kumpulkan
• Sumber informasi atau yang menyapkan informsi tersebut
• Cara pengiriman dan penyimpanan informasi
• Bagaimana cara dan siapa yang menganalisis data
• Sistem penyebarluasan laporan termasuk caranya, sasaran yang
diberi informasi.
c. kegunaan dari sistem surveilans
Suatu sistem surveilans dikatakan berguna bila dapat membantu mencegah
dan menanggulangi penyakit atau peristiwa kesehatan yang mengganggu termasuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang akibat dari keadaan tersebut. Sistem
ini akan berguna bila dapat membantu untuk menentukan dan menjelaskan suatu
penyakit atau peristiwa kesehatan yang sebelumnya tampak kurang penting
menjadi peristiwa kesehatan yang sangat penting.
Tergantung daripada tujun suatu sistem surveilans tertentu, maka suatu sistem
surveilans dapat dikatakan berguna bila memenuhi satu dari berbagai hal berikut
ini.
a) Dapat mendeteksi kecendrungan (tren) perubahan kejadian penyakit tertentu.
b) Dapat mendeteksi kejadian luar biasa (epidemi)
c) Dapat memberikan perkiraan tentang besarnya morbiditas dan mortalitas
sehubungan dengan masalah kesehatan yang menjalani surveilans tersebut.
d) Dapat merangsang dan mendorong untuk diadakannya penelitian
epidemiologi tentang kemungkinan pencegahan dan penaggulangannya.
e) Dapat mengidentifikasi faktor resiko yang berkaitan dengan kejadiaan
penyakit.
f) Dapat memperhitungkan kemungkinan tentang adanya pengaruh atau efek
upaya penanggulangan kejadiaan penyakit atau gangguan kesehatan.
g) Dapat memberikan perbaikan d bidang klinis bagi pelaksanaan pelayanan
kesehatan (heath care provider) yang juga merupakan bagian dari unsur
pokok sistem surveilans.
Kegunaan suatu sistem surveilans mungkin saja dipengaruhi oleh semua
atribut surveilans. Dalam hal ini peningkatan nilai sensitivitas dapat memberikan
kemungkinan yang lebih besar terhadap identifikasi keadaan luar biasa serta
pengertian tentang riwayat peristiwa kesehatan yang mengganggu komunikasi .
juga dengan perbaikan ketetapan waktu memungkinkan kegiatan penanggulangan
serta kegiatan pencegahan dilakukan lebih dini. Disamping itu dengan penngkatan
nilai ramalan positif memungkinkan petugas kesehatan untuk bekerja lebih terarah
pada kegiatan yang produktif. Sistem surveilans yang tepat lebih mampu
menggambarkan karakteristik dari peristiwa kesehatan dalam suatu populasi
tertentu dan sitem surveilans yang sederhana (simple) fleksibel serta mudah
dilaksanakan juga cenderung untuk lebih berguna.
d. Beberapa sifat utama dari suatu sistem surveilans
untuk penilaian dari suatu sistem surveilans, dapat dilakukan penilaian
terhadap beberapa sifat utama sistem yang meliputi
a) Kesederhanaan
Kesederhanaan suatu sistem surveilans berarti stuktur yang sederhana
dan mudah dioperasikan, suatu sistem surveilans harus sesederhana
mungkin, tetapi tetap dapat mancapai tujuan. Suatu kerangka yang
menggambarkan alur informasi dan hubungannya dalam sistem surveilans
dapat menolong untuk menilai kesederhanaan atau kemajemukan suatu
sistem surveilans.
Untuk menilai tingkat kesederhanaan suatu sistem surveilans dapat
dipertimbangkan beberapa ukuran berikut ini.
• Banyak dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosa.
• Banyaknya serta jenis sumber pelaporan
• Cara penyajian data / informasi
• Banyaknya organsasi yang terlibat dalam penerimaan laporan kasus
• Tingkat latihan staf yang dibutuhkan
• Bentuk analisis data
• Banyaknya serta jenis pemakaian jenis pemakaian data
• Waktu yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan, penyaluran dan
analisis data serta penyiapan dan penyebaran laporan surveilans.
Kesederhanaan sistem mempunyai arti yang erat dengan ketetapan waktu
dan dapat mempengaruhi besernya biaya operasional yang dibutuhkan untuk
melaksanakan sistem tersebut.
b) Fleksibilitas
Yang dimaksud dengan sitem surveilans yang fleksibel adalah suatu
sistem yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang
dibutuhkan atau keadaan lapangan dengan terbatasnya waktu, personal dan
anggaran.juga sistem yang fleksibel dapat ditetapkan terhadap keadaan
seperti penyakit yang baru atau masalah kesehatan yang baru, adanya
perubahan defenisi kasus atau perubahan dari sumber pelaporan.
Fleksibel adalah perkiraan terbaik secara retrospektif dengan mengamati
bagaimana sistem tersebut menghadapi kebutuhan baru. Contoh yang paling
jelas adalah ketika penyakit AIDS muncul pada 80-an yang lalu maka sitem
pelaporan penyakit yang telah berjalan pada departemen kesehaan dapat
secara langsung digunakan untuk pelaporan kejadian atau kasus, doagnosis
serta faktor risikonya. Pada umumnya sistem yang lebih sederhana akan
lebih fleksibel pula karena kurang komponen dalam sistem tersebut yang
memerlukan perubahan dan penyesuaian untuk digunakan pada penyakit
lain.
c) Kemampuan untuk dapat diterima
Adanya penerimaan sistem surveilans tertentu dapat dilihat dari
keinginan individu maupun organisasi tertentu untuk ikut serta dalam sistem
tersebut. Keinginan menggunakan sistem tersebut oleh
• Orang-orang di luar organisasi pelaksana sistem sistem surveilans,
umpamanya mereka yang oleh organisasi pelaksana diminta ikut serta
melakukan sesuatu untuk sistem tersebut, dan
• Mereka yang memang merupakan petugas dari organisasi pelaksana
sistem tersebut.
Tingkat penerimaan suatu surveilans dapat dilihat berdasarkan berbagai
indikator berikut ini:
• Tingkat partisipasi subjek dan pelaksana surveilans
• Bagaimana cepatnya tercapai tingkat pertisipasi yang tinggi tersebut
• Tingkat kelengkapan hasil wawancara dan besarnya penolakan
menjawab pertanyaan (bila sistem menggunakan cara wawancara
pada subjek)
• Kelengkapan bentuk pelaporan
• Tingkat kelengkapan laporan, termasuk laporan dokter, praktik
umum, rumah sakit, laboratorium,serta berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
• Ketepatan waktu pelaporan
d) Sensitifitas
Sensitifitas sistem surveilans dimaksudkan dengan tingkat kemampuan
sistem tersebut untuk mendapatkan menjaring data informasi yang akurat.
Sensitifitas sistem surveilans dapat di nilai pada dua tingkatan. Pertama pada
tingkat pelaporan kasus, proporsi kasus atau masalah kesehatan yang mampu
dideteksi oleh sistem superlans. Kedua, sistem surveilans dapat diketahui
tingkat sensitifitasnya dari kemampuannya untuk mendeteksi kejadian luar
biasa (epidemi).
Sensitifitas dari suatu sistem surveilans dapat dipengaruhi oleh berbagai
kemungkinan.
• Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah kesehatan tertentu
dengan mencapai pengobatan medis.
• Jenis penyakit atau keadaan gangguan kesehatan yang akan didiagnossis,
keterampilan petugas kesehatan dalam melakukan diagnosis serta tingkat
sensitifitas tes diagnostik.
• Jenis kasus yang akan dilaporkan kepada sistem serta cara pemberian
diagnosisnya.
e) Nilai ramal positif
f) Representatif
g) Ketepatan waktu
Karena sistem surveilans sangat luas dalam metodologi, cakupan dan tujuan
maka kemungkinan suatu karakteristik yang penting untuk suatu sistem akan
kurang penting untuk sistem yang lain.upaya untuk meningkatkan suatu sifat,
misalnya kemampuan sistem untuk mendeteksi peristiwa kesehatan (sensitifitas),
kemungkinan akan mengurangi sifat yang lain, umpamanya kesederhanaan dan
ketepatan waktu. Oleh sebab itu keberhasilan suatu sistem surveilans akan banyak
tergantung pada keseimbangan sifat- sifat tersebut. Disamping itu kekuatan
penilaian suatu sistem sangat tergantung kepada kesanggupan penilai untuk
menilai sifat-sifat mana yang dibutuhkan oleh suatu sistem sehingga setiap
pendekatan penilaian haruslah cukup fleksibel.
J. RUANG LINGKUP SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
1. SE Penyakit Menular : merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit dan factor risiko untuk mendukung upaya PPM
2. SE Penyakit Tidak Menular
3. SE Kesling dan Perilaku (mendukung program penyehatan lingkungan)
4. SE Masalah Kesehatan (mendukung program-program kesehatan tertentu)
5. SE Kesehatan Matra (kesh haji, udara, keracunan, pelabuhan, laut, KLB)
K. LANGKAH-LANGKAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
1. Pengumpulan data :
a) pasif : RS, Puskesmas (data sekunder)
b) aktif : pengumpulan data KLB, program
2. Pengolahan data (tabel, grafik menurut golongan umur, tempat, waktu, dsb)
3. Analisis data (menurut umur, waktu, tempat, jenis kelamin, status imunisasi, dsb)
4. Penyebaran informasi (kepada program yang terkait)
L. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI WABAH
Dalam epidemiologi prinsip dasar dalam menghadapi wabah umumnya sama,
pada penyakit menular maupn pada penyakit tidak menular, (khusus untuk penyakit
menular,beberapa terminologi harus dipahami betul artinya antara lain kerier, kontak,
masa penularan ,menular, menular, infeksi masa inkubasi, sub klinis,isolasi, karantina
transmisi,reservoir, sumber penularan, vektor konvalesent, zoonosis dan lain- lain)
Garis besar pelacakan wabah atau kejadian luar biasa
Usaha pelacakan luar biasa atau wabah merupakan suatu kegiatan yang cukup
menarik dalam bidang epidemiologi.keberhasilannya ditentukan berdasarkan
pengumpulan data dan informasi secara seksama lngsung dilapangan atau tempat
kejadian yang di susul dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman pemikiran
merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan.
1. Analisis situasi awal
2. Penetapan atau penegakan dioagnosa
3. Penenyuan adanya wabah
4. Uraian keadaan wabah
5. Analisis lanjutan
Beberapa pokok yang perlu dapat perhatian pada tindak lanjutnya.
1. Usaha penemuan kasus tambahan
2. Analisis data
3. Meegakkan hipotesis
4. Tindakan pemadaman wabah dan tindak lanjut
PERTEMUAN V
ISSUE KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita ( makhluk hidup.
Contohnya : meja, kursi, cahaya, udara, mamusia, hewan, tumbuhan, dsb.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan komponen biotik.
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi, dsb.Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang
bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme. Ilmu yang mempelajari
lingkungan adalah Ilmu lingkungan atau ekologi.Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu
biologi.
B. Isu strategis utama
adalah desentralisasi dan otonomi pembangunan di bidang kesehatan. Isu ini sangat
berpengaruh dalam tatalaksana pemerintahan dan penatalaksanaan program-program
pembangunan kesehatan. Isu ini perlu menjadi landasan dalam pemikiran pembangunan di
masa yang akan datang di kabupaten Gunungkidul. Isu kedua yang tak kalah penting adalah
pembiayaan daerah. Dengan lahirnya UU nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah, membuka peluang bagi daerah untuk mampu memanfaatkan
anggaran dana untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sekaligus menciptakan sumber-
sumber pendapatan baru bagi daerah. Kemampuan daerah dalam menyusun berbagai program
pembangunan daerah sangat tergantung kepada keberadaan dan pengelolaan pembiayaan ini.
Berdasarkan kajian-kajian determinan permasalahan kesehatan yang terjadi di Kabupaten
Gunungkidul, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai isu-isu pokok yaitu berbagai
determinan yang menjadi bagian yang muncul dalam permasalahan-permalsahan kesehatan
terutama kepada permasalahan-permasalahan utama dan harus ditangani segera. Isu pokok
merupakan permasalahan dalam determinan kesehatan yang selalu muncul dalam setiap
masalah. Dari analisis determinan faktor yang paling sering muncul adalah sebagai berikut :
1. Status Gizi Masyarakat secara umum masih rendah
2. Keluarga miskin dan pembiayaan kesehatan di masyarakat
3. Mekanisme Pembiayaan Kesehatan (Preventif dan Promotif ) di Puskesmas
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat
5. Manajemen pelayanan kesehatan ( terutama SDM dan sistem informasi kesehatan )
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lingkungan Masyarakat
1. Disparitas status kesehatan
Disparitas adalah perbedaan; jarak: adanya upah yang diterima oleh para pekerja pabrik
itu. Di Indonesia yang sungguh kaya luar biasa ini,status Menghalangi pemiliknya untuk
mendapatkan hak kesehatan yang layak. , masyarakat, media massa , politikus bahkan insan
kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan
kuratif dirumah sakit dan puskesmas . "Meskipun secara nasional kualitas kesehatan
masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah
masih cukup tinggi," katanya.
2. Beban Ganda penyakit.
Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban ganda,yang pertama
adalah rasa sakit yang diderita dan Uang yang cukup banyak Untuk mengatasi masalah
penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan dampak negative pada Pasien yang
bersangkutan, karena keterbatasan dana, mereka mendapatkan keterbatasan Pelayanan
kesehatan.
3.Kinerja Pelayanan yang rendah
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono,
menilai kinerja pelayanan kesehatan masih rendah terutama di daerah tertinggal, terpencil,
perbatasan dan pulau-pulau terluar. "Padahal kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk," katanya, malam ini. Agung
Laksono, menjelaskan hal itu merupakan tantangan pembangunan kesehatan di Indonesia
yang memerlukan dukungan semua elemen bangsa.
"Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih dibawah
standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga
kesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera diatasi," katanya.Dikatakan, hingga saat
ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio
dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi. "Indonesia mengalami
kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan yang diperlukan, " katanya.
4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan system yang
mengatur kesehatan.Jika anda berkunjung ke Jakarta misalnya, lihatlah sungai disana kini
sungai di Jakarta mengalami perubahan fungsi, fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan
kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula
di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita
temukan di masyarakat kita.
5. Rendahnya Kondisi kesehatan lingkungan
Rendahnya Pembangunan Ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok
masalah ini.hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial baik papan,sandang dan pangan.
Pertanyaan mengapa masalah kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya,
mungkin jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk.
a. Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan
Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain dari akses masyarakat
terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002, persentase rumah tangga yang
mempunyai akses terhadap air yang layak untuk dikonsumsi baru mencapai 55,2 persen (BPS
2002), dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar 63,5 persen.
Jelas lingkungan mempengaruhi kesehatan sesorang, orang yang tinggal ditempat
bersih, aman, dan nyaman akan mendapat kesehatan yang lebih baik dibanding orang yang
bertempat tinggal di daerah kumuh seperti bantaran kali, kolong jembatan, dan kawasan
Industri. Masih banyak masyarakat indonesia yang bertempat dilingkungan kurang baik,
pelosok-pelosok. Khususnya masyarakat jakarta.
Faktor-faktor buruknya lingkungan yang mempengaruhi kesehatan:
1. Banyak bangunan bertingkat yang di beton = dengan banyaknya bangunan bertingkat
maka fungsi tanah yang seharusnya menyerap air kini digantikan fungsinya oleh sistem
penyerapan buatan yang kurang efektif, dapat berakibat banjir dan mewabahnya
penyakit.
2. Pembuatan produk-produk yang lama hancur = bahan baku yang lama hancur akan
mempercepat penumpukan sampah karena sampah dihasilkan setiap hari.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya = sehingga membuang sampah
sembarang, membangun rumah dibantaran kali, dll
4. Banyak kendaraan dan pabrik-pabrik = kendaraan yang sudah lama akan mengalami
pembakaran yang tidak sempurna sehingga lebih banyak menghasilkan Co2 dan Pb
begitupun dengan pabrik-pabrik.
Solusinya, Penggusuran rumah-rumah yang berada dibantaran kali, kolong jembatan dan
taman-taman lalu menempatkannya kembali ditempat yang layak karena ketika kali yang
seharusnya menjadi saluran pembuangan menjadi berkurang fungsinya karena adanya
rumah-rumah di bantaran kali. Kemudian, Memanfaatkan sampah dengan cara mendaur
ulangnya, pengurangan produk-produk yang lama hancur sperti plastik dan kaca.
b. Rendahnya Status Kesehatan Penduduk Miskin
Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 dibandingkan dengan 17 per
1.000 kelahiran hidup pada kelompok terkaya.Penyakit infeksi yang merupakan penyebab
kematian utama pada bayi dan balita, seperti malaria dan TBC, lebih sering terjadi pada
masyarakat miskin. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin terutama disebabkan oleh
terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya
(cost barrier). Data SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa 48,7 persen masalah dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan adalah karena kendala biaya, jarak dan transportasi.
Utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin
cenderung memanfaatkan pelayanan di puskesmas. Demikian juga persalinan oleh tenaga
kesehatan pada penduduk miskin hanya sebesar 39,1 persen dibanding 82,3 persen pada
penduduk kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial hanya
menjangkau 18,74 persen (2001) penduduk, dan hanya sebagian kecil diantaranya penduduk
miskin.
Solusinya, Memberikan jaminan akses dan kualitas pelayanan kesehatan gratis untuk
keluarga miskin dimanapun berada di wilayah Negara Indonesia.Upaya kesehatan dasar dan
rujukan terutama diprioritaskan pada setiap bayi bayi, anak dan kelompok masyarakat risiko
tinggi.Dengan demikian maka setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan
dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya terutama di daerah perbatasan, terpencil
dan tertinggal.
c. Rendahnya Pemanfaatan Fasilitas Pemerintah dan Keterjangkauan Pelayanan
Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas
Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan
kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala.Fasilitas ini belum sepenuhnya
dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua
kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan
dengan optimal
Pada tahun 2002, rata-rata setiap 100.000 penduduk baru dapat dilayani oleh 3,5
puskesmas. Selain jumlahnya yang kurang, kualitas, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan di puskesmas masih menjadi kendala. Pada tahun 2003 terdapat 1.179
Rumah Sakit (RS), terdiri dari 598 RS milik pemerintah dan 581 RS milik swasta. Jumlah
seluruh tempat tidur (TT) di RS sebanyak 127.217 TT atau rata-rata 61 TT melayani 100.000
penduduk.Walaupun rumah sakit terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun kualitas
pelayanan sebagian besar RS pada umumnya masih di bawah standar.Pelayanan kesehatan
rujukan belum optimal dan belum memenuhi harapan masyarakat.Masyarakat merasa kurang
puas dengan mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas, karena lambatnya pelayanan,
kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu.Perlindungan masyarakat di bidang obat
dan makanan masih rendah.Dalam era perdagangan bebas, kondisi kesehatan masyarakat
semakin rentan akibat meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan yang tidak
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan.
d. Studi Kasus tentang Penerapan Kesehatan Lingkungan
Penerapan Kesehatan Lingkungan seperti diadakannya program lingkungan sehat.
Program ini ditujukan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan
lintas-sektor berwawasan kesehatan.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar;
2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan;
3. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan; dan
4. Pengembangan wilayah sehat
PERTEMUAN VI-VII
KONSEP PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
A. PENGERTIAN
Secara umum pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan akan terjadi, sehingga peristiwa tadi tidak
terjadi atau dapat dihindari.
Pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai bertindak mendahului (to come
before or procede) atau mengantisipasi (to anticipate) yang menyebabkan sesuatu proses
tidak mungkin berkembang lebih lanjut.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa pencegahan memerlukan tindakan antipatif (anticipatory
action) berdasarkan pada penguasaan tentang model Riwayat Alamiah Penyakitnya, yang
berkaitan inisiasi (awal mulai) atau kemajuan dari proses suatu penyakit atau masalah
kesehatan apapun tidak mempunyai peluang untuk berlanjut.
Mencegah penyakit berarti menggunakan pengetahuan mutakhir dengan sebaik-baiknya
untuk membina (promote), mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan
memperpanjang umur (mengikuti asal mulanya sebagaimana dimaksud dalam definisi
Public Health menurut Winslow, 1920). Semua upaya tersebut dapat dicapai dengan
mengorganisir dan menyediakan pelayanan kedokteran dan kesehatan masyarakat kepada
perorangan maupun keluarga atau masyarakat yang membutuhkan.
B. TAHAPAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Tindakan pencegahan dapat dilakukanbaik pada fase prepatogenesis yaitu sebelum
mulainya proses penyakit, maupun fase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses
penyakit mengikuti konsep proses Riwayat Alamiah Penyakit.Tindakan pencegahan
dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu:
1. Tahap Primary Prevention
Yang pertama adalah pencegahan primer yang dilakukan dalam fase pre-
patogenesis sebelum proses penyakit terjadi. Tahap pencegahan primer diterapkan
dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses penyakit belum
terjadi atau belum mulai. Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi
ke 3 faktor utama untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan environment yang
membentuk konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu dengan
lainya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan
terjadinya stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya proses penyakit dan
masuk kedalam fase pathogenesis.
Tahap pencegahan primer terbagi menjadi dua sub-tahap yaitu Health Promotion
(pembinaan kesehatan) dan Specific Protection (perlindungan khusus).
a. Tahap Health Promotion
Upaya-upaya pencegahan dalam tahap ini masih bersifat umum dan belum
tertuju pada jenis atau kelompok penyakit tertentu. Tujuan utamanya adalah
untuk pembinaan atau memajukan (to promote) kesehatan secara umum dan
kesejahteraan hidup individu atau kelompok masyarakat dengan upaya-upaya
ini diharapkan daya tahan secara fisik mental dan sosial ditingkatkan dan kita
dijauhkan dari segala ancaman stimulus yang dapat memicu terjadinya atau
mulainya suatu proses penyakit secara umum.
Termasuk dalam kategori tahap ini adalah segala bentuk upaya untuk
meningkatkan kebugaran jasmani (physical fitness), kecantikan dan keindahan
bentuk tubuh (bina-raga), relaksasi yang memadai dan kondisi lingkungan hidup
yang santai dan menyenangkan, tapi dalam batas-batas yang tidak mengancam
atau mengganggu kesehatan yang optimal tadi. Secara alamiah setiap individu
yang dalam kondisi sehat akan merasa memerlukan kegiatan-kegiatan yang
mendukung Health Promotion ini tanpa memerlukan latihan atau keterampilan
khusus.
Sebagian besar upaya-upaya tersebut mungkin dapat dicapai melalui pendidikan
atau penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi), sebagian melalui
kegiatan-kegiatan bersama dilapangan, melalui organisasi atau perkumpulan
yang teratur dan terencana (Organized dan Structured) dan sebagai melalui
kegiatan yang berkategori santai dan bebas.
Leavell dan Clark menyebutkan beberapa bentuk kegiatan yang termasuk
Health Promotion dan yang sudah banyak dikembangkan dan sudah tercakup
atau terintegrasi dalam berbagai bentuk program pelayanan kesehatan yang
umunya termasuk kategori Anak Primary Health Care maupun Basic Health
Services seperti:
1) Pendidikan/penyuluhan kesehatan
2) Kondisi kerja yang baik
3) Makanan bergizi
4) Keturunan dan KB
5) Perkembangan kepribadian
6) Nasehat perkawinan
7) Perumahan sehat
8) Pemeriksaan berkala
9) Rekreasi dan olahraga
b. Tahap Spesifik Protection
Tahap inilah yang biasanya dimaksud sebagai arti pencegahan sebagaimana
umumnya orang mengartikannya. Upaya pencegahan disini sudah tertuju kepada
jenis penyakit penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Biasanya sasarannya
adalah individu atau kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (High Risk
Group) terhadap suatu penyakit tertentu tadi. Tindakan pencegahan disini dapat
diartikan sebagai member perlindungan khusus terhadap kelompok beresiko
tinggi tadi.
Banyak kemajuan yang telah dicapai dalam iptek yang berkaitan dengan upaya-
upaya pencegahan pada tahap ini. Terutama ketika orang memasuki era
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan

More Related Content

What's hot

Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidananLegislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
febriok
 
Aspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya PersalinanAspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya Persalinan
evianamsaputri
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan
Siti Maimun
 
Model dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanModel dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanom_wiez
 
Informed choice & informed consent
Informed choice & informed consentInformed choice & informed consent
Informed choice & informed consent
Triana Septianti
 
Malpraktik Kebidanan
Malpraktik KebidananMalpraktik Kebidanan
Malpraktik Kebidanan
NAWRA115
 
Brosur leaflet persiapan persalinan
Brosur leaflet persiapan persalinan Brosur leaflet persiapan persalinan
Brosur leaflet persiapan persalinan dery laskar/ kahadari
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Al-Ikhlas14
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Al-Ikhlas14
 
Asuhan antenatal di komunitas
Asuhan antenatal di komunitasAsuhan antenatal di komunitas
Asuhan antenatal di komunitas
Bayu Fijrie
 
Pencatatan dan pelaporan kesehatan masyarakat
Pencatatan dan pelaporan kesehatan masyarakatPencatatan dan pelaporan kesehatan masyarakat
Pencatatan dan pelaporan kesehatan masyarakat
Aprillia Indah Fajarwati
 
Kepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidananKepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidanan
nessimeilan
 
Kunjungan neonatus & bbl (yona)
Kunjungan neonatus & bbl (yona)Kunjungan neonatus & bbl (yona)
Kunjungan neonatus & bbl (yona)
YonaFirdaliRanti
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
Al-Ikhlas14
 
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Nurul Wulandari
 
Standard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanStandard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanJoni Iswanto
 
Kode etik bidan bab i&ii.ppt
Kode etik bidan bab i&ii.pptKode etik bidan bab i&ii.ppt
Kode etik bidan bab i&ii.ppt
Aprillia Indah Fajarwati
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidananLegislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
 
Aspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya PersalinanAspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya Persalinan
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan
 
Model dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanModel dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatan
 
Informed choice & informed consent
Informed choice & informed consentInformed choice & informed consent
Informed choice & informed consent
 
Malpraktik Kebidanan
Malpraktik KebidananMalpraktik Kebidanan
Malpraktik Kebidanan
 
Brosur leaflet persiapan persalinan
Brosur leaflet persiapan persalinan Brosur leaflet persiapan persalinan
Brosur leaflet persiapan persalinan
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
 
Sistem rujukan
Sistem rujukanSistem rujukan
Sistem rujukan
 
Asuhan antenatal di komunitas
Asuhan antenatal di komunitasAsuhan antenatal di komunitas
Asuhan antenatal di komunitas
 
Pencatatan dan pelaporan kesehatan masyarakat
Pencatatan dan pelaporan kesehatan masyarakatPencatatan dan pelaporan kesehatan masyarakat
Pencatatan dan pelaporan kesehatan masyarakat
 
Kepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidananKepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidanan
 
Kunjungan neonatus & bbl (yona)
Kunjungan neonatus & bbl (yona)Kunjungan neonatus & bbl (yona)
Kunjungan neonatus & bbl (yona)
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
 
Standard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanStandard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidan
 
Kode etik bidan bab i&ii.ppt
Kode etik bidan bab i&ii.pptKode etik bidan bab i&ii.ppt
Kode etik bidan bab i&ii.ppt
 
Paradigma kebidanan kelompok konkeb
Paradigma kebidanan kelompok konkebParadigma kebidanan kelompok konkeb
Paradigma kebidanan kelompok konkeb
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
 

Similar to Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan

Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan MasyarakatSejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan Masyarakat
Fransiska Oktafiani
 
Makalah tentang Sejarah IKM-EVA YUNITA.pdf
Makalah tentang Sejarah IKM-EVA YUNITA.pdfMakalah tentang Sejarah IKM-EVA YUNITA.pdf
Makalah tentang Sejarah IKM-EVA YUNITA.pdf
FitriaOva
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Putri Indayani
 
Konsep Kesehatan Masyarakat
Konsep Kesehatan MasyarakatKonsep Kesehatan Masyarakat
Konsep Kesehatan Masyarakat
pjj_kemenkes
 
KULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdfKULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdf
FitriaOva
 
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptxKONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
ParulianGultom2
 
Ilmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatIlmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatNova Ci Necis
 
ilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatWahfi Zuli
 
2. sejarah perkembangan kesmas.pptx
2. sejarah perkembangan kesmas.pptx2. sejarah perkembangan kesmas.pptx
2. sejarah perkembangan kesmas.pptx
LilisKarlina55
 
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
DarmapoeteraMaulana
 
PENGANTAR IKM 2022.ppt
PENGANTAR IKM 2022.pptPENGANTAR IKM 2022.ppt
PENGANTAR IKM 2022.ppt
ssuserb127e91
 
SEJARAH IKM - 1 (SRI WAHYUNI).pdf
SEJARAH IKM - 1 (SRI WAHYUNI).pdfSEJARAH IKM - 1 (SRI WAHYUNI).pdf
SEJARAH IKM - 1 (SRI WAHYUNI).pdf
sriwahyuni25836
 
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdfBUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
roomahmentari
 
12153840.ppt
12153840.ppt12153840.ppt
12153840.ppt
irwan294453
 
12153840.ppt
12153840.ppt12153840.ppt
12153840.ppt
irwan294453
 
PPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.ppt
PPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.pptPPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.ppt
PPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.ppt
FitriaOva
 
gsdgsdsfsfsfdzxzxccdsfsfsfdsfsdfsdsdfffffffffffffffffffffffffffsf
gsdgsdsfsfsfdzxzxccdsfsfsfdsfsdfsdsdfffffffffffffffffffffffffffsfgsdgsdsfsfsfdzxzxccdsfsfsfdsfsdfsdsdfffffffffffffffffffffffffffsf
gsdgsdsfsfsfdzxzxccdsfsfsfdsfsdfsdsdfffffffffffffffffffffffffffsf
Gede Widyanata
 

Similar to Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan (20)

(Ikm) per iii
(Ikm) per iii(Ikm) per iii
(Ikm) per iii
 
Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan MasyarakatSejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan Masyarakat
 
Makalah tentang Sejarah IKM-EVA YUNITA.pdf
Makalah tentang Sejarah IKM-EVA YUNITA.pdfMakalah tentang Sejarah IKM-EVA YUNITA.pdf
Makalah tentang Sejarah IKM-EVA YUNITA.pdf
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
 
Konsep Kesehatan Masyarakat
Konsep Kesehatan MasyarakatKonsep Kesehatan Masyarakat
Konsep Kesehatan Masyarakat
 
KULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdfKULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdf
 
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptxKONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
 
Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1
 
Ilmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatIlmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakat
 
ilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakat
 
2. sejarah perkembangan kesmas.pptx
2. sejarah perkembangan kesmas.pptx2. sejarah perkembangan kesmas.pptx
2. sejarah perkembangan kesmas.pptx
 
Konsep pembelajaran sepanjang hayat
Konsep pembelajaran sepanjang hayatKonsep pembelajaran sepanjang hayat
Konsep pembelajaran sepanjang hayat
 
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
 
PENGANTAR IKM 2022.ppt
PENGANTAR IKM 2022.pptPENGANTAR IKM 2022.ppt
PENGANTAR IKM 2022.ppt
 
SEJARAH IKM - 1 (SRI WAHYUNI).pdf
SEJARAH IKM - 1 (SRI WAHYUNI).pdfSEJARAH IKM - 1 (SRI WAHYUNI).pdf
SEJARAH IKM - 1 (SRI WAHYUNI).pdf
 
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdfBUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
 
12153840.ppt
12153840.ppt12153840.ppt
12153840.ppt
 
12153840.ppt
12153840.ppt12153840.ppt
12153840.ppt
 
PPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.ppt
PPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.pptPPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.ppt
PPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.ppt
 
gsdgsdsfsfsfdzxzxccdsfsfsfdsfsdfsdsdfffffffffffffffffffffffffffsf
gsdgsdsfsfsfdzxzxccdsfsfsfdsfsdfsdsdfffffffffffffffffffffffffffsfgsdgsdsfsfsfdzxzxccdsfsfsfdsfsdfsdsdfffffffffffffffffffffffffffsf
gsdgsdsfsfsfdzxzxccdsfsfsfdsfsdfsdsdfffffffffffffffffffffffffffsf
 

Recently uploaded

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 

Recently uploaded (20)

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 

Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan

  • 1. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga Modul Kesehatan untuk mahasiswi Akademi Kebidanan Al-Ikhlas Cisarua ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Modul ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran penunjang mata kuliah Kesehatan Masyarakat pada Akademi Kebidanan Al-Ikhlas Cisarua. Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswi dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan pelaksanaan pembelajaran dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswi serta teori singkat untuk memperdalam pemahaman mahasiswi mengenai materi yang dibahas. Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Kesehatan Masyarakat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang. Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Cisarua, Febuari 2017 Penyusun
  • 2. PERTEMUAN I-II KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT Kesehatan masyarakat (public health) menurut Winslow (1920), adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan menungkaykan keseahatan melalui “usaha- usaha pengorganisasian masyarakat” untuk; perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit-penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan, pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup; ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antarpologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat), psikologi, ilmu pendidikan. Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin. A. Sejarah Kesehatan Masyarakat Berbicara kesehatan masyarakat tidak harus dari dua tokoh metologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seseorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyait dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik. Hegia, seseorang asistennya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan. Bedanya antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah keseahatan adalah; a. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
  • 3. b. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, seperti menghindari makanan/minuman yang beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Hegeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, dari pada dengan pengobatan/pembedahan. Dari cerita dua tokoh diatas, berkrmbanglah 2 aliran/pendekatan dalam menangani masalah kesehatan. 1. Kelompok pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif/pengobatan. Kelompok ini pada umumnya terdiri terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan fisik, metal maupun sosial, 2. Sedangkan kelompok kedua seperti hanya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadi penyakit. Kedua dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah/institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah terjadi dikotomi antara kelompok kedua profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan pencegahan/ preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan: a. Pendekatan kuratif: 1. Dilakukan terhadap sasaran secar individual. 2. Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang, missal dokter menunggu pasien datang di Puskesmas/ tempat praktik) 3. Melihat dan menangani klien/pasien kepada system biologis manusia/pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusai terdiri dari bio-pskio-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. b. Pendekatan preventif 1. Sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan).
  • 4. 2. Menggunagakan pendekatan proaktif, artinya tidak menggunakan masalah datang, tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan mengindentifikasi masalah dan melakukan tindakan. 3. Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik. Terjadi penyakit tidak semata karena terganggunya system biologis tapi aspek bio-psiko- sosial. Memperluas pengatahuan mitos Yunani yang memunculkan dewa-dewa dalam bidang kesehatan, bukan hanya Asclepius dan Hygiea, dan masih banyak digunakan sebagai istilah dalam dunia kesehatan masyarakat dan kedokteran serta farmasi. B. Perode Perkembangan Masyarakat Sejarah perpanjang perkembangan masyarakat, tidak hanya di mulai pada ilmu pengatahuan saja tetapi sudah di mulai sebelum bekembangnya ilmu pengatahuan modern. Berikut ini akan dinahas tentang pekembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengatahuan (pre-scientifice period) dan setelah ilmu pengatahuan berkembang (scientific periode) 1. Periode sebelum ilmu pengatahuan (pre-scientific periode) Sejak zaman kebudayaan Babilonia, Mesir Yunani dan Roma sudah tercatat bahwa manusia telah melakukan upaya untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Pada zama ini telah di temukan adanya dokumen –dokumen tertulis bahkan peraturan-peraturan tertulis yang di antaranya mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman npembangunan kota, penagturan air minum dan sebagainya. Pada zaman ini juga diperboleh catatan tentang dibangunnya tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun pada saat itu alas an pembuatannya bukan karena alas an kesehatan atau karena kotoran manusia menimbulkan bau yang tidakenak dan pandangan yang tidak menyedapkan. Begitu juga dengan alasan dibuatnya sumur pada waktu itu adalah alas am karena meminum air kali yang mengalir dan sudah kotor itu terasa tidak enak dan bukan karena meminum air kali dapat menyebabkan penyakit (Green, 1984)
  • 5. Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatau peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang- binatang peliharaan yang menimbulkan bau dan sebagainnya. Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervise atau peninjaun kepada tempat-tempat minuman (public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi, dan lain sebagainya (Hanlon, 1974 dikutip oleh Notoamodjo, 2003). 2. Periode ilmu pengatahuan (scientific period). Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengatahuan belum ditemukan pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukan penyebab-penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah ini dibuktikan Louis Pasteur menemukan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan Louis Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar, Josep Lister menemukanaasam karbol untuk sterilisi ruang oprasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu oprasi. Penyelidikan dan upaya- upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakan. Ini dibuktikan dengan telah dikembangan pendidikan tenaga kesehatan professional oleh seorang pedagang wiski dari Baltimor, Amerika dengan berdirinya univertas serta pemerintah Amerika membentuk dapartemen kesehatan untuk menyelanggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga perbaikan dan pengasan sanitasi lingkungan. Kesehatan masyarakat yang terjadi sebelum ilmu pengetahuan: 1. Zaman romawi dan Yunani kuno (BC), ditemukan dokumen tertulis yang mengindikasikan: a. Adanya upaya penanggulan penyakit. b. Adanya peraturan tertulis tentang pemukiman, pembuangan air limbah dan system drainase, air minum, pembuangan air limbah dan sistem draniase,
  • 6. air minum pembuangan tinja, dan sebagainya, walaupun bukan karena alasan kesehatan, malainkan untuk estetika. c. Adanya keharusan dari pemerintah kerajaan untuk melakukan peninjauan warung warung minuman (public bar), rumah makan, dan sebagainnya. 2. Zaman pertengahan (Abad ke 1-17); Beberapa penyakit menular mulai menyerang penduduk dunia (typhus, kolera, pes, dan sebagainnya). 3. Zaman pertengan (Abad 8-18) a. Tahun 1340 terjadi wabah pes paling dasyat di Cina,India dan Mesir. TErcatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan 60.000.000 orang meninggal untuk seluruh dunia. Sehingga masa itu disebut “the black death” b. Sementra itu wabah kolera,typhus dan disentri masih berlangsung sampai abad ke 18. c. Upaya-upaya penanggulangan penyakit menular secara menyeluruh dan sistematis hampur dikatakan belum ada. Kesehatan Masyarakat Periode Ilmu Pengetahuan Abad bangkkitnya ilmu pengethauan dimulai pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19, termasuk ilmu kesehatan ( kedokteran dan kesehatan masyarakat. ). Apabila sebelumnya masalah kesehatan, utamanya penyakit hanya dilihat sebagai Fenomena biologis, Kemudian bergeser kefenomena yang kompleks. Apabila sebelumnya pendekatan terhadap masalaha kesehatan hanya dari satu segi (sector) saja, Kemudian bergeser kapendekatan yang multisektoral. Ditemukannya vaksin pencegah cacar oleh Louis Pasteur; asam karbol ( asam karbol) untuk sterilisasi ruang operasi oleh Joseph Lister, dan eter Sebagai anestesi oleh Wiliam Marton. Tahun 1832 terjadi epidemic kolera di inggris, terutama di daerah perkotaan. Kemudian Edwin Chardwich seorang ilmuan sosial melakukan penyelidikan. Hasil penyelidikannya Menyimpulkan bahwa penyebab wabah kolera ini adalah karena sanitasi lingkungan penduduk kota yang sangat buruk, pekerja perkotaan yanag upahnya sangat rendah , gizi mesayrakat rendah.
  • 7. Hasil penyelidikan Chardwich ini dianalisis dan disajikan dengah baik dan sahih.Berdasarkan laporan Chardwich ini akhirnya Palemen di inggris mengeluarkan UU yang mengatur tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat kerja (pabrik), sanitasi tempat umum, dan sebagainya. Tahun 1848 Jons Saimon diangkat sebagi menteri untuk menangani kesehatan penduduk (masyarakat). Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, di inggris dan Negara-negara Eropa lainnya, dan Amerika mulai dibuka pendidikan bagi tenaga-tenaga kesehatan untuk kesehatan masyarakat (public). Pada tahun 1849 John Hopkins seorang pedagang wiski meperlopori mendirikan universitas, yang di dalamnya terdapat program studi kedokteran dan “public health”. Pada tshun 1855 pemerintahan Amerika membentuk Kementiran Kesehatan yang pertama kali, yang di dalamnya terdapat bagian yang menangani kesehatan masyarakat (public). Tahun 1872 dibentu asosiaasi dari para akademisi dan praktisi kesehatan masyarakat, yang disebut American Public Health Association. Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Abad Ke-16 Pemerintahhan Belanda mengaedakan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakatnpada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehtan masyarkat. Tahun 1807 Pemerintahan Jendral Daendels, Telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama,karena langkanya tenaga pelatih. Tahun 1888 Berdiri pusat labiratorium Kedktedran di Bandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang,Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjanng pemberantasan penyakit seperti malaria,lepra,cacar,gizi dan sanitasi. Tahun 1925 Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangakan daerah percontohan dengan melakukan
  • 8. propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Perwokerto,Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan. Tahun 1927 STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolaj dokter tersebut punya andil besar dalam menhasilkan tenaga-tenaga (dokter-doter) yang mengembang kesehatan masyarakat Indonesia. Tahun 1930 Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong danperawatan persalinan. Tahun 1935 Dilakukan program pemberantasaan pes, karena terjadi epidemic, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi masal. Tahun 1951 Diperkenalkannya koonsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y.Leimena dan dr.Patah ( yang kemudian di kenal dengan Patah Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayangan kesehatan mesnyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dpat di pisahkan.Konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO.Diyakini abhwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembngan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabuoaten di tiap kecamtan yang mulai dikembangakan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas. Tahun 1952 Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan. Tahun 1956 Dr.Y.Sulianti mendiriksn “Proyek Bekasi” sebagai proyek percobaan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan antara pelayanan kesehatan pesedaan dan pelayanan medis. Tahun 1967 Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia.Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya
  • 9. sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A,tipe B dan C. Tahun 1967 Rapat kerja kesehatan Nasional,dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangakan oleh pemerintah (Depkes) menjadi pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ), Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memebrikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau,dlam wilayah kerja kecamatan atau sebagaian kecamatan di kotamadya/kabupaten. Tahun 1969 Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedic). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Provinsi. Tahun 1979 Tidak dibedakan antra Puskesmas A atau B hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard) selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti menjeral yang lain,yaitu Micro Planning untuk perencanaan,dan Lokakarya Mini (lokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan Kerjasama tim. Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA,KB,Gizi,Penanggulangan Diare,Immunisasi). Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secaraa menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
  • 10. kegiatan pokok. C. Pengertian Kesehatan Masyarakat Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang di anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke- 18 dengan ditemkan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi ,kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyait melalui imunisasi. Pada awal abad ke- 19, Kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan bik, Kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antra ilmu sanitasi dengan ilmu kedoteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan ( kedokteran ) dalam mencegahan penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpanduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang trjadi di masyarakat. Sebagai cabang ilmu kedokteran, ilmu kesehatan masyarakat dalam pembahasannya sangat mencakup ilmu kedokteran pengobatan untuk masyarakat, tetapi juga mencakup aspek pencegahan, peningkatan kesehatan umumnya, pemulihan kesehatan fisik dan mental serta di masyarakat.
  • 11. Dengan demikian ilmu Kesehatan Masyarakat membahas keadaan/kejadian ( phenomena ) dan berbagai segi kehidupan sosial individu maupun masyrakat yang ada kaitannya dengan kesehatan individu/masyarakat yang bersangkutan. Pembahasan ilmu kesehatan lebih luas dari pada pembahasan ilmu kedokteran, kesehatan mencakup kebutuhan pokok dari kehidupan individu/masyrakat. Untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut,upaya kea rah itu dipengaruhi oleh banyk factor sosial (WHO). Sehingga mencapai keadaan ”sehat” tersebut, banyak unsure kesejahteraan lainnya ikut berpengaruh. Menurut sejarah perkembangannya,ilmu kesehatan bermula dari cara pemeliharaan kesehatan/pengobatan yang berdasarkan kepercayaan bahwa ‘’penyakit adalah ketukan dari Tuhan dan para dewa”. Pada tahap permulaan ini pengobatan juga berdasarkan pemikiran primitive tersebut, yaitu pengobatan secara kuno atau tradisional. Tahap ini disebut juga “Primitive Consept”. Sejalan dengan bertumbuhan budaya manusia dan teknologi maka muncul kemudian yang berdasarkan konsep-konsep pelopor/perintis ilmu kedokteran modern, diantaranya: 1. Hippocrates (460-370 SM) dengan menggunakan pendekatan observatif menemukan cara-cara prngobatan secara ilmiah yang sampai hari ini masih dianut metodenya. Dengan penemuan tersebut beliau dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran. 2. Anthony van Leeuwen hoek (1632-1723) merintis perkembangan mikrosop berlensa satu. Dengan alat tersebut ia menemukan protoxoa dan spermatozoa. 3. John snow (1813-1723) memperdalam ilmu yang kani di sebut epidemiologi, dan dengan prinsip ilmu ini pula beliau berhasil membuktikan penyakit kolera disebabkan dan di bawa oleh air. 4. Louis Paster (1827-1912) merupakan sarjana pertama yang memperkenalkan dan menyakitkan penggunaan antiseptic dalam ilmu bedah.
  • 12. 5. Carlos Juan Finaly (1833-1915) menemukan dan membuktikan sebagai penyebab dan pembawa demam kuning 6. Robert konch (1843-1910), pendirian dan ahli bakteriologi kedokteran dan modern, beliau juga penemu kuman penyebab antaraks, tuberkulusis, dan kolera. 7. Paul Echrlich (1854-1915), sarjana yang peratama kali menemukan obat anti sifilis. Ditunjang oleh penemuan-penemuan di atas, pada era berikutnya ditemukan pula bebagai jenis obat-obatan yang menandai masa tersebut dan dikenal sebagai “Bacisn Science Era” ( era ilmu dasar ) dalam ilmu kedikteran dan kesehatan. Pada masa perkembangan berikutnya, sejalan dengan berkembangnya teknologi kedokteran/kesehatan, cara penemuan obat-obatan baru, dan juga cara pengobatan serta pencegahan berkembang pesat. Masa ini dikenal dengan “Era Clinical Science” ( era ilmu klinik). Masa ini berlangsung dari tahun 1900-1950. Era Clinical Science bertujuan serta merupakan filosofi serta penyempurnaan sistem kuratif, namun sasaran masih terbatas pada individu yang sakit saja. Menyusul era kedokteran/kesehatan yang terakhir ini, maka cara-cara pengobatan mulai diperluas melalui lembaga pengobatan yang dikanal dengan poliklinik. Merupakan salah satu lembaga perawatan/pengobatan, kedokteran, baik dalam bentuk rawat jalan (ambulatory) maupun rawat inap di rumah sakit (in patient). Dengan sistem pelayanan pengobatan di atas, masyarakat mulai diperkenalkan dengan cara pengobatan modern dan maju, dan masyarakat mulai menyadari manfaat serta perlunya lembaga pelayanan kesehatan/kedokteran. Sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan dari sistem pengembangan perawatan kedokteran, muncullah lembaga pendidikan kedokteran bagi lembaga perawatan. Pada tahap-tahap berikutnya modernisasi perawatan kedokteran berjalan seiring dengan kemajuan teknologinya, namun umumnya perawatan kedokteran tersebut masih terbatas pada perawatan/pengobatan ditunjukan kea rah pencegahan penyakit. Dengan laju pertumbuhan yang cepat sasaran perawatan/pelayanan kedokteran akhirnya menjadi lebih luas, yaitu masyarakat banyak sebagi satu kesatuan sosial dari individu. Berbarengan dengan itu, dunia kedokteran mulai memandang jauh ke depan, yaitu pada lingkungan hidup,
  • 13. keadaan sosial, dan lain-lainnya yang senantiasa merupakan factor-faktor yang perlu diperhitungan dalam timbulannya penyakit. Dengan beralihnya pemandangan kedokteran terhadap factor penyebab penyakit, maka muncullah era pelayanan kedokteran berikutnya, yang disebut “Era Kesehatan MAsyarakat” (Public Health). Dalam era terakhir ini, pengobatan dan perawatan kedokteran yang semua berorientasi klinis (clinical centered), era yang dilirisi oleh sarjana-sarjana inggris ini (Edwin Chadwick dan Winslow) Mengalami pasang dan surut pula, namu apa yang telah dirintis mereka sampai sekarang masih brlum using dan tetap dianut dalam berbagai cara pemecahan masalah kesehatan. Menurut Undang-undang RI. No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ada;ah keadaan sejahtera dari bidan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dianamis meliputi kesehatan jasmani, rohani, sosial tidak hanya terbatas dari penyakit, cacat, dan kelamahan. Dikatan sehat secara fisik adalah orang tubuhnya berfungsi secara baik, dan dia memang tidak sakit. Sehat secara mental/pskis adalah sehatnya piiran sehatnya pikiran, emosional, maupun spiritual dari seseorang. Ada suatu kasus seseorang yang memerikasakan kondisi badannya serba tidak enak, akan tetapi secara klinis/hasil pemerikasaan dokter menunjukan bahwa orang tersebut tidak sakit, hal ini bisa disebabkan karena orang tersebut mengalami gangguan secara mental/psikis yang mengaruhi keadaan fisiknya. Contoh orang yang sehat secara mentaladalah tidak autis tidak stress, tidak mengalami gangguan jiwa akut, tidak mempunyai psikopat, dan lain-lain. Penderita penyakit hati juga merupakan contoh dari orang yang tidak sehat mentalnya, karena tidak ada seorang dokter bedah jantung sekalipun yang bisa menghilangkan penyakit ini dengan peralatan bedahnya. Sedangkan diakatakan sehat secara sosial adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingjkungan di mana ia tinggal. Contoh orang yang tidak sehat sosial di antaran6ya adalah seorang Wanita Tuna Susila (WTS) . kemudian orang dengan kategori sehat secara ekonomi adalah orang yang produktif, produktifikasnya mengantarkan ia untuk bekerja dan dengan ia akan dapat menunjang kehidupan keluarganya.
  • 14. Dari pengalaman pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarng masih relevan sebagai berikut: Kesehatan masyarakat (public helath) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha perorganisasian masyarakat untuk: a. Perbaikan sanitasi lingkungan b. Pem,berantas penyakit-penyakit menular c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan. d. Perorganisasiaan pekayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diognasis dini dan pengobatan e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuh kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. Dari batas tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi Antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan: a. Untuk mencegah penyakit, b. Memperpanjang hidup dan c. Meningkatkan kesehatan pendudukan (masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow adalah melalui upaya- upaya perorganisasian masyarakat pada hakikatnya adalah menghimpun pontensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan merka sendiri. Perorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada hakikatnya adalah menembuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan.
  • 15. Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masala-masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama yang diajukan oleh Winslow (1920) bahwa Keshatan Masyarakat (Public Helath) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha perorganisasian masyarakat” untuk (Notoatmodjo, 2003) 1. Perbaikan santisiasi lingkungan. 2. Peberantasan penyakit-penyakit menular. 3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan. 4. Perorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan (Manajemen/perorganisasian pelayanan masyarakat) 5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatannya diantaranya yakni kegiatan pendidikan higniene dan rakayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi, pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik fasilitas kesehatan dan pengobatan saja perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemiliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan upaya-upaya ini maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil serta optimal/ Batasan lain sampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948). Kesehatan masyarakatan adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meninbgkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha perorganisasian masyarakat. Batasan ini mencangkup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut di atas dapat disinpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan santiasi, teknik santiasi, ilmu kedokteran kuartif, ilmu kedokteran pencegahan samapi dengan ilmu sosial dan itulah cangkupan ilmu keseahatan masyarakat.
  • 16. Banyak disiplin ilmu yang di jadikan sebagai dasar ilmu keseahatan masyarakat antara lain, Biologi, Kimia, Fisika, Kedokteran, Kesehatan Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan, Antapologi dan lain-lain. Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini antara lain: 1. Administrasi kesehatan masyarakat 2. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku 3. Biostatistik/statistik kesehatan 4. Kesehatan lingkungan 5. Gizi masyarakat 6. Kesehatan kerja 7. Epidemiogi Mengapa ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi disipliner, karena memang pada dasarnya masalah kesehatan masyarakat bersifat multikausal, maka pemecahaya harus secara multidisiplin. Olwh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik berlangsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif) meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik,mental,sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat (Notoadmadjo, 2003) Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut (Notoadmadjo,2003) a. Pemberantasan penyakit, buik menular maupun tidak menular . b. Perbaiki sanitasi lingkungan c. Perbaikan lingkungan pemukiman d. Pemberantasn vector e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatann masyarakat. f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak g. Pembeninaan gizi masyarakat h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum. i. Pengawasan obat dan minuman
  • 17. j. Pembinaan peran serta masyarakat Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat (Notoatmadjo, 2003) Seperti relah disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencangkup: a. Ilmu biologi b. Ilmu kesehatan c. Ilmu kimia d. Fisika e. Ilmu lingkungan f. Sosiologi g. Antarpologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat ) h. Psikologi i. Ilmu pendidikan Keberagaman ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat menjadikan ilmu kesehatan masyarakat itu menjadi ilmu yang multidisiplin. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini antara lain sebagai berikut: a. Epidemiologi. b. Biostastisik/statistik kesehatan. c. Kesehatan lingkungan d. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. e. Administrasi kesehatan masyarakat. f. Gizi masyarakat. g. Kesehatan kerja. Meningkatkan masalah kesehatan masyarakat adalah multikausal, maka pemecahannya harus secara multidisiplin, dengan pengembangan dan pendekatan beberapa aspek yang luas tadi, maka cakupan kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau
  • 18. kuratif, maupun pemulihan (rehebilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Didalam UURI No.23, 1992, Bab V pasal 11, tertulis bahwa upaya kesehatan dilaksanakaan melalui 15 kegiatan sebagai berikut: a. Kesehatan keluarga b. Perbaikan gizi c. Pengamanan makanan dan minuman d. Kesehatan lingkungan e. Kesehatan kerja f. Kesehatan jiwa g. Pemberantasan penyakit h. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan i. Penyuluhan kesehatan masyarakat j. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan k. Pengamanan zat aditif l. Kesehatan sekolah m. Kesehatan olahraga n. Pengobatan tradisional dan o. Kesehatan matra Kesemua ini perlu dilaksanakaaan secara terpadu menyeluruh dan berkesinambungan agar dapat mencegahkan permasalahan kesehatan yang dihadapi. Mulai pelita V kegiatan pokok yang tadinya ada 15 dinaikan menjadi 18 sebagai berikut: a. Kesejahteraan ibu dan anak b. Keluarga berencana c. Gizi d. Kesehatan lingkungan e. Pemberantasan penyakit f. Penyuluhan kesehatan g. Pengobatan dan penanggulan kecelakaan h. Perawatan kesehatan masyarakat i. Usaha kesehatan sekolah j. Kesehatan gigi dan mulut
  • 19. k. Kesehatan jiwa l. Pemeriksa laboratorium sederhana m. Pencatatan dan pelapor n. Kesehatan mata o. Kesehatan olahraga p. Kesehatan pekerjaan non formal q. Pembinaan pengobatan tradisional, dan r. Peningkatan upaya dana sehat masyarakat. Dari daftar usaha dasar ini semakin jelas diperlukannya kerja multidisiplin di bidang kesehatan. Misalnya program untuk kesehatan lingkungan akan memerlukan ahli rekayasa di bidang air bersih, limbah, lingkungan kerja, udara dan lain-lainnya. Penyuluhan akan memerlukan penyuluhan dan ikut sertaan tokoh masyarakat; penangulangan kecelakaan antara lain akan memerlukan tenaga ahli mesin atau mesin ataupun listrik, untuk berbagai peralatan bermotor atau tenaga ahli jajan, pemukiman, perindrustrian, ahli kimia, ahli pertanian, pengaturan lalu lintas dan pendidikan penggunan jalan dan kendaraan bermotor: Faktor yang mengaruhi tingkat kesehatan masyarakat Menurut H.L Blum, ada 4 faktor yang bersama-sama memengaruhi tingkat kesehatan masyarakat, yaitu: 1. Kesehatan lingkungan. 2. Perilaku, 3. Pelayanan kesehatan. 4. Genetik. Perbedaan Pelayanan Kedokteran dengan Pelayanan Kesehatan Masyarakat: a. Pelayuanan Kedokteran 1. Tenaga pelaksananya terutama adalah para dokter: 2. Perhatian utamanya pada penyembuhan penyakit. 3. Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga. 4. Kurang memperhatikan efisien. 5. Tidak boleh menarik perhatian karena tertentangan dengan etika kedokteran. 6. Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat dengan undang-undang. 7. Penghasilan diperoleh dari imbal jasa.
  • 20. 8. Bertanggung jawab hanya kepada penderita. 9. Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan. 10. Masalah administrasi amat sederhana b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat 1. Tenaga pelaksanaanya terutama ahli kesehatan masyarakat. 2. Perhatian utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan 3. Sasaran utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan. 4. Selalu berupaya mencari yang efiesien. 5. Dapat menarik perhatian masyarakat misalnya dengan penyeluhan kesehatan. 6. Tenaga pelaksananya terutama ahli kesehatan masyarakat. 7. Penghasilan berupa gaji dari perintah. 8. Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat 9. Dapat menopoli upaya kesehatan. 10. Menghadapi berbagai persoalan kemimpinan.
  • 21. PERTEMUAN III EPIDEMIOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN A. Pengertian Dan Epidemiologi Pada mulanya epidemologi diartikan seebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemlogi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemlogi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemologi dapat diartikan sebagaistudi tentang penyebaran penyakit. Pada manusia didlam konteks lingkungannya (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo) Epidemologi yang dulu dikenal sebagai ilmu, yang mempelajari tentang penyebab dan distribusi suatu penyakit menular, saat ini kajiannya telah menyangkut semua oeristiwa kesakitan ( menular ataupun tidak), kematian,bahkan peristiwa kesehatan lailnnya, seperti kelahiran, kehamilan, kecelakaan, dan sebagainnya. Di dalam batasan epidemologi ini sekurangnya kurangnya mencakupi tiga elemen yaitu: 1. Mencakupi semua penyakit Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non infeksi, seperti kanker,penyakit kekurangan gizi, kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. 2. Populasi Apabila kedokteran klinik berorlentasi pada gambaran-gamabaran penyakit penyakit individu-individu, maka epidemiologi ini memustkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok. 3. Pendekatan Ekologi Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dan diuji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia. Hal inilahyang disebut pendekatan ekologis.
  • 22. B. Metode-Metode Epidemologi Dan Survelians Epidemologi Metode Epidemologi Dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atau atau metode yaitu 1. Epidemologi deskriptif Di dalam epidemiologi deskripsi dipelajari bagaimanafrekuensi penyakit berubah menurut perubahan variable-variabel epidemologi yang terdiri dari: orang(person), tempat(place), dan waktu(time) 1. Orang (person) a. Umur Umur adalahan suatu variable yang selalu diperhatikan didalampenyellidikan- penyelidikan epidemiologi. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Untuk keperluan perbandingan maka WHO berikut: ➢ Menurut tingkat kedewasaan 0-14 tahun : bayi dan anak-anak 15-49 tahun : orang muda dan dewasa 50 tahun : orang tua ➢ Interval lima tahun - Kurang dari 1 tahun 1-4 - 5-9 - 10-14vdan sebagainya ➢ Untuk mempelajari penyakit anak 0-4 bulan 5-10 bulan 11-23 bulan 2-4 tahun 5-9 tahun 9-14 tahun b. Jenis Kelamin Angka daari luar negri menujukan bhwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalnagan pria, juga ada pada semua golongan umur. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh factor-faktor intristik Yang pertama diduga meliputi fator keturunan yang terkait dengan jenis kelamin,atau perbedaan hormonal,sedangkan yang kedua diduga oleh karena
  • 23. berperannya factor-faktor lingkungan (lebih banyak pria menhisap rokok, minum-minuman keras, candu, berkerja berat, behadapan dengan pekerjaan pekerjaan berbahaya). c. Kelas Sosialan Kelas social adalah variable yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian,variable ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas social ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikn, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tanggal. d. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni: ➢ Adanya faktor lingkugan yang langsung dpat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas beracun, radisi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya. ➢ Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagi factor yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung) ➢ Ada tidaknya gerakan badan didalam pekerjaan ➢ Karena berkerumun dalam satu tempat yang relative sempit, maka dapat terjadi proses penularan penyakit antara pekerja ➢ Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan di tambang e. Penghasilan Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. f. GolonganEtnik Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaaanmakan, susunan genetic, gaya hidup, dan sebagaainya yang dapat mengakibatkan perbedaan- perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian. Di dalam perbandingan angka kesakitan tau kematian suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasikan menurut sususan umur dan kelamani ataupun factor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
  • 24. g. Status Perkawinan Ditunjukan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda. Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi dari pada yang tidak kawin di banding dengan yang kawin ialah karena ada kecederungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat. h. Besarnya keluarga Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena pengahasilan keluarga harus digunakan oleh orang banyak. Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan pengaruh gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatasn. i. Paritas Dikatakan umunya terdapat kecenderungan kesehatan Ibu yang berparitas rendah lebih baik dari berparitas tinggi. 2. Tempat Perbandignan pola penyakit sering dilakukan antara a. Batas daerah-daerah pemerintahan b. Kota dan pedesaan c. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan,sungai,laut,atau padang pasir.) d. Negara-negara e. Regional Hal-hal yang memberikan kekhusuan pola penyakit sisuatu daerah dengan batas-batas alam ialah; keadaan lingkunga yang khusus seperti temperature,kelembaban,turun hujan,ketinggian di atas permukaan laut,keadaan tanah,sumber air,derajat Isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dlama tingkat kemajuan ekonomi,pendidikan,industry,pelayanan kesehatan,bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, factor-faktor social budaya yang tidak menguntungkan keshatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan bilogis (ada tidaknya fator penyakit menular tertentu,reservolr penyakit menular tertentu). Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit didesa-desa yang bersangkutan maupun sekitarnya.
  • 25. Di dalam perbandingan angka kesakitan atau kematian anatar daerah (tempat) perlu di perhatikan terlebih dahulu ditiap-tiap daerah menurut: susunan umur, sususan kelamin; kualiatas data, dan derajad reresentatif dan data terhadap seluruh pendududk. Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan dengan satu atau lebih beberapa factor sebagai berikut: ➢ Lingkungan fisis,kemis,biologis,social dan ekonomi yang berbeda- beda dari suatu tempat ketempat lainnya. ➢ Konstitusi genetis dan etnis dari penduduk yang berbeda-beda, bervariasai seperti karakteristik demigrafi ➢ Variasi cultural terjadi dalam kebiasaaan,pekerjaan,keluarga,praktek hygiene perorangan,dan bahkam persepsi tentang sakit dan sehat ➢ Variasi administrative termasuk factor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi pelayanan medis, program hygiene (sanitasi) dan lain-lain. 3. Waktu Melihat panjanganya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan maka di bedakan: a. Fluktuasi jangka pendek Fluktuasi jangan pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa ➢ Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan ➢ Waktu inkuabsi rata-rata pendek b. Perubahan perubahan secara siklus Timbuknya atau memuncaknya angka kesakitan atau kemtian suatu penyakit yang (tularkan melalui factor secara siklus ini berhubungan dengan: ➢ Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vector yang bersangkutan,yakni apakah terperature dan kelembaban memungkinkan transmisi. ➢ Adayanya tempat perkembangbiakanalami dari vectr sedemikian banyak unutk menjamin adanya kepadatan vector yang perlu dalam transmisi ➢ Selalu adanya kerentanan
  • 26. ➢ Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang meyebabkan mereka terserang oleh “vector bomedlsease’ tertentu. ➢ Tetapnya kemampuan agent infektif untuk menimbulnya penyakit. ➢ Adanya factor-faktor lain yang belum diketahui. 4. Epidemiologi Analitik Ada tiga studi tentang epidemologi ini; a. Studi riwayat kasus Dalam studi ini akan dibandingkan antara 2 kelompok orang, yakni orang yang terkena penyebab penyakit dengan kelopok orangn tidak terkena (kelompok control) b. Studi kohort Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan pada suatu penyebab penyakit. 5. Epidemiologi Eksperimen Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok control (yang tidak tikenai percobaan) Metode-metode surveilans a. Sistim rutin Sistim rutin artinya menggukan formulir laporan yang sehari-hari telah biasa digunakan untuk membuat laporan periodic. b. Sistim laporan sentinel Dibeberapa daerah sering kali dipilih wilayah trtentu dalam mementau dan mengatasi suatu kejadian peristiwa dengan maksud agar upayanya lebih sempurna dan hasilnya lebih berdaya guna dan verhasil guna wilayah terpilih ini yang di sebut sentral area. c. Survei dan studi khusus d. Hasil investigasi dari suatu khusus kesakita/kematian atau kejadian luar biasa e. Sistim pencatanan dan pelaporan peristiwa-peristiwa penting f. Metode sensus
  • 27. C. Langkah-Langkah Kegiatan Survailan Epidemiologi Apabila kita ingin mendapatkan hasil yang optimal maka kegiata survailan epidemoloogi hendaknya dilakukan secara sistematis dengan menempuh langkah- langkah sebagai berikut: 1. Tetapkan tujuan Sebelum melakukan kegiatan,menetapkan tujuan yang hendak dicapai hendaknya menjadi pertama, tetapkan luasnya wilayah dan lamanya waktu kegiatan. 2. Tentukan data yang hendak dikumpulkan Data yang hendak dikumpulkan sebaiknya hanya data yang berhubungan dengan tujuan yang hendak diperolehdari kegiatan survailan epidemiologi 3. Tetapkan metode yang hendak digunakan Langkah berikutnya adalah menentukan bagaimanan system pnegumpulannya, dari sumber data yang akan diambil, setara frekuensi pengumpulannya. 4. Membuat/menetapkan, mempersiapkan instrument untuk pengumpulan dan pengolahan data 5. Pengumpulan dan pengolahan data Mengumpulakan data yang diperlukan untuk selanjutnya mengolah data tersebut,pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan komputer terga tung pada kompleksitas data yang dikumpulkannya. 6. Analisis data Data yang telah di oleh selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kesimpula- kesimpulan sebagai inti pemecahab masalah sesuai dengan tujunan yang telah ditetapkan. 7. Membuat rencana penanggulangan Apabila ini pemecahan masalah telah diketahui, barulah ditentukan rencana penanggulagan dari permasalahan tersebut baik berupa peristiwa kesakitan,kematian,maupun peristiwa-peristiwa kesehatan lainnya. 8. Pembuatan laporan Langkah terahkir yang harus dilakukan dalam kegiatan survailan epidemologi adalah membuat laporan lengkap serta menyampaikan atau menyebarluaskan unutk pihak-pihak yang perkepentingan. D. Kegunaan Survailan Epidemiologi 1. Untuk menginentifikasi, menginvestigasi,serta mengulangi KLB atau wabah sekaligus mencegah terulangnya peristiwa yang sama
  • 28. 2. Untuk menginentifikasi kelompok yang resiko tinggi 3. Untuk menetapkan priorits penganggulangan penyakit 4. Untuk mengevaluasi keberhasilan program 5. Untuk memonitor kecenderunan (trends) penyakit, kematian, atau peristiwa kesehan lainnya. E. Kelemahan Survailan Epiemiologi 1. Memerlukan aktifitas petugas yang intensif 2. Pengumpulan, pengolahandan analisa data yang menyita waktu 3. Terbatas pada indikator-idikator tertentu 4. Untunk mmegetahui kecenderuangan suatu peristiwa diperlukan waktu beberapa tahun 5. Sulit dipakai untuk menilai dampak jika populasi yang dipantau kecil atau jika tidak ada populasi pembanding 6. Laporan data survailan sering kali tidak lengkap dan baik jenis data,jumlah data, sumber data maupun frekuensinya. F. Epidemiologi Penyakit Menular 1. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit Suatu penyakit Timbul akibat dari oprasinya berbagai factor baik dari angent, induk semang atau lingkungan. Tiga model yang dikenal dewasa ini adalah: a. Segitiga epidemiologi b. Jaring farinf sebab akibat c. Roda 2. Penyakit menular Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yanag dapat ditularkan berpindah dari orang yang saatu kali yang dapat ditularkan berpindah dari orangn yang satu ke orang yang lain,baik secara langsung maupun melalui perantara. Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya)agent atau penyebab yanag hidup dan dapatberpindah. Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain, ditentukan oleh iga factor yaitu: a. Agent-agent infeksi (penyebab infeksi) Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat digolongakan menjadi: ➢ Golongan virus, midalanya: influenza,trachoma,cacar dan sebagainya.
  • 29. ➢ Golongan riketsia, misalnya:typus ➢ Golongan bakteri, misalnya: disentri ➢ Golongan jamur yakni bermacam-macam panu,kurap dan sebagainya ➢ Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut sperti: cacing gelang, cacing krei, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya. Agar supaya angent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup, maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut: ➢ Berkembang biak ➢ Bergerak atau berpindah dari induk semang ➢ Mencapai induk semang baru ➢ Menginfeksi induk semang baru tersebut b. Sumber infeksi dan penyebaran penyakit Yang di maksud sumber infeksi adalah semua benda, termaksuk orang tau binatang yang dapat melewatkan/menyebabkan penyakit pada orang. Macam- macam penularan; 1. Kontak Kontak disini dapat terjadi kontak langung maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi. 2. Inhalasi Yaitu penularan melalui udara atau pemanasan 3. Infeksi Penularan melalui tangan, makanan atau minum 4. Penetrasi pada kulit 5. Infeksi melalui plasenta c. Faktor induk semang (host) Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh factor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri d. Pencegahan dan penggulangnan penyakit menular Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada tiga pendekatan atau cara yang dilakukan yaitu; 1. Eliminasi reservoir (sumber penyakit) Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan; mengisolasi penderita,karantina
  • 30. 2. Menutuskan mata rantai penularan Meningkatan santitasi lingkungan dan hygiene perorangnan adlah merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata rental penularan penyakit menular. 3. Melindungi orang orang-orang tau kelompok yang rentan Bayi dan anak balita adalh merupaka kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular. G. Pendapat dari Beberapa Penelitian Epidemiologi adalah studi tentang penyakit yang dapat mewabah, dan epidemik biasanya diartikan sebgai peningkatan yang drastic dari insidensi penyakit-penyakit yang dpat menyebar (ditularkan). Studi edpidemiologi dapat juga lakukan terhadap penyakit-penyakit lain yang dapat mengenal orang banyak dan dapat dicegah, karena salah satu tujuan studi epidemiologi adalah mencari agar penyakit tersebut dapat dicegah agar tidak mengenal lebih banyak lagi menusia, termasuk penyakit kardiovaskular,diabetes,dan sebagainya. Aspek gangguan kesehatan remaja yang lain adalah meningkatnya kebrutalan, perilaku anti social dan hal-hal lain sebgai akibat dampak urbanisasi dan perubahan social lainnya. Penyelesaian maslah gangguan kesehatan remaja ini melalui aspek moralitas daja cenderung mengahsilkan “ hitam putih” dan tidak menghasilkan penyelsaian yang benar-benar efektif.
  • 31. PERTEMUAN IV SURVEILANS DALAM KEBIDANAN A. DEFINISI Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terusmenerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health). Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik (DCP2, 2008) Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan- perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.
  • 32. B. TUJUAN SURVEILANS Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans: (1) Memonitor kecenderungan (trends) penyakit; (2) Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak; (3) Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi; (4) Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan; (5) Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan; (6) Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002). C. JENIS SURVEILANS Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit; (3) Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5) Surveilans terpadu; (6) Surveilans kesehatan masyarakat global. 1. Surveilans Individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi,
  • 33. akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007) 2. Surveilans Penyakit Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi. 3. Surveilans Sindromik Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator- indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).
  • 34. Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010). 4. Surveilans Berbasis Laboratorium Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008). 5. Surveilans Terpadu Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006). Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002). 6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan
  • 35. organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008) D. MANAJEMEN SURVEILANS Surveilans mencakup dua fungsi manajemen: (1) fungsi inti; dan (2) fungsi pendukung. Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah intervensi kesehatan masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis maupun laboratoris, umpan-balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan masyarakat mencakup respons segera (epidemic type response) dan respons terencana (management type response). Fungsi pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan sumber daya manusia dan laboratorium, manajemen sumber daya, dan komunikasi (WHO, 2001; McNabb et al., 2002). Hakikatnya tujuan surveilans adalah memandu intervensi kesehatan. Karena itu sifat dari masalah kesehatan masyarakat menentukan desain dan implementasi sistem surveilans. Sebagai contoh, jika tujuannya mencegah penyebaran penyakit infeksi akut, misalnya SARS, maka manajer program kesehatan perlu melakukan intervensi kesehatan dengan segera. Karena itu dibutuhkan suatu sistem surveilans yang dapat memberikan informasi peringatan dini dari klinik dan laboratorium. Sebaliknya penyakit kronis dan perilaku terkait kesehatan, seperti kebiasaan merokok, berubah dengan lebih lambat. Para manajer program kesehatan hanya perlu memonitor perubahanperubahan sekali setahun atau lebih jarang dari itu. Sebagai contoh, sistem surveilans yang menilai dampak program pengendalian tuberkulosis mungkin hanya perlu memberikan informasi sekali setahun atau lima tahun, tergantung prevalensi. Informasi yang diperlukan bisa diperoleh dari survei rumah tangga.
  • 36. E. PENDEKATAN SURVEILANS Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) Surveilans pasif; (2) Surveilans aktif (Gordis, 2000).Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under- reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas. Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif. Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut community surveilance. Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan langsung dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan merujuk kasus mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi laboratorium. Community surveilans mengurangi kemungkinan negatif palsu (JHU, 2006).
  • 37. epidemiologi surveilans adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematis dan berkesinambungan, analisis, dan interpretasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memantau (memonitor) peristiwa kesehatan. Informasi hasil surveilans digunakan untuk perencanaan, penetapan (implementasi), evaluasi tindakan (intervensi), program kesehatan masyarakat, atau dengan kata lain ,epidemiologi surveilands merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus-menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat panyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentinganpencegahan dan penanggulangannya. Dengan demikian data surveilans dapat dipakai baik untuk menentukan prioritas kegiatan kesehatan masyarakat maupun untuk menilai efektivitas kegiatan. F. TUJUAN EPIDEMIOLOGI SURVEILANS Untuk memperoleh gambaran kejadian morbilitas serta kejadian peristiwa vitar secara teratur sehingga dapat digunakan dalam berbagai kepentingan perencanaan dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan dalam masyarakat. Secara rinci tujuan tersebut dapat meliputi hal berikut ini. a) Identifikasi , investigasi dan penanggulangan situasi luar biasa atau wabah yang terjadi dalam masyarakat sedini mungkin. b) Identifikasi kelompok penduduk tertentu dengan resiko tinggi. c) Untuk menentukan penyakit dengan prioritas penanggulangannya d) Untuk bahan evaluasi antara input pada berbagai program kesehatan dengan hasil luarannya berupa insiden dan prevalensi penyakit dalam masyarakat. e) Untuk memonitoring kecenderungan (tren) perkembangan situasi kesehatan G. KEGIATAN EPIDEMIOLOGI SURVEILANS Untuk mencapai masing-masing tujuan tersebut di atas maka dapatlah dikembangkan berbagai bentuk kegiatan epidemiologi surveilans. Bentuk kegiatan tersebut dapat bersifat rutin dan dapat pula bersifat kegiatan khusus. Bentuk kegiatan yang bersifat rutin meliputi berbagai kegiatan berikut ini. a. Laporan rutin kasus penyakit tertentu, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, atau berbagai kejadiaan yang berhubungan dengan kesehatan secara umum. Laporan ini dilakukan secara berkala dalam bentuk laporan
  • 38. mingguan, bulanan, dan laporan tahunan. Hasil analisis dari laporan tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan bidang kesehatan, baik untuk penyusunan program maupun untuk evaluasi program serta analisis status kesehatan masyarakat. b. Pencatatan dan pelaporankhusus kejian tertentu dalam masyarakat yang biasanya terbatas pada berbagai kejadian yang mungkin mempunyai potensi mewabah. c. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan jenis penyakit yang wajib dilaporkan termasuk berbagai penyakit menular tertentu atau penyakit karantina serta berbagai penyakit yang dianggap mempunyai potensi mewabah atau penyakit yang jarang dijumpai dalam masyarakat. Jenis penyakit yang wajib dilaporkan ini, biasanya tidak sama untuk setiap Negara, d. Surveilans ekologi dan lingkungan yakni surveilans yang khusus dilakukan terhadap berbagai ektor penyakit menular, pengamatan terhadap pencemaran lingkungan, tanah,air, dan udara serta pengamatan terhadap beradanya bahan berbahaya lain dalam dalam lingkungan yang berupa vektor penyakit tertentu,pengotoran lingkungan dan lain- lain e. Pengamatan dan mengawasan pemakaian zat tertetu seperti insektisida , vaksin, obat-obat yang bersifat keras dan zat lainnya yang dianggap berbahaya. f. Pencatatan dan pelaporan peristiwa vital yang meliputi kelahiran, perkawinan, perceraian dan kematiaan. Pada umumnya pelaksanaan surveilans yang bersifat rutin ini dilakukan secara terprogram melalui pusat- pusat pelayanan kesehatan pada tingkatan tertentu. Selain itu dikenal pula pelaksanaan epidemiologi surveilans yang bersifat kegiatan khusus dan dilakukan padabatas waktu tertentu atau secara periodik dengan selang waktu tertentu. a) Pelaksanaan survei berkala untuk berbagai hal tertentu seperti status kesehatan masyarakat melalui survei kesehatan rumah tangga, berbagai jenis survei epidemiologis penyakit tertentu (umpamanya HIV) dalam masyarakat. b) Pengamatan khusus terhadap kejadian luar biasa atau wabah serta penalitian aktif penyakit tertentu.
  • 39. c) Pengamatan khusus oleh dokter praktis swasta, pengamatan di klinik- klinik swasta dan lain-lain (umpamanya penyakit menular seksual) H. KOMPONEN SURVEILANS Epidemiologi surveilans dalam pelaksanaan kegiatannya, secara teratur dan terencana melakukan berbagai komponen utama surveilans. a. Pengumpulan atau pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya. b. Pengelolaan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti c. Analisis dan interprestasi data untuk keperluan kegiatan d. Penyebarluasan data atau keterangan termasuk umpan balik, penyebarluasan data atau informasi dilakukan dalam tiga arah yang meliputi (1) ditujukan ke tingkat administrasi yang lebih tinggi sebagai informasi untuk dapat menentukan kebijakan selanjutnya. (2) dikirim kepada instalasi pelapor atau ketinggkat administrasi yang lebih rendah yang berfungsi sebagai pengumpul dan pelapor data dalam bentuk umpan balik (3) disebarluaskan kepada instalasi terkait dan kepada masyarakat luas. e. Hasil evaluasi data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan- perbaikan korban dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi atau penilaian hasil kegiatan. Dalam pelaksanaan program epidemiologi surveilans, dialami berbagai kendala dan keterbatasan. a) Untuk melaksanakan berbagai kegiatan suatu sistem surveilans, dibutuhkan sejumlah tenaga khusus dengan kegiatan yang cukup intensif. b) Untuk mendapatkan hasil analisis dibutuhkan waktu untuk tabulasi dan analisis data. c) Masih terbatasnya indikator kunci untuk berbagai nilai-nilai tertentu dari hasil analisis sehingga sering sekali mengalami kesulitan dalam membuat kesimpulan hasil analisis, umpamanya indikator kunci
  • 40. tentang peran aktif masyarakat, tingkat pengetahuan dan motifasi masyarakat terhadap kehidupan sehat,dll d) Untuk melakukan analisis kecenderungan suatu proses dalam masyarakat dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk pengumpulan data. Data yang erbatas hanya satu atau dua tahun saja, sulit untuk dijadikan patokan dalam membuat analisis maupun kecendrungan. e) Untuk melakukan penilaian tehadap tingkat keberhasilan suatu program, biasanya mengalami kesulitan bila dilakukan pada populasi yang jumlahnya kecil atau bila tidak ada populasi atau kelompok pembanding (kontrol) f) Sering sekali kita memperoleh laporan hasil surveilans yang kurang lengkap sehingga sulit membuat analisis maupun kesimpulan. I. LANGKAH- LANGKAH MENGEMBANGKAN SURVEILANS a. Kepentingan kesehatan masyarakat Uraikan kesehatan masyarakat dari peristiwa kesehatan yang diamati.dalam hal ini selain melihat situasi penyakit yang mungkin sedang dirasakan oleh masyarakat. Juga harus memperhatikan penyakit-penyakit yang mempunyai pentesi untuk timbul dan akan merupakan msalah yang berat dalam masyarakat. Untuk menentukan pentingnya suatu peristiwa kesehatan yang perlu mengalami surveilens,dapat dianalisis berdasarkan beberapa hal berikut ini: a) Jumlah kasus yang ada yang meliputi besarnya insiden atau prevalensi gangguan kesehatan. b) Berat ringannya akibat penyakit atau gangguan kesehata tersebut seperti angka case fatality rate maupun angka kematian secara umum c) Angkapenurunan produktivitas atau angka lamanya perawatan. d) Angka kematian umur muda umpamanya angka kehilangan umur poensial e) Besarnya biaya perawatan dan pengobatan f) Kemungkinannya untuk dapat dicegah dalam berbagai tingkat pencegahan.
  • 41. b. Kejelasan dari sistem surveilans Uraian ini akak meliputi berbagai hal sebagai berikut: a) Uraian tentang tujuan (objektif) dari sistem tersebut.objektif ini meliputi pemantauan terhadap keadaan luar biasa (wabah), pemantauan kecendrungan , identifikasi usaha pencegahan dan lain-lain b) Uraian tentang peristiwa kesehatan yang mengalami surveilans. Dalam hal ini harus dijelaskan definisi kasus dari setiap peristiwa kesehatan tersebut. c) Uraikan tentang komponen dari sistem surveilans yang dikembangkan meliputi: • Populasi yang menjalani surveilans • Waktu pengumpulan data • Bentuk dan jenis data atau informasi yang d kumpulkan • Sumber informasi atau yang menyapkan informsi tersebut • Cara pengiriman dan penyimpanan informasi • Bagaimana cara dan siapa yang menganalisis data • Sistem penyebarluasan laporan termasuk caranya, sasaran yang diberi informasi. c. kegunaan dari sistem surveilans Suatu sistem surveilans dikatakan berguna bila dapat membantu mencegah dan menanggulangi penyakit atau peristiwa kesehatan yang mengganggu termasuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang akibat dari keadaan tersebut. Sistem ini akan berguna bila dapat membantu untuk menentukan dan menjelaskan suatu penyakit atau peristiwa kesehatan yang sebelumnya tampak kurang penting menjadi peristiwa kesehatan yang sangat penting. Tergantung daripada tujun suatu sistem surveilans tertentu, maka suatu sistem surveilans dapat dikatakan berguna bila memenuhi satu dari berbagai hal berikut ini. a) Dapat mendeteksi kecendrungan (tren) perubahan kejadian penyakit tertentu. b) Dapat mendeteksi kejadian luar biasa (epidemi)
  • 42. c) Dapat memberikan perkiraan tentang besarnya morbiditas dan mortalitas sehubungan dengan masalah kesehatan yang menjalani surveilans tersebut. d) Dapat merangsang dan mendorong untuk diadakannya penelitian epidemiologi tentang kemungkinan pencegahan dan penaggulangannya. e) Dapat mengidentifikasi faktor resiko yang berkaitan dengan kejadiaan penyakit. f) Dapat memperhitungkan kemungkinan tentang adanya pengaruh atau efek upaya penanggulangan kejadiaan penyakit atau gangguan kesehatan. g) Dapat memberikan perbaikan d bidang klinis bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan (heath care provider) yang juga merupakan bagian dari unsur pokok sistem surveilans. Kegunaan suatu sistem surveilans mungkin saja dipengaruhi oleh semua atribut surveilans. Dalam hal ini peningkatan nilai sensitivitas dapat memberikan kemungkinan yang lebih besar terhadap identifikasi keadaan luar biasa serta pengertian tentang riwayat peristiwa kesehatan yang mengganggu komunikasi . juga dengan perbaikan ketetapan waktu memungkinkan kegiatan penanggulangan serta kegiatan pencegahan dilakukan lebih dini. Disamping itu dengan penngkatan nilai ramalan positif memungkinkan petugas kesehatan untuk bekerja lebih terarah pada kegiatan yang produktif. Sistem surveilans yang tepat lebih mampu menggambarkan karakteristik dari peristiwa kesehatan dalam suatu populasi tertentu dan sitem surveilans yang sederhana (simple) fleksibel serta mudah dilaksanakan juga cenderung untuk lebih berguna. d. Beberapa sifat utama dari suatu sistem surveilans untuk penilaian dari suatu sistem surveilans, dapat dilakukan penilaian terhadap beberapa sifat utama sistem yang meliputi a) Kesederhanaan Kesederhanaan suatu sistem surveilans berarti stuktur yang sederhana dan mudah dioperasikan, suatu sistem surveilans harus sesederhana mungkin, tetapi tetap dapat mancapai tujuan. Suatu kerangka yang menggambarkan alur informasi dan hubungannya dalam sistem surveilans dapat menolong untuk menilai kesederhanaan atau kemajemukan suatu sistem surveilans.
  • 43. Untuk menilai tingkat kesederhanaan suatu sistem surveilans dapat dipertimbangkan beberapa ukuran berikut ini. • Banyak dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa. • Banyaknya serta jenis sumber pelaporan • Cara penyajian data / informasi • Banyaknya organsasi yang terlibat dalam penerimaan laporan kasus • Tingkat latihan staf yang dibutuhkan • Bentuk analisis data • Banyaknya serta jenis pemakaian jenis pemakaian data • Waktu yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan, penyaluran dan analisis data serta penyiapan dan penyebaran laporan surveilans. Kesederhanaan sistem mempunyai arti yang erat dengan ketetapan waktu dan dapat mempengaruhi besernya biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan sistem tersebut. b) Fleksibilitas Yang dimaksud dengan sitem surveilans yang fleksibel adalah suatu sistem yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan atau keadaan lapangan dengan terbatasnya waktu, personal dan anggaran.juga sistem yang fleksibel dapat ditetapkan terhadap keadaan seperti penyakit yang baru atau masalah kesehatan yang baru, adanya perubahan defenisi kasus atau perubahan dari sumber pelaporan. Fleksibel adalah perkiraan terbaik secara retrospektif dengan mengamati bagaimana sistem tersebut menghadapi kebutuhan baru. Contoh yang paling jelas adalah ketika penyakit AIDS muncul pada 80-an yang lalu maka sitem pelaporan penyakit yang telah berjalan pada departemen kesehaan dapat secara langsung digunakan untuk pelaporan kejadian atau kasus, doagnosis serta faktor risikonya. Pada umumnya sistem yang lebih sederhana akan lebih fleksibel pula karena kurang komponen dalam sistem tersebut yang memerlukan perubahan dan penyesuaian untuk digunakan pada penyakit lain.
  • 44. c) Kemampuan untuk dapat diterima Adanya penerimaan sistem surveilans tertentu dapat dilihat dari keinginan individu maupun organisasi tertentu untuk ikut serta dalam sistem tersebut. Keinginan menggunakan sistem tersebut oleh • Orang-orang di luar organisasi pelaksana sistem sistem surveilans, umpamanya mereka yang oleh organisasi pelaksana diminta ikut serta melakukan sesuatu untuk sistem tersebut, dan • Mereka yang memang merupakan petugas dari organisasi pelaksana sistem tersebut. Tingkat penerimaan suatu surveilans dapat dilihat berdasarkan berbagai indikator berikut ini: • Tingkat partisipasi subjek dan pelaksana surveilans • Bagaimana cepatnya tercapai tingkat pertisipasi yang tinggi tersebut • Tingkat kelengkapan hasil wawancara dan besarnya penolakan menjawab pertanyaan (bila sistem menggunakan cara wawancara pada subjek) • Kelengkapan bentuk pelaporan • Tingkat kelengkapan laporan, termasuk laporan dokter, praktik umum, rumah sakit, laboratorium,serta berbagai fasilitas pelayanan kesehatan lainnya • Ketepatan waktu pelaporan d) Sensitifitas Sensitifitas sistem surveilans dimaksudkan dengan tingkat kemampuan sistem tersebut untuk mendapatkan menjaring data informasi yang akurat. Sensitifitas sistem surveilans dapat di nilai pada dua tingkatan. Pertama pada tingkat pelaporan kasus, proporsi kasus atau masalah kesehatan yang mampu dideteksi oleh sistem superlans. Kedua, sistem surveilans dapat diketahui tingkat sensitifitasnya dari kemampuannya untuk mendeteksi kejadian luar biasa (epidemi).
  • 45. Sensitifitas dari suatu sistem surveilans dapat dipengaruhi oleh berbagai kemungkinan. • Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah kesehatan tertentu dengan mencapai pengobatan medis. • Jenis penyakit atau keadaan gangguan kesehatan yang akan didiagnossis, keterampilan petugas kesehatan dalam melakukan diagnosis serta tingkat sensitifitas tes diagnostik. • Jenis kasus yang akan dilaporkan kepada sistem serta cara pemberian diagnosisnya. e) Nilai ramal positif f) Representatif g) Ketepatan waktu Karena sistem surveilans sangat luas dalam metodologi, cakupan dan tujuan maka kemungkinan suatu karakteristik yang penting untuk suatu sistem akan kurang penting untuk sistem yang lain.upaya untuk meningkatkan suatu sifat, misalnya kemampuan sistem untuk mendeteksi peristiwa kesehatan (sensitifitas), kemungkinan akan mengurangi sifat yang lain, umpamanya kesederhanaan dan ketepatan waktu. Oleh sebab itu keberhasilan suatu sistem surveilans akan banyak tergantung pada keseimbangan sifat- sifat tersebut. Disamping itu kekuatan penilaian suatu sistem sangat tergantung kepada kesanggupan penilai untuk menilai sifat-sifat mana yang dibutuhkan oleh suatu sistem sehingga setiap pendekatan penilaian haruslah cukup fleksibel. J. RUANG LINGKUP SURVEILANS EPIDEMIOLOGI 1. SE Penyakit Menular : merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan factor risiko untuk mendukung upaya PPM 2. SE Penyakit Tidak Menular 3. SE Kesling dan Perilaku (mendukung program penyehatan lingkungan) 4. SE Masalah Kesehatan (mendukung program-program kesehatan tertentu) 5. SE Kesehatan Matra (kesh haji, udara, keracunan, pelabuhan, laut, KLB)
  • 46. K. LANGKAH-LANGKAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI 1. Pengumpulan data : a) pasif : RS, Puskesmas (data sekunder) b) aktif : pengumpulan data KLB, program 2. Pengolahan data (tabel, grafik menurut golongan umur, tempat, waktu, dsb) 3. Analisis data (menurut umur, waktu, tempat, jenis kelamin, status imunisasi, dsb) 4. Penyebaran informasi (kepada program yang terkait) L. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI WABAH Dalam epidemiologi prinsip dasar dalam menghadapi wabah umumnya sama, pada penyakit menular maupn pada penyakit tidak menular, (khusus untuk penyakit menular,beberapa terminologi harus dipahami betul artinya antara lain kerier, kontak, masa penularan ,menular, menular, infeksi masa inkubasi, sub klinis,isolasi, karantina transmisi,reservoir, sumber penularan, vektor konvalesent, zoonosis dan lain- lain) Garis besar pelacakan wabah atau kejadian luar biasa Usaha pelacakan luar biasa atau wabah merupakan suatu kegiatan yang cukup menarik dalam bidang epidemiologi.keberhasilannya ditentukan berdasarkan pengumpulan data dan informasi secara seksama lngsung dilapangan atau tempat kejadian yang di susul dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman pemikiran merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan. 1. Analisis situasi awal 2. Penetapan atau penegakan dioagnosa 3. Penenyuan adanya wabah 4. Uraian keadaan wabah 5. Analisis lanjutan Beberapa pokok yang perlu dapat perhatian pada tindak lanjutnya. 1. Usaha penemuan kasus tambahan 2. Analisis data 3. Meegakkan hipotesis 4. Tindakan pemadaman wabah dan tindak lanjut
  • 47. PERTEMUAN V ISSUE KESEHATAN LINGKUNGAN A. Pengertian Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita ( makhluk hidup. Contohnya : meja, kursi, cahaya, udara, mamusia, hewan, tumbuhan, dsb. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi, dsb.Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme. Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah Ilmu lingkungan atau ekologi.Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi. B. Isu strategis utama adalah desentralisasi dan otonomi pembangunan di bidang kesehatan. Isu ini sangat berpengaruh dalam tatalaksana pemerintahan dan penatalaksanaan program-program pembangunan kesehatan. Isu ini perlu menjadi landasan dalam pemikiran pembangunan di masa yang akan datang di kabupaten Gunungkidul. Isu kedua yang tak kalah penting adalah pembiayaan daerah. Dengan lahirnya UU nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, membuka peluang bagi daerah untuk mampu memanfaatkan anggaran dana untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sekaligus menciptakan sumber- sumber pendapatan baru bagi daerah. Kemampuan daerah dalam menyusun berbagai program pembangunan daerah sangat tergantung kepada keberadaan dan pengelolaan pembiayaan ini. Berdasarkan kajian-kajian determinan permasalahan kesehatan yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai isu-isu pokok yaitu berbagai determinan yang menjadi bagian yang muncul dalam permasalahan-permalsahan kesehatan terutama kepada permasalahan-permasalahan utama dan harus ditangani segera. Isu pokok merupakan permasalahan dalam determinan kesehatan yang selalu muncul dalam setiap masalah. Dari analisis determinan faktor yang paling sering muncul adalah sebagai berikut : 1. Status Gizi Masyarakat secara umum masih rendah 2. Keluarga miskin dan pembiayaan kesehatan di masyarakat 3. Mekanisme Pembiayaan Kesehatan (Preventif dan Promotif ) di Puskesmas 4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat 5. Manajemen pelayanan kesehatan ( terutama SDM dan sistem informasi kesehatan )
  • 48. C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lingkungan Masyarakat 1. Disparitas status kesehatan Disparitas adalah perbedaan; jarak: adanya upah yang diterima oleh para pekerja pabrik itu. Di Indonesia yang sungguh kaya luar biasa ini,status Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak. , masyarakat, media massa , politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif dirumah sakit dan puskesmas . "Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah masih cukup tinggi," katanya. 2. Beban Ganda penyakit. Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban ganda,yang pertama adalah rasa sakit yang diderita dan Uang yang cukup banyak Untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan dampak negative pada Pasien yang bersangkutan, karena keterbatasan dana, mereka mendapatkan keterbatasan Pelayanan kesehatan. 3.Kinerja Pelayanan yang rendah JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, menilai kinerja pelayanan kesehatan masih rendah terutama di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pulau-pulau terluar. "Padahal kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk," katanya, malam ini. Agung Laksono, menjelaskan hal itu merupakan tantangan pembangunan kesehatan di Indonesia yang memerlukan dukungan semua elemen bangsa. "Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih dibawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera diatasi," katanya.Dikatakan, hingga saat ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi. "Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan yang diperlukan, " katanya. 4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung hidup Bersih Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan system yang mengatur kesehatan.Jika anda berkunjung ke Jakarta misalnya, lihatlah sungai disana kini
  • 49. sungai di Jakarta mengalami perubahan fungsi, fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita temukan di masyarakat kita. 5. Rendahnya Kondisi kesehatan lingkungan Rendahnya Pembangunan Ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok masalah ini.hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial baik papan,sandang dan pangan. Pertanyaan mengapa masalah kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya, mungkin jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk. a. Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk dikonsumsi baru mencapai 55,2 persen (BPS 2002), dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar 63,5 persen. Jelas lingkungan mempengaruhi kesehatan sesorang, orang yang tinggal ditempat bersih, aman, dan nyaman akan mendapat kesehatan yang lebih baik dibanding orang yang bertempat tinggal di daerah kumuh seperti bantaran kali, kolong jembatan, dan kawasan Industri. Masih banyak masyarakat indonesia yang bertempat dilingkungan kurang baik, pelosok-pelosok. Khususnya masyarakat jakarta. Faktor-faktor buruknya lingkungan yang mempengaruhi kesehatan: 1. Banyak bangunan bertingkat yang di beton = dengan banyaknya bangunan bertingkat maka fungsi tanah yang seharusnya menyerap air kini digantikan fungsinya oleh sistem penyerapan buatan yang kurang efektif, dapat berakibat banjir dan mewabahnya penyakit. 2. Pembuatan produk-produk yang lama hancur = bahan baku yang lama hancur akan mempercepat penumpukan sampah karena sampah dihasilkan setiap hari. 3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya = sehingga membuang sampah sembarang, membangun rumah dibantaran kali, dll 4. Banyak kendaraan dan pabrik-pabrik = kendaraan yang sudah lama akan mengalami pembakaran yang tidak sempurna sehingga lebih banyak menghasilkan Co2 dan Pb begitupun dengan pabrik-pabrik.
  • 50. Solusinya, Penggusuran rumah-rumah yang berada dibantaran kali, kolong jembatan dan taman-taman lalu menempatkannya kembali ditempat yang layak karena ketika kali yang seharusnya menjadi saluran pembuangan menjadi berkurang fungsinya karena adanya rumah-rumah di bantaran kali. Kemudian, Memanfaatkan sampah dengan cara mendaur ulangnya, pengurangan produk-produk yang lama hancur sperti plastik dan kaca. b. Rendahnya Status Kesehatan Penduduk Miskin Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 dibandingkan dengan 17 per 1.000 kelahiran hidup pada kelompok terkaya.Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita, seperti malaria dan TBC, lebih sering terjadi pada masyarakat miskin. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya (cost barrier). Data SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa 48,7 persen masalah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan adalah karena kendala biaya, jarak dan transportasi. Utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di puskesmas. Demikian juga persalinan oleh tenaga kesehatan pada penduduk miskin hanya sebesar 39,1 persen dibanding 82,3 persen pada penduduk kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial hanya menjangkau 18,74 persen (2001) penduduk, dan hanya sebagian kecil diantaranya penduduk miskin. Solusinya, Memberikan jaminan akses dan kualitas pelayanan kesehatan gratis untuk keluarga miskin dimanapun berada di wilayah Negara Indonesia.Upaya kesehatan dasar dan rujukan terutama diprioritaskan pada setiap bayi bayi, anak dan kelompok masyarakat risiko tinggi.Dengan demikian maka setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya terutama di daerah perbatasan, terpencil dan tertinggal. c. Rendahnya Pemanfaatan Fasilitas Pemerintah dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan
  • 51. keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala.Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal Pada tahun 2002, rata-rata setiap 100.000 penduduk baru dapat dilayani oleh 3,5 puskesmas. Selain jumlahnya yang kurang, kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan di puskesmas masih menjadi kendala. Pada tahun 2003 terdapat 1.179 Rumah Sakit (RS), terdiri dari 598 RS milik pemerintah dan 581 RS milik swasta. Jumlah seluruh tempat tidur (TT) di RS sebanyak 127.217 TT atau rata-rata 61 TT melayani 100.000 penduduk.Walaupun rumah sakit terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun kualitas pelayanan sebagian besar RS pada umumnya masih di bawah standar.Pelayanan kesehatan rujukan belum optimal dan belum memenuhi harapan masyarakat.Masyarakat merasa kurang puas dengan mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas, karena lambatnya pelayanan, kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu.Perlindungan masyarakat di bidang obat dan makanan masih rendah.Dalam era perdagangan bebas, kondisi kesehatan masyarakat semakin rentan akibat meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. d. Studi Kasus tentang Penerapan Kesehatan Lingkungan Penerapan Kesehatan Lingkungan seperti diadakannya program lingkungan sehat. Program ini ditujukan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas-sektor berwawasan kesehatan. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi: 1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; 2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; 3. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan; dan 4. Pengembangan wilayah sehat
  • 52. PERTEMUAN VI-VII KONSEP PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN IBU DAN ANAK A. PENGERTIAN Secara umum pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan akan terjadi, sehingga peristiwa tadi tidak terjadi atau dapat dihindari. Pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai bertindak mendahului (to come before or procede) atau mengantisipasi (to anticipate) yang menyebabkan sesuatu proses tidak mungkin berkembang lebih lanjut. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pencegahan memerlukan tindakan antipatif (anticipatory action) berdasarkan pada penguasaan tentang model Riwayat Alamiah Penyakitnya, yang berkaitan inisiasi (awal mulai) atau kemajuan dari proses suatu penyakit atau masalah kesehatan apapun tidak mempunyai peluang untuk berlanjut. Mencegah penyakit berarti menggunakan pengetahuan mutakhir dengan sebaik-baiknya untuk membina (promote), mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan memperpanjang umur (mengikuti asal mulanya sebagaimana dimaksud dalam definisi Public Health menurut Winslow, 1920). Semua upaya tersebut dapat dicapai dengan mengorganisir dan menyediakan pelayanan kedokteran dan kesehatan masyarakat kepada perorangan maupun keluarga atau masyarakat yang membutuhkan. B. TAHAPAN PENCEGAHAN PENYAKIT Tindakan pencegahan dapat dilakukanbaik pada fase prepatogenesis yaitu sebelum mulainya proses penyakit, maupun fase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses penyakit mengikuti konsep proses Riwayat Alamiah Penyakit.Tindakan pencegahan dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu: 1. Tahap Primary Prevention Yang pertama adalah pencegahan primer yang dilakukan dalam fase pre- patogenesis sebelum proses penyakit terjadi. Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai. Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi ke 3 faktor utama untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan environment yang membentuk konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu dengan lainya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan terjadinya stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya proses penyakit dan masuk kedalam fase pathogenesis. Tahap pencegahan primer terbagi menjadi dua sub-tahap yaitu Health Promotion (pembinaan kesehatan) dan Specific Protection (perlindungan khusus). a. Tahap Health Promotion
  • 53. Upaya-upaya pencegahan dalam tahap ini masih bersifat umum dan belum tertuju pada jenis atau kelompok penyakit tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk pembinaan atau memajukan (to promote) kesehatan secara umum dan kesejahteraan hidup individu atau kelompok masyarakat dengan upaya-upaya ini diharapkan daya tahan secara fisik mental dan sosial ditingkatkan dan kita dijauhkan dari segala ancaman stimulus yang dapat memicu terjadinya atau mulainya suatu proses penyakit secara umum. Termasuk dalam kategori tahap ini adalah segala bentuk upaya untuk meningkatkan kebugaran jasmani (physical fitness), kecantikan dan keindahan bentuk tubuh (bina-raga), relaksasi yang memadai dan kondisi lingkungan hidup yang santai dan menyenangkan, tapi dalam batas-batas yang tidak mengancam atau mengganggu kesehatan yang optimal tadi. Secara alamiah setiap individu yang dalam kondisi sehat akan merasa memerlukan kegiatan-kegiatan yang mendukung Health Promotion ini tanpa memerlukan latihan atau keterampilan khusus. Sebagian besar upaya-upaya tersebut mungkin dapat dicapai melalui pendidikan atau penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi), sebagian melalui kegiatan-kegiatan bersama dilapangan, melalui organisasi atau perkumpulan yang teratur dan terencana (Organized dan Structured) dan sebagai melalui kegiatan yang berkategori santai dan bebas. Leavell dan Clark menyebutkan beberapa bentuk kegiatan yang termasuk Health Promotion dan yang sudah banyak dikembangkan dan sudah tercakup atau terintegrasi dalam berbagai bentuk program pelayanan kesehatan yang umunya termasuk kategori Anak Primary Health Care maupun Basic Health Services seperti: 1) Pendidikan/penyuluhan kesehatan 2) Kondisi kerja yang baik 3) Makanan bergizi 4) Keturunan dan KB 5) Perkembangan kepribadian 6) Nasehat perkawinan 7) Perumahan sehat 8) Pemeriksaan berkala 9) Rekreasi dan olahraga b. Tahap Spesifik Protection Tahap inilah yang biasanya dimaksud sebagai arti pencegahan sebagaimana umumnya orang mengartikannya. Upaya pencegahan disini sudah tertuju kepada jenis penyakit penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Biasanya sasarannya adalah individu atau kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (High Risk Group) terhadap suatu penyakit tertentu tadi. Tindakan pencegahan disini dapat diartikan sebagai member perlindungan khusus terhadap kelompok beresiko tinggi tadi. Banyak kemajuan yang telah dicapai dalam iptek yang berkaitan dengan upaya- upaya pencegahan pada tahap ini. Terutama ketika orang memasuki era