1. RETROVIRUS
Retrovirus
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Retrovirus
Paragraph 1
Retrovirus merupakan salah satu golongan virus yang terdiri dari satu benang tunggal RNA
(bukannya DNA). Setelah menginfeksi sel, virus tersebut akan membentuk replika DNA dari
RNA-nya dengan menggunakan enzim reverse transcriptase. Terdapat pada kera-kera kecil,
atau kera besar macam gorila atau simpanse yang ada di benua Afrika, serta orangutan yang
ada di Sumatera dan Kalimantan.
Retrovirus is one of group of viruses that contained of one single thread RNA (not DNA).
After infecting cell, the virus will form replica from DNA from the RNA used the enzyme
reverse transcriptase. There are the small monkeys, or apes gorilla or chimpanzee there are in
the African continent, and also with orangutans in Sumatra and Kalimantan.
Paragraph 2
Golongan Retrovirus
Ada tiga golongan retrovirus yang ditemukan pada primata yaitu oncornaviruses, lentiviruses,
dan spumaviruses. Meskipun jumlahnya sangat sedikit, ketiga golongan virus tersebut
beresiko menular pada manusia baik melalui gigitan, urin maupun feses (kotoran). Berikut
virus-virus tersebut :
There are three classes of retroviruses were found in primates they are oncornaviruses,
lentiviruses, and spumaviruses. Although the amount is little, the third groups of those viruses
to spread to humans through bites, urine or feces (droppings). Here they are viruses:
Paragraph 3
Oncornaviruses
Ada empat jenis ornocavirus yang terdapat pada non human primata(ordo) (NHP) yaitu
Simian T-lymphotropic virus (STLV), Gibbon ape leukemia virus (GaLV), Simian sarcoma
virus, dan Simian retrovirus Type D (SRV). Simian T-lymphotropic virus (STLV) sangat

2. mirip dengan Human T-cell leukemia virus (HTLV) yang banyak sekali terdapat di Asia,
Afrika maupun Amerika. Meskipun kasus kejadiannya tidak banyak,
There are four types of ornocavirus found in none-human primates (orde) (NHP) is Simian
T-lymphotropic virus (STLV), Gibbon ape leukemia virus (GALV), simian sarcoma virus,
and simian retroviruses Type D (SRV). Simian T-lymphotropic virus (STLV) is similar to the
Human T-cell leukemia virus (HTLV), which are plenty in Asia, Africa and America.
Although the case did not happen much,
Paragraph 4
HTLV dapat menyebabkan leukemia pada sel T dewasa atau lymphoma pada manusia yang
terinfeksi. Selain itu, strain virus HTLV I juga berkaitan dengan tropical spastic paraparesis
yaitu suatu gangguan syaraf yang langka. Hal yang amat mengkhawatirkan, saat ini telah
diketahui bahwa HTLV ternyata berasal dari STLV purba yang menular antar spesies yang
berbeda.
(HTLV) can cause adult T-cell leukemia or lymphoma in humans which is infected. In
addition, HTLV-I virus strains are also relating with tropical spastic paraparesis is a
disturbance neurological disorder. The most worry, is now recognized that HTLV was
derived from ancient STLV transmitted among different species
Paragraph 5
Bahkan sebuah survei yang dilakukan oleh Verschoor et al. (1998) terhadap 143 orangutan di
Kalimantan Tengah menunjukkan adanya dua ekor orangutan yang terinfeksi oleh virus
HTLV I. Dengan demikian, peluang virus golongan ini untuk menginfeksi manusia semakin
besar. Gibbon ape leukemia virus (GaLV) juga dapat mengakibatkan leukemia meskipun
hewan yang dijangkiti masih tampak sehat. Virus ini dapat berpindah antar spesies.

3. Even a survey was done by Verschoor et al. (1998) to 143 orangutans in Central Kalimantan
showed two orangutans were infected by HTLV virus I. With that way the chances of the
virus to infect humans more big. Gibbon ape leukemia virus (GALV) also caused leukemia
although animals still looks health. This virus can move among species
Paragraph 6
Simian sarcoma virus, yang kemungkinan merupakan mutan dari GaLV diketahui
menginfeksi monyet wooly yang serumah dengan gibbon. Simian retrovirus Type D (SRV)
terdiri dari beberapa jenis virus. Virus ini biasanya menyerang monyet dan menyebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh. Namun, monyet yang terserang virus ini tetap terlihat
sehat. Antibodi terhadap retrovirus tipe D telah dilaporkan pada 2 dari 247 orang yang sehari-
hari berhubungan dengan primata non manusia.
Simian sarcoma virus, possibly as a mutant from GaLV was known to infect the wooly
monkey as one home with gibbons. Type D simian retrovirus (SRV) contained from several
types of viruses. This virus usually attacked monkeys and cause dicreasing the immune
system. But the monkeys infected with this virus still looks healthy. Antibodies for type D
retroviruses had been reported in 2 of 247 people who everyday relating with with non-
human primates.

4. Part II
Paragraph 1
2. Lentivirus
Salah satu golongan lentivirus yang amat berbahaya adalah Simian immunodeficiency virus
(SIV). Virus ini berkerabat erat dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV 1
berasal dari strain SIV simpanse. Sedangkan virus HIV 2 berasal dari SIV sooty mangabeys.
Ada sejumlah besar monyet Afrika baik yang liar maupun tangkapan yang terinfeksi oleh
SIV. Jenis strainnya berbeda-beda, sesuai dengan jenis spesiesnya.
2. Lentiviruses
One of dangerous lentivirus is Simian immunodeficiency virus
(SIV). This virus is closed to HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV-1 virus come
from chimpanzee SIV strains. And HIV-2 virus come from SIV sooty mangabeys. There are
number of African monkeys are wild and catch infected with SIV. The Strainnya types
diffrent according with the species.
Paragraph 2
Sebagian besar hewan yang terinfeksi oleh virus ini, tetap terlihat sehat. Primata Asia
bukanlah induk semang alami dari SIV. Dengan demikian, apabila terkena SIV, primata Asia
(termasuk orangutan) akan sangat mudah mengalami penurunan kekebalan tubuh. Saat ini
ada 0.06% (2 dari 3123) manusia yang biasa bekerja dengan primata yang terinfeksi oleh
virus ini. Satu di antara kedua orang tersebut selanjutnya menunjukkan hasil uji serologi yang
negatif, namun yang lainnya tetap positif. Namun mereka berdua tidak menunjukkan gejala
penyakit.
Most of animals which infected by this virus , it looks health, Asia primates not as mother of
the nature from SIV. So if it infected SIV, Asia primate (Including orangutan) will easilly to
feel decreasing body immune. Now there are 0.06% (2 from 3123) human can work with
infected primates by this virus. One asmong two that persons futher to show the result of
negative serogical, but other looks positive. But both of them to show the syntom of of the
disease.

5. Paragraph 3
3. Spumaviruses
Spuma virus yang terdapat pada primata adalah Simian Foamy Virus (SFV). Virus ini banyak
ditemukan pada primata dunia baru maupun lama. Ada 3,7% atau 11 dari 296 orang yang
biasa berhubungan dengan primata telah terinfeksi oleh virus ini.
3. Spumaviruses
Spuma virus were in primates Simian Foamy Virus i (SFV). This virus was found in many
new and old world primates. There are 3.7% or 11 from the 296 people who are related with
primates had been infected with this virus.
Paragraph 4
Cara Penularan
Way infected
Virus dan Cara Penularand
Virus and way infected
Simian T-lymphotropic virus
(STLV) hubungan seksual dan air susu induk
(STLV) sexual intercourse andmother'smilk
Gibbon ape leukemia virus
(GaLV) urin, feses dan kemungkinan hubungan seksual
(GaLV) urine, feses and possibly sex intercourse
Simian sarcoma virus Simian retrovirus Type D (SRV)
Siman sarcoma virus siman retrovirus type D (SRV)

6. Paragraph 5
Simian Retrovirus-1 tipe D (SRV-1) ditemukan pertama kali antara tahun 1981-1983 sebagai
penyebab sindrom imunosupresif yang diderita banyak primata di New England Primate
Research Center (NEPRC) dan California Regional Primate Centres (CRPC), Amerika
Serikat. Virus SRV-1 ini tidak berkerabat dekat dengan HIV-1, namun memiliki kemiripan
dengan Mason Pfizer monkey virus (MPMV) yang diisolasi dari sel tumor payudara monyet
betina. Pada spesies primata M. nemestrina, ditemukan SRV-2 yang cukup jauh
kekerabatannya dibandingkan SRV-1 dan MPMV (SRV-3). SRV-2 tidak hanya
menyebabkan imunosupresi fatal, namun juga diikuti dengan proliferasi sel vaskuler dan
mesenkimal yang disebut fibromatosis retroperitoneal (RF).
Simian retrovirus type D-1 (SRV-1) first discovered between 1981-1983 as cause
immunosuppressive syndrome suffered with many primates in the New England Primate
Research Center (NEPRC) and the California Regional Primate Centres (CRPC), United
States. SRV-1 virus was not closeded related to HIV-1, but has similarities with Mason
Pfizer monkey virus (MPMV) isolated from the breast tumor cell of female monkeys. In
primate species M. nemestrina, found SRV-2 were far the existance compare with than SRV-
1 and MPMV (SRV-3). SRV-2 not only cause immunosuppressant fatal, but also followed by
vascular and mesenchymal cell proliferation are called retroperitoneal fibromatosis (RF).
Paragraph 6
Infeksi SRV tidak menunjukkan aktivasi imunitas yang tinggi pada awal terjadinya infeksi,
namun virus ini menyerang berbagai sel pertahanan tubuh seperti sel T CD4+ dan sel T CD8,
sel B, makrofaga, dan sel epitelial di saluran pencernaan, kelenjar saliva, dan choroid plexus.
Pada tahap akhir infeksi SRV, terjadi penurunan limfoid pada kelenjar limfoid dan infeksi
Infection SRV didn’t show imunization activitywhen first time infection happned but this virus
attacked the body immunee such as TCD4+ cell and TCD8 cell B cells, macrophages and epithelial
cells in the gastrointestinal tract,salivary glands, and the choroid plexus. At the final stage of the SRV
infection, happened the decreasing lymphoid lymphoid glands and also infection

7. Paragraph 7
oportunistik seperti yang juga terjadi pada tahap akhir dari infeksi HIV. Infeksi SRV pada
primata menjadi model studi mekanisme supresi sistem imun yang menarik para ahli karena
kemampuan reproduksi virus yang tinggi, transmisinya cepat, dan waktu turnover yang
diperlukan relatif pendek (7-10 hari). Untuk mendeteksi keberadaan virus ini yang bersifat
onkogenik ini, dapat digunakan uji serologis seperti ELISA dan western blot, analisis PCR,
ataupun isolasi virus secara langsung dengan menumbuhkan peripheral blood mononuclear
cell (PBMC) asal primata dan sel raji secara bersamaan.
opportunistic as it also occured in the last sesion of HIV infection. SRV infection in primates
become model studying of the mechanism of suppression of the immune system that attract
to the experts for its high reproductive capacity of the virus, fast transmission, and the time
turnover is relatively short (7-10 days). For detecting the existance of the virus these types
are oncogenic, can be done the serological tests such as ELISA and Western blot, PCR
analysis, or isolation of the virus directly by growing peripheral blood mononuclear cell
(PBMC) of primates and raji cells together.
Paragraph 7
Simian immunodeficiency virus
Hinggasaat AAZV mengeluarkanpanduanuntukpenangananprimatayangbukanmanusia(15
Februari 2004), belumadalaporanresmi tentangterjadinyapenyakitpadamanusiaakibattertular
virus-virusini.Namun,karenavirusadalahmaterialgenetik yangdapatbermutasi denganmudah,
sebaiknyakitatetapberhati-hati.
Simian immunodeficiency virus
Untill todayAAZV issuedthe guidelinetohandle the primateswhichisnothuman(
February,15,2004), There hasnot beenreportedaboutthe occurence thisdisease onthe human
causedinfectedforthisvirus.Butvirusisgeneticmaterial canbe mutatedeasillybetterwe should
becareful .