HIV adalah virus penyebab AIDS yang menginfeksi sel darah putih CD4 dan merusak sistem kekebalan tubuh. HIV ditemukan pada tahun 1983 dan disebabkan oleh dua jenis virus utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2, yang berasal dari virus SIV pada primata. HIV dapat menular melalui hubungan seks, jarum suntik, dan dari ibu ke anak. Pencegahan meliputi abstinensi, monogami, penggunaan kondom, dan sterilisasi per
Materi biologi tentang virus
Sejarah penemuan virus
Ciri-ciri virus
Struktur virus
Bagian-bagian virus
Contoh virus
Penyakit yang disebabkan oleh virus
Materi biologi tentang virus
Sejarah penemuan virus
Ciri-ciri virus
Struktur virus
Bagian-bagian virus
Contoh virus
Penyakit yang disebabkan oleh virus
This is an informative, illustrated presentation about the causes, symptoms, treatment and prevention of HIV AIDS. Gives relevant data, facts and statistics about the disease updated to the most recent 2010 data.
4. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan
dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Penyakit AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus
hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu
untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena
sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
5. Pada tahun 1983, Jean Claude Chermann dan
Françoise Barré-Sinoussi dari Perancis berhasil
mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang
penderita sindrom limfadenopati. Pada awalnya, virus
itu disebut ALV (lymphadenopathy-associated virus)
Bersama dengan Luc Montagnier, mereka
membuktikan bahwa virus tersebut merupakan
penyebab AIDS. Pada awal tahun 1984, Robert Gallo
dari Amerika Serikat juga meneliti tentang virus
penyebab AIDS yang disebut HTLV-III. Setelah diteliti
lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III
merupakan virus yang sama dan pada tahun
1986, istilah yang digunakan untuk menyebut virus
tersebut adalah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut
HIV-1.
6. Tidak lama setelah HIV-1 ditemukan, suatu subtipe
baru ditemukan di Portugal dari pasien yang berasal
dari Afrika Barat dan kemudian disebut HIV-2. Melalui
kloning dan analisis sekuens (susunan genetik), HIV-2
memiliki perbedaan sebesar 55% dari HIV-1 dan secara
antigenik berbeda. Perbedaan terbesar lainnya antara
kedua strain (galur) virus tersebut terletak pada
glikoprotein selubung. Penelitian lanjutan
memperkirakan bahwa HIV-2 berasal dari SIV
(retrovirus yang menginfeksi primata) karena adanya
kemiripan sekuens dan reaksi silang antara antibodi
terhadap kedua jenis virus tersebut.
7.
8. Pohon kekerabatan (filogenetik) yang menunjukkan kedekatan
SIV dan HIV. Kedua spesies HIV yang menginfeksi manusia (HIV-1
dan -2) pada mulanya berasal dari Afrika barat dan tengah,
berpindah dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang
dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 merupakan hasil evolusi dari simian
immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies
simpanse, Pan troglodyte troglodyte. Sedangkan, HIV-2 merupakan
spesies virus hasil evolusi strain SIV yang berbeda (SIVsmm),
ditemukan pada Sooty mangabey, monyet dunia lama Guinea-
Bissau. Sebagian besar infeksi HIV di dunia disebabkan oleh HIV-1
karena spesies virus ini lebih virulen dan lebih mudah menular
dibandingkan HIV-2. Sedangkan, HIV-2 kebanyakan masih terkurung
di Afrika barat.
Berdasarkan susuanan genetiknya, HIV-1 dibagi menjadi tiga
kelompok utama, yaitu M, N, dan O. Kelompok HIV-1 M terdiri dari
16 subtipe yang berbeda. Sementara pada kelompok N dan O
belum diketahui secara jelas jumlah subtipe virus yang tergabung di
dalamnya. Namun, kedua kelompok tersebut memiliki kekerabatan
dengan SIV dari simpanse. HIV-2 memiliki 8 jenis subtipe yang
diduga berasal dari Sooty mangabey yang berbeda-beda.
9. Apabila beberapa virus HIV dengan subtipe yang berbeda
menginfeksi satu individu yang sama, maka akan terjadi bentuk
rekombinan sirkulasi (circulating recombinant forms - CRF) (bahasa
Inggris: circulating recombinant form, CRF). Bagian dari genom
beberapa subtipe HIV yang berbeda akan bergabung dan
membentuk satu genom utuh yang baru. Bentuk rekombinan yang
pertama kali ditemukan adalah rekombinan AG dari Afrika tengah
dan barat, kemudian rekombinan AGI dari Yunani dan Siprus,
kemudian rekombinan AB dari Rusia dan AE dari Asia tenggara. Dari
seluruh infeksi HIV yang terjadi di dunia, sebanyak 47% kasus
disebabkan oleh subtipe C, 27% berupa CRF02_AG, 12,3% berupa
subtipe B, 5.3% adalah subtipe D dan 3.2% merupakan CRF AE,
sedangkan sisanya berasal dari subtipe dan CRF lain.
10. • HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical)
hingga oval karena bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus
(virion). Selubung virus berasal dari membran sel inang yang
sebagian besar tersusun dari lipida.Di dalam selubung terdapat
bagian yang disebut protein matriks.
• Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu
genom dan kapsid. Genom adalah materi genetik pada bagian inti
virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA.Sedangkan, kapsid
adalah protein yang membungkus dan melindungi genom.
• Berbeda dengan sebagian besar retrovirus yang hanya memiliki tiga
gen (gag, pol, dan env), HIV memiliki enam gen tambahan
(vif, vpu, vpr, tat, ref, dan nef). Gen-gen tersebut disandikan oleh
RNA virus yang berukuran 9 kb. Kesembilan gen tersebut
dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan fungsinya, yaitu
gen penyandi protein struktural (Gag, Pol, Env), protein regulator
(Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada HIV-1, Vpx hanya
pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef).
11. Seperti virus lain pada
umumnya, HIV hanya dapat
bereplikasi dengan
memanfaatkan sel inang.
Siklus hidup HIV diawali
dengan penempelan partikel
virus (virion) dengan reseptor
pada permukaan sel inang, di
antaranya adalah
CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-
sel yang menjadi target HIV
adalah sel dendritik, sel T, dan
makrofaga. Sel-sel tersebut
terdapat pada permukaan
lapisan kulit dalam (mukosa)
penis, vagina, dan oral yang
biasanya menjadi tempat awal
infeksi HIV. Selain itu, HIV juga
dapat langsung masuk ke
aliran darah dan masuk serta
bereplikasi di noda limpa.
12. Setelah menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan
membran sel sehingga isi partikel virus akan terlepas di dalam sel.
Selanjutnya, enzim transkriptase balik yang dimiliki HIV akan
mengubah genom virus yang berupa RNA menjadi DNA. Kemudian,
DNA virus akan dibawa ke inti sel manusia sehingga dapat menyisip
atau terintegrasi dengan DNA manusia. DNA virus yang menyisip di
DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat bertahan cukup
lama di dalam sel Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang
dimiliki sel inang akan memproses provirus sama dengan DNA
manusia, yaitu diubah menjadi mRNA. Kemudian, mRNA akan
dibawa keluar dari inti sel dan menjadi cetakan untuk membuat
protein dan enzim HIV. Sebagian RNA dari provirus yang merupakan
genom RNA virus. Bagian genom RNA tersebut akan dirakit dengan
protein dan enzim hingga menjadi virus utuh. Pada tahap perakitan
ini, enzim protease virus berperan penting untuk memotong
protein panjang menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus.
Apabila HIV utuh telah matang, maka virus tersebut dapat keluar
dari sel inang dan menginfeksi sel berikutnya.Proses pengeluaran
virus tersebut melalui pertunasan (budding), di mana virus akan
mendapatkan selubung dari membran permukaan sel inang
13. Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu tes PCR, tes
antibodi HIV, dan tes antigen HIV. Tes reaksi berantai polimerase
(PCR) merupakan teknik deteksi berbasis asam nukleat (DNA dan
RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik HIV di
dalam tubuh manusia. Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban
virus atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT). PCR DNA biasa
merupakan metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau
tidaknya DNA virus. Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat
dilakukan dengan metode real-time PCR yang merupakan metode
kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan
HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi. Tes ini biasanya
digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun
jarang digunakan pada individu dewasa karena biaya tes PCR yang
mahal dan tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini
lebih tinggi bila dibandingkan tes lainnya.
14. Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering
digunakan tes antibodi HIV yang murah dan akurat. Seseorang
yang terinfeksi HIV akan menghasilkan antibodi untuk
melawan infeksi tersebut. Tes antibodi HIV akan mendeteksi
antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin. Sejak
tahun 2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (rapid
test) untuk mendeteksi antibodi HIV dari tetesan darah
ataupun sampel liur (saliva) manusia. Sampel dari tubuh
pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu.
Kemudian, kepingan alat uji (test strip) dimasukkan dan
apabila menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita
berwarna ungu kemerahan. Tingkat akurasi dari alat uji ini
mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus
dikonfirmasi kembali dengan ELISA.Selain ELISA, tes antibodi
HIV lain yang dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut
adalah Western blot.
15. Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein
P24) pada HIV yang memicu respon antibodi. Pada
tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam jumlah
tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah.Tes
antibodi dan tes antigen digunakan secara
berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi
yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang
digunakan sendiri karena sensitivitasnya yang rendah
dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap HIV
terbentuk.
Sampai saat ini belum ada obat untuk HIV , sampai
sekarang obat untuk HIV masih diteliti . Kalaupun ada
obat untuk HIV , itu bukan obat melainkan VAKSIN.
16. • Hubungan seks, terutama melalui anus (anal)
• Penggunaan bersama jarum suntik yang
terkontaminasi oleh pemakai narkoba atau
perawatan kesehatan
• Transfusi darah
• Antara ibu dan bayinya selama masa hamil,
kelahiran dan masa menyusui
• Terjadinya luka akibat pemakaian benda yang
bersamaan seperti silet, pisau cukur.
17. • Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap
kali akan melakukan penyuntikan atau proses lain yang
mengakibatkan terjadinya luka
• Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman
(artinya : hubungan seks yang tidak memungkinkan
tercampurnya cairan kelamin, karena hal ini
memungkinkan penularan HIV)
• Bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya
diberitahu tentang semua resiko dan kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya sendiri
dan bayinya, sehingga keputusan untuk menyusui bayi
dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan.
18. • Ada lima cara:
1. Abstinensi (atau puasa, tidak melakukan hubungan seks)
2. Melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti-ganti
pasangan dan saling setia kepada pasangannya
3. Untuk yang melakukan hubungan seksual yang mengandung
risiko, dianjurkan melakukan seks aman termasuk
menggunakan kondom
Ada dua hal yang perlu diperhatikan:
4. Semua alat yang menembus kulit dan darah (jarum
suntik, jarum tato, atau pisau cukur) harus disterilisasi
dengan benar
5. Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus
kulit bergantian dengan orang lain