Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas prinsip-prinsip etika bisnis dan langkah-langkah pengambilan keputusan secara etis, mulai dari menjelaskan pengertian bisnis, etika bisnis, kode etik perusahaan, hingga prinsip-prinsip seperti otonomi, kejujuran, dan keadilan dalam bisnis.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
1, be & gg, rudi, hapzi ali, principles of personal ethics dan principles of professional ethics, universitas mercu buana , 2018
1. PRINCIPLES OF PERSONAL ETHICS DAN PRINCIPLES OF PROFESSIONAL
ETHICS
Rudi, SE 1)
, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA 2)
1) Penulis Pertama
Email : rudi12980@yahoo.com
2) Dosen Pengampu
Tiga aspek pokok dari bisnis
Sebelum kita membahas konsep etika dalam bisnis, terlebih dahulu kita perlu memahami tiga
aspek pokok dalam bisnis diantaranya:
Sudut Pandang Ekonomis
Dalam sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis, dimana terjadi proses tukar
menukar, jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan dan interaksi manusia lainnya,
dengan tujuannya memperoleh keuntungan. Dalam pandangan ini, bisnis yang baik adalah bisnis yang
membawa banyak keuntungan. Hal ini bisa terjemahkan ke dalam beberapa fungsi manajemen. Dalam
fungsi manajemen produksi, bisnis yang baik adalah bisnis yang dapat mempertahankan produktivitas
perusahaan. Dimana jika produktivitas menurun, biaya produksi akan bertambah, sehingga harga
produk perlu dinaikkan, dan hal ini berdampak pada harga produk bisa menjadi terlalu tinggi
dibandingkan dengan harga yang ditetapkan pesaing. Pada fungsi pemasaran, diartikan sebagai menjual
sebanyak mungkin produk, dimana hal ini akan membawa keuntungan maksimal bagi perusahaan
Sudut Pandang Moral
Dalam sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang
baik dalam konteks moral adalah perilaku yang sesuai dengan norma norma moral, sedangkan perilaku
yang buruk adalah perilaku yang bertentangan dengan atau menyimpang dari norma moral. Perilaku
dalam konteksi ini adalah tindakan dan kegiatan yang dilakukan dalam bisnis, baik itu keputusan bisnis,
kebijakan yang diambil dan interaksi bisnis dengan lingkungannya. Dalam kasus di atas, bisnis boleh saja
memiiliki tujuan mencapai keuntungan, asalkan pencapainya tidak merugikan pihak yang lain serta
dilakukan dengan menghormati kepentingan dan hak orang lain yang terlibat baik langsung dan tidak
langsung dalam aktivitas bisnis itu sendiri.
2. Sudut Pandang Hukum
Bisnis tidak terlepas dari hukum “ hukum dagang” atau “ hukum bisnis”. Dalam sudut pandang
normative, hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan pada aktivitas
bisnis. Disini, hukum lebih jelas dan pasti, karena tertulis dan ada sangsi tertentu bila terjadi
pelanggaran. Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang patuh pada hukum.
Untuk menentukan baik tidaknya bisnis dari sudut pandang moral, perlu adanya tolak ukur
dalam menentukan baik buruknya suatu perbuatan dan tingkah laku di setiap aktivitas bisnis,
diantaranya: hati nurani, kaidah emas dan penilaian masyarakat umum. Penjelasannya sebagai berikut:
1) Hati nurani
Suatu perbuatan dan tingkah laku yang baik, jika dilakukan sesuai dengan hati nurani,
begitu juga sebaliknya. Hati nurani memiliki arti, kita harus melakukan apa yang diperintahkan
hati nurani dan tidak boleh melakukan apa yang berlawanan dengan suara hati nurani. Setiap
manusia memiliki hati nurani dimana bagi yang memiliki agama suara hati nurani adalah bisikan
tuhan. Hati nurani sifatnya subyektif, karena hanya bisa dijawab oleh orang yang bersangkutan,
dan hati nurani bisa dipakai sebagai pegangan kalau terbentuk dengan baik.
2) Kaidah Emas
Menurut kaidah emas, perilaku yang baik adalah memperlakukan orang lain
sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan. Maksudnya, jika kita ingin diperlakukan baik oleh
orang lain, maka terlebih dahulu perlakukanlah orang tersebut dengan baik ( konsep take and
give). Kaidah emas bersifat objektif
3) Penilaian Umum
Untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku, cara ketiga adalah
dengan menyerahkan kepada masyarakat umum untuk menilainya. Disebut dengan “ audit
social”. Namun, penilaian ini harus bersifat objektif ( tidak ada kepentingan di dalamnya) dan
terbuka bagi khalayak ramai dengan menerapkan penilaian moral di dalamnya.
Dari hasil catatan di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis dikatakan baik (good business) jika tidak
bertentangan dengan sudut pandang etika dan hukum.
Etika bisnis
Arti etika dapat dibedakan dari sisi praktis dan refleksi. Etika sebagai praktis yaitu sejauhmana
nilai-nilai dan norma-norma moral diterapkan dan dilaksanakan dalam berbagai aktivitas dan kegiatan
sehari hari. Atau dapat juga di artikan sebagai apa yang dilakukan sesuai dengan nilai dan moral. Etika
sebagai praktis berarti moral atau moralitas: apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan , pantas
dilakukan dan sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral, dimana kita berfikir tentang
apa yang dilakukan lebih spesifik yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi
menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
3. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa etika adalah cabang ilmu falsafat yang
mempelajari baik buruknya perilaku manusia ( selaku orang yang menjalankan aktivitas bisnis di
perusahaan).etika bisnis dapat dijalankan pada tiga tingkat yaitu makro, meso dan mikro. Pada tingkat
makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari system ekonomi sebagai keseluruhan. Disini
masalah etika disorot pada skala besar. Misalnya: masalah keadilan social masyarakat, terutama
berkaitan dengan kaum buruh; masalah utang Negara, kekayaan Negara dan sebagainya. Pada tingkat
madya (meso), etika bisnis menyelidiki masalah etis di bidang organisasi dalam hal ini perusahaan, dan
stakeholder yang berkaitan langsung dengan aktivitas bisnis di perusahaan seperti lembaga konsumen,
pemasok (supplier), investor, pemerintah, lembaga sosial seperti sarikat pekerja, dan sebagainya.
Sedangkakan pada tingkat mikro, etika bisnis difokuskan pada individu dalam hubungannya dengan
ekonomi dan bisnis. Dalam hal ini dipelajari tentang tanggung jawab etis dari karyawan dan atasan,
produsen dan konsumen, pemasok dan investor.
Peranan Etika dalam Bisnis
Etika berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis
didasari nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi konsumen, masyarakat dan demi menjaga nama baik
bisnis sendiri dalam jangka panjang. Etika bisnis menjadi acuan bagi pebisnis untuk berbisnis tanpa
merugikan konsumen, buruh, karyawan, dan masyarakat luas. Hak dan kepentingan mereka tidak boleh
diabaikan oleh praktek bisnis. Praktek praktek monopoli, oligopoli, kolusi dan sejenisnya menjurus pada
kerugian konsumen, masyarakat serta Negara menjadi obyek bagi etika bisnis untuk dilakukan perbaikan
semestinya.
Alasan bisnis berlaku etis ada tiga dasar yang mendasarinya yaitu ajaran agama (tuhan yang
maha kuasa), kepentingan sosial dan perilaku pebisnis yang bernilai utama.
1) Ajaran Agama (tuhan yang maha kuasa)
Agama mengatakan bahwa sesudah kehidupan jasmani ini manusia akan hidup terus
dalam dunia baka, di mana Tuhan sebagai Hakim Maha Agung akan menghukum kejahatan yang
pernah dilakukan dan mengganjar kebaikannya. Pandangan ini didasarkan pada imam
kepercayaan, yang tentunya diharapkan setiap pebisnis akan dibimbing oleh iman
kepercayaannya yang menjadi tugas agama mengajak pemeluknya untuk tetap berpegang pada
motivasi moral.
2) Kontrak Sosial
Segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang pebisnis akan selalu berhubungan dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat, maka pebisnis dalam interaksi bisnisnya memiliki kontrak
sosial dengan masyarakat tempat dimana ia berbisnis untuk selalu menciptakan kesejahteraan
dalam kegiatan bisnisnya. Pandangan ini melihat perilaku manusia dalam perspektif sosial.
Setiap kegiatan dilakukan bersama-sama dalam masyarakat, menuntut adanya norma-norma
dan nilai-nilai moral. Dengan demikian kehidupan kemasyarakatan senantiasa menjadi lebih
sejahtera.
4. 3) Keutamaan
Pebisnis sebagai manusia memiliki nilai mulia dan utama bila melaksanakan bisnisnya
secara bermoral. Keutamaan sebagai ukuran untuk melakukan bisnis terbaik, merupakan
penyempurnaan tertinggi kodrat manusia. Manusia yang berlaku etis adalah baik, baik secara
menyeluruh materil dan spirituil. Pebisnis harus melakukan sesuatu kebaikan, karena hal itu
baik. Pebisnis harus berintegritas. Dalam bekerja, pebisnis boleh mencari keuntungan.
Perusahaan merupakan organisasi sebagai alat untuk memperoleh keuntungan. Namun pebisnis
atau perusahaan dikatakan tidak berintegritas, jika kegiatan mereka mengumpulkan kekayaan
tanpa pertimbangan moral.
a. Code of Ethics .
Kode etik perusahaan
Sebelum kita mengupas dan membahas mengenai kode etik perusahaan, terlebih dahulu kita
memahami istilah umum yaitu ethics statements diantaranya:
1) Pertama, value statements atau pernyataan nilai. Banyak pernyataan nilai menegaskan bahwa
perusahaan ingin beroperasi secara etis serta fair dan menggaris bawwahi pentingnya integritas,
teamwork, kredibilitas, dan keterbukaan dalam komunikasi. Jadi nilai yang dikemukakan ini sering lebih
luas daripada nilai-nilai etis.
2) Kedua, Corporate Credo atau kredo perusahaan, Biasanya merumuskan tanggung jawab perusahaan
terhadap para stakeholder, khususnya konsumen, karyawan, pemilik saham, masyarakat umum dan
lingkungan hidup
3) Kode etik, Kode etik ini menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitas yang
bisa timbul (dan mungkin dimasa lampau pernah timbul), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan
pesaing dan pemasok, menerima hadiah, sumbangan kepada partai politik dan sebagainya.
Manfaat kode etik perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai corporate
culture. Dengan adanya kode etik, secara intern semua karyawan terikat dalam standar etis yang sama,
sehingga akan mengambil keputusan yang sama pula untuk kasus-kasus yang sejenis. Sedangkan secara
eksternal, para stakeholder lainnya seperti pemasok dan konsumen memaklumi apa yang bisa
diharapkan dari perusahaan. Reputasi yang baik di bidang etika merupakan asset yang amat penting
bagi suatu perusahaan.
2. Dapat membantu dalam menghilangkan grey area. Beberapa ambiguitas moral yang sering
merongrong kinerja perusahaan, dengan demikian dapat dihindarkan. Contohnya menerima hadiah atau
5. komisi, kesungguhan perusahaan dalam memberantas memakai tenaga kerja anak di bawah umur, dan
keterlibatan perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup.
3. Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
4. Kode etik menyediakan bagi perusahaan dalam dunia bisnis untuk mengatur dirinya sendiri, dengan
demikian Negara tidak perlu ikut campur tangan.
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Menurut Sonny Keraf (1998), prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Otonomi , Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai sesuatu kebaikan untuk
diberian kepada orang lain.
2) Prinsip Kejujuran , Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan
keutamaan. Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Dalam
perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling percaya satu sama lain, bahwa masing-
masing pihak tulus dan jujur membuat perjanjian dan kontrak, serius, tulus dan jujur melaksanakan
perjanjian. Kejujuran sangat penting artinya bagi kepentingan masing-masing pihak, kejujuran sangat
menentukan keberlanjutan relasi dan kelangsungan bisnis selanjutnya.
3) Prinsip Keadilan , Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam bisnis
merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang dalam kegiataan
bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan diperlakukan sesuai dengan hak dan kewajiban
masing-masing.
4) Prinsip Saling Menguntungkan , Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan
kepada keterlibatan setiap pihak dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip keutamaan.
Saling menguntungkan merupakan cermin integritas moral internal pelaku bisnis atau perusahaan agar
nama baik pribadi atau nama baik perusahaan untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya dan kompetitif.
b. Business Ethics as Ethical Decision Making .
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan
1. Jelaskan apa yang kalian ketahui mengenai pengambilan keputusan ? • Pengambilan keputusan
(desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah
melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa
tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi
identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
6. keputusan yang terbaik. • Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh
banyak ahli, diantaranya adalah : • 1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan
adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
• 2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan
manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan
pemilihan diantara sejumlah alternatif. • 3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa
pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti
dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber
yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. • 4. P. Siagian : Pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian
yang matang atas alternatif dan tindakan.
2. Sebutkan dan jelaskan tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan ?
• Menganalisis masalah : Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil yang diharapkan,
definisikan apa masalahnya • Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung
jawab ? Secara personal bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia sumber daya atau tidak ?
Masalahnya urgen / tidak ? • Membuat alternatif pemecahan masalah : Membuat beberapa alternatif
pemecahan masalah yang bersifat layak, efektif dan efisien • Mengevaluasi alternatif : Mengumpulkan
data untuk mengevaluasi setiap alternatif, menolak / menerima alternatif dari sudut kelayakan,
efektifitas dan efisiensi setiap alternatif • Memilih dan menerapkan alternatif : Pilih alternatif yang
paling layak, efektif, dan efisien. Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di luar
kemampuan, lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada tidak bertindak dan lebih
baik menerapkan alternatif yang mahal daripada murah tak bermutu • Mengevaluasi hasil : Selesai,
jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai.
3. Sebutkan dan jelaskan pendekatan-pendekatan etika bisnis dalam pengambilan keputusan ? •
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si pengambil
keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah[1][6]:
• 1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat abad kesembilan belas
,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan
kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar. • 2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika
bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka
panjang seorang indivudu. • 3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik
menjaga hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. • hak persetujuan bebas.
Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk
diperlakukan.
7. • hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya. •
hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar
moral dan norma agamanya. • hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik
etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain. • hak atas proses hak. Individu berhak untuk
berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil. • hak atas hidup dan keamanan.
Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.
4. Apa yang kalian ketahui mengenai penggunaan pohon keputusan sebagaj pendukung dalam proses
pengambil keputusan. (gambarkan) sertakan contohnya. • Proses pada pohon keputusan . • Manfaat
utama dari penggunaan pohon keputusan adalah kemampuannya untuk membreak down proses
pengambilan keputusan yang kompleks menjadi lebih simpel sehingga pengambil keputusan akan lebih
menginterpretasikan solusi dari permasalahan.
GOOD ETHICS GOOD BUSINESS
Kebanyakan perusahaan pencapai sukses merupakan perusahaan yang memiliki nilai etika
pelaksanaan pekerjaan tinggi. Hal tersebut bisa terjadi karena disaat diterapkan nilai etika bisnis tinggi,
maka konsumen atau masyarakat lainnya merasa puas sehingga dilain kesempatan mereka bersedia
mengikat perikatan bisnis dengan perusahaan tersebut, dengan demikian bisnis perusahaan beretika
tinggi tersebut terus berkembang. Yang baik harus dilakukan karena hal itu baik, bukan hanya karena
membuka jalan menuju sukses. Peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip keutamaan di zaman
Aristoteles. Namun mungkin etika bisnis hanya bisa berlaku intensif dalam suatu komunitas masyarakat
moral. Moralitas bukan merupakan komitmen individual, namun berlaku dalam suatu jangkauan
kerangka sistim sosial.
c. Business Ethics as Personal Integrity and Social Responsibility .
• Aspek lain dari perilaku etis yang layak disebutkan adalah fakta bahwa keadaan sosial juga memiliki
pengaruhi atas perilaku.
• Seorang individu mungkin telah hati-hati berpikir situasi dan memutuskan apa yang benar dan dapat
termotivasi untuk bertindak sesuai norma, tapi konteks sosial perusahaan atau sekitar individu dapat
menciptakan hambatan serius untuk melakukannya.
• Sebagai individu, kita perlu justru menemukan perubahan bahwa lingkungan sosial kita akan sangat
memengaruhi berbagai pilihan yang terbuka untuk kita dan dapat secara signifikan memengaruhi
8. perilaku kita. Jika tidak orang baik bisa, dalam keadaan yang salah, melakukan hal-hal buruk dan kurang
termotivasi etis,dalam situasi yang tepat, melakukan hal yang benar.
• Para pemimpin bisnis kedepan memiliki tanggung jawab untuk lingkungan bisnis, apa yang akan kita
kemudian sebut sebagai budaya perusahaan, untuk mendorong atau mencegah perilaku etis.
• Kepemimpinan bisnis yang etis adalah keterampilan untuk membuat keadaan di mana orang-orang
baik mampu berbuat baik, dan orang jahat yang dicegah dari melakukan perbuatan buruk.
• Kasus Enron memberikan contoh. Sherron Watkins, seorang wakil presiden Enron, tampaknya
mengerti sepenuhnya korupsi dan penipuan dalam perusahaan, dan dia mengambil beberapa langkah-
langkah kecil untuk mengatasi masalah.
• Tetapi ketika menjadi jelas bahwa bosnya mungkin melawan, dia mundur.
• Arthur Andersen auditor terlibat. Ketika beberapa orang menyuarakan keprihatinan tentang praktik
akuntansi Enron, supervisor mereka menunjukkan bahwa $ 100.000.000 pendapatan tahunan yang
dihasilkan oleh akun Enron disediakan alasan untuk mundur. Keputusan Titik yang mengikuti
meneladankan PLI fi es budaya hadir di Enron selama panas dari kejatuhannya.
• Pada tingkat yang paling dasar, etika berkaitan dengan bagaimana kita bertindak dan bagaimana kita
hidup
• Etika melibatkan apa yang paling monumental setiap manusia dapat bertanya: Bagaimana seharusnya
kita hidup?
• Etika dalam pengertian ini, praktis, yang berkaitan dengan bagaimana kita bertindak, memilih,
berperilaku, melakukan hal-hal lainnya.
• Filsuf sering menekankan bahwa etika adalah normatif, dalam hal ini berkaitan dengan penalaran kita
tentang bagaimana kita harus bertindak.
• Ilmu-ilmu sosial seperti psikologi dan sosiologi juga memeriksa pengambilan keputusan manusia dan
tindakan, tetapi ilmu ini deskriptif daripada normatif.
• Mereka memberikan penjelasan tentang bagaimana dan mengapa orang bertindak seperti yang
mereka lakukan; sebagai disiplin normatif, etika berusaha bagaimana dan mengapa orang harus
bertindak, bukan bagaimana mereka bertindak.
d. Ethics and the Law .
Kaedah-kaedah pokok dari etika profesi dibidang Hukum (Kieser:1986):
• Profesi di bidang hukum harus dihayati sebagai suatu pelayanan tanpa pamrih (dis intrestedness)
yaitu pertimbangan yang diambil adalah kepentingan klien dan kepentingan umum.
9. • Bukan kepentingan pribadi dari pengemban profesi, jika hal ini diabaikan maka pelaksanaan profesi
akan mengarah kepada kemanfaatan yang menjurus kepada penyalahgunaan profesi sehingga akhirnya
merugikan kliennya.
• Pelayanan profesi dengan mendahulukan kepentingan klien, yang mengacu pada kepentingan atau
nilai-nilai luhur sebagai manusia yang membatasi sikap dan tindakan. • pengemban profesi harus
berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan. • pengemban profesi harus mengembangkan
semangat solidaritas sesama rekan seprofesi.
Peraturan Etika Lainnya :
• Tindakan yang Bisa Didiskreditkan – Retensi dari catatan klien – Diskriminasi dan gangguan dalam
praktek karyawan – Standar atas audit pemerintah dan persyaratan badan dan agensi pemerintah –
Kelalaian dalam persiapan laporan atau catatan keuangan – Kegagalan mengikuti persyaratan dari badan
pemerintah, komisi atau agen regulasi lainnya – Permohonan atau pengungkapan dan jawaban ujian
akuntan publik – Kegagalan memasukkan pajak penghasilan atau pembayaran kewajiban pajak
• Periklanan dan Permohonan
• Komisi dan Fee Penyerahan
• Bentuk dan Nama Organisasi – Integritas dan Obyektivitas – Standar Teknis – Kerahasiaan
• Kebutuhan atas Kerahasiaan
• Pengecualian atas Kerahasiaan – Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis – Panggilan
Pengadilan – Peer Review – Respon kepada Divisi Etika – Fee Kontinjen
e. Ethics as Practical Reason .
• Dalam bagian sebelumnya, etika digambarkan sebagai praktis dan normatif, yang berkaitan dengan
tindakan kita, pilihan, keputusan dan penalaran tentang bagaimana kita harus bertindak.
• Dalam hal ini, menjelaskan etika sebagai bagian dari alasan praktis, penalaran tentang apa yang harus
kita lakukan, dan membedakannya dari alasan teoritis, yaitu penalaran tentang apa yang harus kita
percaya.
• Perspektif buku ini pada keputusan etis adalah pemahaman etika sebagai bagian dari alasan praktis.
• Alasan teoritis adalah mengejar kebenaran, yang merupakan standar tertinggi untuk apa yang harus
kita percaya.
• Menurut tradisi ini, ilmu pengetahuan adalah wasit besar kebenaran.
• Ilmu memberikan metode dan prosedur untuk menentukan apa yang benar.
10. • Dengan demikian, metode ilmiah dapat dianggap sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
fundamental alasan teoritis: Apa yang harus kita percaya? Jadi timbul pertanyaan, apakah ada
metodologi yang sebanding atau prosedur untuk memutuskan apa yang harus kita lakukan dan
bagaimana kita harus bertindak?
• Jawaban yang sederhana adalah bahwa tidak ada metodologi tunggal yang dapat di setiap situasi
memberikan satu jawaban jelas dan tegas untuk pertanyaan itu.
• Tetapi ada pedoman yang dapat memberikan arah dan kriteria untuk keputusan-keputusan yang lebih
atau kurang wajar dan bertanggung jawab.
• Tradisi dan teori-teori etika filosofis dapat dianggap hanya dengan cara ini. Selama ribuan tahun
berpikir tentang pertanyaan mendasar tentang bagaimana manusia harus hidup, filsuf telah
dikembangkan dan kembali didefinisikan berbagai pendekatan untuk pertanyaan-pertanyaan ini.
• Tradisi ini, atau apa yang sering disebut sebagai teori etika, menjelaskan dan mempertahankan
berbagai norma, standar, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang kontribusinya untuk pengambilan
keputusan etis bertanggung jawab.
• Teori etika yang menggunakan metodologi, untuk membantu memutuskan apa yang harus dilakukan.
f. Ethics as measurement of Behavior .
• Etika berfungsi mengatur tingkah laku individu dan kelompok untuk memberikan panduan bagi
manusia agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moralitas, dan sebagai refleksi pemikiran moral
tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan yang dapat dijalankan pada taraf populer
maupun ilmiah.
• Bisnis merupakan aktifitas yang dilakukan manusia untuk mendapatkan keuntungan melalui kegiatan
produktif yang dijalankan melalui organisasi formal atau informal, yang termasuk kegiatan sosial dengan
berbagai aspek yang melingkupinya seperti aspek ekonomi, hukum dan moral.
• Etika bisnis merupakan suatu standar moral yang diimplementasikan pada institusi, teknologi,
transaksi, aktivitas, dan usaha-usaha yang ada pada organisasi bisnis. Perilaku etis merupakan pedoman
dari kebijakan-kebijakan tertulis, standar-standar tidak tertulis, dan teladan dari pemimpin yang
didasarkan pada domain hukum, domain etika dan domain pilihan bebas.
11. KESIMPULAN
• Etika bisnis perlu dimiliki setiap individu dan perusahaan
• Etika bisnis sangat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah2 bisnis
• Etika bisnis memiliki sangsi moral
• Tanpa etika bisnis ekonomi akan kacau
• Etika bisnis akan berpengaruh pada perusahaan bisnis melalui proses dimana, proses disini berarti ada
awal dan ada akhir dari suatu upaya (effort) untuk mencapai tujuan tertentu dan bisnis disini
dikonotasikan dengan upaya untuk memperoleh nilai tambah tertentu atas serangkaian input yang
digunakan atau dirancang.
• Manajemen Proses Bisnis atau lebih dikenal dengan Strategi yang hanya mempunyai peran dua puluh
persen dan selebihnya ditentukan oleh memanajemeni sumber daya manusia (80%) ini akan mampu
menggerakkan perusahaan kearah yang benar, olehnya pemimpin yang baik harus menguasai atau
menerapkan strategi usahanya secara benar,untuk bisa mencapai sasaran perusahaan dengan efisien
dan efektif.
• Memang selalu ada unsur ketidak pastian, itulah seninya memimpin justeru terletak pada
ketidakpastian, unsur kejutan serta resiko. Ketiganya membangkitkan harapan yang menjadi sumber
energi, sekaligus menjadi pembatas yang inspiratif (Gede Prama). Untuk itu pernyataan ini lebih
memperkuat lagi bahwa hanya dengan strategi kita bisa menggapai sasaran usaha.
Dafar Pustaka
1) Huse, M. (2007). Boards, Governance and Value Creation: The Human Side of Corporate Governance.
Cambridge:
2) Laura P.Hartman – Joe DesJardins. 2011. Business Ethics: Decision Making for Personal Integrity &
Social Responsibility, McGraw-Hill International Edition, Second Edition.
3) Cherrington, Moral Leadership and ethical Decision Making, 1st edition, CHC Forecast, Inc., 2000
4) Robert.A.G. Monks and N. Minow., 2011, Corporate Governance, John Wiley & Sons, Ltd. Fifth Edition
5) Hapzi Ali (2018), Principles of Personal Ethics dan Principles of profesional ethics, Universitas Mercu
Buana Jakarta, 2018.