Membangun komunikasi efektif di dalam keluargaSeta Wicaksana
Komunikasi merupakan kunci penting dalam kehidupan bersosial, tanpa komunikasi kita tidak akan mampu memahami dan mengerti apa yang kita dan orang lain inginkan.
Begitu pula dalam berkeluarga, komunikasi menjadi salah satu hal yang menjaga keutuhan berumah tangga.
Meskipun demikian, sering kali kita mengalami miss komunikasi, baik dengan pasangan, anak, maupun orang lain.
Miss komunikasi yang berkepanjangan akan membuat rumah tangga menjadi goyah dan membuat lingkungan rumah menjadi tidak sehat bagi keluarga.
Oleh karena itu penting untuk kita mulai membangun komunikasi yang efektif di dalam keluarga.
Tentang perkembangan remaja dan kupasan mengenai beberapa persoalan khas yang muncul di masa remaja. Slide ini dibuat untuk salah satu kegiatan pengabdian masyarakat pada remaja di Surabaya, April 2013 yang lalu.
Gender adalah konstruksi sosial dalam suatu Negara yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik, budaya, ekonomi, agama maupun lingkungan etnis. Gender bukan jenis kelamin, namun gender dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Dari kondisi yang ada sekarang ini gender menimbulkan berbagai penafsiran dan makna yang belum sesungguhnya memaknai gender itu sendiri.
Membangun komunikasi efektif di dalam keluargaSeta Wicaksana
Komunikasi merupakan kunci penting dalam kehidupan bersosial, tanpa komunikasi kita tidak akan mampu memahami dan mengerti apa yang kita dan orang lain inginkan.
Begitu pula dalam berkeluarga, komunikasi menjadi salah satu hal yang menjaga keutuhan berumah tangga.
Meskipun demikian, sering kali kita mengalami miss komunikasi, baik dengan pasangan, anak, maupun orang lain.
Miss komunikasi yang berkepanjangan akan membuat rumah tangga menjadi goyah dan membuat lingkungan rumah menjadi tidak sehat bagi keluarga.
Oleh karena itu penting untuk kita mulai membangun komunikasi yang efektif di dalam keluarga.
Tentang perkembangan remaja dan kupasan mengenai beberapa persoalan khas yang muncul di masa remaja. Slide ini dibuat untuk salah satu kegiatan pengabdian masyarakat pada remaja di Surabaya, April 2013 yang lalu.
Gender adalah konstruksi sosial dalam suatu Negara yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik, budaya, ekonomi, agama maupun lingkungan etnis. Gender bukan jenis kelamin, namun gender dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Dari kondisi yang ada sekarang ini gender menimbulkan berbagai penafsiran dan makna yang belum sesungguhnya memaknai gender itu sendiri.
Spiritualitas bukanlah sesuatu yang harus kita bangun dengan memisahkan diri dari orang lain. Kenyataannya, adanya pembagian tugas rumah tangga, anak-anak, pekerjaan, perbaikan rumah, dll membuat pernikahan menjadi tanah yang subur untuk menumbuhkan iman yang membumi dan realistis.
R. Paul Stevens mengemukakan sepuluh disiplin rohani untuk diterapkan bersama pasangan. Dari doa sampai pelayanan bersama, dari percakapan hingga pengakuan dosa, setiap disiplin rohani ini menguatkan iman maupun keluarga. Setiap bab berisi prinsip-prinsip Alkitab dan saran-saran praktis untuk diterapkan bersama.
Ini adalah materi karya ust M. Fauzil Adhim yang kami dapatkan langsung dari beliau saat menjadi pembicara di salah satu seminarnya, beliau mempersilahkan copy paste dan share ulang untuk kebaikan. ikuti udate langsung dari twitter beliau @Kupinang
silahkan semoga bermanfaat
3 Virus Suami Istri yang paling berbahaya dalam penikahanTolop Marbun
Slide adalah milik mengajarkan suami istri untuk saling mengutamakan, berfungsi sesuai dengan naturalnya, dan bersyukur atas pasangannya tanpa membandingkan dengan orang lain.
Jika suami istri gagal menjalankan ketiga hal tersebut pernikahan mereka cepat atau lambat pasti hancur.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan karakter peserta didik di ...Anis Ilahi
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membentuk dan mengembangkan potensi kemanusiaan sehingga menghasilkan generasi yang kompeten dan berwatak (berakhlak) mulia. Upaya ini dimulai pertama kali dari keluarga, karena keluarga merupakan tempat pertama bagi anak dalam memperoleh pendidikan hidup.
Usaha pendidikan karakter melalui lingkungan keluarga dapat dilakukan setidaknya melalui 4 cara yaitu:keteladanan, pembiasaan, nasehat dan hukuman serta motivasi terhadap anak. Cara-cara tersebut dilaksanakan dengan pola yang baik yang diulangi secara terus menerus dan berlangsung secara konsisten. Pendidikan karakter dalam lingkungan keluarga merupakan amanah dan tugas serta kewajiban bagi kita semua. Pemahaman dan penyelarasan serta penyesuaiantentang lingkungan pendidikan keluarga serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan wujud tanggung jawab kita.
Tercapainya proses pendidikan karakter di dalam lingkungan keluarga bergantung pada keserasian antara orang tua, anak, cara yang digunakan serta lingkungan yang mendukung terjadinya proses pendidikan. Dengan demikian pelaksanaan proses pendidikan karakter dalam keluarga merupakan keterpaduan antara keteladanan, pembiasaan, nasehat dan motivasi serta kebersamaan yang berorientasi pada terciptanya keselarasan karakter untuk semua anggota keluarga.
Terapi Keluarga pada Keperawatan Keluarga.pptHyanOB
Kelompok sosial terkecil yang terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan beserta keturunannya
Kelompok yang terdiri dari dua individu atau lebih yang tinggal dalam satu rumah tangga yang dihubungkan oleh darah, perkawinan atau adopsi.
Sistem sosial yang terdiri dari dua individu atau lebih yang hidup bersama dalam konteks saling mengasihi, tanggung jawab bersama, dalam kurun waktu tertentu.
Suatu metode terapi dimana anggota keluarga memperoleh pemahaman terhadap permasalahannya, mengembangkan komunikasi, dan meningkatkan fungsi dari setiap individu dalam keluarga.
Terapi keluarga menghadirkan suatu bentuk intervensi yang mana anggota keluarga dibantu untuk mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptif, menjadi lebih sehat.
Fokus dari terapi ini, bukan individual, namun pada keluarga secara keseluruhan.
meningkatkan keterampilan interpersonal dan perilaku
mengembangkan komunikasi secara terbuka
meningkatkan fungsi keluarga secara optimal
memfasilitasi perubahan positif dalam keluarga.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
3. Defenisi Keluarga
• Murdock (1965), keluarga
kelompok sosial yang
memiliki karakteristik
tinggal bersama, terdapat
kerjasama ekonomi, dan
terjadi proses reproduksi
• Weigert dan Thomas
(1971), keluarga tatanan
utama yang
mengkomunikasikan pola
nilai simbolik kepada
generasi baru
3
Ira Reiss (1965), keluarga kelompok kecil
yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan
memiliki fungsi utama berupa sosialisasi
pemeliharaan terhadap generasi baru
4. • Defenisi Struktural mengacu pada
siapa yang menjadi bagian dalam
keluarga
• Defenisi Fungsional mengacu pada
tugas yang di lakukan keluarga
• Defenisi Transaksional mengacu
pada bagaimana keluarga melakukan
fungsi
4
5. • Keluarga inti suami-ayah,
istri-ibu, dan anak
• Keluarga batin keluarga
yang di dalamnya
menyertakan posisi lain
selain 3 posisi di ayah, ibu
dan anak
5
7. • Reproduksi mempertahankan populasi dalam
masyarakat.
• Sosialisasi/edukasi sarana untuk transmisi
nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan
dan teknik.
• Penugasan peran sosial memberikan identitas
pada anggotanya
• Dukungan ekonomi tempat berlindung,
makanan dan jaminan kehidupan.
• Dukungan emosi/pemeliharaan pengalaman
interaksi sosial pertama bagi anak
7
Fungsi Keluarga (Berns, 2004)
8. 8
Keberfungsian Keluarga
Kelentingan Keluarga
• untuk mengenali dan membentengi proses interaksi
• Tiga faktor kunci kelentingan keluarga : kemampuan
memperjelas pesan, kemampuan mengungkapkan
perasaan, kesediaan kolaborasi dalam menyelesaikan
masalah
Kekukuhan Keluarga
• Memiliki komitmen
• kesediaan mengungkapkan apresiasi
• Terdapat waktu berkumpul
• Mengembangkan spiritualitas
• Menyelesaikan konflik
• Memiliki ritme
10. Defenisi
Sebelumnya: Parenthood (masa menjadi orang
tua)
Menjadi: Parenting (Amerika) melakukan
sesuatu pada anak seolah orang tua yang
membuat anak menjadi manusia
Indonesia: Parenting Pengasuhan.
KBBI (2008) (cara, perbuatan, dsb) mengasuh.
Mengasuh asah, asih, asuh (tanggung jawab
orang tua)
10
11. Kesadaran Pengasuhan
sarana mengoptimalkan potensi anak,
mengarahkan anak pada kesejahteraan
dan membantu anak menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan dalam tahap
kehidupan dengan baik
11
12. Stress Pengasuhan
(Parenting Stress)
reaksi psikologis
muncul dalam
beradaptasi dengan
tuntutan peran
sebagai orang tua
12
proses yang
membawa pada
kondisi psikologis
yang tidak disukai
13. Gaya Pengasuhan dan Interaksi
antara Orang tua dan Anak
• Pendekatan tipologi (parenting style)
• Pendekatan interaksi sosial (social
interaction)
13
14. Empat Gaya Pengasuhan
• Otoritatif/Authoritative : orang tua memberikan tuntutan
kepada anak dengan masuk akal, memberikan penguatan
yang konsisten, disertai kepekaan dan penerimaan pada anak.
• Otoriter/authoritarian: banyak aturan dan tuntutan sedikit
penjelasan dan kurang peka terhadap kebutuhan dan
pemahaman anak.
• Permisif/permisive: orang tua memberikan sedikit aturan dan
tuntutan , dan anak terlalu dibiarkan bebas menuruti
kemauanya.
• Tak peduli/rejecting_neglecting: orang tua memberikan
sedikit aturan dan tuntutan kepada anak, dan tidak peduli
peka pada kebutuhan anak.
14
15. Matriks Kombinasi Dua Dimensi dalam
Pengasuhan
(Shaffer, 2002)
15
Penerimaan/Ketanggapan
Tinggi Rendah
Kontrol/
Tuntutan
Tinggi (1) Otoritatif
Tuntutan yang masuk akal,
penguatan yang konsisten,
disertai kepekaan dan
penerimaan pada anak
(2) Otoriter
Banyak aturan dan
tuntutan, sedikit
penjelasan, dan kurang
peka terhadap kebutuhan
dan pemahaman anak
Rendah (3) Permisif
Sedikit aturan dan tuntutan;
anak terlalu dibiarkan bebas
menuruti kemauannya
(4) Tak Peduli
Sedikit aturan dan
tuntutan; orang tua tidak
peduli dan peka pada
kebutuhan anak
16. Model Proses Penentu Pengasuhan
(Belsky, 1984, hlm. 84)
16
Riwayat
Perkembangan
Perkembangan
Anak
Jejaring Sosial
Kepribadian Parenting
Pekerjaan
Relasi
Perkawinan
Karakteristik
Anak
17. Pengasuhan dalam Lintas
Budaya
• Farver, Welles-Nystrom, Fronsch, Wimbarti dan
Hoppe-Graff (1997) anak-anak indonesia
(Jawa) mengungkapkan narasi mainan yang
bermuatan agresi lebih rendah dibandingkan
dengan anak-anak Amerika Serikat, karena anak-
anak indonesia dilatih mengembangkan atribut
pribadi yang mendukung harmoni kelompok,
rasa hormat kepada otoritas, pengendalian
emosi dan kerja sama melalui sosialisasi yang
mereka alami
17
• pengasuhan anak yang dilakukan orang tua
dipengaruhi oleh konteks budaya tempat
keluarga berasal maupun lingkungan tempat
tinggal.
18. Perilaku dan Praktik Pengasuhan
sebagai sistem interelasi dinamis mencakup
pemantauan, pengelolaan perilakudan kognisi
sosial dengan kualitas relasi orang tua – anak
sebagai pondasinya (Dishion & McMaho,1998)
bentuk-bentuk perilaku pengasuhan: kontrol dan
pemantauan, dukungan dan keterlibatan,
komunikasi, kedekatan, pendisiplinan.
18
19. Pengasuhan Bersama
• ada lima faktor yang memengaruhi yaitu
status perkawinan, konteks, ibu, ayah dan
anak.
• Faktor ayah dan ibu yang memengaruhi
pelaksanaan pengasuhan bersama :
kondisi psikologis, asal usul keluarga,
pengharapan terhadap pengasuhan
bersama dan karakteristik pekerjaan
19
21. 21
Defenisi Nilai
• Nilai kualitas atau belief yang
diinginkan atau dianggap penting.
• Nilai representasi sosial atau keyakinan
moral yang diinternalisasi dan digunakan
orang sebagai dasar rasional terakhir dari
tindakan-tindakannya.
22. 22
Konsep Nilai Rokeach
• Nilai bersifat stabil
• Nilai sebagai daya yang dapat
menggerakan perilaku
• Dua tipe nilai : instrumental dan nilai
terminal
23. 23
Konsep Nilai Schwartz
• nilai merepresentasikan respons individu
terhadap tiga kebutuhan dasar
kebutuhan fisiologis, kebutuhan interaksi
sosial,dan kebutuhan akan institusi sosial
yang menjamin keberlangsungan hidup
akan kesejahterahaan kelompok.
24. 24
Transmisi Nilai
• nilai merepresentasikan respons individu
terhadap tiga kebutuhan dasar
kebutuhan fisiologis, kebutuhan interaksi
sosial,dan kebutuhan akan institusi sosial
yang menjamin keberlangsungan hidup
akan kesejahterahaan kelompok.
25. 25
Metode Sosialisasi Nilai
• Metode afektif merujuk pada munculnya perasaan atau
emosi
• Metode pengkondisian upaya melakukan tindakan
untuk menimbulkan dampak tertentu.
• Metode mengamati-meniru figur model
• Metode kognitif mendorong individu memproses
informasi dari pengalaman
• Metode sosiokultural mengandalkan proses
penyesuaian diri individu terhadap tuntunan lingkungan
• Metode magang menularkan suaturaktivitas yang
menuntut keahlian terstruktur dengan cara partisipasi
terbimbing
26. 26
Pendidikan Nilai
• upaya untuk mengajarkan nilai-nilai dan
melatih keterampilan melakukan
penilaian.
• Pendekatan dalam pelaksanaan
penanaman, perkembanganmoral,
analisis, klarifikasi niai-nilai, dan belajar
tindakan
• Pendidikan nilai dalam keluarga
menggunakan perspektif searah.
31. Defenisi Konflik
• Thomas (1992), konflik proses yang
menganggap pihak lain menggagalkan atau
berupaya menggagalkan kepentingannya.
• Mc Collum (2009), konflik perilaku seseorang
dalam rangka beroposisi dengan pikiran,
perasaan, dan tindakan orang lain. demikian,
• Kesimpulan, konflik peristiwa sosial yang
mengandung penentangan (oposisi) atau
ketidaksetujuan.
31
32. Karakteristik Konflik dalam Keluarga
• Terjadi karena adanya perilaku oposisi atau
ketidaksetujuan antara anggota keluarga
• Benci Tapi Rindu, karena adanya emosi positif
• Hubungan bersifat kekal: tidak ada kata mantan
• Dampak konflik: bersifat jangka panjang
• Konflik keluarga lebih mendalam dibanding
konflik lain
32
33. Konflik Orang Tua - Anak
• Konflik pada masa kanak-kanak
33
• Konflik pada masa Remaja
34. Konflik Pada Masa Kanak-kanak
• Terjadi sejak anak masih berupa janin (fetal
conflict)
• Konflik pada masa penyapihan (weaning conflict)
• Konflik pada masa toddler
34
35. Konflik Pada Masa Remaja
• Masa remaja masa strom dan stress
• Konflik orang tua dengan remaja memancing
tindakan koersif,
• Orang tua menganggap konflik terselesaikan
ketika remaja sudah menyetujui dan mengikuti
pendapat orang tua.
• Mematuhi atau menurut pendapat orang tua
setelah terjadi perbedaan, pertentangan, atau
konflik tidak selalu konflik telah selesai.
35
36. Pengelolaan Konflik (Rubin, 1994)
• penguasaan (domination)
• penyerahan (capitulation)
• penarikan diri (withdrawal)
• tawar menawar (negotiation)
• campur tangan pihak ketiga (third party
intervention)
36
37. Strategi Orang tua Ketika Menghadapi
Pesan yang Menimbulkan Konflik
• Cocooning melindungi anak dari pengaruh
masyarakat luas
• Pre arming orang tua mengantisipasi konflik
nilai dan menyiapkan anak untuk
menghadapinya
• Compromise memberikan kesempatan anak
untuk terpapar konflik nilai, namun tetap
mempertahankan elemen nilai keluarga dan
control sebagai orang tua.
• Deference orang tua mengalah demi
kebutuhan anak dan membiarkan anak
mengambil keputusan sendiri
37
39. Gambaran Konflik Orang tua-Anak
• Kedekatan Remaja dengan Orang tuanya
• Area Konflik Remaja dengan Orang tua
• Respons Orang tua terhadap Konflik
39
40. Kedekatan Remaja dengan Orang tua
• Remaja yang tinggal dengan rasa nyaman
perasaan dekat dengan orang tua
• Remaja bermasalah di sekolah dari
keluarga bermasalah
• Harapan remaja: tidak ada pemberian
hukuman fisik
• Respons psikologis remaja: tidak betah di
rumah
40
41. Area Konflik Remaja dengan Orang tua
• Terlambat pulang sekolah ataupun bermain
• Penampilan (cara berpakaian - modelnya – gaya
rambut)
• Karakteristik teman sepergaulan
• Prestasi Belajar
• Keterlibatan dalam tugas pekerjaan rumah
• Penggunaan telepon/ponsel
• Keterlibatan dalam hubungan romantis/ pacaran
41
42. Respons Orang tua terhadap Konflik
dengan Remaja
• Marah nada bicara tinggi, membentak,
pemberian hukuman fisik (menjewer, mencubit,
memukul, menyabet, dll)
• Pemberian nasehat (memberitahu dan meminta
perjanjian)
42
43. Strategi Pengelolaan Konflik
Orang tua-Anak
• Strategis yang Konstruktif
• Metode Penalaran penalaran moral, pendisiplinan,
dll
• Pemberian teguran, peringatan, dan nasihat
• Mediator dalam menghadapi dunia sosial
Membentengi (cocooning)
Menyiagakan (pre-arming)
Berkompromi (compromise)
Membolehkan (deference)
43
44. BUKU SUMBER
44
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: penanaman nilai dan
pengembangan konflik dalam keluarga. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
In additoin, gingival anatomic problems, such as lack of attached gingiva , can arise during development and may necessitate early management.
In additoin, gingival anatomic problems, such as lack of attached gingiva , can arise during development and may necessitate early management.
In additoin, gingival anatomic problems, such as lack of attached gingiva , can arise during development and may necessitate early management.
Contour –shape of teeth , their alignment in arch, location n size of area of proximal contact, facial & lingual gingival embrassure.
Consistency- gingiva is firm and resilient , wih exception of free marginal gingiva,tightly bound to the underlying bon.
collagenous nature of lamina propria and its contiguity with the mucoperiousteum of the alveolar bone determine the firmness of attached Stippling- Best view in dried gingiva, produced by rounded protubence n depressions in gingival surface. Papillary layer of connective tissue projects into elevation, and the elevated n depressed area are covered by strat. Squamous epi.
Younger children have less plaque, and gingiva appear to be less reactive to the same amount of plaque.
Uncommon in early primary dentition.
Orthodontic applainces r associated with incresed plaque retention and incresed bleeding on probing.
When gingivitis is establilshed, initial acute response is accompnied by chronic inflammation with lymphocytic and plasma cell accumulaiton, capilary formation, and collagen destruction.
This too can be reversed by initial therepy but will require a longer period for gingival tissue to heal and restore lost collagen fibers.
In some patients gingivitis proceeds to periodontitis , which is more difficult to treat. Therefore clinician must be vgilant to detect the early stage of gingivitis and carry out effective measures to prevent the progression of disease.
moniliasis
Remain letent untill reactivated, HSV-1 in trigeminal ganglion, HSV-2 in lumbosacral
With varying degree of edema and gingival bleeding
So that parting of lip during speech n swallowing become extreemly painful and difficult.
Diagnosis:Rise in serum antibodies HSV-1,in cytologic study ballooning degenrtion of cells, multinucleated gaint cells, hisotpahtological finding- lipschutxz bodies. Lesion culture
neutropenia of childhood is diagnosed between 6 and 24 months of age and is characterized by frequent and multiple pyogenic infections of the skin and mucous membranes.
IgG IgM bind to the mucosal surface of pts suffering from