SlideShare a Scribd company logo
BAB IV
           DARI KATA KE MAKNA : LEKSIKAL SEMANTIK
     LAPORAN MEMBACA BUKU
“An Introduction to Psycholinguistics”
           karya Jean Caron
   Disusun Oleh :
        SUEDI
    YULI ASTUTI
   TRI NURSANTO
Studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi
antardisipilin antara linguistik dan psikologi, yang lazim
disebut psikolinguistik
Menurut Slobin, Meller, Slama Cazuhu, psikolinguistik
mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang
berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-
kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi
dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh
manusia.
Untuk lebih memahami mengenai psikolinguistik, dalam makalah ini
penulis akan membahas dalam isi buku “An Introduction to
Psycholinguistics” karya Jean Caron. Khusus makalah ini penulis akan
mengkaji pada bab’IV yang berjudul “ From Words to Meaning: Lexical
Semantics” (Dari Kata Ke Makna : Semantik Leksikal ) berdasarkan
pandangan-pandangan yang disampaikan oleh para ahli.
2. Acuan Pertanyaan
Berdasarkan gambaran umum tersebut maka
    sebagai pedoman pembahasan dalam
    makalah ini, dirumuskan acuan
    pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah Semantik Psikologis dan
    Semantik Komponensial?
2. Bagaimanakah Pengorganisasian
    memori semantik?
b.   Jari
     nga
     n
     se
     ma
     nti
     k
c.   Ma
     kna
     ,
     kon
     tek
     s
     dan
1. Semantik Psikologis dan Semantik Komponensial


Teori yang paling besar adalah teori komponensial dan paling
terdahulu berpengaruh terhadap para psikolinguis. H, Clark (1970)
mengajukan interpretasi ulang terhadap data klasik berkaitan
dengan ‘asosiasi kata’ dengan sekilas hipotesis komponensial; jika
struktur semantik suatu kata dianggap sebagai seperangkat unsur,
produksi suatu asosiasi dapat diinterpretasi sebagai suatu operasi
yang berisi perubahan, penambahan, atau penghapusan satu atau
lebih unsur ini, contoh yang paling sederhana dengan melakukan
inversi sederhana sebuah unsur (contohnya, ‘man’ menjadi
‘woman’, dimana unsur tunggal (+- ‘male’) dirubah. Ini akan
menjelaskan frekuensi tinggi asosiasi yang berbeda.
Meskipun pengamatan-pengamatan ini sesuai dengan teori komponensial, mereka tidak
 membawa bukti nya secara langsung. Sejumlah penelitian berikutnya berusaha membangun
 lebih langsung realitas psikologis unsur-unsur semantik.

•Dalam serangkaian percobaan, H. Clark dan koleganya berusaha
mendemonstrasikan bahwa ‘kompleksitas semantik’ suatu kata
(yaitu sejumlah unsur yang dimiliki suatu kata) berakibat pada waktu
pemahaman karena sebuah kalimat dimana ia timbul. Penelitian-
penelitian ini berkonsentrasi pada pasangan-pasanang yang antonim
seperti ‘long’/’short’. Salah satu istilah ini ‘ditandai’ –dengan
maksud, berhubungan dengan istilah lain yang memiliki unsur
tambahan (negatif). Istilah ‘yang tidak ditandai’ , menerangkan
keseluruhan dimensi: kita bisa mengatakan, ‘How long is it?’ tapi
tidak ‘How short is it?’, dan istilah ‘yang ditandai’ (dalam contoh ini
‘short’) karena itu membawa spesifikasi tambahan yang hanya
merujuk pada dimensi yang lebih rendah. Diamati bahwa ‘short’
memerlukan waktu pemahaman lebih lama dibandingkan istilah
‘long’ (dalam tugas memberi alasan, misalnya).
•Kelompok penelitian kedua melangkah mendukung teori komponensial dengan mengambil
‘penguasaan’ makna leksikal pada anak-anak. Dalam sebuah artikel yang penting, Eve Clark (1973)
mencoba menginterpretasi perkembangan makna dalam kamus anak-anak karena penguasaan unsur-
unsur semantik yang beragam terus menerus dilekatkan pada kata. Ada dua tipe data diinterpretasi
dengan cara ini :

•Pertama, ‘perluasan yang berlebihan’ yang sering diteliti pada anak-anak muda:
sebuah kata digunakan pada suatu kategori objek yang lebih luas dibandingkan
penggunaan orang dewasa diperbolehkan (misalnya, ‘dog’ digunakan pada semua
hewan berkaki empat) karena, bagi anak-anak, kata tersebut belum memiliki
semua unsur semantik yang membatasi penggunaannya.
•Kedua, anak-anak nampak bingung pada –sering terkejut—istilah-istilah yang
berbeda hanya karena satu unsur, contoh terbaik adalah bahwa anak-anak berusia
3-4 tahun berdasarkan pengamatan Donaldson dan Balfour (1968) lebih banyak
atau sedikit tampak bingung. Menurut Eve Clark, dua istilah ini memiliki unsur
(+kuantitas) yang sama dan berbeda hanya karena unsur (polaritas), unsur
berikutnya tidak diperlukan sampai anak-anak dewasa. Pengamatan analog
dilakukaan berkiatan dengan pasangan-pasangan kata lain: ‘same’/’different’,
‘before’/’after’, ‘come’/’go’, dsb. Dalam banyak hal, usnur pembeda yang khusus
tampaknya dipelajari selanjutnya dibandingkan unsur yang umum dari kedua kata.
•Akhirnya, tugas—tugas pembelajaran dan teori diulangi lagi untuk mencari bukti
  bahwa makna dibagi menjadi unit-unit paling sederhana. Misalnya, dengan
membandingkan waktu penelitian yang dibutuhkan untuk mempelajari daftar-
daftar kalimat, Le Ny dan koleganya (1973) memberitahu bahwa hal ini tergantung
pada kompleksitas semantik (diukur dengan sejumlah unsur semantik yang ada di
dalam kata); dan, juga (Cordier dan Le Ny, 1975), bahwa fasilitas pembelajaran
(transfer positif) dapat diamati ketika para subjek telah mempelajari kalimat-
kalimat yang mengandung unsur-unsur semantik yang sama dengan kata-kata yang
diteliti. Percobaan lain oleh Johnson-Laird, Gibbs dan de Mowbray (1978) juga
membawa bukti terang tentang realitas psikologis unsur-unsur semantik. Dalam
sautu daftar kata-kata, para subjek yang diteliti harus menemukan kata-kata milik
kategori tertentu (contohnya, benda padat yang dapat dikonsumsi). Kemudia
mereka diminta mengingat sebanyak mungkin kata-kata dari daftar. Kata-kata
yang cocok dengan kategori (misalnya ‘bread’) yang paling banyak diingat,
sedangkan kata-kata yang memiliki unsur semantik sama dengan kategori
(misalnya, benda-benda padat seperti ‘beer’ atau benda-benda padat yang tidak
dapat dimakan seperti ‘coal’) lebih baik diingat dibandingkan kata-kata yang tidak
memiliki unsur semantik (misalnya, ‘petrol’).
•Kesimpulannya, ketika hipotesis komponensial merupakan hal yang
menarik (setidaknya memberi inspirasi pada studi pertama tentang
makna), data eksperimen pada analisis akhir         belum cukup
membuktikan. Data tersebut meragukan bisa membawa bukti terang,
dalam kasus-kasus tertentu, mengenai pencapaian makna ke dalam
unit-unit terkecil, tetapi pencapaian ini tampaknya lebih
dihubungkan dengan tugas-tugas yang digunakan (verifikasi,
prosedur, strategi pembelajaran) dibandingkan dengan proses
pemahaman itu sendiri. Kami seharusnya menambahkan bahwa
analisis komponensial dapat diterapkan secara memuaskan hanya
pada domain semantik tertentu yang didefinisikan dengan baik.
Dalam banyak kasus, sulit mendefinisikan ‘unsur-unsur’ dasar yang
membedakan makna tiap kata dari kata-kata yang sama: misalnya,
jika unsur (‘male’) membedakan antara ‘horse’ dan ‘mare’, unsur
semantik apa yang membedakan ‘horse’ dari ‘donkey’? Apakah
unusr-unsur dimana kata benda konkrit didefinisikan sama sifatnya
seperti kata-kata yang merupakan makna kata-kata fungsi (artikel,
konjungsi, dsb).
2. Pengorganisasian memori semantik
Menurut Tulving (1972) membandingkan memori
semantik dengan memori ‘kadang-kadang’, yang memuat
peristiwa-peristiwa khusus dan tanggal-tanggal berkaitan
kehidupan sendiri. Perbedaan yang berikutnya sekarang
dengan sendirinya ditinggalkan, akibatnya, istilah ‘memori
semantik’ digunakan untuk menutupi keseluruhan isi
memori jangka panjang. Pertama-tama kita harus
memeriksa model-model yang secara umum berhubungan
dengan aspek makna leksikal, dan yang kedua model-
model yang lebih luas dan ambisius yang menunjang
masalah menggambarkan pengetahuan lebih umum.
•Makna leksikal
Bagaimana makna kata disimpan di
dalam        memori?        Ini     bisa
dipertimbangkan dengan dua cara:
Pertama. Dalam bentuk seperangkat
hubungan yang dimiliki kata dengan
kata-kata lain.
Kedua. Atau dalam bentuk daftar
sifat (atau ‘unsur-unsur’) yang terdapat
dalam kata.
•Model Collins dan Quillian
Model memori semantik yang pertama, diajukan tahun 1966
oleh Quillian (lihat Quillian, 1967) yang kemudian menyaring
dan mengembangkkannya dengan berkolaborasi bersama
Collins, yakni menerapkan jenis representasi pertama yaitu
‘jaringan’/network.
Modelnya seperti kamus: pendefinisian suatu kata yang
diberikan dengan bentuk kata-kata lain yang berhubungan
dengan berbagai cara. Pada saatnya, kata-kata ini merujuk
pada definisi mereka sendiri yang membawa kata-kata lain
untuk digunakan dsb. Misalnya, kata ‘plant’ (didefinisikan
sebagai PLANT: bentuk makhluk hidup, bukan binatang,
seringnya memiliki daun-daun, memperoleh makanannya dari
udara, air atau bumi’) merujuk pada kata-kata ‘struktur’,
‘makhluk hidup’, ‘hewan’ ‘makanan’, dsb
Glass dan Holyoak (1975) mengajukan model yang telah
diatur dan sesuai untuk data percobaan dengan sangat
memuaskan. Data yang sama dapat dijelaskan dengan
cara yang berbeda, dengan dugaan bahwa kata disimpan
secara terpisah, masing-masing melambangkan satu
daftar sifat (atau unsur-unsur semantik). Verifikasi
kalimat tidak akan lagi menjadi masalah dalam
menelusuri jaringan, melainkan perbandingan antara dua
perangkat unsur. Model ini diajukan oleh Smith, Shoben
dan Rips (1974) dan didukung oleh banyak data
eksperimen.
•Jaringan semantik
Sekarang mari kita perhatikan model-model yang lebih umum
dengan jangkauan yang lebih khusus dan ambisius. Model-model
tersebut berurusan dengan ‘gambaran pengetahuan’, dan kaitannya
dengan psikolinguistik yang kadang-kadang lemah –terpisah dari
fakta bahwa pengetahuan pertanyaan yang umumnya dipelajari (dan
diformulasikan) dalam bentuk verbal. Sementara model ini hanya
memberikan penjelasan terbatas pada proses aktual pemahaman
bahasa, model tersebut memperhatikan bentuk akibat proses ini
dalam memori. Sehingga, untuk alasan ini, psikolinguis tidak dapat
mengabaikan model tersebut.
Lagipula, tujuan model mempertanggungjawabkan keseluruhan
rangkaian kegiatan kognitif (pemberian alasan, pemecahan masalah,
formasi konsep, dst) dan pemahaman bahasa. Menariknya model-
model tersebut terletak pada cara model-model tersebut
mensituasikan bahasa dalam kerangka yang lebih luas dari
keseluruhan aktivitas mental.
•Model Rumelhart, Lindsay, dan Norman
Sekarang mari kita diskusikan model yang diusulkan oleh
Rumelhart, Lindsay dan Norman (1972) dan elaborasi selanjutnya
(Norman dan Rumelhart, 1975).
Seperti pada teori Kintsch, elemen dasar dari ‘proposisi’, disajikan
dengan suatu hubungan seperangkat node. Dengan demikian ‘toko
makna’ dasar berisi dua macam elemen:
•Hubungan : skenario yang memiliki peran bervariasi (kasus
Fillmore). Dengan begitu, kata kerja ‘fall’/jatuh (Tabel 4.3)
disajikan dengan tipe tertentu dari tindakan (‘move’/bergerak) yang
mempengaruhi objek tertentu (dikhususkan), sesuai jalan khusus
(dispesifikasikan), di bawah pengaruh instrumen tertentu
(gravitasi);
•Konsep : secara tetap mengisi tempat-tempat kosong dalam
hubungan itu,
•Makna, konteks dan referensi
Dalam analisis terakhir, pertanyaan apakah
kami menyajikan makna kata dalam bentuk
komponen-komponen semantik, jaringan atau
dalil-dalil makna hanyalah masalah kecil.
Penyajian ini berakibat sepadan dan pada saat
ini sangat mungkin melihat jenis data empiris
apa yang yang dapat membantu kami
memeutuskannya. Masalah utamanya adalah
mengidentifikasi fakta karena penyajian-
penyajian         ini        tidak       bisa
dipertanggungjawabkan
•Articles
Seperti banyak bahasa-bahasa lain, bahasa Perancis mempunyai dua kategori
artikel yang berfungsi sebagai determiner/penentu bagi frasa kata benda:
artikel tertentu (le, la, les= ‘the’ untuk maskulin, feminin dan bentuk jamak)
dan artikel tak tentu (un, une = ‘a/an’ dalam bentuk maskulin dan feminin,
dan des = sama). Disamping perannya yang nampak tidak penting, kata-kata
kecil ini mempunyai tampilan yang sangat bervariasi.

•Konektivitas
Sering dianggap untuk mengekspresikan suatu hubungan (logis, sebab,
temporal, dsb) di anatara klausa, konektif –dan, atau, jika, tetapi, dengan
demikian, dsb -sebenarnya memiliki fungsi yang luas dalam bahasa alamiah.
Kami membatasi pada beberapa konjungsi bahasa Perancis ‘si’ (=’if’/jika), yang
paling banyak diteliti. Pertama. Nilai yang dibawa oleh ‘si’ bisa dikenal dan
ditemukan di semua bahasa.

Kedua, peran ‘si’ menetralisir pernyataan yang berisi klausa yang diperkenalkan. Akan tetapi
penetralan ini sendiri disampaikan dengan berbagaii bentuk: dari hipotesis yang sederhana (‘S’il pleut
demain ...= ‘If it rains tomorrow...) untuk penyaranan (‘Si nous allions faire un tour? = ‘(How about) If
we go far a walk?’) atau untuk menyatakan fakta yang telah dikenal dan dianggap penting (‘S’ll a
reaverse ce peiton, ce n’est pas sa faute’= ‘If he did knock down that pedestrian, it wasn’t his fault’).
•Fleksibilitas semantik
Masalah yang dikenal mula-mula adalah masalah polisemi (atau kedwiartian leksikal) dari
kata-kata tertentu. Cara sederhana untuk memecahkan masalah ini adalah dengan
menerima ambiguitas kata, faktanya, menghubungkan beberapa unit leksikal yang berbeda.
Misalnya, kata ‘study’ terdiri dari dua makna –‘reading room’ (ruang baca) dan ‘periode of
research’ (penelitian).

•Fleksibilitas semantik ini telah diujicobakan oleh Bransford dan para koleganya
(Barclay dkk, 1976). Guna menunjukkan bahwa interpretasi kata bervariasi
dengan konteks yang dihadirkan, para pengarang lebih menyandarkan pada
tugas ingatan yang disyaratkan. Mereka menampilkan daftar kalimat kepada
para subjek, misalnya, salah satu dari dua kalimat berikut:
•The main lifted the piano.
•The man tuned the piano.


•Metafor merupakan masalah khusus dalam fleksibilitas semantik. Penggunaan
bahasa metafor sangat sering dan tidak bisa diabaikan oleh teori psikologi
makna. Meskipun demikian, metafor baru mulai menjadi daya tarik bagi
psikolinguis
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
•Semantik Psikologis dan Semantik Komponensial
Penelitian-penelitain penting yang pertama dalam semantik
psikologis mulai berkembang ketika teori-teori makna
kebahasaan telah cukup digabungkan sehingga dapat
menyediakan teori-teori dengan kerangka teoritis. Teori yang
paling besar adalah teori komponensial dan paling terdahulu
berpengaruh terhadap para psikolinguis. H, Clark (1970)
mengajukan interpretasi ulang terhadap data klasik berkaitan
dengan ‘asosiasi kata’ dengan sekilas hipotesis komponensial;
jika struktur semantik suatu kata dianggap sebagai seperangkat
unsur, produksi suatu asosiasi dapat diinterpretasi sebagai suatu
operasi yang berisi perubahan, penambahan, atau penghapusan
satu atau lebih dari unsur ini.
•Pengorganisasian memori semantik
•Makna leksikal
Bagaimana makna kata disimpan di dalam memori? Ini bisa
dipertimbangkan dengan dua cara: Pertama. Dalam bentuk
seperangkat hubungan yang dimiliki kata dengan kata-kata lain.
Kedua. Atau dalam bentuk daftar sifat (atau ‘unsur-unsur’) yang
terdapat dalam kata.
•Jaringan semantik
Model-model tersebut berurusan dengan ‘gambaran pengetahuan’,
dan kaitannya dengan psikolinguistik yang kadang-kadang lemah-
terpisah dari fakta bahwa pengetahuan pertanyaan yang umumnya
dipelajari (dan diformulasikan) dalam bentuk verbal. Sementara
model ini hanya memberikan penjelasan terbatas pada proses aktual
pemahaman bahasa, model tersebut memperhatikan bentuk akibat
proses ini dalam memori. Sehingga, untuk alasan ini, psikolinguis
tidak dapat mengabaikan model tersebut.
•Makna, konteks dan referensi
Masalah utamanya adalah mengidentifikasi fakta
karena penyajian-penyajian ini tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Penyajian tersebut
seperti kata-kata fungsi, yakni kata-kata yang
luas yang mengkaji semantik psikologis sering
dilihat hanya dengan setengah hati, dan tidak
mempermainkan peran penting dalam bahas,
yang dikaji adalah articles dan konektivitasnya
•Fleksibilitas semantik
•Masalah yang dikenal mula-mula adalah masalah polisemi (atau ke dwiartian
leksikal) dari kata-kata tertentu.
•Guna menunjukkan bahwa interpretasi kata bervariasi dengan konteks yang
dihadirkan, para pengarang lebih menyandarkan pada tugas ingatan yang
disyaratkan. Mereka menampilkan daftar kalimat kepada para subjek, misalnya,
salah satu dari dua kalimat berikut: a). The main lifted the piano. b). The man
tuned the piano.
•Metafor merupakan masalah khusus dalam fleksibilitas semantik. Penggunaan
bahasa metafor sangat sering dan tidak bisa diabaikan oleh teori psikologi makna.
Meskipun demikian, metafor baru mulai menjadi daya tarik bagi psikolinguis.
•Semua fenomena ini fleksibilitas semantik, ambiguitas, metafora-tidak mudah
dipertemukan dengan hipotesis makna leksikal yang berbeda yang melekat pada
tiap-tiap kata. Bahasa digunakan untuk ‘membicarakan sesuatu’, yakni tentang
realitas di luar bahasa tertentu – yang bersifat persepsi atau konsep; dan melalui
hubunganya dengan realitas tertentu ini yang menyebabkan maknanya. Ilmu
semantik tidak dapat menghindar dari masalah ‘rujukan’ ini.

More Related Content

What's hot

Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
Abdul Hasan
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikDiana NakEmak
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Ibnu Saefullah
 
Wacana
WacanaWacana
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
Lita Tania
 
Materi Istilah Bahasa Indonesia
Materi Istilah Bahasa IndonesiaMateri Istilah Bahasa Indonesia
Materi Istilah Bahasa Indonesia
Nenden Herawati
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
kholid harras
 
Politeness Theories (Teori-teori Kesantunan Berbahasa)
Politeness Theories (Teori-teori Kesantunan Berbahasa)Politeness Theories (Teori-teori Kesantunan Berbahasa)
Politeness Theories (Teori-teori Kesantunan Berbahasa)
Andika Dutha Bachari
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
Hariyatunnisa Ahmad
 
CIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEKCIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEK
Lita Tania
 
Jenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis SemantikJenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis Semantik
Ade Ria Erianti
 
Code Switching, Types and Reasons
Code Switching, Types and ReasonsCode Switching, Types and Reasons
Code Switching, Types and Reasons
Sohail Khan
 
Morf, Morfem, dan Alomorf
Morf, Morfem, dan AlomorfMorf, Morfem, dan Alomorf
Morf, Morfem, dan Alomorf
Pipin Zahara Raeder
 
Language change )
Language change )Language change )
Language change )
Hifza Kiyani
 
MORPHOSYNTAX: GENERATIVE MORPHOLOGY
MORPHOSYNTAX: GENERATIVE MORPHOLOGYMORPHOSYNTAX: GENERATIVE MORPHOLOGY
MORPHOSYNTAX: GENERATIVE MORPHOLOGY
Juvrianto Chrissunday Jakob
 

What's hot (20)

Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Semantics
SemanticsSemantics
Semantics
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
 
Wacana
WacanaWacana
Wacana
 
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 
Materi Istilah Bahasa Indonesia
Materi Istilah Bahasa IndonesiaMateri Istilah Bahasa Indonesia
Materi Istilah Bahasa Indonesia
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
 
Politeness Theories (Teori-teori Kesantunan Berbahasa)
Politeness Theories (Teori-teori Kesantunan Berbahasa)Politeness Theories (Teori-teori Kesantunan Berbahasa)
Politeness Theories (Teori-teori Kesantunan Berbahasa)
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
CIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEKCIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEK
 
Pengembangan materi ajar bipa
Pengembangan materi ajar bipaPengembangan materi ajar bipa
Pengembangan materi ajar bipa
 
Jenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis SemantikJenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis Semantik
 
Code Switching, Types and Reasons
Code Switching, Types and ReasonsCode Switching, Types and Reasons
Code Switching, Types and Reasons
 
Morf, Morfem, dan Alomorf
Morf, Morfem, dan AlomorfMorf, Morfem, dan Alomorf
Morf, Morfem, dan Alomorf
 
Language change )
Language change )Language change )
Language change )
 
MORPHOSYNTAX: GENERATIVE MORPHOLOGY
MORPHOSYNTAX: GENERATIVE MORPHOLOGYMORPHOSYNTAX: GENERATIVE MORPHOLOGY
MORPHOSYNTAX: GENERATIVE MORPHOLOGY
 
Medan makna
Medan maknaMedan makna
Medan makna
 
makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif
 

Similar to Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
David Natun
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Henry Kurniawan
 
Penelitian dan penulisan ilmiah new heri
Penelitian dan penulisan ilmiah new heriPenelitian dan penulisan ilmiah new heri
Penelitian dan penulisan ilmiah new heri
Heri Indra Gunawan
 
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianismePpt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
rizky188
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
Merdina Ziraluo
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
NabilahMaharani1
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
Jihan Hidayah Putri
 
Msa
MsaMsa
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdfMAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
desakapur54
 
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdfMAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
desakapur54
 
Transmission position makalah
Transmission position makalahTransmission position makalah
Transmission position makalahlavanter simamora
 
Psikologi.1
Psikologi.1Psikologi.1
Psikologi.1
Shan Cyu
 
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKAPengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
RezhaMiftahulHuda
 
LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH
LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAHLINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH
LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH
Nancy Rothstein
 
Makalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaMakalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaFerdy Tohopi
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikUlanJegeg
 

Similar to Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna (20)

Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
Tingkatan hasil perubahan pada diri siswa karena pendidikan menurut benyamin ...
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
 
Penelitian dan penulisan ilmiah new heri
Penelitian dan penulisan ilmiah new heriPenelitian dan penulisan ilmiah new heri
Penelitian dan penulisan ilmiah new heri
 
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianismePpt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Msa
MsaMsa
Msa
 
Teo
TeoTeo
Teo
 
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdfMAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
 
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdfMAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
MAKALAH FILSAFAT UMUM Rev.pdf
 
Transmission position makalah
Transmission position makalahTransmission position makalah
Transmission position makalah
 
Paper
PaperPaper
Paper
 
Psikologi.1
Psikologi.1Psikologi.1
Psikologi.1
 
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKAPengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
 
LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH
LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAHLINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH
LINGUISTIK KOGNITIF-MAKALAH
 
Makalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaMakalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu inda
 
Makalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didikMakalah perkembangan peserta didik
Makalah perkembangan peserta didik
 
Semantik sem.6
Semantik sem.6Semantik sem.6
Semantik sem.6
 
Semantik sem.6
Semantik sem.6Semantik sem.6
Semantik sem.6
 

More from Suedi Ahmad

Perubahan Mindset Kurikulum 2013
Perubahan Mindset Kurikulum 2013Perubahan Mindset Kurikulum 2013
Perubahan Mindset Kurikulum 2013
Suedi Ahmad
 
Contoh Pengisian Format 1, EDS Guru Utk PKB
Contoh Pengisian Format 1, EDS Guru Utk PKBContoh Pengisian Format 1, EDS Guru Utk PKB
Contoh Pengisian Format 1, EDS Guru Utk PKBSuedi Ahmad
 
Pemanfaatan Web / Blog Guru Dalam Pembelajaran
Pemanfaatan Web / Blog Guru Dalam PembelajaranPemanfaatan Web / Blog Guru Dalam Pembelajaran
Pemanfaatan Web / Blog Guru Dalam Pembelajaran
Suedi Ahmad
 
Juknis Penilaian Kurikulum 2013
Juknis Penilaian Kurikulum 2013Juknis Penilaian Kurikulum 2013
Juknis Penilaian Kurikulum 2013
Suedi Ahmad
 
Sosialisasi Penyelenggaraan UN 2013
Sosialisasi Penyelenggaraan UN 2013 Sosialisasi Penyelenggaraan UN 2013
Sosialisasi Penyelenggaraan UN 2013
Suedi Ahmad
 
Juknis Permen No. 35 Th. 2010
Juknis Permen No. 35 Th. 2010Juknis Permen No. 35 Th. 2010
Juknis Permen No. 35 Th. 2010Suedi Ahmad
 
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganJika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganSuedi Ahmad
 
Pelbagai jenis bahasa
Pelbagai  jenis bahasaPelbagai  jenis bahasa
Pelbagai jenis bahasa
Suedi Ahmad
 
Presentasi sosialiasi UN 2012
Presentasi sosialiasi  UN 2012Presentasi sosialiasi  UN 2012
Presentasi sosialiasi UN 2012Suedi Ahmad
 
Bab I. QS. Al Insyirah
Bab I. QS. Al InsyirahBab I. QS. Al Insyirah
Bab I. QS. Al Insyirah
Suedi Ahmad
 
Pengembangan Inovasi
Pengembangan Inovasi Pengembangan Inovasi
Pengembangan Inovasi Suedi Ahmad
 
Pengemb silabus integrasi karakter
Pengemb silabus integrasi karakterPengemb silabus integrasi karakter
Pengemb silabus integrasi karakter
Suedi Ahmad
 
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi showPendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Suedi Ahmad
 
Qanaah dan Tasamuh
Qanaah dan TasamuhQanaah dan Tasamuh
Qanaah dan Tasamuh
Suedi Ahmad
 
Tutorial Powerpoint 2007
Tutorial Powerpoint 2007Tutorial Powerpoint 2007
Tutorial Powerpoint 2007
Suedi Ahmad
 
Sejarah Internet
Sejarah InternetSejarah Internet
Sejarah Internet
Suedi Ahmad
 
Berbagai Layanan Internet
Berbagai Layanan InternetBerbagai Layanan Internet
Berbagai Layanan Internet
Suedi Ahmad
 
Berbagai saluran akses i net
Berbagai saluran akses i netBerbagai saluran akses i net
Berbagai saluran akses i net
Suedi Ahmad
 
Berbagai Saluran Akses Internet
Berbagai Saluran Akses InternetBerbagai Saluran Akses Internet
Berbagai Saluran Akses Internet
Suedi Ahmad
 

More from Suedi Ahmad (20)

Perubahan Mindset Kurikulum 2013
Perubahan Mindset Kurikulum 2013Perubahan Mindset Kurikulum 2013
Perubahan Mindset Kurikulum 2013
 
Contoh Pengisian Format 1, EDS Guru Utk PKB
Contoh Pengisian Format 1, EDS Guru Utk PKBContoh Pengisian Format 1, EDS Guru Utk PKB
Contoh Pengisian Format 1, EDS Guru Utk PKB
 
Pemanfaatan Web / Blog Guru Dalam Pembelajaran
Pemanfaatan Web / Blog Guru Dalam PembelajaranPemanfaatan Web / Blog Guru Dalam Pembelajaran
Pemanfaatan Web / Blog Guru Dalam Pembelajaran
 
Juknis Penilaian Kurikulum 2013
Juknis Penilaian Kurikulum 2013Juknis Penilaian Kurikulum 2013
Juknis Penilaian Kurikulum 2013
 
Sosialisasi Penyelenggaraan UN 2013
Sosialisasi Penyelenggaraan UN 2013 Sosialisasi Penyelenggaraan UN 2013
Sosialisasi Penyelenggaraan UN 2013
 
Juknis Permen No. 35 Th. 2010
Juknis Permen No. 35 Th. 2010Juknis Permen No. 35 Th. 2010
Juknis Permen No. 35 Th. 2010
 
PKG dan PKB
PKG dan PKBPKG dan PKB
PKG dan PKB
 
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganJika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
 
Pelbagai jenis bahasa
Pelbagai  jenis bahasaPelbagai  jenis bahasa
Pelbagai jenis bahasa
 
Presentasi sosialiasi UN 2012
Presentasi sosialiasi  UN 2012Presentasi sosialiasi  UN 2012
Presentasi sosialiasi UN 2012
 
Bab I. QS. Al Insyirah
Bab I. QS. Al InsyirahBab I. QS. Al Insyirah
Bab I. QS. Al Insyirah
 
Pengembangan Inovasi
Pengembangan Inovasi Pengembangan Inovasi
Pengembangan Inovasi
 
Pengemb silabus integrasi karakter
Pengemb silabus integrasi karakterPengemb silabus integrasi karakter
Pengemb silabus integrasi karakter
 
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi showPendidikan Karakter Bangsa by suedi show
Pendidikan Karakter Bangsa by suedi show
 
Qanaah dan Tasamuh
Qanaah dan TasamuhQanaah dan Tasamuh
Qanaah dan Tasamuh
 
Tutorial Powerpoint 2007
Tutorial Powerpoint 2007Tutorial Powerpoint 2007
Tutorial Powerpoint 2007
 
Sejarah Internet
Sejarah InternetSejarah Internet
Sejarah Internet
 
Berbagai Layanan Internet
Berbagai Layanan InternetBerbagai Layanan Internet
Berbagai Layanan Internet
 
Berbagai saluran akses i net
Berbagai saluran akses i netBerbagai saluran akses i net
Berbagai saluran akses i net
 
Berbagai Saluran Akses Internet
Berbagai Saluran Akses InternetBerbagai Saluran Akses Internet
Berbagai Saluran Akses Internet
 

Recently uploaded

Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
PutuRatihSiswinarti1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 

Recently uploaded (20)

Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 

Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

  • 1. BAB IV DARI KATA KE MAKNA : LEKSIKAL SEMANTIK LAPORAN MEMBACA BUKU “An Introduction to Psycholinguistics” karya Jean Caron Disusun Oleh : SUEDI YULI ASTUTI TRI NURSANTO
  • 2.
  • 3.
  • 4. Studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisipilin antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik Menurut Slobin, Meller, Slama Cazuhu, psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat- kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia. Untuk lebih memahami mengenai psikolinguistik, dalam makalah ini penulis akan membahas dalam isi buku “An Introduction to Psycholinguistics” karya Jean Caron. Khusus makalah ini penulis akan mengkaji pada bab’IV yang berjudul “ From Words to Meaning: Lexical Semantics” (Dari Kata Ke Makna : Semantik Leksikal ) berdasarkan pandangan-pandangan yang disampaikan oleh para ahli.
  • 5.
  • 6. 2. Acuan Pertanyaan Berdasarkan gambaran umum tersebut maka sebagai pedoman pembahasan dalam makalah ini, dirumuskan acuan pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah Semantik Psikologis dan Semantik Komponensial? 2. Bagaimanakah Pengorganisasian memori semantik?
  • 7. b. Jari nga n se ma nti k c. Ma kna , kon tek s dan
  • 8. 1. Semantik Psikologis dan Semantik Komponensial Teori yang paling besar adalah teori komponensial dan paling terdahulu berpengaruh terhadap para psikolinguis. H, Clark (1970) mengajukan interpretasi ulang terhadap data klasik berkaitan dengan ‘asosiasi kata’ dengan sekilas hipotesis komponensial; jika struktur semantik suatu kata dianggap sebagai seperangkat unsur, produksi suatu asosiasi dapat diinterpretasi sebagai suatu operasi yang berisi perubahan, penambahan, atau penghapusan satu atau lebih unsur ini, contoh yang paling sederhana dengan melakukan inversi sederhana sebuah unsur (contohnya, ‘man’ menjadi ‘woman’, dimana unsur tunggal (+- ‘male’) dirubah. Ini akan menjelaskan frekuensi tinggi asosiasi yang berbeda.
  • 9. Meskipun pengamatan-pengamatan ini sesuai dengan teori komponensial, mereka tidak membawa bukti nya secara langsung. Sejumlah penelitian berikutnya berusaha membangun lebih langsung realitas psikologis unsur-unsur semantik. •Dalam serangkaian percobaan, H. Clark dan koleganya berusaha mendemonstrasikan bahwa ‘kompleksitas semantik’ suatu kata (yaitu sejumlah unsur yang dimiliki suatu kata) berakibat pada waktu pemahaman karena sebuah kalimat dimana ia timbul. Penelitian- penelitian ini berkonsentrasi pada pasangan-pasanang yang antonim seperti ‘long’/’short’. Salah satu istilah ini ‘ditandai’ –dengan maksud, berhubungan dengan istilah lain yang memiliki unsur tambahan (negatif). Istilah ‘yang tidak ditandai’ , menerangkan keseluruhan dimensi: kita bisa mengatakan, ‘How long is it?’ tapi tidak ‘How short is it?’, dan istilah ‘yang ditandai’ (dalam contoh ini ‘short’) karena itu membawa spesifikasi tambahan yang hanya merujuk pada dimensi yang lebih rendah. Diamati bahwa ‘short’ memerlukan waktu pemahaman lebih lama dibandingkan istilah ‘long’ (dalam tugas memberi alasan, misalnya).
  • 10. •Kelompok penelitian kedua melangkah mendukung teori komponensial dengan mengambil ‘penguasaan’ makna leksikal pada anak-anak. Dalam sebuah artikel yang penting, Eve Clark (1973) mencoba menginterpretasi perkembangan makna dalam kamus anak-anak karena penguasaan unsur- unsur semantik yang beragam terus menerus dilekatkan pada kata. Ada dua tipe data diinterpretasi dengan cara ini : •Pertama, ‘perluasan yang berlebihan’ yang sering diteliti pada anak-anak muda: sebuah kata digunakan pada suatu kategori objek yang lebih luas dibandingkan penggunaan orang dewasa diperbolehkan (misalnya, ‘dog’ digunakan pada semua hewan berkaki empat) karena, bagi anak-anak, kata tersebut belum memiliki semua unsur semantik yang membatasi penggunaannya. •Kedua, anak-anak nampak bingung pada –sering terkejut—istilah-istilah yang berbeda hanya karena satu unsur, contoh terbaik adalah bahwa anak-anak berusia 3-4 tahun berdasarkan pengamatan Donaldson dan Balfour (1968) lebih banyak atau sedikit tampak bingung. Menurut Eve Clark, dua istilah ini memiliki unsur (+kuantitas) yang sama dan berbeda hanya karena unsur (polaritas), unsur berikutnya tidak diperlukan sampai anak-anak dewasa. Pengamatan analog dilakukaan berkiatan dengan pasangan-pasangan kata lain: ‘same’/’different’, ‘before’/’after’, ‘come’/’go’, dsb. Dalam banyak hal, usnur pembeda yang khusus tampaknya dipelajari selanjutnya dibandingkan unsur yang umum dari kedua kata.
  • 11. •Akhirnya, tugas—tugas pembelajaran dan teori diulangi lagi untuk mencari bukti bahwa makna dibagi menjadi unit-unit paling sederhana. Misalnya, dengan membandingkan waktu penelitian yang dibutuhkan untuk mempelajari daftar- daftar kalimat, Le Ny dan koleganya (1973) memberitahu bahwa hal ini tergantung pada kompleksitas semantik (diukur dengan sejumlah unsur semantik yang ada di dalam kata); dan, juga (Cordier dan Le Ny, 1975), bahwa fasilitas pembelajaran (transfer positif) dapat diamati ketika para subjek telah mempelajari kalimat- kalimat yang mengandung unsur-unsur semantik yang sama dengan kata-kata yang diteliti. Percobaan lain oleh Johnson-Laird, Gibbs dan de Mowbray (1978) juga membawa bukti terang tentang realitas psikologis unsur-unsur semantik. Dalam sautu daftar kata-kata, para subjek yang diteliti harus menemukan kata-kata milik kategori tertentu (contohnya, benda padat yang dapat dikonsumsi). Kemudia mereka diminta mengingat sebanyak mungkin kata-kata dari daftar. Kata-kata yang cocok dengan kategori (misalnya ‘bread’) yang paling banyak diingat, sedangkan kata-kata yang memiliki unsur semantik sama dengan kategori (misalnya, benda-benda padat seperti ‘beer’ atau benda-benda padat yang tidak dapat dimakan seperti ‘coal’) lebih baik diingat dibandingkan kata-kata yang tidak memiliki unsur semantik (misalnya, ‘petrol’).
  • 12. •Kesimpulannya, ketika hipotesis komponensial merupakan hal yang menarik (setidaknya memberi inspirasi pada studi pertama tentang makna), data eksperimen pada analisis akhir belum cukup membuktikan. Data tersebut meragukan bisa membawa bukti terang, dalam kasus-kasus tertentu, mengenai pencapaian makna ke dalam unit-unit terkecil, tetapi pencapaian ini tampaknya lebih dihubungkan dengan tugas-tugas yang digunakan (verifikasi, prosedur, strategi pembelajaran) dibandingkan dengan proses pemahaman itu sendiri. Kami seharusnya menambahkan bahwa analisis komponensial dapat diterapkan secara memuaskan hanya pada domain semantik tertentu yang didefinisikan dengan baik. Dalam banyak kasus, sulit mendefinisikan ‘unsur-unsur’ dasar yang membedakan makna tiap kata dari kata-kata yang sama: misalnya, jika unsur (‘male’) membedakan antara ‘horse’ dan ‘mare’, unsur semantik apa yang membedakan ‘horse’ dari ‘donkey’? Apakah unusr-unsur dimana kata benda konkrit didefinisikan sama sifatnya seperti kata-kata yang merupakan makna kata-kata fungsi (artikel, konjungsi, dsb).
  • 13. 2. Pengorganisasian memori semantik Menurut Tulving (1972) membandingkan memori semantik dengan memori ‘kadang-kadang’, yang memuat peristiwa-peristiwa khusus dan tanggal-tanggal berkaitan kehidupan sendiri. Perbedaan yang berikutnya sekarang dengan sendirinya ditinggalkan, akibatnya, istilah ‘memori semantik’ digunakan untuk menutupi keseluruhan isi memori jangka panjang. Pertama-tama kita harus memeriksa model-model yang secara umum berhubungan dengan aspek makna leksikal, dan yang kedua model- model yang lebih luas dan ambisius yang menunjang masalah menggambarkan pengetahuan lebih umum.
  • 14. •Makna leksikal Bagaimana makna kata disimpan di dalam memori? Ini bisa dipertimbangkan dengan dua cara: Pertama. Dalam bentuk seperangkat hubungan yang dimiliki kata dengan kata-kata lain. Kedua. Atau dalam bentuk daftar sifat (atau ‘unsur-unsur’) yang terdapat dalam kata.
  • 15. •Model Collins dan Quillian Model memori semantik yang pertama, diajukan tahun 1966 oleh Quillian (lihat Quillian, 1967) yang kemudian menyaring dan mengembangkkannya dengan berkolaborasi bersama Collins, yakni menerapkan jenis representasi pertama yaitu ‘jaringan’/network. Modelnya seperti kamus: pendefinisian suatu kata yang diberikan dengan bentuk kata-kata lain yang berhubungan dengan berbagai cara. Pada saatnya, kata-kata ini merujuk pada definisi mereka sendiri yang membawa kata-kata lain untuk digunakan dsb. Misalnya, kata ‘plant’ (didefinisikan sebagai PLANT: bentuk makhluk hidup, bukan binatang, seringnya memiliki daun-daun, memperoleh makanannya dari udara, air atau bumi’) merujuk pada kata-kata ‘struktur’, ‘makhluk hidup’, ‘hewan’ ‘makanan’, dsb
  • 16. Glass dan Holyoak (1975) mengajukan model yang telah diatur dan sesuai untuk data percobaan dengan sangat memuaskan. Data yang sama dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda, dengan dugaan bahwa kata disimpan secara terpisah, masing-masing melambangkan satu daftar sifat (atau unsur-unsur semantik). Verifikasi kalimat tidak akan lagi menjadi masalah dalam menelusuri jaringan, melainkan perbandingan antara dua perangkat unsur. Model ini diajukan oleh Smith, Shoben dan Rips (1974) dan didukung oleh banyak data eksperimen.
  • 17.
  • 18. •Jaringan semantik Sekarang mari kita perhatikan model-model yang lebih umum dengan jangkauan yang lebih khusus dan ambisius. Model-model tersebut berurusan dengan ‘gambaran pengetahuan’, dan kaitannya dengan psikolinguistik yang kadang-kadang lemah –terpisah dari fakta bahwa pengetahuan pertanyaan yang umumnya dipelajari (dan diformulasikan) dalam bentuk verbal. Sementara model ini hanya memberikan penjelasan terbatas pada proses aktual pemahaman bahasa, model tersebut memperhatikan bentuk akibat proses ini dalam memori. Sehingga, untuk alasan ini, psikolinguis tidak dapat mengabaikan model tersebut. Lagipula, tujuan model mempertanggungjawabkan keseluruhan rangkaian kegiatan kognitif (pemberian alasan, pemecahan masalah, formasi konsep, dst) dan pemahaman bahasa. Menariknya model- model tersebut terletak pada cara model-model tersebut mensituasikan bahasa dalam kerangka yang lebih luas dari keseluruhan aktivitas mental.
  • 19. •Model Rumelhart, Lindsay, dan Norman Sekarang mari kita diskusikan model yang diusulkan oleh Rumelhart, Lindsay dan Norman (1972) dan elaborasi selanjutnya (Norman dan Rumelhart, 1975). Seperti pada teori Kintsch, elemen dasar dari ‘proposisi’, disajikan dengan suatu hubungan seperangkat node. Dengan demikian ‘toko makna’ dasar berisi dua macam elemen: •Hubungan : skenario yang memiliki peran bervariasi (kasus Fillmore). Dengan begitu, kata kerja ‘fall’/jatuh (Tabel 4.3) disajikan dengan tipe tertentu dari tindakan (‘move’/bergerak) yang mempengaruhi objek tertentu (dikhususkan), sesuai jalan khusus (dispesifikasikan), di bawah pengaruh instrumen tertentu (gravitasi); •Konsep : secara tetap mengisi tempat-tempat kosong dalam hubungan itu,
  • 20.
  • 21. •Makna, konteks dan referensi Dalam analisis terakhir, pertanyaan apakah kami menyajikan makna kata dalam bentuk komponen-komponen semantik, jaringan atau dalil-dalil makna hanyalah masalah kecil. Penyajian ini berakibat sepadan dan pada saat ini sangat mungkin melihat jenis data empiris apa yang yang dapat membantu kami memeutuskannya. Masalah utamanya adalah mengidentifikasi fakta karena penyajian- penyajian ini tidak bisa dipertanggungjawabkan
  • 22. •Articles Seperti banyak bahasa-bahasa lain, bahasa Perancis mempunyai dua kategori artikel yang berfungsi sebagai determiner/penentu bagi frasa kata benda: artikel tertentu (le, la, les= ‘the’ untuk maskulin, feminin dan bentuk jamak) dan artikel tak tentu (un, une = ‘a/an’ dalam bentuk maskulin dan feminin, dan des = sama). Disamping perannya yang nampak tidak penting, kata-kata kecil ini mempunyai tampilan yang sangat bervariasi. •Konektivitas Sering dianggap untuk mengekspresikan suatu hubungan (logis, sebab, temporal, dsb) di anatara klausa, konektif –dan, atau, jika, tetapi, dengan demikian, dsb -sebenarnya memiliki fungsi yang luas dalam bahasa alamiah. Kami membatasi pada beberapa konjungsi bahasa Perancis ‘si’ (=’if’/jika), yang paling banyak diteliti. Pertama. Nilai yang dibawa oleh ‘si’ bisa dikenal dan ditemukan di semua bahasa. Kedua, peran ‘si’ menetralisir pernyataan yang berisi klausa yang diperkenalkan. Akan tetapi penetralan ini sendiri disampaikan dengan berbagaii bentuk: dari hipotesis yang sederhana (‘S’il pleut demain ...= ‘If it rains tomorrow...) untuk penyaranan (‘Si nous allions faire un tour? = ‘(How about) If we go far a walk?’) atau untuk menyatakan fakta yang telah dikenal dan dianggap penting (‘S’ll a reaverse ce peiton, ce n’est pas sa faute’= ‘If he did knock down that pedestrian, it wasn’t his fault’).
  • 23. •Fleksibilitas semantik Masalah yang dikenal mula-mula adalah masalah polisemi (atau kedwiartian leksikal) dari kata-kata tertentu. Cara sederhana untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menerima ambiguitas kata, faktanya, menghubungkan beberapa unit leksikal yang berbeda. Misalnya, kata ‘study’ terdiri dari dua makna –‘reading room’ (ruang baca) dan ‘periode of research’ (penelitian). •Fleksibilitas semantik ini telah diujicobakan oleh Bransford dan para koleganya (Barclay dkk, 1976). Guna menunjukkan bahwa interpretasi kata bervariasi dengan konteks yang dihadirkan, para pengarang lebih menyandarkan pada tugas ingatan yang disyaratkan. Mereka menampilkan daftar kalimat kepada para subjek, misalnya, salah satu dari dua kalimat berikut: •The main lifted the piano. •The man tuned the piano. •Metafor merupakan masalah khusus dalam fleksibilitas semantik. Penggunaan bahasa metafor sangat sering dan tidak bisa diabaikan oleh teori psikologi makna. Meskipun demikian, metafor baru mulai menjadi daya tarik bagi psikolinguis
  • 24. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: •Semantik Psikologis dan Semantik Komponensial Penelitian-penelitain penting yang pertama dalam semantik psikologis mulai berkembang ketika teori-teori makna kebahasaan telah cukup digabungkan sehingga dapat menyediakan teori-teori dengan kerangka teoritis. Teori yang paling besar adalah teori komponensial dan paling terdahulu berpengaruh terhadap para psikolinguis. H, Clark (1970) mengajukan interpretasi ulang terhadap data klasik berkaitan dengan ‘asosiasi kata’ dengan sekilas hipotesis komponensial; jika struktur semantik suatu kata dianggap sebagai seperangkat unsur, produksi suatu asosiasi dapat diinterpretasi sebagai suatu operasi yang berisi perubahan, penambahan, atau penghapusan satu atau lebih dari unsur ini.
  • 25. •Pengorganisasian memori semantik •Makna leksikal Bagaimana makna kata disimpan di dalam memori? Ini bisa dipertimbangkan dengan dua cara: Pertama. Dalam bentuk seperangkat hubungan yang dimiliki kata dengan kata-kata lain. Kedua. Atau dalam bentuk daftar sifat (atau ‘unsur-unsur’) yang terdapat dalam kata. •Jaringan semantik Model-model tersebut berurusan dengan ‘gambaran pengetahuan’, dan kaitannya dengan psikolinguistik yang kadang-kadang lemah- terpisah dari fakta bahwa pengetahuan pertanyaan yang umumnya dipelajari (dan diformulasikan) dalam bentuk verbal. Sementara model ini hanya memberikan penjelasan terbatas pada proses aktual pemahaman bahasa, model tersebut memperhatikan bentuk akibat proses ini dalam memori. Sehingga, untuk alasan ini, psikolinguis tidak dapat mengabaikan model tersebut.
  • 26. •Makna, konteks dan referensi Masalah utamanya adalah mengidentifikasi fakta karena penyajian-penyajian ini tidak bisa dipertanggungjawabkan. Penyajian tersebut seperti kata-kata fungsi, yakni kata-kata yang luas yang mengkaji semantik psikologis sering dilihat hanya dengan setengah hati, dan tidak mempermainkan peran penting dalam bahas, yang dikaji adalah articles dan konektivitasnya
  • 27. •Fleksibilitas semantik •Masalah yang dikenal mula-mula adalah masalah polisemi (atau ke dwiartian leksikal) dari kata-kata tertentu. •Guna menunjukkan bahwa interpretasi kata bervariasi dengan konteks yang dihadirkan, para pengarang lebih menyandarkan pada tugas ingatan yang disyaratkan. Mereka menampilkan daftar kalimat kepada para subjek, misalnya, salah satu dari dua kalimat berikut: a). The main lifted the piano. b). The man tuned the piano. •Metafor merupakan masalah khusus dalam fleksibilitas semantik. Penggunaan bahasa metafor sangat sering dan tidak bisa diabaikan oleh teori psikologi makna. Meskipun demikian, metafor baru mulai menjadi daya tarik bagi psikolinguis. •Semua fenomena ini fleksibilitas semantik, ambiguitas, metafora-tidak mudah dipertemukan dengan hipotesis makna leksikal yang berbeda yang melekat pada tiap-tiap kata. Bahasa digunakan untuk ‘membicarakan sesuatu’, yakni tentang realitas di luar bahasa tertentu – yang bersifat persepsi atau konsep; dan melalui hubunganya dengan realitas tertentu ini yang menyebabkan maknanya. Ilmu semantik tidak dapat menghindar dari masalah ‘rujukan’ ini.