Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya Pancasila sebagai sistem nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pancasila dijelaskan memiliki peran sebagai pedoman normatif bagi pengembangan ilmu agar sejalan dengan nilai-nilai bangsa dan tidak merusak lingkungan. Dokumen juga menyoroti tantangan dalam pengembangan ilmu di Indonesia agar lebih melibatkan masyarakat dan berakar pada budaya lokal.
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Irvan Berutu
Makalah ini membahas tentang nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila yaitu ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap sila mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermas
Sejarah dan Proses Masuknya GlobalisasiIntan Irawati
Globalisasi adalah proses tumbuhnya kesadaran global dan terjadinya interaksi antarnegara yang semakin erat. Proses terjadinya globalisasi dimulai sejak perdagangan antarnegara pada abad ke-10 hingga ke-15, kemudian didominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika. Momentum peningkatan globalisasi terjadi setelah berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya komunisme, yang memungkinkan terbukanya pasar dan meningkatny
Sistem indera merupakan bagian penting dari sistem koordinasi yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari lingkungan. Terdiri dari lima indra utama yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Setiap indra memiliki reseptor dan struktur khusus untuk mendeteksi rangsangan tertentu seperti cahaya, suara, bau, rasa, dan sentuhan.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari tentang pemeriksaan aktivitas listrik jantung menggunakan alat EKG dan interpretasi gambaran EKG. Mahasiswa akan belajar cara melakukan pemeriksaan EKG, mengidentifikasi komponen-komponen gambaran EKG, serta membuat kesimpulan mengenai kondisi jantung berdasarkan hasil EKG.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya Pancasila sebagai sistem nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pancasila dijelaskan memiliki peran sebagai pedoman normatif bagi pengembangan ilmu agar sejalan dengan nilai-nilai bangsa dan tidak merusak lingkungan. Dokumen juga menyoroti tantangan dalam pengembangan ilmu di Indonesia agar lebih melibatkan masyarakat dan berakar pada budaya lokal.
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Irvan Berutu
Makalah ini membahas tentang nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila yaitu ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap sila mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermas
Sejarah dan Proses Masuknya GlobalisasiIntan Irawati
Globalisasi adalah proses tumbuhnya kesadaran global dan terjadinya interaksi antarnegara yang semakin erat. Proses terjadinya globalisasi dimulai sejak perdagangan antarnegara pada abad ke-10 hingga ke-15, kemudian didominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika. Momentum peningkatan globalisasi terjadi setelah berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya komunisme, yang memungkinkan terbukanya pasar dan meningkatny
Sistem indera merupakan bagian penting dari sistem koordinasi yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari lingkungan. Terdiri dari lima indra utama yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Setiap indra memiliki reseptor dan struktur khusus untuk mendeteksi rangsangan tertentu seperti cahaya, suara, bau, rasa, dan sentuhan.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari tentang pemeriksaan aktivitas listrik jantung menggunakan alat EKG dan interpretasi gambaran EKG. Mahasiswa akan belajar cara melakukan pemeriksaan EKG, mengidentifikasi komponen-komponen gambaran EKG, serta membuat kesimpulan mengenai kondisi jantung berdasarkan hasil EKG.
[FIOLOGI HEWAN] MEMBRAN SEL DAN TRANSPORT MEMBRANMeli Sulisdiani
Membran sel selain merupakan organ pelindung juga sebagai selektif semipermiable. Karenanya ada transport aktif maupun transport pasif. Transport fasip meliputi difusi, osmosis, plasmolisis, endoderem dan ektoderem. Transport aktif meliputi uniport, symport, dan antiport.
Selamat menjelajahi fisiologi membran sel :D
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian hak asasi manusia (HAM) menurut berbagai konsep, ruang lingkup HAM, dan prinsip-prinsip HAM menurut PBB. Secara ringkas, HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada manusia, meliputi hak pribadi, milik, dan berpartisipasi dalam pemerintahan serta hak ekonomi dan sosial.
Dokumen tersebut membahas empat jenis jaringan utama pada hewan yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. Jaringan epitel berperan sebagai pelindung tubuh dan melakukan proses sekresi dan ekskresi. Jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat, penyokong dan pengisi. Jaringan otot terdiri dari otot polos, rangka dan jantung yang berperan dalam gerakan tubuh. Jaringan saraf
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...Pajeg Lempung
Buku ini membahas tentang mata kuliah wajib umum Pendidikan Agama Kristen di perguruan tinggi. Terdiri dari tujuh bab yang membahas tentang agama dan fungsinya, Allah dalam kepercayaan Kristen, pandangan Kristen tentang manusia, etika dan pembentukan karakter Kristiani, hubungan iman Kristiani dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kerukunan antar umat beragama, serta peran manusia sebagai penjaga ciptaan Allah.
Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptxtasyasantika
Dokumen tersebut membahas tentang dinamika dan tantangan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia, serta esensi dan urgensi Pancasila. Pancasila telah mengalami berbagai perubahan sejak masa kolonial hingga reformasi, dan saat ini dihadapkan pada tantangan seperti pluralisme agama dan ideologi serta sistem ekonomi pasar. Kelima sila Pancasila memberikan panduan untuk mencapai tujuan negara berdasarkan ketuhanan, kemanusia
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era GlobalisasiIswi Haniffah
Dokumen tersebut membahas tentang peran bahasa Indonesia di era globalisasi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang menjadi penghubung antar berbagai bahasa daerah di Indonesia. Namun, generasi muda saat ini cenderung lebih memilih menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berpotensi mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Oleh karena itu,
Buku ini memberikan panduan mengenai materi Pendidikan Kewarganegaraan untuk siswa SMA kelas XII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Buku ini disusun oleh Budiyanto, seorang guru berpengalaman dengan 4 bab utama yakni Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Sistem Pemerintahan, Peran Pers dalam Masyarakat Demokrasi, dan Dampak Globalisasi. Buku ini diharapkan dapat membantu
Dokumen tersebut membahas tentang Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan pedoman yang mengatur kehidupan masyarakat dan negara serta menjadi jati diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila berasal dari budaya masyarakat dan mengikat seluruh rakyat Indonesia.
Teks tersebut membahas tentang perkembangan ilmu politik dan ruang lingkupnya. Ilmu politik mulai berkembang pada abad ke-19 dan dipengaruhi oleh ilmu-ilmu sosial lain. Ruang lingkup ilmu politik meliputi teori politik, lembaga-lembaga politik, partai politik, dan hubungan internasional. Politik dan administrasi negara saling terkait, di mana kegiatan administrasi merupakan kelanjutan dari kegiatan politik seperti pembuatan
Pendidikan secara umum didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran terhadap manusia
secara terus menerus, agar manusia tersebut menjadi pribadi yang amil
(sempurna) lahir dan batin1. Karena itu jika pendidikan menghasilkan pribadi-
pribadi yang lemah, doyan KKN, tidak bertanggungjawab, tidak bermoral,tidak mandiri, maka berarti program pendidikan itu gagal. Kegagalan tersebut mungkin disebabkan karena adanya kesalahan dalam filosofi maupun manajemen pendidikan sehingga tidak sesuai dengan cita-cita pendidikan itu sendiri. Belakangan ini kita melihat berbagai masalah pendidikan nasional sering menjadi bulan-bulanan kritik di masyarakat. Kenapa pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dalam ilmu pengetahuan, akhlak, dan kemanusiaan? Kita melihat sendi-sendi kehidupan bangsa saat ini tengah digoyang berbagai macam aksi kekerasan, kerusuhan, anarki, korupsi, vandalisme, dan tindakan-tindakan amoral.
[FIOLOGI HEWAN] MEMBRAN SEL DAN TRANSPORT MEMBRANMeli Sulisdiani
Membran sel selain merupakan organ pelindung juga sebagai selektif semipermiable. Karenanya ada transport aktif maupun transport pasif. Transport fasip meliputi difusi, osmosis, plasmolisis, endoderem dan ektoderem. Transport aktif meliputi uniport, symport, dan antiport.
Selamat menjelajahi fisiologi membran sel :D
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian hak asasi manusia (HAM) menurut berbagai konsep, ruang lingkup HAM, dan prinsip-prinsip HAM menurut PBB. Secara ringkas, HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada manusia, meliputi hak pribadi, milik, dan berpartisipasi dalam pemerintahan serta hak ekonomi dan sosial.
Dokumen tersebut membahas empat jenis jaringan utama pada hewan yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. Jaringan epitel berperan sebagai pelindung tubuh dan melakukan proses sekresi dan ekskresi. Jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat, penyokong dan pengisi. Jaringan otot terdiri dari otot polos, rangka dan jantung yang berperan dalam gerakan tubuh. Jaringan saraf
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...Pajeg Lempung
Buku ini membahas tentang mata kuliah wajib umum Pendidikan Agama Kristen di perguruan tinggi. Terdiri dari tujuh bab yang membahas tentang agama dan fungsinya, Allah dalam kepercayaan Kristen, pandangan Kristen tentang manusia, etika dan pembentukan karakter Kristiani, hubungan iman Kristiani dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kerukunan antar umat beragama, serta peran manusia sebagai penjaga ciptaan Allah.
Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptxtasyasantika
Dokumen tersebut membahas tentang dinamika dan tantangan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia, serta esensi dan urgensi Pancasila. Pancasila telah mengalami berbagai perubahan sejak masa kolonial hingga reformasi, dan saat ini dihadapkan pada tantangan seperti pluralisme agama dan ideologi serta sistem ekonomi pasar. Kelima sila Pancasila memberikan panduan untuk mencapai tujuan negara berdasarkan ketuhanan, kemanusia
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era GlobalisasiIswi Haniffah
Dokumen tersebut membahas tentang peran bahasa Indonesia di era globalisasi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang menjadi penghubung antar berbagai bahasa daerah di Indonesia. Namun, generasi muda saat ini cenderung lebih memilih menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berpotensi mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Oleh karena itu,
Buku ini memberikan panduan mengenai materi Pendidikan Kewarganegaraan untuk siswa SMA kelas XII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Buku ini disusun oleh Budiyanto, seorang guru berpengalaman dengan 4 bab utama yakni Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Sistem Pemerintahan, Peran Pers dalam Masyarakat Demokrasi, dan Dampak Globalisasi. Buku ini diharapkan dapat membantu
Dokumen tersebut membahas tentang Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan pedoman yang mengatur kehidupan masyarakat dan negara serta menjadi jati diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila berasal dari budaya masyarakat dan mengikat seluruh rakyat Indonesia.
Teks tersebut membahas tentang perkembangan ilmu politik dan ruang lingkupnya. Ilmu politik mulai berkembang pada abad ke-19 dan dipengaruhi oleh ilmu-ilmu sosial lain. Ruang lingkup ilmu politik meliputi teori politik, lembaga-lembaga politik, partai politik, dan hubungan internasional. Politik dan administrasi negara saling terkait, di mana kegiatan administrasi merupakan kelanjutan dari kegiatan politik seperti pembuatan
Pendidikan secara umum didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran terhadap manusia
secara terus menerus, agar manusia tersebut menjadi pribadi yang amil
(sempurna) lahir dan batin1. Karena itu jika pendidikan menghasilkan pribadi-
pribadi yang lemah, doyan KKN, tidak bertanggungjawab, tidak bermoral,tidak mandiri, maka berarti program pendidikan itu gagal. Kegagalan tersebut mungkin disebabkan karena adanya kesalahan dalam filosofi maupun manajemen pendidikan sehingga tidak sesuai dengan cita-cita pendidikan itu sendiri. Belakangan ini kita melihat berbagai masalah pendidikan nasional sering menjadi bulan-bulanan kritik di masyarakat. Kenapa pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dalam ilmu pengetahuan, akhlak, dan kemanusiaan? Kita melihat sendi-sendi kehidupan bangsa saat ini tengah digoyang berbagai macam aksi kekerasan, kerusuhan, anarki, korupsi, vandalisme, dan tindakan-tindakan amoral.
Tugas resume jurnal ini membahas tentang pengertian argumentasi dan model pembelajaran berbasis argumentasi yaitu Argument-Driven Inquiry (ADI). ADI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan peran argumentasi dan penyelidikan dalam pendidikan sains dengan tujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian masalah dalam penelitian, cara menemukan masalah, tujuan adanya masalah dalam penelitian, dan berbagai metode berpikir yang digunakan dalam penelitian seperti berpikir sistematis, kritis, skeptis, analitis, dan logis.
Metode dan pendekatan dalam ilmu perbandingan agamaguest0579d0
Teks tersebut membahas metode dan pendekatan dalam ilmu perbandingan agama. Terdapat beberapa metode yang dibahas seperti metode eksploratif, deskriptif, korelasional, eksperimen, serta pendekatan teologis, sosiologis, dan ilmiah lainnya dalam studi agama.
Filsafat ilmu membahas tentang sifat dasar ilmu, metode ilmu, dan hubungan antar ilmu. Filsafat ilmu bertujuan untuk menganalisis kritis metode ilmu dan menetapkan batasan setiap ilmu. Filsafat ilmu juga membantu meningkatkan martabat manusia melalui peningkatan ilmu pengetahuan.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang melibatkan pengumpulan data berupa narasi, deskripsi, dan dokumen untuk memahami fenomena sosial tanpa menguji hipotesis atau membuat prediksi. Metode ini digunakan untuk mengeksplorasi masalah, memahami makna subjektif, atau mengembangkan teori.
Dokumen tersebut membahas pengertian penelitian dan metodologi penelitian. Secara umum, penelitian didefinisikan sebagai penyelidikan sistematis untuk menemukan fakta baru atau menjawab permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Metode penelitian adalah cara khusus yang dipilih untuk menyelesaikan masalah penelitian, sedangkan metodologi penelitian lebih luas mencakup prinsip-prinsip dan
Analisis kritis jurnal ini diperoleh dari hasil membaca dan membandingkan jurnal yang berjudul "The Philosophy of Existensialism: Individual Awareness in Indonesian Education" dan "Peranan Filsafat dan Bahasa sebagai Media Komunikasi"
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis dan metode penelitian, termasuk pengertian penelitian, sejarah penelitian, pendekatan ilmiah dan non ilmiah dalam penelitian, fungsi penelitian, serta jenis-jenis penelitian berdasarkan berbagai kriteria seperti bidang, lokasi, tujuan, dan sifat masalahnya.
Penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan dalam jenis dan metode penelitiannya. Penelitian kualitatif meliputi etnografi, studi kasus, studi dokumen, pengamatan alami, fenomenologi dan grounded theory, sedangkan penelitian kuantitatif meliputi metode deskriptif, komparatif, korelasi, survei, ex post facto, true experiment, quasi experiment dan subjek tunggal.
Makalah ini membahas tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi, dan implikasi dari ilmu. Ruang lingkup filsafat ilmu meliputi pengertian filsafat ilmu, komponen-komponen filsafat ilmu seperti ontologi, epistemologi, dan aksiologi, serta objek dan tujuan dari filsafat ilmu.
Makalah ini membahas pengertian dan tujuan filsafat serta ilmu sebagai objek kajian filsafat. Secara ringkas, filsafat adalah usaha untuk memahami makna dan nilai alam semesta dengan tujuan memperoleh pemahaman dan kebijaksanaan. Ilmu menjadi objek kajian filsafat baik secara materi maupun formal.
Dokumen tersebut membahas tentang metodologi penelitian pendidikan, termasuk pendekatan logika dan empiris, serta tahapan-tahapan penelitian seperti pemilihan masalah, desain penelitian, analisis data, hingga interpretasi hasil. Jenis penelitian deskriptif juga dijelaskan sebagai penelitian untuk menggambarkan situasi saat ini tanpa membuat perbandingan atau hubungan antar variabel.
Makalah ini membahas tentang ragam penelitian yang dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, pendekatan, bidang ilmu, tempat, variabel, dan kuantitatif atau kualitatif. Ragam penelitian dilihat dari tujuannya adalah eksploratif, pengembangan, dan verifikatif. Sedangkan dari pendekatannya ada longitudinal dan silang.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu didapat melalui penelitian-penelitian terhadap pengetahuan-
pengetahuan yang ada. Penelitian-penelitian yang dilakukan bersifat ilmiah.
Suatu pengetahuan belumlah dikatakan sebagai ilmu. Sebuah pengetahuan dapat
dikatakan ilmu jika pengetahuan tersebut telah ditentukan kebenarannya melalui
penyelidikan ilmiah yang mendalam.
Dalam penyelidikan ataupun penelitian cabang-cabang utama filsafat yang
harus ada adalah ontologi dan epistemologi. Ontologi bertanya mengenai apa
objek apa yang di telaah, bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut,
bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia yang
membuahkan pengetahuan, dan sebagainya. Sedangkan epistemologi
mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya ilmu
pengetahuan tersebut, bagaimana prosedurnya, hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar mendapat pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran
itu sendiri, apa kriterianya, cara, tekhnik, atau sarana apa yang dapat membantu
dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu, dan sebagainya.
Penelitian-penelitian ilmiah adalah cara yang digunakan untuk
mendapatkan kebenaran dari suatu ilmu. Oleh karena itu, peneliti-peneliti yang
melakukan penelitian ilmiah harus memperhatikan aspek ontologi dan
epistemologi dari objek kajian penelitiannya.
Ontologis dan Epistemologis adalah hal yang sangat penting dalam
penelitian-penelitian ilmiah. Oleh sebab itu, banyak sudah penulis-penulis yang
meneliti pentingnya ontologis dan epistemologis dalam penelitian berbagai
bidang. Dalam jurnal review ini, penulis mencoba melihat dan membandingkan
pandangan para peneliti tentang pentingnya ontologi dan epistemologi dalam
penelitian.
2. 2
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan jurnal review ini adalah untuk:
1) Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pentingnya
ontologi dan epistemologi dalam penelitian.
2) Membandingkan isi setiap jurnal untuk melihat kelebihan dan kelemahan
jurnal sehingga penulis bisa mengambil manfaat dari jurnal yang
direview.
1.3. Identitas Jurnal
1. Jurnal Utama
Judul : Discussing The Importance of Epistemology and Ontology
Awareness in Practitioner Research
Penulis : Sean Bracken
Tahun : 2009
Sumber : Worcester Journal of Learning and Teaching, Issue 4
2. Jurnal Pembanding 1
Judul : Exploring The Philosophical Underpinnings of Research:
Relating Ontology and Epistemology ti The Methodology
and Methods od the Scientific, Interpretive, and Critical
Research Paradigms
Penulis : James Scotland
Tahun : 2012
Negara : Qatar
Sumber : English Language Teaching, Vol 5, No. 9; 2012, ISSN 1916-
4742, E-ISSN 1916-4750, Published by Canadian Center of
Science and Education.
3. Jurnal Pembanding 2
Judul : Ontological and Epistemological Foundation of Qualitatife
Research
Penulis : Irene Vasilachis de Gialdino
Tahun : 2009
Negara : Spanyol
Sumber : Forum: Qualitative Social Research, Vol. 10, No. 2 (2009)
3. 3
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
2.1. Jurnal Utama
Judul Penelitian : Discussing the Importance of Ontology and Epsitemology
Awareness in Practitioner Research
(Membahas pentingnya kesadaran ontologi dan
epistemologi dalam peneliti)
Penulis : Sean Bracken
Sumber : Worcester Journal of Learning and Teaching, Issue 4
Discussing the Importamce of Ontology and Epistemology Awareness in
Practitioner Research
Abstrak
Tulisan ini berfokus pada identifikasi dan akulturasi dalam sekolah
sebagai dasar gambaran pada cara-cara peneliti melakukan penyelidikan mereka.
Ini mengidentifikasi keharusan bagi para peneliti untuk memastikan bahwa
persepsi ontologi mereka, sikap epistemologi, metode pengumpulan data dan
penyajian telah sesuai. Melalui penyelidikan, pendekatan metodologi yang
berbeda digunakan untuk menghadapi isu susunan identitas, sebagai gambaran
dalam tiga penelitian berbasis sekolah (Houlette et al, 2004; Gilboum, 2006; Nasir
et al, 2009), tulisan ini mengangkat isu ontologis dan epistemologis. Implikasi
yang bermanfaat yaitu, melalui kesadaran yang mendalam dari struktur ontologi
penelitian mereka, peneliti akan lebih memperjelas posisi untuk menggambarkan
berulang-ulang, dan menjabarkan bagaimana hubungan terbaik dengan proyek
penelitian mereka.
Pendahuluan
Teka teki yang paling besar pada penelitian pendidikan adalah bagaimana
menentukan perubahan alami dari identitas, bagaimana identitas yang beraneka
ragam ini mempengaruhi pengajaran dan pembelajaran, dan bagaimana
4. 4
seharusnya menentukan faktor-faktor yang berpengaruh pada formasi dari
identitas budaya.
Pengembangan kerangka kerja terhadap penelitian pada identitas yang
beraneka ragam diambil selama penyesuaian diri, yang sangat diperlukan
menyelidiki bagaimana sikap pelaku, nilai-nilai dan kebiasaan mempengaruhi
cara-cara yang anak-anak tetapkan dan artikan kembali diri mereka sebagai
makhluk sosial dan pelajar. Seperti rangka kerja seharusnya juga pengetahuan
yang memiliki isu lebih luas dari kekuasaan dan keanehan retoris dari kurikulum,
seperti yang dijelaskan oleh Andrews (2009), berpengaruh pada konteks dan
membantu untuk membentuk pertanyaan penelitian yang spesifik yang bermanfaat
dari penyelidikan. Penelitian yang berfokus dengan identitas dan penyesuaian diri,
apakah hal itu berfokus pada guru atau siswa, adalah situasi ipso facto dalam
bagian sosial budaya dan konteks historis. Jadi, merupakan suatu kebutuhan untuk
menggambarkan dengan jelas ontologis mereka dan pandangan epistemologis dan
untuk menggmabrkan cara-cara yang mana hal ini menginformasikan
pengembangan paradigma penelitian yang tepat.
Wujud Alami: Kesimpulan dari Ontologi
Sebagai seorang peneliti, saya mungkin mengambil pandangan ontologis
yang berbeda-beda, atau cara melihat realita sosial. Pada satu sisi, hal ini
melibatkan kepercayaan yang saya ambil bahwa dunia dari interaksi sosial berada
terpisah dari apa yang saya rasakan. Hal tersebut masuk akal, entitas eksternal dan
responsif pada ilmu pengetahuan dan mode positif dari penyelidikan. Tradisi ini
menginformasikan dasar ontologi dari penelitian selama beberapa waktu, terutama
dalam bidang ilmu fisik (Bitter-Davis & Parker, 1997; Gallagher, 2008). Atau,
sebagai peneliti, saya mungkin memandang realita sosial sebagai wujud
pembangunan oleh individu yang berinteraksi dan memaknai dunia mereka
dengan cara yang aktif, dan sebagai peneliti, saya bisa melakukan pendekatan
dalam mencari kebenaran dalam pengalaman hidup masyarakat melalui
interprestasi yang ketat (Graue & Walsh, 1998; Byrne-Armstrong et al, 2001).
Seperti pendapat Pring (2009a: 90), kedua cara ini ada dalam penelitian
diinformaasikan sebagai sejarah, budaya dan latar belakang filosofis yang harus
5. 5
ditangani secara eksplisit. Tanpa pemeriksaan tersebut, sebagai peneliti, saya
mungkin tidak menyadari dasar-dasar pemikiran filosofis yang diutarakan
didasarkan untuk membenarkan proses dan penemuan penelitian saya.
Bagaimana pengetahuan disebar: melihat kembali melalui pertimbangan
epsitemologi
Kamus Filsafat Stanford (2009) menjelaskan bahwa ‘ epistemologi adalah
tentang isu-isu yang berkaitan dengan penciptaan dan penyebaran pengetahuan di
penelitian pada bidang tertentu. Secara historis, ilmu-ilmu sosial mewarisi
orientasi epistemologisnya dari metode penelitian ilmiah yang terkait dengan ilmu
fisika. Metode ilmiah diyakini memberikan ‘kepastian faktual dari ilmu fisik dan
kepastian logika deduktif dan matematika murni’ (Lee-Kelley, 1929:1). Menurut
tradisi ini. Setelah kondisi eksternal dikendalikan dan dipantau secara sistematis,
mereka mungkin mengalami pengujian eksperimental untuk mengungkapkan
kebenaran tidak hanya tentang sifat atom, konsep-konsep matematika dan
mekanik, tetapi juga tentang sifat prilaku manusia. Epsitemologi ini didasarkan
pada keyakinan ontologis bahwa subjek perilaku manusia terwujud dari perintah
dan peraturan yang telah di perintahkan realita eksternal. Dengan demikian, ada
pandangan konseptual bahwa perilaku dan tindakan manusia sebagian besar
ditentukan oleh rangsangan yang tidak mereka buat.
Positivism logis terus menginformasikan banyak penelitian di bidang
pendidikan, dan telah memiliki dampak yang signifikan terhadap cara-cara di
mana pengetahuan tentang pendidikan dikumpulkan dan disebarluaskan. Di
Amerika, Asosiasi Amerika untuk penelitian pendidikan telah mencatat sebuah
peningkatan orientasi dalam inisiasi federal untuk mendanai desain penelitian
terutama didasarkan pada akumulasi bukti ilmiah dalam pendidikan yang
bergantung pada percobaan terkontrol yang acak’ (Schneider et al, 2008: 16).
Alasan untuk pendekatan ini adalah pembuat kebijakan membutuhkan akses ke
penelitian yang relevan menyatakan hubungan yang tidak ambigu dalam
kausalitas dari acara yang berkaitan dengan intervensi pendidikan berskala besar.
Namun sifat kaku dari bentuk penelitian ini berarti itu tidak bisa mengatasi, masih
kurang mengungkapkan, hubungan sebab akibat. Ini hanya dapat membuat
hubungan. Selain itu, pandangan ontologis dan epistemologis yang
6. 6
menginformasikan pendekatan ini telah dijadikan kontes (Goroux, 1981;
Lemesianou & Grindberg, 2006; Hyslop-Margison & Naseem, 2008).
Epistemologis positivism logis, dan bentuk metodologi penelitian yang dihasilkan,
telah diketahui memiliki keterbatasan. Terutama, gagal untuk mempertimbangkan
perbedaan epistemologi ynag jelas antara pengetahuan tentang manusia dan
pengetahuan tentang benda-benda. Pada dasarnya, pendekatan positivis pada ilmu
sosial meniadakan peran agensi manusia, atau menyepelekan hal itu sedemikian
rupa sehingga menjadi tidak berarti.
Ilmuwan sosial fokus pada menyelidiki lompatan sejarah, dan konteks
budaya, arti dari interaksi manusia berbagi kepercayaan yang fokus pada diri
mereka sendiri, orang yang bertanggungjawab pada perilaku mereka, harus
menjadi aspek kritis dari penelitian (Cohen et al, 2000). Alasan untuk pendekatan
epistemologi sebagai hal yang berkaitan dengan identitas dan pendidikan ynag
disediakan menurut Ladson-Billings (2003). Dia berpendapat bahwa tidak ada
yang salah dengan pendangan positivist, selama itu diketahui untuk apa hal itu,
sebuah perwujudan budaya dari satu mode penelitian, yang tidak universal atau
diluar batas kewajaran, tetapi dibidang tradisi Judeo-Christian dari pengetahuan.
Dalam pandangan Larson-Billing (2003:12), pendekatan sosial-budaya untuk
penelitian disebut ‘ pemahaman mendalam kontekstual pada fenomena sosial’.
Contoh-contoh Perbedaan Paradigma Penelitian untuk menyelidiki identitas
budaya
Implikasi menggunakan pendekatan positivist-logis
Dalam tradisi ilmiah, Houlette, dkk (2004) menggunakan metodologi
kuantitatif untuk menentukan keefektifan dari pengaruh program yang didesain
untuk meningkatkan kereseptifan siswa terhadap orang-orang yang sama secara
budaya atau secara rasial berbeda dari mereka. Desain penelitian termasuk analisis
data pretes dan postest dari survey yang dilaksanakan pada total 830 siswa
sekolah dasar yang diambil melalui ‘Green Circle Program’. Program ini
bertujuan untuk mengubah persepsi siswa terhadap yang lainnya, dan melalui
diskusi, hal itu diharapkan membudayakan perluasan ‘konsep’ pertemanan anak-
anak. Hipotesis ini dari waktu ke waktu menunjukkan hasil perubahan yang
7. 7
positif dalam inklusifitas pilihan mereka untuk bermain dan berbagi (Houlette,
dkk, 2004:42).
Masalah dalam penjelasan ini adalah penulis tidak menanyakan apakah
desain penelitiannya muungkin memiliki kesalahan. Tidak ada peneliti yang
menanyakan secara langsung pada anak-anak bagaimana perasaan mereka
terhadap program yang diberikan, atau tidak ada peneliti yang menghubungkan
secara kritis dengan konten atau akibat dari program. Agaknya, apa yang dianggap
menjadi kesalahan adalah kapasitas anak-anak untuk menghubungkan dengan
dorongan dalam cara yang harmonis dengan keinginan peneliti. Penjelasan lain
yang mungkin disediakan untuk penemuan penelitian yang mengecewakan adalah
bahwa tes yang digambarkan sebagai sebuah pengaturan sekolah dasar, yang
kurang lebih dikendalikan seperti pengaturan laboratorium’(Houlette, dkk, 2004:
51). Terdapat perasaan bahwa jika kelakuan anak-anak bisa menjadi lebih
dikontrol, atau subjek diatur lebih keras, sehingga penelitian menjadi lebih efektif.
Efeknya, dalam istilah untuk memperluas yang perantara atau kemauan yang
terlihat dalam penelitian ini, anak-anak sekolah yang terlibat sama seperti sel-sel
darah dibawah mikroskop.
Dampak menggunakan teori kritis
Alternatif konstruktivis sosial radikal untuk epistemologi positif-logis
diambil berdasarkan teori sosial kritis. Sementara mempertimbangkan pengaruh
yang mana ras dan rasisme ada pada pengalaman siswa di sekolah, Gillborn
92006: 18) menggunakan pandangan sosial kritis ayng anti-rasisme dibutuhkan
untuk menahan dan memperluas ‘radikal, tepi kritis’.
Dampak menggunakan pendekatan metode campuran
Dalam penelitian baru-baru ini menyelidiki cara bagaimana siswa Afrika-
Amerika di sekolah menengah atas mengemabngkan identitas mereka, Nasir, dkk
(2009), menggunakan pendekatan metode campuran. Metodologi tersebut
digunakan dengan keyakinan bahwa kedua data etnografi dan data survei akan
menyediakan kedalaman pemahaman dalam penelitian.
8. 8
Mengembangkan alasan bagi pendekatan penelitian yang berbeda-beda
Keterangan dalam kajian literatur yang dikaitkan dengan metodologi yang
berbeda-beda, ada pemahaman bahwa metode penelitian digunakan oleh
konfirmasi peneliti mereka untuk menimbulkan berlainan set data, dan
memusatkan perhatian pada penemuan di tergantung pada cara-cara yang berbeda
dan ontologi Problem epistemologi positioning. Dalam kajian ulang yang
komprehensif dari literatur, Perbankan (2006: 789) dikenalpasti yang terkait
dengan penelitian budaya responsif dan pembentukan identitas pedagogik
menyambut baik diadopsi dari data ethnografik atau pendekatan studi kasus.
Namun demikian, argumen baru-baru ini, misalnya sebagai menyuarakan oleh
Chirkov (2009: 94) dan Lukas (2009), telah memfokuskan pada keperluan untuk
fleksibilitas intelektual, dan kesediaan untuk menganalisa hasil mencapai kritis
dan memperoleh pengetahuan sebagai core keterampilan yang diperlukan untuk
memahami sifat rumit akulturasi. Ini melibatkan peletakan dasar dari
pembelajaran berkelanjutan dan kualitatif di tingkat kelas dengan kapasitas untuk
menafsirkan kumpulan data yang mencerminkan lebih faktor nasional dan
regional. Untuk tahap tertentu, ini adalah pendekatan yang Gillborn (2008)
mengadopsi dalam penafsiran kritis-nya dari rasisme dan pengecualian sebagai
membentuk dasar untuk sistematis dan ketidaksetaraan struktural di keterlibatan
pendidikan dan pencapaian. Seperti yang dijelaskan oleh Brenner (2006), Problem
epistemlogis melihat mengharuskan penggunaan metodologi yang memungkinkan
untuk ketegangan dalam proses penelitian antara dan strategi penelitian deductive
Induktif. Alat bantu ini harus dikembangkan untuk memperjelas dunia subyektif
informan mengarah ke perwakilan dari pemahaman konseptual mereka sementara
juga memfasilitasi eksplorasi tata teori seperti teori ras kritis dan contoh-contoh
rasisme kelembagaan dan cara-cara fenomena ini dapat menginformasikan dan
menghasut konstruksi identitas.
Sebagai didiskusikan sebelumnya dalam konteks teori kritis, menjadi
pertimbangan dari posisi ideologis yang melekat dalam semua penelitian yang
dapat diatasi agar, 'oleh mengidentifikasi bias seseorang, salah satu dapat dengan
mudah melihat di mana pertanyaan-pertanyaan yang membimbing studi yang
telah mengering dibentuk' (Janesick, 1994: 212). Tetapi ada pertanyaan yang sama
9. 9
ada ianya tidak cukup untuk mengetahui hanya dari pembangunan ideologis yang
berpotensi menyebabkan dampak pada desain penelitian dan pengembangan.
Dalam konteks di mana konsep-konsep identitas dan budaya merupakan
fokus penelitian, ianya penting sekali untuk kita sendiri sosial dan kultural
identitas dibangun sebagai pendidik dan peneliti di diinterogasi di seluruh proses
penelitian fasa-fasa. Hal ini juga dibuat oleh Mazzi (2006), yang komentar yang,
'keputihan bulu domba warna cara-cara yang berkulit putih, dan dalam kasus ini
guru putih, melihat diri mereka dan siswa sebagai "berbeda" seperti kelam kabut
atau warna brownness jalan yang siswa "warna" melihat diri mereka dan guru
putih sebagai' yang berbeda. Kesadaran yang sangat kritis tidak hanya penting
untuk mengembangkan budaya kompeten, ianya juga guru penting bagi para
peneliti menyelidiki ide-ide ras, etnis dan pembentukan identitas. Sangat penting
bahwa sebagai seorang peneliti, saya menyadari bahwa kritis seperti persepsi saya
di dunia, ada ditentukan oleh konsep-konsep yang tersedia untuk aku, ia berikut
bahwa orang yang berlainan mengatur konsep-konsep akan cenderung untuk
melihat "berukuran sama' kenyataan yang berbeda. Tujuan Untuk alasan ini,
seperti disarankan oleh Brenner (2006: 368), saya sebagai peneliti seharusnya
dapat menerangkan tidak hanya yang saya sebagai bagian dari kajian, tetapi juga,
sebagai secara tepat sebagai kemungkinan, untuk memberikan informasi
mengenai bagaimana informan mungkin telah dianggap juga kepada saya.
Kesimpulan
Karya ini telah menuliskan pentingnya untuk para peneliti pendidikan
prihatin dengan identitas budaya dan gagasan-gagasan untuk menyelidiki secara
eksplisit dasar filosofis yang penelitian mereka dikembangkan (Cohen et al 2000:
3). Karya sebentar diperiksa dan tradisi penelitian yang berbeda dan digambarkan
bagaimana adopsi tradisi tertentu telah melahirkan yang signifikan pada jenis-
jenis pertanyaan yang diajukan, pendekatan yang diambil untuk pertanyaan-
pertanyaan alamat, dan cara-cara penemuan-penemuan ini dipresentasikan.
Pendekatan kuantitatif diadopsi oleh Houlette et al (2004) adalah diterokai.
Sementara paradigma ini mungkin telah disediakan sebuah strategi yang berguna
untuk mengevaluasi efektivitas dari campur tangan tertentu, ia ditemui menjadi
mechanistic dan tidak kekurangan di kedalaman dan dengan itu tidak cocok untuk
10. 10
menyediakan wawasan tentang bagaimana individu mungkin co-penulis identitas
mereka. Pada sisi lain, terlepas dari kenyataan bahwa teori ras kritis telah
memberikan kontribusi signifikan untuk membuat dalam kaitannya dengan studi
identitas, pekerjaan Gillborn (2006) adalah mempertanyakan sebagai hasil dari
situatedness politik yang terang-terangan dari karya. Tradisi penelitian penting
secara sosial telah membuat kontribusi yang berharga untuk konsep kita teori dan
praktik pendidikan karena problematises 'kenyataan sehari-hari', khususnya
sebagai dialami oleh orang-orang dari kebudayaan, atau etnis minoritas Prig
(2000b). Seperti yang diakui oleh Burrell dan Morgan (1979 mukasurat2),
'walaupun ada teori sosial yang mengikuti untuk masing-masing ekstrim, asumsi
banyak ilmuwan sosial di berkemah di suatu tempat dalam kisaran antara'. Untuk
tahap tertentu, 'middle ini' diidentifikasi di pekerjaan Nasir et al (2009) dalam
studi mereka dari pembentukan identitas di antara kalangan Afrika-Amerika siswa
di sekolah tinggi Amerika.
Pelajaran yang dapat diambil dari keterlibatan dengan literatur yang telah
digunakan untuk lebih tesis bahwa para peneliti yang memusatkan perhatian pada
isu-isu pembentukan identitas, harus diri secara konsisten mencerminkan
mengenai posisi mereka dalam kaitannya dengan ontologi, epistemologi
metodologi, dan mengumpulkan data. Ini adalah sebuah proses kursus dan satu
yang harus memastikan bahwa tindakan penelitian dibangun dari sebuah
pemahaman lebih jelas dari (kadang-kadang tampak kabur) anggapannya sendiri
falsafah yang mendukung proses penelitian.
Peneliti prihatin dengan konsep-konsep identitas budaya dan etnis, agama
dan keragaman linguistik adalah perkara yang terus penting dalam dunia kita yang
semakin, juga diglobalisasikan. Hal ini terutama di pedesaan atau daerah-daerah
terpencil di mana beberapa guru berbagi peninggalan budaya, siswa dari latar
belakang minoritas etnik yang mereka mengajar. Menyediakan guru dan para
peneliti dengan alat bantu untuk menafsirkan kritis cara membuat lintas budaya
yang lebih besar pengetahuan dan keahlian akan membantu praktisi untuk
merencanakan positif terhadap keragaman dan untuk meningkatkan pengalaman
pendidikan dari semua pihak yang terlibat.
11. 11
BAB III
PENILAIAN TERHADAP JURNAL
3.1. Perbandingan Isi Jurnal
Pada jurnal utama peneliti mengulas beberapa metode atau pendekatan
yang digunakan oleh peneliti lain dalam melakukan penelitian. Ada 3 pendekatan
dalam penelitian yang dilakukan dalam bidang sosial yaitu pendekatan positif-
logis, pendekatan teori kritis, dan pendekatan campuran.
Peneliti mengulas penelitian-penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan masing-masing pendekatan tersebut dengan berdasarkan pada
ontologi dan epistemologi pada penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti lain.
Peneliti membahas kekurangan-kekurangan masing-masing pendekatan.
Dalam jurnal ini, peneliti berpendapat bahwa penelitian yang paling baik adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan metode campuran dilihat dari segi
ontologi dan epistemologi.
Berbeda dengan jurnal yang ditulis oleh Irene Vasilachis de Gialdino
dengan judul “Ontological and Epistemological Foundations of Qualitative
Research” yang membahas bagaimana aspek ontologi dan epistemologi harus ada
dan dimilikii oleh penelitian kualitatif. Menurut peneliti espitemologi dalam
penelitian harus dapat menunjukkan apa subjek penelitian yang dimaskud dalam
penelitian yang dapat dilihat dengan melihat kembali aspek-aspek ontologi dalam
penelitian. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada penelitian kualitatif.
Sedangkan pada jurnal pembanding lainnya yang “Exploring the
Philosophical Underpinnings of Research: Relating Ontology and Epistemology
to the Methodology and Methods of the Scientific, Interpretive, and Critical
Research Paradigms” oleh James Scotland dibahas bagaimana aspek ontologi dan
epistemologi dalam metodologi dan metode penelitian. Dalam jurnal ini peneliti
menerangkan bagaimana hubungan antara ontologi, epistemologi, metodologi dan
metode penelitian. Penjelasan tentang hubungan ontologi, epistemologi,
metodologi, dan metode penelitian yang dijelaskan oleh penulis disini adalah pada
3 penelitian pendidikan yang umum yaitu penelitian dibidang sains, interpretatif,
dan kritik.
12. 12
3.2. Kelebihan Jurnal
Kelebihan jurnal utama dibanding 2 jurnal pembanding lainnya adalah,
pada jurnal utama ini peneliti mengulas sisi ontologi dan epistemologi dari
berbagai model penelitian, baik itu kuantitatif ataupun kualitatif. Berbeda dengan
jurnal pembanding yang berjudul “Ontological and Epistemological Foundations
of Qualitative Research” oleh Irene Vasilachis de Gialdino yang hanya membahas
pentingnya ontologi dan epistemologi dalam penelitian kualitatif.
Kelebihan lain dari jurnal ini adalah peneliti memberikan contoh-contoh
penelitian pada masing-masing pendekatan. Hal ini sangat baik karena dengan
demikian pembaca lebih memahami bagaimana penelitian yang menggunakan
pendekatan-pendekatan tersebut.
3.3. Kelemahan Jurnal
Selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan diatas, jurnal utama ini
juga memiliki kelemahan-kelemahan dibandingkan dengan jurnal-jurnal
pembandingnya.
Pada jurnal utama ini tidak dijelaskan dengan jelas pendekatan-pendekatan
yang disebutkan. Selain itu, peneliti lebih condong pada penjelasan tentang
pentingnya epistemologi dalam penelitian dan hanya sedikit membahas sisi
ontologinya.
Pada 2 jurnal pembanding, peneliti menjabarkan dengan jelas bagaimana
ontologi dan epistemologi dalam penelitian. Selain itu pada jurnal “Exploring the
Philosophical Underpinnings of Research: Relating Ontology and Epistemology
to the Methodology and Methods of the Scientific, Interpretive, and Critical
Research Paradigms” oleh James Scotland dibahas lebih mendalam bagaimana
ontologi dan epistemologi dalam metodologi dan metode penelitian.
13. 13
DAFTAR PUSTAKA
Bracken, Sean. 2009. Discussing the importance of ontology and epistemology
awareness in practitioner research. Worcester Journal of Learning and
Teaching, Issue 4
[online:http://www.worc.ac.uk/edu/documents/FinalSBrackenPractitioner
Research.pdf]
Gialdino, Irene Vasilachis de. 2009. Ontological and Epitemological Foundations
of Qualitative Research. Forum: Qualitative Social Research, Vol. 10,
No. 2 (2009)
[online:
http://www.qualitative-research.net/index.php/fqs/article/view/1299/3163]
Scotland, James. 2012. Exploring the Philosophical Underpinnings of Research:
Relating Ontology and Epistemology to the Methodology and Methods of
the Scientific, Interpretive, and Critical Research Paradigms. English
Language Teaching; Vol. 5, No. 9; 2012 .ISSN 1916-4742 E-ISSN 1916-
4750. Published by Canadian Centerof Science and Education
[online:
http://www.ccsenet.org/journal/index.php/elt/article/viewFile/19183/126
67]