Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan manusia mulai dari periode prenatal hingga dewasa madya. Beberapa poin penting yang diangkat adalah proses perkembangan manusia merupakan hasil interaksi antara maturasi dan belajar, terdapat tugas-tugas perkembangan pada setiap periode, serta karakteristik dan tantangan yang dihadapi pada masing-masing periode perkembangan.
Modul ini membahas tentang latar belakang dan konsep dasar asesemen alternatif, bentuk asesmen kinerja, asesmen portofolio, dan pengembangan alat ukur afektif.
Modul ini membahas tentang latar belakang dan konsep dasar asesemen alternatif, bentuk asesmen kinerja, asesmen portofolio, dan pengembangan alat ukur afektif.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
Modul ini mencakup 3 bahasan yaitu:
1. Prinsip-prinsip pemberian nilai
2. Penilaian diberbagai jenjang pendidikan
3. Tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaRoHim MohaMad
Untuk mengetahui secara langsung kondisi, keadaan dan bentuk layanan yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus, kita perlu turun langsung pada kondisi nyata di Sekolah Luar Biasa
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
Modul ini mencakup 3 bahasan yaitu:
1. Prinsip-prinsip pemberian nilai
2. Penilaian diberbagai jenjang pendidikan
3. Tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaRoHim MohaMad
Untuk mengetahui secara langsung kondisi, keadaan dan bentuk layanan yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus, kita perlu turun langsung pada kondisi nyata di Sekolah Luar Biasa
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Dimensi perkembangan manusia meliputi biological processes, cognitive processes, dan sosioemotional processes yang berlangsung selama periode perkembangan seseorang
Perkembangan merupakan suatu pola gerakan dan perubahan pada diri manusia yang meliputi pertumbuhan, perubahan, dan kematangan. Mempelajari psikologi perkembangan akan meningkatkan pemahaman kita tentang rentang perkembangan hidup manusia, memberikan pertolongan pada orang yang mengalami hendaya dan juga untuk mengantisipasi hambatan perkembangan
PERKEMBANGAN MASA REMAJA AWAL DAN MASA REMAJA AKHIRKANGIRFAI
Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian peride yang berurutan, mulai periode prenatal hingga usia lanjut. Semua individu mengikuti pola perkembangan dengan pasti dan dapat diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat diulang kembali. Hal-hal yang terjadi dimasa awal perkembangan individu akan memberikan pengaruh terhadap tahap-tahap selanjutnya. Salah satu tahap yang akan dilalui oleh individu tersebut adalah masa lanjut usia atau lansia.
Proses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis adalah semakin lama menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia, maka jaringan-jaringan dan sel-sel menjadi tua, sebagian regenerasi dan sebagian yang lain akan mati, dan pada usia lanjut ini akan menghadapi berbagai pwrsoalan, persoalan pertama adalah penurunan kemampuan fisik sehingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebankan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu mereka yang berada dalam usia kanjut merasa bahwa dirinya sudah tidak berharga lagi atau kurang dihargai.
Dalam makalah ini ada dijelaskan mengenai masa atau fase remaja awal (pubertas) sampai remaja akhir atau menginjak dewasa akan dijelaskan meliputi fase-fase remaja, faktor lingkungan yang memengaruhi pubertas, perkembangan fisik, sosial, bahasa, dan seksual masa puber, perkembangan remaja yang sekolah dan bekerja, kedewasaan keadaan mondig dan emansipasi remaja, hubungan remaja dan pekerjaan, remaja dan masyarakat, dan tugas-tugas remaja.
2. Development ≠ Growth Gejala = Perubahan
Growth = Perubahan yang menyangkut segi kuantitatif.
Ct : Peningkatan dalam ukuran struktur fisik dapat
diukur
Development = menyangkut segi kuantitatif & kualitatif
Merupakan suatu rangkaian perubahan yang bersifat
progresif teratur berkesinambungan & akumulatif.
3. Beberapa prinsip perkembangan
1. Merupakan hasil interaksi antara maturasi dan
belajar
Maturasi = kesiapan yang dimiliki anak dan diperoleh
dari dalam dirinya.
Belajar = didapat dari luar diri, berhubungan dg lingk
dimana ia berada melalui:
Imitasi, identifikasi, latihan & trial &error
4. Beberapa prinsip perkembangan
2. Pola-pola perkembangan dapat bersifat umum dan
khusus
Pola perkembangan umum: Adanya dasar-dasar, pola-
pola yg berlaku umum sesuai dengan jenisnya.
Pola perkembangan khusus: Berlaku karena adanya
perbedaan individual, terdapat beberapa
karakteristik, yaitu
5. Lanjutan...
a. Pola perk. Memp. Persamaan dan dpt diramalkan, mis: Perk
fisik Dua hukum yg berlaku dalam pertumbuhan fisik, yaitu
(1) Cephalocaudal : Perk. Yg dimulai dari kepala ke
arah kaki (2) Proximodistal : Perk. Yg dimulai dari tengah
mengarah ke samping
b. Perk. Terjadi dari umum ke khusus, ct: reaksi takut pada bayi.
Sehingga terjadi suatu differensiasi = pengkhususan &
penghalusan dari fungsi-fungsi psikologik
c. Perk. Berjalan secara kontinyu dan diskontinyu
Kontinuitas = Perubahan-perubahan yang terjadi secara terus
menerus dari tahapan satu ke tahap-tahap berikutnya dengan
cara-cara yang sama (menyangkut perubahan kuantitatif)
Diskontinuitas = Perubahan yang terjadi tampak sebagai
perubahan seolah-olah terpotong pada tahap-tahap
berikutnya (menyangkut perubahan kualitatif)
6. Lanjutan .....
3. Ada perbedaan individual dalam perkembangan
Karena adanya interaksi antara faktor dalam diri
individu (potensi) dan dari luar diri (mis :
lingkungan rumah yang menyebabkan perbedaan
dalam pola asuhan,dst), termasuk lingkungan
kebudayaan.
7. Lanjutan...
4. Ada periode-periode dalam pola perkembangan
Hurlock, perkembangan terbagi atas :
1. Periodepre natal (dari konsepsi – 9 bulan dalam
kandungan)
2. Periode infancy (lahir – 2 minggu)
3. Periode bayi (3 minggu- 2 tahun)
4. Periode anak ( 2 tahun – 11/12 tahun)
5. Periode remaja ( 12 – 21 tahun)
6. Periode dewasa (21 – 60 tahun)
7. Periode tua ( 60 tahun – mati)
8. Lanjutan ....
Setiap periode mempunyai ciri-ciri tersendiri yang
memberi keunikan pada periode tersebut
Dalam periode perkembangan tersebut beberapa
periode ditandai oleh adanya suatu “equilibrium” dan
periode lain ditandai oleh adanya suatu “disequilibrium”
Pada equilibrium, individu dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan, pada disequilibrium sulit individu
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
9. Lanjutan...
5. Ada tugas-tugas perkembangan pada setiap periode
perkembangan.
Tugas perkembangan : Tugas-tugas yang harus
dipenuhi oleh individu dalam suatu periode
perkembangan tertentu.
Merupakan kecakapan-kecakapan dan pola-pola
tingkah laku tertentu yang merupakan harapan dari
suatu masyarakat dalam kebudayaan tertentu.
10. Lanjutan ...
6. Setiap area /aspek perkembangan memiliki potensi
“berbahaya” yang bersifat fisik , psikologik.
Misal pada masa prenatal :
-Fisik ; perkembangan yang tidak seimbang, keguguran,
atau pada aspek motorik: kaku, perkembangan yang
terlambat karena kerusakan otak
-Psikologik; maternal stres
11. Periode Prenatal
Dimulai dari saat konsepsi dan berakhir pada saat
kelahiran ( 9 bulan).
Terdapat 4 hal penting yang menentukan kehidupan
individu
1. Penentuan bakat pembawaan
2. Menentukan jenis kelamin
3. jumlah anak yang dilahirkan
4. Posisi anak
12. lanjutan periode prenatal
Periode singkat, tapi penting karena :
1. Bakat/pembawaan yang ditentukan pada saat
konsepsi akan menjadi dasar bagi perkembangan
selanjutnya ditentukan pada periode ini.
2. Kondisi ibu sangat mempengaruhi perkembangan
janin
3. Pada periode ini terjadi perkembangan yang lebih
cepat dibandingkan periode-periode kehidupan lainnya
4. Pada saat ini calon orang tua menentukan sikapnya
terhadap anak yang akan lahir.
13. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Usia ibu
2. Makanan ibu
3. Keadaan emosi ibu
4. Obat-obatan
5. Sinar rontgen (x -ray)
6. Penyakit yang diderita
14. Saat Kelahiran
Biasanya setelah berada dalam kandungan lebih
kurang 9 bulan (280 hari) sesudah konsepsi.
Lahir 2 minggu lebih dini = bayi premature
Lahir 2 minggu lebih lama/ terlambat = bayi postmature
16. Periode Infancy
Merupakan periode yang paling pendek, merupakan
periode penyesuaian diri.
Karakteristik :
1. Merupakan periode penyesuaian yang radikal
- perubahan suhu udara
- pernafasan
- pengisapan & menelan
- pembuangan
18. Lanjutan...
2. Periode ini merupaka suatu plateau/ dataran dalam
perkembangan
3. Merupakan periode yang berbahaya, mempunyai
kerawanan-kerawanan fisik dan psikhis
19. Periode bayi
Karakteristik :
1. Merupakan periode pertumbuhan dari
perkembangan yang cepat
2. Dimulainya “melepaskan diri dari ketergantungan
kepada orang lain”
3. Merupakan dasar
4.Merupakan “usia berbahaya”
5. Merupakan usia menarik/lucu
20. Tugas-tugas perkembangan
Belajar berjalan
Belajar makan makanan padat
Belajar buang air besar & buang air kecil
Belajar bicara
Belajar membuat hubungan emosional dengan orang
tua dan anggota keluarga lainnya.
21. Periode Anak
Periode ini terbagi dua :
1. Periode anak awal/ early childhood (2 – 6 tahun)
Menurut orang tua: merupakan “problem
age/troublesome age
Menurut guru : usia pra sekolah
Menurut psikolog : usia pra anak gang/ eksplorasi
2. Periode anak akhir/ late childhood (6/7 – 12/13
tahun), menurut : guru ; periode anak usia sekolah.
Menurut psikolog : gang age
22. Tugas-tugas perkembangan
Periode anak awal
1.Penyempurnaan pemahaman tentang konsep-
konsep sosial, benar & salah, dst.
2.Belajar membuat hubungan emosional yang makin
matang dengan lingkungab sosial baik di rumah/ di
luar.
23. Tugas-tugas perkembangan
Periode anak akhir
1. Makin mengembangkan ketrampilan motorik : otot
halus dan otot kasar
2. Mengembangkan konsep-konsep tentang lingkungan
sekitar
3. Tingkah laku moral dan menerima nilai lingkungan
4. Bekerja sama dengan teman sebaya
5. Memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin
6. Mengendalikan reaksi-reaksi emosional sesuai dengan
harapan lingkungan sosial
7. Belajar menjadi individu yang mampu berdiri sendiri
24. Periode Pubertas
Merupakan periode remaja awal
Ditandai dengan perubahan dalam penampilan fisik
dan fungsi fisiologik yang memungkinkan mereka
mempunyai bentuk dan fungsi tubuh sesuai dengan
jenis kelaminnya.
Perubahan dalam bentuk fisik karakteristik seks
sekunder.
Perubahan fungsi fisiologik berhubungan dengan
kematangan seks primer berhubungan dengan
reproduksi
26. Karakteristik phase pubertas
Periode tumpang tindih dan singkat (1-3 tahun
sebelum periode anak berakhir dan 1-2 tahun pada
permulaan remaja). Singkat: terjadi dalam kurun 2 –
4 tahun
Merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat
yang menyebabkan kebingungan, perasaan
inadequate & insecure
Merupakan phase negatif.
Phase = karena terjadi dalam jangka waktu pendek
Negatif = dianggap menentang lingkungan
27. Hazzards & dev task
Yang berhubungan dengan segi fisik
Berhubungan denga segi psikologik
Tugas perkembangan:
1. menerima perubahan tubuh
2. menerima peran sesuai dengan jenis kelamin
28. Periode Remaja
Istilah : adolescence
Merupakan suatu periode peralihan dari periode anak
ke periode dewasa
29. Karakteristik (Hurlock)
Karena merupakan periode peralihan maka
mengalami : transisi dalam segi : fisik, kehidupan
emosi, sosial, pemahaman & nilai-nilai moral
Merupakan periode yang tidak realistik
Merupakan “ambang pintu” ke periode dewasa
30. Developmetal task
Menerima keadaan diri dan penampilan
Membentuk hubungan dengan teman sebaya secara
dewasa
Mengembangkan kemampuan sendiri baik secara
emosional/ekonomi
Mengembangkan tanggung jawab sosial
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan
intelektual untuk hidup bermasyarakat dan masa depan
Mempersiapkan diri untuk hidup berkeluarga
Mencapai nilai-nilai kedewasaan
31. hazzards
Yang berhubungan dengan segi fisik adalah kematian
karena kecelakaan atau bunuh diri
Yang berhubungan dengan psikologis yaitu
dialaminya kegagalan dalam menjalani transisi
menuju periode dewasa
32. Periode dewasa awal (18- 40)
Merupakan periode yang terpanjang, khas, berbeda
dan terberat : dihadapkan pada pola hidup yang baru
dan harapan-harapan sosial yang baru. Hurlock
membagi :
Periode dewasa awal 18 – 40
Periode dewasa madya 40 -60
Periode dewasa akhir 60 - mati
33. Karakterisitik
Merupakan periode pemantapan/pengendapan dalam bidang : kerja
dan kehidupan keluarga
Merupakan usia “reproduktif”
Merupakan “problem age”
Periode penuh ketegangan emosional
Periode “isolasi sosial”
Merupakan saat untuk memenuhi tanggung jawab (commitments)
Periode ketergantungan
Periode perubahan nilai
Masa penyesuaian diri terhadap gaya hidup baru
Usia “kreatif”
34. Dev.task
Mulai memilih suatu pekerjaan
Memilih teman hidup
Belajar hidup dalam perkawinan dengan pasangan
Mulai membentuk keluarga
Mengurus rumah tangga dan anak
Memikul tanggung jawab sosial
Mendapatkan kelompok sosial yang
35. hazzards (sosial dan pribadi)
Pribadi :
Kerawanan di bidang hubungan sosial
Kerawanan di bidang sex role
Sosial :
Kerawanan di bidang fisik
Kerawanan di bidang agama
36. Periode dewasa madya
Periode ini ditandai dengan munculnya perubahan-
perubahan jasmaniah/fisik dan mental, demikian pula
diakhiri dengan hal-hal tersebut. Pada usia 60 tahun
biasanya terjadi penurunan kekuatan/tenaga yang
sering diikuti dengan berkurangnya kewaspadaan
mental.
37. Karakteristik dewasa madya
Merupakan usia yang menakutkan
Merupakan masa transisi
Merupakan saat menderita stres (time of stress). Menurut Marmor
ada 4 kategori stres, yaitu : somatik, budaya, ekonomi, dan psikologik
Merupakan usia yang membahayakan (dangerous age)
Merupakan usia yang ‘canggung’ (awkward age)
Merupakan masa berprestasi (time of achievement)
Merupakan masa evaluasi (time of evaluation)
Merupakan masa kebosanan (time of boredom)
Merupakan masa “rumah menjadi kosong’ (empty nest)
38. Dev task. dewasa madya
Mencapai tanggung jawab sosial sebagai orang dewasa dan sebagai
warga negara
Membimbing anak-anaknya yang remaja untuk menjadi orang dewasa
yang bertanggung jawab
Mengembangkan aktivitas untuk mengisi waktu luang
Mengikatkan diri pada suami/isteri sebagai pribadi
Menerima & menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiologik masa
dewasa madya
Mencapai & memperthankan prestasi yang memuaskan dalam karir
pekerjaannya
Menyesuaikan diri terhadap orang tua yang lanjut usia
39. Kerawanan pribadi
Keyakinan tradisional ( Traditional belief)
Pengagungan terhadap masa muda
Perubahan peran
Perubahan minat
Simbol status
Aspirasi/cita-cita yang tidak realistik
40. Kerawanan sosial
Penyesuaian yang buruk pada masa dewasa madya
merupakan hal yang rawan oleh karena
bertambahnya usia, baik wanita maupun pria harus
lebih banyak mengadakan kontak denga orang lain di
luar rumah, terutama bila, anak-anak telah keluar
dari rumah, pasangan hidup telah meninggal. Apabila
tugas perkembangan dalam mencapai tanggung jawab
sosial sebagai orang dewasa tidak tercapai, mereka
cenderung merasa kesepian dan tidak bahagia dimasa
tuanya serta merasa sudah terlambat untuk
mengadakan penyesuaian sosial yang baik.
41. Periode dewasa akhir
Disebut juga masa tua. Gejala-gejala fisik dan mental
dari ketuaan baru nampak setelah menginjak usia 65
tahun. Oleh karena itu ada kecanderungan untuk
menetapkan usia 65 tahun sebagai awal periode usia
tua/lanjut.
42. Karakteristik usia lanjut
Merupakan periode penurunan (kemunduran)
Ada perbedaan individual dalam efek ketuaan
Banyak terdapat stereotip-stereotip
Sikap sosial terhadap usia lanjut
Usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas
Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubahan
peran
Penyesuaian diri yang tidak baik
Ada keinginan untuk “peremajaan diri”
43. Dev.task usia lanjut
Menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan fisik dan
kesehatan
Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan penurunan
penghasilan
Menyesuaikan diri terhadap kematian pasangan hidupnya
Mengadakan hubungan yang eksplisit dengan anggota
kelompok usianya
Mengatur dan membuat lingkungan fisik agar hidup
menjadi memuaskan
Menyesuaikan diri terhadap peran sosial secara fleksibel
44. Kerawanan pribadi periode
dewasa akhir
Orang lanjut usia umumnya megalami gangguan
pada metabolisme, peredaran darah, rematik,
hipertensi, gangguan mental, gangguan penglihatan
dan pendengaran, tumor, dan lain-lain.
Disamping gangguan/kerawanan yang nyata, sering
pula timbul ‘penyakit’ yang tidak riil (hanya dalam
bayangan), banyak keluhan-keluhan fisik dan
membicarakan keluhan-keluhannya kepada para
dokter, yang pada dasarnya ingin mendapatkan
perhatian.
45. Kerawanan sosial dewasa tua
Menerima adanya anggapan atau stereotip tentang usia lanjut yang
diberikan oleh masyarakat.
Perasaan tak berdaya dan inferior yang disebabkan oleh perubahan
fisik dan penurunan daya tarik, membuat mereka susah mengadakan
komunikasi
Tidak mau melepaskan atau mengganti gaya hidup yang lama
Menarik diri dari aktivitas-aktivitas yang bersifat kompetitif terlebih
dengan kaum muda
Perasaan bersalah karena tidak menyumbangkan tenaga lagi bagi
masyarakat
Pendapatan yang berkurang, mengurangi mobilitas
Merasa terisolir karena kurang kontak sosial sehingga berpengaruh
pada penyesuaian pribadi dan sosialnya.